• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG KAR (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG KAR (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KREDIT SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI

PERDAGANGAN Oleh

Abuyazid Bustomi,SH.,MH1

ABSTRAK

Kartu Kredit sebagai alat pembayaran jenis baru, adalah merupakan salah satu usaha perkembangan dari potensi, inisiatif dan daya kreasi di bidang alat-alat pembayaran yang ada di dalam masyarakat. Perkembangan penggunaan Kartu Kredit boleh dikatakan sangat pesat. Perkembangan tersebut sebenarnya didorong oleh berbagai faktor yang berkenaan dengan pengunaan kemudahan, kepraktisan dan citra diri pemegang kartu.

Hubungan hukum antara Penerbit dan Pemegang Kartu Kridit dituangkan secara tertulis dalam suatu perjanjian/dokumen yang bentuknya baku dan sudah dipersiapkan lebih dahulu oleh penerbit. Hubungan hukum yang terjadi antara Penerbit dengan Pemegang Kartu Kredit adalah hubungan pemberian kredit, dengan atas hak perjanjian pinjam-meminjam.

Perjanjian Kartu Kredit adalah perjanjian untuk menerbitkan kartu kredit yang dapat dimanfaatkan pemegangnya untuk membayarkan barang atau jasa perjanjian kartu kredit ini mengacu pada perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam pasal 1754 KUH Perdata. Mekanisme penggunaan kartu kredit melibatkan empat pihak yaitu sebagai bertikut : Penerbit (Issure), pemegang kartu (Card holder), pengusaha atau pedagang (Merchant) pengelola (Acquirer), hubungan hukum diantara pihak timbul karena adanya perjanjian, dengan demikian penyalahgunaan kartu kredit ditinjau dari aspek perjanjian adalah wanprestasi.

1 . Abuyazid Bustomi, SH.,MH, Dosen

Fakultas Hukum Universitas Palembang.

Kartu Kredit sebagai alat pembayaran dalam transaksi perdagangan, penggunaan kartu kredit masing-masing dilindungi oleh hukum, baik secara hukum Publik maupun Hukum Perdata, yang kesemuanya berdasarkan Perjanjian yang telah disepakati dan perjanian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang telah menyepakatinya, yaitu : Bank atau pihak yang menerbitkan kartu kredit (issuer), pemegang kertu (card holder) dan pengusaha/ pedagang (merchant).

Kata Kunci : Kartu Kredit/Credit Card sebagai alat pembayaran

A. Latar belakang

Perkembangan perekonomian dan kemajuan masyarakat terutama di bidang perdagangan, uang sebagai alat pembayaran dirasakan mempunyai kelemahan dalam menyelesaikan transaksi, terutama untuk transaksi dalam jumlah yang besar. Penyelesaian transaksi dengan membawa sejumlah uang yang besar selain tidak praktis, juga dapat menimbulkan risiko-risiko tertentu.

Untuk mengatasi keadaan tersebut di atas, maka dicarilah jenis alat pembayaran baru selain mata uang. Alat pembayaran yang dimaksud adalah dengan mempergunakan surat-surat atau akta-akta lain yang bernilai uang. Surat-surat atau akta-akta yang bernilai uang ini disebut surat perniagaan (handelspapieren).2

Dalam perkembangan selanjutnya, dunia perbankan melahirkan suatu tawaran instrumen baru berupa Kartu Kredit/Credit Card sebagai alat pembayaran jenis baru, adalah merupakan salah satu usaha perkembangan dari potensi, inisiatif dan

2 . Purwosutjipto, H.M.N., Pengantar

(2)

daya kreasi di bidang alat-alat pembayaran yang ada di dalam masyarakat.

Di Indonesia penggunaan Kartu Kredit mulai diperkenalkan tahun 1980-an oleh bank-bank tertentu. Perkembangan penggunaan Kartu Kredit boleh dikatakan sangat pesat. Perkembangan tersebut sebenarnya didorong oleh berbagai faktor yang berkenaan dengan pengunaan kemudahan, kepraktisan dan citra diri pemegang kartu. 3

Kartu kredit mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan dengan alat pembayaran tunai. Penggunaan Kartu Kredit dalam fungsinya sebagai alat atau sarana pembayaran, telah memberikan suatu substitusi alat pembayaran yang sah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Kartu redit merupakan instrumen baru dalam dunia perdagangan dan merupakan surat-surat berharga yang mempunyai nilai uang.

Kartu Kredit mirip dengan surat berharga, tetapi dalam pengertian hukum belumlah dapat dipandang sebagai surat berharga. Sebab kartu kridit hanya berfungsi sebagai alat pembayaran (pengganti uang kontan), walaupun secara tidak langsung hak tagih tersebut dapat dipenuhi oleh pihak ketiga tetapi bukan oleh pemegang kartu kredit, melainkan oleh slip pembayaran yang telah ditandatangani oleh pemegang kartu kredit.

