• Tidak ada hasil yang ditemukan

usulan penelitian (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "usulan penelitian (1)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO INVESTASI ANTARA PASAR MODAL DAN PASAR VALAS

(Study Pada Pasar Keuangan Indonesia Periode 2005-2007)

Oleh: TUTIK EFITYA

03610238

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO INVESTASI ANTARA PASAR MODAL DAN PASAR VALAS

(Study Pada Pasar Keuangan Indonesia Periode 2005-2007)

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian di Indonesia sempat terpuruk ketika badai moneter menghantam beberapa tahun silam. Tingkat kerusakan akibat krisis moneter, bukan terjadi di sektor riil saja namun juga melanda bagian-bagian yang paling sensitif dari seluruh bagan industri ekonomi seperti pasar modal dan pasar valas.

Pasar keuangan Indonesia awal tahun 2007 diawali dengan antusiasme yang tinggi, terutama didorong oleh ekonomi makro yang stabil, Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di bursa efek Jakarta dan Kurs rupiah yang relatif stabil, sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terus menurun. Indek Harga Saham Gabungan terus meningkat hingga mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah bursa di level 2.016,33 di bulan april tahun 2007. (jawa pos, 25 april 2007).

Aliran dana investor asing terlihat cukup kuat mendorong Indek Harga Saham Gabungan di tahun ini. Seiring dengan tekanan inflasi yang terus melemah hingga hanya mencapai 6,6 persen pada akhir 2006 juga memungkinkan tingkat bunga patokan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk terus turun hingga mencapai 9 persen. Dengan mempertahankan di posisi 9 persen kemungkinan Bank Indonesia ingin menjaga ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. (www.google.com)

(3)

Gejolak eksternal memiliki peranan yang besar dalam memacu krisis di Indonesia. (jawa pos, 25 april 2007)

Nilai tukar rupiah yang terus meningkat RP 9.100/USD dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus naik sampai berada di level 2.016. mencerminkan keadaan modal di dalam negeri sedang stabil. Dalam pembangunan ekonomi, modal mempunyai peran penting dalam proses pertumbuhan yaitu diperlukan untuk mempertinggi daya serap perekonomian. Semakin tinggi modal yang tersedia, maka semakin tinggi pula kemampuan perekonomian tersebut untuk menyerap tenaga kerja. Untuk menghimpun dana atau modal di suatu negara tidak lepas dari peran penting para investor.

Investor merupakan pihak yang memiliki modal untuk diinvestasikan baik berupa penanaman modal pada asset riil maupun pada asset sekuritas, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Investasi yang dilakukan oleh seorang investor dapat berupa financial asset maupun real asset. Investasi pada financial asset dapat dilakukan di pasar modal dan pasar uang, sedangkan investasi pada real asset dapat berupa mesin, modal kerja, gedung dan sebagainya.

Salah satu sarana berinvestasi di pasar uang adalah pasar modal merupakan lembaga sumber pendanaan di luar sektor perbankan. Sekuritas yang di perdagangkan di pasar modal adalah saham. Saham adalah bukti kepemilikan atau tanda penyertaan seseorang/badan atas suatu perusahaan tertentu. (Putra, 2003: 19). Banyaknya investor yang bersedia menanamkan modalnya pada sekuritas dan perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas setelah go publik merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan berjalannya transaksi jual beli saham di pasar modal. Tujuan para investor menanamkan dananya pada sekuritas (saham) adalah untuk mendapatkan pengembalian (return). Hasil tersebut tentunya di harapkan lebih besar dari pada tingkat bunga yang di berikan oleh perbankan.

(4)

asing (valas)/mata uang asing karena mata uang tersebut bukan merupakan mata uang negara yang bersangkutan (domestik). Perdagangan valas tidak harus dilakukan melalui bursa sebagaimana perdagangan saham dan future, namun bisa dilakukan setiap saat melalui telpon atau jaringan elektronik lain. Dengan 24 jam sehari (5 hari seminggu), perdagangan valas dilakukan setiap harinya dari Sidney, lalu kemudian bergerak keseluruh pusat keuangan dunia di Tokyo, London, dan New York.

