HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX
DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT
TESIS
FRIDAMERIA SILITONGA
097112002
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS
ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis Spesialis Saraf Pada
Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
FRIDAMERIA SILITONGA
NIM: 097112002
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : Hubungan Ankle Brachial Pressure Index Dengan Fungsi Kognitif Usia Lanjut
Nama Mahasiswa : FridameriaSilitonga Nomor Induk Mahasiswa : 097112002
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Penyakit Saraf
Menyetujui
Komisi Pembimbing
NIP.194709301979021001 Prof.DR.dr.Hasan Sjahrir,Sp.S (K)
Ketua
Ketua Program Studi
dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K) NIP.195306011981031004
KetuaTKP PPDS I
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT
Nama : FRIDAMERIA SILITONGA
NIM : 097112002
Program Studi : ILMU PENYAKIT SARAF
Menyetujui
Pembimbing I Prof Dr.Darulkutni Nasution Sp.S (K) ………
Pembimbing II Dr. Rusli Dhanu Sp.S(K) ………
Pembimbing III Dr. Kiki M Iqbal Sp.S ………
Mengetahui / Mengesahkan :
Ketua Departemen / SMF Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUPHAM Medan
__
NIP. 19530916 198203 1 003 Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K)__
Ketua Program Studi/ SMF Ilmu Penyakit Saraf FK USU/ RSUP HAM Medan
_
Telah diuji pada Tanggal : 28 Mei 2013
Panitia Penguji Tesis
1. Prof .DR. dr.Hasan Sjahrir,Sp.S(K) (Penguji)
2. Prof.dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K)
3. Dr. Darlan Djali Chan,Sp.S (Penguji)
4. Dr. Yuneldi Anwar,Sp.S(K) (Penguji)
5. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K)
6. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) (Penguji)
7. Dr. Aldy S Rambe, Sp.S(K)
8. Dr. Puji Pinta O.Sinurat, Sp.S
9. Dr. Khairul P Surbakti, Sp.S
10. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S
11. Dr. Kiki M Iqbal, Sp.S
12. Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S
13. Dr. Aida Fithrie, Sp.S
14. Dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S
15. Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S
PERNYATAAN
HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 28 Mei 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan segala berkat, rahmat dan kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas
akhir Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik – Spesialis Ilmu
Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S (K), selaku Guru Besar Tetap
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP H.Adam Malik Medan disaat penulis melakukan penelitian
dan saat tesis ini selesai disusun banyak memberikan
masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat
3. Prof. Dr. H. Darulkutni Nasution, Sp.S (K), selaku Guru Besar
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP H.Adam Malik Medan dan selaku pembimbing penulis
yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing,
mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan,
pembuatan dan penyelesaian tesis ini.
4. Dr. H. Rusli Dhanu, Sp.S (K), Ketua Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan selaku pembimbing
penulis. Disaat penulis melakukan penelitian dan sebagai pembimbing
yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini serta mengarahkan penulis mulai dari
perencanaan pembuatan dan penyelesaian tesis ini.
5. Dr.Kiki M Iqbal, Sp.S. selaku pembimbing penulis yang dengan
sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan
mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan
penyelesaian tesis ini.
6. Guru-guru penulis: Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S ; Dr.Yuneldi Anwar,
Sp.S.(K) ; Dr. ALdy S Rambe, Sp.S(K) ; Dr. Kiking Ritarwan, MKT,
Sp.S(K) ; Dr. Irsan NHN Lubis, Sp.S ; Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S ;
M.Iqbal, Sp.S ; Dr.Alfansuri Kadri, Sp.S ; Dr.Dina Listyaningrum,
Sp.S.M.Si.Med ; Dr. Aida Fithrie, Sp.S ; Dr.Iskandar Nasution, Sp.S ;
Dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S ; Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S ;
Dr. Fasihah Irfani Fitri, M.Ked (Neu),Sp.S dan guru lainnya yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan
masukan selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran
Klinik.
7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik
sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik.
8. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi
dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.
9. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi
FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, teristimewa kepada teman –teman
seangkatan (dr. Saulina Sembiring, dr.Inta Lismayani, dr.Leni
Wardaini, dr. Seri Ulina Barus, dr.Anita Surya, dr. Suherman
A.Tambunan) yang banyak memberikan masukan berharga kepada
maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang
membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan Program
Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
10. Para perawat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani
Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik ini, serta berbagai
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
11. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan
kepada kedua orang tua saya, Alm. Ir.Johnny Silitonga dan Tiasmin L
Tobing yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang,
dan senantiasa memberi dukungan moril dan materi, bimbingan dan
nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam
mengikuti pendidikan ini sampai selesai.
12. Teristimewa kepada suamiku tercinta Raffael Vutra Yudya Boro Toding
Dosiwoda ST, yang selalu sabar, penuh pengertian, selalu memberi
semangat dan mendampingi dengan penuh cinta dan kasih sayang
dalam suka dan duka, saya ucapkan terimakasih yang
13. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi
dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan
pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
14. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan
satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya
haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah
melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya
penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua jasa dan budi
baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam
mewujudkan cita-cita penulis. Akhirnya penulis mengharapkan semoga
penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : dr.Fridameria Silitonga Tempat / tanggal lahir : Medan, 03 Januari 1979
Agama : Protestan
Alamat : Jln Patriot Baru II no 2A.Medan Sunggal Pekerjaan : Dokter PNS di RSUD Naibonat Kupang - NTT Nama Ayah : Ir.Johnny Silitonga ( Almarhum )
Nama Ibu : Tiasmin L.Tobing
Nama Suami : Raffael Vutra Yudya B Dosiwoda ST.
Riwayat Pendidikan
Tahun 1985 – 1991 : SD Methodist 7,Medan.
Tahun1991 – 1994 : SMP Katholik Budi Murni I, Medan Tahun 1994 – 1997 : SMA Katholik Budi Murni I, Medan Tahun 1997 – 2005 : Pendidikan Dokter umum di Fakultas
Kedokteran Universitas Methodist Indonesia, Medan - Sumatera Utara.