Pemegang Kartu Kredit di masyarakat berhubungan dengan hukum, maka hukum dipandang sebagai sesuatu yang esensial bagi penciptaan dan pembinaan pasar Sifat esensial hukum di sini disebabkan oleh karena mampu memberikan prediktabilitas kepada para pelaku ekonomi, dalam memberikan kepastian hukum dalam rangka mereka menjalankan usahanya.

Dalam melaksanakan perannya di tengah kehidupan bersama, hukum memiliki fungsi yang sangat penting, yang 3 .Abdul Kadir Muhammad, Segi

Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan,

CitraAditya Bakti, Jakarta, 2000 , halaman 265

oleh J.F. Glastra Van Loon dalam bukunya Dirdjosisworo disebutkan yaitu :

1. Penertiban (penataan) masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup 2. Penyelesaian pertikaian.

3. Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan dan jika perlu dengan kekerasan. 4. Pengertian atau memelihara dan

mempertahankan hal tersebut. 5. Pengubahan tata tertib dan

aturan-aturan dalam rangka penyesuaian pada kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat.

6. Pengaturan tentang pengubahan tersebut, agar dapat memenuhi

tuntutan keadilan

(rechsvaardigheid), hasil guna (doelmatigheid) dan kepastian hukum (rechtzekerheid)4

Penggunaan kartu kredit berkembang setelah deregulasi perbankan dengan diterbitkannya Surat Keputusan

Menteri Keuangan

No.1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, tentang Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, dimana bisnis kartu kredit ini digolongkan sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan.

Perjanjian Kartu Kredit adalah perjanjian untuk menerbitkan kartu kredit yang dapat dimanfaatkan pemegangnya untuk membayarkan barang atau jasa perjanjian kartu kredit ini mengacu pada perjanjian piunjam meminjam yang diatur dalam pasal 1754 KUH Perdata.5

Mekanisme penggunaan kartu kredit melibatkan empat pihak yaitu sebagai bertikut : Penerbit (Issure), pemegang kartu (Card holder), pengusaha atau pedagang (Merchant) pengelola (Acquirer), hubungan hukum diantara pihak timbul karena adanya perjanjian,

4 .Soedjono Dirdjojosisworo,

Pemanfaatan Ilmu-ilmu Sosial Bagi Pengembang Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1997, halaman 147-148

(3)

dengan demikian penyalahgunaan kartu kredit ditinjau dari aspek perjanjian adalah wanprestasi.6

Banyak manfaat yang didapat dari penggunaan kartu kredit antara lain sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek. Kartu ini memungkinkan si pemegang memperoleh pelayanan jasa yaitu di hotel-hotel, di rumah makan, pasar swalayan dan sebagainya. Disamping aman penggunaannya, kartu kredit juga dianggap lebih efisien.7

Bertitik tolak dari uraian diatas tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menngkaji tulisan ini dengan Judul : ” Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Kartu Kredit Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan ‘’

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan hukum antara penerbit dan pemegang kartu kredit ?

2. Bagaimanakah bentuk

perlindungan hukum terhadap pemegang kartu kredit sebagai alat pembayaran dalam transaksi perdagangan?

C. R uang Lingkup

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh maka kajian dalam penulisan bidang hukum perbankan tentang kartu kredit yang dititik beratkan pada Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Kartu Kredit Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan

6 . Johannes Ibrahim, dkk. Kartru Kredit

Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan. PT. Refika Aditama, Bandung, 2004, halaman 20.

7 . Mariam Darus Badrulzaman,

Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1995. halaman 28

Tujuan dari ruang lingkup ini atau pembatasan dalam pembahasan yang sesuai dengan permasalahan dengan tujuan adalah untuk memfokuskan pada pembahasan nantinya yang sesuai dengan permasalahan sehingga akhirnya mendapatkan suatu kesimpulan.

D. Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan penulis adalah metode penelitian normatif. penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa deskriptif analitis yaitu penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dikaitkan dengan teori- teori hukum positif yang menyangkut permasalahan Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Kartu Kredit Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan.

Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara mencari konsepsi, teori-teori, dan pendapat-pendapat yang terdapat dalam buku-buku, majalah serta peraturan perundang-undangan (UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan.

