• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Ankle Brachial Pressure Index dengan Fungsi Kognitif Usia Lanjut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Ankle Brachial Pressure Index dengan Fungsi Kognitif Usia Lanjut"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX

DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT

TESIS

FRIDAMERIA SILITONGA

097112002

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS

ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis Spesialis Saraf Pada

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

FRIDAMERIA SILITONGA

NIM: 097112002

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : Hubungan Ankle Brachial Pressure Index Dengan Fungsi Kognitif Usia Lanjut

Nama Mahasiswa : FridameriaSilitonga Nomor Induk Mahasiswa : 097112002

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Penyakit Saraf

Menyetujui

Komisi Pembimbing

NIP.194709301979021001 Prof.DR.dr.Hasan Sjahrir,Sp.S (K)

Ketua

Ketua Program Studi

dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K) NIP.195306011981031004

KetuaTKP PPDS I

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT

Nama : FRIDAMERIA SILITONGA

NIM : 097112002

Program Studi : ILMU PENYAKIT SARAF

Menyetujui

Pembimbing I Prof Dr.Darulkutni Nasution Sp.S (K) ………

Pembimbing II Dr. Rusli Dhanu Sp.S(K) ………

Pembimbing III Dr. Kiki M Iqbal Sp.S ………

Mengetahui / Mengesahkan :

Ketua Departemen / SMF Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUPHAM Medan

__

NIP. 19530916 198203 1 003 Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K)__

Ketua Program Studi/ SMF Ilmu Penyakit Saraf FK USU/ RSUP HAM Medan

_

(5)

Telah diuji pada Tanggal : 28 Mei 2013

Panitia Penguji Tesis

1. Prof .DR. dr.Hasan Sjahrir,Sp.S(K) (Penguji)

2. Prof.dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K)

3. Dr. Darlan Djali Chan,Sp.S (Penguji)

4. Dr. Yuneldi Anwar,Sp.S(K) (Penguji)

5. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K)

6. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) (Penguji)

7. Dr. Aldy S Rambe, Sp.S(K)

8. Dr. Puji Pinta O.Sinurat, Sp.S

9. Dr. Khairul P Surbakti, Sp.S

10. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S

11. Dr. Kiki M Iqbal, Sp.S

12. Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S

13. Dr. Aida Fithrie, Sp.S

14. Dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S

15. Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 28 Mei 2013

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan segala berkat, rahmat dan kasih-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas

akhir Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik – Spesialis Ilmu

Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah

Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan

Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S (K), selaku Guru Besar Tetap

Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara/RSUP H.Adam Malik Medan disaat penulis melakukan penelitian

dan saat tesis ini selesai disusun banyak memberikan

masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat

(8)

3. Prof. Dr. H. Darulkutni Nasution, Sp.S (K), selaku Guru Besar

Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara/RSUP H.Adam Malik Medan dan selaku pembimbing penulis

yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing,

mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan,

pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

4. Dr. H. Rusli Dhanu, Sp.S (K), Ketua Departemen Neurologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan selaku pembimbing

penulis. Disaat penulis melakukan penelitian dan sebagai pembimbing

yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini serta mengarahkan penulis mulai dari

perencanaan pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

5. Dr.Kiki M Iqbal, Sp.S. selaku pembimbing penulis yang dengan

sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan

mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan

penyelesaian tesis ini.

6. Guru-guru penulis: Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S ; Dr.Yuneldi Anwar,

Sp.S.(K) ; Dr. ALdy S Rambe, Sp.S(K) ; Dr. Kiking Ritarwan, MKT,

Sp.S(K) ; Dr. Irsan NHN Lubis, Sp.S ; Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S ;

(9)

M.Iqbal, Sp.S ; Dr.Alfansuri Kadri, Sp.S ; Dr.Dina Listyaningrum,

Sp.S.M.Si.Med ; Dr. Aida Fithrie, Sp.S ; Dr.Iskandar Nasution, Sp.S ;

Dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S ; Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S ;

Dr. Fasihah Irfani Fitri, M.Ked (Neu),Sp.S dan guru lainnya yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan

masukan selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran

Klinik.

7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah

memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik

sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinik.

8. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang

telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi

dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.

9. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi

FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, teristimewa kepada teman –teman

seangkatan (dr. Saulina Sembiring, dr.Inta Lismayani, dr.Leni

Wardaini, dr. Seri Ulina Barus, dr.Anita Surya, dr. Suherman

A.Tambunan) yang banyak memberikan masukan berharga kepada

(10)

maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang

membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan Program

Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.

10. Para perawat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani

Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik ini, serta berbagai

pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan

Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.

11. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan

kepada kedua orang tua saya, Alm. Ir.Johnny Silitonga dan Tiasmin L

Tobing yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang,

dan senantiasa memberi dukungan moril dan materi, bimbingan dan

nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam

mengikuti pendidikan ini sampai selesai.

12. Teristimewa kepada suamiku tercinta Raffael Vutra Yudya Boro Toding

Dosiwoda ST, yang selalu sabar, penuh pengertian, selalu memberi

semangat dan mendampingi dengan penuh cinta dan kasih sayang

dalam suka dan duka, saya ucapkan terimakasih yang

(11)

13. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi

dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan

pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

14. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan

satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya

haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah

melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya

penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat

bagi kita semua.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua jasa dan budi

baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam

mewujudkan cita-cita penulis. Akhirnya penulis mengharapkan semoga

penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Penulis

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : dr.Fridameria Silitonga Tempat / tanggal lahir : Medan, 03 Januari 1979

Agama : Protestan

Alamat : Jln Patriot Baru II no 2A.Medan Sunggal Pekerjaan : Dokter PNS di RSUD Naibonat Kupang - NTT Nama Ayah : Ir.Johnny Silitonga ( Almarhum )

Nama Ibu : Tiasmin L.Tobing

Nama Suami : Raffael Vutra Yudya B Dosiwoda ST.

Riwayat Pendidikan

Tahun 1985 – 1991 : SD Methodist 7,Medan.

Tahun1991 – 1994 : SMP Katholik Budi Murni I, Medan Tahun 1994 – 1997 : SMA Katholik Budi Murni I, Medan Tahun 1997 – 2005 : Pendidikan Dokter umum di Fakultas

Kedokteran Universitas Methodist Indonesia, Medan - Sumatera Utara.

Tahun 2010 – sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2005 -2008 : Dokter PTT di RSUD Prof DRWZ Johannes Kupang, Nusa Tenggara Timur

Tahun 2007 – 2009 : Staf Medis Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Tanpa Batas Kupang - NTT.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR SINGKATAN ix

DAFTAR LAMBANG x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

ABSTRAK xiv

ABSTRACT xv

BAB.I. PENDAHULUAN 1

I.1.Latar Belakang 1

I.2.Perumusan Masalah 8

I.3.Tujuan Penelitian 8

I.3.1.Tujuan umum 8

I.3.2.Tujuan khusus 8

I.4.Hipotesis 9

I.5.Manfaat Penelitian 9

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA 10

II.1.Fungsi Kognitif 10

II.2.Ankle Brachial Pressure Index 15

II.2.1.Definisi 15 II.3.Peripheral Arterial Disease 23

II.3.1.Definisi 23

II.3.2.Hubungan peripheral arterial disease dengan fungsi kognitif

23

II.4.Usia Lanjut 25

II.4.1.Epidemiologi 26

II.4.2.Hubungan usia lanjut dengan fungsi kognitif 26

II.5.Kerangka Teori 27

II.6.Kerangka Konsep 28

BAB III METODE PENELITIAN 29

III.1.Tempat dan Waktu 29

III.2.Subjek Penelitian 29

III.2.1.Populasi sasaran 29

III.2.2.Populasi terjangkau 29

(14)

