• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA DEWAN PERWAKLAN RAKYAT DAERAH DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLASI (Studi di DPRD Kota Metro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA DEWAN PERWAKLAN RAKYAT DAERAH DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLASI (Studi di DPRD Kota Metro)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan lembaga legislatif tempat wakil rakyat membuat undang–undang ditingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota.1 DPRD menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Anggota DPRD dipilih secara langsung oleh masyarakat dalam pemilihan umum.

DPRD berkedudukan sebagi unsur penyelenggara pemerintahan daerah artinya posisi DPRD sejajar dengan pemerintah daerah, bukan bagian dari pemerintahan daerah seperti yang berlaku sebelumnya melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.2

DPRD memiliki kewenangan meminta keterangan kepala daerah, pertanggungjawaban kepala daerah, melakukan penyelidikan, meminta keterangan pejabat negara dan warga masyarakat mengenai suatu hal yang menyangkut kepentingan publik (yang kalau ditolak tanpa alasan akan berakibat seseorang bisa dikenai hukuman).3

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta. Hal. 260.

2

I Nyoman Sumaryadi. 2005,Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, CV Citra Utama. Jakarta. Hal. 142.

3Ibid

(3)

Pasal 41 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (UU Pemda) tentang Pemerintahan Daerah4 menyebutkan bahwa : DPRD memiliki fungsi: (a) fungsi legislasi, (b) fungsi pengawasan, dan (c) fungsi anggaran. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka DPRD dilengkapi dengan tugas, wewenang, sebagaimana terdapat dalam Pasal 42 UU Pemda.

Salah satu fungsi yang sangat penting dalam rangka mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah adalah fungsi legislasi. untuk melaksanakan fungsi legislasi DPRD diberikan hak-hak tertentu yang salah satunya adalah “mengajukan Raperda dan hak mengadakan perubahan atas Raperda”

atau implementasi dari fungsi legislasi harus di tindaklajuti dengan Peraturan Daerah (Perda).

DPRD yang menjadi objek penelitian adalah DPRD Kota Metro yang pada tahun 2010 DPRD bersama dengan Wali Kota Metro telah menyetujui 11 RaPerda menjadi Perda yaitu :5

1. Perda Kota Metro Nomor 01 Tahun 2010 Tentang APBD Kota Metro Tahun Anggaran 2010

2. Perda Kota Metro Nomor 02 Tahun 2010 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

3. Perda Kota Metro Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Pencabutan PERDA Kota Metro Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Retribusi Perkoperasian

4. Perda Kota Metro Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Metro 2005-2025

5. Perda Kota Metro Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Perubahan atas Perda Kota Metro Nomor 16 tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum Kebersihan dan Keindahan Kota Metro

6. Perda Kota Metro Nomor 06 Tahun 2010 Tentang Pencabutan Perda Kota Metro Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Retribusi Izin Penutupan Jalan Untuk Keramainan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Perda Kota Metro Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Retribusi Izin Penutupan Jalan Untuk Keramainan

7. Perda Kota Metro Nomor 07 Tahun 2010 TentangPertanggung Jawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2009

8. Perda Kota Metro Nomor 08 Tahun 2010 Tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009 9. Perda Kota Metro Nomor 09 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kota

Metro Pada Pihak Ketiga

10. Perda Kota Metro Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung, dan

4 Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI)Nomor 4437.

5

(4)

11. Perda Kota Metro Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pencabutan Perda Kota Metro Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) Sebagaimana Telah Diubah Dengan Perda Kota Metro Nomor 2 Tahun 2005

Dari 11 (sebelas) Perda yang di setujui bersama DPRD dan Pemerintah Kota Metro tidak terdapat satupun peraturan daerah yang berasal dari hak inisiatif DPRD. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa DPRD Kota Metro dalam melaksanakan haknya sebagai implementasi dari fungsi legislasinya tidak terlaksana.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Metro pada tahun 2010?

C. Ruang Lingkup

Pengkajian penelitian ini masuk dalam ranah keilmuan Hukum Tata Negara, dan penelitian ini dibatasi hanya pada hal-hal yang berhubungan dengan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Metro tahun 2010

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Metro 2010.

(5)

a. secara teoritis :

Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan pengetahuan ilmu hukum yaitu Hukum Tata Negara (HTN) khususnya dalam memahami fungsi legislasi DPRD

b. Secara praktis:

1. Bermanfaat menambah wawasan masyarakat dalam memahami permasalahan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

(6)
(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Konsep pemisahan kekuasaan (sparation of power) membagi kekuasaan menjadi eksekutif, legislatif dan yudikatif.1 Kekuasaan legislatif tidak boleh di jadikan satu dengan kekuasaan eksekutif untuk menghindari terjadinya tirani. Kekuasaan legislatif juga sebagai kekuasaan yang memberikan dasar penyelenggaraan negara melalui pembentukan undang-undang.