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KARTU KREDIT

PADA UMUMNYA

(4)

dimanfaatkan untuk pembayaran barang dan jasa.8

Kartu kredit merupakan salah satu yang diterbitkan oleh bank atau dikenal sebagai Bank Card. Kegunaannya sebagai alat pembayaran di tempat-tempat tertentu, juga faktor keamanan dan kenyamanan serta kemudahan bagi pemegangnya. Kartu kredit adalah kartu ukuran kecil yang memuat tanda pengenal atau foto yang memberikan hak pada orang yang namanya tertera di atasnya untuk melakukan Pembelian Barang Atau Jasa Atas Rekeningnya Dan Untuk Itu Ia Dikenakan Tagihan Secara berkala.9

Untuk memudahkan transaksi, dengan hanya menunjukkan kartu kredit pada penjual barang/jasa pada saat akan membayar perbelanjaannya. Untuk menghidarkan bahaya atau resiko pencurian, kehilangan dan sebagainya dari pembayaran uang tunai dalam jumlah besar. Sebagai perluasan dunia usaha perbankan dengan tujuan mendapatkan relasi atau nasabah atau lebih banyak lagi.10

B. PENGATURAN KARTU KREDIT

Beberapa peraturan yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan bagi kelancaran atau kemudahan dalam lalu lintas pembayaran yaitu :

a. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988, tentang Lembaga Pembiayaan. Pada Pasal 1 titik 7, menyatakan bahwa perusahaan kartu kredit adalah badan usaha yang melakukan usaha pembayaran untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit. 8 . Fuady, Munir. Hukum Tentang

Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek (Leasing Factoring, Modal Ventura, Pembiayaan Konsumen dan Kartu Kredit), Cetakan KE II. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. 1999, halaman 156

9 . John Salindeho, Sistem Jaminan

Kredit Dalam Era Pembangunan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1999, halaman 18

10 . Ibid, halaman 37

Perusahaan ini dibawah

pengawasan dan pembinaan Menteri Keuangan.

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1998 tentang Ketentuan dan tata cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Pada Pasal 1 huruf n dan o diberi batasan mengenai :

1. Perusahaan Kartu Kredit adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit.

2. Pemegang Kartu Kredit adalah nasabah yang mendapat pembiayaan dari perusahaan kartu kredit. Pada Pasal 7, diatur tentang kegiatan perusahaan kartu kredit sebagai berikut: kegiatan kartu kredit, dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu kredit yang dapat dimanfaatkan oleh

pemegangnya untuk

pembayaran pengadaan barang dan jasa.

c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pada Pasal 6 huruf 1, usaha Bank Umum meliputi: melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat. Ketentuan atau peraturan-peraturan tersebut di atas secara umum hanya mengatur tentang tata cara pendirian perusahaan penerbit kartu kredit, dan perijinan usaha. Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter, memberikan pedoman bagi penerbitan kartu kredit, dengan ketentuan sebagai berikut: ”bahwa kartu kredit hanya boleh dikeluarkan oleh Bank yang tergolong sehat atau cukup sehat setelah mendapat persetujuan Bank Indonesia.”

(5)

hukum yang khusus mengatur masalah Kartu Kredit ini, tidak menjadikan hambatan bagi masyarakat untuk melakukan transaksi-transaksi bisnis sehari-hari. Kesemuanya ini tentu dilandasi oleh itikad baik masing- masing pihak untuk bertransaksi dan menghindari kemungkinan sengketa atau perselisihan.

C. SYARAT DAN PROSEDUR

PERJANJIAN - PERJANJIAN KARTU KREDIT

Menurut Hadi Wijaya dan Rivai Wirasasmita dalam menyebutkan unsur-unsur kredit adalah :

a. Adanya orang atau badan memiliki uang, barang atau jasa, dan bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain, biasanya disebut kreditur.

b. Adanya orang atau badan sebagai pihak yang memerlukan atau meminjam uang, barang atau jasa, biasanya disebut debitur.

c. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur.

d. Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali oleh debitur

e. Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu (seperti dibicarakan di atas), karena terbayang jelas ketidak-pastian (Uncertainty) untuk masa yang akan datang.11)

Dalam penerbitan kartu kredit melibatkan empat pihak yaitu : penerbit, pemegang kartu kredit, pengelola dan pengusaha. Pihak penerbit (Bank) dalam menerbitkan kartu kredit menentukan sendiri syarat yang harus dipenuhi oleh calon Pemegang (sebelum perjanjian antara Penerbit dan Pemegang ditanda tangani) yaitu :