Daftar Pustaka

III.4.Rancangan Penelitian 34

III.5.Pelaksanaan Penelitian 35

III.5.1.Pengambilan sampel 35 III.5.2.Variabel yang diamati 35

III.5.3.Analisa Statistik 35

III.6.Kerangka Operasional 37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38

IV.1.Hasil Penelitian 38

IV.1.1.Karakteristik subjek penelitian 38 IV.1.2.Distribusi subjek penelitian berdasarkan fungsi

kognitif

40

IV.1.3.Distribusi subjek penelitian berdasarkan nilai ABI

42

IV.1.4.Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif 43 IV.1.5.Hubungan nilai ABI dengan fungsi kognitif 44 IV.1.6.Hubungan Diabetes Melitus dengan fungsi

(15)

DAFTAR SINGKATAN

ABPI : ankle brachial pressure index

ABI : ankle brachial index

ApoE : Apolipoprotein E

CHS : cardiovascular health study

CVD : cardiovascular disease

HAAS : Honolulu asia aging study

HOPE : heart outcomes prevention evaluation

MCP-1 : chemoattractant protein-1

M-CSF : Macrophage colony stimulating factor

MMPs : Matrix metalloproteinases

MMSE : mini mental state examination

PAD : peripheral arterial disease

PVD : peripheral vascular disease

ROS : Reactive oxygen species

(16)

DAFTAR LAMBANG

n : Besar Sampel p : Tingkat Kemaknaan r : Koefisien korelasi α : alfa

ß : Beta

SD : Standar Deviasi

Zα : nilai deviasi baku normal berdasarkan nilai (0,05) 1,96

Zβ : nilai baku berdasarkan nilai ( 0,10) yang ditentukan oleh peneliti 1,282

(17)

DAFTAR TABEL

Skor median MMSE adjustment terhadap usia dan lama pendidikan

Skor median MMSE

Nilai skor ABI

Karakteristik subjek penelitian

Distribusi subjek penelitian berdasarkan fungsi kognitif

Distribusi subjek penelitian berdasarkan nilai ABI

Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif

Hubungan ABI dengan fungsi kognitif

Hubungan diabetes melitus dengan fungsi kognitif

Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif

Hubungan merokok dengan fungsi kognitif

(18)

DAFTAR GAMBAR

Cara pengukuran dan kalkulasi ankle brachial index

Lokasi arterial stiffness

Inflamasi pada atherosclerosis

Peripheral arterial disease

Diagram distribusi jenis kelamin

Diagram distribusi berdasarkan suku

Grafik hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif

Grafik hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif

Grafik merokok dengan fungsi kognitf

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian

Lampiran 2. Surat Persetujuan Ikut Dalam Penelitian

Lampiran 3. Lembar Pengumpul Data Penelitian

Lampiran 4. Metode Pengukuran ABI

Lampiran 5. Nilai Skor Mini Mental State Examination

Lampiran 6. Skala Depresi Geriatrik 15 (Yesavage)

Lampiran 7 Data pasien

(20)

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan: Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Ankle Brachial Pressure Index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional pada penderita yang datang di Poliklinik Neurologi RSUP HAM. Penelitian melibatkan 75 subjek. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjalani pengukuran Ankle Brachial pressure Index pada keempat anggota gerak, kemudian dinilai fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination.

Hasil: Dari penelitian terdiri dari 75 subjek dengan 37 pria (49,3%) dan wanita 38 orang (50,7%). Dengan Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855). Keterbatasan penelitian ini oleh karena instrument yang digunakan bukan dengan Doppler melainkan dengan auskultasi menggunakan stethoscope dan sphymomagnometer.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855)

(21)

ABSTRACT

ABSTRACT

Background and Purpose: Cognitive function is a result of interaction with the environment acquired formally and normal. Disruption of one or more of the cognitive function will cause disruption of social function, work and activities of a person. The aimed of this study is to investigate the relationship of Ankle Brachial Pressure Index to cognitive function of old age.

Methods: This study is descriptive analytic methods in cross sectional data collection in patients who arrived at the Clinic of Neurology RSUP.H.Adam Malik Medan. This study involved 75 subjects. Subjects who meet inclusion and exclusion criteria underwent Ankle brachial pressure index measurements on all four limbs, and then assessed cognitive function with the Mini Mental State Examination.

Results: From 75 subject consisted of 37 males (49,3%) and 38 females (50,7%). With Kolmogorov Smirnov Test showing there was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855). The limitation in this study because the instrument used sthetoscope and sphymomagnometer, should be used Doppler for standart.

Conclusion: There was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855)

(22)

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan: Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Ankle Brachial Pressure Index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional pada penderita yang datang di Poliklinik Neurologi RSUP HAM. Penelitian melibatkan 75 subjek. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjalani pengukuran Ankle Brachial pressure Index pada keempat anggota gerak, kemudian dinilai fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination.

Hasil: Dari penelitian terdiri dari 75 subjek dengan 37 pria (49,3%) dan wanita 38 orang (50,7%). Dengan Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855). Keterbatasan penelitian ini oleh karena instrument yang digunakan bukan dengan Doppler melainkan dengan auskultasi menggunakan stethoscope dan sphymomagnometer.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855)

(23)

ABSTRACT

ABSTRACT

Background and Purpose: Cognitive function is a result of interaction with the environment acquired formally and normal. Disruption of one or more of the cognitive function will cause disruption of social function, work and activities of a person. The aimed of this study is to investigate the relationship of Ankle Brachial Pressure Index to cognitive function of old age.

Methods: This study is descriptive analytic methods in cross sectional data collection in patients who arrived at the Clinic of Neurology RSUP.H.Adam Malik Medan. This study involved 75 subjects. Subjects who meet inclusion and exclusion criteria underwent Ankle brachial pressure index measurements on all four limbs, and then assessed cognitive function with the Mini Mental State Examination.

Results: From 75 subject consisted of 37 males (49,3%) and 38 females (50,7%). With Kolmogorov Smirnov Test showing there was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855). The limitation in this study because the instrument used sthetoscope and sphymomagnometer, should be used Doppler for standart.

