• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Direktorat Produksi Di PT Dirgantara Indonesia Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Direktorat Produksi Di PT Dirgantara Indonesia Bandung"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Cipatat Binong No. 27

No Handphone : 085759615274

Pendidikan Formal

(4)

PT. DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO) BANDUNG

Influence of Work Moral and 5R Program (Concise, Neat, Rehearsal, Care and Diligence) to Work Employees Productivity Part of Production Directorate at

Company Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen Disusun oleh : RISMA RISVIANTI

21212132

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan yang menguasai segala kekuasaan dan pemiliki segala ilmu. Dengan sifat Maha Pengasih dan Penyayang-Nya memberikan keuasaan, ilmu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Atas Kehendak-Nya jualah Alhamdulillahirabbil‘alamin penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Usulan Penelitian dengan judul “Pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) Terhadap

Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Direktorat Produksi di PT.

(6)

vi

1. Allah SWT, yang telah memberikan pertolongan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

2. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto,Msc, Selaku Rektor Universitas Indonesia.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Dr. Raeni Dwi santy, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

5. Ibu Windi Novianti, SE,.MM Selaku Dosen Wali kelas Manajemen 4.

6. Ibu Yusmiar Rohmah selaku Supervisor dan Pembimbing di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

7. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati. Dra., SE., MSi Selaku Penguji I Program Studi Manajemen Universitas Komputer Indonesia.

8. Ibu Lita Wulantika.,SE.,MSi Selaku Penguji II Program Studi Manajemen Universitas Komputer Indonesia.

9. Bapak/Ibu Dosen yang tidak pernah lelah untuk mengajarkan dan memberikan ilmu kepada penulis.

10. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang tanpa batas memberikan kasih sayang, doa dan dukungan lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

11. Adikku tercinta Ellen Febiana dan M Daffa Rafif Ibni yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

12. Sahabat tercinta Arsy Tristiana Puspa Rengganis dan Putrie Wandayani Oktavia yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 13. Seluruh rekan-rekan Manajemen 4, yang telah membantu memberikan

semangat dan motivasi kepada penulis.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih atas dorongan, do’a, serta motivasi yang sangat berharga

(7)

vii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi penulisan, maupun dari segi penulisan, maupun dari segi yang lainnya. Penulis juga menantikan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

Akhir kata penulis sampaikan Meski jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan Usulan Penelitian yang penulis susun ini dapat memberikan manfaat bagi diri penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin yaa robbal a’lamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Agustus 2016 Penulis

(8)

viii

ABSTRAK………..………...iii

ABSTRACT………...………...….……iv

KATA PENGANTAR……….……… …………...……..…v

DAFTAR ISI……….………..…viii

DAFTAR TABEL………..………..xii

DAFTAR GAMBAR………....xv

DAFTAR LAMPIRAN………..…….xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...……...1

1.2 Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah………...……..………10

1.2.1 Identifikasi Masalah………..……….10

1.2.2 Rumusan Masalah………..………11

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian………..……...12

1.3.1 Maksud Penelitian………...12

1.3.2 Tujuan Penelitian………..…….12

1.4 Kegunaan Penelitian………...………13

1.4.1 Kegunaan Akademis………..………13

1.4.2 Kegunaan Praktis………..……….13

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian………...………..14

1.5.1 Lokasi Penelitian………..………..14

(9)

ix

2.1.1.2 Ciri-Ciri Semangat Kerja………...17 2.1.1.3 Aspek-Aspek Semangat Kerja………...19 2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja…....20 2.1.1.5 Indikasi Turunnya Semangat Kerja………...…...22 2.1.2 Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)……...…..25

2.1.2.1 Konsep 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)…....28 2.1.2.2 Tujuan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)…...30 2.1.3 Produktivitas Kerja……….………...31 2.1.3.1 Pengukuran Produktivitas Kerja………....35 2.1.3.2 Sumber-Sumber Produktivitas Kerja………...38 2.1.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja..39 2.1.3.4 Manfaat Dari Penilaian Produktivitas Kerja…………...40 2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu………...41 2.2 Kerangka Pemikiran………...……….…...45

2.2.1 Keterkaitan Pengaruh Semangat Kerja Terhadap Produktivitas

Kerja………...47

2.2.2 Keterkaitan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) Terhadap Produktivitas Kerja………...………..48 2.2.3 Paradigma Penelitian………...………...50

2.3 Hipotesis………...………..50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian………...………..52

(10)

x

3.2.3.1 Sumber Data……….…..61

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data……….….62

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data……….…...….64

3.2.4.1 Uji Validitas………...…………..………...66

3.2.4.2 Uji Reliabilitas ………..……...….70

3.2.4.3 Uji Metode Suksesif Internal (MSI) ………..………73

3.2.5 Rancangan Analisis Dan Uji Hipotesis………..74

3.2.5.1 Rancangan Analisis……….………...74

3.2.5.1.1 Analisis Deskriptif atau Kualitatif………...75

3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif atau kuantitatif……….76

3.2.5.2 Uji Hipotesis……….…………..…83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan………....88

4.1.1 Sejarah Perusahaan……….…………....88

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan………...98

4.1.3 Job Description………...99

4.2 Karakteristik Karyawan……….…………..107

4.3 Analisis Deskriptif………...108

4.3.1 Semangat Kerja………....109

4.3.2 program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)………....115

4.3.3 Produktivitas Kerja Karyawan……….………128

(11)

xi

4.4.4 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)………..139 4.4.5 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)………...141 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……….………144

5.2 Saran……….………..145

(12)

Blogger, 2011. Penerapan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin), 4 April 2016.

Dayo Akintayo. 2012. Working environment, workers’ morale and perceived

productivity in industrial organizations in Nigeria. Education Research Journal Vol. 2(3) pp. 87-93, March 2012 Available online ISSN: 2026-6332 ©2012 International Research Journals. Nigeria: Osun state university, okuku Campus.

Dhani Putra Rochmanto, Isa Ma'rufi, Anita Dewi. 2015. Penerapan Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin (5R) dalam Upaya Pengendalian Kebakaran di Unit Produksi 2 PT. Kutai Timber Indonesia (KTI). Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015. Jember: Universitas Jember.

Dheo Rimbano. 2014. Pengaruh Motivasi dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan pada Master Group Cash dan Credit Kota Lubuklinggau. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius) Vol. 4 No. 1 Januari 2014. Lubuklinggau

Dwi kusumawarni. 2007. Pengaruh semangat dan disiplin kerja Terhadap produktivitas karyawan pada Perusahaan daerah air minum (pdam) Kabupaten kudus. Skripsi Dwi Kusumawarni. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Heru Setiawan. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi dan Program Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) pada Produktivitas Karyawan PT KAI Bandung. Trikonomika Volume 8, No.1, Juni 2009, Hal. 39-45 ISSN 1411-514X.

