BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang
didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi
tersebut akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan
aktivitas harian seseorang.(Hesti,2008)
Pada abad 21 diduga penduduk usia lanjut diseluruh dunia akan
meningkat (tahun 2000 mencapai 426 juta atau sama dengan 6,8% total
populasi). Jumlah ini akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2005
mencapai 829 juta (9,7% total populasi). Untuk Asia Tenggara, proporsi
penduduk usia di atas 60 tahun akan mengalami peningkatan dari 5% di
tahun 1950 menjadi 11,5% di tahun 2050. Jumlah penduduk usia lanjut di
Indonesia dari tahun 2000 sampai 2005 meningkat menjadi 8,2% dari
7,6% total populasi penduduk. Dan jumlah ini akan terus meningkat dan
diprediksikan tahun 2020 mencapai 11,4%. Dengan meningkatnya
populasi usia lanjut, hal ini berhubungan dengan meningkatnya angka
kesakitan, penurunan kemampuan kognitif dan ketidakberdayaan serta
ketergantungan. Gangguan kognitif ringan merupakan gejala patologis
dan tanda awal bagi demensia maupun Alzheimer pada usia lanjut. Pada
2004 - Maret 2005, didapati 4.0% usia lanjut yang berumur ≥ 60 tahun
dijumpai bermasalah dengan kemampuan kognitif. (Marhamah,2007)
Sepuluh persen dari orang tua yang berumur 65 tahun dan 50%
dari mereka yang lebih tua dari 85 tahun memiliki kerusakan kognitif, mulai
dari ringan sampai demensia berat. (Paul, 2010)
Gangguan fungsi kognitif merupakan masalah kesehatan yang
penting dalam memberikan kontribusi terhadap kecacatan, morbiditas dan
kematian. Faktor pembuluh darah dapat berhubungan dengan
perkembangan fungsi kognitif dan dementia.(Sugawara dkk,2010)
Pengukuran Ankle Brachial Pressure Index adalah merupakan test
non invasive untuk menentukan peripheral arterial disease. Ankle Brachial
Pressure Index sering dianggap untuk menentukan blocked arteries dan
arterial stiffness, dengan menggunakan pengukuran yang bersifat non
invasive. Ankle Brachial Pressure Index merupakan hasil dari
perbandingan antara sistolik pergelangan kaki dengan sistolik brakial dan
digunakan untuk menilai keparahan daripada oklusi arteri pada tungkai.
Penurunan daripada ABI menunjukkan adanya peripheral arterial disease
yang disebabkan oleh atherosclerosis. Dalam sebuah studi berbasis
komunitas besar di Amerika Serikat, didapati ABI yang rendah dikaitkan
dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun penelitian dan studi
kohort lainnya termasuk Edinburgh Artery Study dan Honolulu Asia Aging
resiko gangguan fungsi kognitif di masa depan dan meningkatkan resiko
demensia. (Sugawara dkk, 2010; Laurin, 2007; Migliacci, 2008)
Ankle Brachial Pressure Index, merupakan marker untuk
atherosclerosis yang berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif pada
usia lanjut.(Johnson, 2010) Pada penelitian lain menunjukkan bahwa ABI
yang rendah merupakan prediktor awal untuk penurunan fungsi
kognitif.(Raffnsson, 2009)
Pada studi dari Heart Outcomes Prevention Evaluation Study
(HOPE) menunjukkan bahwa ABI merupakan prediktor yang kuat untuk
kejadian kardiovaskular dan untuk semua kasus mortalitas walaupun
diukur secara sederhana dengan palpasi daripada arteri di
tungkai.(Migliacci, 2008)
Ankle BrachiaI Pressure Index mempunyai peranan sebagai marker
untuk atherosclerosis, dan hubungannya dengan cardiovascular disease
(CVD). Pengukuran ABI telah direkomendasikan sebagai bagian untuk
menentukan resiko dan sebagai primary prevention dari CVD pada
individu asimptomatis. Ada konsensus yang menyatakan bahwa abnormal
ABI dengan asimptomatis individu dikategorisasikan ke dalam kategori
resiko tinggi terhadap CVD untuk kedepannya.(Khan, 2008)