Valuta asing (foreign exchange) juga menjadi alternatif yang populer karena pengembalian nilai investasi yang telah di tanam, serta profit yang akan di peroleh bisa melebihi rata-rata perdagangan pada umumnya. (www.wikipedia.valutaasing.co.id). Akibat pergerakan yang cepat, maka valuta asing juga berisiko tinggi apabila investor tidak mempunyai pengetahuan dan informasi yang cukup tentang pasar valas. Mata uang yang diperdagangkan dalam transaksi valas adalah semua mata uang dunia dan mata uang tersebut memiliki daya jual tinggi diantaranya dollar Amerika (USD), Euro (EUR), yen Jepang (JPY), poundsterling Inggris (GBP), dollar Austaralia (AUD), franc Swiss (CHF), dan dollar Canada (CAD).

Mata uang yang yang dipergunakan dalam transaksi juga mengenal mata uang yang relatif kuat atau stabil dan mata uang yang relatif lemah dan tidak stabil. Hard currency, adalah sebutan untuk mata uang yang nilainya relatif stabil, pada umumnya merupakan mata uang dari negara-negara industri maju seperti dollar Amerika (USD), Euro (EUR), yen Jepang (JPY), poundsterling Inggris (GBP), dollar Australia (AUD), dan frac Swiss (CHF). Soft currency, adalah sebutan untuk mata uang yang nilainya relatif tidak stabil, pada umumnya merupakan mata uang dari negara-negara berkembang seperti rupiah (IDR), baht Thailand (THB), peso Argentina (ARS), dan sebagainya. (Hidayat, 2005: 1-2)

(5)

Dalam berinvestasi investor mengharapkan modal kembali serta memberikan keuntungan yang optimal, baik berinvestasi di pasar modal maupun di pasar valas. Seorang investor akan berharap apabila keadaan membaik dan IHSG meningkat, maka harga sahamnya juga meningkat.

Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, dimana semakin besar risiko yang di tanggung, maka semakin besar pula tingkat pengembalian (return) yang diperoleh. (Jogiyanto, 2003: 130) Kenyataannya banyak investor yang menginginkan tingkat pengembalian tinggi dan risiko yang rendah. Dikarenakan rupiah yang belum begitu stabil, maka banyak investor yang memilih berinvestasi pada mata uang dollar Amerika. Investasi tidak terlepas dari risiko, baik itu di pasar modal ataupun pasar valas. Dengan memperhatikan hal tersebut maka investor harus mampu memilih sarana investasi mana yang sebaiknya digunakan agar dengan risiko tertentu dapat memperoleh tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya atau dengan risiko yang rendah dapat memperoleh tingkat pengembalian tertentu sesuai dengan yang diharapkan.

Penggunaan pasar modal dan pasar valas sebagai pembanding, karena keduanya mempunyai hubungan erat dan merupakan sarana dalam berinvestasi oleh para investor. Alasan pasar modal menggunakan saham merupakan pilihan investasi terbaik dibanding dengan instrumen lain yang diperdagangkan, dan dalam pasar valas sering menggunakan dollar Amerika sebagai patokan dalam melaksanakan transaksi, karena dollar merupakan mata uang yang mudah diperdagangkan dan nilainya relatif stabil. (Hidayat, 2005:1).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai “ Analisis Perbandingan Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi Antara Pasar Modal dan Pasar Valas (Study Pada Pasar Keuangan Indonesia Periode 2005-2007)”.

B. Rumusan Masalah

(6)

perbedaan antara tingkat pengembalian dan risiko investasi di pasar modal dan pasar valas.”

C. Batasaan Masalah

Dalam penelitian ini agar pembahasan permasalahan dapat terfokusakan maka dibatasi sebagai berikut:

a. Indikator pasar modal Indonesia adalah pengembalian yang diharapkan dan risiko Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

b. Indikator pasar valas Indonesia adalah pengembalian yang diharapkan dan risiko kurs RP/USD.

c. Data yang digunakan adalah data mingguan dengan periode tahun yang digunakan adalah antara tahun 2005-2007.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perbedaan antara tingkat pengembalian dan risiko investasi antara pasar modal dan pasar valas

2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi investor dalam berinvesatasi di pasar modal maupun di pasar valas

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh pemegang saham untuk berinvestasi di pasar modal maupun di pasar valas

c. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang pasar modal dan pasar valas

E. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

(7)

pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh Latifa Kusumawati (2005) dengan judul “Analisis Perbandingan Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi antara Pasar Modal dan Pasar Valuta Asing periode 2001-2005”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara tingkat pengembalian dan risiko investasi antara Pasar Modal dan Pasar Valas, dan untuk mengetahui diantara Pasar Modal dan Pasar Valas, pasar manakah yang rata-rata tingkat pengembaliannya lebih besar, serta untuk mengetahui diantara Pasar Modal dan Pasar Valas, pasar manakah yang rata-rata risiko lebih besar. Variabel yang digunakan adalah

Rm, E(Rm), Rm, dan Rv dimana variabel-variabel tersebut digunakan

untuk mengetahui tingkat pengembalian dan tingkat risiko.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengembalian investasi pasar modal E(Rm) adalah 0,4262%. Sedangkan pengembalian di pasar valas adalah E(Rv) 0,1357%. Untuk tingkat risiko investasi di pasar

modal adalah Rm 3.2256%. Sedangkan tingkat risiko investasi di pasar

valas adalah Rv 2.1652%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Latifa Kusumawati, berinvestasi di pasar modal ternyata lebih menguntungkan dibandingkan berinvestasi di pasar valas, tetapi juga menanggung konsekuensi risiko yang tinggi pula sedangkan investor yang menginvestasikan dananya di pasar valas akan cenderung memperoleh return dan risiko yang lebih rendah.

2. Tinjauan Teori a. Investasi

(8)

tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila pemodal mengharapkan memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Karena itulah perlu dipahami proses investasi yaitu dimulai dari perumusan kebijakan investasinya sampai dengan evaluasi kinerja investasi tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa seorang melakukan investasi antara lain adalah: (Tandellilin, 2001:4-5)

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

Seorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang usaha-usaha tertentu.

(9)

deposito, saham ataupun obligasi, sedangkan investasi pada real asset berupa tanah, mesin, emas, bangunan dan sebagainya.

Investasi dapat diklasifikasikan menurut berbagai macam cara: (Warsono, 2001:02)

a. Berdasarkan jangka waktu perputaran dananya, investasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Investasi jangka pendek, yaitu investasi yang perputaran dananya kurang dari atau sama dengan satu tahun. Bentuk investasi jangka pendek ini, misalnya investasi pada modal kerja ataupun investasi pada sekuritas jangka pendek, seperti deposito.

2. Investasi jangka panjang, yaitu investasi yang perputaran dananya lebih dari satu tahun. Bentuk investasi jangka panjang ini, misalnya investasi pada aktiva tetap dan surat berharga jangka panjang seperti saham dan obligasi.

b. Berdasarkan pihak yang mengadakan investasi di kelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Investasi Swasta, yaitu investasi yang dilakukan individu maupun institusional swasta. Tujuan invesatsi ini, biasanya lebih bersifat profit oriented.

2. Investasi Pemerintah, yaitu investasi yang dilakukan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah tujuan investasi pemerintah ini, biasanya bersifat sosial oriented. c. Berdasarkan bentuk asetnya investasi dapat diklasifikasikan

menjadi dua macam, yaitu:

1. Investasi pada aset riil, yaitu investasi yang dilakukan pada aset-aset nyata, seperti investasi pada gedung, mesin, modal kerja dan sebagainya.

(10)

Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas : yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: (Husnan, 2001:47)

a. Menentukan kebijakan investasi

Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan, karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Ia harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.

Pemodal yang bersedia menanggung risiko lebih besar (dan karena mengharapkan memperoleh keuntungan yang lebih besar), akan mengalokasikan dananya pada sebagian besar sekuritas yang lebih berisiko. Dengan demikian portofolio investasinya mungkin akan terdiri dari saham dan bukan obligasi. Sahampun akan dipilih saham dari perusahaan yang mempunyai risiko tinggi. Sebaliknya untuk pemodal yang tidak bersedia menanggung risiko yang tinggi mungkin akan memilih sebagian besar investasinya pada obligasi dari perusahaan-perusahaan yang nilai aman. Dengan demikian preferensi risiko perlu dipertimbangkan dalam proses investasi.

