• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG OBLIGASI AKIBAT PERUSAHAAN TIDAK MAMPU MEMBAYAR UTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG OBLIGASI AKIBAT PERUSAHAAN TIDAK MAMPU MEMBAYAR UTANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG OBLIGASI AKIBAT PERUSAHAAN TIDAK MAMPU MEMBAYAR UTANG

Oleh

DODI RUSLI DERMAWAN

Krisis finansial di dalam perusahaan mengakibatkan perusahaan tidak dapat mengembalikan utang obligasi kepada pemegang obligasi. Kondisi yang terjadi ini sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban pembayaran utangnya. Dengan demikian menimbulkan permasalahan, bagaimanakah hubungan hukum yang timbul dalam penerbitan obligasi, bentuk perlindungan hukum bagi para pemegang obligasi jika perusahaan selaku penerbit obligasi tidak mampu membayar utang, serta upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemegang obligasi jika perusahaan penerbit obligasi tidak mampu membayar utang;

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah digunakan tipe pendekatan yuridis teoritis. Data yang diperoleh berdasarkan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, data yang dikumpul kemudian diolah melalui tahap identifikasi data, klasifikasi data dan penyusunan data. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

(2)

obligasi berkewajiban mempersiapkan sinking fund setiap saat atau langsung menyediakan dana pada saat tanggal pembayaran (dengan diawasi oleh wali amanat). Sedangkan hak dan kewajiban bagi pemegang obligasi, antara lain : pemegang obligasi berhak menerima pembayaran bunga serta utang obligasi dari penerbit obligasi, pemegang obligasi berhak mendapat klaim pertama apabila penerbit obligasi dinyatakan pailit, sehingga ketika perusahaan dinyatakan pailit maka investor obligasi akan memperoleh pembayaran terlebih dahulu, pemegang obligasi berkewajiban membayarkan sejumlah dana kepada penerbit obligasi dari hasil pembelian obligasi tersebut, pemegang obligasi berkewajiban memberitahukan kepada wali amanat, perihal gugatan yang dilakukan pemegang obligasi secara litigasi maupun non litigasi terhadap penerbit obligasi, jika penerbit obligasi melakukan wanprestasi. Bentuk perlindungan hukum bagi pemegang obligasi terhadap penerbit obligasi yang melakukan wanprestasi adalah melalui sarana perjanjian perwaliamanatan, dimana wali amanat bertindak mewakili kepentingan pemegang obligasi untuk melaksanakan tindakan-tindakan sesuai yang tercantum di dalam perjanjian perwaliamanatan apabila penerbit obligasi melakukan wanprestasi. Upaya hukum yang dapat dilakukan pemegang obligasi apabila penerbit obligasi tidak melaksanakan ataupun terlambat melaksanakan prestasi yang disepakatinya tersebut (wanprestasi) adalah melalui upaya non litigasi berupa restrukturisasi utang, penyelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI), melakukan obligasi konversi, atau menempuh upaya perdamaian dan melalui proses litigasi, berupa putusan Pengadilan Niaga, yakni dengan mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau permohonan pailit terhadap perusahaan penerbit obligasi.

(3)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidang ekonomi merupakan pilar utama pembangunan di dalam suatu negara. Bidang ekonomi memiliki berbagai sub bidang antara lain bidang perdagangan, industri, keuangan, perbankan, pasar modal dan lain-lain. Dalam pelaksanaannya, semua bidang tersebut harus saling mendukung dan membutuhkan bagi terlaksananya pembangunan suatu negara. Bagi Indonesia, awal perkembangan pembangunan ekonomi dimulai pada tahun 1980 dan 1990, dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang mengalami kemajuan di bidang ekonomi di tengah persaingan dengan negara lain di Asia, sehingga membuat aliran modal yang besar dan membuka peluang bagi pesatnya peningkatan investasi dan penjualan reksadana di Indonesia.

(4)

menjual produk reksadana yang bersifat independen yang juga dijual sendiri oleh manajer investasi atau melalui agen penjual lain. Dalam bentuk seperti ini tidak ada exclusif product yang khusus hanya boleh dijual oleh bank tersebut sehingga pada umumnya bank penjual reksadana tersebut tidak ikut serta menjadi sponsor dalam penerbitan reksadana. Dengan demikian, bank hanya mendapatkan komisi dari manajer investasi sebesar jumlah yang berhasil dijual oleh bank tersebut. Bentuk yang kedua adalah reksadana yang dijual secara khusus oleh bank tersebut (exclusif product) sehingga investor yang ingin membeli produk reksadana tersebut harus melalui bank yang menerbitkannya. Produk reksadana yang bersifat khusus tersebut, pada umumnya memiliki features tersendiri, antara lain biasanya memakai nama bank dalam reksadana tersebut, portofolio reksadana yang dijual menggunakan obligasi rekap yang dimiliki atau dijual oleh bank, bank ikut serta sebagai sponsor dan dalam beberapa kasus produk reksadana tersebut dicampur menjadi produk invetasi yang dikeluarkan oleh bank (product mix).