Conclusion: There was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855)

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang

didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi

tersebut akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan

aktivitas harian seseorang.(Hesti,2008)

Pada abad 21 diduga penduduk usia lanjut diseluruh dunia akan

meningkat (tahun 2000 mencapai 426 juta atau sama dengan 6,8% total

populasi). Jumlah ini akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2005

mencapai 829 juta (9,7% total populasi). Untuk Asia Tenggara, proporsi

penduduk usia di atas 60 tahun akan mengalami peningkatan dari 5% di

tahun 1950 menjadi 11,5% di tahun 2050. Jumlah penduduk usia lanjut di

Indonesia dari tahun 2000 sampai 2005 meningkat menjadi 8,2% dari

7,6% total populasi penduduk. Dan jumlah ini akan terus meningkat dan

diprediksikan tahun 2020 mencapai 11,4%. Dengan meningkatnya

populasi usia lanjut, hal ini berhubungan dengan meningkatnya angka

kesakitan, penurunan kemampuan kognitif dan ketidakberdayaan serta

ketergantungan. Gangguan kognitif ringan merupakan gejala patologis

dan tanda awal bagi demensia maupun Alzheimer pada usia lanjut. Pada

(25)

2004 - Maret 2005, didapati 4.0% usia lanjut yang berumur ≥ 60 tahun dijumpai bermasalah dengan kemampuan kognitif. (Marhamah,2007)

Sepuluh persen dari orang tua yang berumur 65 tahun dan 50%

dari mereka yang lebih tua dari 85 tahun memiliki kerusakan kognitif, mulai

dari ringan sampai demensia berat. (Paul, 2010)

Gangguan fungsi kognitif merupakan masalah kesehatan yang

penting dalam memberikan kontribusi terhadap kecacatan, morbiditas dan

kematian. Faktor pembuluh darah dapat berhubungan dengan

perkembangan fungsi kognitif dan dementia.(Sugawara dkk,2010)

Pengukuran Ankle Brachial Pressure Index adalah merupakan test

non invasive untuk menentukan peripheral arterial disease. Ankle Brachial

Pressure Index sering dianggap untuk menentukan blocked arteries dan

arterial stiffness, dengan menggunakan pengukuran yang bersifat non

invasive. Ankle Brachial Pressure Index merupakan hasil dari

perbandingan antara sistolik pergelangan kaki dengan sistolik brakial dan

digunakan untuk menilai keparahan daripada oklusi arteri pada tungkai.

Penurunan daripada ABI menunjukkan adanya peripheral arterial disease

yang disebabkan oleh atherosclerosis. Dalam sebuah studi berbasis

komunitas besar di Amerika Serikat, didapati ABI yang rendah dikaitkan

dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun penelitian dan studi

kohort lainnya termasuk Edinburgh Artery Study dan Honolulu Asia Aging

(26)

resiko gangguan fungsi kognitif di masa depan dan meningkatkan resiko

demensia. (Sugawara dkk, 2010; Laurin, 2007; Migliacci, 2008)

Ankle Brachial Pressure Index, merupakan marker untuk

atherosclerosis yang berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif pada

usia lanjut.(Johnson, 2010) Pada penelitian lain menunjukkan bahwa ABI

yang rendah merupakan prediktor awal untuk penurunan fungsi

kognitif.(Raffnsson, 2009)

Pada studi dari Heart Outcomes Prevention Evaluation Study

(HOPE) menunjukkan bahwa ABI merupakan prediktor yang kuat untuk

kejadian kardiovaskular dan untuk semua kasus mortalitas walaupun

diukur secara sederhana dengan palpasi daripada arteri di

tungkai.(Migliacci, 2008)

Ankle BrachiaI Pressure Index mempunyai peranan sebagai marker

untuk atherosclerosis, dan hubungannya dengan cardiovascular disease

(CVD). Pengukuran ABI telah direkomendasikan sebagai bagian untuk

menentukan resiko dan sebagai primary prevention dari CVD pada

individu asimptomatis. Ada konsensus yang menyatakan bahwa abnormal

ABI dengan asimptomatis individu dikategorisasikan ke dalam kategori

resiko tinggi terhadap CVD untuk kedepannya.(Khan, 2008)

Peripheral Arterial Disease merupakan bentuk umum dari

peripheral vascular disease (PVD), sebagai hasil dari atherosclerosis pada

arteri – arteri yang mensuplai ekstremitas bawah (seperti abdominal aorta,

(27)

16% diatas usia 55 tahun, termasuk didalamnya 10% asymptomatic PAD

(stage I), 5% claudicatio intermittent (stage II), 1 % chronic leg ischemia

(stages III – IV). Peripheral Arterial Disease berhubungan dengan

komorbid atherosclerosis pada arteri koroner dan arteri carotid. Peripheral

Arterial Disease (PAD) dianggap sebagai faktor resiko yang signifikan

untuk stroke. Atherosclerosis dan banyak faktor resikonya seperti

hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia, merokok telah diketahui

mempunyai efek yang merusak fungsi kognitif dan ada kemungkinan

bahwa penurunan fungsi kognitif bersamaan dengan penyakit

ini.(Waldstein dkk,2003;Tapiheru, 2008)

Peripheral arterial disease pada ekstremitas bawah merupakan

penyakit umum yang mempengaruhi 12 juta masyarakat Amerika serikat.

Atherosclerosis merupakan penyebab utama pada peripheral arterial

disease pada anggota gerak bawah.(Khan, 2008)

Diketahui bahwa atherosclerosis pada tungkai bawah menunjukkan

manifestasi yang utama terhadap patologi sama dengan sistem arteri

lainnya. Dan sejumlah studi menyatakan bahwa hubungan antara ABI

dengan fungsi kognitif dijumpai. Adanya ABI yang rendah mempunyai

korelasi dengan cardiovascular disease dan mortalitas. (Sugawara dkk,

2010; Laurin, 2007)

Pada US community based study, dinyatakan bahwa ABI yang

rendah berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun

(28)

Honolulu Asia Aging study, menunjukkan bahwa nilai ABI yang rendah

merupakan nilai prediktif bagi faktor resiko terhadap gangguan fungsi

kognitif dan meningkatnya resiko dari dementia. (Sugawara dkk, 2010)

Pada population based Rotterdam study, Breteler et al(cit,

Waldstein,dkk,2003) menemukan bahwa individu – individu dengan ABI

<0,90 (diagnostic sebagai PVD) menunjukkan kinerja yang menurun pada

MMSE jika dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang

lebih besar. Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah

dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test

perceptuo motor speed selama periode tiga sampai tujuh tahun,

khususnya diantara individu – individu yang memiliki allele 4 apo E.

Pada studi Honolulu Asia Aging study, PAD merupakan penyakit

umum pada populasi tua. Peripheral arterial disease merupakan

akumulasi dari atherosclerosis pada tungkai bawah yang mempengaruhi

sampai 30 % dari North Americans dan Eropa dengan umur > 55 tahun,

dan setengahnya merupakan asimptomatis.(Laurin, 2007)

Pada suatu studi epidemiologi dilakukan pengujian terhadap fungsi

kognitif dan peripheral arterial disease pada populasi umum. Dengan

analisis cross sectional, dimana peripheral arterial disease (PAD)

mempunyai hubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan pengukuran

dengan Mini Mental State Examination. Dua penelitian melaporkan

dimana subjek yang diperiksa dengan nilai ABI yang rendah dan

(29)

besar . ApoE ε4 allele telah dilaporkan adanya perubahan hubungan dari

faktor resiko penyakit serebrovaskular lainnya terhadap fungsi kognitif dan

Alzheimer disease. Tidak diketahui dengan pasti peripheral arterydisease

(PAD) berhubungan secara klinis dengan dementia. Faktor resiko

pembuluh darah, termasuk atherogenic dan stroke related damage,

diketahui mempunyai peranan dalam vascular dementia, tetapi bukan

merupakan bukti yang signifikan terlibat dalam Alzheimer disease. Oleh

karena itu, hipotesis daripada studi ini menyatakan bahwa ABI

berhubungan dengan dementia,vascular dementia dan Alzheimer disease.

(Laurin 2007;Elwood 2002).

Pada population based Rotterdam study, menemukan bahwa

individu – individu dengan ABI <0,90 (diagnostic sebagai PVD)

menunjukkan hubungan signifikan pada MMSE yang rendah jika

dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang lebih besar.

Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah dikaitkan dengan

penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test perceptuo motor speed

selama periode 3 sampai 7 tahun, khususnya diantara individu – individu

yang memiliki allele 4 apo E.(Waldstein 2003)

Atherosclerosis stenosis terjadi pada ekstremitas bawah, tekanan

berkurang pada arteri di tungkai, hal ini menimbulkan nilai ABI yang

rendah. Ankle brachial pressure index dengan nilai <0.90 dianggap

patologis, yang menunjukkan adanya PAD. Dibandingkan dengan

(30)

arteri stenosis ≥50% adalah sekitar 90% dan spesifisitas adalah sekitar 98%. Pada large scale epidemiological studies, menunjukkan adanya

hubungan antara nilai ABI yang rendah dengan yang meningkatkan

resiko coronary death, cerebrovascular death. Pada systematic review

yang terbaru, spesifisitas dari nilai ABI yang rendah dapat menjadi

prediksi untuk cardiovascular outcomes di masa depan meningkat (88%

cardiovascular mortality). (Letz 2007)

Mini Mental State Examination (MMSE) terdiri atas 5 kemampuan

kognitif yang terdiri atas orientasi (skor maksimum 5), registrasi (skor

maksimum 3), Atensi dan kalkulasi (skor maksimum 5),mengingat

kembali / Recall (skor maksimum 3), kemampuan bahasa (skor

maksimum 9). total keseluruhan skor MMSE maksimal 30, dan bila skor

MMSE<24 menandakan adanya masalah dengan kemampuan kognitif.

(Marhamah,2007).

Pada penelitian Kochhann 2009, distribusi pendidikan terhadap

MMSE dikategorikan dengan grup yang dibagi atas 0-5 tahun pendidikan

disebut pendidikan rendah, pendidikan sedang adalah 6 – 11 tahun dan

pendidikan tinggi adalah bila> 12 tahun. Dengan median MMSE score : 29

(>9 tahun pendidikan), 26 ( 5 – 8 tahun pendidikan), 22 (0 – 4 tahun

(31)

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian – penelitian terdahulu seperti

yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan Ankle Brachial pressure Index dengan

gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.

I.3. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Ankle Brachial pressure Index

dengan gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan nilai ankle brachial pressure

index dengan fungsi kognitif usia lanjut

1.3.2.2 Untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian

1.3.2.3 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan

fungsi kognitif

1.3.2.4 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan

nilai Ankle brachial pressure index

1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan fungsi

kognitif

1.3.2.6 Untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan fungsi

(32)

1.3.2.7 Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi

kognitif

1.3.2.8 Untuk mengetahui hubungan merokok dengan fungsi kognitif

I.4. HIPOTESIS

Ada hubungan nilai Ankle Brachial Pressure Index (ABI) dengan

gangguan fungsi kognitif usia lanjut.

I.5. MANFAAT PENELITIAN

Dengan mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure

index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut, maka penelitian ini:

1. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk membuat rencana

pencegahan bagi pasien usia lanjut yang belum mengalami

gangguan fungsi kognitif, sehingga diharapkan dapat

memperlambat atau mengurangi kejadian gangguan fungsi

kognitif pada usia lanjut.

2. Dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya untuk

mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure index

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.FUNGSI KOGNITIF

Fungsi kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir,

mengingat, belajar dan menggunakan bahasa.

Berdasarkan Kolegium Neurologi Indonesia,2008, Fungsi kognitif terdiri

dari:

1. Fungsi atensi

Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan

satu stimulus tertentu atau spesifik dengan mampu mengabaikan

stimulus lain baik internal maupun eksternal yang tidak perlu atau

tidak dibutuhkan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk

mempertahankan atensi untuk periode yang lebih lama. Atensi dan

konsentrasi sangat penting dalam mempertahankan fungsi kognitif,

terutama dalam proses belajar. Gangguan atensi dan konsentrasi

akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan

fungsi eksekutif.

Gangguan atensi dapat berupa dua kondisi klinik berbeda. Pertama

ketidakmampuan mempertahankan atensi maupun atensi yang

terpecah atau tidak atensi sama sekali, kedua inatensi spesifik

(34)

2. Fungsi Bahasa

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas

dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Oleh karena

itu pemeriksaan bahasa harus dilakukan pada awal pemeriksaan

neurobehavior. Jika terdapat gangguan bahasa, pemeriksaan

kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif akan mengalami

kesulitan atau tidak mungkin dilakukan. Gangguan bahasa atau

afasia sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus, sehingga

merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Setiap kerusakan

otak yang disebabkan oleh stroke, tumor, trauma, demensia dan

infeksi dapat menyebabkan gangguan berbahasa.

3. Fungsi Memori

Memori secara umum merupakan proses bertingkat dimana

informasi pertama kali harus dicatat dalam area korteks sensorik

kemudian diproses melalui sistem limbik untuk terjadinya suatu

pembelajaran baru. Secara klinik memori dibagi menjadi tiga tipe

dasar: immediate, recent dan remote memory berdasarkan rentang

waktu antara stimulus dan recall.

1. Immediate memory

Merupakan kemampuan untuk merecall stimulus dalam interval

(35)

2. Recent memory

Merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian sehari – hari

(misalnya tinggal, nama dokter, apa yang dimakan saat sarapan,

atau kejadian – kejadian baru) dan mempelajari materi baru serta

mencari materi tersebut dalam rentang waktu menit, jam, hari ,

bulan, tahun.

3. Remote memory

Merupakan rekoleksi kejadian yang terjadi bertahun – tahun yang

lalu (misalnya tanggal lahir, sejarah, nama teman).

Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan

pasien. Amnesia secara umum merupakan defek fungsi memori.

Ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru setelah brain

insult disebut amnesia anterograde. Amnesia retrograde merujuk

pada amnesia pada kejadian yang terjadi sebelum brain insult.

Tidak semua gangguan memori merupakan gangguan organik.

4. Fungsi visuospatial

Kemampuan visuospasial dapat dievaluasi melalui kemampuan

konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam

gambar (misal: lingkaran, kubus) dan menyusun balok – balok.

Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi ini tetapi

lobus parietal terutama hemisfer kanan mempunyai peran yang

(36)

5. Fungsi eksekutif.

Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara

berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan

eksekutif diperankan oleh lobus frontal, tetapi pengalaman klinis

menunjukkan bahwa semua sirkuit yang terkait dengan lobus

frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal.

Diperlukan atensi, bahasa, memori dan visuospatial sebagai dasar

untuk menyusun kemampuan kognitif.

Sebagai pemeriksaan awal, MMSE (Mini Mental State Examination)

untuk mengukur status kognitif global. Mini Mental State Examination

merupakan tes skrining yang telah digunakan secara luas karena mudah

dan waktu pemeriksaan singkat. Penilaian dengan nilai maksimum 30

cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan data dasar

dan memantau penurunan kognisi dalam kurun waktu tertentu.

Pemeriksaan MMSE merupakan tes skrining yang telah digunakan secara

luas karena mudah dan waktu pemeriksaan singkat. Nilai dibawah 28

dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognisi yang

signifikan pada penderita berpendidikan tinggi. Pasien yang berpendidikan

rendah, nilai MMSE 24 masih dianggap normal.

Pada MMSE fungsi kognitif yang dinilai adalah kemampuan

(37)

kemampuan konstruksi. Namun MMSE mempunyai kelemahan karena

tidak ada penilaian untuk fungsi eksekutif.