Keberadaan lembaga legislatif diawali dengan adanya keinginan masyarakat untuk mengambil alih kekuasaan negara yang mulai terpusat pada seseorang raja atau kepala negara.2 Keinginan tersebut yang ahirnya memunculkan pusat kekuasaan masyarakat yang mendapat legitimasi dan melembaga dalam lembaga legislatif.

Dalam DPRD terdapat kursi untuk partai politik, fraksi-fraksi dan alat kelengkapan DPRD yang memiliki fungsi sangat penting dalam terselanggaranya otonomi daerah. Fungsi legislasi adalah bagian dari proses fungsi yang di miliki DPRD dan mempunyai peranan penting dalam pelaksaan peran DPRD sebagai lembaga legislatif daerah, dan penelitian kali ini akan juga membahas substansi tentang hak inisiatif yang di miliki anggota DPRD.

1

Laksono Fajar Dan Subarjo, 2006, Kontroversi Undang-Undang Tanpa Pengesahan Presiden, Balai Pustaka. Jakarta. Hal 34.

(8)

Sebagai lembaga legislatif DPRD berfungsi juga sebagai badan pembuat perundang-undangan. Melalui fungsi ini DPRD mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat, Undang-Undang Dasar dan undang-undang mengatur hak prakarsa atas Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dan hak atas perubahan (Raperda).3

Kemampuan lembaga legislatif melaksanakan fungsi perwakilan dan fungsi legislasi dapat dilihat dari persepsi para anggota dalam mengangkat berbagai persoalan dalam masyarakat untuk dibicarakan dalam forum legislatif atau kemampuan lembaga legislatif melakukan agregasi dan artikulasi kepentingan dari rakyat yang diwakili.4

1. Fungsi-Fungsi DPRD

Dewan Perwakilan Daerah adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara umum peran ini diwujudkan dalam tiga fungsi, yaitu:5

a. Regulator. Mengatur seluruh kepentingan daerah, baik yang termasuk urusan- urusan rumah tangga daerah (otonomi) maupun urusan-urusan pemerintah pusat yang diserahkan pelaksanannya ke daerah (tugas pembantuan);

b. Policy Making. Merumuskan kebijakan pembangunan dan perencanaan program-program pembangunan di daerahnya;

c. Budgeting. Perencanaan angaran daerah (APBD) Dalam perannya sebagai badan perwakilan, DPRD menempatkan diri selaku kekuasaan penyeimbang (balanced power) yang mengimbangi dan melakukan control efektif terhadap Kepala Daerah dan seluruh jajaran pemerintah daerah.

1.1. Fungsi Legislasi

3

Armen Yasir, 2010,Makalah Hukum dan Politik, disampaikan pada perkuliahan semester genap tahun ajaran 2009-2010 di Bagian HTN FH Unila, hal.17.

4Ibid

.

5

(9)

Legislasi adalah kewenangan membentuk undang-undang (legislative power).6 Legislasi atau dalam bahasa Inggris Legislation memiliki arti pembuatan perundang-undangan. Sedangkan legislatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah badan yang berwenang membuat undang-undang7

Terkadang kata legislasi atau dalam bahas Inggris legislation terkadang hampir mirip dengan kata regulation, sama-sama mengarah pada peraturan dan pengaturan, namun pada kenyataannya makna kata regulation mempunyai konotasi yang lebih luas, legislation hanya terbatas pada produk yang di hasilkan oleh parlemen sebagai lembaga legislatif.

Pengertian legisalsi dalam arti sempit berarti produk atau proses pembuatan undang-undang, sedangkan dalam arti luas menyangkut pula peraturan lain yang mendapat delegasi kewenangan dari undang-undang. Jika legislasi hanya terkait dengan Act of Parliamant maka legislasi itu dapat di pahami sebagai produk parlement atau produk lembaga legislatif.

Fungsi legislasi merupakan suatu proses untuk mengakomodasi berbagai kepentingan para pihak

(stakeholders), untuk menetapkan bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Fungsi legislasi bermakna penting dalam beberapa hal berikut:8

1. Menentukan arah pembangunan dan pemerintahan di daerah; 2. Dasar perumusan kebijakan publik di daerah;

3. Sebagai kontrak sosial di daerah;

4. Pendukung Pembentukan Perangkat Daerah dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah.

6

Armen Yasir, 2008,Hukum Perundang-undangan, Lembaga Penelitian Unila. hal. 77. 7

Op.Cit,hal. 605.