Tahun 2010 – sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2005 -2008 : Dokter PTT di RSUD Prof DRWZ Johannes Kupang, Nusa Tenggara Timur
Tahun 2007 – 2009 : Staf Medis Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Tanpa Batas Kupang - NTT.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR SINGKATAN ix
DAFTAR LAMBANG x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
ABSTRAK xiv
ABSTRACT xv
BAB.I. PENDAHULUAN 1
I.1.Latar Belakang 1
I.2.Perumusan Masalah 8
I.3.Tujuan Penelitian 8
I.3.1.Tujuan umum 8
I.3.2.Tujuan khusus 8
I.4.Hipotesis 9
I.5.Manfaat Penelitian 9
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA 10
II.1.Fungsi Kognitif 10
II.2.Ankle Brachial Pressure Index 15
II.2.1.Definisi 15 II.3.Peripheral Arterial Disease 23
II.3.1.Definisi 23
II.3.2.Hubungan peripheral arterial disease dengan fungsi kognitif
23
II.4.Usia Lanjut 25
II.4.1.Epidemiologi 26
II.4.2.Hubungan usia lanjut dengan fungsi kognitif 26
II.5.Kerangka Teori 27
II.6.Kerangka Konsep 28
BAB III METODE PENELITIAN 29
III.1.Tempat dan Waktu 29
III.2.Subjek Penelitian 29
III.2.1.Populasi sasaran 29
III.2.2.Populasi terjangkau 29
Daftar Pustaka
III.4.Rancangan Penelitian 34
III.5.Pelaksanaan Penelitian 35
III.5.1.Pengambilan sampel 35 III.5.2.Variabel yang diamati 35
III.5.3.Analisa Statistik 35
III.6.Kerangka Operasional 37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38
IV.1.Hasil Penelitian 38
IV.1.1.Karakteristik subjek penelitian 38 IV.1.2.Distribusi subjek penelitian berdasarkan fungsi
kognitif
40
IV.1.3.Distribusi subjek penelitian berdasarkan nilai ABI
42
IV.1.4.Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif 43 IV.1.5.Hubungan nilai ABI dengan fungsi kognitif 44 IV.1.6.Hubungan Diabetes Melitus dengan fungsi
DAFTAR SINGKATAN
ABPI : ankle brachial pressure index
ABI : ankle brachial index
ApoE : Apolipoprotein E
CHS : cardiovascular health study
CVD : cardiovascular disease
HAAS : Honolulu asia aging study
HOPE : heart outcomes prevention evaluation
MCP-1 : chemoattractant protein-1
M-CSF : Macrophage colony stimulating factor
MMPs : Matrix metalloproteinases
MMSE : mini mental state examination
PAD : peripheral arterial disease
PVD : peripheral vascular disease
ROS : Reactive oxygen species
DAFTAR LAMBANG
n : Besar Sampel p : Tingkat Kemaknaan r : Koefisien korelasi α : alfa
ß : Beta
SD : Standar Deviasi
Zα : nilai deviasi baku normal berdasarkan nilai (0,05) 1,96
Zβ : nilai baku berdasarkan nilai ( 0,10) yang ditentukan oleh peneliti 1,282
DAFTAR TABEL
Skor median MMSE adjustment terhadap usia dan lama pendidikan
Skor median MMSE
Nilai skor ABI
Karakteristik subjek penelitian
Distribusi subjek penelitian berdasarkan fungsi kognitif
Distribusi subjek penelitian berdasarkan nilai ABI
Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
Hubungan ABI dengan fungsi kognitif
Hubungan diabetes melitus dengan fungsi kognitif
Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
Hubungan merokok dengan fungsi kognitif
DAFTAR GAMBAR
Cara pengukuran dan kalkulasi ankle brachial index
Lokasi arterial stiffness
Inflamasi pada atherosclerosis
Peripheral arterial disease
Diagram distribusi jenis kelamin
Diagram distribusi berdasarkan suku
Grafik hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
Grafik hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
Grafik merokok dengan fungsi kognitf
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
Lampiran 2. Surat Persetujuan Ikut Dalam Penelitian
Lampiran 3. Lembar Pengumpul Data Penelitian
Lampiran 4. Metode Pengukuran ABI
Lampiran 5. Nilai Skor Mini Mental State Examination
Lampiran 6. Skala Depresi Geriatrik 15 (Yesavage)
Lampiran 7 Data pasien
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan: Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Ankle Brachial Pressure Index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional pada penderita yang datang di Poliklinik Neurologi RSUP HAM. Penelitian melibatkan 75 subjek. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjalani pengukuran Ankle Brachial pressure Index pada keempat anggota gerak, kemudian dinilai fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination.
Hasil: Dari penelitian terdiri dari 75 subjek dengan 37 pria (49,3%) dan wanita 38 orang (50,7%). Dengan Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855). Keterbatasan penelitian ini oleh karena instrument yang digunakan bukan dengan Doppler melainkan dengan auskultasi menggunakan stethoscope dan sphymomagnometer.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855)
ABSTRACT
ABSTRACT
Background and Purpose: Cognitive function is a result of interaction with the environment acquired formally and normal. Disruption of one or more of the cognitive function will cause disruption of social function, work and activities of a person. The aimed of this study is to investigate the relationship of Ankle Brachial Pressure Index to cognitive function of old age.
Methods: This study is descriptive analytic methods in cross sectional data collection in patients who arrived at the Clinic of Neurology RSUP.H.Adam Malik Medan. This study involved 75 subjects. Subjects who meet inclusion and exclusion criteria underwent Ankle brachial pressure index measurements on all four limbs, and then assessed cognitive function with the Mini Mental State Examination.
Results: From 75 subject consisted of 37 males (49,3%) and 38 females (50,7%). With Kolmogorov Smirnov Test showing there was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855). The limitation in this study because the instrument used sthetoscope and sphymomagnometer, should be used Doppler for standart.
Conclusion: There was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855)
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan: Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Ankle Brachial Pressure Index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional pada penderita yang datang di Poliklinik Neurologi RSUP HAM. Penelitian melibatkan 75 subjek. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjalani pengukuran Ankle Brachial pressure Index pada keempat anggota gerak, kemudian dinilai fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination.
Hasil: Dari penelitian terdiri dari 75 subjek dengan 37 pria (49,3%) dan wanita 38 orang (50,7%). Dengan Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855). Keterbatasan penelitian ini oleh karena instrument yang digunakan bukan dengan Doppler melainkan dengan auskultasi menggunakan stethoscope dan sphymomagnometer.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855)
ABSTRACT
ABSTRACT
Background and Purpose: Cognitive function is a result of interaction with the environment acquired formally and normal. Disruption of one or more of the cognitive function will cause disruption of social function, work and activities of a person. The aimed of this study is to investigate the relationship of Ankle Brachial Pressure Index to cognitive function of old age.
Methods: This study is descriptive analytic methods in cross sectional data collection in patients who arrived at the Clinic of Neurology RSUP.H.Adam Malik Medan. This study involved 75 subjects. Subjects who meet inclusion and exclusion criteria underwent Ankle brachial pressure index measurements on all four limbs, and then assessed cognitive function with the Mini Mental State Examination.
Results: From 75 subject consisted of 37 males (49,3%) and 38 females (50,7%). With Kolmogorov Smirnov Test showing there was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855). The limitation in this study because the instrument used sthetoscope and sphymomagnometer, should be used Doppler for standart.