1. Mengisi surat permohonan 2. Mengisi formulir perjanjian 3. Membayar uang dimuka

11.Op.Cit., Johannes Ibrahim, dkk, 2004, halaman 9

4. Menunjukkan rekening di Bank 5. Menunjukkan rekening di bank

atau mempunyai simpanan deposito di bank

6. Menunjukkan akte pendirian dan surat izin usaha bagi mereka yang mempunyai perusahaan sendiri. Untuk menjadi Pemegang Kartu Kredit ada prosedur yang harus ditempuh oleh calon Pemegang Kartu Kredit antara lain adalah sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan kepada penerbit dengan cara mengisi formulir aplikasi terdiri dari : a. Data Pribadi : Nama,

alamat, tempat tinggal b. Data Pekerjaan : Nama

Perusahaan , alamat perusahaan c. Data Penghasilan : Gaji per

tahun, penghasila n

tambahan, rekening bank kartu kredit yang sudah dimiliki 2. Melampirkan dokumen yang

diperlukan pada formulir aplikasi yang terdiri dari :

a. Bagi Karyawan : Foto kopi KTP, Foto kopi surat keterangan penghasilan.

b. Bagi Dokter / Pengacara : Foto kop KTP, Foto kopi Surat izin praktek .

c. Bagi Pengusaha : Foto kopi KTP, Foto kopi STUP/Akte pendirian/Tanda, Daftar Perusahaan.

(6)

formulir aplikasi, maka permohon akan memberikan pernyataan sebagai berikut :

a. Data yang diisikan dalam formulir adalah benar

b. Memberikan kuasa kepada penerbit memeriksa kebenaran c. Tunduk dan terikat pada syarat

dan ketentuan bagi pemegang kartu yang ditetapkan oleh penerbit

d. Tanggung jawab untuk membayar semua biaya yang timbul dari penggunaan kartu. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh penerbit setelah menerima formulir aplikasi adalah :

a. Penerbit melakukan analisis terhadap aplikasi berikut lampiran yang diterima bila perlu dilakukan pengecekan setempat untuk memastikan kebenaran dari data yang disampaikan, termasuk kjepada Penerbit lain, dalam hal pemohon mencantumkan bahwa ia sudah menjadi Pemegang kartu kredit dari penerbit lain.

b. Penerbit menetapkan putusan terhadap permohonan tersebut, yang dapat berupa :

1. Mengabulkan permohonan untuk menjadi Pemegang Kartu, jika hasil analisis menunjukkan bahwa pemohon layak menjadi pemegang kartu, atau ;

2. Menolak permohonan tersebut, jika terjadi sebaliknya. Sesuai dengan formulir aplikasi, penerbit dapat menolak permohonan calon Pemegang kartu tanpa harus menyebutkan alasannya.

c. Putusan disampaikan kepada pemohon dengan surat.

d. Jika permohonan dikabulkan, dipersiapkan pembuatan kartu kredit.

e. Kartu kerdit dikirimkan kepada

pemegang kartu dengan

menggunakan jasa kurir. Kartu kredit tersebut disampaikan dalam sampul tertutup yang hanya boleh dibuka oleh pemegang kartu. Dalam penyampaiank kartu juga disampaikan pemberitahuan tentang plafond kredit diberikan. Pemegang kartu menanda tangani bagian kartu kredit (signature panel). Dengan pembubuhan tanda tangan itu, pemegang kartu sudah dapat menggunakannya baik untuk mendapatkan barang atau jasa maupun untuk mendapatkan uang tunai (cash advance), dengan demikian perjanjian sah menurut hukum karena isinya disepakati oleh semua pihak yang terkait.

D. HUBUNGAN HUKUM ANTARA

PENERBIT DAN PEMEGANG

KARTU KREDIT

Hubungan hukum antara Penerbit dan Pemegang Kartu Kridit dituangkan secara tertulis dalam suatu perjanjian/dokumen yang bentuknya baku dan sudah dipersiapkan lebih dahulu oleh penerbit. Hubungan hukum yang terjadi antara Penerbit dengan Pemegang Kartu Kredit adalah hubungan pemberian kredit, dengan atas hak perjanjian pinjam-meminjam. Sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, yang menentukan bahwa., Penggunaan kartu kredit dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pihak penerbit sebagai penyedia uang adalah, kesediaannya

membayar tagihan dari

pegusaha,Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam tercermin pada waktu penanda tanganan perjanjian antara penerbit dan pemegang kartu kredit.

(7)

tagihan dari penerbit yang telah melunasi tagihan dari pihak pengusaha.

Dalam penggunaan kartu kredit, penerbit akan melakukan pembayaran terlebih dahulu atas pengeluaran yang dilakukan oleh pemegang kartu kredit, seolah-olah terjadi pergantian debitur, sehingga seakan terjadi novasi subyektif pasif. Namun demikian, bentuk hubungan hukum tersebut tidak dapat disebut novasi subyektif pasif, sebab dalam penggunaan kartu kredit tidak ada perjanjian baru. Sebaliknya, kalau ditinjau dari kewajiban pemegang kartu kredit untuk membayar transaksi kepada penerbit, seakan-akan terjadi penggantian kreditur, padahal di sini bukan subrogasi karena tidak ada perjanjian baru pada waktu melakukan pembayaran.

