• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Pembelajaran Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Pembelajaran Matematika"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

I. RANCANGAN PEMBELAJARAN

Pada masa sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal itu menuntut kita untuk dapat beradaptasi dengan baik sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan tidak menjadi seorang yang ketinggalan serta gagap teknologi. Terlebih lagi kita sebagai seorang pendidik tentu harus mempersiapkan peserta didik agar mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mereka dapat bersaing dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan hidup pada masa yang akan datang.

Salah satu solusi yang terbaik untuk mempersiapkan peserta didik dalam menguasai ilmu penegtahuan dan teknologi adalah dengan pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan peserta didik dapat menyerap ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan dan kecakapan hidup sebagai pribadi dan warga negara sehingga dapat bermanfaat baik untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Namun masalah utama dalam dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah rendahnya mutu pendidikan. Kompetensi lulusan yang seharusnya dapat dicapai oleh peserta didik hanya sebatas pada angka, namun jarang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Tentu banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, salah satu faktor utama adalah karena minimnya kemampuan guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.

Pada prinsipnya, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan. Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat.

(2)

guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Untuk mencapai sasaran kualitas tersebut, kegiatan pembelajaran harus menggunakan prinsip: (1) Berpusat pada peserta didik, (2) Mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Seorang pendidik dituntut untuk dapat mendorong peserta didik agar menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan perkembangan jaman. Seorang pendidik harus mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Untuk mewujudkan hal ini, seorang pendidik membutuhkan rancangan pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan unsur teknik, pendekatan dan metode-metode penyampaian pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Rancangan pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang seperti sebagai disiplin ilmu, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin ilmu, rancangan pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaanya. Sebagai ilmu, rancangan pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai tingkat kompleksitas materi. Dan sebagai sistem, rancangan pembelajaran merupakan sistem pembelajaran dan prosedur pelaksanaannya untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

(3)

teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen pembelajaran.

Rancangan pembelajaran memiliki peranan penting dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Guru sebagai tokoh penentu dalam pelaksana pendidikan di kelas harus menyadari pentingnya suatu rancangan pembelajaran dan mampu membuat perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan ini dapat teridentifikasi dengan menganalisis berbagai hal yang terkait dengan proses pembelajaran di kelas. Analisis yang tepat dapat membantu guru untuk mendesain strategi pembelajaran yang akan membantu peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Rancangan pembelajaran juga sebagai pedoman guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan lebih terarah.

Laporan ini berisi deskripsi proses perancangan pembelajaran matematika yang penulis lakukan dalam upaya membuat rancangan pembelajaran yang baik, yang sesuai untuk siswa-siswi kelas X D di Madrasah Aliyah Negeri Bangil Kabupaten Pasuruan tahun pelajaran 2013/2014. Penulis melakukan langkah-langkah perencanaan yang berpedoman pada model rancangan Morrison, Ross dan Kemp (2011) dalam buku “Designing Effective Instruction” yang meliputi identifikasi masalah/kebutuhan, identifikasi karakteristik siswa, analisis kontekstual, analisis tugas, perumusan tujuan pembelajaran, penentuan urutan materi pembelajaran, penentuan strategi pembelajaran, perancangan pesan pengajaran, penentuan metode pembelajaran, dan pengembangan instrumen evaluasi. Berikut adalah deskripsi analisis yang penulis lakukan, hasil berupa perangkat pembelajaran dan instrumennya, serta hasil penerapan pembelajaran yang telah dirancang.

A. Identifikasi Kebutuhan Pengajaran (Identifying Instructional Needs)

(4)

Proses perancangan pembelajaran yang dilakukan penulis dimulai dari mengidentifikasi masalah atau analisis kebutuhan pengajaran. Setelah menemukan suatu masalah dan mengetahui penyebab masalah tersebut, penulis akan menentukan intervensi atau perlakuan yang akan diberikan dalam pembelajaran di kelas agar dapat memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian, tujuan identifikasi masalah atau kebutuhan pengajaran di sini adalah untuk menentukan apakah pengajaran yang akan dilaksanakan itu dapat menjadi solusi atau tidak.

Dalam melakukan analisis kebutuhan, perancang melalui empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), pengumpulan data (collecting data), analisisan data (analyzing data), dan laporan akhir (final report).

Tahap I: Perencanaan (Planning)

Dari enam kategori kebutuhan yang dikemukakan oleh Burton, perancang memilih kategori felt needs (kebutuhan yang dirasakan). Untuk mengetahui kebutuhan atau masalah, terlebih dahulu perancang menentukan peserta dalam penilaian kebutuhan ini. Peserta yang dipilih disini adalah siswa kelas X D Madrasah Aliyah Negeri Bangil Kabupaten Pasuruan tahun pelajaran 2013/2014. Identifikasi terhadap masalah atau kebutuhan tersebut dilakukan dengan wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika yang ditugaskan mengajar di kelas X D dan memberikan angket terbuka kepada seluruh siswa Kelas X D MAN Bangil yang berjumlah 35 siswa.

Tahap II: Pengumpulan Data (Collecting Data)

(5)

Bangil dan juga memperoleh informasi kemampuan matematika siswa kelas X D dari hasil nilai rapot matematika semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara terstruktur yang telah dibuat oleh perancang, kemudian perancang mencatat penuturan guru tentang perihal yang ditanyakan dan tidak menggunakan alat perekam (recorder). Perancang juga sempat menanyakan hasil tes IQ siswa kelas X D dengan guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa kelas X D yakni Ibu Titik Rianti, S.Pd.