Bandung: Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan

Mardjan Dunggio. 2013. Semangat Dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pt. Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara. Jurnal EMBA 523 Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 523-533 ISSN 2303-1174. Manado: Universitas SamRatulangi.

(13)

Prihadi Waluyo. 2011. Analisis Penerapan Program K3/5R Di Pt X Dengan Pendekatan Standar Ohsas 18001 Dan Statistik Tes U Mann-Whitney Serta Pengaruhnya Pada Produktivitas Karyawan. Jurnal Standardisasi Vol. 13, No. 3 Tahun 2011: 192 – 200. Jakarta : Pusat Audit Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Saepul Rohman, Yanti Helianty, Yuniar,. 2014. Evaluasi Penerapan Metode 5R Dalam Peningkatan Produktivitas Pembuatan Radiator Body Protector (Studi Kasus di PT. Alba Unggul Metal. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 Reka Integra ISSN: 2338-5081 ©Jurusan Teknik Industri Itenas | No.04 | Vol.02. Bandung: Institut Teknologi Nasional (Itenas).

(14)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Semangat Kerja

2.1.1.1Pengertian Semangat Kerja

Muchinsky (2002) mengatakan bahwa semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik. Suasana kerja pada umumnya menjadi faktor penentu yang dapat membangkitkan semangat kerja karyawan. Misalnya saja, terciptanya suasana kekeluargaan diantara sesama rekan kerja, dan juga suasana ruang kerja yang kondusif. Hal tersebut dapat memberikan reaksi positif bagi karyawan untuk membangkitkan semangat dan kegairahan kerja.

(15)

psikologis yang baik bila dapat menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat dan konsekuen (Siswanto, 2000).

Sutanto & Stiawan (2000) mengemukakan bahwa semangat kerja adalah dorongan yang menyebabkan melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Yoder (Djui & Setiasih, 2001) mendefinisikan semangat kerja sebagai suatu kondisi mental yang mencerminkan kegairahan, keteguhan hati dan rasa persatuan dengan kelompok yang mempengaruhi seseorang untuk bekerja sama.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa semangat kerja merupakan kondisi mental individu yang mendorong untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik, lebih cepat dan konsekuen secara pribadi maupun berkelompok.

2.1.1.2Ciri-Ciri Semangat Kerja

Berikut adalah ciri-ciri semangat kerja : 1. Kerja Keras

Orang yang memiliki semangat kerja, akan bekerja keras. Dia tidak mudah menyerah bila gagal. Selalu berusaha dengan sebaik-baiknya.

Ciri-ciri pekerja keras :

a. Kesulitan tidak membuat berhenti bekerja b. Mencari cara kerja baru

(16)

Orang yang memiliki semangat kerja tentunya sikap disiplin. Disiplin merupakan bentuk perhatian terhadap waktu. Dia akan menghargai waktu. Dia tidak mudah mengingkari janji yang telah diberikan.

Ciri-ciri orang yang disiplin : a. Tepat waktu

b. Tidak mengingkari janji 3. Jujur

Orang yang mempunyai semangat kerja akan bersikap jujur. Jujur adalah berkata dan berbuat apa adanya, tidak mengada-ada. Orang yang jujur mau mengakui kekurangannya.

Ciri-ciri orang yang jujur a. Mau megakui kekurangan b. Tidak takut diolok-olok c. Selalu mematuhi aturan

2.1.1.3Aspek-Aspek Semangat Kerja

Gulon (Febriani & Nurtjahjanti, 2006) mengemukakan bahwa aspek-aspek semangat kerja adalah:

(17)

2. Konflik dalam bekerja, hal ini lebih ditujukan pada tidak adanya konflik dalam diri sendiri terutama antara perasaan suka atau tidak suka terhadap pekerjaan, sesama karyawan, atasan maupun terhadap sistem.

3. Penyesuaian perseorangan yang baik, kemampuan karyawan dalam mengerti, memahami, dan menyesuaikan diri baik dengan keadaan, pekerjaan maupun hubungan interpersonal dalam lingkungan kerja.

4. Kepaduan kelompok, kemampuan antar anggota kelompok untuk bekerja sama termasuk di dalamnya mampu bekerja sama antara atasan dengan bawahan maupun antar sesama karyawan.

5. Keterlibatan ego individu terhadap pekerjaannya, individu menganggap pekerjaannya sebagai bagian dari dirinya, penyalur motivasi dan bukan hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan melainkan sudah menjadi kebutuhan itu sendiri. Cara individu melibatkan diri dan perasaannya dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga ada kemauan untuk melaksanakan tugasnya.

6. Sekumpulan sikap karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya, berkaitan dengan penerimaan individu terhadap keseluruhan hasil pekerjaannya yaitu cara individu bersikap terhadap semua aspek yang ada dalam kerja baik mengenai pekerjaan itu sendiri maupun aspek-aspek lain dalam bekerja.

(18)

2.1.1.4Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Nawawi (2003) mengemukakan bahwa semangat kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Minat seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Seseorang yang berminat dalam mengerjakan pekerjaannya akan dapat meningkatkan semangat kerja.

2. Faktor gaji atau upah yang tinggi akan meningkatkan semangat kerja seseorang.

3. Status sosial pekerjaan. Pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dan memberi posisi yang tinggi dapat menjadi faktor penentu semangat kerja. 4. Suasana kerja atau hubungan dalam pekerjaan. Penerimaan dan penghargaan

dapat meningkatkan semangat kerja.

5. Tujuan pekerjaan. Tujuan pekerjaan yang mulia dapat mendorong semangat kerja seseorang.

6. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan

Tiffin & Mc Cormick (Djui & Setiasih, 2001) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja yaitu:

1. Tugas atau jabatan karyawan, kenaikan jabatan biasanya diikuti dengan meningkatnya semangat kerja karyawan.

(19)

3. Pengawasan, sikap dan perilaku atasan terhadap bawahannya sedikit banyak akan mempengaruhi sikap karyawan terhadap pekerjaannya

4. Faktor sosial dalam kelompok kerja, penelitian Mayo menunjukkan bahwa dengan menimbulkan perasaan diterima dalam kelompok seorang karyawan akan menunjukkan semangat kerja yang tinggi.

5. Kondisi kerja, kondisi kerja yang menyenangkan dan lingkungan kerja yang harmonis merupakan syarat timbulnya kegairahan kerja karyawan.