(5)

3

Permintaan yang besar akan surat utang oleh para investor antara lain berdampak pada peningkatan penjualan instrumen obligasi. Obligasi adalah surat berharga yang berbentuk surat utang, atau pinjaman negara/perseroan dengan bunga tetap untuk pemegang disertai jaminan untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun. Obligasi biasanya memiliki suatu jangka waktu yang ditetapkan dimana setelah jangka waktu tersebut tiba maka obligasi dapat diuangkan. Perdagangan obligasi yang ditawarkan perusahaan-perusahaan ini bertujuan sebagai salah satu sumber pembiayaan perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Banyak obligasi yang didaftar pada Bursa Efek serta banyak diperjual-belikan di luar lantai bursa (over the counter). Perdagangan obligasi tersebut dapat memunculkan surat-surat berharga lainnya, baik surat berharga jangka menengah (medium term notes), maupun surat utang jangka pendek (promisory notes). Dalam perkembangan pasar utang di Indonesia yang semakin mengalami kemajuan, Pemerintah mengeluarkan obligasi di luar negeri (yankee bond) untuk pertama kali sehingga membuat suatu perkembangan baru bagi pasar utang perusahaan-perusahaan Indonesia di luar negeri.

Obligasi sebelum diperdagangkan harus melewati proses pemeringkatan. Pemeringkatan terhadap obligasi yang akan diterbitkan bertujuan untuk menilai kinerja perusahaan. Ada dua lembaga pemeringkat (rating agency) di Indonesia, antara lain PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan PT.Kasnic Duff & Phelps Credit Rating Indonesia.

(6)

mengakibatkan begitu banyak perusahaan serta lembaga perbankan yang bertumbangan. Krisis finansial di dalam perusahaan selain disebabkan oleh dampak krisis ekonomi yang tengah melanda dunia, krisis finansial perusahaan tersebut juga disebabkan akibat kesalahan di dalam manajemen perusahaan sehingga perusahaan tidak berjalan dengan baik dan mengalami kesulitan di bidang keuangan. Salah satunya kesulitan yang dialami perusahaan adalah tidak dapat mengembalikan utang obligasi kepada pemegang obligasi (kreditur). Untuk mengatasi masalah krisis finansial yang menimpa perusahaan tersebut berbagai alternatif penyelesaian ditawarkan antara lain: mencapai kesepakatan antara debitur dan kreditur untuk menyelesaikan utang piutang tersebut, mempergunakan sistem penyelesaian sengketa di luar pengadilan (Alternative Dispute Resolution), serta melakukan restrukturisasi utang.

(7)

5

debitur terhindar dari pelaksanaan likuidasi terhadap harta kekayaannya akibat kepailitan.

Penelitian ini akan mengkaji perlindungan hukum bagi pemegang obligasi jika perusahaan penerbit obligasi tidak mampu membayar utang. Dengan demikian, menimbulkan masalah bagi pemegang obligasi atas kepastian dan perlindungan hukum bagi obligasi yang dipegangnya. sehingga, diperlukan pula upaya hukum dan bentuk perlindungan hukum atas obligasi tersebut. Untuk itu, menjadi kajian penelitian yang sangat menarik dalam bentuk skripsi untuk meneliti perlindungan hukum bagi pemegang obligasi akibat perusahaan penerbit obligasi tidak mampu membayar utang. Dengan demikian, penelitian akan dibuat dalam sebuah skripisi dan diberi judul adalah: ”Perlindungan Hukum bagi Pemegang Obligasi Akibat Perusahaan Tidak Mampu Membayar Utang”.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah perlindungan hukum bagi pemegang obligasi akibat perusahaan tidak mampu membayar utang? Untuk itu, pokok bahasannya adalah:

1. Hubungan hukum yang timbul dalam penerbitan obligasi;

2. Bentuk perlindungan hukum bagi para pemegang obligasi jika perusahaan selaku penerbit obligasi tidak mampu membayar utang;

(8)

Ruang lingkup penelitian meliputi lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu. Lingkup pembahasan adalah hubungan hukum dalam penerbitan obligasi, bentuk perlindungan hukum dan upaya perlindungan yang dapat dilakukan oleh pemegang obligasi terhadap perusahaan penerbit obligasi tidak mampu membayar serta upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemegang obligasi. Lingkup bidang ilmunya adalah Hukum Keperdataan (Ekonomi), khususnya Hukum Kepailitan khusus tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh deskripsi lengkap, rinci, dan sistematis tentang:

1. Hubungan hukum yang timbul dalam penerbitan obligasi.

2. Bentuk perlindungan hukum bagi para pemegang obligasi jika perusahaan selaku penerbit obligasi tidak mampu membayar utang.

3. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemegang obligasi jika perusahaan penerbit obligasi jika perusahaan penerbit tidak mampu membayar utang.

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

(9)

7

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

b. Kegunaan bagi perusahaan penerbit obligasi (debitur).