Dalam hubungan hukum tiap pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik, pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut dan pihak yang lain wajib memenuhi tuntutan itu. Adapun kewajiban penerbit antara lain :

a. Kewajiban Penerbit Kartu Kredit 1. Menerbitkan kartu kredit untuk

calon pemegang kartu kredit yang telah disetujui permohonannya, karena hasil analisis yang dilakukan oleh pihak bank menunjukkan bahwa pemohon layak untuk menjadi pemegang kartu kredit.

2. Menjamin Pemegang Kartu Kredit agar dapat menggunakan kartunya, dengan cara memberikan hak kepada pemekgang kartu kredit untuk mendapatkan mengambil uang secara langsung di bank atau melalui ATM.

3. Penerbit membayarkan segala transaksi yang dilakukan oleh Pemegang Kartu kepada Pengusaha melalui pengelola.

4. Menyampaikan tagihan kepada Pemegang Kartu, penagihan dilakukan dalam satu bulan sekali dengan mengirimkan slip penagihan yang ditunjukan pada pemegang kartu kredit.

5. Bank berkewajiban untuk memenuhi setiap kewajiban yang belum diselesaikan pada saat terjadinya pengakhiran perjanjian antara kedua belah pihak.

b. Hak Penerbit Pihak Bank

1. Penerbit berhak memperoleh iuran tahunan (annual fee) dan uang pangkal dari pemegang kartu kredit.

2. Penerbitan berhak memperoleh pembayaran atas transaksi ,yanig telah dilakukan oleh Pemegang

Karti termasuk bunga

keterlambatan pembayaran yaitu pemgang kartu melakukan pembayaran atas seluruh jumlah tagihan sebelum atau pada saat jatuh tempo yaitu sebesar 3,25 % perbulan.

3. Penerbit berhak membatalkan atau memperpanjang keanggotaan

Pemegang Kartu Kredit,

pembatalan ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain : Si Pemegang kartui dinyatakan pailit, dipemegang kartu meninggal dunia, sedang memperpanjangh kartu kredit dapat secara langsung dilakukan oleh pihak Bank atau atas permintaan pemegang kartu kredit itu sendiri.

4. Menarik kembali kartu kreditu yang ada pada Pemegang Kartu, baik yang masih berlaku atau yang sudah habis masa berlakunya, atau karena alasan-alasan tertentu. 5. Mencantumkan nomor kartu kredit

(8)

daftar hitam adalah terbitan berkala yang memuat nomor-nomor yang tidak berlaku lagi.

6. Menolak transaksi yang dilakukan oleh Pemeganig Kartu Kredit bila :

2. Pemegang Kartu belum memenuhi kewajibannya kepada Penerbit berupa permbayaran tagihan atas transkasi yang dilakukan, b. Transaksi tersebut diragukan oleh Penerbit karena alasan-alasan tertentu.

B. Telah habis batas kredit yanig telah ditentukan oleh Pihak Bank

7. Meneliti kebenaran data yang diajukan Pemegang sesuai dengan syarat yang diminta oleh Penerbit antara lain : Alamat, KTP, Rekening koran dan kekayaan. 8. Bank berhak bertukar informasi

tentang data atau identitas pemegang kartu kredit dengan pemegang kartu kredit lainnya. 9. Bank berhak untuk tidak

mengganti kartu yang dilaporkanb hilang atau dicuri, apabila pemegang kartu dalam keadaan tidak melunasi tagihan lebih dari enam puiluh hari terhitung sejak tanggal laporan diterima.

10. Dengan mengecualikan ketentuan yang ada dalam pasal 1832 KUHPerdata bank berhak untuk menuntut pembayaran kepada pemegang kartu utama atas setiap transaksi yang dilakukan oleh pemegang kartu tambahan.

c. Kewajiban Pemegang Kartu Kredit

1. Pemegang Kartu berkewajiban untuk mencantumkan tanda tangan pada kertas panel di bagian

belakang kartu, serta

menandatangani salesdraf yang disediakan oleh pengusaha, setelah itu baru sipemegang kartu kredit

diperboleh membawa barang hasil transaksinya,

2. Wajib membayar iuran tahunan yang besarnya telah ditetapkan oleh Bank, besarntya iuran tahunan dapat berubah sewaktu-waktu menurut ketentuan Bank dan perubahannya akan diinfomasikan kepada pemegang kartu dan pemegang kartu kredit wajib membayar sebagian cicilan tagihan dan beban bunga.

3. Mematuhi seluruhi

ketentuan/aturan yang telah ditentukan dalam perjanjian atau pemegang kartu kredit tunduk dan terikat pada syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam perjanjian,

4. Wajib membayar semua biaya yang timbul karena penggunaan kartu kredit tersebut,

5. Pemegang kartu wajib segera memberi tahukan pihak Bank apabila terjadi perubahan alamat atau perusahaan tempat bekerja,

6. Pemegang kartu utama

bertanggung jawab sepenuhnya atas transaksi yang dilakukan oleh pemegang kartu tambahan dan

7. Pemegang kartu wajib

menyelesaikan kewajibannya yang bekum diselesaikan pada saat pengakhiran perjanjian kedua belah pihak.

d. Hak Pemegang Kartu Kredit :

1. Pemegang kartu kredit berhak dapat melakukan penarikan uang tunai dan fasilitas ATM, selama 24 Jam.

(9)

3. Pemegang Kartu Kredit berhak mendapatkan fasilitas disediakan oleh pihak Bank antara lain :

a. Adanya

kemudahan pembayaran tanpa biaya administrasi karena dapat membayarkan tagihan kartu.

b. Dana Plus dapat mentransfer dana dari batas kredit anda untuk apa saja melalui teleplus.

c. Perlindungan

asuransi perjalanan udara bebas premi, dan masih banyak lagi fasilitas yang disediakan oleh pihak Bank.

Hubungan hukum antara penerbit kartu kredit dengan pengusaha dan hubungan yang terjadi antara penerbit dengan merchant adalah berdasarkan perjanjian yang saling menguntungkan, yang didasarkan dalam suatu perjanjian. Melihat isi perjanjian yang lazim diperjanjikan diantara kedua belah pihak, dapat diketahui bahwa sifat hubungan hukum dalam perjanjian yang dimaksud adalah: hubungan hukum untuk melakukan pekerjaan tertentu. Dalam hal ini merchant berkewajiban melayani transaksi barang dan atau jasa dengan setiap pemegang kartu kredit (yang telah dikeluarkan oleh penerbit).

Perjanjian kerjasama antar perusahaan/Bank penerbit kartu kredit dengan pengusaha/pedagang yang bersedia menerima pembayaran dengan kartu kredit. Perjanjian antara penerbit/ issuer dengan merchant, pada dasarnya merupakan realisasi dari hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Perjanjian antara kedua belah pihak diawali dengan kata sepakat sebagai dasar perjanjian untuk melakukan kerjasama. Pada umumnya perjanjian ini juga merupakan perjanjian baku, yang syarat-syaratnya sudah ditentukan secara sepihak oleh penerbit. Mengingat beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan

kesediaan merchant untuk diterima tanpa syarat. Mengingat sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan (Bank penerbit kartu kredit) untuk memperoleh pangsa pasar yang seluas-luasnya, tentu saja penerbit perlu pula memperluas kerjasama dengan merchant juga seluas-luasnya sehingga sudah disiapkan perjanjian standart.

E. PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PEMEGANG KARTU KREDIT

SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN

Penggunaan atau pemanfaatan Kartu Kredit di dalam masyarakat mempunyai pengaruh dengan cakupan yang relatif cukup luas karena pemegang kartu kredit menunjukkan kecenderungan makin bertambah, tempat-tempat yang bersedia menerima pembayaran juga bertambah. Di samping itu mekanisme Kartu Kredit juga dapat meliputi berbagai kepentingan baik kepentingan para pihak maupun kepentingan umum yang lain. Luasnya kepentingan yang dapat dijangkau oleh penggunaan Kartu kredit karena dapat melibatkan banyak pihak, antara lain pihak yang terlibat dan berkepentingan terhadap mekanisme kartu kredit adalah :

1. Lembaga-lembaga keuangan, Bank maupun bukan bank sebagai penerbit; 2. Perusahaan yang bergerak di bidang

perdagangan, barang dan jasa, seperti toko-toko swalayan, hotel, restoran, perusahaan- perusahaan transportasi, agen perjanlanan dan sebagainya;

3. Setiap orang yang mempergunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran.

(10)

kredit paling tidak mengenai dua aspek sekaligus. Pertama aspek hukum publik, termasuk pidana dan aspek hukum perdata. Aspek hukum publik dalam rangka memberikan perlindungan peraturan tentang syarat-syarat pendirian perusahaan kartu kredit peraturan tentang syarat-syarat pendirian perusahaan kartu kredit syarat operasional dan sebagainya. Sedangkan aspek perdatanya adalah mengatur tentang hubungan hukum para pihak.

Perlindungan hukum tersebut diberikan baik kepada para pihak sebagai pihak sebagai pihak yang melakukan kegiatan yang sah. Dan juga kepada publik yang langsung atau tidak langsung akan merasakan dampak penggunaan kartu kredit. Penggunaan kartu kredit mempunyai pengaruh terhadap peredaran uang di dalam masyarakat. Pemegang kartu kredit memperoleh barang atau jasa dari merchant adalah berdasarkan perjanjian tiga pihak yaitu perjanjian antara penerbit dengan pemegang kartu mengenai pemberian kesempatan menggunakan fasilitas, dan perjanjian antara penerbit dengan Merchant jaminan pembelian dengan pembayaran dibelakang oleh pihak ketiga yaitu pemegang kartu. Hubungan di dalam perjanjianKartu Kridit dan penggunaannya ada beberapa pihak yang terkait secara langsung yaitu :

1. Bank pihak yang mengeluarkan kartu kredit

Bank yang mengeluarkan kartu kredit merupakan pihak yang harus didahului membayar kepada merchant, atas semua baiaya akibat penggunaan kartu kredit oleh pemegang kartu. Setelah jatuh tempo, pihak bank baru menagih kepada pemegang kartu dengan mengirimkan tagihan penggunaan kartu kredit atau Billing Statement. Dalam Mekanisme transaksi pembelian barang atau jasa maupun

pengambilan uang tunai, dengan mengunakan kartu kredit dikenal suatu bagian yang ada pada bank, yaitu bagian otorisasi. Istilah otorisasi itu sendiri berarti mekanisme pemberian persetujuan bank untuk setiap transaksi kartu yang nilainya melampaui floor limit yang ditetapkan bank kepada merchant. Bagian otorisasi ini merupakan alat kontrol dari mekanisme transaksi yang menentukan disetujui atau tidaknya semua transaksi. Mengingat bagian otorisasi harus melayani permintaan otorisasi dari semua transaksi di dalam maupun di luar negeri, maka bagian otorisasi harus bekerja 24 jam secara terus menerus.

2. Pemegang Kartu

Card Holder atau card member diartikan Pemegang kartu yang namanya tercetak di kartu dan yang berhak menggunakan kartu pada merchant/ pedagang. Card Holder adalah orang yang memegang kartu kredit secara sah. Kartu kredit tidak dapat dipindahtangankan dan harus ditandatangani oleh pemegang kartu kredit tersebut, disinilah letak perbedaan secara prinsip dengan surat berharga lain, yang dapat dipindahkan sesuai dengan klausula yang terkandung dalam surat tersebut. Seorang yang memeperoleh kartu kredit disebut pemegang kartu kredit, tetapi bukan pemilik kartu kredit. 3. Pengusaha/pedagang

(11)

kartu kredit dari pemegangnya. Tempat-tempat yang menerima kartu kredit sebagai alat

memberikan tanda atau

menempelkan logo dari kartu kredit yang diterima. Tidak semua tempat dapat menjadi merchant dari kartu kredit, untuk dapat menjadi merchant bagi salah satu kredit, ada dua cara yang dapat ditempuh :

a. Permohonan dari perusahaan kepada pihak bank agar ditunjuk sebagai merchant. b Penawaran atau permintaan dari

pihak bank kepada pengusaha yang bersangkutan, agar tempatnya bersedia menjadi merchant. Untuk memperlancar para merchant dalam melayani transaksi dengan kredit, maka pihak bank memberikan penjelasan-penjelasan kepada merchant tentang mekanisme pelayanan transaksinya. Perjanjian yang dilakukan oleh para pihak tersebut diatas merupakan perjanjian yang sifatnya insidental, dalam rangka transaksi dan atau jasa pada saat-saat tertentu saja. Pada dasarnya perjanjian segi tiga tersebut di atas adalah perjanjian yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi secara materi saling menguntungkan dengan subyek ganda perusahaan/ bank penerbit kartu kredit. Perjanjian utama terjadi antara penerbit dengan pemegang kartu kredit, yang intinya memberikan fasilitas kredit.

Ditinjau dari aspek hukum, penggunaan kartu kredit oleh pemegang kartu adalah berdasarkan perjanjian yaitu perjanjian pemberian fasilitas untuk memberi barang dan atau jasa dengan tidak harus membayar secara tunai, antara penerbit dengan pemegang kartu, dan perjanjian antara penerbit kartu kredit dengan mitranya (Merchant). Penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran di dalam lalu lintas pembayaran adalah

timbul sebagai akibat langsung dari perjanjian-perjanjian yang telah ada.

Perjanjian kartu kredit dapat dikatakan masuk dalam klasifikasi perjanjian baku. Diklasifikasikannya kartu kredit dalam perjanjian baku karena: Dokumen yang mengandung syarat perjanjian sudah disiapkan dan ditentukan lebih dahulu oleh penerbit/ issuer/ sebagai kreditur, maka semua syarat perjanjian dan isi perjanjian yang sudah disepakati juga merupakan undang- undang bagi para pihak, sehingga pihak pemohon pemegang kartu kredit debitur hanya ada pilihan apakah menerima syarat-syarat yang sudah ditentukan penerbit, kemudian menandatangani naskah perjanjian sebagai tanda setuju. Atau tidak menandatangani sebagai tidak setuju sehingga ketika telah menandatangani naskah perjanjian maka terjadilah kata sepakat.

Dengan demikian Perlindungan hukum tidak saja diberikan kepada pemegang kartu kridit tetapi juga diberikan kepada pihak-pohak yang terkait dalam melakukan kegiatan yang sah dan juga kepada publik yang langsung atau tidak langsung akan merasakan dampak penggunaan kartu kredit, berdasarkan perjanjian tiga pihak yaitu perjanjian antara penerbit dengan pemegang kartu mengenai pemberian kesempatan menggunakan fasilitas, dan perjanjian antara penerbit dengan Merchant jaminan pembelian dengan pembayaran dibelakang oleh pihak ketiga yaitu pemegang kartu. PENUTUP

(12)

1. Hubungan hukum dalam perjanjian pembuatan kartu kredit yaitu menimbulkan hak dan kewajiban yang timbal balik antara pihak-pihak yaitu pemegang kartu kredit, penerbit kartu kredit dan mitranya (merchant) tersebut telah ditegaskan dalam perjanjian yang telah disepakati bersama.

2. Perlindungan Hukum tidak saja ditujukan kepada pemegang kartu kridit tetapi juga bagi Para Pihak yang terkait dalam Penggunaan Kartu Kredit dalam transaksi perdagangan, penggunaan kartu kredit masing-masing dilindungi oleh hukum, baik secara hukum Publik maupun Hukum Perdata, yang kesemuanya berdasarkan Perjanjian yang telah disepakati dan perjanian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang telah menyepakatinya, yaitu : Bank atau pihak yang menerbitkan kartu kredit (issuer), pemegang kertu (card holder) dan pengusaha/ pedagang (merchant). B. Saran-saran

1. Dalam pelaksanaan penerbitan Kartu Kredit Pihak Bank kiranya

diberikan peningkatan

pelayanan/sosialisasi terhadap calon Pemegang Kartu Kredit, baik mengenai resiko dan akibat hukum yang akan timbul apabila lalai dalam penggunaannya.

2. Diperlukan adanya upaya perlindungan hukum yang lebih luas, tidak hanya konsumen dalam pengertian pemegang kartu kredit saja, tetapi dalam hal tertentu pihak penjual barang/ jasa dan penerbit kartu pun merupakan pihak yang perlu mendapat perlindungan hukum yang seimbang, termasuk didalamnya penegasan hak dan kewajiban dari

masing-masing pihak untuk dapat menggugat pihak lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

---, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung. 1982.

Fuady, Munir, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek (Leasing Factoring, Modal Ventura, Pembiayan Konsumen, Kartu Kredit). Cetakan Ke II. Penerbit. P.T. Citra Aditya Bakti. Bandung. 1999.

Johannes Ibrahim, dkk. Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan. PT. Refika Aditama, Bandung, 2004.

John Salindeho, Sistem Jaminan Kredit Dalam Era Pembangunan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1999

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1995 Munir Fuadi, Hukum Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995

Purwosutjipto, H M .N., Pengantar Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 7,

Djambatan, Jakarta, 1984

R. Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan ke-2 Alumni Bandung 1996.

Soedjono Dirdjojosisworo, Pemanfaatan Ilmu-ilmu Sosial Bagi Pengembang Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1997,

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun beberapa kajian memberikan bukti bahwasanya variabel kerja seperti kepuasan kerja, komitmen, stres kerja dan persepsi politik

Hasil penelitian (1) rerata N-Gain kelas eksperimen adalah 60 dengan kategori sedang dan kelas kontrol adalah 20 dengan kategori rendah, (2) hasil belajar berbeda

Bahwa Saksi II saat diperiksa dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani dan sanggup diperiksa serta bersedia memberikan keterangan yang sebenar-benarnya sehubungan

Berdasarkan Penetapan Penyedia Pengadaan Langsung Kegiatan Belanja Modal Pengadaan Alat Pendingin (AC) Nomor 767/ PL/BM-AC/PPBJ-PKMC/X/2012 tanggal 24 Oktober 2012, dengan

[r]

tertentu yang berasal dari prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan tata cara pengisian jabatan ASN sebagaimana

lebih pada suatu perusahaan dalam satu bulan atau terjadi rentetan PHK yang.. dapat menggambarkan itikad pengusaha untuk mengadakan PHK

Persyaratan pelayanan Surat Pernyataan Miskin, yang selanjutnya disingkat SPM, adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Walikota, yang didelegasikan kepada Kepala Dinas