6. Tinjauan terhadap salary dan penghargaan, karyawan akan merasa senang apabila mendapatkan penghargaan dan kenaikan gaji secara teratur.

7. Metode penggajian, Timbulnya keluhan dari karyawan mengenai upah biasanya berasal dari metode penggajian yang ditetapkan oleh perusahaan.

2.1.1.5Indikasi Turunnya Semangat Kerja

Indikasi turunnya semangat kerja sangat penting untuk diketahui suatu perusahaan karena dengan pengetahuan tersebut akan dapat diketahui sebab-sebabnya. Dengan demikian perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan atau pemecahan masalah sedini mungkin.

Terdapat indikator semangat kerja yang di ungkapkan oleh beberapa ahli. Salah satunya, Menurut Nitisemito (1992), indikasi-indikasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

(20)

Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kemalasan, menunda pekerjaan, dan sebagainya. Bila terjadi penurunan produktivitas, maka hal ini berarti indikasi dalam organisasi tersebut telah terjadi penurunan semangat kerja.

2. Tingkat absensi yang naik atau tinggi

Pada umumnya, bila semangat kerja menurun, maka karyawan dihinggapi rasa malas untuk bekerja. Apalagi kompensasi atau upah yang diterimanya tidak dikenakan potongan saat mereka tidak masuk bekerja. Dengan demikian dapat menimbulkan penggunaan waktu luang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, meski hanya untuk sementara.

3. Labour turn over atau tingkat perpindahan karyawan yang tinggi

Keluar masuk karyawan yang meningkat terutama disebabkan karyawan mengalami ketidaksenangan atau ketidaknyamanan saat mereka bekerja, sehingga mereka berniat bahkan memutuskan untuk mencari tempat pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan alasan mencari kenyamanan dalam bekerja. Manajer harus waspada terhadap gejalagejala seperti ini.

4. Tingkat kerusakan yang meningkat

(21)

5. Kegelisahan dimana-mana

Kegelisahan tersebut dapat berbentuk ketidaktenangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal-hal lain. Terusiknya kenyamanan karyawan memungkinkan akan berlanjut pada perilaku yang dapat merugikan organsasi itu sendiri.

6. Tuntutan yang sering terjadi

Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, di mana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. Organisasi harus mewaspadai tuntutan secara massal dari pihak karyawan.

7. Pemogokan

Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan sebagainya. Jika hal ini terus berlanjut maka akan berunjung ada munculnya tuntutan dan pemogokan.

Kossen (1993) menurutnya terdapat beberapa tanda-tanda peringatan semangat kerja yang rendah, yaitu:

a. Kemangkiran b. Kelambatan

Keterlambatan yang berlebihan merupakan tanda bahaya semangat kerja yang rendah.

(22)

Dalam setiap organisasi ada karyawan yang keluar da nada karyawan lain diterima kerja pada perusahaan tersebut. Apabila angka pergantian mulai naik secara abnormal menunjukan tanda bahaya dari semangat kerja yang buruk. d. Mogok dan sabotase

Pemogokan dan sabotase merupakan contoh ekstrim ketidakpuasan dalam angkatan kerja.

e. Ketiadaan kebanggaan dalam kerja

Ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaan dan perusahaan tempat dia bekerja sering kali menimbulkan sikap ketidakpedulian terhadap pekerjaannya.

2.1.2 Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

Secara filosofi program 5R adalah bagian dari program keselamatan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budayanya. Keselamatan kerja merupakan ilmu dan penerapan yang terkait dengan mesin, alat, bahan, dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja atau kerugian lainnya (Budiono, 2003).

(23)

dari tempat kerja, yang dapat menyebabkan: sakit, menggangu kenyamanan, serta menimbulkan inefisiensi baik bagi tenaga kerja maupun bagi penduduk di dalam lingkungan masyarakat (Jusuf, 2003).

Dari pendapat diatas jelas bahwa keselamatan kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin tenaga kerja agar terhindar dari bahaya-bahaya yang diakibatkan oleh lingkungan ditempat kerja yang dapat menggangu kenyamanan, serta menimbulkan kerugian baik bagi tenaga kerja maupun perusahaan sehingga tercipta suasana atau lingkungan kerja yang aman dan nyaman. K3 umumnya terbagi menjadi 2 yaitu program K3LH dan program 5R, namun dalam penelitian saya yang dibahas adalah program 5R.

(Osada 2011) Program 5R (5S) merupakan konsep yang sangat sederhana berasal dari Jepang, 5S adalah huruf awal dari lima kata Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Program 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Gerakan 5S/Program 5R adalah gerakan yang melaksanakan secara keseluruhan ke lima kata tersebut:

1. Seiri = Ringkas

Seiri/Ringkas berarti mengatur segala sesuatu, memilah sesuai dengan aturan atau prinsip tertentu. Menyisihkan barang yang tidak diperlukan di tempat kerja dan buang.

(24)

Seiton/Rapi berarti menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak. Hal itu merupakan cara untuk menghilangkan pencarian.

3. Seiso = Resik

Seiso/Resik berarti membersihkan barang sehingga menjadi bersih. Dalam hal ini berarti membuang sampah, kotoran dan benda asing serta membersihakan segala sesuatu. Diutamakan sebagai pemeriksaan terhadap kebersihan dan menciptakan tempat kerja yang tidak memiliki cacat dan cela.

4. Seiketsu = Rawat

Seiketsu/Rawat berarti terus-menerus dan secara berulang-ulang memelihara Ringkas, Rapi, dan Resik. Dengan demikian Rawat mencakup kebersihan pribadi dan lingkungan.

5. Shitsuke = Rajin

Shitsuke/Rajin berarti pelatihan dan penigkatan kemampuan untuk melakukan apa yang ingin kita lakukan meskipun hal tersebut sulit untuk dilakukan.

(25)

terhadap pekerjaannya dan perlakuan terhadap pekerjaan ini mencerminkan sikap terhadap pekerjaan. Tenaga kerja yang memiliki kondisi fisik prima, pengetahuan dan keterampilan tinggi serta sikap mental yang positif akan mampu bekerja pada tingkat produktivitas yang tinggi, efektif dan efisien

2.1.2.1Konsep Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

Lebih dari 40% dari waktu dalam kehidupan manusia dihabiskan di tempat kerja. 8 jam dari 24 jam sehari di habiskan di tempat kerja. Belum lagi kerja lembur. Sangatlah memprihatinkan bila kita tidak dapat menikmati kegembiraan pada saat-saat bekerja. Karena 40% kehidupan kita terasa seperti neraka. Salah satu cara memberikan keceriaan ditempat kerja dalam kehidupan kerja adalah melalui penerapan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin).

Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) atau 5S ini berawal dari kebiasaan warga jepang dalam mengurus rumah tangganya. Yaitu dengan cara menata sedemikian rupa sehingga menciptakan kondisi tempat tinggal yang nyaman.

(26)

Program ini mampu meningkatkan mutu dan produktivitas perusahaan. Karena, bekerja pada tempat yang terorganisir dengan baik, nyaman, aman, dan sehat.

Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan. Dengan kemudahan bekerja ini, 4 bidang sasaran pokok industri dapat lebih mudah dipenuhi. 4 bidang sasaran tersebut meliputi:

1. efisiensi kerja 2. produktivitas kerja 3. mutu kerja

4. keselamatan kerja

Tidaklah berlebihan, bila dikatakan bahwa pembangunan industri harus dilandasi dengan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin). Dengan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) perusahaan mempunyai landasan yang kokoh dan siap menghadapi tantangan persaingan. Dengan menerapkan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin), perusahaan tersebut telah memiliki basis budaya yang benar, kuat dan siap untuk berkembang secara sehat.

2.1.2.2Tujuan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

(27)

individual seolah-olah hal itu merupakan semacam daya tarik yang menguntungkan. Tetapi harus diingat bahwa program 5R sebenarnya adalah cara untuk mencapai tujuan tertentu. Dan harus diterapkan dengan memperhatikan beberapa sasaran seperti:

1. Keamanan

Selama puluhan tahun, kedua kata pemilah dan penataan menjadi ciri khas pada poster-poster dan surat kabar bahkan di perusahaan-perusahaan kecil. Karena pemilahan dan penataan sangat berperan besar di dalam masalah keamanan.

2. Tempat kerja yang rapi

Tempat kerja yang menerapkan program 5R dengan teliti tidak perlu terus-menerus membicarakan keamanan, dan kecelakaan industry yang dialaminya akan lebih sedikit ketimbang pabrik yang hanya mengutamakan peralatan dan prosedur yang sedemikian aman sehingga tidak mungkin gagal.

3. Efisiensi

Para ahli diberbagai bidang seperti, juru masak, pelukis, tukang kayu. Mereka menggunakan peralatan yang baik dan mereka memeliharanya. Mereka tahu bahwa waktu yang dipergunakan untuk memelihara peralatan tidak terbuang percuma, bahkan hal itu menghemat lebih banyak waktu.

4. Mutu

(28)

gangguan yang kecil dapat berakibat terhadap penurunan mutu dari output

yang di hasilkan. 5. Kemacetan

Pabrik yang tidak menerapkan program 5R akan menghadapi berbagai masalah kemacetan mulai dari mesin yang di sebabkan kotoran yang mengendap ataupun kemacetan dalam kepala laryawan, harus kita sadari bahwa ingatan seorang bisa saja salah, maka daripada itu di perlukan berbagai petunjuk yang melengkapi keterbatasan seorang manusia dalam menjalankan tugasnya.

2.1.3 Produktivitas Kerja

Filosofi dan spirit tentang produktivitas adalah keinginan ( the will ) dan upaya ( Effort ) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang. Batasan mengenai produktivitas bias dilihat dari berbagai sudut pandang, tergantung kepada tujuan masing-masing organisai (misalnya, untuk profit ataukah untuk customer satisfaction) juga tergantung pada bentuk organisasi itu sendiri. Sinungan (2008) menyatakan bahwa produktivitas adalah interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor yang mendasar, yaitu investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen, dan tenaga kerja.

(29)

perbaikan. Santoso (2004) menyatakan produktivitas kerja adalah rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa produktivitas kerja adalah penggunaan sumber daya manusia, keterampilan, teknologi, dan manajemen untuk memperbaiki kehidupan agar menjadi lebih baik dari hari sebelumnya.

Simanjuntak (2003:36) produktivitas karyawan adalah “Perbandingan

antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang terdiri dari beberapa faktor seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, dan sumber daya manusia yang merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitastergantung pada kemampuan tenaga manusia".

Produktivitas karyawan menunjukkan tingkat kemampuan pegawai dalam mencapai hasil (output), terutama dilihat dari sisi kuantitasnya. Oleh karena itu tingkat produktivitas setiap pegawai bisa berbeda, bisa tinggi atau bisa juga rendah, tergantung pada tingkat kegigihan dalam menjalankan tugasnya. Sinungan (2005:106) yang dimaksud dengan produ ktivitas kerja dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

(30)

2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni : investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.

Pola hubungan antar variabel di atas dikaitkan dengan teori-teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dibuat secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut Seiring dengan pertumbuhan perusahaan yang semakin meningkat tiap tahunnya, maka setiap karyawan dituntut untuk lebih meningkatkan produktivitas kerjanya. Masalah perlindungan tenaga kerja akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya industrialisasi dan teknologi. Kondisi demikian tentunya menuntut perusahaan agar perlindungan tenaga kerja dapat semakin mantap keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

Seorang karyawan tidak dapat bekerja secara maksimal, apabila keselamatan dan kesehatan kerjanya tidak terjamin, oleh karena itu para karyawan dan perusahaan perlu memperhatikan kondisi fisik dan mental melalui Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Suma’mur (2006:4) keselamatan kerja adalah

(31)

Produktivitas karyawan Menurut Liang Gie (2000:3) produktivitas adalah kemampuan menghasilkan suatu kerja yang lebih banyak daripada ukuran biasa yang telah umum.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas seperti yang dikemukakan Bunn (2001) bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mempengaruhi produktivitas karyawan. Namun, ditemukan sebuah research gap yaitu pada hasil penelitian Katsuro (2010) menemukan bahwa keselamatan kerja dan kesehatan kerja berhubungan negatif dengan produktivitas dan kinerja karyawan hal ini disebabkan oleh moral pekerja kontrak berkurang karena timbl ketidakpedulian dari manajemen yang tidak memperhatikan mereka sebagai bagian penting bagi organisasi dan keselamatan mereka di tempat kerja. Moral rendah mengurangi produktivitas karena para pekerja menaruh kebencian terhadap manajemen dan mereka tidak bekerja secara maksimal dari kemampuan mereka.

Keith (2002) mengemukakan bahwa: Budaya perusahaan yang diterapkan dalam perusahaan akan memberikan jaminan tumbuhnya kreativitas pada semua level, maka para pegawai tidak akan terjebak dalam aktivitas yang rutin dan mampu meningkatkan produktivitas dan kreativitasnya.

2.1.3.1Pengukuran Produktivitas Kerja

(32)

perubahan produktivitas sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dapat dievaluasi. Pengukuran dapat juga bersifat propektif dan sebagai masukan untuk pembuatan keputusan strategik. Pengukuran produktivitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan produktivitas.

Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efisiensi produktif meningkat atau menurun. Hal ini berguna sebagai informasi untuk mentusun strategi bersaing dengan prusahaan lain, sebab perusahaan yang produktivitasnya rendah biasanya kurang dapat bersaing dengan perusahaan yang produktivitasnya tinggi. Oleh sebab itu, setiap perusahaan untuk mencapai produktivitas yang tinggi dengan berbagai macam cara, misalnya melalui perbaikan alat (teknologi) atau peningkatan sumber daya manusia. Blocher, et al., (2007:307) menjelaskan bahwa ukuran produktivitas bisa dilihat dengan dua cara yaitu produktivitas operasional dan produktivitas finansial. Produktivitas opersional adalah rasio unit output terhdap unit input. Baik pembilang maupun penyebutnya merupakan ukuran fisik (dalam unit). Produktivitas finansial juga merupakan rasio output terhadap input, tetapi angka pembiang atau penyebutnya dalam satuan mata uang (rupiah).

(33)

produktivitas parsial. Berikut ini adalah contoh-contoh produktivitas parsial (Blocher, chen, lin, 2007:307) :

1. Hasil bahan baku langsung (output/unit bahan baku)

2. Produktivitas tenaga kerja, seperti otput per jam tenaga kerja atau output per pekerja.

3. Produktivitas proses (atau aktivitas), seperti output per jam mesin atau output per kilowatt.

Produktivitas input tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input. Rumusnya:

Rasio peroduktivitas = Output

Input

(34)

Produktivitas parsial keuangan menunjukkan jumlah unit output yang diproduksi untuk setiap dolar sumber daya input yang digunakan perusahaan. Ukuran produktivitas yang memasukkan seluruh sumber daya input yang digunakan dalam produksi disebut sebagai produktivitas total. Produktivitas total memberikan suatu ukuran produktivitas gabungan semua sumber daya input yang diperlukan. Produktivitas total merupakan ukuran produktivitas keuangan. Mulyadi (2003:205) mengemukakan bahwa pengukuran produkitvitas dilakukan dengan mengukur perubahan produktivitas sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap usaha untuk memperbaiki produktivitas.

(35)

2.1.3.2Sumber-Sumber Produktivitas Kerja

Sumber-sumber produktivitas menurut H.Hadari Nawawi dan H.M. Martini Hadari (1990:103) adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan pikiran

Produktivitas kerja dikatakan tinggi apabila untuk memperoleh hasil yang maksimal dipergunakan cara berkerja yang paling mudah.

2. Penggunaan tenaga jasmani

Produktivitas dikatakn tinggi bilamana mengerjakan sesuatu diperoleh hasil dan jumlahnya terbanyak dan mutu terbaik dengan tidak banyak menggunakan tenaga jasmani atau rohani.

3. Penggunaan waktu

Semakin singkat jangka waktu yang dipergunakan untuk mencapai hasil terbanyak dan terbaik, menunjukkan semakin produktif pelaksanaan suatu pekerjaan.

4. Penggunaan ruangan

(36)

5. Penggunaan material atau bahan

Suatu pekerjaan dikatakan produktif apabila penggunaan bahan atau material dan peralatannya tidak terlalu banyak yang terbuang dan harganya tidak terlalu mahal.

2.1.3.3Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut:

1. Sikap mental berupa motivasi kerja, disiplin kerja serta etika kerja 2. Pendidikan formal dan non

3. Keterampilan

4. Manajemen, berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan bawahannya, (4) hubungan industrial pancasila

5. Tingkat penghasilan 6. Gizi dan kesehatan 7. Jaminan sosial

8. Lingkungan dan iklim kerja 9. Sarana produksi

(37)

2.1.3.4Manfaat Dari Penilaian Produktivitas Kerja

Menurut Muchdarsyah Sinungan (2005: 126) manfaat dari pengukuran produktivitas kerja adalah sebagai beikut:

1. Umpan balik pelaksanaan kerja untuk memperbaiki produktivitas kerja karyawan.

2. Evaluasi produktivitas kerja digunakan untuk penyelesaian misalnya: pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.

3. Untuk keputusan-keputusan penetapan, misalnya: promosi, transfer dan demosi.

4. Untuk kebutuhan latihan dan pengembangan. 5. Untuk perencanaan dan pengembangan karier.

6. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan proses staffing. 7. Untuk mengetahui ketidak akuratan informal.

8. Untuk memberikan kesempatan kerja yang adil.

2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pelatihan dan pengembangan karir dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.1

Hasil penelitian terdahulu

No Nama dan Judul

Penelitian

(38)

1. Mardjan Dunggio 2013

Semangat Dan Disiplin Kerja Terhadap kerja secara bersama berpengaruh terhadap

Kesimpulan Penelitian Perbedaan persamaan

2. Prihadi Waluyo (2011)

(39)

3. Saepul Rohman, Yanti tertinggi yang terjadi pada mesin oven 2 sebesar 11.061% ; sedangkan nilai indeks produktivitas terendah terjadi pada mesin CNC laser

(40)

4. Dhani Putra

Pengaruh semangat dan disiplin kerja Terhadap produktivitas karyawan

Kesimpulan Penelitian Perbedaan persamaan

6. Dayo Akintayo 2012

Working environment,

(41)

workers’ morale and

Impact of 5S on quality, productivity and organizational climate - Two Analysis Cases

All the factors that were evaluated in the short term showed an increase in their respective units, thus the results obtained in this research support the literature review, which mentions the positive impact the 5S

(42)

Seorang karyawan yang mempunyai semangat kerja tinggi sudah tentu akan bekerja dengan dengan suasana hati gembira dan tentunya akan memberikan hasil

(Output) yang terbaik untuk organisasi atau perusahaannya sehingga produktivitas perusahaan akan meningkat. Sri Widodo dalam bukunya membagi Semangat kerja menjadi 2 dimensi yaitu: Tingkat absensi dan Labour Turn Over

. Semangat kerja mencerminkan kondisi karyawan dalam lingkungan kerjanya, bila semangat kerja baik maka perusahaan memperoleh keuntungan seperti rendahnya tingkat absensi dan kecilnya Labour Turn Over (Sri Widodo Soedarso 2015, 151).