Tes MMSE awalnya dikembangkan untuk screening demensia,

namun digunakan untuk pengukuran fungsi kognitif general. Mini Mental

State Examination sekarang merupakan screening yang paling luas

digunakan untuk menilai status kognitif dan status mental pada status usia

lanjut. (Kochhann R.2009)

Sensitifitas MMSE untuk mendeteksi pemburukkan kognitif

meningkat ketika skor cut-off (26-28) digunakan atau ketika dilakukan

adjustment terhadap umur dan pendidikan. Walaupun skor cut-off untuk

dementia secara umum adalah dibawah 24, skor median bervariasi

tergantung umur dan lama pendidikan.(Fink, 2004)

Tabel 1. Skor median MMSE adjustment terhadap usia dan lama pendidikan.

Lama pendidikan Usia (tahun)

18 - 69 70 – 79 > 79 Tingkat keempat 22 - 25 21 – 22 19 - 20 Tingkat kedelapan 26 - 27 25 23 - 25 Sekolah tingkat atas 28 - 29 27 25 - 26 Perguruan tinggi 28 - 29 28 27

Dikutip dari: Fink, Vivian. 2004. “Mild Cognitive Impairment : Pre-Alzheimers disease state provides opportunity for early detection and possible treatment”. The Institute For medical Education Bulletin V(6):1-11

Sebuah studi yang dilakukan pada 473 orang sehat yang berumur

lebih dari 15 tahun dengan latar belakang pekerjaan dan pendidikan yang

(38)

Tabel 2. Skor median MMSE

Median

Lama pendidikan:

0 - 6 tahun 24 7 - 9 tahun 26 10 - 12 tahun 26 > 12 tahun 28 Usia:

< 20 tahun 27 21 - 30 tahun 28 31 - 40 tahun 28 41 - 50 tahun 26 51 - 60 tahun 27 > 60 tahun 21

Dikutip dari: Sjahrir, H., Ritarwan, K., Tarigan, S., Rambe, A.S., Lubis, I.D., Bhakti, I. 2001. “The Mini Mental State Examination in healthy individuals in Medan, Indonesia by age and education level”. Neurol J Southeast Asia;6:19-22

II.2.ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX (ABI)

II.2.1.Definisi

Ankle brachial Pressure index (ABI) adalah merupakan rasio

daripada ankle systolic blood pressure dengan brachial systolic blood

pressure. (Al Qaisi,2009).

ABI =

(39)

Pada penelitian Hayoz,2005:

Tabel 3. Nilai Skor ABI

Dikutip dari Diresta ,2006. Diabetic Foot vol 9 no 1 2006

II.2.2.Sejarah

Pengukuran arteri pada ekstremitas bawah, diutarakan pertama kali

oleh Naumann pada tahun 1930. Dan pada tahun 1950, Winsor pertama

kali menggunakan pengukuran Ankle Brachial Pressure Index pada

(40)

Gambar 1. Cara pengukuran dan kalkulasi ankle brachial index

(41)

II.2.3.Cara Pengukuran

Pengukuran ABI dengan cara mengukur arteri brakial pada lengan

kiri, dan mengukur tekanan sistolik pada kaki kanan dan kaki kiri dengan

posisi pasien dalam keadaan supine.(Sugawara, 2010)

Pada Honolulu Asia Aging Study (HAAS) pengukuran ABI dengan

cara mengukur arteri brakial dua kali pada lengan kanan, dan arteri

posterior tibial diukur dua kali pada setiap pergelangan kaki dengan

pasien yang diperiksa dalam posisi supine dengan menggunakan

handheld Doppler device dan sphygmomanometer.(Laurin, 2007)

Setiap pasien yang diukur bilateral ABI dengan meraba nadi dari

arteri posterior tibial dan arteri dorsalis pedis pada ekstremitas bawah

kanan,dengan arteri brakial kanan dan kiri, sedangkan pada ekstremitas

bawah kiri dengan cara meraba arteri posterior tibial dan arteri dorsalis

pedis kiri, dengan arteri brakial kanan dan kiri. Dan pengukuran dilakukan

dengan rata - rata dari dua determinasi sebagai rasio antara tekanan

darah sistolik tertinggi pada ekstremitas bawah dan tekanan darah sistolik

tertinggi pada ekstremitas atas dan pasien yang diperiksa dalam keadaan

supine dan istirahat sedikitnya dalam 10 menit. Sensitifitas ABI dengan

palpasi 88% dan spesifisitas 82%.(Magliacci,2008)

Ankle Brakial pressure Index diukur dengan auskultasi dengan cara

mengukur tekanan darah anggota gerak bawah, seperti pada arteri

(42)

pada arteri dorsalis pedis dan arteri posterior tibial diukur dengan cara

auskultasi menggunakan standar cuff untuk pengukuran tekanan darah di

arteri brakial dengan bantuan stethoscope. (Takahashi dkk,2006). Akurasi

ABI dengan stetoscope terhadap ABI dengan Doppler, ,Mean stethoscope

ABI, 1.01 ± 0.15, and mean Doppler ABI, 1.03 ± 0.20, (P = 0.047)

menunjukkan korelasi yang baik, dengan mengukur perbandingan ini

menghasilkan sensitifitas 71,4% dan spesifisitas 91,0% (Carmo,2008).

II.2.4.Hubungan ABI terhadap fungsi kognitif

Selain faktor resiko vaskular, berkurangnya cerebral blood flow juga

dapat mengakibatkan disfungsi kognitif. Hal ini dapat menjelaskan

hubungan tentang U shaped antara tekanan darah sistolik dengan fungsi

kognitif pada orang tua (Rose,2009).

Pada penelitian Laurin,2007 dilaporkan dua penelitian yang

menyatakan bahwa subjek dengan ABI rendah dan apolipoprotein (Apo) E

ε4 alel memiliki penurunan fungsi kognitif yang besar, Juga dijumpai

adanya hubungan positif yang kuat antara PAD dan peradangan, yang

disimpulkan dalam pathogenesis atherosclerosis dan terkait dengan

timbulnya demensia .(Laurin, 2007;Greenwood, 2005;Parasuraman 2002)

Jika atherosclerosis stenosis terjadi pada ekstremitas bawah,

tekanan berkurang pada arteri di tungkai hal ini menimbulkan nilai ABI

(43)

II.2.5.Patofisiologi

II.2.5.1.Atherosclerosis

Pada atherosclerosis terdapat deposit lipid yang sering disertai oleh

kalsifikasi dan fibrosis, dan jika ini terlepas akan menyebabkan

thrombosis.(Dongoran,2007)

Atherosclerosis dan komplikasinya merupakan penyebab kematian

paling umum di daerah Western dan Jepang, walaupun beberapa teori

tentang atherogenesis telah diusulkan beberapa dekade, tetapi tidak

satupun dapat menjelaskan keseluruhan proses dari pathogenesis

daripada atherosclerosis dikarenakan penyakit ini berhubungan dengan

banyak faktor resiko.(Fan, 2003).

Atherosclerosis melibatkan proses yang saling terkait, termasuk

gangguan lipid, aktivasi platelet, thrombosis, disfungsi endotel, inflamasi,

stress oksidatif, aktivasi sel pembuluh darah halus, dan faktor - faktor

genetik.(Faxon,dkk 2004)

Arterial stiffness dan pulse pressure mempunyai hubungan dengan

terjadinya atherosclerosis pada pembuluh darah besar maupun

(44)

Gambar 2. Lokasi Arterial Stiffness

Dikutip dari Zieman. Arterioscler Thromb Vasc Biol

2005;25;932-943.