Conclusion: There was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang
didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi
tersebut akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan
aktivitas harian seseorang.(Hesti,2008)
Pada abad 21 diduga penduduk usia lanjut diseluruh dunia akan
meningkat (tahun 2000 mencapai 426 juta atau sama dengan 6,8% total
populasi). Jumlah ini akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2005
mencapai 829 juta (9,7% total populasi). Untuk Asia Tenggara, proporsi
penduduk usia di atas 60 tahun akan mengalami peningkatan dari 5% di
tahun 1950 menjadi 11,5% di tahun 2050. Jumlah penduduk usia lanjut di
Indonesia dari tahun 2000 sampai 2005 meningkat menjadi 8,2% dari
7,6% total populasi penduduk. Dan jumlah ini akan terus meningkat dan
diprediksikan tahun 2020 mencapai 11,4%. Dengan meningkatnya
populasi usia lanjut, hal ini berhubungan dengan meningkatnya angka
kesakitan, penurunan kemampuan kognitif dan ketidakberdayaan serta
ketergantungan. Gangguan kognitif ringan merupakan gejala patologis
dan tanda awal bagi demensia maupun Alzheimer pada usia lanjut. Pada
2004 - Maret 2005, didapati 4.0% usia lanjut yang berumur ≥ 60 tahun dijumpai bermasalah dengan kemampuan kognitif. (Marhamah,2007)
Sepuluh persen dari orang tua yang berumur 65 tahun dan 50%
dari mereka yang lebih tua dari 85 tahun memiliki kerusakan kognitif, mulai
dari ringan sampai demensia berat. (Paul, 2010)
Gangguan fungsi kognitif merupakan masalah kesehatan yang
penting dalam memberikan kontribusi terhadap kecacatan, morbiditas dan
kematian. Faktor pembuluh darah dapat berhubungan dengan
perkembangan fungsi kognitif dan dementia.(Sugawara dkk,2010)
Pengukuran Ankle Brachial Pressure Index adalah merupakan test
non invasive untuk menentukan peripheral arterial disease. Ankle Brachial
Pressure Index sering dianggap untuk menentukan blocked arteries dan
arterial stiffness, dengan menggunakan pengukuran yang bersifat non
invasive. Ankle Brachial Pressure Index merupakan hasil dari
perbandingan antara sistolik pergelangan kaki dengan sistolik brakial dan
digunakan untuk menilai keparahan daripada oklusi arteri pada tungkai.
Penurunan daripada ABI menunjukkan adanya peripheral arterial disease
yang disebabkan oleh atherosclerosis. Dalam sebuah studi berbasis
komunitas besar di Amerika Serikat, didapati ABI yang rendah dikaitkan
dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun penelitian dan studi
kohort lainnya termasuk Edinburgh Artery Study dan Honolulu Asia Aging
resiko gangguan fungsi kognitif di masa depan dan meningkatkan resiko
demensia. (Sugawara dkk, 2010; Laurin, 2007; Migliacci, 2008)
Ankle Brachial Pressure Index, merupakan marker untuk
atherosclerosis yang berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif pada
usia lanjut.(Johnson, 2010) Pada penelitian lain menunjukkan bahwa ABI
yang rendah merupakan prediktor awal untuk penurunan fungsi
kognitif.(Raffnsson, 2009)
Pada studi dari Heart Outcomes Prevention Evaluation Study
(HOPE) menunjukkan bahwa ABI merupakan prediktor yang kuat untuk
kejadian kardiovaskular dan untuk semua kasus mortalitas walaupun
diukur secara sederhana dengan palpasi daripada arteri di
tungkai.(Migliacci, 2008)
Ankle BrachiaI Pressure Index mempunyai peranan sebagai marker
untuk atherosclerosis, dan hubungannya dengan cardiovascular disease
(CVD). Pengukuran ABI telah direkomendasikan sebagai bagian untuk
menentukan resiko dan sebagai primary prevention dari CVD pada
individu asimptomatis. Ada konsensus yang menyatakan bahwa abnormal
ABI dengan asimptomatis individu dikategorisasikan ke dalam kategori
resiko tinggi terhadap CVD untuk kedepannya.(Khan, 2008)
Peripheral Arterial Disease merupakan bentuk umum dari
peripheral vascular disease (PVD), sebagai hasil dari atherosclerosis pada
arteri – arteri yang mensuplai ekstremitas bawah (seperti abdominal aorta,
16% diatas usia 55 tahun, termasuk didalamnya 10% asymptomatic PAD
(stage I), 5% claudicatio intermittent (stage II), 1 % chronic leg ischemia
(stages III – IV). Peripheral Arterial Disease berhubungan dengan
komorbid atherosclerosis pada arteri koroner dan arteri carotid. Peripheral
Arterial Disease (PAD) dianggap sebagai faktor resiko yang signifikan
untuk stroke. Atherosclerosis dan banyak faktor resikonya seperti
hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia, merokok telah diketahui
mempunyai efek yang merusak fungsi kognitif dan ada kemungkinan
bahwa penurunan fungsi kognitif bersamaan dengan penyakit
ini.(Waldstein dkk,2003;Tapiheru, 2008)
Peripheral arterial disease pada ekstremitas bawah merupakan
penyakit umum yang mempengaruhi 12 juta masyarakat Amerika serikat.
Atherosclerosis merupakan penyebab utama pada peripheral arterial
disease pada anggota gerak bawah.(Khan, 2008)
Diketahui bahwa atherosclerosis pada tungkai bawah menunjukkan
manifestasi yang utama terhadap patologi sama dengan sistem arteri
lainnya. Dan sejumlah studi menyatakan bahwa hubungan antara ABI
dengan fungsi kognitif dijumpai. Adanya ABI yang rendah mempunyai
korelasi dengan cardiovascular disease dan mortalitas. (Sugawara dkk,
2010; Laurin, 2007)
Pada US community based study, dinyatakan bahwa ABI yang
rendah berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun
Honolulu Asia Aging study, menunjukkan bahwa nilai ABI yang rendah
merupakan nilai prediktif bagi faktor resiko terhadap gangguan fungsi
kognitif dan meningkatnya resiko dari dementia. (Sugawara dkk, 2010)
Pada population based Rotterdam study, Breteler et al(cit,
Waldstein,dkk,2003) menemukan bahwa individu – individu dengan ABI
<0,90 (diagnostic sebagai PVD) menunjukkan kinerja yang menurun pada
MMSE jika dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang
lebih besar. Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah
dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test
perceptuo motor speed selama periode tiga sampai tujuh tahun,
khususnya diantara individu – individu yang memiliki allele 4 apo E.
Pada studi Honolulu Asia Aging study, PAD merupakan penyakit
umum pada populasi tua. Peripheral arterial disease merupakan
akumulasi dari atherosclerosis pada tungkai bawah yang mempengaruhi
sampai 30 % dari North Americans dan Eropa dengan umur > 55 tahun,
dan setengahnya merupakan asimptomatis.(Laurin, 2007)
Pada suatu studi epidemiologi dilakukan pengujian terhadap fungsi
kognitif dan peripheral arterial disease pada populasi umum. Dengan
analisis cross sectional, dimana peripheral arterial disease (PAD)
mempunyai hubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan pengukuran
dengan Mini Mental State Examination. Dua penelitian melaporkan
dimana subjek yang diperiksa dengan nilai ABI yang rendah dan
besar . ApoE ε4 allele telah dilaporkan adanya perubahan hubungan dari
faktor resiko penyakit serebrovaskular lainnya terhadap fungsi kognitif dan
Alzheimer disease. Tidak diketahui dengan pasti peripheral arterydisease
(PAD) berhubungan secara klinis dengan dementia. Faktor resiko
pembuluh darah, termasuk atherogenic dan stroke related damage,
diketahui mempunyai peranan dalam vascular dementia, tetapi bukan
merupakan bukti yang signifikan terlibat dalam Alzheimer disease. Oleh
karena itu, hipotesis daripada studi ini menyatakan bahwa ABI
berhubungan dengan dementia,vascular dementia dan Alzheimer disease.