Program 5R (5S) merupakan konsep yang sangat sederhana berasal dari Jepang, 5S adalah huruf awal dari lima kata Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Program 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Program 5R pertama kali diperkenalkan oleh Takashi Osada pada awal 1980-an. (Osada 2011) membagi dimensi Program 5R menjadi: Resik, Rapi, Resik, Rawat dan, Rajin

(43)

oleh organisasi atau perusahaan. Penurunan Produktivitas kerja tidak boleh dibiarkan terus berlanjut, karena akan dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Pimpinan perusahaan harus benar memberikan perhatian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) para karyawannya.

Memperkuat dan mendukung kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka peneliti akan menjelaskan teori-teori penghubung yang berkaitan antar variable penelitian, yaitu Semangat Kerja, program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) dan Produktivitas Kerja Karyawan sebagai berikut.

2.2.1 Keterkaitan Pengaruh Semangat Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

Produktivitas merupakan suatu aspek yang penting bagi perusahaan. Apabila tenaga kerja dalam perusahaan mempunyai semangat kerja yang tinggi, maka produktivitas akan meningkat dan perusahaan akan memperoleh keuntungan. Dengan adanya peningkatan produktivitas kerja selain itu perlu adanya tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dan keahlian dalam bekerja karena apabila tenaga kerja tidak memiliki keahlian dan ketrampilan akan berakibat menurunkan produktivitas dan dapat merugikan perusahaan.

(44)

bekerjasama dalam bekerja yang didukung dengan kondisi lingkungan kerja yang baik dan kesempatan mengembangkan diri.

Hal ini diperkuat oleh hasil dari penelitian Mardjan Dunggio (2013, 523-533) bahwa semangat kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Tingkat kehadiran pegawai yang tinggi, waktu kerja yang baik, serta tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas akan meningkatkan produktivitas kerja.

2.2.2 Keterkaitan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

Terhadap Produktivitas Kerja

Program 5R (5S) merupakan konsep yang sangat sederhana berasal dari Jepang, Konsep Program 5R pertama kali diperkenalkan oleh Takashi Osada pada awal 1980-an. Beliau menciptakan konsep ini sebagai lima prinsip lingkungan yang berkualitas. Jepang menganggap bahawa prinsip-prinsip Program 5R ini bukan saja berguna untuk tempat kerja tetapi untuk membantu mereka secara peribadi untuk meningkatkan proses pemikiran. Program 5S adalah huruf awal dari lima kata Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Program 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin.

(45)

a. Menyediakan tempat kerja yang menyenangkan. Tempat kerja yang bersih, rapi dan teratur memungkinkan kita akan lebih senang dan bersemangat untuk bekerja.

b. Membantu untuk mengefisienkan pekerjaan.Tentu kita akan frustasi apabila setiap mencari barang yang dibutuhkan harus mencari-cari dahulu, atau membongkar semua isi tempat penyimpanan. Jika setiap barang di tempat kerja telah tersusun, benar pada tempatnya, tentu akan mudah menemukannya bila mana diperlukan, sehingga lebih efisien.

c. Memperkecil kecelakaan kerja. Lingkungan yang berprogram 5R akan membawa kita bekerja di lingkungan yang bebas bahaya kecelakaan kerja (termasuk pada pekerjaan konstruksi prasarana). Dengan menerapkan Program 5R di tempat kerja kita berarti kita telah menjamin keselamatan kita dan rekan kita.

d. Membimbing pada kualitas produk yang lebih baik dan peningkatan produktivitas. Bagi perusahaan yang telah menerapkan Program 5R dengan sungguh-sungguh, jumlah defect/cacat akan relatif lebih rendah dari pada perusahaan yang belum menerapkan.

(46)

2.2.3 Paradigma Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan jawaban yang paling memungkinkan dan masih harus dibuktikan melalui sebuah penelitian. Dugaan jawaban ini berguna bagi penelitian agar proses penelitian lebih terarah. Dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

(47)

Sugiyono (2013:96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

H1 Diduga Semangat Kerja cukup tinggi, program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) berjalan efektif Dan Produktivitas Kerja Karyawan bagian Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung cukup tinggi.

H2 Diduga Semangat Kerja cukup tinggi mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan bagian Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

(48)

52 3.1 Objek Penelitian

Pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah sebagai berikut : “Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”

Pengertian dari objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) adalah: “Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek

penelitian. Juga di mana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian merupakan sesuatu hal atau objek yang perlu ditentukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian agar terdapat kejelasan mengenai apa yang akan diteliti. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah peningkatan kinerja karyawan melalui pelatihan dan pengembangan karir. Penelitian ini di lakukan pada perusahaan manufaktur.

(49)

penelitian. Dalam artian objek penelitian merupakan variable yang akan dikaji, yang menjadi focus penelitian disertai keberadaan/tempatdilakukannya objek penelitian tersebut”.

Objek penelitian penting diungkapkan karena berperan dalam menunjang keberhasilan kegiatan selama penelitian, sehingga hal-hal yang diperlukan dalam penelitian akan mudah dicapai. Dengan demikian yang menjadi objek penelitian ini adalah " pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan bagian Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung”.

Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih maka objek yang akan diteliti oleh penulis adalah :

1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah Semangat Kerja (X1) dan Program 5R (X2).

2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Produktivitas Kerja Karyawan (Y).

3.2 Metode Penelitian

(50)

pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Adapun metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif dan penelitian verifikatif yang dijelaskan melalui pengumpulan data di lapangan.

Penelitian Deskriptif menurut Umi Narimawati (2007:61) adalah “Menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui mengungkapkan

berupa narasi, grafik maupun gambar.” Sedangkan pendekatan Verifikatif

menurut Sugiyono (2012:7) diartikan sebagai penelitian yang dilakukan terhadap populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

(51)

Indonesia (Persero) Bandung, serta melakukan pengujian hipotesis apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitiaan. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Desain penelitian menurut Moh. Nazir dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2010:30) adalah:

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian.”

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2011:30) adalah: 1. Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi pada bagian

Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung selanjutnya menetapkan judul penelitian.

(52)

3. Menetapkan rumusan masalah termasuk spesifikasi dari tujuan dan hipotesis untuk diuji. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pengaruh Semangat Kerja (Variabel X1) dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) (Variabel X2) serta Produktivitas Kerja Karyawan (Variabel Y).

4. Menetapkan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

5. Menetapkan hipotesis penelitian sesuai dengan fenomena yang terjadi pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

6. Memilih serta memberikan definisi terhadap setiap pengeluaran variabel. Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran dengan skala ordinal karena data yang diukurnya berupa tingkatan. Pada skala ini, urutan symbol atau kode berupa angka yang mempunyai arti urutan jenjang yang dimulai dari positif sampai paling negative dan sebaliknya.