Akumulasi dari sel - sel lipid yang mendasari endothelium pada arteri

besar yaitu fatty streaks merupakan tanda dari tahap awal.

Gambar 3. Inflamasi pada atherosclerosis

(45)

Gambar diatas merupakan mekanisme patogenesis daripada

atherosclerosis. Atherosclerosis sebenarnya melibatkan suatu respon

inflamasi yang sedang berlangsung. Dimana pada penelitian terbaru

ditemukan peran mendasar dari inflamasi yang pada perkembangannya

akhirnya komplikasi trombotik atherosclerosis. Temuan ini mempunyai

hubungan penting antara faktor resiko dengan mekanisme dari

atherogenesis. Dimana peningkatan daripada plasma atherogenic

lipoproteins dapat menyebabkan pengendapan dari lipoprotein di intima.

Atherogenic lipoprotein ini dapat menyebabkan perubahan biologis,

termasuk meningkatnya adhesi molekul dalam sel endotel, dan adhesi

disertai migrasi dari monosit dan limfosit T. Monosit dapat dibedakan ke

dalam makrofag dibawah tindakan GM-CSF. Makrofag dapat mengambil

deposit atherogenic lipoprotein melalui scavenger receptor dan

ditransformasikan ke dalam foam cells. T lymphocytes dan smooth

muscle cells bersama - sama dengan beragam sitokin dan efek biologis

lainnya dapat terjadi, yang pada akhirnya menentukan nasib daripada

lesi.(Fan, 2003)

II.2.5.2.Plak dan Inflammatory Reactions

Atherosclerotic plaque juga dikenal atheroma atau fibrous plaque

terdiri dari lipid atau necrotic core yang ditutupi oleh lapisan daripada

(46)

extracellular matrix. yang terdiri dari sejumlah makrofag yang berasal dari

foam cells dan T lymphocytes. Komponen - komponen ini dianggap dapat

menentukan nasib daripada plak.(Fan, 2003)

Mekanisme inflamasi dan aktivasi imun diduga mempunyai peranan

dalam patogenesis terkait usia yang berhubungan dengan gangguan

fungsi kognitif.(Yaffe 2003)

Penting untuk mengetahui faktor inflamasi yang terlibat dalam

proses atherosclerosis. Oksidasi low density lipoprotein dapat

menyebabkan adhesi molekul pada sel endotel dan memicu terjadinya

migrasi daripada monosit ke intima. Sebaliknya oksidasi low density

lipoprotein dapat menstimulasi produksi daripada mediator - mediator

inflamasi dari sel vaskular lain, yang pada gilirannya menghasilkan

berbagai respon inflamasi di dinding arteri.(Fan, 2003)

II.3.PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE (PAD)

II.3.1.Definisi

Peripheral arterial disease (PAD) adalah merupakan proses

atherosclerosis dan thromboembolic yang mempengaruhi aorta, beserta

cabang – cabang arteri visceral dan arteri dari ekstremitas bawah. (Olin,

(47)

II.3.2. Hubungan Peripheral arterial disease dengan fungsi kognitif

Mekanisme dimana PAD berhubungan dengan penurunan fungsi

kognitif tidak diketahui dengan pasti. Namun diduga adanya

atherosclerosis, dimana atherosclerosis pada arteri carotis, sering

komorbid dengan PAD dan terkait dengan penurunan fungsi kognitif yang

diduga atherosclerosis ini secara tidak langsung mengurangi perfusi

serebral. Selain itu atherosclerosis juga diduga berhubungan dengan

penurunan fungsi kognitif melalui mikroemboli yang meningkat. Pada

pasien dengan adanya peripheral arterial disease, prevalensi

atherosclerosis pada arteri karotis meningkat beberapa kali lipat

dibandingkan populasi pada umumnya. Dengan menyempitnya arteri

karotis atau arteri serebral menyebabkan terjadinya obstruksi pada aliran

darah ke otak, sehingga menyebabkan terjadinya hipoperfusi,

atherosclerosis pada arteri karotid penting oleh karena berhubungan

dengan meningkatnya resiko terhadap tromboemboli. Peneliti menduga

bahwa perubahan struktur di dalam otak menandai secara bertahap

penyakit serebrovaskular dan kinerja yang berkurang pada penderita

PAD. (Waldstein 2003;Fukuhara,2006)

Pada pasien dengan PAD, prevalensi atherosclerosis pada arteri

carotis meningkat beberapa kali lipat. Penyempitan yang terjadi pada

arteri carotis atau arteri cerebri mayor dapat menyebabkan obstruksi pada

aliran darah darah ke otak, yang akan mencetuskan terjadinya

(48)

berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya tromboemboli

(Rafnsson 2009)

Gambar 4. Peripheral arterial disease

II.4.USIA LANJUT

Proses penuaan (aging process) adalah proses alamiah dimana

baik fisik maupun mental mengalami perubahan yang perlahan tetapi pasti

dan dialami semua individu.

Berdasarkan Asosiasi Alzheimer Indonesia 2001, Masa lanjut usia

dibagi atas: masa tua awal (young old, 65 –74 tahun ), tua menengah

(49)

Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia no 13 thn 1998,

bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun

ke atas.

II.4.1 Epidemiologi

Secara demografi populasi penuaan terus berlanjut. Kerusakan

fungsi kognitif diperkirakan menjadi penyebab utama dari beban

kesehatan yang buruk pada orang tua. Saat ini diantara 5% - 10%

masyarakat berumur 65 tahun dan 30 % dari mereka yang lebih dari usia

80 tahun telah mengalami demensia.(Rafnsson, 2009)

II.4.2 Hubungan usia lanjut dengan fungsi kognitif

Sepuluh persen dari usia lebih dari 65 tahun mengalami gangguan

fungsi kognitif. Dengan meningkatnya usia tua juga menyebabkan

(50)
(51)
(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1.

TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilakukan di Poliklinik Ilmu Penyakit Saraf FK. USU /

RSUP. H. Adam Malik Medan dari tanggal 10 Desember 2011 dan

tercukupi pada tanggal 31 Maret 2013.

III.2. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian diambil dari pasien usia lanjut yang berobat jalan

ke poliklinik Neurologi RSUP.HAM. Penentuan subjek penelitian dilakukan

menurut metode sampling konsekutif.

III.2.1. Populasi sasaran

Semua pasien usia lanjut yang berumur 60 tahun ke atas

memenuhi kriteria inklusi, yang berobat jalan ke poliklinik Neurologi

RSUP.HAM Medan yang dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

Ankle Brachial Pressure Index.