(Laurin 2007;Elwood 2002).
Pada population based Rotterdam study, menemukan bahwa
individu – individu dengan ABI <0,90 (diagnostic sebagai PVD)
menunjukkan hubungan signifikan pada MMSE yang rendah jika
dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang lebih besar.
Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah dikaitkan dengan
penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test perceptuo motor speed
selama periode 3 sampai 7 tahun, khususnya diantara individu – individu
yang memiliki allele 4 apo E.(Waldstein 2003)
Atherosclerosis stenosis terjadi pada ekstremitas bawah, tekanan
berkurang pada arteri di tungkai, hal ini menimbulkan nilai ABI yang
rendah. Ankle brachial pressure index dengan nilai <0.90 dianggap
patologis, yang menunjukkan adanya PAD. Dibandingkan dengan
arteri stenosis ≥50% adalah sekitar 90% dan spesifisitas adalah sekitar 98%. Pada large scale epidemiological studies, menunjukkan adanya
hubungan antara nilai ABI yang rendah dengan yang meningkatkan
resiko coronary death, cerebrovascular death. Pada systematic review
yang terbaru, spesifisitas dari nilai ABI yang rendah dapat menjadi
prediksi untuk cardiovascular outcomes di masa depan meningkat (88%
cardiovascular mortality). (Letz 2007)
Mini Mental State Examination (MMSE) terdiri atas 5 kemampuan
kognitif yang terdiri atas orientasi (skor maksimum 5), registrasi (skor
maksimum 3), Atensi dan kalkulasi (skor maksimum 5),mengingat
kembali / Recall (skor maksimum 3), kemampuan bahasa (skor
maksimum 9). total keseluruhan skor MMSE maksimal 30, dan bila skor
MMSE<24 menandakan adanya masalah dengan kemampuan kognitif.
(Marhamah,2007).
Pada penelitian Kochhann 2009, distribusi pendidikan terhadap
MMSE dikategorikan dengan grup yang dibagi atas 0-5 tahun pendidikan
disebut pendidikan rendah, pendidikan sedang adalah 6 – 11 tahun dan
pendidikan tinggi adalah bila> 12 tahun. Dengan median MMSE score : 29
(>9 tahun pendidikan), 26 ( 5 – 8 tahun pendidikan), 22 (0 – 4 tahun
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian – penelitian terdahulu seperti
yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan Ankle Brachial pressure Index dengan
gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.
I.3. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Ankle Brachial pressure Index
dengan gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan nilai ankle brachial pressure
index dengan fungsi kognitif usia lanjut
1.3.2.2 Untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian
1.3.2.3 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan
fungsi kognitif
1.3.2.4 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan
nilai Ankle brachial pressure index
1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan fungsi
kognitif
1.3.2.6 Untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan fungsi
1.3.2.7 Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi
kognitif
1.3.2.8 Untuk mengetahui hubungan merokok dengan fungsi kognitif
I.4. HIPOTESIS
Ada hubungan nilai Ankle Brachial Pressure Index (ABI) dengan
gangguan fungsi kognitif usia lanjut.
I.5. MANFAAT PENELITIAN
Dengan mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure
index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut, maka penelitian ini:
1. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk membuat rencana
pencegahan bagi pasien usia lanjut yang belum mengalami
gangguan fungsi kognitif, sehingga diharapkan dapat
memperlambat atau mengurangi kejadian gangguan fungsi
kognitif pada usia lanjut.
2. Dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya untuk
mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure index
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.FUNGSI KOGNITIF
Fungsi kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir,
mengingat, belajar dan menggunakan bahasa.
Berdasarkan Kolegium Neurologi Indonesia,2008, Fungsi kognitif terdiri
dari:
1. Fungsi atensi
Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan
satu stimulus tertentu atau spesifik dengan mampu mengabaikan
stimulus lain baik internal maupun eksternal yang tidak perlu atau
tidak dibutuhkan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk
mempertahankan atensi untuk periode yang lebih lama. Atensi dan
konsentrasi sangat penting dalam mempertahankan fungsi kognitif,
terutama dalam proses belajar. Gangguan atensi dan konsentrasi
akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan
fungsi eksekutif.
Gangguan atensi dapat berupa dua kondisi klinik berbeda. Pertama
ketidakmampuan mempertahankan atensi maupun atensi yang
terpecah atau tidak atensi sama sekali, kedua inatensi spesifik
2. Fungsi Bahasa
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas
dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Oleh karena
itu pemeriksaan bahasa harus dilakukan pada awal pemeriksaan
neurobehavior. Jika terdapat gangguan bahasa, pemeriksaan
kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif akan mengalami
kesulitan atau tidak mungkin dilakukan. Gangguan bahasa atau
afasia sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus, sehingga
merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Setiap kerusakan
otak yang disebabkan oleh stroke, tumor, trauma, demensia dan
infeksi dapat menyebabkan gangguan berbahasa.
3. Fungsi Memori
Memori secara umum merupakan proses bertingkat dimana
informasi pertama kali harus dicatat dalam area korteks sensorik
kemudian diproses melalui sistem limbik untuk terjadinya suatu
pembelajaran baru. Secara klinik memori dibagi menjadi tiga tipe
dasar: immediate, recent dan remote memory berdasarkan rentang
waktu antara stimulus dan recall.
1. Immediate memory
Merupakan kemampuan untuk merecall stimulus dalam interval
2. Recent memory
Merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian sehari – hari
(misalnya tinggal, nama dokter, apa yang dimakan saat sarapan,
atau kejadian – kejadian baru) dan mempelajari materi baru serta
mencari materi tersebut dalam rentang waktu menit, jam, hari ,
bulan, tahun.
3. Remote memory
Merupakan rekoleksi kejadian yang terjadi bertahun – tahun yang
lalu (misalnya tanggal lahir, sejarah, nama teman).
Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan
pasien. Amnesia secara umum merupakan defek fungsi memori.
Ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru setelah brain
insult disebut amnesia anterograde. Amnesia retrograde merujuk
pada amnesia pada kejadian yang terjadi sebelum brain insult.
Tidak semua gangguan memori merupakan gangguan organik.
4. Fungsi visuospatial
Kemampuan visuospasial dapat dievaluasi melalui kemampuan
konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam
gambar (misal: lingkaran, kubus) dan menyusun balok – balok.
Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi ini tetapi
lobus parietal terutama hemisfer kanan mempunyai peran yang
5. Fungsi eksekutif.
Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara
berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan
eksekutif diperankan oleh lobus frontal, tetapi pengalaman klinis
menunjukkan bahwa semua sirkuit yang terkait dengan lobus
frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal.
Diperlukan atensi, bahasa, memori dan visuospatial sebagai dasar
untuk menyusun kemampuan kognitif.