7. Menetapkan data-data mengenai Pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

(53)

Kerja Karyawan pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

9. Menyimpulkan penelitian, sehingga akan diperoleh penjelasan dan jawaban atas identifikasi masalah dalam penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

(54)

Keterangan :

 T1 = Semangat Kerja pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) Bandung.

 T2 = Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) pada bagian

Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

 T3 = Produktivitas Kerja Karyawan pada bagian Direktorat Produksi di PT.

Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

 T4 = Semangat Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada bagian

Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

 T5 = Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) dan Produktivitas

Kerja Karyawan pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalsasi variabel dimaksudkan untuk memperjelas variabel-variabel yang diteliti beserta pengukuran-pengukurannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu :

1. Variabel bebas (Independent Variable)

(55)

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, Sugiyono (2009:59).Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Dependent (terikat) produktivitas kerja karyawan. Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.2

Operasional Variabel Semangat Kerja

Variabel Konsep Variabel

(56)

Tabel 3.2

Operasional Variabel Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

Variabel Konsep

1. Ringkas 1. Menyisihkan barang yang tidak

3. Resik 1. Membersihkan barang sehingga menjadi bersih

9

(57)

Tabel 3.2

Operasional Variabel Produktivitas Kerja Karyawan

Variabel Konsep

3.2.3 Sumber Dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

(58)

Sogiyono (2009:137) data primer adalah: “sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpulan data “. Menggunakan data primer karena

peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti.

Sugiyono (201:141) mendefinisikan data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-buku, serta dokumen perusahaan.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Sebelum menentukan penentuan data yang akan dijadikan sample, terlebih dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel berdasarkan sensus.

1. Populasi

Adapun Pengertian populasi menurut Sugiyono (2008:161) mengemukakan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.

(59)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek dalam melakukan penelitian dan pengujian data. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah stratified random sampling. stratified random sampling adalah metode penarikan sampel dengan terlebih dahulu mengelompokkan populasi kedalam strata-strata berdasarkan kriteria tertentu kemudian memilih secara acak sederhana setiap stratum (Vincent Gaspersz, 2000:63)

Metode penarikan sample yang digunakan mengacu kepada pendekatan

slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Ket : n = jumlah sample N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1% 5% 10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil

dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut :

(60)

= 96.05 / 96 responden.

Dengan menggunakan rumus diatas bahwa dengan populasi sebanyak 2437 orang, tingkat kesalahan yang digunakan sebesar 10% maka dapat diketahui sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 96 orang.

Table 3.3 Populasi dan Sampel

NO Bagian Populasi Sampel

1 Division Quality Assurance 426 17

2 Division Divisi Of Manufacturing Engineering

286 11

3 Division Of Program Management & Planning

184 7

4 Division Of Procurement & Logistics

253 10

5 Division Of Detail Part Manufacturing

803 32

6 Division Of Component & Assembly 196 8 7 Division Of Final Assy Line &

Delivery Center

289 11

JUMLAH 2437 96

Sumber : PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data primer yang diambil langsung dari Perusahaan bagian Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer ini adalah sebagai berikut :

(61)

2. Observasi , dilakukan terhadap obyek penelitian guna mendukung penelitian, sifatnya tidak ada interaksi antara obyek dan peneliti.

3. Kuisioner , teknik pengumpulan data dengan form yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada obyek penelitian guna mendapat informasi.

Sogiyono (2009:137 ), data sekunder adalah :” sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai data-data terkait bagian Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. Teknik pengolahan data hasil kuesioner digunakan skala likert dimana alternatif jawaban nilai 5 sampai dengan 1. Pemberian skor dilakukan atas jawaban pertanyaan baik mengenai kecerdasan emosional, stres kerja dan produktivitas kerja karyawan, karena data ini bersifat ordinal maka selanjutnya nilai-nilai dari alternatif tersebut dijumlahkan untuk setiap responden. Adapun kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.4 Skala Likert

Jawaban Bobot Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Cukup (C) 3

Tidak Setuju (TS) 2

(62)

3.2.4.1Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh man ketapatan dan kecermatan suatu alat ukurb dalm melakukan fungsi ukurnya ( Azwar 2007:89). Suatu skala atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrument tersebut menjalankan fungsi ukurannya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah rumus korelasi product moment

yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut :

(63)

Table 3.5 Interpretasi Nilai r

Besarnya Nilai Interpretasi

Antara 0,700 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,500 Tinggi Antara 0,500 sampai dengan 0,400 Agak Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,300 Sedang

Antara 0,300 samoai dengan 0,200 Agak tidak tinggi Antara 0.200 sampai dengan 0,100 Tidak Tinggi Antara 0.100 sampai dengan 0,000 Sangat tidak tinggi Sumber : Suharsimi Arikunto (2009:164)

Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji t (taraf signifikan 5%). Rumus yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Dimana : n = ukuran sampel

r = koefisien korelasi pearson

Keputusan pengujian instrument dengan mengunakan taraf signifikan dengan 5% atau sisi adalah :

(64)

2. item instrument dikatakan tidak valid t hitung kurang dari t0,5(165)=1,9744 maka item tersebut tidak dapat digunakan.

Pengujian ini dilakukan untuk menguji keaslian setiap item pernyataan dalam mengukur variabelnya. Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir pernyataan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment. Apabila nilai koefisien yang sedang diuji lebih besar dari r tabel sebesar (0.3), maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut valid. Hasil uji validitas kuesioner untuk variabel yang diteliti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Rekapitulasi Hasil Variabel Semangat Kerja

Variabel Item

Pernyataan r korelasi r kritis Keterangan

X1 – Semangat

Kerja

1 0.715 0.30 Valid

2 0.735 0.30 Valid

3 0.712 0.30 Valid

4 0.780 0.30 Valid

5 0.680 0.30 Valid

Sumber :Data Yang Diolah 2016

(65)

Tabel 3.7

Rekapitulasi Hasil Variabel Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan

Rajin)

Variabel Item

Pernyataan r korelasi r kritis Keterangan

X2 –

Sumber :Data Yang Diolah 2016

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas kuisioner

(66)

Tabel 3.8

Rekapitulasi Hasil Variabel Produktivitas Kerja Karyawan

Variabel Item

Pernyataan r korelasi r kritis Keterangan Y –

Sumber: Data Yang Diolah 2016

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas kuisioner produktivitas kerja karyawan memiliki nilai diatas titik kritis r tabel 0.30. sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh kuisioner produktivitas kerja karyawan valid.

3.2.4.2Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2009:3), reliabiltas adalah : “Derajat konsistensi atau

keajegan data dalam interval waktu tertentu”. Selain memiliki tingkat kesahihan

(validitas) alat ukur juga harus memiliki kekonsistenan. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan, atau kekonsistensian alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda.