Tahap III: Analisis Data (Analyzing Data)

Setelah mengumpulkan informasi atau data tentang subyek, pada tahap ini, perancang menganalisis data yang diperoleh. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru bidang studi matematika diperoleh informasi bahwa beberapa standar kompetensi matematika kelas X belum dicapai dengan baik oleh kebanyakan siswa kelas X D termasuk materi akar-akar persamaan kuadrat, selain itu nilai rapot siswa juga dipaksa untuk memenuhi standar KKM walaupun sebenarnya nilai siswa masih jauh dibawah KKM, hal ini salah satunya dikarenakan tuntutan dari Wakil Kepala Madrasah bidang kurikulum bahwa KKM rapot minimal 75 dan jika siswa tidak tuntas maka harus diupayakan menjadi tuntas dengan pemberian remidi sampai tuntas, padahal biasanya untuk metematika lebih dari setengah jumlah siswa nilainya tidak mencapai KKM.

Sedangkan berdasarkan hasil angket terhadap siswa kelas X D, diperoleh data sebagai berikut:

1. Salah satu materi matematika yang termasuk sulit adalah akar-akar persamaan kuadrat yaitu sebanyak 24% siswa menjawab akar-akar persamaan kuadrat termasuk materi sulit dan materi yang dianggap paling sulit adalah trigonometri dimana sebanyak 48% menjawab trigonometri.

(6)

3. Selama proses pembelajaran guru pasif artinya guru jarang berkeliling untuk mengecek ataupun memberikan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran di kelas, hal ini berdasarkan jawaban siswa yaitu sebanyak 63% siswa menjawab bahwa guru tidak berkeliling selama pembelajaran dan hanya berada di depan saja.

4. Faktor selanjutnya yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa adalah karena guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi seperti power point yaitu sebanyak 89% siswa menjawab bahwa guru tidak menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi. 5. Siswa merasa tidak senang dalam belajar materi akar-akar persamaan

kuadrat yaitu sebanyak 50% siswa menjawab kadang-kadang tidak senang dalam pembelajaran materi akar-akar persamaan kuadrat.

6. Siswa merasa malas untuk belajar materi akar-akar persamaan kuadrat yaitu sebanyak 66% siswa kadang-kadang merasa malas belajar materi akar-akar persamaan kuadrat.

7. 66% siswa menjawab kadang-kadang merasa mengantuk ketika belajar materi akar-akar persamaan kuadrat.

8. 63% siswa menjawab kadang-kadang merasa lebih lambat dalam memahami materi akar-akar persamaan kuadrat daripada materi matematika yang lainnya.

9. 75% siswa menjawab kadang-kadang merasa kesulitan ketika mengerjakan soal yang berkaitan dengan akar-akar persamaan kuadrat. 10. 84% siswa menjawab kadang-kadang merasa tidak mampu

menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan akar-akar persamaan kuadrat.

Tahap IV: Penyusunan Laporan Akhir (Compiling a Final Report)

Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan, maka salah satu masalah yang teridentifikasi adalah siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika termasuk dalam materi akar-akar persamaan kuadrat, sehingga banyak siswa tidak bisa mencapai nilai KKM. Dan berikut penulis melaporkan hasil analisis kebutuhan pembelajaran matematika siswa kelas X D MAN Bangil Kabupaten Pasuruan pada tahun pelajaran 2013/2014:

(7)

Penilaian ini bertujuan mengetahui kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas X D Madrasah Aliyah Negeri Bangil Kabupaten Pasuruan

b. Proses

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data berupa nilai raport matematika siswa kelas X D, hasil tes IQ siswa, gaya belajar siswa, kesulitan belajar siswa dan faktor penyebab kesulitan belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika, wawancara terhadap guru bimbingan konseling, dan dengan menyebarkan angket kepada siswa yang mencakup angket gaya belajar, angket identifikasi kesulitan belajar siswa, dan angket terbuka seputar pembelajaran matematika yang telah dilakukan oleh guru.

c. Hasil

Berdasar hasil analisis data diperoleh simpulan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar matematika termasuk untuk materi akar-akar persamaan kuadrat, sehingga nilai siswa banyak yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Adapun penyebab kesulitan belajar siswa yang teridentifikasi melalui angket adalah sebagai berikut:

1. Guru kurang memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok pada saat proses pembelajaran.

2. Guru jarang berkeliling untuk memberikan bimbingan maupun mengecek pemahaman siswa dan sering hanya berada di depan saja. 3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi

seperti power point dalam pembelajaran matematika termasuk dalam pembelajaran tentang akar-akar persamaan kuadrat.

d. Rekomendasi

Perancang merekomendasikan untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif yang lebih memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi selama proses pembelajaran dan memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran seperti media power point.