Sebagai pemeriksaan awal, MMSE (Mini Mental State Examination)
untuk mengukur status kognitif global. Mini Mental State Examination
merupakan tes skrining yang telah digunakan secara luas karena mudah
dan waktu pemeriksaan singkat. Penilaian dengan nilai maksimum 30
cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan data dasar
dan memantau penurunan kognisi dalam kurun waktu tertentu.
Pemeriksaan MMSE merupakan tes skrining yang telah digunakan secara
luas karena mudah dan waktu pemeriksaan singkat. Nilai dibawah 28
dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognisi yang
signifikan pada penderita berpendidikan tinggi. Pasien yang berpendidikan
rendah, nilai MMSE 24 masih dianggap normal.
Pada MMSE fungsi kognitif yang dinilai adalah kemampuan
kemampuan konstruksi. Namun MMSE mempunyai kelemahan karena
tidak ada penilaian untuk fungsi eksekutif.
Tes MMSE awalnya dikembangkan untuk screening demensia,
namun digunakan untuk pengukuran fungsi kognitif general. Mini Mental
State Examination sekarang merupakan screening yang paling luas
digunakan untuk menilai status kognitif dan status mental pada status usia
lanjut. (Kochhann R.2009)
Sensitifitas MMSE untuk mendeteksi pemburukkan kognitif
meningkat ketika skor cut-off (26-28) digunakan atau ketika dilakukan
adjustment terhadap umur dan pendidikan. Walaupun skor cut-off untuk
dementia secara umum adalah dibawah 24, skor median bervariasi
tergantung umur dan lama pendidikan.(Fink, 2004)
Tabel 1. Skor median MMSE adjustment terhadap usia dan lama pendidikan.
Lama pendidikan Usia (tahun)
18 - 69 70 – 79 > 79 Tingkat keempat 22 - 25 21 – 22 19 - 20 Tingkat kedelapan 26 - 27 25 23 - 25 Sekolah tingkat atas 28 - 29 27 25 - 26 Perguruan tinggi 28 - 29 28 27
Dikutip dari: Fink, Vivian. 2004. “Mild Cognitive Impairment : Pre-Alzheimers disease state provides opportunity for early detection and possible treatment”. The Institute For medical Education Bulletin V(6):1-11
Sebuah studi yang dilakukan pada 473 orang sehat yang berumur
lebih dari 15 tahun dengan latar belakang pekerjaan dan pendidikan yang
Tabel 2. Skor median MMSE
Median
Lama pendidikan:
0 - 6 tahun 24 7 - 9 tahun 26 10 - 12 tahun 26 > 12 tahun 28 Usia:
< 20 tahun 27 21 - 30 tahun 28 31 - 40 tahun 28 41 - 50 tahun 26 51 - 60 tahun 27 > 60 tahun 21
Dikutip dari: Sjahrir, H., Ritarwan, K., Tarigan, S., Rambe, A.S., Lubis, I.D., Bhakti, I. 2001. “The Mini Mental State Examination in healthy individuals in Medan, Indonesia by age and education level”. Neurol J Southeast Asia;6:19-22
II.2.ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX (ABI)
II.2.1.Definisi
Ankle brachial Pressure index (ABI) adalah merupakan rasio
daripada ankle systolic blood pressure dengan brachial systolic blood
pressure. (Al Qaisi,2009).
ABI =
Pada penelitian Hayoz,2005:
Tabel 3. Nilai Skor ABI
Dikutip dari Diresta ,2006. Diabetic Foot vol 9 no 1 2006
II.2.2.Sejarah
Pengukuran arteri pada ekstremitas bawah, diutarakan pertama kali
oleh Naumann pada tahun 1930. Dan pada tahun 1950, Winsor pertama
kali menggunakan pengukuran Ankle Brachial Pressure Index pada
Gambar 1. Cara pengukuran dan kalkulasi ankle brachial index
II.2.3.Cara Pengukuran
Pengukuran ABI dengan cara mengukur arteri brakial pada lengan
kiri, dan mengukur tekanan sistolik pada kaki kanan dan kaki kiri dengan
posisi pasien dalam keadaan supine.(Sugawara, 2010)
Pada Honolulu Asia Aging Study (HAAS) pengukuran ABI dengan
cara mengukur arteri brakial dua kali pada lengan kanan, dan arteri
posterior tibial diukur dua kali pada setiap pergelangan kaki dengan
pasien yang diperiksa dalam posisi supine dengan menggunakan
handheld Doppler device dan sphygmomanometer.(Laurin, 2007)
Setiap pasien yang diukur bilateral ABI dengan meraba nadi dari
arteri posterior tibial dan arteri dorsalis pedis pada ekstremitas bawah
kanan,dengan arteri brakial kanan dan kiri, sedangkan pada ekstremitas
bawah kiri dengan cara meraba arteri posterior tibial dan arteri dorsalis
pedis kiri, dengan arteri brakial kanan dan kiri. Dan pengukuran dilakukan
dengan rata - rata dari dua determinasi sebagai rasio antara tekanan
darah sistolik tertinggi pada ekstremitas bawah dan tekanan darah sistolik
tertinggi pada ekstremitas atas dan pasien yang diperiksa dalam keadaan
supine dan istirahat sedikitnya dalam 10 menit. Sensitifitas ABI dengan
palpasi 88% dan spesifisitas 82%.(Magliacci,2008)
Ankle Brakial pressure Index diukur dengan auskultasi dengan cara
mengukur tekanan darah anggota gerak bawah, seperti pada arteri
pada arteri dorsalis pedis dan arteri posterior tibial diukur dengan cara
auskultasi menggunakan standar cuff untuk pengukuran tekanan darah di
arteri brakial dengan bantuan stethoscope. (Takahashi dkk,2006). Akurasi
ABI dengan stetoscope terhadap ABI dengan Doppler, ,Mean stethoscope
ABI, 1.01 ± 0.15, and mean Doppler ABI, 1.03 ± 0.20, (P = 0.047)
menunjukkan korelasi yang baik, dengan mengukur perbandingan ini
menghasilkan sensitifitas 71,4% dan spesifisitas 91,0% (Carmo,2008).
II.2.4.Hubungan ABI terhadap fungsi kognitif
Selain faktor resiko vaskular, berkurangnya cerebral blood flow juga
dapat mengakibatkan disfungsi kognitif. Hal ini dapat menjelaskan
hubungan tentang U shaped antara tekanan darah sistolik dengan fungsi
kognitif pada orang tua (Rose,2009).
Pada penelitian Laurin,2007 dilaporkan dua penelitian yang
menyatakan bahwa subjek dengan ABI rendah dan apolipoprotein (Apo) E
ε4 alel memiliki penurunan fungsi kognitif yang besar, Juga dijumpai
adanya hubungan positif yang kuat antara PAD dan peradangan, yang
disimpulkan dalam pathogenesis atherosclerosis dan terkait dengan
timbulnya demensia .(Laurin, 2007;Greenwood, 2005;Parasuraman 2002)
Jika atherosclerosis stenosis terjadi pada ekstremitas bawah,
tekanan berkurang pada arteri di tungkai hal ini menimbulkan nilai ABI
II.2.5.Patofisiologi
II.2.5.1.Atherosclerosis
Pada atherosclerosis terdapat deposit lipid yang sering disertai oleh
kalsifikasi dan fibrosis, dan jika ini terlepas akan menyebabkan
thrombosis.(Dongoran,2007)
Atherosclerosis dan komplikasinya merupakan penyebab kematian
paling umum di daerah Western dan Jepang, walaupun beberapa teori
tentang atherogenesis telah diusulkan beberapa dekade, tetapi tidak
satupun dapat menjelaskan keseluruhan proses dari pathogenesis
daripada atherosclerosis dikarenakan penyakit ini berhubungan dengan
banyak faktor resiko.(Fan, 2003).