Peripheral Arterial Disease merupakan bentuk umum dari
peripheral vascular disease (PVD), sebagai hasil dari atherosclerosis pada
arteri – arteri yang mensuplai ekstremitas bawah (seperti abdominal aorta,
16% diatas usia 55 tahun, termasuk didalamnya 10% asymptomatic PAD
(stage I), 5% claudicatio intermittent (stage II), 1 % chronic leg ischemia
(stages III – IV). Peripheral Arterial Disease berhubungan dengan
komorbid atherosclerosis pada arteri koroner dan arteri carotid. Peripheral
Arterial Disease (PAD) dianggap sebagai faktor resiko yang signifikan
untuk stroke. Atherosclerosis dan banyak faktor resikonya seperti
hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia, merokok telah diketahui
mempunyai efek yang merusak fungsi kognitif dan ada kemungkinan
bahwa penurunan fungsi kognitif bersamaan dengan penyakit
ini.(Waldstein dkk,2003;Tapiheru, 2008)
Peripheral arterial disease pada ekstremitas bawah merupakan
penyakit umum yang mempengaruhi 12 juta masyarakat Amerika serikat.
Atherosclerosis merupakan penyebab utama pada peripheral arterial
disease pada anggota gerak bawah.(Khan, 2008)
Diketahui bahwa atherosclerosis pada tungkai bawah menunjukkan
manifestasi yang utama terhadap patologi sama dengan sistem arteri
lainnya. Dan sejumlah studi menyatakan bahwa hubungan antara ABI
dengan fungsi kognitif dijumpai. Adanya ABI yang rendah mempunyai
korelasi dengan cardiovascular disease dan mortalitas. (Sugawara dkk,
2010; Laurin, 2007)
Pada US community based study, dinyatakan bahwa ABI yang
rendah berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun
Honolulu Asia Aging study, menunjukkan bahwa nilai ABI yang rendah
merupakan nilai prediktif bagi faktor resiko terhadap gangguan fungsi
kognitif dan meningkatnya resiko dari dementia. (Sugawara dkk, 2010)
Pada population based Rotterdam study, Breteler et al(cit,
Waldstein,dkk,2003) menemukan bahwa individu – individu dengan ABI
<0,90 (diagnostic sebagai PVD) menunjukkan kinerja yang menurun pada
MMSE jika dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang
lebih besar. Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah
dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test
perceptuo motor speed selama periode tiga sampai tujuh tahun,
khususnya diantara individu – individu yang memiliki allele 4 apo E.
Pada studi Honolulu Asia Aging study, PAD merupakan penyakit
umum pada populasi tua. Peripheral arterial disease merupakan
akumulasi dari atherosclerosis pada tungkai bawah yang mempengaruhi
sampai 30 % dari North Americans dan Eropa dengan umur > 55 tahun,
dan setengahnya merupakan asimptomatis.(Laurin, 2007)
Pada suatu studi epidemiologi dilakukan pengujian terhadap fungsi
kognitif dan peripheral arterial disease pada populasi umum. Dengan
analisis cross sectional, dimana peripheral arterial disease (PAD)
mempunyai hubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan pengukuran
dengan Mini Mental State Examination. Dua penelitian melaporkan
dimana subjek yang diperiksa dengan nilai ABI yang rendah dan
besar . ApoE ε4 allele telah dilaporkan adanya perubahan hubungan dari
faktor resiko penyakit serebrovaskular lainnya terhadap fungsi kognitif dan
Alzheimer disease. Tidak diketahui dengan pasti peripheral arterydisease
(PAD) berhubungan secara klinis dengan dementia. Faktor resiko
pembuluh darah, termasuk atherogenic dan stroke related damage,
diketahui mempunyai peranan dalam vascular dementia, tetapi bukan
merupakan bukti yang signifikan terlibat dalam Alzheimer disease. Oleh
karena itu, hipotesis daripada studi ini menyatakan bahwa ABI
berhubungan dengan dementia,vascular dementia dan Alzheimer disease.