B. Analisis Karakteristik Siswa dan Analisis Kontekstual (Learner and Contextual Analysis)

1. Analisis Karakteristik Siswa

(8)

bahasan (dan kapan pokok bahasan itu dikenalkan), pemilihan tujuan dan urutan materi, kedalaman pembahasan pokok bahasan, pemilihan metode penyampaian dan berbagai aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, pada awal perencanaan pengajaran, perancang harus memperhatikan karakteristik, kemampuan, dan pengalaman siswa baik sebagai kelompok maupun individu. Setidaknya ada 7 (lima) hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa yang penting untuk diidentifikasi, yaitu karakteristik umum, karakteristik khusus, kemampuan akademik, kepribadian dan sikap sosial, latar belakang budaya dan etnis, kenormalan dan kecacatan, dan gaya belajar.

a. Karakteristik umum

Siswa yang dianalisis adalah siswa kelas X D Madrasah Aliyah Negeri Bangil Kabupaten Pasuruan. Jumlah siswa adalah 35 orang, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan dengan rentang umur 15 – 17 tahun, yaitu 11 siswa berumur 15 tahun, 22 siswa berumur 16 tahun, dan 2 siswa berumur 17 tahun.

b. Karakteristik khusus

Diantara karakteristik khusus siswa kelas X D adalah:

1. 12 siswa mengikuti bimbingan belajar maupun les privat matematika. 2. 6 orang siswa pernah mengikuti olimpiade MIPA dan 1 orang

diantaranya pernah mengikuti OSN Matematika SMP tingkat Kabupaten Pasuruan

3. 52% siswa menyatakan suka terhadap pelajaran matematika, 20% siswa menyatakan tidak suka terhadap matematika, dan sisanya menyatakan relatif suka terhadap matematika

4. 52% siswa menyatakan punya motivasi yang tinggi untuk belajar matematika, 31% sedang, dan 17% siswa menyatakan mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar matematika

c. Kemampuan akademik

Data kemampuan akademik siswa kelas X D adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan data hasil tes IQ, seluruh siswa kelas X MAN Bangil

termasuk kelas X D mempunyai IQ pada rentang 93 – 120.

(9)

18 siswa berkemampuan matematika rendah, 11 siswa berkemampuan matematika sedang, dan 6 siswa berkemampuan matematika tinggi. d. Kepribadian dan sikap sosial

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra. Supraptiningsih dan pengamatan perancang selama menjadi guru Fisika di kelas X D, diketahui bahwa pada kelas X D terdapat siswa yang sangat aktif, terdapat siswa yang banyak bicara, namun kebanyakan siswa cenderung pendiam dan mengikuti pembelajaran dengan baik saat berada di kelas. Secara umum, siswa selalu mengajukan pertanyaan ketika merasa belum cukup paham dengan materi yang disampaikan. Ibu Suprapti juga menambahkan bahwa terdapat tiga orang siswa yang paling menonjol diantara siswa lainnya dari segi kecerdasan dan keaktifan. Dari segi sikap sosial, diperoleh data bahwa 69% siswa senang bekerjasama dalam kelompok diskusi kelas dan 31% siswa lebih bersifat individualistis.

e. Latar belakang budaya, suku, dan etnis

Sebagian besar siswa kelas X D berasal dari suku jawa, dan sebagian kecil merupakan keturunan Madura tetapi bahasa komunikasi sehari-hari menggunakan bahasa jawa. Seluruh siswa kelas X D sejak lahir sudah berada di bangil dan seluruhnya beragama islam sehingga secara budaya relatif homogen.

f. Kenormalan dan kecacatan

Secara fisik, seluruh siswa kelas X D berada dalam kondisi fisik normal / tidak cacat fisik. Demikian pula kondisi mental siswa-siswi kelas X D tergolong normal dan tidak ada satupun siswa yang tergolong dalam kategori cacat mental.

g. Gaya belajar

Mengenali gaya belajar siswa, penting dilakukan dalam merencanakan pengajaran. Hasil riset menunjukkan bahwa ada siswa yang dapat belajar melalui ceramah dan membaca bahan tertulis, ada yang dapat belajar secara lebih baik melalui pendekatan visual, sementara yang lain melalui berbagai aktivitas fisik. Secara umum, ada 3 (tiga) gaya belajar, yaitu visual, auditory, dan kinestetik.

(10)

gaya belajar yang heterogen. Kondisi gaya belajar tiap siswa dirangkum pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: Gaya Belajar Siswa Kelas X D MAN Bangil

NO NAMA SISWA JENIS GAYA BELAJAR

1 ABDURROHMAN KINESTETIK

2 AINUN NADHIFAH AUDITORY

3 AINUN NUZULLAH AUDITORY

4 ANIS FAJRIYAH H. AUDITORY

5 ARDELINA R. AUDITORY

6 BAGUS P. H. AUDITORY

7 CHOIRUN NISAK VISUAL DAN KINESTETIK 8 DEWI SYARIFAH VISUAL DAN KINESTETIK

9 DIAN FATMAWATI VISUAL

10 FARIDA KINESTETIK

11 ELAFATUL I. AUDITORY DAN KINESTETIK

12 FIRDA FITRI F. KINESTETIK

13 IFTAKHUL JANNAH VISUAL DAN KINESTETIK

14 IYUS YUNITA S. KINESTETIK

15 LAILATUL F. KINESTETIK

16 LULUK R. VISUAL

17 M. BAHARUDDIN KINESTETIK

18 M. BASHORI ALWI KINESTETIK

19 M. KEVIN AUDITORY

20 MAIDATUR R. AUDITORY

21 MIA R. VISUAL DAN AUDITORY

22 MOCHAMAD IRWAN VISUAL

23 NAVISA D. AUDITORY DAN KINESTETIK

24 NIHAYATUL Q. KINESTETIK

25 NIKMATUL AINI AUDITORY

26 NUR FAIZA AUDITORY

27 NURUL WAHYUNI KINESTETIK

28 RATIH NURMALA S. KINESTETIK

29 RIZKA I.M. KINESTETIK

30 SOFWATUL Q. AUDITORY DAN KINESTETIK 31 SOFY DWIYATI AUDITORY DAN KINESTETIK

32 SOLIKHA AUDITORY

33 SUGENG DWI C. VISUAL DAN KINESTETIK

34 VERA VINDAYANTI AUDITORY

35 WILDANIA AYU R. KINESTETIK

(11)

siswa bergaya belajar visual dan Auditory, 4 siswa bergaya belajar visual dan kinestetik, serta 4 siswa bergaya belajar Auditory dan kinestetik.

2. Analisi Kontekstual

Dalam menyusun rancangan pembelajaran Perancang melakukan analisis kontekstual berupa analisis terhadap lingkungan fisik yakni kondisi sekolah dan ruang kelas X D. Tabel berikut mendeskripsikan kondisi sekolah dan ruang belajar siswa-siswi kelas X D MAN Bangil.

Tabel 2 : Analisis Kontekstual

Faktor Kondisi

Pencahayaan Kondisi pencahayaan ruang belajar kelas X D cukup baik.

Ruang belajar difasilitasi dengan 6 lampu yang berfungsi dengan baik untuk penerangan.

Pada hari cerah, cahaya masuk dengan mudah ke ruang kelas jika tirai dibuka. Jika hari mendung, keenam lampu dapat dinyalakan sehingga ruangan tetap mendapat pencahayaan yang cukup untuk melaksanakan pembelajaran.

Kebisingan MAN Bangil terletak sekitar 200 meter dari jalan khusus jalur truck muatan tetapi suara truck tidak terlalu

terdengar keras dari sekolah, sehingga suasana belajar di sekolah ini cukup kondusif. Letak sekolah juga disekitar area persawahan sehingga siswa tidak mendapatkan hambatan yang berasal dari kebisingan lingkungan saat proses pembelajaran.

Suhu Suhu ruangan kadang masih terasa panas meskipun kelas X D telah dilengkapi dengan 4 buah kipas angin besar karena daerah Bangil termasuk daerah tapal kuda yang panas. Sehingga kipas angin selalu dinyalakan ketika pembelajaran.

(12)

menghadap ke papan tulis. Jarak antar meja dan kursi diatur sedemikian sehingga menyediakan ruang yang cukup untuk guru berkeliling mengamati setiap siswa di kursinya. Kursi dan meja cukup berat jika ingin

dipindahkan sehingga untuk diskusi kelompok cukup kursi yang dibuat berhadap-hadapan.

Perlengkapan Ruang kelas X D difasilitasi dengan sebuah papan whiteboard berukuran 150 x 250 cm, satu LCD

proyektor beserta layar proyeksinya, empat kipas angin besar, 6 lampu neon, papan absensi, papan mading kelas, papan pengumuman, rak sepatu, dan pengeras suara. Semua perlengkapan berada dalam kondisi yang baik dan dapat digunakan dengan semestinya.

C. Melakukan Analisis Tugas (Task Analysis)

Analisis tugas atau analisis isi (content) dilakukan dengan berdasarkan pada dua input, yaitu batasan masalah pengajaran (instructional problems) dan informasi tentang karakteristik siswa. Dari input tersebut, diharapkan diperoleh output analisis tugas berupa dokumentasi isi (content) yang akan dimasukkan ke dalam materi pengajaran. Selain itu, output ini juga akan menjadi input untuk merancang tujuan pengajaran (instructional objectives).

Ada 3 (tiga) teknik untuk menganalisis isi dan tugas yaitu;(1) analisis topik, analisis prosedural, dan metode kejadian kritis. Walaupun demikian, dalam perancangan ini, perancang hanya melakukan analisis topik dan analisis prosedural.

 Analisis Topik

(13)

identifikasi masalah. SK dan KD materi Persamaan kuadrat yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 : SK dan KD Materi Fungsi, Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.

2.1 Memahami konsep fungsi

2.2 Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi kuadrat

2.3 Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan pertidaksamaan kuadrat 2.4 Melakukan manipulasi aljabar dalam

perhitungan yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat 2.5 Merancang model matematika dari

masalah yang berkaitan dengan persamaan dan atau fungsi kuadrat

2.6 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan

persamaan dan atau fungsi kuadrat dan penafsirannya

Dari struktur isi, materi fungsi, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4 : Tinjauan struktur isi pada materi fungsi, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat

Struktur Isi Keterangan

Fakta Definisi bentuk umum persamaaan kuadrat Konsep  Bentuk umum persamaan kuadrat

 Akar-akar persamaan kuadrat  Diskriminan persamaan kuadrat  Jenis akar-akar persamaan kuadrat Prinsip dan Aturan Rumus akar-akar persamaan kuadrat

 Rumus diskriminan persamaan kuadrat

(14)

Prosedur  Langkah-langkah menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan pemfaktoran  Langkah-langkah menentukan akar-akar

persamaan kuadrat dengan rumus akar-akar persamaan kuadrat

 Langkah-langkah menentukan diskriminan persamaan kuadrat

 Langkah-langkah menentukan hasil jumlah akar-akar persamaan kuadrat

 Langkah-langkah menentukan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat

 Langkah-langkah menentukan jenis akar-akar persamaan kuadrat

Keterampilan Interpersonal

Kemampuan bekerja sama, berkolaborasi, menyampaikan pendapat, mempresentasikan hasil yang diperoleh, dan keberanian untuk bertanya.

Sikap Jujur, bertanggung jawab, dan pantang menyerah dalam melaksanakan tugas

 Analisis Prosedural

Analisis prosedural yang dilakukan oleh perancang dapat dilihat pada tabel ini.

Ta

bel 5 : Analisis Prosedural

Prosedur Keterangan

 Langkah-langkah menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan pemfaktoran

 Merubah persaman kuadrat menjadi bentuk umum persamaan kuadrat

 Mengidentifikasi nilai koefisien-koefisien dari persamaan kuadrat

 Menentukan jenis pemfaktoran yang akan dilakukan

 Menentukan bilangan yang memenuhi persyaratan untuk menjadi faktor

 Menuliskan faktor-faktor persamaan kuadrat

 Menentukan pembuat nol dari masing-masing faktor persamaan kuadrat

 Menentukan akar-akar persamaan kuadrat  Langkah-langkah

menentukan

akar- Merubah persaman kuadrat menjadi bentuk umum persamaan kuadrat

(15)

akar persamaan kuadrat dengan rumus akar-akar persamaan kuadrat

persamaan kuadrat

 Menuliskan rumus akar-akar persamaan kuadrat

 Mensubstitusikan nilai koefisien yang sesuai pada rumus akar-akar persamaan kuadrat

 Melakukan perhitungan terhadap angka-angka yang telah disubstitusikan terhadap rumus

 Menyederhanakan nilai perhitungan yang didapat

 Memecah akar menjadi dua menurut tanda (+) dan (-) pada rumus

 Menentukan akar-akar persamaan kuadrat  Langkah-langkah

menentukan diskriminan persamaan kuadrat

 Merubah persaman kuadrat menjadi bentuk umum persamaan kuadrat

 Mengidentifikasi nilai koefisien-koefisien dari persamaan kuadrat

 Menuliskan rumus diskriminan persamaan kuadrat

 Mensubstitusikan nilai koefisien yang sesuai pada rumus diskriminan persamaan kuadrat

 Melakukan perhitungan sampai didapatkan nilai yang paling sederhana

 Langkah-langkah menentukan hasil jumlah akar-akar persamaan kuadrat

 Merubah persaman kuadrat menjadi bentuk umum persamaan kuadrat

 Mengidentifikasi nilai koefisien-koefisien dari persamaan kuadrat

 Menuliskan rumus hasil jumlah akar-akar persamaan kuadrat

 Mensubstitusikan nilai koefisien yang sesuai pada rumus hasil jumlah akar-akar persamaan kuadrat

 Melakukan perhitungan sampai didapatkan nilai yang paling sederhana

 Langkah-langkah menentukan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat

 Merubah persaman kuadrat menjadi bentuk umum persamaan kuadrat

 Mengidentifikasi nilai koefisien-koefisien dari persamaan kuadrat

 Menuliskan rumus hasil kali akar-akar persamaan kuadrat

 Mensubstitusikan nilai koefisien yang sesuai pada rumus hasil kali akar-akar persamaan kuadrat

 Melakukan perhitungan sampai didapatkan nilai yang paling sederhana

 Langkah-langkah menentukan jenis akar-akar

 Merubah persaman kuadrat menjadi bentuk umum persamaan kuadrat

(16)

persamaan kuadrat  Menghitung nilai diskriminan persamaan kuadrat

 Menentukan posisi nilai diskriminan persamaan kuadrat terhadap nol

 Menentukan jenis akar-akar persamaan kuadrat

Apabila terjadi sesuatu di kelas yang tidak terduga (kejadian kritis), misal siswa tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa tidak mencapai ketuntasan belajar pada topik yang diberikan, atau kejadian lain yang mengakibatkan tidak terlaksananya proses pembelajaran dengan baik, maka akan dilakukan perubahan pelaksanaan pembelajaran.

D. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Instructional Objectives)

Tujuan pembelajaran (instructional objectives) memiliki 3 (tiga) fungsi utama. Pertama, menawarkan alat bagi perancang pengajaran atau bagi guru untuk merancang pengajaran yang tepat, khususnya untuk memilih dan mengorganisasikan aktivitas pengajaran, dan memilih media (resources) yang akan memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Kedua, menyediakan suatu kerangka untuk memikirkan cara mengevaluasi pembelajaran siswa. Ketiga, membimbing siswa dimana siswa akan menggunakan tujuan pembelajaran untuk mengidentifikasi keterampilan dan pengetahuan yang harus mereka kuasai..

Dalam proses perancangan ini, pengembangan tujuan–tujuan pengajaran tersebut dilakukan dengan berdasarkan pada hasil analisis tugas yang telah diperoleh dengan menggunakan teknik tertentu (dalam perancangan ini, perancang memilih analisis topik dan analisis prosedural) sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Hasil rumusan tujuan pengajaran ini, selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk mengurutkan isi dan memperkenalkan isi materi kepada siswa.

Tujuan pembelajaran pada rancangan pembelajaran ini dikelompokkan menjadi dua ranah yaitu ranah kognitif, dan ranah afektif. Berikut ini adalah tujuan yang perancang susun dalam kegiatan pembelajaran materi akar-akar persamaan kuadrat:

1. Ranah Kognitif

(17)

dengan pengetahuan, penamaan, pemecahan masalah, memprediksi, dan aspek intelektual lainnya. Bloom (1956) mengembangkan taksonomi pada ranah kognitif meliputi tingkat pengetahuan (knowledge) pada tingkatan terendah, diikuti dengan kemampuan kognitif yang semakin tinggi yakni pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), evaluasi (evaluation), dan mencipta (create).

Berdasarkan analisis topik dalam ranah kognitif, tujuan-tujuan pengajaran diklasifikasikan ke dalam level tingkatan taksonomi Bloom sebagai berikut:

Tabel 6 : Tujuan Pembelajaran Ranah Kognitif

Tingkatan Taksonomi Bloom Topik: Akar-akar Persamaan Kuadrat

Pengetahuan (knowledge) Siswa dapat mengenali bentuk persamaan kuadrat

Pemahaman (comprehension)

 Siswa dapat membedakan antara bentuk umum persamaan kuadrat dan bentuk persamaan kuadrat

 Siswa dapat membedakan antara akar persamaan kuadrat dan bukan akar persamaan kuadrat yang diberikan Aplikasi (application)  Siswa dapat menentukan akar-akar

persamaan kuadrat dengan

pemfaktoran dan rumus akar-akar persamaan kuadrat

 Siswa dapat menentukan nilai diskriminan persamaan kuadrat

 Siswa dapat menentukan jenis akar-akar persamaan kuadrat berdasarkan nilai diskriminan persamaan kuadrat

 Siswa dapat menentukan hasil jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat

Analisis (analysis)  Siswa dapat menentukan salah satu akar persamaan kuadrat jika diketahui salah satu akar yang lain

 Siswa dapat menggunakan hubungan antara nilai diskriminan suatu

(18)

2. Ranah Afektif

Pada ranah afektif, perancang menguraikan tujuan pembelajaran sebagai berikut:

a. Siswa berpartisipasi aktif dalam berdiskusi untuk menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan.

b. Siswa mampu menyampaikan pendapat dan menghargai teman ketika berdiskusi.

c. Siswa menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan terhadap persoalan yang belum dimengerti.

d. Siswa bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompok dan membantu teman menyelesaikan tugas belajar yang diberikan guru. e. Siswa bekerjasama dengan teman kelompoknya untuk menyelesaikan

tugas belajar yang diberikan oleh guru.

E. Urutan Materi Pembelajaran

Setelah mengembangkan tujuan pembelajaran, selanjutnya adalah menentukan urutan yang paling tepat untuk menyajikan materi yang berkaitan dengan tiap tujuan pembelajaran, kemudian menentukan bagaimana memperkenalkan satuan pengajaran kepada siswa. Dalam rangka membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran, maka dalam merancang pembelajaran dibutuhkan pengurutan materi. Adapun urutan materi yang disusun oleh perancang dengan berdasarkan learning-related atau kebutuhan pembelajaran adalah sebagai berikut:

Tabel 7: Urutan Materi Ajar

Urutan Aspek Struktur Isi Materi Ajar

Pertama Fakta Definisi bentuk umum

persamaaan kuadrat

Kedua Konsep

 Bentuk umum persamaan kuadrat

 Akar-akar persamaan kuadrat  Diskriminan persamaan

kuadrat

 Jenis akar-akar persamaan kuadrat

Ketiga Prinsip dan Aturan  Rumus akar-akar persamaan kuadrat

(19)

kuadrat

 Rumus jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat

Keempat Prosedur

 Langkah-langkah menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan pemfaktoran

 Langkah-langkah menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan rumus akar-akar persamaan kuadrat

 Langkah-langkah menentukan diskriminan persamaan

kuadrat

 Langkah-langkah menentukan hasil jumlah akar-akar

persamaan kuadrat

 Langkah-langkah menentukan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat

 Langkah-langkah menentukan jenis akar-akar persamaan kuadrat

F. Strategi Prapengajaran

strategi prapengajaran yang digunakan perancang untuk memperkenalkan isi materi pengajaran kepada siswa, adalah strategi

objectives dan overviews. Pemilihan strategi pengajaran ini dikarenakan sebagian besar siswa kelas X D memiliki kemampuan matematika yang sedang dan rendah. Strategi objectives dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan overviews

dilakukan dengan memberikan ringkasan singkat tentang materi yang akan dipelajari terutama tentang bentuk umum persamaan kuadrat, akar-akar persamaan kuadrat, diskriminan persamaan kuadrat, dan hubungan antara nilai diskriminan persamaan kuadrat dengan akar-akar persamaan kuadrat

G. Strategi Pembelajaran

(20)

Tabel 10 : Strategi Pembelajaran

Aspek

Konten Konten Strategi Kegiatan Belajar

Fakta Definisi bentuk umum persamaaan kuadrat

Ekspositori Siswa menyimak presentasi guru melalui media power point

Konsep Bentuk umum persamaan kuadrat  Akar-akar

persamaan kuadrat  Diskriminan

persamaan kuadrat  Jenis akar-akar

persamaan kuadrat

Ekspositori dan Tanya

Jawab

Siswa menyimak presentasi guru melalui media power point dan mengajukan pertanyaan jika ada hal yang belum dipahami serta membuat catatan tentang hal yang dianggap perlu

Prinsip dan Aturan

 Rumus akar-akar persamaan kuadrat  Rumus diskriminan

persamaan kuadrat  Rumus jumlah dan

hasil kali akar-akar persamaan kuadrat

Ekspositori dan Tanya

Jawab

Siswa menyimak presentasi guru melalui media power point dan mengajukan pertanyaan jika ada hal yang belum dipahami serta membuat catatan tentang hal yang dianggap perlu

Prosedur  Langkah-langkah menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan pemfaktoran  Langkah-langkah menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan rumus akar-akar persamaan kuadrat  Langkah-langkah menentukan diskriminan persamaan kuadrat  Langkah-langkah menentukan hasil jumlah akar-akar persamaan kuadrat Diskusi dan Kerja Kelompok

(21)

 Langkah-langkah menentukan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat  Langkah-langkah menentukan jenis akar-akar persamaan kuadrat Keterampi lan Interperso nal Kemampuan bekerja sama, berkolaborasi, menyampaikan pendapat, mempresentasikan hasil yang diperoleh, dan keberanian untuk bertanya.