(10)

Disamping itu, dalam menjalankan fungsi legislasi ini DPRD berperan pula sebagai policy maker, dan bukan policy implementer di daerah. Artinya, antara DPRD sebagai pejabat publik dengan masyarakat sebagaistakeholders.9

Dalam praktik dan realita, proyeksi good public governance pada fungsi legislasi masih membutuhkan banyak penataan dan transformasi ke arah yang lebih baik. Peningkatan performa tersebut dapat dilakukan antara lain dengan:10

1. Peningkatan pemahaman tentang perencanaan dalam fungsi legislasi; 2. Optimalisasi anggota DPRD dalam mengakomodasi aspirasi stakeholders; 3. Ditumbuhkannya inisiatif DPRD dalam penyusunan Raperda;

4. Ditingkatkannya kemapuan analisis (kebijakan publik & hukum) dalam proses penyusunan Raperda;

5. Pemahaman yang lebih baik atas fungsi perwakilan dalam fungsi legislasi;

1.2. Fungsi anggaran

Fungsi anggaran adalah penyusunan dan penetapan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama-sama pemerintah daerah. Dalam menjalankan fungsi ini, DPRD harus terlibat secara aktif, proaktif, sebagai legitimator usulan APBD yang diajuan pemerintah daerah.Fungsi penganggaran memiliki makna pentingnya yaitu:11

1. APBD sebagai fungsi kebijakan fiskal (fungsi alokasi, fungsi distribusi, serta fungsi stabilisasi);

2. APBD sebagai fungsi investasi daerah;

3. APBD sebagai fungsi manajemen pemerintahan daerah (fungsi perencanaan, fungsi otorisasi, fungsi pengawasan).

Dalam konteks good governance, maka peran serta DPRD harus diwujudkan dalam tiap proses penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah). Adapun good public

9Ibid. 10

(11)

governance pada fungsi penganggaran saat ini dapat lebih berperan secara konkrit apabila memperoleh perhatian dan kecermatan dalam beberapa hal berikut:12

1. Penyusunan KUA (Kebijakan Umum APBD), antara lain: 1) Efektifitas pembentukan jaring asmara;

2) Eliminasi kepentingan individu, kelompok, dan golongan; 3) Pembenahan penyusunan RPJMD dan Renstra-SKPD;

4) Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan DPRD dalam merumuskan KUA 2. Penyusunan PPAS, antara lain:

1) Akuntabilitas terhadap nilai anggaran; 2) Kelengkapan data-data pendukung;

3) Peningkatan kapasitas anggota DPRD dan pemerintah daerah 4) Kesesuaian antara prioritas program dengan kebutuhan rakyat 3. Raperda APBD

merupakan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah untuk jangka waktu satu tahun yang di bahas bersama antara Legislatif yang dalam hal ini adalah DPRD dan Eksekutif dalam hal ini pemerinta provonsi, kabupaten dan kota.

4. Sosialisasi Perda APBD

Menyampaikan hasil pembahasan bersama RaPerda APBD yang telah di tetapkan sebagai Perda APBD oleh DPRD dam pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota sebagai bentuk transparansi pengeolaan keuangan kepada masyarakat.

1.3. Fungsi Pengawasan

(12)

pelaksanaan aktivitas mencapai tujuan dan sasaran. Sedangkan bagi pelaksana pengawasan, fungsi pengawasan ini merupakan tugas mulia untuk memberikan telaahan dan saran, berupa tindakan perbaikan. Disamping itu, pengawasan memiliki tujuan utama, antara lain:13

1. Menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana;

2. Menjamin kemungkinan tindakan koreksi yang cepat dan tepat terhadap penyimpangan dan penyelewengan yang ditemukan;

3. Menumbuhkan motivasi, perbaikan, pengurangan, peniadaan penyimpangan;

4. Meyakinkan bahwa kinerja pemerintah daerah sedang atau telah mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan;

Namun demikian, praktik good public governance pada fungsi pengawasan saat ini masih membutuhkan beberapa improvement agar dapat mencapai tujuannya tersebut. Fungsi pengawasan dapat diselaraskan dengan tujuannya, antara lain dengan melakukan beberapa hal berikut:14

1. Memaknai secara benar fungsi dan tujuan pengawasan, sehingga dapat menjadi mekanismecheck & balanceyang efektif;

2. Optimalisasi pengawasan agar dapat memberikan kontribusi yang diharapkan pada pengelolaan pemerintahan daerah;

3. Penyusunan agenda pengawasan DPRD;

4. Perumusan standar, sistem, dan prosedur baku pengawasan DPRD;

5. Dibuatnya mekanisme yang efisien untuk partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan, dan saluran penyampaian informasi masyarakat dapat berfungsiefektif sebagai salah satu alat pengawasan.