(Laurin 2007;Elwood 2002).
Pada population based Rotterdam study, menemukan bahwa
individu – individu dengan ABI <0,90 (diagnostic sebagai PVD)
menunjukkan hubungan signifikan pada MMSE yang rendah jika
dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang lebih besar.
Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah dikaitkan dengan
penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test perceptuo motor speed
selama periode 3 sampai 7 tahun, khususnya diantara individu – individu
yang memiliki allele 4 apo E.(Waldstein 2003)
Atherosclerosis stenosis terjadi pada ekstremitas bawah, tekanan
berkurang pada arteri di tungkai, hal ini menimbulkan nilai ABI yang
rendah. Ankle brachial pressure index dengan nilai <0.90 dianggap
patologis, yang menunjukkan adanya PAD. Dibandingkan dengan
arteri stenosis ≥50% adalah sekitar 90% dan spesifisitas adalah sekitar
98%. Pada large scale epidemiological studies, menunjukkan adanya
hubungan antara nilai ABI yang rendah dengan yang meningkatkan
resiko coronary death, cerebrovascular death. Pada systematic review
yang terbaru, spesifisitas dari nilai ABI yang rendah dapat menjadi
prediksi untuk cardiovascular outcomes di masa depan meningkat (88%
cardiovascular mortality). (Letz 2007)
Mini Mental State Examination (MMSE) terdiri atas 5 kemampuan
kognitif yang terdiri atas orientasi (skor maksimum 5), registrasi (skor
maksimum 3), Atensi dan kalkulasi (skor maksimum 5),mengingat
kembali / Recall (skor maksimum 3), kemampuan bahasa (skor
maksimum 9). total keseluruhan skor MMSE maksimal 30, dan bila skor
MMSE<24 menandakan adanya masalah dengan kemampuan kognitif.
(Marhamah,2007).
Pada penelitian Kochhann 2009, distribusi pendidikan terhadap
MMSE dikategorikan dengan grup yang dibagi atas 0-5 tahun pendidikan
disebut pendidikan rendah, pendidikan sedang adalah 6 – 11 tahun dan
pendidikan tinggi adalah bila> 12 tahun. Dengan median MMSE score : 29
(>9 tahun pendidikan), 26 ( 5 – 8 tahun pendidikan), 22 (0 – 4 tahun
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian – penelitian terdahulu seperti
yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan Ankle Brachial pressure Index dengan
gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.
I.3. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Ankle Brachial pressure Index
dengan gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan nilai ankle brachial pressure
index dengan fungsi kognitif usia lanjut
1.3.2.2 Untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian
1.3.2.3 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan
fungsi kognitif
1.3.2.4 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan
nilai Ankle brachial pressure index
1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan fungsi
kognitif
1.3.2.6 Untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan fungsi
1.3.2.7 Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi
kognitif
1.3.2.8 Untuk mengetahui hubungan merokok dengan fungsi kognitif
I.4. HIPOTESIS
Ada hubungan nilai Ankle Brachial Pressure Index (ABI) dengan
gangguan fungsi kognitif usia lanjut.
I.5. MANFAAT PENELITIAN
Dengan mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure
index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut, maka penelitian ini:
1. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk membuat rencana
pencegahan bagi pasien usia lanjut yang belum mengalami
gangguan fungsi kognitif, sehingga diharapkan dapat
memperlambat atau mengurangi kejadian gangguan fungsi
kognitif pada usia lanjut.
2. Dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya untuk
mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure index