• Tidak ada hasil yang ditemukan

Management Strategic To Develop An Eco Industrial Park (Case Study: Cilegon Industrial Park- Banten Province)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Management Strategic To Develop An Eco Industrial Park (Case Study: Cilegon Industrial Park- Banten Province)"

Copied!
302
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN INDUSTRI MENUJU

ECO INDUSTRIAL PARK

(STUDI PADA KAWASAN

INDUSTRI CILEGON PROPINSI BANTEN)

FATAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Strategi pengelolaan kawasan industri menuju eco industrial park (studi pada kawasan industri Cilegon propinsi Banten)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Maret 2009

Fatah

P062050524

(3)

Abstract

FATAH. Management Strategic To Develop An Eco Industrial Park (Case Study: Cilegon Industrial Park- Banten Province). Under the supervision of ASEP SAEFUDDIN, RIZAL SYARIEF and ALINDA FM ZAIN.

An eco industrial park is the new concept as industrial response for global environmental changes. The purpose of this research is to studi and propose scenarios, strategies and operational recommendation to develop an eco industrial park from existing condition industrial park in Cilegon-Banten. An eco industrial park is a community of manufacturing and service businesses located together on a common property. Member businesses seek enhanced environmental, economic, and social performance through collaboration in managing environmental and resource issues. The methodes of this research, use the gap analysis, that analyzing the existing condition compare with ideal criteria of eco industrial park, and the research aspects is syncrhronized with sustainable development concept. The research used participatory prospective analysis and hierarchy analysis process.The data are collected through survey method that represents observation, indepth interview, quessioner and expert judment. The result show that existing condition Cilegon industrial estate have many gap standard of criteria as an eco industrial park. The growth of industries in Cilegon area causes land use cover change out of planning desaign industrial area,and tend to reduced open greenspaces significantly. The result of quality of environmental analysis that several parameters namely : BOD, COD, TDS, NH3 dan Temperature in Cilegon area higher than the standard. The result of AHP analysis, priority of strategies to develop existing Cilegon industrial park to eco industrial park is green industrial park development, with implemented optimistic progressive scenario, that 6 keys factors affecting an eco industrial park development in Cilegon area, namely : to Construct an integrated waste treatment, to provide open green spaces 30 % minimize, law enforcement to develope an eco industrial park in Cilegon area, punishment and reward for industries that implemented environmental friendly in activities, and defense of water resources or water conservation to support sustainability process industries in Cilegon industrial park.

(4)

RINGKASAN

FATAH. Strategi pengelolaan kawasan industri menuju eco industrial park (studi pada kawasan industri Cilegon propinsi Banten). Dibimbing Oleh ASEP SAEFUDDIN, sebagai Ketua Komisi Pembimbing, RIZAL SYARIF dan ALINDA FM ZAINsebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Lahirnya konsep kawasan ekologi industri (Eco Industrial Park), merupakan salah satu respon dunia industri terhadap perubahan lingkungan global. Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi dan menyusun skenario yang tepat untuk pengelolaan suatu kawasan industri menuju Eco Industrial Park, dimana pelaku-pelaku industri dalam suatu kawasan industri dapat secara bersama-sama meningkatkan performansi lingkungan, ekonomi dan sosial, melalui minimalisasi dampak lingkungan dan juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan bersaing di pasaran, berdasarkan hasil kajian gap analisis kondisi eksisting dengan konsep ideal dan bechmarking eco industrial park. Penelitian menggunakan metode analisis sistem informasi geografik (SIG), analisis gap dan konflik, analisis stakeholder, analisis deskriptif, Analytical Hierarchy Process

(AHP) dan analisis prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pertumbuhan industri di kawasan industri Cilegon sangat pesat dan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan pola tata guna lahan, konversi lahan terbangun dan dinamika sosial kemasyarakatan selama kurun waktu 1982-2007. Telah terjadi potensi terdegradasinya mutu lingkungan sekitar kawasan industri Cilegon, dilihat dari adanya indikasi telah terjadinya ketidaksesuaian konversi lahan terbangun, berkurangnya ruang terbuka hijau, serta menurunnya kualitas lingkungan akibat adanya potensi pencemaran limbah industri yang telah melampaui baku mutu di beberapa wilayah sekitar kawasan industri Cilegon. Rekomendasi strategi pengelolaan kawasan industri menuju eco industrial park dalam rangka tetap menjaga keberlanjutan pembangunan industri di Cilegon, sesuai dengan paradigma pembangunan berkelanjutan menggunakan metode AHP menunjukkan bahwa, prioritas tujuan yang paling ingin dicapai adalah keberlanjutan lingkungan/ ekologi. Pada tujuan lingkungan/ ekologi, manfaat yang paling diharapkan adalah kualitas dan daya dukung lingkungan yang sehat. Hasil penelitian terhadap strategi pengelolaan suatu kawasan industri menuju Eco Industrial Park, menunjukkan bahwa strategi pengembangan kawasan industri hijau (green industrial park) menduduki prioritas pertama yang perlu dikembangkan. Hasil analisis prospektif menunjukkan bahwa terdapat enam faktor kunci sebagai program prioritas dalam rangka pengembangan kawasan industri di Kota Cilegon menuju green industrial park. Keenam program tersebut antara lain (1) pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) secara terpadu, (2) penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 30 % pada kawasan yang dimanfaatkan masing-masing industri, (3) penegakan supremasi hukum yang tegas terhadap pelanggar aturan perundangan yang telah dibuat terkait pengelolaan kawasan, (4) pemberian sanksi bagi industri yang tidak pro terhadap lingkungan, dan (5) membentuk kelembagaan khusus untuk mengelola kawasan menuju green industrial park, serta (6) mempertahankan daerah resapan air untuk menjamin ketersediaan air bagi kelangsungan operasional perusahaan. Aktor yang paling berperan dalam pengembangan Kawasan Industri Cilegon menuju eco industrial park adalah pemerintah (eksekutif/legislatif).

(5)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009. Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN INDUSTRI MENUJU

ECO INDUSTRIAL

PARK (STUDI PADA KAWASAN

INDUSTRI CILEGON PROPINSI BANTEN)

FATAH

P062050524

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Disertasi :

a. Sidang Tertutup, tanggal 7 April 2009 1. Dr. Ir. Arismunandar (IPB) 2. Dr.Ir. Suprihatin (IPB)

b. Sidang Terbuka, tanggal 5 Mei 2009

(8)

Judul Disertasi : Strategi Pengelolaan Kawasan Industri Menuju Eco Industrial Park (Studi Pada Kawasan Industri Cilegon Propinsi Banten)

Nama : Fatah

NIM : P062050524/ PSL

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Asep Saefuddin, MSc Ketua

Prof. Dr.Ir. Rizal Syarif, DESS Dr.Ir. Alinda FM Zain, MSi Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi PSL Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof.Dr.Ir. Khairil A Notodiputro, MS NIP. 131 471 836 NIP. 130 891 386

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah, akhirnya penulisan disertasi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Disertasi yang berjudul Strategi Pengelolaan Kawasan Industri Menuju Eco Industrial Park (Studi Pada Kawasan Industri Cilegon Provinsi Banten) ini, merupakan salah satu Syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

(10)

Destriana Zakia Puteri, atas dorongan, ketabahan, motivasi dan doa yang tak pernah putus, sehinga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Semoga Allah SWT membalas amal baik kita semua. Akhirnya semoga disertasi ini bermanfaat bagi yang membacanya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tidak lupa kami berharap kritik dan saran konstruktif demi perbaikan disertasi ini.

Bogor, Maret 2009

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Serang, Provinsi Banten pada tanggal 06 Oktober 1968 sebagai anak ke 2. dari 7 bersaudara dari pasangan H.Sulaiman Ali Akbar ( Alm) dan Hj. Fatiroh Harun ( Almh), Pada tahun 1995 penulis menikah dengan Hj. Omah Rohmawati, S.Pd, dan telah dikaruniai 3 orang putri masing-masing Rizkina Lestari Utami Puteri, lahir pada tanggal 03 Oktober 1996, Dwinanda Tsania Lailaturrahmah, lahir pada tanggal 27 November 2000 dan Destriana Zakia Puteri, lahir pada tanggal 20 Desember 2006.

Pada tahun 1994, penulis menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Jakarta Jurusan Teknik Gas Petrokimia. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan Strata Dua (S2) pada tahun 2002 pada program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Jakarta, dan pada tahun 2005, penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan Strata Tiga (S3) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), serta pada tahun 2007 berkesempatan mengikuti Kursus Singkat Aplikasi Multimedia Untuk Pembelajaran Jarak Jauh di University of Surrey, United Kingdom.

(12)

Judul Disertasi : Strategi Pengelolaan Kawasan Industri Menuju Eco Industrial Park (Studi Pada Kawasan Industri Cilegon Propinsi Banten)

Nama : Fatah

NIM : P062050524/ PSL

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Bidang Minat : Kebijakan Manajemen Lingkungan

Ketua Komisi

Pembimbing : Dr. Ir. Asep Saefuddin, MSc

Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS 2. Dr. Ir. Alinda F.M. Zain, Msi

Penguji Luar : 1. Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, MSc

Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Serang Banten.

2. Dr. Dedi Mulyadi

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

Industri (BPPI) Departemen Perindustrian RI

Pimpinan Sidang : Rektor Institut Pertanian Bogor

Ujian Terbuka Pada

Hari/Tanggal : Selasa/05 Mei 2009

Pukul : 10.00 Wib s/d selesai.

Tempat : Ruang seminar Gedung Andi Hakim Nasution lt.3

(13)

FATAH. Management Strategic To Develop An Eco Industrial Park (Case Study: Cilegon Industrial Park- Banten Province). Under the supervision of ASEP SAEFUDDIN, RIZAL SYARIEF and ALINDA FM ZAIN.

An eco industrial park is the new concept as industrial response for global environmental changes. The purpose of this research is to study and propose scenarios, strategies and operational recommendation to develope an eco industrial park from existing condition industrial park in Cilegon-Banten. An eco industrial park is a community of manufacturing and service businesses located together on a common property. Member businesses seek enhanced environmental, economic, and social performance through collaboration in managing environmental and resource issues. The methods of this research use the gap analysis, that analyzing the existing condition compare with ideal criteria of eco industrial park, and the research aspects is synchronized with sustainable development concept. The research used participatory prospective analysis and hierarchy analysis process. The data are collected through survey method that represents observation, in depth interview, questioners and expert judgments. The result shows that existing condition Cilegon industrial estates have many gap standards of criteria as an eco industrial park. The growth of industries in Cilegon area causes land use cover change out of planning design industrial area, and tends to reduced open green spaces significantly. The result of quality of environmental analysis that several parameters namely: BOD, COD, TDS, NH3 and Temperature in Cilegon area higher than the standard. The result of AHP analysis, priority of strategies to develop existing Cilegon industrial park to eco industrial park is green industrial park development, with implemented optimistic progressive scenario, that 6 keys factors affecting an eco industrial park development in Cilegon area, namely : to Construct an integrated waste treatment, to provide open green spaces 30 % minimize, law enforcement to develop an eco industrial park in Cilegon area, punishment and reward for industries that implemented environmental friendly in activities, and defense of water resources or water conservation to support sustainability process industries in Cilegon industrial park.

(14)

ABSTRAK

FATAH. Strategi pengelolaan kawasan industri menuju eco industrial park (studi pada kawasan industri Cilegon propinsi Banten). Dibimbing Oleh ASEP SAEFUDDIN, sebagai Ketua Komisi Pembimbing, RIZAL SYARIF dan ALINDA FM ZAINsebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Lahirnya konsep kawasan ekologi industri (Eco Industrial Park), merupakan salah satu respon dunia industri terhadap perubahan lingkungan global. Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi dan menyusun skenario yang tepat untuk pengelolaan suatu kawasan industri menuju Eco Industrial Park, dimana pelaku-pelaku industri dalam suatu kawasan industri dapat secara bersama-sama meningkatkan performansi lingkungan, ekonomi dan sosial, melalui minimalisasi dampak lingkungan dan juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan bersaing di pasaran, berdasarkan hasil kajian gap analisis kondisi eksisting dengan konsep ideal dan benchmarking eco industrial park. Penelitian menggunakan metode analisis sistem informasi geografik (SIG), analisis gap dan konflik, analisis stakeholder, analisis deskriptif, Analytical Hierarchy Process

(AHP) dan analisis prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pertumbuhan industri di kawasan industri Cilegon sangat pesat dan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan pola tata guna lahan, konversi lahan terbangun dan dinamika sosial kemasyarakatan selama kurun waktu 1982-2007. Telah terjadi potensi terdegradasinya mutu lingkungan sekitar kawasan industri Cilegon, dilihat dari adanya indikasi telah terjadinya ketidaksesuaian konversi lahan terbangun, berkurangnya ruang terbuka hijau, serta menurunnya kualitas lingkungan akibat adanya potensi pencemaran limbah industri yang telah melampaui baku mutu di beberapa wilayah sekitar kawasan industri Cilegon. Rekomendasi strategi pengelolaan kawasan industri menuju eco industrial park dalam rangka tetap menjaga keberlanjutan pembangunan industri di Cilegon, sesuai dengan paradigma pembangunan berkelanjutan menggunakan metode AHP menunjukkan bahwa, prioritas tujuan yang paling ingin dicapai adalah keberlanjutan lingkungan/ ekologi. Pada tujuan lingkungan/ ekologi, manfaat yang paling diharapkan adalah kualitas dan daya dukung lingkungan yang sehat. Hasil penelitian terhadap strategi pengelolaan suatu kawasan industri menuju Eco Industrial Park, menunjukkan bahwa strategi pengembangan kawasan industri hijau (green industrial park) menduduki prioritas pertama yang perlu dikembangkan. Hasil analisis prospektif menunjukkan bahwa terdapat enam faktor kunci sebagai program prioritas dalam rangka pengembangan kawasan industri di Kota Cilegon menuju green industrial park. Keenam program tersebut antara lain (1) pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) secara terpadu, (2) penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 30 % pada kawasan yang dimanfaatkan masing-masing industri, (3) penegakan supremasi hukum yang tegas terhadap pelanggar aturan perundangan yang telah dibuat terkait pengelolaan kawasan, (4) pemberian sanksi bagi industri yang tidak pro terhadap lingkungan, dan (5) membentuk kelembagaan khusus untuk mengelola kawasan menuju green industrial park, serta (6) mempertahankan daerah resapan air untuk menjamin ketersediaan air bagi kelangsungan operasional perusahaan. Aktor yang paling berperan dalam pengembangan Kawasan Industri Cilegon menuju eco industrial park adalah pemerintah ( eksekutif/legislatif).

(15)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009. Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(16)

STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN INDUSTRI MENUJU

ECO INDUSTRIAL PARK

(STUDI PADA KAWASAN

INDUSTRI CILEGON PROPINSI BANTEN)

FATAH

P062050524

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)
(18)

Judul Disertasi : Strategi pengelolaan kawasan industri menuju eco industrial park (studi pada kawasan industri Cilegon propinsi Banten)

Nama : Fatah

NIM : P062050524/ PSL

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Asep Saefuddin, MSc Ketua

Prof. Dr.Ir. Rizal Syarif, DESS Dr.Ir. Alinda FM Zain, MSi Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi PSL Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof.Dr.Ir. Khairil A Notodiputro, MS NIP. 131 471 836 NIP. 130 891 386

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Serang, Provinsi Banten pada tanggal 06 Oktober 1968 sebagai anak ke 2. dari 7 bersaudara dari pasangan H.Sulaiman Ali Akbar ( Alm) dan Hj. Fatiroh Harun ( Almh), Pada tahun 1995 penulis menikah dengan Hj. Omah Rohmawati, S.Pd, dan telah dikaruniai 3 orang putri masing-masing Rizkina Lestari Utami Puteri, lahir pada tanggal 03 Oktober 1996, Dwinanda Tsania Lailaturrahmah, lahir pada tanggal 27 November 2000 dan Destriana Zakia Puteri, lahir pada tanggal 20 Desember 2006.

Pada tahun 1994, penulis menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Jakarta Jurusan Teknik Gas Petrokimia. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan Strata Dua (S2) pada tahun 2002 pada program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Jakarta, dan pada tahun 2005, penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan Strata Tiga (S3) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), serta pada tahun 2007 berkesempatan mengikuti Kursus Singkat Aplikasi Multimedia Untuk Pembelajaran Jarak Jauh di University of Surrey, United Kingdom.

(20)

viii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Kerangka Pemikiran ... 4

1.4. Perumusan Masalah... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

1.6. Novelty (Kebaruan)... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Kawasan Industri ... 13

2.2. Industrialisasi dan Kualitas Hidup... 14

2.3. Definisi Kawasan Eco Industrial Park (EIP)... 17

2.3.1. Eco Industrial Park dan Masyarakat yang Berkelanjutan (Sustainable Community)... 18

2.3.2. Konsep Eco Industrial Park yang Dikembangkan ... 20

2.4. Prinsip-prinsip Dasar Merancang suatu EIP... 22

2.5. Model Eco Industrial Park... 24

2.5.1. Kawasan Industri Hijau (Green Industrial Park) ... 24

2.5.2. Pertukaran Hasil Samping (By Product Exchange) ……….. 25

2.5.3. Integrated EIP/Estate... 26

2.5.4. Simbiosis Industri (Industrial Symbiosis) ... 26

2.5.5. Eco Industrial Network... 28

2.5.6. Ecosistem dan Ekologi Industri ...30

2.5.7. Benchmarking implementasi konsep green industrial park ...32

2.6. Pencemaran Lingkungan... 36

2.7. Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan ... 38

2.8. Berpikir Sistem (System Thinking) ... 42

2.9. Prinsip-prinsip Dasar Analysis Hierarchy Process... 44

2.9.1. Langkah-langkah Metode Analysis Hierarchy Process... 45

(21)

III. METODE PENELITIAN... 49

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49

3.2. Rancangan Penelitian... 50

3.2.1. Tahapan Penelitian... 50

3.2.2. Teknik Penetapan Responden ... 51

3.2.3. Jenis dan Sumber Data ... 52

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.2.5. Metode Analisis Data... 53

3.3. Defenisi Operasional ... 54

IV. KONDISI UMUM KAWASAN INDUSTRI CILEGON... 57

4.1. Letak Geografis dan Administratif ... 57

4.2. Iklim dan Tata Air ... 58

4.3. Morfologi dan Fisiologi... 59

4.4. Topografi dan Ketinggian Wilayah ... 59

4.5. Jenis dan Tekstur Tanah ... 60

4.6. Penggunaan Lahan ... 60

4.7. Komposisi Penggunaan Ruang ... 60

4.8. Penduduk dan Sosial Budaya... 61

4.9. Sejarah Perkembangan Kota Cilegon ... 62

4.10. Struktur Tata Ruang ... 63

4.11. Pola Pemanfaatan Ruang... 65

4.12. Kawasan Lindung ... 66

V. KONDISI EKSISTING dan GAP DI KAWASAN INDUSTRI CILEGON MENUJU ECO INDUSTRIAL PARK ... 70

5.1. Pendahuluan ... 71

5.2. Metode Kajian Kondisi Existing, Gap, dan Konflik di Kawasan Industri CIlegon Menuju Eco Industrial Park ... 72

5.2.1. Kondisi Eksisting di Kawasan Industri Cilegon ... 72

5.2.2. Gap dan Konflik di Kawasan Industri Cilegon dalam Rangka Menuju Eco Industrial Park ... 74

5.3. Kondisi Eksisting Kawasan Industri Cilegon Menuju Eco Industrial Park... 76

(22)

x

5.3.2. Potensi Gap serta Penyelesaiannya di Kawasan Industri

Cilegon menuju Eco Industrial Park... 86 5.4. Kesimpulan ... ... ... 101

VI. STUDI KEPENTINGAN DAN PENGARUH STAKESHOLDERS DALAM PENGELOLAAN KAWASAN INDUSTRI CILEGON

YANG BERKELANJUTAN ... 102 6.1. Pendahuluan ... .... 102 6.2. Metode Analisis Studi Kepentingan dan Pengaruh Stakesholders

Dalam Pengelolaan Kawasan Industri Cilegon... 104 6.3. Pembahasan Hasil Analisis Studi Kepentingan dan Pengaruh

Stakesholders Dalam Pengelolaan Kawasan Industri Cilegon ... 106 6.4. Kesimpulan ... 114

VII. STUDI POTENSI DAN KUALITAS LIMBAH DI KAWASAN

INDUSTRI CILEGON ... 115 7.1. Pendahuluan ... 115 7.2. Metode Studi Potensi dan Kualitas Limbah di Kawasan

Industri Cilegon... 116 7.3. Pembahasan Hasil Studi Potensi dan Kualitas Limbah di Kawasan Industri Cilegon ... 118

7.3.1. Hasil Analisis Kualitas Limbah Cair Industri Kota Cilegon .. 118 7.3.2. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien ... 135 7.3.3. Hasil dan Pembahasan Analisis Tingkat Kebisingan... 146 7.3.4. Hasil dan Pembahasan Kualitas Air Bawah Tanah Kota

Cilegon... 148 7.3.5. Hasil dan Pembahasan Kualitas Air Laut Kawasan Industri

Cilegon ... 151 7.4. Kesimpulan ... 155

VIII. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI CILEGON

MENUJU ECO INDUSTRIAL PARK... 157 8.1. Pendahuluan ... 158 8.2. Metode Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Industri

Cilegon Menuju Eco Industrial Park... 159 8.3. Pembahasan Hasil Analisis Strategi Pengembangan

Kawasan Industri Cilegon Menuju Eco Industrial Park... 163 8.4. Analisis Prospektif ... 179 8.5. Kesimpulan... 185

(23)

10.1. Kebijakan Umum ... 199 10.2. Kebijakan Operasional Pengembangan Kawasan Industri

Cilegon Menuju Eco Industrial Park... 200

XI. KESIMPULAN DAN SARAN... 203 11.1. Kesimpulan ... 203 11.2. Saran-Saran ... 205

(24)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Potensi keuntungan pengembangan EIP ... 21 2. Areal-areal potensial jaringan EIP ... 29 3. Skala penilaian perbandingan berpasangan (Saaty, 1999)... 46 4. Jenis dan sumber data ... 52 5. Luas wilayah berdasarkan ketinggian Kota Cilegon ... 59 6. Penggunaan lahan Kota Cilegon Tahun 2004... 61 7. Perubahan Persentase Penutupan Lahan Kota Cilegon (1983-1992) 79 8. Perubahan persentase penutupan lahan Kota Cilegon (1992-2003).... 81 9. Perubahan persentase penutupan lahan Kota Cilegon (2003-2006)... 84 10. Luas pemanfaatan kawasan untuk pengembangan industri di

Kawasan Industri Cilegon ... 88 11. Perkembangan investasi di Kota Cilegon Tahun 2002-2007 ... 95 12. Potensi Gap dan upaya penyelesaian gap dalam pengelolaan

kawasan industri di Kota Cilegon dalam rangka menuju eco

ndustrial park ... 98 13. Matriks resultante posisi masing-masing stakeholder pada setiap

kuadran ... 105 14. Tingkat kepentingan stakeholder dalam pengelolaan Kawasan Industri

Cilegon ... 107 15. Tingkat pengaruh stakeholder dalam pengelolaan Kawasan Industri

Cilegon ... 108 16. Pengaruh dan Kepentingan stakeholder dalam pengelolaan kawasan

industri dalam rangka menuju eco industrial park di Kota Cilegon.... 111 17. Metode analisis karakteristik fisik dan kimia air pada beberapa lokasi 117 18. Data kualitas limbah cair pada beberapa industri di kawasan

industri Kota Cilegon ... 119 19. Data kualitas limbah cair pada beberapa industri di kawasan

industri Kota Cilegon ... 121 20. Data kualitas limbah cair pada beberapa industri di kawasan

industri Kota Cilegon ... 125 21. Data kualitas limbah cair pada beberapa industri di kawasan

industri Kota Cilegon ... 126 22. Data kualitas limbah cair pada beberapa industri di kawasan

(25)

Kota Cilegon ... 129 24. Data kualitas limbah cair pada beberapa industri di kawasan

Kota Cilegon ... 130 25. Data kualitas limbah cair pada beberapa industri di kawasan

industri Kota Cilegon ... 131 26. Data kualitas limbah cair pada beberapa industri di kawasan

industri Kota Cilegon ... 133 27. Data kualitas limbah cair pada beberapa industri di kawasan industri

Kota Cilegon ... 134 28 Data kualitas udara ambien (24) jam di sekitar Nirmala Optik

Kota Cilegon Tahun 2005 – 2007 ... 137 29. Data Kualitas Udara Ambien (24) Jam Di Sekitar Simpang Tiga

Polres Kota Cilegon Tahun 2005 – 2007... 137 30. Data kualitas udara ambien (24) jam di sekitar Ramayana Kota

Cilegon Tahun 2005 – 2007 ... 140 31. Data kualitas udara ambien (24) jam di sekitar sumur wuluh/

jalan tol Kota Cilegon Tahun 2004 – 2007 ... 140 32. Data kualitas udara ambien (24) jam di sekitar kantor bea cukai

Kota Cilegon Tahun 2004 – 2007 ... 142 33. Data kualitas udara ambien (24) jam di sekitar Semang Raya

Citangkil Kota Cilegon Tahun 2004 – 2007 ... 142 34. Data kualitas udara ambien (24) jam pada beberapa tempat

lainnya Kota Cilegon Tahun 2004 – 2007 ... 144 35. Data kualitas udara ambien (3 jam) Kota Cilegon Triwulan III

Tahun 2004 – 2007 ... 144 36. Data kualitas udara ambien (3 jam) Kota Cilegon triwulan III

Tahun 2004 – 2007 ... 145 37. Data analisis kebisingan (24 Jam) Kota Cilegon triwulan III

Tahun 2007 ... 146 38. Data analisis kebisingan (3 Jam) Kota Cilegon triwulan III Tahun

2007 ... 147 39. Data kualitas air bawah tanah Kota Cilegon triwulan III Tahun

(26)

xiv

51. Skala komparasi berdasarkan skala Saaty (1993) ... 161 52. Hasil analisis AHP strategi pengembangan kawasan industri menuju

eco industrial park ... 163 53. Keadaan Masing-Masing Faktor Kunci dalam Pengembangan Green

Industrial Park di Kawasan Industri Cilegon ... 181 54. Skenario Strategi Pengembangan Green Industrial Park di Kawasan

Industri Cilegon... 182 44. Keterangan masing-masing skenario strategi pengembangan green

(27)

Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian ... 8 2. Skema perumusan masalah strategi pengembangan kawasan

industri menuju Eco Industrial Park ... 11 3. Model pengembangan eco industrial park (Seong Oh, Bae Kim,

Young Jeong,2003) ... 21 4 Simbiosis antar industri dalam pertukaran hasil samping... 27 5. Kolaborasi industri dalam network eco industrial park (NEIP)... 28 6 Peta Propinsi Banten ... 49 7 Area industri Anyer – Cilegon – Merak ... 50 8 Tahapan pelaksanaan penelitian... 51 9. Peta wilayah Kota Cilegon... 58 10. Kota Cilegon terbagi dalam 5 BWK ... 64 11. Kawasan lindung di Kota Cilegon ... 66 12. Kawasan budidaya pertanian di Kota Cilegon ... 68 13. Kawasan budidaya non-pertanian ... 69 14. Kawasan budidaya non-pertanian industri petrokimia... 69 15. Operator multi-layer pada GIS untuk mengembangkan model

geospasial Kawasan Industri Cilegon... 73 16. Kriteria kecukupan eco industrial park ... 75 17. Persentase penutupan lahan tahun 1983... 76 18. Peta penutupan lahan Kota Cilegon tahun 1983 ... 77 19. Persentase penutupan lahan Kota Cilegon tahun 1992 ... 77 20. Peta penutupan lahan Kota Cilegon tahun 1992 ... 78 21. Perubahan penutupan lahan Kota Cilegon (1983-1992) ... 79 22. Persentase penutupan lahan tahun 2003... 80 23. Peta penutupan lahan Kota Cilegon tahun 2003 ... 81 24. Perubahan penutupan lahan Kota Cilegon (1992-2003) ... 82 25. Persentase penutupan lahan tahun 2006... 82 26. Peta penutupan lahan Kota Cilegon tahun 2006 ... 83 27. Perubahan penutupan lahan Kota Cilegon (2003-2006) ... 83 28. Ilustrasi pemetaan stakeholder berdasarkan pengaruh dan

(28)

xvi

29. Matriks pemetaan tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder

dalam pengelolaan Kawasan Industri Cilegon ... 109 30. Hirarki strategi pengelolaan kawasan industri menuju eco industrial

park ... 162 31. Prioritas masing-masing tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan

kawasan industri menuju eco industrial park ... 165 32. Prioritas tujuan ekologi yang mendukung pengembangan kawasan

industri menuju eco industrial park ... 169 33. Prioritas tujuan sosial yang mendukung pengembangan kawasan

industri menuju eco industrial park ... 169 34. Prioritas tujuan hukum dan kelembagaan yang mendukung

pengembangan kawasan industri menuju eco industrial park ... 171 35. Prioritas tujuan ekonomi yang mendukung pengembangan kawasan

industri menuju eco industrial park ... 173 36. Prioritas tujuan teknologi dalam mendukung pengelolaan kawasan

industri menuju eco industrial park... 174 37. Peran masing-masing aktor dalam pengelolaan kawasan industri

Cilegon menuju eco industrial park. ... 175 38. Prioritas strategi pengembangan Kawasan Industri Cilegon menuju

eco industrial park ... 177 39. Program-program prioritas dalam pengembangan kawasan industri

menuju green industrial park d Kota Cilegon... 180 40. Tahapan Pelaksanaan Skenario dalamPengembangan Green

Industrial Park di Kawasan Industri Cilegon ... 184

(29)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman 1. Tabel 40 - 50. Data Hasil Analisis Kualitas Air laut Kawasan

Industri Cilegon... 211 2. Hasil Analisis Pendapat Pakar dalam Mendisain Strategi Pengelolaan

(30)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan industri diperlukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi, namun dilain pihak aktifitas industri juga dapat menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup dan berdampak negatif bagi masyarakat sekitarnya. Sejak issu lingkungan global muncul dan adanya konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dunia industri juga dituntut untuk berkontribusi dalam pencapaian hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara kegiatan industri dengan ekosistem pendukung di sekitarnya. Dengan demikian, lahirnya konsep kawasan ekologi industri (Eco Industrial Park), merupakan salah satu respon dunia industri terhadap perubahan lingkungan global.

Eco-Industrial Park (EIP) merupakan sekumpulan industri (penghasil produk/jasa) yang berlokasi pada suatu tempat dimana para pelaku-pelaku didalamnya secara bersama mencoba meningkatkan performansi lingkungan, ekonomi, dan sosialnya. Tujuan dari EIP ini tidak lain adalah memperbaiki performansi ekonomi bagi industri-industri di dalamnya melalui minimalisasi dampak lingkungan. Dalam hal ini pendekatan-pendekatan yang dilakukan akan diarahkan pada: disain hijau (green design) infrastruktur, perencanaan dan penerapan konsep produk bersih, pencegahan polusi, efesiensi energi dan hubungan antar perusahan-perusahaan (inter-company partnering) (Lowe ,1996)

Eco Industrial Park juga merupakan sebuah system industri yang dalam kegiatannya melakukan konservasi sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi, melakukan pengurangan biaya material dan energi dalam proses produksi, serta bertanggung jawab untuk memperbaiki effisiensi operasi, qualitas produk, kesehatan kerja dan citra dalam masyarakat, dan menyediakan peluang untuk membangkitkan pendapatan dari penggunaan dan penjualan materi limbah yang dihasilkan (Cote and Hall, 1995)

(31)

distributornya. Hal ini dimungkinkan karena dalam suatu kawasan industri telah tersedia prasarana infrastruktur lengkap bila dibandingkan dengan industri yang berada di luar kawasan industri. Pembangunan dan pengembangan kawasan industri di Indonesia secara umum diatur oleh kebijakan pemerintah melalui Keputusan Presiden yang ditindaklanjuti oleh Menteri Perindustrian serta Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional. Secara konsepsional, pembangunan kawasan industri di Indonesia merupakan proses pembangunan terpadu yang mempertimbangkan banyak aspek terkait. Pembangunan terpenting adalah aspek lokasional (pemilihan lokasi yang tepat dan memenuhi kriteria yang ditentukan). Aspek ini akan menentukan keberhasilan pembangunan secara ideal, yaitu mendorong peningkatan pendapatan masyarakat di satu sisi dan tetap menjaga kelestarian lingkungan di sisi yang lain. Kriteria pertimbangan pemilihan lokasi dalam pembangunan kawasan industri antara lain : jarak terhadap pemukiman 12 km, jaringan jalan, listrik dan telekomunikasi, prasarana angkutan seperti tersedia pelabuhan laut, topografi maksimal 0-150, jarak terhadap sungai maksimal 5 km dan terlayani, peruntukan lahan (non-pertanian, non pemukiman dan non-konservasi), ketersediaan lahan minimal 25 ha, orientasi lokasi terhadap pasar, bahan baku dan tenaga kerja. (Kimberly, 2007).

(32)

3

PT. Krakatau Steel dan industri kimia/petrokimia terbesar di asia seperti PT. Chandra Asri PetroChemical dan industri berat lainnya, harus terus dijaga dan dikembangkan keberlangsungannya, mengingat peran strategis dan penting sektor industri untuk mewujudkan tujuan pembangunan, disamping juga harus menjadi perhatian bahwa sektor industri saat ini memiliki tantangan berupa benturan aktifitas industri dengan dampak yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan dan kaitannya dengan proses pembangunan berkelanjutan. .

Saat ini telah berkembang issu dan opini telah terjadinya degradasi lingkungan di sekitar kawasan industri Cilegon, terjadinya klaim dan konflik antara pihak industri dan masyarakat sekitar industri berkaitan dengan kesenjangan kesejahteraan serta potensi pencemaran lingkungan baik cair, gas/udara, padatan akibat aktifitas industri, serta permasalahan teknis berkaitan dengan keterbatasan sumber air baku proses, sumber energi pembangkitan dan pengendalian pengelolaan limbah industri yang berdampak terhadap proses keberlanjutan industri.

Dengan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka perlu dirumuskan suatu strategi dan pola kebijakan pengelolaan suatu kawasan industri untuk mewujudkan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ( Eco- Industrial Park).

Dalam penelitian ini kajian dilakukan pada kawasan industri Cilegon di Propinsi Banten, yang hasilnya nanti dapat dijadikan rujukan dan model pengelolaan kawasan industri di daerah lainnya di Indonesia.

Lingkup penilitian akan difokuskan pada wilayah Kota Cilegon, berkaitan dengan strategi pengelolaan kawasan industri Cilegon, dalam kerangka mewujudkan visi dan misi Kota Cilegon yaitu visi Kota Cilegon sebagai kota mandiri dan berwawasan lingkungan, dengan salah satu misinya yaitu mewujudkan keseimbangan dan keserasian tata ruang wilayah serta kelestarian lingkungan hidup, melalui salah satu prioritas pembangunan, pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memperhatikan pengelolaan lingkungan yang bernilai ekonomis.

1.2. Tujuan Penelitian

(33)

dapat secara bersama-sama meningkatkan performansi lingkungan, ekonomi dan sosial, melalui minimalisasi dampak lingkungan dan juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan bersaing di pasaran, berdasarkan hasil kajian gap analisis kondisi eksisting dengan konsep ideal dan benchmarking Eco Industrial Park. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, ditetapkan beberapa tujuan khusus sebagai berikut : 1. Menganalisis kondisi eksisting dan gap di kawasan industri Cilegon menuju

Eco Industrial Park.

2. Menganalisis kepentingan dan pengaruh stakeholders dalam pengelolaan kawasan industri Cilegon yang berkelanjutan.

3. Menganalisis potensi dan kualitas limbah industri serta daya dukung lingkungan untuk mengetahui kualitas lingkungan kawasan dan rencana pengolahan limbah industri.

4. Mengembangkan model strategi/skenario pengembangan kawasan industri eksisting menuju Eco Industrial Park.

1.3. Kerangka Pemikiran

Standardisasi nasional produk industri , pengembangan infrastruktur yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan industri, serta peningkatan kompetensi tenaga kerja belum sepenuhnya berjalan optimal karena keterbatasan sumberdaya. Terpuruknya daya saing nasional, disebabkan karena membengkaknya biaya overhead produksi. Jika biaya produksi manufaktur diberi indeks 100, maka pada industri pengolahan, logam dasar dan mesin-mesin masih tinggi yaitu sebesar 85.8 (bandingkan dengan perusahaan di Jepang dan Cina 62, Filipina 77 dan Malaysia 79). Padahal merujuk ke arah kebijakan industri nasional saat ini telah memasuki periode pemulihan dan pengembangan (Renstra Departemen Perindustrian 2005-2009), dengan sasaran kualitatif yaitu: 1. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan kesempatan kerja

2. Terselesaikannya program revitalisasi , konsolidasi dan rekstrukturisasi industri

3. Optimalisasi pasar dalam negeri dalam rangka pembangunan industri komponen lokal dan industri pengolah sumberdaya dalam negeri lainnya 4. Meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor

(34)

5

6. Meningkatnya pertumbuhan industri kecil menengah

Strategi pokok untuk mencapai sasaran diatas adalah upaya peningkatan daya saing melalui: peningkatan nilai tambah, produktifitas, efisiensi dan pendalaman struktur industri; pengembangan industri kecil dan menengah; dan pembangunan industri berkelanjutan.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan evaluasi dan reorientasi serta optimalisasi pemanfaatan kawasan industri untuk mendukung dan sejalan dengan arah kebijakan perkembangan industri nasional serta secara konsisten turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Perkembangan kawasan industri di Indonesia, yang sudah dimulai sejak awal tahun 1970 mengemban dua misi. Pertama, merangsang tumbuhnya iklim industri. Kedua, menjadi sarana bagi pengaturan ruang, terutama untuk menghindari timbulnya kasus pencemaran lingkungan yang akan berakibat terhadap tuntutan biaya sosial yang tinggi .

Dalam rangka melihat bagaimana pengembangan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ke depan yang relative kompleks, maka dilakukan penelitian berdasarkan pendekatan system dengan konsep pembangunan berkelanjutan, dimana lokasi yang dijadikan sebagai studi kasus yaitu di Kawasan Industri Cilegon.

(35)

dan juga masyarakat sekitarnya, sebagai upaya mempertahankan keberlanjutan industri dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.(Lowe, 2001).

Menurut WCED (1987), pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana menyelenggarakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya. Didalamnya terkandung 2 gagasan penting: 1) gagasan kebutuhan yaitu kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan kehidupan manusia, dan 2) gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan terdapat perpaduan 2 kata yang kontradiktif yaitu pembangunan (development) yang menurut perubahan dan pemanfaatan sumber daya alam, dan berkelanjutan (sustainable) yang berarti tidak boleh mengubah (lestari) di dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Persekutuan antara kedua kepentingan ini

(sustainable dan development) pada dasarnya mengembalikan ke alam

lingkungannya sebagai dasar.

Menurut Munasinghe (1993), pembangunan berkelanjutan digambarkan dalam segitiga sama sisi, dilambangkan dengan 3 dimensi, yaitu : ekonomi, ekologi, dan sosial. Pembangunan dikatakan berkelanjutan jika memenuhi ke tiga dimensi tersebut, yaitu: secara ekonomi layak dan efisien, secara ekologi lestari (ramah lingkungan) dan secara sosial berkeadilan. Makna dari pembangunan berkelanjutan dari dimensi ekologi memberikan penekanan pada pentingnya menjamin dan meneruskan kepada generasi mendatang sejumlah kuantitas modal alam (natural capital) yang dapat menyediakan suatu hasil berkelanjutan secara ekonomis dan jasa lingkungan termasuk keindahan alam.

(36)

7

mengetahui kualitas lingkungan kawasan serta analisis sustainability proses industri dan rencana pengolahan limbah industri, serta melalui analisis citra landsat kawasan industri Cilegon.

Untuk pengembangan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan melibatkan banyak stakeholders dengan kepentingan berbeda sehingga diperlukan analisis kebutuhan stakeholders dengan pendekatan sistem. Penelitian dengan pendekatan sistem pada prinsipnya dimulai dengan dilakukannya analisis terhadap adanya sejumlah kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Analisis kebutuhan stakeholders dilakukan dengan menggunakan Analisis Prospektif menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan.

(37)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

I.4. Perumusan Masalah

Kota Cilegon merupakan salah satu kota di Propinsi Banten yang dijadikan sebagai kawasan industri di Indonesia dimana di dalamnya terdapat berbagai jenis industri berat yang saling berinteraksi antara satu industri dengan jenis industri lainnya. Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri yang berkelanjutan, maka dalam pengembangan kawasan ini menjadi kawasan pengembangan industri berat, maka salah satu aspek yang penting diperhatikan adalah bagaimana pengelolaan industri yang berada dalam kawasan tersebut dapat bersahabat dengan lingkungan. Dengan kata lain dalam pengelolaannya tidak menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan hal tersebut sehingga muncul konsep untuk membentuk kawasan industri yang berbasis ekologi (Eco Industrial Park ), dimana konsep ini

Analisis : Land use Cover Change,

Sosekbud, Survey

Eksisting Kawasan Industri Cilegon

(38)

9

dimaksudkan agar industri yang sedang beroperasi dapat bersahabat dengan lingkungan. Namun demikian, pengelolaan kawasan industri dalam rangka menuju Eco Industrial Park tidaklah sederhana, tetapi menimbulkan berbagai permasalahan yang begitu rumit dan relative kompleks sehingga memerlukan suatu pendekatan yang bersifat komprehensif agar konsep pembangungan berkelanjutan pada kawasan industri dapat diwujudkan.

Sistem pengembangan kawasan Eco Industrial Park kawasan industri Cilegon akan efektif apabila kebutuhan diantara stakeholders dapat terpenuhi dan dapat menyelesaikan masalah yang timbul dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Formulasi permasalahan disusun dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan atau adanya konflik kepentingan diantara stakeholders untuk mencapai tujuan system. Pengembangan kawasan industri Cilegon memiliki potensi terjadinya konflik kepentingan, jika tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan bijaksana. Beberapa permasalahan dalam pengembangan kawasan industri Cilegon menuju Eco Industrial Park dapat diformulasikan sebagai berikut :

1. Adanya kesenjangan informasi dan persepsi diantara stakeholders berkaitan dengan pemahaman tentang Eco Industrial Park dan dampak lingkungan akibat aktifitas industri

2. Keterbatasan sumberdaya manusia dalam pengetahuan peralatan dan teknologi pengolahan limbah industri pengelola kawasan industri cilegon berdampak pada rendahnya inovasi dan kreatifitas pengolahan limbah industri.

3. Keterbatasan kemampuan investor menerapkan teknologi berwawasan lingkungan untuk menjalankan produksi, sehingga tingkat pencemaran tinggi. 4. Perencanaan bersifat sektoral dan parsial, belum mengakomodasikan

kebutuhan stake holders, berakibat rendahnya kerjasama lintas sektoral. 5. Tekanan penduduk, tuntutan perkembangan ekonomi daerah yang semakin

dinamis, serta tingginya permintaan konsumsi barang, mengakibatkan permintaan terhadap lapangan kerja dan jumlah angkatan kerja.

6. Hukum dan kelembagaan yang tidak operasional dan tidak konsisten dalam pelaksanaan (debirokratisasi).

(39)

8. Keterbatasan infrastruktur usaha seperti : energi listrik, perizinan, komunikasi, gas, perpajakan, retribusi berdampak kurang kondusif nya iklim usaha.

9. Globalisasi ekonomi menuntut dihasilkannya produk yang berkualitas untuk bisa bersaing di pasar global.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, perlu dilakukan pengkajian mengenai kondisi pengembangan kawasan industri saat ini, kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan stakeholders dalam pengembangan kawasan industri guna meminimalisasi konflik antar pihak terkait, model riset strategi pengembangan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, sehingga dihasilkan skenario dan strategi pengelolaan kawasan industri menuju Eco Industrial Park dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dalam bentuk redisain kawasan industri eksisting menuju Eco Industrial Park

berdasarkan hasil analisis gap antara kondisi eksisting dengan konsep ideal teoritik dan benchmarking Eco Industrial Park. Dalam pengkajian tersebut, beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan antara lain :

1. Bagaimana kondisi eksisting serta adakah gap dalam pengelolaan industri di kawasan industri Cilegon ?

2. Sejauhmana tingkat kepentingan dan pengaruh stakesholders dalam pengelolaan kawasan industri Cielgon yang berkelanjutan ?

3. Bagaimana potensi dan kualitas limbah industri serta daya dukung lingkungan di kawasan industri Cilegon ?

4. Bagaimana strategi/skenario pengembangan kawasan industri Cilegon dalam rangka menuju Eco Industrial Park ?

(40)

11

Gambar 2. Skema perumusan masalah strategi pengembangan kawasan industri menuju Eco Industrial Park.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan manajemen Kawasan Industri Cilegon untuk mengelola kawasan industri menuju Eco Industrial Park.

2. Sebagai bahan masukan pemerintah dan departemen terkait dalam merumuskan kebijakan pengembangan dan pengelolaan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

3. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan industri menuju Eco Industrial Park melalui pendekatan kajian gap analisis kondisi eksisting dengan kondisi ideal teoritik dan benchmarking Eco Industrial Park dalam rangka menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan.

4. Sumbangsih ilmu pengetahuan Kawasan Industri

4. Menurunnya kualitas lingkungan disekitar Kawasan Industri Cilegon 5. Belum ada strategi

pengembangan kawasan untuk menuju Eco Industrial

Park di kawasan industri

Cilegon Permasalahan

1. Tingginya perubahan tata guna lahan dan kawasan terbangun disekitar kawasan industri 2. Terdapat gap antara kondisi

eksisting dengan kriteria kecukupan EIP

3. Terjadinya konflik kepentingan antar stakeholder dalam

pengembangan kawasan Pengkajian

Kondisi eksisting dan potensi gap

dengan EIP

Kepentingan dan pengaruh stakeholders

(41)

I.6 Kebaruan (Novelty)

Kebaruan dalam penelitian ini adalah dihasilkannya model konseptual pengembangan kawasan industri menuju Eco Industrial Park dengan mengintegrasikan metode GIS, Gap analysis,Stakeholders analysis,Analytical Hyrarchi Process (AHP) dan Prospektif Analysis .

(42)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kawasan Industri

Istilah yang dipergunakan Undang-undang No 5 Tahun 1984 dalam pengaturan untuk suatu pusat pertumbuhan industri adalah “wilayah industri”. Istilah kawasan industri baru disebut dalam Keppres No. 53 Tahun 1989 (kini diganti dengan Keppres 41 Tahun 1996) tentang Kawasan Industri, dan dalam Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 1980 tentang Pendirian Perusahaan (persero) dalam Bidang Pengelolaan Kawasan Industri tertentu yang diberikan sebagai kawasan berikat, serta dalam Keppres No 32 dan No 33 tahun 1990 tentang Pengelolaaan dan Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri. Pengertian kawasan industri saat ini di Indonesia dapat mengacu kepada Keppres No. 41 Tahun 1996. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki ijin usaha kawasan industri. Ciri-ciri kawasan industri yaitu: 1) lahan sudah dilengkapi sarana dan prasarana, 2) adanya suatu badan pengelola yang memiliki ijin usaha kawasan industri, 3) biasanya diisi oleh industri manufaktur (pengolahan berbagai jenis). Menurut Keppres No. 41 Tahun 1996, pengembangan kawasan industri yaitu: kewenangan untuk menyiapkan dan mengembangkan kawasan industri, kewenangan di bidang perijinan, penyediaan lahan dan penerbitan hak pemilikan tanah, menetapkan lokasi kawasan industri, bentuk perusahaan kawasan industri, hak dan kewajiban perusahaan kawasan industri termasuk pengelolaan lingkungan.

(43)

penyediaan atau penguasaan tanah, penyusunan rencana tapak tanah, rencana teknis kawasan, penyusunan Analisis tapak tanah, pemasaran kapling industri dan pembangunan serta pengadaan prasarana dan sarana penunjang termasuk pemasangan instalasi atau peralatan yang diperlukan. Perusahaan kawasan industri sebelum melakukan kegiatan penyediaan tanah, harus memperoleh persetujuan prinsip, dengan ketentuan sebagai berikut : bagi perusahaan kawasan industri yang penanaman modalnya tidak berstatus PMA/PMDN, diberikan oleh Menteri, dan bagi perusahaan kawasan industri yang penanaman Modalnya berstatus PMA/PMDN diberikan oleh Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal atas nama Menteri. Perusahaan kawasan industri yang sudah memperoleh persetujuan prinsip wajib memperoleh ijin lokasi kawasan industri dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat. Pemberian ijin lokasi kepada perusahaan kawasan industri dilakukan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan Pemerintah Daerah setempat. Pemberian ijin lokasi diberikan dalam rangka mengalokasikan lahan untuk kegiatan pembangunan kawasan industri yang berasal dari tanah pertanian maupun non pertanian. Ijin lokasi berfungsi untuk memperoleh tanah yang sekaligus sebagai ijin pengeluaran terhadap tanah-tanah obyek landreform.

Berdasarkan Keppres No. 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah Bagi Pembangunan Kawasan Industri, ditegaskan bahwa pencadangan tanah dan/atau pemberian ijin lokasi dan ijin pembebasan tanah bagi setiap perusahaan kawasan industri, dilakukan dengan ketentuan : 1) tidak mengurangi areal pertanian, 2) tidak dilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi utama untuk melindungi sumber alam dan warisan budaya, 3) sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan pemerintah daerah setempat. Dalam Keppres tersebut secara jelas dikemukakan bahwa pencadangan areal industri tidak dilakukan terhadap lahan pertanian. Hal ini berarti secara yuridis ada larangan untuk konversi lahan sawah beririgasi teknis menjadi tanah non-pertanian khususnya untuk kawasan industri.( Kimberly, 2006)

2.2. Industrialisasi dan Kualitas Hidup

(44)

15

pesat selain akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku, juga merangsang pengembangan sektor jasa seperti : lembaga keuangan, pemasaran, perdagangan, periklanan dan transportasi. Ke semua sektor jasa tersebut akan mendukung laju pertumbuhan industri yang dapat menyebabkan meluasnya kesempatan kerja yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Kenaikan pendapatan dan daya beli, menunjukkan perekonomian itu tumbuh dan sehat.

Perkembangan industrialisasi yang diikuti dengan pembangunan fisik yang semakin meningkat, tanpa didukung oleh usaha kelestarian lingkungan akan mempercepat proses kerusakan alam (Sunu, 2001). Hal itu dapat ditandai dengan berkurangnya beberapa biota darat maupun laut serta spesies di daerah-daerah.

Menurut Djajadiningrat (2001), industrialisasi dapat mempengaruhi transformasi struktur sosial, seperti urbanisasi, karena industri yang dikembangkan bersifat padat karya. Sebagai contoh industri yang padat karya adalah industri hasil laut dan karet yang cenderung memperkerjakan tenaga kerja relatif banyak, disamping memiliki potensi meningkatkan nilai tambah melalui kegiatan ekspor.

Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan kemajuan teknologi oleh manusia guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kualitas hidup semakin baik membutuhkan barang dan jasa yang semakin banyak akibat dorongan peningkatan kesejahteraan material.

(45)

Dampak negatif yang dapat diakibatkan oleh kegiatan industri dan teknologi adalah terjadinya pencemaran udara, air dan tanah. Ketiga jenis pencemaran ini akan mengurangi daya dukung lingkungan. Untuk itu dibutuhkan komitmen semua pihak untuk menjaga kelestarian lingkungan agar generasi yang akan datang tidak mewarisi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh tindakan manusia saat ini dan dapat menaikan tingkat sosial ekonomi masyarakat (Soemarwoto, 2001).

Menurut Allenby (1999), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembangunan industri, antara lain :

1. Lokasi industri diarahkan pada tempat yang sesuai dengan perkembangan wilayah dilihat dari segi pemahaman penduduk, tersedianya sumberdaya dan sarana lainnya. Disamping itu perlu diingat beberapa jenis industri baik besar maupun kecil menghendaki syarat-syarat letak tertentu.

2. Pemanfaatan sumberdaya alam yang sesuai dengan jenis industri agar terjadi pertumbuhan industri yang memberikan manfaat ekonomi dan sosial. 3. Kegiatan produksi yang semakin meningkat di samping menghasilkan alat

pemenuhan kebutuhan berupa barang dan jasa juga menghasilkan pencemaran dan ikutannya. Pencemaran industri akan menurunkan kualitas tanah, udara dan air, memberikan dampak negatif pada kesehatan manusia.

Soemarwoto (2001) mengatakan dalam kualitas lingkungan yang baik terdapat potensi untuk berkembangnya kualitas hidup yang tinggi. Namun kualitas hidup sifatnya subyektif dan relatif. Oleh sebab itu, kualitas lingkungan sifatnya juga subyektif dan relatif. Lebih jauh Soemarwoto (2001) mengemukakan bahwa kualitas hidup dapat diukur dengan 3 kriteria, yaitu :

1. Derajat dipenuhinya kebutuhan untuk hidup sebagai makhluk hayati. Kebutuhan ini bersifat mutlak, didorong oleh keinginan manusia untuk menjaga kelangsungan hidup hayatinya. Kelangsungan hidup hayati tidak hanya menyangkut dirinya, melainkan juga masyarakat dan terutama keturunannya. Kebutuhan ini terdiri atas udara, air, pangan, kesempatan untuk mendapatkan keturunan serta perlindungan terhadap serangan penyakit dan sesama manusia. Kebutuhan hidup ini dalam keadaan terpaksa mengalahkan kebutuhan hidup yang lain.

(46)

17

kebutuhan yang mutlak untuk kelangsungan hidup hayati, melainkan kebutuhan untuk hidup manusiawi. Kebutuhan hidup manusiawi yang lain adalah pendidikan, agama, seni dan kebudayaan.

3. Derajat kebebasan untuk memilih. Dalam masyarakat yang tertib, derajat kebebasan dibatasi oleh hukum, baik yang tertulis ataupun tidak.

Jika dikaitkan antara kualitas lingkungan dengan kualitas hidup yang diukur berdasarkan 3 kriteria di atas, maka kualitas lingkungan dapat diukur. Kualitas lingkungan dapat diartikan sebagai kondisi lingkungan dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Semakin tinggi derajat kemampuan lingkungan hidup untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, semakin tinggi pula kualitas hidup dan sebaliknya. Semakin memburuknya kualitas lingkungan maka semakin tinggi dan berat biaya pencapaian tujuan pembangunan yang diinginkan.(Kimberly, 2006)

2.3. Definisi Eco industrial park (EIP)

Dua definisi penting untuk sebuah EIP menurut Lowe (2001), pertama bahwa sebuah EIP merupakan suatu komunitas bisnis yang bekerja sama satu sama lain dan serta melibatkan masyarakat di sekitarnya untuk lebih mengefesiensikan pemanfaatan sumber daya (informasi, material, air, energi, infrastruktur, dan habitat alam) secara bersama-sama, meningkatkan kualitas ekonomi dan lingkungan, serta meningkatkan sumber daya manusia bagi kepentingan bisnis dan juga masyarakat sekitarnya. Definisi kedua adalah bahwa EIP merupakan suatu sistem industri yang merencanakan adanya pertukaran material dan energi guna meminimalisasi penggunaan energi dan bahan baku, meminimalisasi sampah/limbah, dan membangun suatu ekonomi berkelanjutan, ekologi dan hubungan sosial.

(47)

pengelompokan industri kawasan. Dengan mendorong penerapan co-lokasi dari suatu industri yang memiliki hubungan atau saling kebergantungan baik dalam proses-proses produksi yang dilakukan, hasil buangan/sampah atau energi sisa dari industri ini dapat digunakan oleh industri-industri lain yang berada pada lokasi yang sama atau berdekatan (Djayadiningrat, 2004).

Anja-Katrin Fleig (2000) dalam Djayadiningrat, Famiola (2004), menyebutkan bahwa perbedaan yang nyata antara EIP dengan kawasan-kawasan industri adalah:

• Tingginya kerjasama/pertukaran antara perusahaan-perusahaan, pengelola kawasan dan para pembuat kebijakan lokal di wilayah tempat EIP tersebut berkembang.

• Para aktor/pelaku usaha dalam EIP selalu bekerja keras untuk mewujudkan suatu visi aktifitas industri yang dilakukan untuk mencapai suatu keberlanjutan yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologis.

2.3.1. Eco industrial park dan Pembangunan Berkelanjutan

Mendisain sebuah Eco industrial park (EIP) tidak terlepas dari usaha-usaha bagaimana mengintegrasikan EIP ini dengan masyarakat di sekitarnya, karena bagaimana pun masyarakat akan langsung merasakan dampak dari suatu kawasan industri. Selain itu, pengembangan sebuah kawasan juga akan memberikan suatu pertimbangan bagi pembangunan wilayah yang tidak lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Untuk itu, penerapan sebuah Eco industrial park juga tidak lepas dari suatu usaha bagaimana untuk menciptakan suatu masyarakat yang berkelanjutan (sustainable community). Istilah masyarakat yang berkelanjutan (sustainable

community) berbeda-beda dan unik pada setiap daerah sesuai dengan

(48)

19

bisnis yang stabil, implementasi dan pengembangan teknologi yang sesuai, pengembangan bisnis dan lain-lain. Jika suatu masyarakat tidak mempunyai ekonomi kuat, maka keberlanjutan hanya menjadi suatu yang ada di angan-angan saja. Menurut Khanna (1999), pembangunan berkelanjutan akan berimplikasi terjadinya keseimbangan dinamis antara fungsi maintenance (sustainability) dan transformasi (development) dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Perencanaan pembangunan berkelanjutan harus mempertimbangkan adanya trade off antara level produksi-konsumsi dengan kapasitas asimilasi ekosistem. Sesuai dengan konsep daya dukung (carrying capacity), peningkatan kualitas hidup hanya dapat dilakukan jika pola dan level produksi-konsumsi memiliki kesesuaian dengan kapasitas lingkungan biofisik dan sosial. Strategi perencanaan Eco industrial park sebagai bagian dari perencanaan pembangunan berkelanjutan membutuhkan informasi yang tepat tentang pilihan-pilihan penggunaan sumberdaya, teknologi, pola konsumsi, perubahan struktur sistem, tingkat kualitas hidup yang diharapkan serta status lingkungan yang menjamin berkurangnya tekanan ekologis oleh berbagai proses ekonomi.

Dari sudut pandang lingkungan, suatu masyarakat hanya dapat berkelanjutan dalam jangka panjang bila semua aktivitas yang dilakukan dalam komunitas tersebut tidak menurunkan kualitas lingkungannya atau terlalu banyak menghabiskan sumber daya yang sudah terbatas jumlahnya. Perhatian terhadap lingkungan disini diarahkan pada usaha-usaha untuk proteksi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, menjamin ekosistem dan habitat yang sehat, serta usaha-usaha yang berhubungan dengan pengurangan polusi terhadap air, udara, dan daratan; menyediakan ruang hijau yang cukup, rekreasi, dan bagi penggunaan lain; melakukan manajemen ekosistem serta melindungi keanekaragaman hayati; dan lain-lain.

Isu-isu sosial dalam sustainable community meliputi keterlibatan masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan, kesehatan, hak kekayaan, community building, kerohanian, penegakan hukum untuk kepentingan lingkungan, dan lain-lain.

(49)

masyarakat sekitar industri juga merupakan pekerja yang langsung terlibat dalam aktivitas industri tersebut. Bahkan dalam beberapa studi, menunjukan bahwa perkembangan industri-industri suatu wilayah mendorong terwujudnya suatu

sustainable community (Djayadiningrat, 2004)

2.3.2. Konsep Eco industrial park yang Dikembangkan

Begitu banyak konsep-konsep bagaimana membangun dan mengembangkan suatu kawasan industri yang berwawasan lingkungan, Eco industrial park, tetapi pada dasarnya semua konsep tersebut mengarah pada bagaimana upaya membangun suatu kawasan industri yang berwawasan lingkungan yang mampu mendorong dan merangsang para pelaku-pelaku yang terlibat di dalamnya untuk terus berinovasi. Bila kita cermati secara mendalam, arahnya tidak lain adalah membuat suatu sistem industri yang lebih efisien. Hal ini dapat dicapai misalnya melalui penggunaan material dan energi yang lebih efesien, efesien terhadap peralatan, dan juga efesiensi pada perencanaan disain industrinya.

(50)

21

Gambar 3. Model pengembangan Eco industrial park (Seong Oh, Bae Kim, Young Jeong,2003)

Tabel.1. Potensi keuntungan pengembangan EIP

Bisnis/industri Lingkungan Masyarakat

Menigkatkan bisnis lokal lainnya

Meningkatkan image pasar

Penggunaan sumber daya yang lebih baik

Landasan pajak yang tinggi

Menigkatkan performansi tempat kerja

Merangsang inovasi-inovasi baru dalam peningkatan kualitas untuk pengelolaan sampah

Akses bagi pendanaan Menciptakan proteksi ekosistem alam daya yang lebih efisien

Perusahaan-perusahaan yang ada dalam kawasan merupakan perusahaan yang memiliki kualitas tinggi

Nilai yang lebih tinggi bagi para pengembang

Memperbaiki kesehatan

pekerja dan masyarakat Mengurangi biaya

operasi (air, energi,gas, tanah)

Memprbaiki lingkungan

dan habitat Bersama Sumber Daya

Kontruksi Jaringan Kerjasama Industri

Pengembangan Eco industrial

park

Pusat Budaya Lokal Berteknologi Tinggi

Bagian dari Fasilitas Budaya, Rekreasi dan

kenyamanan Kreasi Identitas

Budaya Desain Sistem

Efisiensi Energi

Desain Sistem Efisiensi Sumber

Daya

Desain Sistem Daur Ulang Limbah

(51)

Mengurangi biaya pengelolaan limbah

Partnership dalam bisnis

Tambahan pendapatan dari produk-hasil samping

Minimalisasi infrastruktur

Mengurangi tanggung jawab terhadap lingkungan

Memperbaiki landasan

pajak

Memperbaiki

pandangan masyarakat (public image)

Terjadinya peningkatan

standar hidup masyarakat sekitar kawasan

Meningkatkan produktivitas pekerja

Menciptakan estetika

memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya

2.4. Prinsip-prinsip Dasar Merancang suatu EIP

Beberapa prinsip fundamental yang dibutuhkan dalam mengembangkan sebuah EIP, dari pengalaman-pengalaman beberapa Negara menurut Lowe (2001) adalah sebagai berikut :

a. Terintegrasi dengan sistem alam; suatu kawasan industri yang baik seharusnya memiliki keterikatan dengan pengaturan alam dengan cara yang memperkecil dampak-dampak terhadap lingkungan melalui penghematan biaya operasi tertentu.

b. Sistem Energi; Penggunaan energi yang efisien adalah suatu strategi utama untuk mengurangi biaya-biaya dan mengurangi beban terhadap lingkungan. Dalam EIP, perusahaan akan mencoba mencari jalan untuk memperoleh efisiensi yang lebih besar secara individu dengan membangun dan mendisain peralatan produksi. Sebagai contoh, dengan penggunaan aliran uap air atau memanaskan air dari suatu pabrik oleh pabrik lainnya, selain itu dapat juga dilakukan untuk sistem lain seperti pada sistem pemanasan atau sistem penyejukan suatu kota/daerah. Intinya dalam sistem ini bagaimana bisa menerapkan konsep penggunaan kembali (reused) sumber daya yang yang ada terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

(52)

23

baik secara individu, dan sebagai komunitas, mereka akan berusaha untuk mengoptimalkan penggunaan semua material dan memperkecil penggunaaan material beracun. Selain itu, dalam EIP tersebut dapat saja mengembangkan infrastruktur yang bertujuan untuk mentransformasikan hasil samping suatu industri/pabrik ke industri/pabrik lainnya, mengumpulkan atau menggudangkan hasil samping lain yang mungkin saja dapat dimanfaatkan oleh industri-industri lain diluar kawasan , dan memfasilitasi proses-proses barang sisa beracun. Selain itu, perusahaan-perusahaan dalam EIP juga bisa terlibat dalam “pertukaran” regional.

d. Pengaturan Air. Dalam banyak pabrik, biasanya telah direncanakan suatu rancangan proses dan alat produksi seefisien mungkin. Air buangan dari satu pabrik lain, hal ini dapat dilakukan langsung atau juga harus melewati suatu

pretreatment,apabila dibutuhkan. Infrastruktur yang dibangun dapat saja meliputi induk-induk pengelolaan air (bergantung pada kebutuhan perusahaan).

e. Kumpulan pelayanan manajemen dan jasa pendukung; Sebagai komunitas perusahaan-perusahaan, suatu EIP memerlukan manajemen dan sistem pendukung yang lebih canggih dibanding kawasan industri tradisional. Manajemen atau pihak ketiga yang memainkan peran dalam EIP ini haruslah mendukung terjadinya pertukaran hasil samping antar perusahaan dan membantu perusahaan-perusahaan tersebut untuk menyesuaikan perubahan (seperti seorang penyalur atau pelanggan yang melakukan mobilisasi dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya) sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya. Manajemen juga harus bisa menjaga mata rantai pertukaran hasil samping tersebut serta menjaga jalinan komunikasi didalam kawasan tersebut. Kawasan tersebut dapat saja mengembangkan jasa layanan bersama seperti penyidikan pusat pelatihan, kafetaria, pusat perawatan harian, kantor untuk membeli umum, atau kantor logistic dan transportasi. Sehingga perusahaan-perusahaan tersebut dapat menghemat biayanya dengan adanya sharing biaya dan pelayanan.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2.  Skema perumusan masalah strategi pengembangan kawasan
Tabel .2.  Areal-areal potensial jaringan EIP
Tabel. 3.  Skala penilaian perbandingan berpasangan (Saaty, 1999)
+7

Referensi

Dokumen terkait