Jumlah dan yang akan diinvestasikanpun mempengaruhi keuntungan yang diharapkan dan risiko yang ditanggung. Pemodal yang meminjam dana dan menginvestasikannya pada berbagai saham, akan menanggung risiko yang lebih tinggi dari pada pemodal yang menggunakan seratus persen modal sendiri.

(11)

Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual (atau sekelompok) sekuritas. Ada dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas. Pertama, adalah mereka yang berpendapat bahwa ada sekuritas yang mispriced (harganya salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah), dan analisis dapat mendeteksi sekurutas-sekuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini, tetapi pada garis besarnya nampak cara-cara tersebut bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data (perubahan) harga di masa yang akan datang. Analisis fundamental berupaya mengidentifikasi prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.

Kedua, adalah mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar, kalaupun ada sekuritas yang mispriced, analisis tidak mampu untuk mendeteksinya. Pada dasarnya mereka yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal efisien. Dengan demikian pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas faktor mispriced, tetapi didasarkan pada preferensi risiko para pemodal (pemodal yang bersedia menanggung risiko tinggi akan memilih saham yang lebih berisiko), pola kebutuhan kas (pemodal yang menginginkan penghasilan yang ajeg akan memilih saham yang membagikan dividen dengan stabil), dan sebagainya. Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, sesuai dengan pendapat ini, adalah sesuai dengan risiko yang mereka tanggung.

c. Pembentukan portofolio

(12)

diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Sebagaimana telah disebutkan di atas, pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain oleh preferensi risko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.

d. Melakukan revisi portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal, atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk pertofolio tersebut.

e. Evaluasi kinerja portofolio

Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung, tidak benar kalau suatu portofolioyang memberikan keuntungan yang lebih tinggi pasti lebih baik dari portofolio lainnya. Factor risiko perlu dimasukkan, karena itu diperlukan standar pengukurannya, dengan demikian langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami bagaimana mengukur tingkat keuntungan yang diharapkan, dan risiko investasi(sekelompok investasi) tersebut. b. Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi di Pasar Modal

(13)

Pasar modal dapat juga berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries), fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memlih alternatif investasi yang memberikan pengembalian (return) yang paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan pengembalian (return) relative besar adalah sektor-sektor yang paling produktif yang ada di pasar, dengan demikian dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Tingkat pengembalian merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2001:47). Tingkat pengembalian yang minus berarti investasi tersebut mengalami kerugian, sedangkan tingkat pengembalian positif berarti mengalami keuntungan. Suatu pengamatan, dilakukan jika harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Harga saham turun, kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Hal ini menunjukkan tingkat keuntungan suatu saham tampaknya berkolerasi dengan perubahan pasar. Perubahan pasar dapat dinyatakan sebagai tingkat indeks pasar atau indeks harga saham gabungan.

(14)

Rm= 100

Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko (risk) yang ditanggung, semakin besar pengembalian (return) yang harus dikompensasikan. Sebaliknya, semakin kecil return yang diharapkan, semakin kecil risiko yang ditanggung. Dalam risiko realisasi, metode yang banyak digunakan untuk mengukur risiko ini adalah deviasi standar yang mengukur standar absolut penyimpangan nilai yang sudah terjadi dengan nilai rata-ratanya.

(15)

Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain: (Tandellilin, 2001:48).

a. Risiko Suku Bunga

Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus. Artinya jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian juga sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham naik.

b. Risiko Pasar

Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh perubahan indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti adanya kerusuhan, ataupun perubahan politik.

c. Risiko Inflasi

Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko investasi juga bisa disebut risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.

d. Risiko Bisnis

Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada indusri tekstil, akan dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri.