B. Peraturan Daerah

Dalam penyeleggaraan pemeritahan, tingkat pusat maupun daerah, pembentukan peraturan perundang-undangan sangat penting demi keberlangsungan pemerintahan dan berkenaan dengan

(13)

aktivitas penyelenggaraan pemerintahan15 Perda baik provinsi, kabupaten/kota merupakan produk hukum DPRD yang telah di tetapkan kepala daerah dan mendapat persetujuan bersama. Peraturan Daerah berlaku lebih sempit terbatas pada daerah yang bersangkutan.16

Peraturan daerah menurut Pasal 136 Ayat (1) UU Pemda 2004 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008,17 ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD. Perda dibentuk untuk penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantuan. Adapun Perda menurut ayat (3) UU Pemda merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan melihat ciri khas masing-masing daerah. Perda tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Dalam pembentukan Perda masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rancangan Perda. Pembentukan, pembahasan, dan pengesahan rancangan Perda berpedoman harus kepada peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 139 UU Pemda.

Perda berlaku setelah diundangkan dalam lembaran daerah. Perda disampaikan kepada Pemerintah pusat paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan. Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah pusat.

15

Yuliandri , 2009, Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal .40.

16

Armen Yasir, 2008,Hukum .,op.cit. hal 101. 17

(14)

Untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa peraturan perundang-undangan, kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah. Peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, Perda, dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Perda diundangkan dalam Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala Daerah diundangkan dalam Berita Daerah. Pengundangan Perda dalam Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala Daerah dalam Berita Daerah dilakukan oleh Sekretaris Daerah. Untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja.

Pasal 12 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Materi muatan peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan.18

Terkait dengan muatan Perda Armen Yasir menjelaskan bahwa:19

Dalam penyelenggaraan Peraturan daerah dapat mengatur segala urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat daerah yang tidak diatur oleh pemerintah pusat sepanjang merupakan kewenangan atau penjabaran peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang terkait kewenangan otonomi dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undnagan yang lebih tinggi.

Di bidang tugas pembantuan Peraturan Daerah tidak mengatur subtansi urusan pemerintah dan atau kepentingan masyarakat melainkan hanya mengatur tata cara melaksanakan subtansi urusan pemerintah atau kepentingan masyarakat20

18

LNRI No 53 Tahun 2004, TLNRI No 4389.

19

(15)

Kaidah yang harus diperhatikan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang merupakan landasan yuridis adalah:21

a. Setiap produk hukum harus dibuat oleh pejabat yang berwenang, jika tidak, produk hukum itu batal demi hukum atau dianggap tak pernah ada segala akibatnya batal demi

hukum misalnya Peraturan Daerah di tetapkan oleh kepala daerah dengan Persetujuan DPRD;

b. Keharusan ada kesesuaian bentuk atau jenis produk hukum dengan meteri yang diatur, terutama jika di perintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang tingkatnya lebih tinggi atau sederajat. Ketidak sesuaian bentuk atau jenis dapat menjadikan alasan membatalkan produk hukum tertentu;

c. Mengikuti tata cara tertentu, apabila tata cara yang seharusnya tidak di ikuti maka produk hukum tersebut belum mempunyai kekuatan hukum yang mengikatdan tidak dapat di berlakukan dengan demikian dapat di batalkan demi hukum;

d. Keharusan tidak bertentengan dengan peraturan yang lebih tinggi misal Peraturan

Daerah tidak boleh bertentangan dengan UU. Nomor 32 Tahun 2004 dan sebaliknya, bila bertentangan maka dapat di batalkan;

e. Produk hukum yang di buat untuk kepentingan umum harus dapat di terima oleh masyarakat secara wajar dan spontan.

Proses pemerintahan daerah Peraturan Daerah memiliki fungsi antara lain:22

a. Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan.

b. Meyelenggarakan pengaturan sebagai penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. c. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan kepentingan

umum.

d. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.yang dimaksud di sisi adalah tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di tingkat pusat.

C. Program Legislasi Daerah

(16)

Program legislasi daerah (Prolegda) adalah instrumen pelaksana program pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara terpadu dan sistematis.23 Prolegda kabupaten/kota disusun setiap tahun,24 Prolegda Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan Kabupaten/Kota yang meliputi (1) Rencana Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; dan (2) Rancangan Keputusan Bupati/Walikota.25 Penataan fungsi legislasi tentunya akan memiliki pengaruh terhadap kualitas pembentukan undang-undang di Indonesia.26

Penyusunan prolegda dilakukan oleh Pemerintah daerah dengan DPRD sebagai lembaga yang berwenang membuat Perda.pembentukan Perda hendaknya dilakukan secara koordinasi terarah dan terpadu antar unit kerja dan instansi terkait. Secara garis besar mekanisme penyusunan prolegda ditentukan dalam Pasal 5 sampai Pasal 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah yang dapat di gambarkan sebagai berikut:27

