• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Ayam Jantan Tipe Medium ... 7

B. Strain ... 9

1) Strain Isa Brown ... 10

2) Strain Lohman ... 11

C. Performan ... 11

1) Konsumsi ransum ... 12

2) Pertambahan berat tubuh ... 14

3) Konversi ransum ... 17

4) Income Over Feed Cost (IOFC) ... 19

III. BAHAN DAN METODE ... 21

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

(3)

4) Air minum ... 22

5) Vaksin, antibiotik, dan vitamin ... 23

6) Alat penelitian ... 23

C. Metode Penelitian ... 24

D. Pelaksanaan Penelitian ... 25

1) Persiapan kandang ... 25

2) Tahap pelaksanaan ... 25

E. Peubah yang Diamati ... 27

1) Konsumsi ransum ... 27

2) Pertambahan berat tubuh ... 27

3) Konversi ransum ... 28

4) Income Over Feed Cost (IOFC) ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A.Konsumsi Ransum Ayam Jantan Tipe Medium ... 29

B.Pertambahan Berat Tubuh Ayam Jantan Tipe Medium ... 32

C.Konversi Ransum Ayam Jantan Tipe Medium ... 34

D.Income Over Feed Cost (IOFC) Ayam Jantan Tipe Medium ... 37

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Simpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan keenam. Kanisius. Jakarta

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Pertama. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor

Andriani, D. 2012. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Performan Broiler di semi clouse house. Skirpsi. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung

Anggorodi R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan kelima. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Bernaldi, J. dan J. Russell. 1993. Human Resource Management. 8 th Ed. MC Graw-Hill, International Edition

Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Cetakan IV. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono)

Bujung, E.F.F. 2010. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Performan Ayam Jantan Tipe Medium. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Cahyono, B. 1995. Usaha Beternak Ayam Petelur. Cetakan ketiga. CV Meka. Solo

Card, L. E. dan M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 11th Ed. Lea & Febiger. Philadelpia

Darma. 1982. Tanggapan Ayam Jantan Pedaging terhadap Mutu Ransum Awal Pertumbuhan. Karya Ilmiah. Fakultas Institut Pertanian Bogor. Bogor Daryanti. 1982. Perbandingan Komposisi Tubuh antara Ayam Jantan Petelur

Dekalb dan Harco dengan Ayam Jantan Broiler. Karya Ilmiah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

(5)

Gumanti, F. 1993. Pengaruh Pemberian Tepung dan Ekstrak Limbah Udang terhadap Performans Ayam Jantan Petelur dan Buras Jantan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hawlider, M.A.R. and S.P. Rose. 1992. The response of growing male and famale broiler chickens kept at different temperature to dietary energy concentration feed form. Animal Feed Sci. and Technol. 39 : 71 – 78 Iskandar, S. 2008. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Lokal. Balai Pelatihan

Ternak,Ciawi. Bogor

Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Anugrah Utama Raharja (AURA) Printing dan Publishing. Bandar Lampung

Mansjoer, S. S. 1985. Pengkajian Sifat – sifat Produksi Ayam Kampung serta Persilangannya dengan Ayam Rhode Island Red. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Maynard, L.A., C.K. Loosly, H.F. Hintz and R.G. Warner. 1984. Animal Nutrition. 7th ed. McGraw-Hill. Pp. 193-200

North, M.O. and D.D.Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 th Ed. An Avi Book Published by Van Nostrand Reinhold. New York

PT. Charoen Pokhpan Jaya Farm Indonesia. 2006. Manual Manajemen Layer CP 909. PT. Charoen Pokhpan Jaya Farm Indonesia. Lampung

PT. Charoen Pokhpan Indonesia. 2012. Kandungan Nutrisi Ransum. Label Ransum. PT. Charoen Pokphand Jaya Indonesia. Lampung

PT. Multi Breeder Adirama Indonesia. 2005. Standar Performan Produksi Strain Lohman. Multi Breeder Adirama Indonesia. Lampung

Rama Jaya Farm. 2008. Standar Konsumsi Ransum dan Performans Ayam Jantan Tipe Medium. Bandar Lampung

---. 2009. Standar Performans Ayam Jantan Tipe Medium. Bandar Lampung

Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Cetakan Kesatu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

---. 2005. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Kesepuluh. Penebar Swadaya. Jakarta.

(6)

Riyanti. 1995. Pengaruh berbagai imbangan energi protein ransum terhadap peforman ayam petelur jantan tipe medium. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak. Ciawi. Bogor Sahrial, J. 1995. Pengaruh Berbagai Tingkat Pemberian Ransum terhadap

Penampilan Ayam Ras Jantan Petelur Tipe Medium (0 – 8 minggu). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung Schaible, P.J. 1980. Poultry Feeds and Nutrition. Dept. Of Poultry Sci. Michigan

State University, East Lansing. Michigan

Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of The Chicken. 3rd Ed. M. L. Scott and Associate. Ithaca. New York

Sizemore, F.G. dan H.S. Siegel. 1993. Growth, feed convertion and carcass composition in female of four broiler crosses fed starter diets with different energy level and energy level to protein ratio. Poultry Science 72:2216--2228

Soeharsono. 1977. Respon Broiler terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi. Universitas Padjajaran. Bandung

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika.

Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sugiarsih, P. 1977. Pemanfaatan Ayam Jantan Dwiguna sebagai Ayam Pedaging. Makalah dalam Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan. Universitas Diponogoro, Semarang

Sudono, A,.I. Kismono,S.P. Hadjosworo, D.J. Samosir, Abdulgani, K.I. Sihombing, H.T.D. Simamora, S. Sutardi, T. Sigit, A.N. Amrulah, K.I. Suwoko,I.H.S. Martojo, H. Moesa, S.P Asanggari. 1985. Kamus Istilah Peternakan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Hlm. 88-90

Suprijatna, E., U. Atmarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta

Suprijatna, E., A. Umiyati, K. Ruhyat. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta

(7)

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan

kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

bagaimana menghasilkan produk peternakan yang memiliki daya saing tinggi baik dalam aspek kuantitas, kualitas, ragam produk, kontinuitas, pelayanan maupun harga yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan pasar.

Salah satu produk peternakan yang sangat digemari dan sumber gizi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kandungan proteinnya yang tinggi adalah daging ayam. Selama ini, daging ayam yang dikonsumsi berasal dari broiler atau ayam kampung. Selain kedua sumber tersebut, alternatif daging ayam sebenarnya dapat pula diperoleh dari ayam jantan tipe medium.

Pada usaha ternak ayam petelur komersial, hanya ayam betina saja yang

(9)

yang digunakan sebagai ternak penghasil daging adalah ayam jantan. Dengan demikian, kemungkinan anak ayam jantan tipe medium sebagai penghasil daging cukup besar (Riyanti, 1995).

Menurut Riyanti (1995), ayam jantan tipe medium mempunyai bentuk tubuh dan kadar lemak yang menyerupai ayam kampung, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang mempunyai kebiasaan lebih menyukai ayam yang kadar lemaknya seperti ayam kampung.

Ayam jantan tipe medium mempunyai potensi untuk digunakan sebagai penghasil daging. Keuntungan dari pemeliharaan ayam jantan tipe medium dibandingkan dengan broiler antara lain harga DOC-nya jauh lebih murah, kadar lemaknya lebih rendah, serta dapat dijadikan pengganti broiler bila suatu saat bibit broiler sulit didapat. Ayam jantan tipe medium mempunyai bentuk tubuh dan lemak yang menyerupai ayam kampung, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang mempunyai kebiasaan lebih menyukai ayam yang kadar lemaknya seperti ayam kampung (Riyanti, 1995).

Pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik 30% dan lingkungan 70%. Salah satu faktor genetik yang memengaruhi adalah strain, dan dari faktor lingkungan yang memberikan pengaruh paling besar adalah ransum. Pemilihan strain merupakan salah satu langkah awal yang harus ditentukan agar

pemeliharaan berhasil. Tujuan pemeliharaan, permintaan pasar, potensi genetik, dan ketersediaan DOC di pasaran adalah faktor-faktor yang harus

(10)

perkembangan genetik yang baik dan persaingan bisnis yang sangat ketat, potensi genetis strain ayam berbeda antara satu strain dengan lainnya.

Keberhasilan usaha peternakan tidak terlepas dari tiga faktor penting, yaitu bibit, makanan dan manajemen. Ketiga faktor produksi tersebut merupakan satu

kesatuan sistem, artinya apabila salah satu faktor terabaikan atau kurang mendapat perhatian maka penanganan terhadap faktor yang lain walaupun sangat bagus, tidak akan dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang perbandingan performan dua strain ayam jantan tipe medium yang diberi ransum komersial broiler.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan antara strain Isa Brown dan strain Lohman terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost (IOFC ) yang diberi ransum

komersial broiler.

C. Kegunaan Penelitian

(11)

mengambil tindak lanjut dalam upaya meningkatkan produksi ayam jantan tipe medium.

D. Kerangka Pemikiran

Ayam jantan tipe medium merupakan hasil samping dari industri pembibitan ayam petelur. Biasanya, ayam jantan tipe medium dipisahkan setelah dilakukan pemilihan jenis kelamin (sexing), lalu digiling untuk dimanfaatkan sebagai komponen pakan (Sugiarsih, 1977). Akhir-akhir ini, ayam jantan tipe medium telah banyak dimanfaatkan sebagai ayam penghasil daging (Daryanti, 1982). Ayam jantan yang digunakan untuk maksud tersebut biasanya berasal dari ayam tipe dwiguna atau medium (Sugiarsih, 1977).

Keuntungan penggunaan ayam jantan tipe medium sebagai ayam penghasil daging antara lain pertumbuhan dan bobot hidupnya lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur betina dan harga day old chick (DOC) ayam jantan tipe medium lebih murah dibandingkan dengan DOC ayam pedaging (Sugiarsih, 1977).

Pertumbuhan adalah suatu penambahan jumlah protein dan mineral yang tertimbun dalam tubuh. Menurut Daryanti (1982), pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain spesies, individu, jenis kelamin, pemberian ransum yang cukup, dan jumlah konsumsi ransum.

(12)

menentukan keberhasilan dalam pemeliharaan ayam. Oleh karena itu, diperlukan jenis strain yang unggul kualitasnya untuk mencapai pertumbuhan yang optimal sesuai dengan kemampuan genetik. Menurut Anggorodi (1994), salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas ayam penghasil daging adalah perbaikan genetik dan nilai gizi ransum.

Perkembangan genetik yang baik dan persaingan bisnis yang sangat ketat, serta potensi genetis strain ayam yang berbeda antara satu strain dengan strain yang lainnya adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan strain ayam jantan tipe medium. Jadi pemilihan strain ayam merupakan langkah awal yang harus ditentukan agar pemeliharaan berhasil.

Pada penelitian ini dicoba dengan menggunakan strain Isa Brown yang diproduksi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm dan strain Lohman yang diproduksi PT. Multi Breeder Adirama Indonesia. Menurut PT. Charoen Pokphand Jaya Farm

Indonesia (2006), kelebihan strain Isa Brown adalah produktivitas tinggi (selain produksi telur juga produksi daging), konversi ransum rendah, kekebalan dan daya hidup tinggi, dan pertumbuhan yang baik. Menurut PT. Multi Breeder Adirama Indonesia (2005), kelebihan strain Lohman adalah mempunyai daya tahan yang baik terhadap lingkungan, dapat memberikan respon terhadap faktor lingkungan yang bervariasi, daya hidup diatas 93,3%. Ransum yang digunakan pada penelitian ini diproduksi dari PT. Charoen Pokphand Indonesia,

dimungkinkan strain yang diproduksi dari perusahaan yang sama lebih

(13)

E. Hipotesis

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Ayam Jantan Tipe Medium

Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

menetas anak ayam petelur betina segera dipasarkan, tetapi anak ayam jantan tidak dimanfaatkan karena belum mendapat perhatian dari masyarakat. Sementara itu, pemanfaatan anak ayam jantan di negara maju bidang peternakannya adalah dengan memproses anak ayam jantan untuk dijadikan makanan ternak (Darma, 1982).

Usaha pembibitan mempunyai peluang untuk menghasilkan ayam betina dan ayam jantan setiap kali penetasan adalah 50%. Ayam yang biasa digunakan sebagai ternak penghasil telur adalah ayam betina, sedangkan ayam yang

digunakan sebagai ternak penghasil daging adalah ayam jantan. Menurut Wahju (1992), ayam jantan mempunyai kandungan lemak lebih rendah dibandingkan dengan betina. Ayam hasil persilangan antara galur Ross dengan galur Arbor acres menghasilkan ayam jantan dengan kandungan lemak sebesar 2,6 % sedangkan betina 2,8 % (Sizemore dan Siegel, 1993).

(15)

Ayam yang biasa digunakan sebagai ternak penghasil telur adalah ayam betina, sedangkan ayam yang digunakan sebagai ternak penghasil daging adalah ayam jantan. Dengan demikian, kemungkinan anak ayam jantan tipe medium sebagai ternak penghasil daging cukup besar (Riyanti, 1995).

Bobot tubuh ayam tipe medium cukup berat tetapi masih berada di antara bobot ayam tipe ringan dan broiler, dan mempunyai kemampuan lebih baik dalam memanfaatkan ransum untuk pertumbuhan dibandingkan dengan ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994).

Apabila ditinjau lebih lanjut, final stock anak ayam petelur yang jantan dapat dimanfaatkan sebagai ayam penghasil daging. Hal ini disebabkan oleh harga DOC yang murah dibandingkan dengan harga DOC broiler. Bahkan bagi perusahaan penetasan ayam yang besar, anak ayam petelur yang jantan tidak ada nilai ekonomisnya (Sugiarsih, 1977).

(16)

B. Strain

Strain adalah sekelompok ayam yang dihasilkan oleh breeding farm melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu (Suprijatna, dkk. 2005). Menurut Rasyaf (2005), pada dasarnya pembentukan ayam final stock (strain ayam komersil) diperoleh melalui beberapa tahapan pemurnian dan penyilangan. Menurut Aksi Agraris Kanisius (2003), strain ayam final stock diperoleh dari keturunan parent stock, merupakan hasil seleksi yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga diperoleh hasil akhir yang betul-betul produktif. Peningkatan kualitas pertumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit unggul (strain), peningkatan pengelolaan, dan persediaan pakan yang memenuhi kebutuhan.

Menurut Fadilah (2004), perkembangan industri pakan unggas juga hampir sama dengan perkembangan jenis strain petelur. Perkembangan tersebut bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik, karena pertumbuhan yang cepat merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.

Sebagai wujud aplikasi dari perkembangan ilmu dan teknologi pemuliabiakan ternak, maka saat ini telah banyak beredar di pasaran Indonesia strain ayam petelur yang dihasilkan oleh breeding farm tertentu dengan kemampuan

pertumbuhan dan efisiensi produksi yang berbeda-beda (Suprijatna, dkk., 2005).

Penggunaan bibit unggul (strain) yang baik merupakan salah satu sarana produksi dalam usaha peternakan dan sangat menentukan produksi yang dihasilkan,

(17)

1) Strain Isa Brown

Strain ini berasal dari Inggris pada 1972, strain ini banyak ditemukan di

Indonesia. Strain Isa Brown diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia pada 2005. Bobot tubuh ayam cukup berat sehingga ayam ini disebut dengan ayam dwiguna, bibit Isa Brown juga mempunyai daya tahan yang baik terhadap lingkungan, mortalitas berkisar 2--6%. Ayam ini umumnya mempunyai warna bulu cokelat, jengger merah, dan menghasilkan telur yang berwarna coklat. Ayam dipelihara sekitar 8--9 minggu dan mencapai berat badan per ekor 895--1.025 g. Harga DOC juga bervariasi antara Rp. 2.500--5.000. Mudah sekali kaget ketakutan dan berusaha untuk melarikan diri menjauh dari objek yang mendatangi, bahkan mereka tidak jarang melukai dirinya sendiri (Iskandar, 2008)