Atherosclerosis melibatkan proses yang saling terkait, termasuk
gangguan lipid, aktivasi platelet, thrombosis, disfungsi endotel, inflamasi,
stress oksidatif, aktivasi sel pembuluh darah halus, dan faktor - faktor
genetik.(Faxon,dkk 2004)
Arterial stiffness dan pulse pressure mempunyai hubungan dengan
terjadinya atherosclerosis pada pembuluh darah besar maupun
Gambar 2. Lokasi Arterial Stiffness
Dikutip dari Zieman. Arterioscler Thromb Vasc Biol
2005;25;932-943.
Akumulasi dari sel - sel lipid yang mendasari endothelium pada arteri
besar yaitu fatty streaks merupakan tanda dari tahap awal.
Gambar 3. Inflamasi pada atherosclerosis
Gambar diatas merupakan mekanisme patogenesis daripada
atherosclerosis. Atherosclerosis sebenarnya melibatkan suatu respon
inflamasi yang sedang berlangsung. Dimana pada penelitian terbaru
ditemukan peran mendasar dari inflamasi yang pada perkembangannya
akhirnya komplikasi trombotik atherosclerosis. Temuan ini mempunyai
hubungan penting antara faktor resiko dengan mekanisme dari
atherogenesis. Dimana peningkatan daripada plasma atherogenic
lipoproteins dapat menyebabkan pengendapan dari lipoprotein di intima.
Atherogenic lipoprotein ini dapat menyebabkan perubahan biologis,
termasuk meningkatnya adhesi molekul dalam sel endotel, dan adhesi
disertai migrasi dari monosit dan limfosit T. Monosit dapat dibedakan ke
dalam makrofag dibawah tindakan GM-CSF. Makrofag dapat mengambil
deposit atherogenic lipoprotein melalui scavenger receptor dan
ditransformasikan ke dalam foam cells. T lymphocytes dan smooth
muscle cells bersama - sama dengan beragam sitokin dan efek biologis
lainnya dapat terjadi, yang pada akhirnya menentukan nasib daripada
lesi.(Fan, 2003)
II.2.5.2.Plak dan Inflammatory Reactions
Atherosclerotic plaque juga dikenal atheroma atau fibrous plaque
terdiri dari lipid atau necrotic core yang ditutupi oleh lapisan daripada
extracellular matrix. yang terdiri dari sejumlah makrofag yang berasal dari
foam cells dan T lymphocytes. Komponen - komponen ini dianggap dapat
menentukan nasib daripada plak.(Fan, 2003)
Mekanisme inflamasi dan aktivasi imun diduga mempunyai peranan
dalam patogenesis terkait usia yang berhubungan dengan gangguan
fungsi kognitif.(Yaffe 2003)
Penting untuk mengetahui faktor inflamasi yang terlibat dalam
proses atherosclerosis. Oksidasi low density lipoprotein dapat
menyebabkan adhesi molekul pada sel endotel dan memicu terjadinya
migrasi daripada monosit ke intima. Sebaliknya oksidasi low density
lipoprotein dapat menstimulasi produksi daripada mediator - mediator
inflamasi dari sel vaskular lain, yang pada gilirannya menghasilkan
berbagai respon inflamasi di dinding arteri.(Fan, 2003)
II.3.PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE (PAD)
II.3.1.Definisi
Peripheral arterial disease (PAD) adalah merupakan proses
atherosclerosis dan thromboembolic yang mempengaruhi aorta, beserta
cabang – cabang arteri visceral dan arteri dari ekstremitas bawah. (Olin,
II.3.2. Hubungan Peripheral arterial disease dengan fungsi kognitif
Mekanisme dimana PAD berhubungan dengan penurunan fungsi
kognitif tidak diketahui dengan pasti. Namun diduga adanya
atherosclerosis, dimana atherosclerosis pada arteri carotis, sering
komorbid dengan PAD dan terkait dengan penurunan fungsi kognitif yang
diduga atherosclerosis ini secara tidak langsung mengurangi perfusi
serebral. Selain itu atherosclerosis juga diduga berhubungan dengan
penurunan fungsi kognitif melalui mikroemboli yang meningkat. Pada
pasien dengan adanya peripheral arterial disease, prevalensi
atherosclerosis pada arteri karotis meningkat beberapa kali lipat
dibandingkan populasi pada umumnya. Dengan menyempitnya arteri
karotis atau arteri serebral menyebabkan terjadinya obstruksi pada aliran
darah ke otak, sehingga menyebabkan terjadinya hipoperfusi,
atherosclerosis pada arteri karotid penting oleh karena berhubungan
dengan meningkatnya resiko terhadap tromboemboli. Peneliti menduga
bahwa perubahan struktur di dalam otak menandai secara bertahap
penyakit serebrovaskular dan kinerja yang berkurang pada penderita
PAD. (Waldstein 2003;Fukuhara,2006)
Pada pasien dengan PAD, prevalensi atherosclerosis pada arteri
carotis meningkat beberapa kali lipat. Penyempitan yang terjadi pada
arteri carotis atau arteri cerebri mayor dapat menyebabkan obstruksi pada
aliran darah darah ke otak, yang akan mencetuskan terjadinya
berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya tromboemboli
(Rafnsson 2009)
Gambar 4. Peripheral arterial disease
II.4.USIA LANJUT
Proses penuaan (aging process) adalah proses alamiah dimana
baik fisik maupun mental mengalami perubahan yang perlahan tetapi pasti
dan dialami semua individu.
Berdasarkan Asosiasi Alzheimer Indonesia 2001, Masa lanjut usia
dibagi atas: masa tua awal (young old, 65 –74 tahun ), tua menengah
Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia no 13 thn 1998,
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas.
II.4.1 Epidemiologi
Secara demografi populasi penuaan terus berlanjut. Kerusakan
fungsi kognitif diperkirakan menjadi penyebab utama dari beban
kesehatan yang buruk pada orang tua. Saat ini diantara 5% - 10%
masyarakat berumur 65 tahun dan 30 % dari mereka yang lebih dari usia
80 tahun telah mengalami demensia.(Rafnsson, 2009)
II.4.2 Hubungan usia lanjut dengan fungsi kognitif
Sepuluh persen dari usia lebih dari 65 tahun mengalami gangguan
fungsi kognitif. Dengan meningkatnya usia tua juga menyebabkan
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1.
TEMPAT DAN WAKTUPenelitian dilakukan di Poliklinik Ilmu Penyakit Saraf FK. USU /
RSUP. H. Adam Malik Medan dari tanggal 10 Desember 2011 dan
tercukupi pada tanggal 31 Maret 2013.