Pimpinan satuan kerja perangkat daerah (sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing) atau dapat di delegasikan kepada biro hukum atau bagian hukum, kemudian di buat tim antara satuan unit kerja perangkat daerah yang di ketuai satuan perangkat kerja pemrakarsa atau pejabat yang di tunjuk oleh kepala daerah dan kepala biro hukum atau kepala bagian hukum berkedudukan sebagai sekretaris;

Rancangan produk hukum daerah dilakukan pembahasan yang bersifat prinsip mengenai objek yang diatur, jangkauan dan arah pengaturan dengan biro hukum atau bagian hukum dan satuan perangkat daerah;

Rancangan produk hukumyan di buat harus mendapatkan paraf dari koordinasi kepala biro hukum dan atau kepala bagian hukum dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah terkait. setelah itu diajukan kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah;

Sekretaris Daerah dapat dapat melakukan perubahan dan atau penyempurnaan terhadap rancangan produk daerah yang telah di paraf koordinasi;

23

Keputusan Menteri Dalam Negeri No 169 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Program Legislasi Daerah

24

(17)

Rancangan Peraturan daerah yang di prekarsai oleh kepala daerah disampaikan kepada DPRD untuk dilakukan pembahasan;

Pembahasan rancangan Peraturan Daerah atau sebutan lainnya atas inisatif DPRD di koordinasikan oleh sekretaris daerah atau pimpinan satuan kerja sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pembahasan rancangan peraturan daerah di DPRD baik atas inisiatif DPRD di bentuk tim asistensi dengan sekretariat berada pada biro hukum atau bagian hukum;

Khusus untuk Provinsi Papua bahwa Perdaus dibuat dAn di tetapkan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) bersama Gubernur dengan pertimbangan dan persetujuan Majelis Rakyat Papua (MRP). Dalam menjalankan rancangan Perdaus dapat dibentuk komisi hukum Ad Hoc, sedangkan proses pembentukan Perdasi tidak berbeda dengan proses pembuatan Perda umumnya yakni di buat dan di tetapkan DPRP bersama Gubernur;

Mengenai pembentukan Qanun tetap menggunakan ketentuan sebagai mana ketentuan peraturan perundang-undangan menurut Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemda, Perda dibuat bersama oleg DPRD dan Gubernur;

Khusus dalam pembentukan Qanun yang berkaitan dengan syariat Islam dalam persiapannya menurt Qanun provinsi Nanggroe Aceh Darusalam Nomor 9 Tahun 2003 tentang Hubungan Tata Kerja Majelis Musyawarah Ulama dengan eksekutif, legislatif dan instansi lainnya, badan perangkat provinsi maupun badan legislatif daerah provinsi wajib memintakan masukan, pertimbangan dan saran dari Majelis Permusyawaratan Ulama.

D. Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Hukum

Sumber hukum secara umum terdiri dari 2 sumber hukum yaitu sumber hukum materil dan formil.28 Sumber hukum materil bersumber dari perasaan hukum masyarakat, pendapat umum, kondisi sosial ekonomi, sejarah, sosiologi, hasil penelitian ilmiah, filsafat, tradisi, agama, moral, perkembangan iternasional, geografi, politik hukum, dll.29

28

http://www.google.co.id/gwt/x?oe=UTF-8&q=faktor-faktor+yang+mempengaruhi+pembentuk-an+hukum&hl=id&ei=a50dToi4JJDQrQes6gE&ved=0CAsQFjACOAY&start=6&source=m&rd=1&u= .di unduh tanggal 18 Oktober 2011 pukul 23:00 Wib

(18)

Sumber hukum materil adalah faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuatan undang-undang yang berpengaruh terhadap keputusan hakim, dsb).30

Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau tempat dimana materi hukum itu diambil untuk membantu pembentukan hukum faktor-faktor tersebut adalah :

a. Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh para pembentuk undang-undang ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan tugasnya.

b. Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakatdan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan.31

Faktor-faktor kemasyarakatan yang mempegaruhi pembentukan hukum yaitu:32

a. Stuktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat antara lain: kekayaan alam, susunan geologi, perkembangan-perkembangan perusahaan dan pembagian kerja; b. Kebiasaan yang telah membaku dalam masyarakat yang telah berkembang dan pada

tingkat tertentu ditaati sebagai aturan tingkah laku yang tetap; c. Hukum yang berlaku;

d. Tata hukum negara-negara lain;

e. Keyakinan tentang agama dan kesusilaan.

Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi kaidah hukum, dan terdiri atas:33Pendapat umum, agama, kebiasaan, politik hukum dari pemerintah.

30

http://www.scribd.com/doc/71415172/Sumber-Hukum-Formil-Materiildi unduh tanggal 15 November 2011 pukul 22:16

31 Ibid. 32

(19)
(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif-empiris. Menurut Abdulkadir Muhammad,1 penelitian hukum normatif-empiris adalah mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif (perundang-undangan) secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengkajian tersebut bertujuan untuk memastikan apakah DPRD telah melaksanakan fungsinya yang di atur dalam Peraturan perundang-undang secara maksimal.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah approach of legal content analysis. yaitu pendekatan dengan cara memfokuskan pada substansi hukum, pendekatan masalah yang sesuai adalah pendekatan normatif-analitis substansi hukum2

C. Data dan Sumber Data

1

Muhammad, Abdulkadir, 2004,Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm 53.

2Ibid.

(21)

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, maupun data primer di peroleh dari penelitian lapangan (field research) yaitu dengan wawancara dan pengamatan, data sekunder di peroleh dari penelitian kepustakaan (library research) data sekunder terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, antara lain : 1. Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

3. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah sebanyak dua kali dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

4. Undang–Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Majelis Perusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan perwakilan Rakyat Daerah (MD3);

5. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan DPRD tentang Tata Tertib DPRD

6. Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang Undangan

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah

(22)

b. Bahan hukum sekunder: yaitu bahan hukum yang berkaitan erat dan menjelaskan permasalahan misalnya doktrin atau pendapat ahli Hukum Tata Negara (HTN) yang terdapat dalam buku, jurnal, dan lain-lain

D.Teknik Pengumpulan Data.

Teknis pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research).

a. Penelitian lapangan (field research) di lakukan melalui wawancara dengan 1. anggota DPRD Kota Metro 2009-2014

2. Bapak Azis Mabrur Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kota Metro 3. Bapak Erwansyah Bagian Hukum Sekretariat DPRD Kota Metro

b. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang berhubungan dengan penelitian.

E.Metode Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan cara :

(23)

ulang ke sumber data yang bersangkutan. Selain itu juga melakukan pemeriksaan bila ada kesalahan atau kekeliruan terhadap data yang telah diperoleh.

b. Koding, yaitu menggolongkan data yang diperoleh sesuai dengan jenis data baik melalui studi pustaka maupun berdasarkan hasil wawancara dengan memberikan kode pada data atau jawaban yang diperoleh.

c. Penyusunan data, yaitu rekonstruksi data sesuai dengan kerangka pokok bahasan yang telah ditetapkan secara sistematis dan rinci.

F. Analisis Data

(24)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Pada tahun 2010 DPRD Kota Metro bersama dengan Pemerintah Kota Metro telah menyetujui 11 Raperda menjadi Perda, dari 11 Perda tersebut kesemuanya bersasal dari Inisiatif Pemerintah Daerah Kota Metro dan tidak ada Perda yang berasal Dari inisiatif DPRD Kota Metro, ini menunjukan bahwa pada tahun 2010 DPRD Kota Metro belum menjalankan Fungsinya secara maksimal khususnya dalam fungsi legislasi dimana DPRD Kota Metro belum sama sekali menggunakan hak inisatif yang mereka miliki untuk mengajukan suatu Rancangan Peraturan Daerah. 2. Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi fungsi legislasi DPRD Kota Metro adalah (1) Peraturan perundang-undangan, (2) Partisipasi masyarakat, (3) Pendidikan yang cukup memadai. Adapun faktor-faktor yang menhambat fungsi legislasi DPRD Kota Metro adalah: (1) Rekutmen Parpol yang masih banyak dipengaruhi popularitas calon, keuangan, hubungan atau koneksi, (2) Anggaran yang minim untuk menyusun perda.

(25)

2

1. Melakukan kerjasama dengan Fakultas Hukum mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan anggota DPRD tentang kemampuan legislatif draftingsehingga peran DPRD dapat berjalan dengan maksimal.

2. Perlu kirannya disediakan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang menunjang fungsi DPRD.

3. Peningkatan anggaran untuk penyusunan Raperda inisiatif DPRD.

(26)

3

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Kamus

Ali Faried.1997.Hukum Tata Pemerintahan Dan Proses Legislasi Indonesia.PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Ashhofa, Burhan. 1998 .Metode Penelitian Hukum. PT. Rineka Cipta; Jakarta. Bambang Yudoyono. 2001. Otonomi Daerah;Desentralisasi Dan Pengembangan

SDM Aparatur Pemda Dan Anggota DPRD.Pustaka Sinar harapan. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka; Jakarta.

Hadi, Sotrisno. 1991.Metodologi Reserch. Andi Offse; Yogyakarta.

I Nyoman Sumaryadi. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, CV. Citra utama.

Kaloh. J. 2002. Mencari bentuk otonomi daerah(solusi dalam menjawab kebutuhan lokal dan tantangan global.PT. Rineka Cipta.Jakarta.

Josef R.kaho. 2003. Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia (Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyelenggaraan Otonomi Daerah).PT.Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Laksono Fajar Dan Subarjo.2006.Kontroversi Undang-Undang Tanpa Pengesahan Presiden.Balai Pustaka .Jakarta.

Latif, Abdul. 2005. Hukum dan Peraturan Kebijakan (beleidsregel) pada Pemerintah Daerah. UII Pres.

Mahfud Moh MD , 2010, Perdebatan HTN Pasca Amandemen Konstitusi. Rajawali Pres. Jakarta

Maria farida indarti S. 2007.Ilmu Perundang-Undangan I .Kanisius; Jakarta Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya

Bakti; Bandung. .

Sekertariat DPRD Kota Metro, 2010, selayang pandang dewan Perwakilan Rakyat Kota Metro priode 2009-2014, sekertariat DPRD Kota Metro. Metro

---2011.Selayang Pandang DPRD Kota Metro Tahun 2011.Sekertariat DPRD Kota Metro.Metro.

(27)

4

---. 2010. Makalah Hukum dan Politik.dalam perkuliahan hukum dan politik program studi S1 Universitas Lampung

Yuliandri. 2009. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta

B. Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemda jo Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemda (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 59 Tahu 2008,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844)

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majeli Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2009,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043)

Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Pemberluasan Peraturan Perundang Undangan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah

(28)

DAFAR ISI

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. RumusanMasalah………....… 3

C. Ruang lingkup... 3

D. Tujuan Penelitian………... 4

E. kegunaan Penelitian……….… 4

BAB II TINJAUANPUSTAKA………...….... 5

A. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah………... 5

B. Peraturan Daerah…... 11

C. Program Legislasi Daerah...………... 14

D. Faktor-Faktor Yang Mempengarugi Pembentukan hukum 16

BAB III METODE PENELITIAN…………..…………..……… 18

A. Jenis Penelitian……….………….…… 18

B. Pendekatan Penelitian……….. 18

C. Sumber Data……….……… 19

D. Teknik PengumpulanData………...……… 20

E. Metode PengolahanData……… 20

F. Analisis Data...………. 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………... 22

A. Gambaran Umum DPRD Kota Metro……… 22

(29)

2. Komisi...……… 33

3. Panitia Musyawarah...………. 35

4. Panitia Legislasi...………. 36

5. Badan Anggaran...………. 38

6. Badan Kehormatan...………. 39

7. Alat Kelengkapan...………... 40

B. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Metro tahun 2010 41 C. Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Legislasi DPRD…….. 47

a. Faktor Pendukung... 47

1. Peraturan Perundang-undangan………... 47

2. Masyarakat...………... 48

3. Pendidikan………...………... 49

b. Faktor Penghambat... 51

1. Rekutmen Politik…...………... 51

2. Anggaran...………... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………..………. 58

A. simpulan………...………... 58

B. Saran………...…... 58

DAFTAR PUSTAKA………...……... 60

(30)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi DPRD Kota Metro Priode 1999-2004……….. 23

2. Komposisi DPRD Kota Metro Priode 2004-2009... 24

3. Komposisi DPRD Kota Metro Priode 2009-2014... 25

4. Fraksi Metro Bersatu...……….. 26

5. Fraksi Partai Demokrat... 26

6. Fraksi Gerakan Sejahtra Bangsa………. 27

7. Fraksi Partai Amanat Nasional....……….. 27

8. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan... 27

9. Fraksi Partai Golkar...……….... 27

10. Komisi 1………... 31

11. Komis 2... 32

12. Komisi 3………... 33

13. Panitia Musyawarah DPRD Kota Metro……….. 35

14. Badan Legislasi DPRD Kota Metro……… 37

15.Badan Anggaran DPRD Kota Metro………... 39

16. Badan Kehormatan DPRD Kota Metro...………... 40

(31)

DAFTAR LAMPIRAN

(32)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 29 Desember 1988. Anak Pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Haryanto dan Ibu Komala Dewi. Dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan yang sederhana dengan bapak yang bekerja sebagai penarik becak dan ibu sebagai Guru sekolah dasar.

(33)

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan syukur ke hadirat Allah SWT, Karena hanya dengan dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Melaksanakan Fungsi Legislasi (Studi di DPRD Kota Metro) ini dapat di selesaikan.

Skripsi ini dapat diselesaikan atas dorongan, bantuan, arahan, bimbingan, serta masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terimaksih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Pj. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung; 3. Ibu Siti Asiah, S.H., M.H. serta Bapak Zulkarnain R , S.H., M.H. sebagai Tim Penguji; 4. Ibu Yulia Neta S.H., M.H. selaku pembimbing pertama, sekaligus sebagai Ketua Bagian

Hukum Tata Negara;

5. Bapak Muhtadi S.H., M.H. selaku pembimbing kedua;

6. Bapak dan Ibu Dosen Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Lampung; 7. Bapak dan Ibu Staf administrasi Fakultas Hukum Universitas Lampung; 8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9. Bapak Hidayat, S.H Kepala Kesbang dan Politik Provinsi Lampung beserta jajaran; 10. Bapak Deddy Fryady Ramli, S.E Kepala Kesbang dan Politik Kota Metro;

11. Bapak/Ibu Anggota DPRD Kota Metro Priode 2009-2014;

(34)

14. Kedua orang tuaku Bapak Haryanto dan Ibu Komala Dewi

Semoga Allah SWT membalas semua budi baik yang telah diberikan. Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, walaupun demikian semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bandar Lampung, 4 Mei 2012

(35)

Motto

“… orang yang bahagia bukanlah orang yang memiliki semua ia sukai, orang bahagia adalah

(36)

Judul Skripsi : KINERJA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLASI (Studi di DPRD Kota Metro)

Nama Mahasiswa : Defri Wahyu Prasetya Nomor Pokok Mahasiswa : 0712011018

Fakultas : Hukum

Bagian :Hukum Tata Negara

MENYETUJUI

Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Yulia Neta, S.H., M.H. Muhtadi, S.H., M.H. NIP 196407161987032002 NIP 197701242008121002

Ketua Bagian Hukum Tata Negara

Yulia Neta, S.H., M.H. NIP 196407161987032002

(37)

1. Tim Penguji

Ketua : Siti Asiah, S.H., M.H.

Sekretaris : Zulkarnain R , S.H., M.H.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nelly Astuti, M. Pd.

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S NIP 19600315 198503 1 003

(38)

PERSEMBAHAN

Alhamdulilah puji syukur kehadirat ALLAH SWT berkat rahmat dan hidayahNya, saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tuaku, Ayah Haryanto dan Ibu Komala Dewi yang telah melahirkan membesarkan, merawat, mendoakan, memberi motivasi, dan selalu memberikan yang terbaik buat anaknya;

2. Adikku tercinta, Danel Mahendra, Ragil Tri Indarsih dan Ajeng Riski Ramadani serta Keluarga Besar yang telah mendoakan dan selalu mendukung keberhasilanku;

3. Dosen-dosen Fakultas Hukum UNILA yang telah memberikan Ilmu yang dimiliki motivasi; 4. Keluarga besar CB Club Lampung yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku,

juga melarang aku mengikuti touring keluar Lampung sebelum menyelesaikan skripsi ini; 5. Keluarga besar Bapak Suparno yang selalu memberi semangat dan motivasiku;

(39)

Judul Skripsi : KINERJA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLASI (Studi di DPRD Kota Metro)

Nama Mahasiswa : Defri Wahyu Prasetya Nomor Pokok Mahasiswa : 0712011018

Fakultas : Hukum

Bagian :Hukum Tata Negara

MENYETUJUI

Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Yulia Neta, S.H., M.H. Muhtadi, S.H., M.H.

NIP 196407161987032002 NIP 197701242008121002

Ketua Bagian Hukum Tata Negara

(40)

KINERJA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI LEGISLASI

(Studi di DPRD Kota Metro)

Oleh

Defri Wahyu Prasetya

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Jurusan Ilmu Hukum

Bagian HTN (Hukum Tata Negara) Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

Gambar

TabelHalaman

Referensi

Dokumen terkait

Saya yang bernama Rido Nikmatan Telaumbanua menyatakan bahwa penelitian yang berjudul Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Yogyakarta Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

seperti ditingkat pusat. Dengan asumsi bahwa penyusunan Program Legislasi Daerah antara DPRD dengan Pemerintah Daerah dikoordinasi oleh DPRD melalui alat

Proses dan mekanisme pelaksanaan fungsi legislasi oleh DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009 – 2014 yang diwujudkan dalam pembentukan Perda sesuai dengan

Sekretariat DPRD Kabupaten Konawe Utara berusaha memberikan dukungan untuk pelaksanaan fungsi utama DPRD baik fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Usaha

Pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Provinsi Kalimantan Barat dalam penyusunan Raperda belum sesuai dengan harapan. Kondisi ini dapat dilihat dari a) pelaksanaan

Kedua , pelaksanaan fungsi legislasi Anggota DPRD Kota Depok dan Pemerintah Kota Depok terkait hal-hal: 1) pembentukan peraturan perundang-undangan di tingkat daerah telah

Faktor yang mempengaruhi kinerja DPRD sangat dominan mulai dari peraturan tata tertib yang hanya menjadi formalitas aturan, data dan informasi yang dikelolah oleh

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dari kegiatan yang telah diikuti maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan fungsi legislasi oleh DPRD Kota Banjar