Strain Isa Brown merupakan jenis ayam petelur dengan tipe dwiguna. Menurut Rasyaf (2001), ayam tipe ini merupakan ayam yang dipelihara untuk tujuan produksi telur dan daging sehingga memiliki bobot tubuh yang lebih besar daripada ayam tipe ringan. Ayam dengan tipe ini memiliki ciri-ciri mempunyai bobot tubuh yang cukup besar, umumnya berwarna cokelat, dan dapat

(18)

2) Strain Lohman

Strain ini berasal dari Jerman pada 1972, bobot tubuh ayam ini cukup berat, sehingga ayam ini disebut dengan ayam dwiguna. Ayam ini umumnya

mempunyai warna bulu cokelat, jengger merah, dan menghasilkan telur berwarna cokelat. Ayam tipe ringan maupun tipe medium memerlukan pemeliharaan yang relatif sama. Bibit Lohman mempunyai daya tahan yang baik terhadap

lingkungan, dapat memberikan respon terhadap faktor lingkungan yang bervariasi, dan daya hidup diatas 93,3%. Ayam dipelihara sekitar 8--9 minggu dan mencapai berat badan per ekor 910--1.035 g. Harga DOC juga bervariasi antara Rp2.500--5.000 per ekor. Proses pemeliharaan seperti pemeliharaan ayam petelur, hanya jenis kelaminnya jantan (PT. Multi Breeder Adirama Indonesia, 2005).

Ayam betina strain Lohman memiliki umur awal produksi pada 19--20 minggu dan pada umur 22 minggu produksi telur mencapai 50 %. Selain itu juga, berat tubuh strain Lohman pada umur 20 minggu sekitar 1,6--1,7 kg dan akhir produksi 1,9--2,1 kg. Puncak produksi strain Lohman mencapai 92--93 %, dengan FCR sebesar 2,3--2,4 serta tingkat kematiannya sampai dengan 2--6 % (Rasyaf, 2005).

C. Performan

Performan adalah prestasi atau segala aktivitas yang menimbulkan sebab akibat dan tingkah laku yang dapat dipelajari atau diamati (Sudarsono, 1997). Menurut Bernardin dan Russel (1993), performan didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil

yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo

(19)

adalah istilah yang diberikan kepada sifat-sifat ternak yang bernilai ekonomi (produksi telur, bobot badan, pertambahan berat tubuh, konsumsi ransum, konversi ransum, persentase karkas, dan lain-lain).

1) Konsumsi ransum

Ransum adalah makanan yang disediakan bagi hewan untuk memenuhi kebutuhan selama 24 jam (Anggorodi, 1994). Lebih lanjut Rasyaf (2011) menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti zat makanan itu tidak berlebihan dan juga tidak kurang. Ransum yang diberikan haruslah mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.

Rasyaf (1994) menyatakan bahwa ransum merupakan sumber utama kebutuhan nutrien ayam untuk keperluan hidup pokok dan produksinya karena tanpa ransum yang sesuai dengan yang dibutuhkan menyebabkan produksi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Suprijatna, dkk. (2006), ayam mengonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan terus makan. Jika ayam diberi makan dengan kandungan energi rendah maka ayam akan makan lebih banyak.

(20)

kandungan energi ransum, kesehatan lingkungan, zat-zat makanan, dan kecepatan pertumbuhan (Wahju, 1992).

Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan berat tubuh. Setiap minggunya ayam mengonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya (Fadilah, 2004). Menurut Rasyaf (1994), konsumsi ransum ayam merupakan cermin dari masuknya sejumlah unsur nutrien ke dalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk produksi dan untuk hidupnya.

Selama fase pertumbuhan ayam jantan, penggunaan energi menyebabkan penimbunan lemak tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam betina, sehingga untuk mengimbangi kebutuhan energi yang cukup, maka ayam jantan mengonsumsi ransum lebih banyak dari betina (Gumanti, 1993).

Konsumsi ransum yang relatif banyak akan menyebabkan konsumsi zat–zat makanan seperti asam amino, vitamin, protein juga banyak sehingga kebutuhan ayam untuk kebutuhan hidup pokok, produksi telur, dan pertumbuhan terpenuhi. Selanjutnya, dengan terpenuhinya kebutuhan zat–zat makanan tersebut diharapkan ayam akan menghasilkan performan yang baik (Wahyu, 1992). Menurut Blakely dan Bade (1998), tingkat konsumsi ransum akan memengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk, dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak.

(21)

minggu, bila dibagi tujuh maka akan dihasilkan jumlah konsumsi ransum rata-rata per hari (Rasyaf, 2005). Jika ditinjau dari pertambahan berat tubuh, bobot badan akhir dan aspek ekonomi, ternyata ayam jantan tipe medium lebih baik bila diberikan ransum dengan tingkat energi metabolis 3.000 kkal/kg dan protein 22% (Riyanti, 1995).

Standar konsumsi ransum dan performan ayam jantan tipe medium dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut Bujung (2010), rata-rata konsumsi ransum ayam jantan tipe medium selama 7 minggu dengan kepadatan kandang 10 ekor m-2 berkisar antara 202,40 dan 210,16 g/ekor/minggu.

Tabel 1. Standar konsumsi ransum dan performan produksi ayam jantan tipe medium strain Lohman

Sumber : Rama Jaya Farm (2008)

2) Pertambahan berat tubuh

Pertambahan berat tubuh merupakan salah satu indikator keberhasilan

(22)

sendiri. Kecepatan pertumbuhan ayam tidak hanya tergantung dari sifat genetik yang diwarisi dari induknya (Rasyaf, 2005).

Pertumbuhan adalah kenaikan massa dari setiap jenis ternak yang berbeda dalam selang waktu tertentu (Soeharsono, 1997). Menurut Maynard, dkk. (1984), pertumbuhan didefinisikan sebagai proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan berat tubuh dan perkembangan semua bagian tubuh secara merata dan proporsional.

Menurut Kurtini, dkk. (2011), pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan bobot hidup, bentuk, dimensi linier dengan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh, seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen kimia terutama air, lemak, protein, dan abu karkas. Pertumbuhan hewan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain spesies, individu, jenis kelamin, pemberian ransum yang cukup, dan jumlah konsumsi ransum. Selain itu juga, pertumbuhan dipengaruhi oleh hormon androgen. Hormon ini bekerja secara otomatis dan menjaga agar fungsi dari alat tubuh dan jaringan seimbang. Penambahan hormon estrogen menyebabkan pertumbuhan berbeda antara galur terutama pada umur 8 minggu (Daryanti, 1982).

(23)

Selanjutnya, dinyatakan bahwa pertumbuhan yang dicapai oleh suatu individu akan tergantung dari kemampuan tubuh yang diwarisi oleh individu tersebut, jumlah dan kandungan zat makanan yang dikonsumsi, serta beberapa faktor lingkungan, seperti suhu, ventilasi, serta pelindungan terhadap parasit dan penyakit.

Menurut Rasyaf (2005), pertambahan berat tubuh adalah selisih antara bobot tubuh saat tertentu dengan bobot tubuh semula. Selain itu, pertambahan berat tubuh dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan ternak. Tillman, dkk. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran bobot badan yang dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan dinyatakan dengan berat tubuh tiap hari, tiap minggu atau tiap-tiap waktu lain. Rasyaf (2005) juga menambahkan bahwa kecepatan pertumbuhan ternak diukur dengan

pertambahan berat tubuh (PBT).

(24)

Hasil penelitian Sahrial (1995), rata–rata bobot tubuh ayam ras petelur jantan Lohmann umur 8 minggu mencapai 580,67 g/ekor, sedangkan ayam kampung pada umur yang sama umumnya rata–rata bobot tubuh lebih rendah yaitu 309,12 g/ekor pada betina dan 320,18 g/ekor pada jantan (Mansjoer, 1985).

Menurut Wahju (1992), penurunan dan pertambahan berat tubuh dipengaruhi pula oleh tingkat energi dan protein dalam ransum. Bila kandungan energi dan protein dalam ransum meningkat, bobot tubuh akan meningkat, demikian pula sebaliknya. Pertumbuhan maksimal akan dicapai apabila jumlah dan jenis protein dalam ransum sesuai dan seimbang energi, vitamin, dan mineral juga harus terpenuhi dalam jumlah yang cukup dan seimbang (Card dan Nesheim, 1972).

Menurut hasil penelitian Bujung (2010), rata-rata pertambahan berat tubuh ayam jantan tipe medium umur 7 minggu dengan kepadatan kandang 10 ekor/m2 berkisar antara 85,01 dan 97,84 g/ekor/minggu lebih tinggi dibandingkan dengan rata–rata pertambahan berat tubuh hasil penelitian Gumanti (1993), yaitu 66,58 g/ekor/minggu.

3) Konversi ransum

(25)

Konversi ransum juga sangat penting artinya dalam menentukan besar atau kecilnya biaya produksi. Biaya produksi untuk setiap satuan bobot badan akan bertambah besar dengan meningkatnya angka konversi ransum (Card dan Nesheim, 1972). Jumlah ransum yang digunakan ayam mampu menunjang pertumbuhan yang cepat yang mencerminkan efisiensi penggunaan ransum yang baik (Rasyaf, 2005).

Menurut North dan Bell (1990), konversi ransum juga dipengaruhi oleh tipe litter, panjang dan intensitas cahaya, luas lantai per ekor, uap amonia dalam kandang, penyakit, dan bangsa ayam yang dipelihara. Selain kualitas ransum, angka konversi banyak dipengaruhi oleh teknik pemberian ransum. Teknik pemberian ransum yang baik dapat menekan angka konversi ransum sehingga keuntungan akan banyak bertambah (Amrullah, 2003).

Menurut hasil penelitian Bujung (2010), nilai konversi ransum ayam jantan tipe medium yang dipelihara selama 7 minggu dengan kepadatan kandang 10 ekor m-2 berkisar antara 2,12 dan 2,52. Semakin rendah nilai konversi ransum maka penggunaan ransum semakin efisien, dan sebaliknya semakin tinggi nilai konversi ransum berarti ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan berat tubuh persatuan bobot semakin banyak atau dengan kata lain efisiensi penggunaan ransum semakin menurun (Anggorodi, 1994).

(26)

adalah jumlah ransum yang digunakan ayam mampu menunjang pertumbuhan yang cepat. Apabila konversi ransum kecil sebaiknya digunakan sebagai pegangan berproduksi karena sekaligus melibatkan bobot tubuh dan konsumsi ransum (Rasyaf, 2011).

