• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN PERATIN PEKON KURIPAN KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN PERATIN PEKON KURIPAN KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2009"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

FACTORS THAT INFLUENCE THE VOTING BEHAVIOR OF PERATIN ELECTION IN PEKON KURIPAN SUB DISTRICT NORTH COASTAL

DISTRICT WEST LAMPUNG IN 2009

By Mevi Seftina

Voting behavior is part of political behavior which is actualized by giving voice to a particular candidate. In the context Peratin election in Pekon Kuripan, many things can affect the decision to choose one, which is the rural location of strong research with local cultural values so that culture is a things that need to be considered in the formation of political orientations of voters. Nonetheless decision to choose a cognition process that is conscious and independent, so allow for other considerations of the voters, including programs offered by the candidates and the quality of candidates (rational factors) in addition to the kinship (sociology) and emotional closeness (psychological).

(2)

questionnaires to 83 respondents, interviews and documentation. Data analysis techniques used were correlation and regression and partial regression.

Based on calculations, it can be concluded that partial, influential sociological factor of 12.7% of voting behavior, psychological factors influence amounted to 18.3% of voting behavior and rational factors affect 25.4% of voting behavior. Simultaneously, the magnitude of the effect of sociological factors, psychological factors of rational factors together to conduct voter registration figures obtained 45.7%. This condition indicates that the statement of the hypothesis raised in the introductory chapter is acceptable. A significant difference between sociological factors, psychological factors and factors of rational voters on voting behavior of Peratin elections in Pekon Kuripan Sub District North Coastal District West Lampung in 2009.

(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN PERATIN PEKON KURIPAN KECAMATAN

PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2009

Oleh

Mevi Seftina

Perilaku pemilih merupakan bagian dari perilaku politik yang diaktualisasikan dengan memberikan suara kepada calon tertentu. Pada konteks pemilihan peratin Pekon Kuripan, banyak hal yang dapat mempengaruhi keputusan memilih seseorang, dimana lokasi penelitian adalah pedesaan yang kental dengan nilai-nilai budaya lokal sehingga kultur budaya merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukkan orientasi politik pemilih. Meskipun demikian keputusan memilih merupakan proses kognisi yang dilakukan secara sadar dan mandiri sehingga memungkinkan adanya perimbangan-pertimbangan lain dari para pemilih, diantaranya program yang ditawarkan calon dan kualitas calon (faktor rasional) disamping kekerabatan (sosiologis) dan kedekatan emosional (psikologis).

(4)

pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap 83 orang responden, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi dan regresi secara parsial dan berganda.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial, faktor sosiologis berpengaruh sebesar 12,7% terhadap perilaku pemilih, faktor psikologis berpengaruh sebesar 18,3% terhadap perilaku pemilih dan faktor rasional berpengaruh sebesar 25,4% terhadap perilaku pemilih. Secara simultan, besarnya nilai pengaruh faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional secara bersama-sama terhadap perilaku pemilih diperoleh angka sebesar 45,7%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pernyataan hipotesis yang diajukan pada bab pendahuluan adalah dapat diterima. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional pemilih terhadap perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009.

(5)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan yang dapat diajukan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional terhadap perilaku pemilih pada pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Tahun 2009 baik secara parsial ataupun secara berganda, hasil penelitian menunjukkan:

(6)

138

dijelaskan melalui aspek sosiokultural yang juga mempengaruhi orientasi pemilih serta eksistensi institusi adat yang melatarbelakangi calon yang dipilih dimana nilai-nilai budaya yang kuat membangun ikatan emosional antar pemilih dan calon atau tokoh yang ada dibelakang calon.

2. Pengaruh yang dihasilkan melalui uji berganda, faktor sosiologis, psikologis, dan rasional terhadap perilaku pemilih menunjukkan pengaruh yang tergolong sedang, yakni 45,7% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan masih terdapat berbagai indikator lain yang mungkin menjadi pertimbangan pemilih dalam menentukan pilihan diantaranya peran media, beberapa domain kognitif dari faktor eksternal seperti peristiwa mutahir dan peristiwa personal yang umumnya berkembang menjelang pemilihan.

B. Saran

1. Pemilih pada Pekon Kuripan yang telah mendasarkan pilihan pada pertimbangan-pertimbangan rasional harus tetap mengedepankan karakter rasionalnya dalam memilih pada berbagai pemilihan umum.

(7)

139

C. Kelemahan Penelitian

Keputusan memilih seseorang merupakan keputusan yang dilakukan secara sadar dan otonom, sepenuhnya menjadi hak pemilih. Dalam memutuskan pilihan tentang kandidat yang dianggap tepat dalam suatu pemilihan tentunya didasarkan pada berbagai pertimbangan yang merupakan ketertarikan, orientasi dan harapan-harapan pemilih. Dalam kajian perilaku pemilih terdapat beberapa pendekatan yang umum untuk melihat alasan pemilih dalam memilih, dalam penelitian ini variabel independen yang mempengaruhi perilaku pemilih terdiri atas faktor sosiologis, psikologis dan rasional, dengan indikator pengelompokkan sosial (kekerabatan, pertemanan dan kesamaan organisasi), karakteristik sosial (usia), ketokohan (ketokahan calon dan tokoh dibelakang calon), orientasi visi dan misi (janji atau program yang ditawarkan calon) serta orientasi kandidat (kualitas) yang diukur dari tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi calon peratin.