III.2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian diambil dari pasien usia lanjut yang berobat jalan
ke poliklinik Neurologi RSUP.HAM. Penentuan subjek penelitian dilakukan
menurut metode sampling konsekutif.
III.2.1. Populasi sasaran
Semua pasien usia lanjut yang berumur 60 tahun ke atas
memenuhi kriteria inklusi, yang berobat jalan ke poliklinik Neurologi
RSUP.HAM Medan yang dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
Ankle Brachial Pressure Index.
III.2.2. Populasi terjangkau
Semua pasien usia lanjut yang berumur 60 tahun ke atas yang
berobat jalan ke poliklinik Neurologi RSUP.HAM Medan yang memenuhi
III.2.3.Besar Sampel
Besar sampel dihitung menurut rumus:
(
) (
)
3Zα=Nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α
yang ditentukan , untuk α=0,05 , Zα = 1,96
Zß=Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai ß
yang ditentukan. untuk ß=0,10, Zß = 1,282
2. Dapat membaca dan menulis
3. Dapat berbahasa Indonesia
4. Yang memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian
III.2.5. Kriteria Eklusi:
1. Subjek dengan riwayat penyakit stroke
2. Subjek dengan riwayat trauma kapitis
3. Subjek dengan riwayat tumor otak
4. Subjek yang depresi
5. Subjek dengan penurunan kesadaran
III.2.6.Batasan Operasional
a. Fungsi Kognitif merupakan kemampuan atensi, kemampuan
berbahasa, memori, kemampuan visuospatial dan kemampuan cara
berpikir atau memecahkan masalah atau disebut juga dengan
kemampuan eksekutif (Kolegium Neurologi Indonesia 2008).
b. Ankle Brachial pressure Index merupakan bukti objektif ada atau
tidaknya peripheral arterial disease, dimana ABI adalah rasio antara
tekanan darah sistolik pada pergelangan kaki dengan tekanan darah
sistolik lengan atas (brakial) dengan menggunakan
sphygmomanometer. Dimana cut of point 0,9 yang dilakukan pada
waktu istirahat dengan sensitifitas 95% dan spesifisitas 99%. dengan
nilai ABI:
- normal : ABI 0,90 - 1,30
- PAD ringan - sedang : ABI 0,41 - 0,90
(Sugawara,2010;Scottisch Intercollegiate Guideline Network,2006)
c. Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan pengukuran
fungsi kognitif yang pertama kali digunakan oleh folstein. dimana skor
dimulai dari 0 - 30, dan skor dibawah 24 menunjukkan adanya
gangguan fungsi kognitif. (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003)
d. Usia Lanjut adalah subjek yang mengikuti penelitian dengan usia 60
tahun keatas atau lebih.(sugawara,2010). Berdasarkan Asosiasi
Alzheimer Indonesia 2001, Masa lanjut usia dibagi atas: masa tua awal
(young old, 65 –74 tahun ), tua menengah (medium old, 74 – 84 tahun)
dan tua sekali (oldold, >84 tahun).
Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia no 13 thn 1998,
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas.
e. Stroke adalah serangan yang ditandai dengan tanda - tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global
dengan gejala - gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
atau menyebabkan kematian,tanpa adanya penyebab lain yang jelas
f. Diabetes Melitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat
dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi
insulin. Dikatakan diabetes mellitus bila kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dL atau kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL atau kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram.(PERKENI 2011)
g. Hipertensi bila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg ( stage 1 hypertension), dan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg, tekanan darah diastolic ≥ 100 mmHg (stage 2 hypertension) berdasarkan Joint National Committee (JNC) VII.
(Chobanian,2003)
h. Trauma kapitis adalah adanya trauma mekanik yang secara langsung
atau tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan
fungsi neurologis (Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis
dan Trauma Spinal 2006).
i. Penderita Depresi adalah penderita dengan gangguan mood,
bersalah, atau rasa tidak berharga, gangguan tidur, tidak bersemangat
dan sulit berkonsentrasi. (World Health Organization,2011)
j. Penurunan kesadaran adalah kehilangan kemampuan untuk
merasakan dan membalas stimulus yang berasal dari lingkungan luar.
(The Free Dictionary,2011)
III.3. INSTRUMEN
1. ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX, diukur menggunakan Aneroid
Sphygmomagnometer (tensi 200,PT Jayamas Medica Industri
Indonesia)
2. Mini Mental State Examination (MMSE), untuk penilaian fungsi kognitif
dimana nilai di bawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan
gangguan kognitif pada penderita berpendidikan tinggi. Sedangkan
pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah 24 masih
dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengidentifikasikan
resiko untuk demensia. (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).
III.4. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data
dengan potong lintang dengan sumber data diperoleh dari semua pasien
usia 60 tahun ke atas yang berobat ke poliklinik Ilmu Penyakit Saraf
III.5.Pelaksanaan penelitian
III.5.1. Pengambilan sampel :
Semua pasien usia lanjut yang berumur 60 tahun keatas yang berobat ke
poliklinik Ilmu Penyakit Saraf RSUP.HAM.Medan yang memenuhi kriteria
inklusi, mengisi kuesioner dan menandatangani surat persetujuan ikut
penelitian
III.5.2. Variabel yang diamati
III.5.2.1 Variabel bebas : Ankle Brachial Pressure Index (ABI)
III.5.2.2 Variabel terikat : Nilai MMSE
III.5.3. Analisa Statistik
Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical
Product and Science Service). Dihitung nilai P dalam semua analisis,
dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05.
Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan nilai ankle brachial pressure index
dengan fungsi kognitif digunakan uji Kolmogorov smirnov
2. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran karakteristik
populasi sampel.
3. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat distribusi subjek
4. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat distribusi subjek
penelitian berdasarkan nilai ankle brachial pressure index
5. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
digunakan uji Chi Square.
6. Untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan fungsi
kognitif dengan uji Chi Square
7. Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi kognitf
dengan uji Chi Square
8. Untuk mengetahui hubungan merokok dengan fungsi kognitif
III.6 KERANGKA OPERASIONAL
ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI)
SURAT IJIN IKUT PENELITIAN - Anamnesa
- Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan Neurologi
HASIL ANALISA
DATA MMSE
Pasien usia lanjut ≥ 60 tahun di poliklinik Neurologi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Dari keseluruhan subjek usia lanjut yang berobat ke poli Neurologi
RSUP.HAM.Medan, terdapat 75 subjek usia lanjut yang memenuhi kriteria
inklusi yang diikut sertakan dalam penelitian.
Dari 75 orang subjek usia lanjut yang dianalisa, terdiri dari 37 pria
(49,3%) dan 38 wanita (50,7%). Dengan rerata umur 68 tahun dengan
rentang antara 60 sampai 82 tahun. Rerata nilai MMSE 25,7 dengan
rentang 4 sampai 30. Lama pendidikan terbanyak adalah 9 – 12 tahun
sebanyak 29 subjek (38,7%) dan 9 subjek (12 %) dengan pendidikan
dibawah 4 tahun. Suku terbanyak adalah suku batak yaitu 31 orang
(41,3%). Data lengkap mengenai karakteristik subjek penelitian ini
Tabel 4. Karakteristik subjek penelitian.