Bagi penerbit obligasi (debitur) dapat berpedoman pada hasil penelitian ini, serta dapat dijadikan salah satu pertimbangan perusahaan penerbit obligasi (debitur) di dalam menyusun strategi yang lebih baik di dalam penerbitan obligasi.

c. Kegunaan bagi para pemegang obligasi (kreditur).

(10)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hubungan hukum di dalam penerbitan obligasi timbul dari perjanjian jual beli obligasi antara pemegang obligasi dan penerbit obligasi. Perjanjian ini mencerminkan bagaimana hubungan hukum para pihak yang terkait dengan emisi dan investasi obligasi, dimana terdapat hak dan kewajiban yang dihasilkan dari perjanjian jua beli obligasi ini. Hak dan kewajiban yang muncul antara lain :

a. Hak dan Kewajiban Penerbit Obligasi.

(1) Penerbit obligasi berhak menerima dana dari hasil penjualan obligasi yang dibayarkan oleh pemegang obligasi.

(2) Penerbit obligasi berhak melakukan pelunasan sebelum jatuh tempo (callability) atau hak penerbit obligasi untuk membeli kembali obligasi yang telah diterbitkan. Hal ini dimungkinkan dilakukan oleh penerbit obligasi jika suku bunga secara umum menunjukkan kecenderungan umum.

(11)

77

(4) Penerbit obligasi berkewajiban mempersiapkan sinking fund setiap saat atau langsung menyediakan dana pada saat tanggal pembayaran (dengan diawasi oleh wali amanat).

b. Hak dan Kewajiban Pemegang Obligasi.

(1) Pemegang obligasi berhak menerima pembayaran bunga serta utang obligasi dari penerbit obligasi.

(2) Pemegang obligasi berhak mendapat klaim pertama apabila penerbit obligasi dinyatakan pailit, sehingga ketika perusahaan dinyatakan pailit maka investor obligasi akan memperoleh pembayaran terlebih dahulu. (3) Pemegang obligasi berkewajiban membayarkan sejumlah dana kepada

penerbit obligasi dari hasil pembelian obligasi tersebut.

(4) Pemegang obligasi berkewajiban memberitahukan kepada wali amanat, perihal gugatan yang dilakukan pemegang oblihasi secara litigasi maupun non litigasi terhadap penerbit obligasi, jika penerbit obligasi melakukan wanprestasi.

(12)

2. Bentuk perlindungan hukum bagi pemegang obligasi terhadap penerbit obligasi yang melakukan wanprestasi adalah melalui sarana perjanjian perwaliamanatan, dimana wali amanat bertindak mewakili kepentingan pemegang obligasi untuk melaksanakan tindakan-tindakan sesuai yang tercantum di dalam perjanjian perwaliamanatan apabila penerbit obligasi melakukan wanprestasi.

3. Upaya hukum yang dapat dilakukan pemegang obligasi apabila penerbit obligasi tidak melaksanakan ataupun terlambat melaksanakan prestasi yang disepakatinya tersebut (wanprestasi), pihak pemegang obligasi berhak untuk menuntut ganti rugi dalam bentuk biaya, ganti rugi dan bunga yang pelunasannya diperoleh dari harta penerbit obligasi. Pelaksanaan hak pemegang obligasi tersebut dapat dilakukan upaya hukum melalui proses non litigasi berupa restrukturisasi utang, penyelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI), melakukan obligasi konversi, atau menempuh upaya perdamaian dan melalui proses litigasi, berupa putusan Pengadilan Niaga, yakni dengan mengajukan PKPU atau permohonan pailit terhadap perusahaan penerbit obligasi.

B. Saran

(13)

79

obligasi ini, perdagangan obligasi hanya mengacu pada ketentuan yang ada di dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa strategi penyelesaian masalah yang digunakan siswa yaitu strategi berpikir logis, menemukan pola, dan model simbolik

Perusahaan sudah melakukan penetapan biaya standar dengan baik akan tetapi untuk kedepannya diharapkan perusahaan bisa lebih memperhatikan harga bahan baku dan biaya

Untuk penentuan model isoterm adsorpsi logam Fe (II) pada karbon aktif dari ampas tebu, data yang diperoleh pada percobaan 2.1.3 diolah dengan ketentuan

Sumber : Ruang Perawatan Anggrek RSUD Kab.Nunukan Juh 2017 Daftar Alat-alat yang tersedia di Ruang Rawat Inap Edelweis Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan.. NamaAlat

Peta di atas adalah peta kedalaman lapisan pada daerah penelitian dengan menggunakan metode ITM. Terlihat bahwa terdapat kedalaman yang cukup

Proses pembentukan biogas merupakan fermentasi anaerobik dimana digester yang digunakan kedap udara tidak terdapat oksigen sehingga telur cacing yang ada pada

Revitalisasi Penyuluh Agama Islam sebagaimana tercantum dalam rencana Kerja Pemerintah (RKP), merupakan amanah yang harus dijabarkan secara teknis dalam bentuk

(ex aquo et bono).. Salinan putusan ini tidak bisa dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Sekretaris Persidangan DKPP RI, Jl..