4) Income Over Feed Cost (IOFC)

Kebutuhan ransum ayam jantan tipe medium erat kaitannya dengan aspek

ekonomis. Income over feed cost (IOFC) merupakan perpaduan antara segi teknis dan ekonomis. Apabila dikaitkan dalam hal produksi dilihat dari segi teknis semakin efisien ayam yang mengubah makanan menjadi daging maka semakin baik pula nilai IOFC. Nilai ekonomis dihitung berdasarkan IOFC, yaitu

perbandingan rata–rata antara jumlah penerimaan dari hasil penjualan ayam dan biaya untuk pengeluaran ransum (Rasyaf, 2005).

Dalam suatu usaha peternakan biaya ransum memegang peranan penting karena merupakan biaya terbesar dari total biaya usaha. Oleh karena itu, penggunaan ransum yang berkualitas baik dan harga yang relatif murah merupakan suatu tuntutan ekonomis untuk mencapai tingkat efisiensi tertentu (Yahya, 2003). Nilai IOFC sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum. Semakin meningkatnya jumlah konsumsi ransum menyebabkan biaya yang diperlukan untuk berproduksi juga semakin meningkat (Rasyaf, 2005).

(27)
(28)

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari 19 Mei--21 Juli 2012, di kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat

1) Ayam penelitian

Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam jantan petelur umur satu hari (DOC) sampai dengan umur 7 minggu, strain Isa Brown dan strain Lohman masing-masing sebanyak 100 ekor dengan rata-rata bobot awal 41,73±0,60 g/ekor dan 40,20±0,52 g/ekor dengan koefisiensi keragaman 1,43% dan 1,30%. Ayam dipelihara secara intensif pada petak kandang sistem litter.

2) Strain

(29)

3) Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum komersial HP611 yang diproduksi PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk yang diberikan pada umur 0--7 minggu. Kandungan nutrisi ransum yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nutrisi ransum berdasarkan analisis proksimat

Kandungan nutrisi HP611 (%)

Gross energi (kkal/kg)* 3.050

Energi metabolis (kkal/kg)** 2.440 Sumber : Andriani (2012).

* Hasil analisis PT. Charoen Pokphand Indonesia (2012). ** 80% dari nilai Gross energi (Schaible, 1980).

4) Air minum

Air minum yang digunakan dalam penelitian ini berupa air sumur yang diberikan secara ad libitum. Tingkat konsumsi air minum pada ternak ayam jantan tipe medium dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Konsumsi air minum ayam jantan tipe medium strain Lohman Umur (minggu) Konsumsi (ml/ekor/hari)

(30)

5) Vaksin, antibiotik, dan vitamin

Vaksin yang diberikan adalah Medivac ND Clone-45 (New Castle Desease), Medivac ND Lasota (New Castle Desease), Biomune (Avian Influenza), dan Gumboro. Antibiotik yang diberikan adalah Ciprovaks dan Enoquyl. Vitamin yang diberikan adalah vitachick® dan vitastress.

6) Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan adalah

a. kandang ukuran 1 x 0,5 mx 0,8 m untuk 5 ekor dengan ansumsi kepadatan kandang 10 ekor m-2 ;

b. tempat ransum baki (chick feeder tray) yang digunakan untuk ayam umur 1--14 hari, 40 buah;

c. tempat ransum gantung (hanging feeder) digunakan untuk ayam berumur 15--56 hari, 40 buah.

d. tempat air minum sebanyak 40 buah berbentuk tabung;

e. timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 10 g sebanyak 2 buah yang digunakan untuk menimbang day old chick (DOC) dan berat tubuh ayam jantan petelur pada minggu pertama;

f. timbangan kapasitas 5 kg ketelitian 50 g sebanyak 2 buah yang digunakan untuk menimbang ayam dan ransum pada minggu pertama sampai minggu ke tujuh;

g. timbangan elektrik, 1 buah; h. tirai yang terbuat dari plastik;

(31)

j. gelas ukur, 2 buah; k. bak air, 3 buah; l. hand sprayer, 1 buah;

m. thermohygrometer untuk mengukur kelembaban udara kandang, 1 buah; n. soccorex;

o. bambu untuk membuat sekat-sekat pada kandang; p. sekam;

q. koran; r. sapu; s. alat tulis; t. plastik;

u. kardus sebagai alas untuk ransum yang disimpan; v. kalkulator;

w. buku catatan harian.

C. Metode Penelitian

(32)

E. Pelaksanaan Penelitian

1) Persiapan kandang

Kandang dibersihkan 1 minggu sebelum DOC datang, kemudian didesinfeksi menggunakan desinfektan. Tahapannya meliputi :

a. mencuci lantai kandang dengan menggunakan air dan sikat; b. mengapur dinding, tiang, sekat ayam dan lantai kandang; c. menyemprot kandang dengan desinfektan;

d. memasang sekat;

e. mencuci peralatan kandang (feed tray dan galon);

f. setelah kandang kering, lantai kandang kemudian ditaburi dengan sekam setebal 5--6 cm.

g. memasang lampu pijar 60 watt per petak kandang sebagai pemanas.

2) Tahap pelaksanaan

Anak ayam umur sehari yang telah tiba diistirahatkan sekitar 15--20 menit di dalam boks yang telah dibuka untuk beradaptasi tempat. Kemudian semua DOC ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik, lalu dimasukkan ke dalam 20 petak kandang untuk masing-masing strain, dan setiap petak kandang berisi 5 ekor ayam. Setelah itu ayam diberi chikovit 0,05 %. Semua petak kandang diberi nomor untuk memudahkan pelaksanaan penelitian.

(33)

minum perhari. Perhitungan air minum dilakukan pada pagi hari dikurangi dengan sisa air minum pada pagi hari berikutnya pada semua satuan percobaan.

Ransum yang diberikan sesuai dengan standar konsumsi ransum Rama Jaya Farm yang tertera pada Tabel 1, dan pemberiannya pada pukul 07.00, 16.00 dan 21.00 WIB. Pemberian dan sisa ransum ditimbang satu minggu sekali. Bobot tubuh ditimbang setiap minggu sekali pada waktu yang sama. Pemberian ransum terhadap ayam jantan tipe medium pada minggu pertama diberikan sebanyak 12g/ekor/hari dan minggu kedua diberikan sebanyak 19g/ekor/hari, selanjutnya pemberian ransum pada minggu ketiga sebanyak 25 g/ekor/hari. Pada minggu keempat diberikan sebanyak 31g/ekor/hari, selanjutnya minggu kelima diberikan sebanyak 37 g/ekor/hari. Pemberian ransum minggu keenam sebanyak 42 g/ekor/hari, dan minggu ketujuh sebanyak 47 g/ekor/hari.

Lampu penerangan dalam petak kandang berfungsi sebagai brooder yang

dihidupkan selama 24 jam pada saat ayam umur 0--2 minggu. Setelah umur ayam lebih dari 2 minggu, lampu penerangan mulai dihidupkan pada pukul 17.00 sampai pukul 06.00 WIB. Mengukur suhu dan kelembaban kandang setiap hari, yaitu pada pukul 06.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 WIB. Suhu lingkungan kandang (°C) dan kelembaban (%) diukur menggunakan thermohygrometer yang

diletakkan pada bagian tengah kandang yang digantung sejajar dengan tinggi petak-petak kandang.

Program vaksinasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(34)

b. vaksinasi AI (Biomune) saat ayam berumur 4 hari melalui suntik bawah kulit (Subcutan) dengan dosis 0,2 cc/ekor;

c. vaksinasi Gumboro saat ayam berumur 14 hari melalui cekok mulut dengan dosis 0,2 cc/ekor;

d. vaksinasi Medivac ND Clone saat ayam umur 21 hari melalui air minum; e. vaksinasi Gumboro saat ayam umur 24 hari melalui air minum;

f. vaksinasi ND Lasota saat umur 42 hari melalui air minum.

Selama pemeliharaan ayam jantan tipe medium dilakukan koleksi data pengamatan terhadap peubah yang diukur.

F. Peubah yang Diamati

1) Konsumsi ransum

Konsumsi ransum diukur setiap minggu berdasarkan selisih antara jumlah ransum yang diberikan pada awal minggu (g) dengan sisa ransum pada akhir minggu berikutnya (Rasyaf, 2005).

2) Pertambahan berat tubuh (g/ekor/minggu)

Menurut Rasyaf (2005), pertambahan berat tubuh diukur setiap minggu

(35)

3) Konversi ransum

Konversi ransum dihitung berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi selama seminggu dibagi dengan pertambahan berat tubuh pada minggu yang sama (Rasyaf, 2005).

4) Income over feed cost (IOFC)

(36)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konsumsi ransum dan pertambahan berat tubuh ayam jantan tipe medium strain Isa Brown nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan strain Lohman. Akan tetapi, konversi ransum dan IOFC yang dihasilkan kedua strain tersebut tidak berbeda nyata (P>0,05).

B. Saran

(37)

PERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

(Skripsi)

Oleh

FAZAR ARDIANSYAH

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(38)

PERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

Oleh

Fazar Ardiansyah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(39)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Syahrio Tantalo, M.P. ………..

Sekretaris : Ir. Khaira Nova, M.P. ..………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Tintin Kurtini, M.S. ………..

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001

(40)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

Nama : Fazar Ardiansyah

NPM : 0814061037

Jurusan : Peternakan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Syahrio Tantalo, M.P. Ir. Khaira Nova, M.P. NIP 19610606 198603 1 004 NIP 19611018 198603 2 001

2. Ketua Jurusan Peternakan

(41)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 31 Maret 1990, sebagai putra ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sukmana dan Ibu Napsiah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Budaya pada 1996; Sekolah Dasar Negeri 3 Sumberejo pada 2002; Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Bandar Lampung pada 2005; Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandar Lampung pada 2008.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung pada 2008, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada Juni 2011 penulis mewakili Lampung sebagai atlet cabang bola basket pada kegiatan Pekan Olahraga Wilayah (PORWIL) Sumatera ke VIII di Batam, Kepri. Pada Juli sampai Agustus 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji. Selanjutnya, pada Januari sampai Februari 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Sumber Sari Farm Desa Siraman, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Selama masa studi, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Peternakan

(42)

Allhamdulillah...

Kuhaturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta

suri tauladanku Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman hidup dalam

berikhtiar

Dengan kerendahan hati kupersembahkan hasil perjuangan kecil ini terutama

kepada Bapak dan Mamak, sebagai wujud bakti, cinta dan terimakasihku.

Hadiah kasih untuk Mbak Eko,Mbak Yuni,Mas Udin, Mas Edi, serta

segenap keluarga besarku, yang telah

memberika

n do’a dan dukungan selama

Aku menuntut ilmu

Seluruh kawan seperjuangan yang selalu memberi motivasi dan

persahabatan yang tulus

Serta

Lembaga yang turut membangun diriku, mendewasakanku

dalam berpikir dan bertindak

(43)

Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran

hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. (Ali bin Abi Thalib)

”Demi masa; sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian; kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih,

dan nasehat-menasehati dalam kebenaran, dan nasehat-menasehati supaya

menetapi kesabaran”

(QS : 103:1-3)

Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAAN, CINTA, dan RASA HORMAT

(Ardiansyah)

(44)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari skripsi ini dapat selesai karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Syahrio Tantalo, M.P.--selaku Pembimbing Utama dan pemberi ide --atas bimbingan, nasehat, motivasi terbaik, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

2. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.-- selaku Pembimbing Anggota --atas bimbingan, saran, arahan, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

3. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S.--selaku Pembahas--atas saran, arahan, pengetahuan, dan pembelajaran selama saya menyusun skripsi;

4. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc.--selaku Dosen Pembimbing Akademik--atas bimbingan, motivasi, nasehat, dan sarannya;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas kemudahan dan dukungan yang diberikan selama kuliah;

(45)

8. Bapak dan ibu dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Unila--atas bimbingan, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;

9. Bapak, Mamak, Mbak Eko, Mbak Yuni, Mas Udin, Mas Edi, dan seluruh keluarga besarku --atas restu, do’a, nasehat, motivasi, pengorbanan dan pengertian, serta cinta dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini; 10.Dedi Setiadi--selaku sahabat seperjuangan selama penelitian--atas

kebersamaan, perhatian dan motivasinya;

11.Teman-teman angkatan ’08 (Gian, Fadli, Triyan, Putri, Nidia, Dwi A, Cintia, Ari, Anna, Neka, Nike, Esti, Ratih, Maulia, Aan, Elda, Irma, Adit, Adi, Andi, Anam, Yudi, Febri, Fredi, Dedi P, Dwi J, Cahyo, Deni, Fikri, Tegar, Zaki, Oka, Ibnu, Dimas, Hiskia, Bobi, Budi, Purwa, Udin, Bayu, Rudi), angkatan ’09, ’10, ‘11 atas do’a, kenangan, perhatian, semangat, kebersamaan dan

bantuannya selama ini;

12.Mas Feri , Mbak Erni dan Mas Agus--atas bantuan dan fasilitas selama kuliah dan penyusunan skripsi;

Semoga semua bantuan dan jasa yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bandar Lampung, 13 Februari 2013 Penulis

(46)

ABSTRAK

PERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER

Oleh : Fazar Ardiansyah

Selama ini daging ayam yang dikonsumsi berasal dari broiler atau ayam

kampung. Sebenarnya, selain kedua sumber tersebut, daging ayam dapat diperoleh dari ayam jantan tipe medium. Ayam jantan tipe medium berasal dari hasil

sampingan (by product) usaha penetasan ayam petelur. Pertumbuhan ayam

dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu genetik dan lingkungan. Salah satu faktor genetik yang berpengaruh adalah strain dan dari lingkungan yang sangat berpengaruh adalah ransum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara strain Isa Brown dan strain Lohman terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost (IOFC ) yang diberi ransum komersial broiler.

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 minggu mulai 19 Mei --21 Juli 2012, di kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Ayam yang digunakan adalah ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan Lohman sebanyak 200 ekor (dengan masing-masing strain 100 ekor).

Penelitian ini membandingkan dua perlakuan strain yang berbeda yaitu ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan ayam jantan tipe medium strain Lohman. Ayam yang digunakan masing-masing sebanyak 100 ekor. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji t-student pada taraf nyata 5%. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost.

Gambar

Tabel 1.  Standar konsumsi ransum dan performan produksi ayam jantan tipe                medium strain Lohman
Tabel 2.  Standar performan produksi ayam jantan tipe medium strain Lohman      per  1.000 ekor
Tabel 4.  Konsumsi air minum ayam jantan tipe medium strain Lohman

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Menganalisis pengaruh penambahan kayu manis terhadap pH, tingkat kecerahan (L*), aktivitas antioksidan, gula total dan organoleptik yang meliputi warna,

Kesalahan pelafalan bunyi dalam bahasa Rusia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu di samping adanya interferensi dari bahasa ibu juga kurangnya pengetahuan tentang

Kainuun ELY-keskus ja alueen TE-toimistot yhdessä Kainuun ammattiopiston kanssa kartoittivat kainuulaisten ICT-alan yritysten työvoima-, koulutus- ja osaamistarpeita sekä

Penelitian ini menggunakan metode Total Quality Management dengan populasi beberapa Universitas terpilih di Jakarta Selatan dengan membatasi masalah berupa implementasi Total

Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, 1979... 499.227 5 Nomina dan Ajektiva Bahasa Lampung Diaiek Abung/EM\ Sanusi [et a/.] Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH contoh uji dibuat cukup tinggi (12-13), sehingga magnesium akan mengendap sebagai magnesium hidroksida dan pada

Sedangkan teknik pengambilan samplenya adalah judgemental sampling (pengambilan contoh penilaian) salah satu bentuk dari convenience sampling (Sumarwan, 2011 : 94)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (a) Tindak pidana yang dapat dikategorikan tindak pidana yang bersifat pelanggaran administratif, yaitu perbuatan yang