(16)

Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan.

f. Risiko Likuiditas

Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikain sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.

g. Risiko Nilai Tukar Mata Uang

Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata unag domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).

h. Risiko Negara (Country Risk)

Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasidi luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.

c. Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi di Pasar Valas

(17)

pasar keuangan yang memperdagangkan atau mentransaksikan berbagai valuta asing.

Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional di sebut hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya diantaranya adalah dollar Amerika (USD), Euro (EUR), yen Jepang (JPY), poundsterling Inggris (GBP), dollar Australia (AUD), dan franc Swiss (CHF). Berbeda dengan hard currency, soft currency pada umumnya merupakan mata uang dari negara-negara berkembang seperi rupiah (IDR), bath Thailand (THB), peso Argentina (ARS), dan sebagainya.

Prinsip-prinsip pokok dalam bursa valas adalah: (Hady, 2001:16)

a. Pengertian kurs jual dan beli selalu dilihat dari sisi atau pihak Bank atau Money Changer atau Pedagang valas.

b. Kurs jual selalu lebih tinggi dari pada kurs beli atau sebaliknya kurs beli lebih rendah kurs jual.

c. Kurs jual atau beli suatu mata uang (valas) adalah sama dengan kurs beli atau jual mata uang (valas) lawannya.

Pelaku-pelaku utama ekonomi dalam pasar valuta asaing (valas) adalah: (Hidayat, 2005:4)

a. Bank Sentral

Bank sentral suatu negara berkepentingan terhadap pasar valas dengan tujuan untuk menstabilkan posisi nilai tukar.

b. Perusahaan dan Individu

(18)

ada pada perusahaan ekspor-impor yang melakukan jual-beli dengan valas.

c. Investor dan Spekulator

Investor yang memerlukan valas adalah mereka yang pada umumnya berinvestasi pada efek atau surat berharga dalam mata uang asing, sedangkan aktivitas yang dilakukan spekulator di pasar uang adalah semata-mata untuk mendapatkan keuntungan dari naik turunya mata uang.

d. Dealer

Dealer bank dan non bank dapat beroprasi naik di pasar antar bank (interbank market) atau pasar klien (client market) dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli valas.

e. Commercial Bank

Bank komersial memerlukan valas mana kala mereka menyediakan produk atau jasa yang berkaitan dengan valas, seperti tabungan valas, deposito valas dan transfer valas.

Tingkat pengembalian pasar valas dapat diperoleh dari kurs penjualan, dikurangi kurs pembelian dibagi dengan kurs pembelian, yang dapat dihitung dengan rumus sebagia berikut: (Jogiyanto, 2003: 232)

(19)
(20)

3. Kerangka Pikir

Gambar : 1

Analisis Perbandingan Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi Antara Pasar Modal dan Pasar V alas

4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut: “Terdapat perbedaan antara tingkat pengembalian dan risiko investasi antara pasar modal dan pasar valas.”

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini merupakan study kasus, dalam arti kesimpulan dan implikasinya hanya dapat diterapkan di Indonesia dan obyek penelitian periode Mei 2005 sampai Mei 2007.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penellitian ini adalah dokumenter dengan sumber data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data sekunder meliputi:

Pasar modal Investasi Pasar valas

Tingkat pengembalian

IHSG Kurs

Risiko Investasi

Perbedaan Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi Antara Pasar Modal dan Pasar Valas.

(21)

1. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama tahun 2005 – 2007, yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Malang.

2. Data nilai kurs USD yang merupakan nilai tengah antara kurs beli dan kurs jual selama tahun 2005 – 2007, yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI) cabang Malang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, dalam hal ini mencatat data yang di terbitkan oleh BEJ dan BI cabang Malang.