(8)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

”suatu kesatuan masyarakat hukum berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir batin yang sangat kuat, baik secara keturunan atau karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan, memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu, dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya

sendiri”.

Secara umum desa dipahami sebagai wadah atau tempat tinggal bersama dari sekelompok masyarakat, baik yang bersifat homogen maupun heterogen yang terdiri dari masyarakat yang budaya lokalnya masih sangat kental dan cenderung mempunyai sifat primordial. Desa berwenang melaksanakan pemerintahannya dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tuntutan warganya akan jasa sipil dan layanan publik, sehingga diperlukan aparat desa untuk menjalankan pemerintahan di desa.

(9)

2

sangat menentukan arah kemajuan desa. Kepala desa merupakan tokoh sentral dimana peran dan fungsinya sangat dibutuhkan untuk menyuarakan segala kepentingan menyangkut kehidupan masyarakat desa sehingga apa yang menjadi harapan dan cita-cita masyarakat dapat terwujud.

Besarnya peran pemimpin desa menuntut adanya prasyarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin secara umum, hal ini tentunya akan mendukung kinerja pemimpin tersebut, seorang calon pemimpin haruslah merupakan pribadi yang berwawasan luas agar mampu menerjemahkan gagasan-gagasan dari luar agar dapat dipahami oleh masyarakatnya, pemimpin juga harus mampu menawarkan solusi atas persoalan yang dihadapi masyarakat yang dipimpinnya, serta harus bisa menggunakan segala potensi dan mengerahkan segala daya kepemimpinannya agar aspirasi masyarakat yang dipimpinnya dapat terpenuhi.

Stogdill (Kartono, 1998:31) menyatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1. Kapasitas, meliputi kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, keaslian dan kemampuan nilai.

2. Prestasi, meliputi gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dan lain-lain. 3. Tanggung jawab, meliputi kemadirian, inisiatif, tekun, dan memiliki

hasrat untuk unggul.

4. Partisipasi yang aktif, memiliki sosialitas yang tinggi, kooperatif atau suka berkerja sama.

5. Status, meliputi kedudukan sosial ekonomi yang tinggi dan popular.

(10)

3

masyarakat. Pemilihan kepala desa sebagai mekanisme pergantian pemimpin merupakan salah satu wujud demokrasi di tingkat desa. Pergantian kepala desa juga merupakan syarat bagi keberlangsungan estafet pemerintahan yang mengambil bentuk pemilihan langsung dimana setiap pemilih memiliki kebebasan untuk memilih calon atau kontestan yang dikehendakinya.

Pemilihan Kepala Desa sebagai salah satu mekanisme pergantian pemimpin merupakan hal penting dalam struktur pemerintahan, untuk itu pelaksanaan proses demokrasi ini harus terselenggara secara baik dan menjadi representasi kebutuhan dan tuntutan publik, bukan sebatas pergantian elit. Kualitas pemilihan kepala desa (pemilihan langsung pada umumnya) sangat bergantung pada beberapa elemen yang terkait dengan pemilihan tersebut, diantaranya penyelenggara, peserta, dan pemilih.

Pada penyelenggaraan pemilihan langsung, asas-asas atau peraturan yang mendasari pelaksanaan pemilihan harus diperhatikan oleh penyelenggara, para peserta yang menjadi kontestan dalam pemilihan juga harus bisa menaati aturan dengan baik, serta memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai sehingga dapat menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang pemimpin yang baik jika terpilih kelak, namun aspek penting lainnya juga tidak bisa diabaikan yakni pemilih. Selain kedua unsur tersebut, kualitas hasil proses demokrasi ini juga sangat bergantung pada kecerdasan pemilih dalam menentukan pilihan.

(11)

4

orientasi policy-problem solver dan orientasi idiologi, pemilih terbagi beberapa segmen atau tipe, yakni pemilih rasional, kritis, tradisional, dan skeptis (Firmanzah, 2008:119). Pemilih rasional pada dasarnya menjadikan orientasi kandidat atau partai sebagai penentu dalam memutuskan pilihannya, dimana kemampuan dan program kerja yang ditawarkan, serta prestasi yang telah dicapai oleh kandidat atau partai yang diutamakan. Sementara pemilih kritis juga berorientasi pada kemampuan kandidat atau calon dalam mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat, namun masih mempertimbangkan ikatan ideologis yang menjadikannya loyal terhadap partai atau kandidat tertentu.