Diskusi Kelompok dan Diskusi

Kelas

Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan dan

mempresentasikan hasil kerja kelompok secara klasikal

Sikap Jujur, bertanggung jawab, dan pantang menyerah dalam melaksanakan tugas

Pemberian Kuis Individu

Setiap siswa mengerjakan kuis yang diberikan guru secara individu

H. Pengembangan Pembelajaran

Setelah strategi pembelajaran dirumuskan, perancang selanjutnya mengembangkan pengajaran. Pengembangan pengajaran merupakan proses menerjemahkan rencana rancangan menjadi pengajaran. Dalam rancangan ini menerapkan model kooperatif dengan metode ekspositori, diskusi kelompok, penugasan, dan tanya jawab. Adapun kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh perancang terdiri dari lima tahapan, yaitu:

1. Ekspositori

Guru memberikan penjelasan materi pembelajaran dengan melakukan presentasi dengan menggunakan media power point.

2. Diskusi kelompok

Siswa mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru secara berkelompok dan guru berkeliling untuk melakukan pengamatan kepada masing-masing kelompok yang sedang melakukan diskusi serta memberikan bimbingan jika kelompok mengalami kesulitan.

3. Presentasi kelompok

Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok secara bergantian.

(22)

Dengan bimbingan guru, siswa menganalisis hasil kerja kelompok yang dipresentasikan dan mendiskusikannya serta menyimpulkan hasil diskusi. 5. Penugasan

Setelah siswa melakukan diskusi kelas selanjutnya guru memberikan kuis kepada siswa yang harus dikerjakan secara individu dan tidak boleh bekerjasama.

I. Sumber Belajar dan Sarana Penunjang

Untuk membantu siswa menguasai materi ajar melalui diskusi kelompok, disediakan LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS tersebut diharapkan dapat membuat kerja kelompok lebih terarah dan membimbing setiap siswa untuk menguasai materi akar-akar persamaan kuadrat. Guru menggunakan media pembelajaran berupa power point untuk menyanpaikan materi terkait akar-akar persamaan kuadrat, media power point ini ditampilkan guru dengan menggunakan LCD Proyektor. Selain itu guru juga memberikan soal kuis yang harus dikerjakan siswa secara individu untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan sebagai bahan melakukan evaluasi pembelajaran.

J. Mengembangkan Instrumen Evaluasi (Developing Evaluation Instruments)

Dalam rancangan ini, digunakan instrumen evaluasi untuk penilaian kognitif, dan afektif. Penilaian terhadap kemampuan matematika siswa menyangkut konsep, prinsip dan aturan, serta prosedur tercakup dalam penilaian dalam ranah kognitif yang berupa pemberian kuis secara individu. Sedangkan penilaian terhadap keterampilan interpersonal dan penilaian sikap tercakup dalam penilaian afektif.

Berikut ini adalah uraian untuk penilaian dalam masing-masing ranah, yaitu kognitif dan afektif.

1. Ranah Kognitif

Dalam proses perancangan ini, perancang memilih menggunakan soal berbentuk uraian untuk menilai ranah kognitif.

(23)

a) Menyusun kisi-kisi soal (Terlampir).

b) Menyusun butir soal berdasarkan kisi-kisi dan kunci jawaban (Terlampir).

2. Ranah Afektif

Penilaian dalam ranah afektif ini mencakup penilaian keterampilan interpersonal, dan penilaian sikap siswa terhadap pelajaran. Penilaian ini memperhatikan tujuan pengajaran dalam ranah afektif yang didasarkan pada Taksonomi Krathwohl, Bloom, dan Masia. Taksonomi ini menyatakan bahwa tujuan pengajaran memiliki 5 (lima) level, yaitu: (1) menerima (receiving), (2) merespon (responding), (3) menilai (valuing), (4) mengorganisasikan (organizing), dan (5) mengkarakteristiki melalui suatu kompleks nilai (characterizing by a value complex). Lembar penilaian afektif terlampir.

II. HASIL UJI COBA RANCANGAN PEMBELAJARAN

Perancang mencoba mengaplikasikan rancangan pembelajaran yang telah dibuat pada siswa kelas X D Madrasah Aliyah Negeri Bangil tahun pelajaran 2013/2014 sesuai dengan subyek yang telah dianalisis. Adapun hasil uji coba rancangan pembelajaran tersebut dapat perancang laporkan sebagai berikut:

1. Uji coba penerapan rancangan pembelajaran dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 21 Juni 2014 bertepatan dengan hari terakhir masuk sekolah di MAN Bangil sebelum libur semester genap dan juga pengembalian rapot semester genap kepada wali kelas masing-masing.