Karakteristik subjek N = 75 %
Umur (tahun) 68(60,82) MMSE (mean,SD) 25,7(4,30)
Jenis kelamin
Pria 37 49,3 Wanita 38 50,7 Lama Pendidikan
0-4 tahun 9 12,0 5-8 tahun 11 14,7 9-12 tahun 29 38,7 >12 tahun 26 34,7 Suku
Karo 28 37,3 Batak 31 41,3 Jawa 9 12.0 Aceh 4 5.3 Minang 1 1,4 Melayu 2 2,7
Gambar 6. Diagram distribusi berdasarkan suku
IV.1.2. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan fungsi kognitif
Dari data diperoleh dari 43 orang dengan MMSE yang terganggu
didapati pria 22(51,2%) dan wanita 21(48,8%). Sedangkan dari 37 orang
dengan MMSE yang tidak terganggu didapati pria 15(46,9%) dan 17
wanita (53,1%).
Dari 43 orang dengan nilai MMSE yang terganggu diperoleh nilai
ABI normal 6 (14,0%), nilai ABI ringan 35 (81,3%), nilai ABI sedang 2
(4,7%). Sedangkan dari 32 orang dengan nilai MMSE yang tidak
terganggu diperoleh nilai ABI normal 9 (28,1%), nilai ABI ringan
22(68,8%), nilai ABI sedang 1 (3,1%).
Dari 43 orang dengan MMSE yang terganggu didapati subjek yang
menderita diabetes mellitus 13(30,2%), dan yang tidak ada riwayat
yang tidak terganggu diperoleh 9(28,1%) yang menderita diabetes melitus
dan 23 (71,9%) yang tidak menderita diabetes melitus.
Dari 43 orang dengan MMSE terganggu diperoleh 17(39,5%) yang
menderita hipertensi, dan 26(60,5%) yang tidak menderita hipertensi.
Sedangkan dari 32 orang dengan MMSE yang tidak terganggu diperoleh
22(68,8%) yang menderita hipertensi dan 10(31,2%) yang tidak memiliki
hipertensi.
Dari 43 orang dengan MMSE terganggu diperoleh 6(14,0%)
yang memiliki riwayat merokok, dan 37(86,0%) yang tidak merokok.
Sedangkan dari 32 orang dengan MMSE yang tidak terganggu diperoleh
8(25,0%) yang merokok dan 24(75,0%) yang tidak merokok.
Tabel 5. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan fungsi kognitif
Variabel MMSE
Terganggu Tidak terganggu
IV.1.3. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan nilai Ankle brachial
index
Diperoleh data dari 37 pria, terdapat 8 (21,6%) orang yang memiliki
nilai ABI normal, 28 (75,7%) orang yang memiliki nilai ABI ringan dan 1
orang yang memiliki nilai ABI sedang (2,7%). Sedangkan dari 38 wanita,
diperoleh 7 (18,4%) orang yang memiliki nilai ABI normal, 29(76,3%)orang
memiliki nilai ABI ringan, dan 2 (5,3%)orang yang memiliki nilai ABI
sedang
Dari 43 MMSE yang terganggu diperoleh nilai ABI yang normal 6
(14,0%),nilai ABI ringan 35(81,3%) dan nilai ABI sedang 2(4,7%).
Sedangkan dari 32 MMSE yang tidak terganggu diperoleh 9(28,1%)
dengan nilai ABI normal, nilai ABI ringan 22 (68,8%) dan 1(3,1%) dengan
nilai ABI sedang.
Dari 22 orang yang menderita diabetes mellitus diperoleh 5(22,7%)
dengan nilai ABI normal, 17 (77,3%) diperoleh nilai ABI ringan.
Sedangkan 53 orang yang tidak menderita diabetes diperoleh 10(18,9%)
dengan nilai ABI normal, 40(75,5%)dengan nilai ABI ringan, dan 3
(5,7%)dengan nilai ABI sedang.
Dari 39 orang yang menderita hipertensi diperoleh 11(28,2%)
dengan nilai ABI normal, dan 27 (69,2%) dengan nilai ABI ringan dan 1
(2,6%) dengan nilai ABI sedang. Sedangkan dari 36 yang tidak memiliki
hipertensi diperoleh 4(11,1%) dengan nilai ABI normal, diperoleh 30
Dari 14 orang yang memiliki pernah merokok diperoleh 1 (7,1%)
dengan nilai ABI normal, 13(92,9%) nilai ABI ringan. Sedangkan dari 61
yang tidak pernah merokok diperoleh nilai ABI normal 14 (23,0%), nilai
ABI ringan 44(72,1%) dan 3 (4,9%) nilai ABI sedang.
Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan ABI
Variabel ABI
IV.1.4 Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh 22 orang (51,2%) pria dan 21
(48,4%) wanita yang memiliki fungsi kognitif terganggu. Hasil analisa
statistik menggunakan Uji Chi Square yang menunjukkan tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan fungsi kognitif
Tabel 7. Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
Jenis Kelamin Pria Wanita
22 21
(51,2) (48,8)
15 17
(46,9) (53,1)
0,713* *Uji Chi square
Gambar 7. Grafik hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
IV.1.5 Hubungan nilai ankle brachial pressure index dengan fungsi
kognitif
Berdasarkan nilai ABI normal (>0.90) diperoleh 6(14,0%) dengan
dengan MMSE yang terganggu, ABI sedang (0,40-0,75) diperoleh 2(4,7%)
dengan MMSE yang terganggu. Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara nilai ABI dengan penurunan fungsi
kognitif (p=0,855).
Tabel 8. Hubungan ankle brachial pressure index dengan fungsi
kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
**Uji Kolmogorov smirnov
IV.1.6 Hubungan Diabetes melitus dengan fungsi kognitif
Berdasarkan adanya riwayat diabetes melitus diperoleh 13(30,2%)
dengan MMSE yang terganggu dan yang tidak ada riwayat diabetes
melitu4s diperoleh 30 (69,8%) dengan MMSE yang terganggu. Hasil
analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara diabetes melitus dengan
Tabel 9. Hubungan diabetes melitus dengan fungsi kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
IV.1.7 Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
Berdasarkan adanya riwayat hipertensi diperoleh 17(39,5%)
dengan MMSE yang terganggu dan tidak ada hipertensi 26(60,5%)
dengan MMSE yang terganggu. Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif (p=0,012).
Tabel 10. Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
Gambar 8 . Grafik hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
IV.1.8 Hubungan riwayat merokok dengan fungsi kognitif
Berdasarkan adanya riwayat merokok diperoleh 6(14,0%) dengan
MMSE terganggu dan tidak pernah merokok 37(86,0%) dengan MMSE
yang terganggu. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi
Square menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara merokok
Tabel 11. Hubungan Merokok dengan fungsi kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
Merokok Ya Tidak
6 37
(14,0) (86,0)
8 24
(25,0) (75,0)
0,225* *Uji Chi square