III.2.2. Populasi terjangkau

Semua pasien usia lanjut yang berumur 60 tahun ke atas yang

berobat jalan ke poliklinik Neurologi RSUP.HAM Medan yang memenuhi

(53)

III.2.3.Besar Sampel

Besar sampel dihitung menurut rumus:

(

) (

)

3

Zα=Nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α

yang ditentukan , untuk α=0,05 , Zα = 1,96

Zß=Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai ß

yang ditentukan. untuk ß=0,10, Zß = 1,282

2. Dapat membaca dan menulis

3. Dapat berbahasa Indonesia

4. Yang memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian

(54)

III.2.5. Kriteria Eklusi:

1. Subjek dengan riwayat penyakit stroke

2. Subjek dengan riwayat trauma kapitis

3. Subjek dengan riwayat tumor otak

4. Subjek yang depresi

5. Subjek dengan penurunan kesadaran

III.2.6.Batasan Operasional

a. Fungsi Kognitif merupakan kemampuan atensi, kemampuan

berbahasa, memori, kemampuan visuospatial dan kemampuan cara

berpikir atau memecahkan masalah atau disebut juga dengan

kemampuan eksekutif (Kolegium Neurologi Indonesia 2008).

b. Ankle Brachial pressure Index merupakan bukti objektif ada atau

tidaknya peripheral arterial disease, dimana ABI adalah rasio antara

tekanan darah sistolik pada pergelangan kaki dengan tekanan darah

sistolik lengan atas (brakial) dengan menggunakan

sphygmomanometer. Dimana cut of point 0,9 yang dilakukan pada

waktu istirahat dengan sensitifitas 95% dan spesifisitas 99%. dengan

nilai ABI:

- normal : ABI 0,90 - 1,30

- PAD ringan - sedang : ABI 0,41 - 0,90

(55)

(Sugawara,2010;Scottisch Intercollegiate Guideline Network,2006)

c. Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan pengukuran

fungsi kognitif yang pertama kali digunakan oleh folstein. dimana skor

dimulai dari 0 - 30, dan skor dibawah 24 menunjukkan adanya

gangguan fungsi kognitif. (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003)

d. Usia Lanjut adalah subjek yang mengikuti penelitian dengan usia 60

tahun keatas atau lebih.(sugawara,2010). Berdasarkan Asosiasi

Alzheimer Indonesia 2001, Masa lanjut usia dibagi atas: masa tua awal

(young old, 65 –74 tahun ), tua menengah (medium old, 74 – 84 tahun)

dan tua sekali (oldold, >84 tahun).

Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia no 13 thn 1998,

bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas.

e. Stroke adalah serangan yang ditandai dengan tanda - tanda klinis yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global

dengan gejala - gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih

atau menyebabkan kematian,tanpa adanya penyebab lain yang jelas

(56)

f. Diabetes Melitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar

glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat

dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi

insulin. Dikatakan diabetes mellitus bila kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dL atau kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL atau kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram.(PERKENI 2011)

g. Hipertensi bila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg ( stage 1 hypertension), dan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg, tekanan darah diastolic ≥ 100 mmHg (stage 2 hypertension) berdasarkan Joint National Committee (JNC) VII.

(Chobanian,2003)

h. Trauma kapitis adalah adanya trauma mekanik yang secara langsung

atau tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan

fungsi neurologis (Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis

dan Trauma Spinal 2006).

i. Penderita Depresi adalah penderita dengan gangguan mood,

(57)

bersalah, atau rasa tidak berharga, gangguan tidur, tidak bersemangat

dan sulit berkonsentrasi. (World Health Organization,2011)

j. Penurunan kesadaran adalah kehilangan kemampuan untuk

merasakan dan membalas stimulus yang berasal dari lingkungan luar.

(The Free Dictionary,2011)

III.3. INSTRUMEN

1. ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX, diukur menggunakan Aneroid

Sphygmomagnometer (tensi 200,PT Jayamas Medica Industri

Indonesia)

2. Mini Mental State Examination (MMSE), untuk penilaian fungsi kognitif

dimana nilai di bawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan

gangguan kognitif pada penderita berpendidikan tinggi. Sedangkan

pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah 24 masih

dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengidentifikasikan

resiko untuk demensia. (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).

III.4. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data

dengan potong lintang dengan sumber data diperoleh dari semua pasien

usia 60 tahun ke atas yang berobat ke poliklinik Ilmu Penyakit Saraf

(58)

III.5.Pelaksanaan penelitian

III.5.1. Pengambilan sampel :

Semua pasien usia lanjut yang berumur 60 tahun keatas yang berobat ke

poliklinik Ilmu Penyakit Saraf RSUP.HAM.Medan yang memenuhi kriteria

inklusi, mengisi kuesioner dan menandatangani surat persetujuan ikut

penelitian

III.5.2. Variabel yang diamati

III.5.2.1 Variabel bebas : Ankle Brachial Pressure Index (ABI)

III.5.2.2 Variabel terikat : Nilai MMSE

III.5.3. Analisa Statistik

Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical

Product and Science Service). Dihitung nilai P dalam semua analisis,

dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05.

Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan nilai ankle brachial pressure index

dengan fungsi kognitif digunakan uji Kolmogorov smirnov

2. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran karakteristik

populasi sampel.

3. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat distribusi subjek

(59)

4. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat distribusi subjek

penelitian berdasarkan nilai ankle brachial pressure index

5. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif

digunakan uji Chi Square.

6. Untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan fungsi

kognitif dengan uji Chi Square

7. Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi kognitf

dengan uji Chi Square

8. Untuk mengetahui hubungan merokok dengan fungsi kognitif

(60)

III.6 KERANGKA OPERASIONAL

ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI)

SURAT IJIN IKUT PENELITIAN - Anamnesa

- Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan Neurologi

HASIL ANALISA

DATA MMSE

Pasien usia lanjut ≥ 60 tahun di poliklinik Neurologi

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian

IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Dari keseluruhan subjek usia lanjut yang berobat ke poli Neurologi

RSUP.HAM.Medan, terdapat 75 subjek usia lanjut yang memenuhi kriteria

inklusi yang diikut sertakan dalam penelitian.

Dari 75 orang subjek usia lanjut yang dianalisa, terdiri dari 37 pria

(49,3%) dan 38 wanita (50,7%). Dengan rerata umur 68 tahun dengan

rentang antara 60 sampai 82 tahun. Rerata nilai MMSE 25,7 dengan

rentang 4 sampai 30. Lama pendidikan terbanyak adalah 9 – 12 tahun

sebanyak 29 subjek (38,7%) dan 9 subjek (12 %) dengan pendidikan

dibawah 4 tahun. Suku terbanyak adalah suku batak yaitu 31 orang

(41,3%). Data lengkap mengenai karakteristik subjek penelitian ini

(62)

Tabel 4. Karakteristik subjek penelitian.

Karakteristik subjek N = 75 %

Umur (tahun) 68(60,82) MMSE (mean,SD) 25,7(4,30)

Jenis kelamin

Pria 37 49,3 Wanita 38 50,7 Lama Pendidikan

0-4 tahun 9 12,0 5-8 tahun 11 14,7 9-12 tahun 29 38,7 >12 tahun 26 34,7 Suku

Karo 28 37,3 Batak 31 41,3 Jawa 9 12.0 Aceh 4 5.3 Minang 1 1,4 Melayu 2 2,7

(63)

Gambar 6. Diagram distribusi berdasarkan suku

IV.1.2. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan fungsi kognitif

Dari data diperoleh dari 43 orang dengan MMSE yang terganggu

didapati pria 22(51,2%) dan wanita 21(48,8%). Sedangkan dari 37 orang

dengan MMSE yang tidak terganggu didapati pria 15(46,9%) dan 17

wanita (53,1%).

Dari 43 orang dengan nilai MMSE yang terganggu diperoleh nilai

ABI normal 6 (14,0%), nilai ABI ringan 35 (81,3%), nilai ABI sedang 2

(4,7%). Sedangkan dari 32 orang dengan nilai MMSE yang tidak

terganggu diperoleh nilai ABI normal 9 (28,1%), nilai ABI ringan

22(68,8%), nilai ABI sedang 1 (3,1%).

Dari 43 orang dengan MMSE yang terganggu didapati subjek yang

menderita diabetes mellitus 13(30,2%), dan yang tidak ada riwayat

(64)

yang tidak terganggu diperoleh 9(28,1%) yang menderita diabetes melitus

dan 23 (71,9%) yang tidak menderita diabetes melitus.