Ketiga, pemilih tradisional yang menentukan pilihan berdasarkan kedekatan sosial budaya, nilai, asal-usul, agama, dan biasanya mengutamakan figur atau ketokohan, kepribadian dan nilai historis kandidat atau partai, dan tipe pemilih terakhir adalah pemilih skeptis yakni pemilih yang memiliki minat rendah terhadap politik secara umum atau mereka yang termasuk golongan putih (golput).

(12)

5

membentuk perilaku pemilih dimana budaya feodalistik masih melekat dalam keseharian masyarakat.

Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa masyarakat desa merupakan komunitas besar dan dapat menjadi basis suara dalam pemilihan umum, sebagaimana yang dikemukakan oleh Huntington dan Joan M. Nelson (1994:173) bahwa orang-orang di pedesaan di negara-negara berkembang sangat besar kemungkinannya untuk melakukan partisipasi yang dimobilisasi dan bukan otonom. Dengan demikian rasionalitas pemilih pedesaan dinilai masih rendah dalam memutuskan pilihannya.

Penelitian ini mengambil fokus kajian perilaku pemilih dalam pemilihan peratin pekon, berdasarkan ketentuan umum Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lampung Barat Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Pemilihan dan Penetapan Peratin, disebutkan bahwa Pekon merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara peratin adalah sebutan untuk kepala pekon (kepala desa pada umumnya).

(13)

6

dipahami sebagai bentukan dari serangkaian nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat setempat. Nilai-nilai budaya akan menghambat perkembangan perilaku pemilih menuju karakter ideal yakni memilih berdasarkan pertimbangan rasional dan akan memperkuat pola-pola paternalistik dan feodalistik.

Pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat, berlangsung pada bulan September Tahun 2009. Dalam pemilihan ini terdapat lima orang kandidat dan merupakan jumlah terbanyak yang pernah ada. Jumlah perolehan suara masing-masing kandidat berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Pekon Kuripan, yakni Bapak Masfi,i adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perolehan Suara Masing-masing Calon Peratin pada Pemilihan Peratin Pekon Kuripan Tahun 2009

No. Nama Jumlah Suara %

Total suara sah 469 Suara

Sumber: Data Primer (wawancara dengan Sekretaris Pekon Kuripan)

(14)

7

Hasil wawancara dengan masyarakat pekon menunjukkan adanya orientasi yang beraneka ragam dalam memutuskan pilihan, Responden1 (22 tahun), warga Pekon Kuripan, menyatakan bahwa ia memilih Sdr. M. Nadirsyah, S.E., dengan alasan ingin pemimpin muda dan calon dianggap lebih mampu dan memiliki pengetahuan yang lebih luas dimana dari segi pendidikan, calon memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari calon peratin yang lainnya. Sedangkan menurut Responden2 (60 tahun) alasannya memilih Sdr. M. Nadirsyah, S.E., dikarenakan calon adalah saibatin pekon, yang tentunya harus dijunjung oleh masyarakat pekon.

Sumber: Prariset pada tanggal 26 September 2009 di Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat.

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa yang mendasari pilihan kedua informan diatas adalah faktor usia kandidat, faktor pendidikan kandidat dan ikatan emosional terhadap budaya setempat, dari serangkaian aspek yang menjadi pertimbangan pemilih dalam menjatuhkan pilihan ini dapat diklasifikasikan tiga faktor utama yakni faktor sosiologis, faktor rasional pemilih, dan faktor psikologis. Orientasi pemilih yang variatif dalam menentukan pilihan ini menunjukkan adanya pencerahan politik yang diterima masyarakatnya.

(15)

8

dilihat dari faktor sosiologis, psikologis maupun rasionalnya. Tuntutan-tuntutan inilah yang kemudian menuntun seseorang pada tindakan politik tertentu termasuk dalam hal menjatuhkan pilihan.

Dari paparan diatas diketahui bahwa adanya pergeseran prediksi orientasi pemilih masyarakat Pekon Kuripan yang mana tidak semua pemilih memilih berdasarkan ikatan emosional namun faktor rasional juga menjadi pertimbangan pemilih. Dari fenomena di atas, peneliti tertarik untuk menggali informasi mengenai perilaku pemilih masyarakat Pekon Kuripan dengan melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Peratin Pekon kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka dapat dikemukakan permasalahan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

“Seberapa besar pengaruh faktor sosiologis, faktor psikologis, dan faktor

(16)

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

“untuk menggambarkan dan menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor

sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional pemilih terhadap perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat tahun 2009”.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan salah satu kajian bidang politik terkait perilaku pemilih dalam pemilihan langsung.

Gambar

Tabel 1. Perolehan Suara Masing-masing Calon Peratin pada Pemilihan

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Tentang Menulis Puisi Bebas Pada Siswa

Aplikasi yang dihasilkan pada penelitian ini sudah menerapkan perancangan yang telah dilakukan seperti: (1) aplikasi ini dapat mengidentifikasi kondisi anak dan remaja