(24)

3. Tidak semua siswa hadir mengikuti pembelajaran dan tercatat 3 orang siswa tidak hadir yakni 1 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan, sehingga siswa yang hadir berjumlah 32 siswa dari 35 siswa.

4. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa nampak tidak fokus dalam pembejaran dan ingin segera mengakhiri pembelajaran dikarenakan sekolah dalam keadaan tidak efektif dan sebagian besar siswa di kelas lain langsung pulang kembali setelah mengembalikan rapot kepada wali kelas.

5. Siswa nampak kurang berkonsentrasi dan sering memandang keluar karena sebagian siswa kelas X D telah ditunggu teman dari kelas lain untuk pulang bersama-sama.

6. Pembelajaran yang direncanakan berlangsung selama 135 menit tidak terlaksana dan hanya bisa dilaksanakan selama 90 menit karena sebagian besar siswa meminta segera pulang.

7. Pembelajaran yang seharusnya memberikan kesempatan yang luang kepada siswa untuk berdiskusi dan melakukan presentasi untuk setiap kelompok tidak terlaksana dan hanya terdapat 2 perwakilan kelompok yang melakukan presentasi.

8. Siswa tidak aktif untuk bertanya dalam kegiatan pembelajaran dan hamper tidak terdapat pertanyaan dari siswa.

9. Penilain afektif yang seyogyanya dilaksanakan oleh perancang tidak terlaksana karena waktu yang singkat sehingga perancang tidak dapat melakukan observasi secara menyeluruh kepada masing-masing siswa.

10. Pelaksanaan kuis individu yang dirancang selama 30 menit tidak terlaksana dan siswa hanya mengerjakan kuis yang diberikan selama 20 menit saja bahkan sebelum 20 menit sudah terdapat siswa yang mengumpulkan pekerjaan mereka dan meminta izin untuk pulang terlbih dahulu karena alas an sudah ditunggu oleh temannya.

(25)

12. Dari hasil analisis terhadap jawaban siswa diperoleh hasil bahwa siswa tidak mencapai tujuan yang ditentukan yaitu membedakan antara bentuk umum persamaan kuadrat dan bentuk persamaan kuadrat sehingga langkah siswa dalam memfaktorkan bentuk persamaan kuadrat dimana ruas kanan tidak sama dengan nol menjadi salah. Hal itu terlihat seperti hasil pekerjaan siswa berikut:

III. PENUTUP

Untuk memulai suatu kegiatan pembelajaran diperlukan suatu perancangan yang baik agar apa yang diinginkan dari suatu kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran matematika sekolah, berarti perancangan materi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan assesment. Pembelajaran adalah suatu komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dalam rangka untuk mengubah sikap dan pola pikir dari siswa tersebut.

Dalam laporan analisis dan perancangan pembelajaran matematika ini, penulis menggunakan acuan dari buku dengan judul Designing Effective Instruction yang ditulis oleh Jerrold Kemp. Dalam buku yang ditulis oleh Kemp tersebut ada empat elemen dasar untuk merencanakan desain pembelajaran yaitu: siswa, tujuan, metode, dan evaluasi.

(26)

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk materi akar-akar persamaan kuadrat pada siswa kelas X D MAN Bangil Kabupaten Pasuruan. Sedangkan instrumen penilaian sikap, yang terdiri dari instrumen penilaian keterampilan interpersonal dan perilaku berkarakter, diadaptasi dari buku Meaningful Assessment: A Manageable and Cooperative Process. Begitupun instrumen penilaian diri siswa dan penilaian kehidupan kelas siswa, diadaptasi dari buku tersebut.Adapun perangkat pembelajaran (draf awal) ini dapat dilihat pada bagian lampiran makalah ini. Perangkat pembelajaran ini belum divalidasi, sehingga belum diketahui tingkat kevalidannya.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, D. W. & Johnson, R. T. 2002. Meaningful Assessment: A Manageable and Cooperative Process. Boston: Allyn & Bacon, A Pearson Education Company.

Morrison, G. R., & Ross, S. M., & Kemp, J. E. 2011. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.

Gambar

Tabel 1: Gaya Belajar Siswa Kelas X D MAN Bangil
Tabel 2 : Analisis Kontekstual
Tabel  4  :  Tinjauan  struktur  isi  pada  materi  fungsi,  persamaan  dan
tabel ini.Ta
+4

Referensi

Dokumen terkait

Seseorang bisa saja berniat menjadi bhikkhu, namun sebelum ia dapat mewujudkan keinginannya ia harus mempunyai ijin tertulis dari keluarganya terlebih dahulu. Apabila ia

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara panjang stek dan konsentrasi ZPT memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan stek

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu

Analisis dari hasil penelitian tentang hubungan penyajian laporan tahunanpemerintah daerah dengan akuntabilitas adalah bahwa laporan tahunandigunakan untuk pelaksanaan

Salah satu kasus yang terjadi pada pengembangan kewirausahaan batik Garutan yang tidak lepas dari pengaruh faktor sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Priangan.Hal

SEMARANG Banten Jawa Tengah Jawa Timur Bogor Sukabumi Padalarang Cirebon Banjar Kroya Tegal Purwokerto Pekalongan Solo Madiun Kertosono Bangil Sidoarjo Bojonegoro Bojonegoro

Berdasarkan perintah untuk mengendalikan peralatan listrik yang digunakan dalam sistem ini menggunakan smartphone android dan pengenal suara, maka perancangan