(67)

(Spearman-Brown Correlation) Teknik Belah dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap-ganil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

a) Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II.

b) Skor untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II.

c) Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II.

d) Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana

Г1 = reliabilitas internal seluruh item

Гb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua

1. Jika thitung lebih dari atau sama dengan t0,05 dengan taraf signifikan 5 %

maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan

2. Jika thitung kurang dari t0,05 dengan taraf signifikan 5% satu sisi maka

(68)

Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7. Untuk menghitungnya, penulis menggunakan bantuan sofware SPSS 20 for windows, setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan, dan diperoleh hasil data yang bersifat valid dan reliabel, maka analisis lebih lanjut dapat dilakukan untuk memperoleh kesimpulan akhir dengan resiko kesalahan kecil dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara menguji instrument sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Split Half Method. Kuesioner dikatakan andal apabila koefisien reliabilits bernilai positif dan lebih besar dari pada 0.6. adapun hasil dari uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian

Variabel

(69)

3.2.4.3Uji Metode Suksesif Internal (MSI)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skal interval melalui “Methode of Succesive Interval” (Hays, 1969:39). Dan selanjutnya dilakukan

analisis regresi korelasi serta determinasi.

Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data ordinal menjadi interval adalah sebagi berikut :

a) Ambil data ordinal hasil kuesioner

b) Untuk setiap pertanyaan, hitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya

c) Menghitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif. Untuk data >30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal.

d) Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

(70)

f) Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai skala + Nilai skala minimal + 1

3.2.5 Rancangan Analisis Dan Uji Hipotesis

3.2.5.1 Rancangan Analisis

(71)

3.2.5.1.1 Analisis Deskriptif atau Kualitatif

Penelitian deskriftif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) terhadap produktivitas kerja karyawan bagian Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero). Berikut Langkah-langkahnya :

a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternative jawaban yang menggambarkan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua jawaban responden.

c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.

d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistic deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk table ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang criteria penilaian sebagai berikut :

100% = Skor aktual Skor ideal

(72)

Tabel 3.10

Kriteria Persentase Tanggapan Responden

No % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00% - 36.00% Tidak Tinggi

2 36.01% - 52.00% Kurang Tinggi

3 52.01% - 68.00% Cukup

4 68.01% - 84.00% Tinggi

5 84.01% - 100% Sangat Tinggi

(Sumber : Umi Narimawati, 2007 : 85)

3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif atau kuantitatif

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Terlebih dahulu dilakukan tabulasi dan memberikan nilai sesuai dengan system yang ditetapkan. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal. Untuk teknik perhitungan data kuesioner yang telah diisi oleh responden digunakan skal likert dengan langkah – langkah : yaitu, memberikan nilai pembobotan 5-4-3-2-1 untuk jenis

pertanyaan positif.

Keseluruhan nilai atau skor yag didapat lalu dianalisis dengan cara :

a. Mengolah setiap jawaban dan pertanyaan dari kuesioner yang disebarkan

(73)

b. Nilai yang diperoleh merupakan indicator untuk pasangan variabel

independen (X) yaitu X1, X2, …..Xn dan variabel dependen (Y) sebagai

berikut (X1,Y), (X2,Y), …..(Xn,Y) dan asumsikan sebagai hubungan linear.

c. Menentukan skala atau bobot dari masing – masing alternative jawaban

seperti diuraikan diatas. Oleh karena itu data yang didapat dari kuesioner

merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data

interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala

pengukurannya menjadi skala interval melalui “Methode of Successive

Interval” (hays, 1969:39). Dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Mean Of Interval : rata-rata interval Density At Lower Limit : kepadatan batas bawah Density At Upper Limit : kepadatan batas atas Area Under Upper Limit : daerah di bawah batas atas Area Under Lower Limit : daerah di bawah batas bawah

a. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus :

(74)

e. Menentukan struktur hubungan antar variabel berdasarkan pada diagram pemikiran. Untuk mengetahui pengaruh antara variable dapat digunakan salah satunya adalah sebagai contoh analisis regresi berganda ( multiple regression).

1. Analisis regresi dan asumsi klasik

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisa pengaruh beberapa variable bebas atau independen variable (X) terhadap satu variable tidak bebas atau dependen variable (Y) secara bersama-sama.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linear Regression). Analisis ini secara matematis ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + ɛ

Keterangan :

Y = Produktivitas Kerja Karyawan α = konstanta

X1 = Gaya Kepemimpinan Situasional X2 = Manajemen Perubahan Organisasi

β1 = Koefisien regresi Gaya Kepemimpinan Situasional β2 = Koefisien regresi Manajemen Perubahan Organisasi

(75)

dimana β1 sampai β6 adalah koefisien prediktor yang diketahui dari nilai

unstandardized coefficients β.

Apabila koefisien β bernilai positif (+) maka terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen, demikian pula sebaliknya, bila koefisien β bernilai negatif (-) hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.

Persamaan regresi berganda estimasinya adalah :

Beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variable-variabel yang diteliti, terdiri atas :

a) Uji Normalitas Data

Gambar

Tabel 2.1 Hasil penelitian terdahulu
Gambar 2.1  Paradigma Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Operasional Variabel Semangat Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Visualisasi Kinerja 5R Setiap penerapan 5R memilki tujuan baik dan berdampak positif dalam menopang pencapaian visi suatu perusahaan sesuai dengan yang diharapkan

Penerapan yang perlu diperbaiki antara lain masih belum dilaksanakan retensi dokumen rekam medis secara periodik sesuai protap (belum “ringkas”), kurangnya

Hasil penelitian ini adalah: (1) penerapan prinsip kerja 5R dalam pembelajaran praktik mencakup kegiatan siswa sebelum kegiatan praktik, saat kegiatan praktik dan

Kelompok yang berisikan anak yang masih dalam jenjang anak- anak hingga tingkat pertama membuat mereka semua tidak menerapkan budaya rapi dan bersih agar

Beberapa permasalahan tersebut diatas dapat kita atasi dengan melakukan penerapan program 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) yang merupakan adaptasi program 5S (Seiri,

Gudang Gudang adalah tempat penyimpanan sementara dan pengambilan inventory untuk mendukung kegiatan operasi bagi proses operasi berikutnya, ke lokasi distribusi, atau kepada

Dalam penelitian ini dari Program 5R ringkas, rapi, resik, rawat rajin dapat disimpulkan terdapat 3 perilaku penerapan dari 5R yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja

5R Ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin adalah metode yang diterapkan untuk menciptakan susasana lingkungan kerja yang selalu bersih dan setiap orang harus selalu konsisten dan