Dari 43 orang dengan MMSE terganggu diperoleh 17(39,5%) yang

menderita hipertensi, dan 26(60,5%) yang tidak menderita hipertensi.

Sedangkan dari 32 orang dengan MMSE yang tidak terganggu diperoleh

22(68,8%) yang menderita hipertensi dan 10(31,2%) yang tidak memiliki

hipertensi.

Dari 43 orang dengan MMSE terganggu diperoleh 6(14,0%)

yang memiliki riwayat merokok, dan 37(86,0%) yang tidak merokok.

Sedangkan dari 32 orang dengan MMSE yang tidak terganggu diperoleh

8(25,0%) yang merokok dan 24(75,0%) yang tidak merokok.

Tabel 5. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan fungsi kognitif

Variabel MMSE

Terganggu Tidak terganggu

(65)

IV.1.3. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan nilai Ankle brachial

index

Diperoleh data dari 37 pria, terdapat 8 (21,6%) orang yang memiliki

nilai ABI normal, 28 (75,7%) orang yang memiliki nilai ABI ringan dan 1

orang yang memiliki nilai ABI sedang (2,7%). Sedangkan dari 38 wanita,

diperoleh 7 (18,4%) orang yang memiliki nilai ABI normal, 29(76,3%)orang

memiliki nilai ABI ringan, dan 2 (5,3%)orang yang memiliki nilai ABI

sedang

Dari 43 MMSE yang terganggu diperoleh nilai ABI yang normal 6

(14,0%),nilai ABI ringan 35(81,3%) dan nilai ABI sedang 2(4,7%).

Sedangkan dari 32 MMSE yang tidak terganggu diperoleh 9(28,1%)

dengan nilai ABI normal, nilai ABI ringan 22 (68,8%) dan 1(3,1%) dengan

nilai ABI sedang.

Dari 22 orang yang menderita diabetes mellitus diperoleh 5(22,7%)

dengan nilai ABI normal, 17 (77,3%) diperoleh nilai ABI ringan.

Sedangkan 53 orang yang tidak menderita diabetes diperoleh 10(18,9%)

dengan nilai ABI normal, 40(75,5%)dengan nilai ABI ringan, dan 3

(5,7%)dengan nilai ABI sedang.

Dari 39 orang yang menderita hipertensi diperoleh 11(28,2%)

dengan nilai ABI normal, dan 27 (69,2%) dengan nilai ABI ringan dan 1

(2,6%) dengan nilai ABI sedang. Sedangkan dari 36 yang tidak memiliki

hipertensi diperoleh 4(11,1%) dengan nilai ABI normal, diperoleh 30

(66)

Dari 14 orang yang memiliki pernah merokok diperoleh 1 (7,1%)

dengan nilai ABI normal, 13(92,9%) nilai ABI ringan. Sedangkan dari 61

yang tidak pernah merokok diperoleh nilai ABI normal 14 (23,0%), nilai

ABI ringan 44(72,1%) dan 3 (4,9%) nilai ABI sedang.

Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan ABI

Variabel ABI

IV.1.4 Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif

Berdasarkan jenis kelamin diperoleh 22 orang (51,2%) pria dan 21

(48,4%) wanita yang memiliki fungsi kognitif terganggu. Hasil analisa

statistik menggunakan Uji Chi Square yang menunjukkan tidak terdapat

hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan fungsi kognitif

(67)

Tabel 7. Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif

Variabel MMSE p

Terganggu Tidak terganggu

n (%) n (%)

Jenis Kelamin Pria Wanita

22 21

(51,2) (48,8)

15 17

(46,9) (53,1)

0,713* *Uji Chi square

Gambar 7. Grafik hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif

IV.1.5 Hubungan nilai ankle brachial pressure index dengan fungsi

kognitif

Berdasarkan nilai ABI normal (>0.90) diperoleh 6(14,0%) dengan

(68)

dengan MMSE yang terganggu, ABI sedang (0,40-0,75) diperoleh 2(4,7%)

dengan MMSE yang terganggu. Hasil analisa statistik dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara nilai ABI dengan penurunan fungsi

kognitif (p=0,855).

Tabel 8. Hubungan ankle brachial pressure index dengan fungsi

kognitif

Variabel MMSE p

Terganggu Tidak terganggu

n (%) n (%)

**Uji Kolmogorov smirnov

IV.1.6 Hubungan Diabetes melitus dengan fungsi kognitif

Berdasarkan adanya riwayat diabetes melitus diperoleh 13(30,2%)

dengan MMSE yang terganggu dan yang tidak ada riwayat diabetes

melitu4s diperoleh 30 (69,8%) dengan MMSE yang terganggu. Hasil

analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara diabetes melitus dengan

(69)

Tabel 9. Hubungan diabetes melitus dengan fungsi kognitif

Variabel MMSE p

Terganggu Tidak terganggu

n (%) n (%)

IV.1.7 Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif

Berdasarkan adanya riwayat hipertensi diperoleh 17(39,5%)

dengan MMSE yang terganggu dan tidak ada hipertensi 26(60,5%)

dengan MMSE yang terganggu. Hasil analisa statistik dengan

menggunakan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan

antara hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif (p=0,012).

Tabel 10. Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif

Variabel MMSE p

Terganggu Tidak terganggu

(70)

Gambar 8 . Grafik hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif

IV.1.8 Hubungan riwayat merokok dengan fungsi kognitif

Berdasarkan adanya riwayat merokok diperoleh 6(14,0%) dengan

MMSE terganggu dan tidak pernah merokok 37(86,0%) dengan MMSE

yang terganggu. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi

Square menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara merokok

(71)

Tabel 11. Hubungan Merokok dengan fungsi kognitif

Variabel MMSE p

Terganggu Tidak terganggu

n (%) n (%)

Merokok Ya Tidak

6 37

(14,0) (86,0)

8 24

(25,0) (75,0)

0,225* *Uji Chi square

Gambar

Tabel 2. Skor median MMSE
Gambar 1. Cara pengukuran dan kalkulasi ankle brachial index
Gambar 2. Lokasi Arterial Stiffness
Gambar 4. Peripheral arterial disease
+7

Referensi

Dokumen terkait

Solusi ini kami gunakan pendekatan STM (pendekatan Sains dan teknologi untuk masyarakat) berbasis pendekatan nilai bernuansa sains (sikap ilmiah) dalam bentuk

Kontrak melalui web dapat dilakukan dengan cara situs web seorang supplier (baik yang berlokasi di server supplier maupun diletakkan pada server pihak ketiga) memiliki diskripsi

Tujuan Penelitian: Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun Gamping Lor Ambarketawang

Kerangka arsitektur data menyediakan struktur untuk mendokumentasikan detail informasi yang penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan seperti mengidentifikasikan

memiliki hubungan yang sangat penting dalam rangka mengembangkan segala potensi diri untuk masa depan serta menumbuh kembangkan kepribadiannya sesuai dengan jati diri

Peran stakeholder dalam pengembangan Pulau Samalona menjadi sangat penting karena Pulau Samalona merupakan salah satu wisata bahari yang saat ini sedang populer di

» Saat Vin mendapat masukan yang cukup besar hingga dapat mengalirkan arus basis yang cukup untuk transistor, maka transistor akan jenuh.. Emitor mendapat

Pengertian belajar secara umum adalah perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman dengan serangkai kegiatan. Misalkan dengan membaca, mengamati, mendengarkan,