4. Definisi Operasional Variabel

1. Pengembalian pasar adalah total keuntungan/kerugianyang dialami pemilik modal/investor dalam satu periode tertentu yang dinyatakan sebagai suatu tarif persentase.

a. Tingkat pengembalian investasi saham di pasar modal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto, 2003:232)

Rm = 100

(22)

Keterangan:

Rv = Tingkat pengembalian pasar valuta asing

Kurst = Nilai kurs pada periode yang bersangkutan

Kurst-1 = Nilai kurs pada periode sebelumnya

2. Risiko pasar adalah kemungkinan adanya kerugian/variabilitas pendapatan dihubungkan dengan aktiva tertentu.

a. Risiko investasi di pasar modal dengan mnggunakan deviasi standar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto, 2003:131) standar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto, 2003:131)

(23)

1. Untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi saham di pasar

Rm = Tingkat pengembalian pasar modal

IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode yang

Bersangkutan

IHSGt- = Indeks harga saham gabungan pada periode

sebelum

2. Untuk mengetahui tingkat pengembalian diharapkan di pasar modal dapat dihitung dengan rumus: (Jogiyanto, 2003:128)

E(Rm) =

E(Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pada pasar modal

Rm = Tingkat pengembalian pasar modal

n = Banyaknya periode pengamatan

3. Untuk menghitug risiko investasi di pasar modal dengan mnggunakan deviasi standar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rm = Tingkat pengembalian pasar modal

E(Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar modal

(24)

4. Untuk mengetahui nilai kurs tengah

5. Untuk mengetahui tingkat pengambalian investasi valas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto, 2003:232)

Rv =

Kurst = Nilai kurs pada periode yang bersangkutan

Kurst-1 = Nilai kurs pada periode sebelumnya

6. Untuk mengetahui tingkat pengembalian diharapkan dipasar valas dapat dihitung dengan rumus: (Jogiyanto, 2003:128)

E(Rv) =

E(Rv) = Tingkat pengembalian rata-rata pada pasar valas

Rv = Tingkat pengembalian pasar valas

n = Banyaknya periode pengamatan

(25)

Keterangan:

Rv = Deviasi standar atau tingkat risiko pasar valas

Rv = Tingkat pengembalian pasar valas

E(Rv) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar valas

n = Banyaknya periode pengamatan. 8. Uji hipotesis

1. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) yaitu: Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat

pengembalian dan risiko investasi antara pasar modal dan pasar valas.

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat

pengembalian dsn risiko investasi antara pasar modal dan pasar valas.

2 Dalam pengambilan keputusan untuk hasil uji hipotesis harus didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

a. Ho ditolak, Ha diterima apabila F hitung > F tabel

Artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pengembalian dan risiko antara pasar modal dan pasar valas. b. Ho diterima, Ha ditolak apabila F hitung < F tabel

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Eka Putra, Dianata. 2003. Berburu Uang di Pasar Valas. Effhar. Semarang.

Hady, Hamdy. 2001. Valas untuk manajer. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Hidayat, Taufik. 2005. Learn to Earn Trading Valas Via Internet. Andi. Yogyakarta.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi 3. UPP – AMP YKPN. Yogyakarta.

Indriantoro, Nur, dan Bambang, Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga. BPFE. Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi kedua. BPFE. Yogyakarta.

Latifa Kusumawati, 2005. Perbandingan Tingkat Pengembaliandan Risiko Investasi Antara Pasar Modal dan Pasar Valas Periode 2001-2005. Skripsi pada FE UMM. Tidak dipublikasikan.

Tandellilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portifolio. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Warsono. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi pertama. UMM Press. Malang.

Gambar

Gambar : 1Analisis Perbandingan Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi Antara

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Semasa pemain daripada pasukan lawan yang dibenarkan berada dalam kawasan itu membuat hantaran percuma, bola tidak boleh dibaling melebihi kawasan gelanggang

Sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan kebijakan nasional tersebut seyogianya berupa suatu

Infrastruktur yang ada pada organisasi/perusahaan, telah mencakup lapisan transport yang merupakan lapisan yang menyediakan kemampuan jaringan/networking dan

Salah satu asas penting yang wajib diperhatikan adalah bahwa hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut

Data dari post-test juga diperoleh dari lembar observasi dan lembar tes pilihan ganda yang dilakukan sesuai dengan video yang digunakan setiap kali pemberian

Ketidakbermaknaan korelasi tingkat gejala adiksi internet dengan aktivitas yang dilakukan jika tidak tersedia dana, dapat dijelaskan karena sebagian besar

Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdo’a bersama V Alat/Bahan/Sumber Belajar:.. A Kerja logam,

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia