• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taksasi produksi tanaman sagu (Metroxylon sp.) di PT.National Timber forest product unit HTI murni sagu, Selatpanjang, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Taksasi produksi tanaman sagu (Metroxylon sp.) di PT.National Timber forest product unit HTI murni sagu, Selatpanjang, Riau"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (

Metroxylon

spp.) DI

P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT

HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

EDI WIRAGUNA

A24054284

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

EDI WIRAGUNA. Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon

spp.) Di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat panjang, Riau. (Di bawah bimbingan M.H Bintoro Djoefrie dan Pasril Wahid)

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ke-trampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya sagu. Aspek khusus yang diamati dalam magang tersebut adalah taksasi produksi di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu. Kegiatan magang dilaksanakan di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dari Bulan Februari sampai bulan Juni 2009. Kegiatan magang menggunakan dua metode yaitu metode langsung dengan melaksanakan kegiatan teknis budidaya dan mela-kukan pengamatan terhadap teknis budidaya di kebun tersebut serta melamela-kukan pengamatan khusus mengenai taksasi produksi. Kegiatan yang dilakukan di perkebunan meliputi pengendalian gulma (manual dan kimia), penjarangan anak-an, pembuatan lorong setapak, penyemprotan dan pengawasan pendalaman kanal. Metode kedua yang dilakukan di perkebunan adalah taksasi produksi. Penga-matan taksasi produksi meliputi hidup-mati, tinggi tanaman, diameter, dan ciri kematangan fisiologis tanaman sagu.

Percobaan taksasi produksi dilakukan dengan contoh 0,017% dari

populasi. Hasil dari taksasi produksi tidak menggambarkan keadaan sesungguh-nya maka, pengujian beberapa metode penarikan contoh dilakukan. Metode pena-rikan contoh yang digunakan adalah diagonal (dua metode), acak dalam baris, dan enam petak terletak di pinggir. Pengujian empat metode tersebut menggunakan uji t. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua metode dapat digunakan di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu.

(3)

pengaca-iii

kan baris. Taksasi produksi dilakukan pada berbagai proporsi yaitu 1,6%; 3,2%; 4,8%; 9,7% dan 14,5%, sedangkan hidup-mati dilakukan pada tingkat proporsi

(4)

HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

EDI WIRAGUNA

A24054284

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DI P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI MURNI SAGU,

SELAT PANJANG, RIAU

Nama Mahasiswa : EDI WIRAGUNA

NRP : A24054284

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. H.M.H. Bintoro Djoefrie, M.Agr Dr. Ir. Pasril Wahid, MS. NIP. 19480108 197403 1 001 NIP. 080016303

Mengetahui,

Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc NIP. 19610202 198601 1 008

(6)

Penulis dilahirkan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada tanggal 22 September 1987. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Dalimin dan Ibu Wriningsih.

Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Bandungrejo 2, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 4 Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 7 Purworejo pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis lulus dan diterima di IPB melalui jalur SPMB. Selanjutnya, pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Dari tahun 2006 hingga 2008 penulis menjadi pengurus organisasi maha-siswa daerah Gamapuri (Keluarga Mahamaha-siswa Purworejo Di IPB). Dari Tahun

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan magang yang berjudul

Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) Di P.T. National Timber And Forest Product, Selat Panjang, Riau. Kegiatan magang tersebut merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-be-sarnya kepada:

 Prof. Dr. Ir. H.M.H Bintoro Djoefrie, M.Agr dan Dr. Ir. Pasril Wahid, MS selaku

dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan dan saran-saran

dalam pembuatan laporan akhir ini.

 Bapak, Ibu, Kakak dan seluruh keluarga yang telah memberi semangat, dukungan

dan doa

 Pak Erwin, Pak Habib, Pak Budi, Kak Gia, Kak Budi, Kak Fikko dan seluruh staf

kantor P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu yang telah

memberikan banyak bantuan

 Ruri, Ratih, Adit, dan Shandra yang telah membantu memberi saran dan

membantu selama penelitian.

 Pak Nasrudin, Pak Cornelis, Pak Albert, Pak Pandu, Pak Alfian, Bang Jun, Bang

Ridwan dan seluruh karyawan P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI

Murni Sagu yang telah membantu dalam penelitian maupun magang

 Semua teman di Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 42

Semoga laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.

Bogor, September 2009

(8)

DAFTAR ISI

Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar 0,017%... 10

Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar 1,2%... 11

Penarikan contoh acak dalam baris dengan contoh sebesar 1,2%... 12

Penarikan contoh enam petak dengan contoh sebesar 1,2%...13

Acak dalam baris dalam blok dengan berbagai proporsi Contoh...15

Pengujian contoh sebesar 1,6% dengan yang dilakukan Perusahaan... 15

Hidup-mati tanaman... 17

Faktor Pengamatan... 17

Jumlah tanaman yang hidup-mati dalam tiap blok...17

(9)

x

Pelaksanaan Pengendalian Gulma (Weeding)... 27

Pengendalian gulma secara manual...28

Taksasi produksi tanaman sagu empat divisi... 43

Pengujian beberapa metode penarikan contoh... 45

Pengujian proporsi contoh... 46

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Taksasi Produksi Divisi 1, 3 dan 4 Dengan Metode

Diagonal Arah Timur Ke Laut Barat... 43 2. Taksasi Produksi Divisi 2 Dengan Metode Diagonal

Arah Barat Laut Ke Tenggara... 44 3. Hasil Pengujian Metode Penarikan Contoh Dengan

Variabel Tinggi Tanaman...46 4. Pengujian Berbagai Proporsi Contoh Taksasi Produksi

Dengan Variabel Tinggi Tanaman... 47 5. Pengujian Taksasi Produksi Contoh 1,6% Dengan

Yang Dilakukan Oleh Perkebunan...48 6. Pengujian Berbagai Proporsi Contoh Hidup-Mati

(11)

TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (

Metroxylon

spp.) DI

P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT

HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

EDI WIRAGUNA

A24054284

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

EDI WIRAGUNA. Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon

spp.) Di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat panjang, Riau. (Di bawah bimbingan M.H Bintoro Djoefrie dan Pasril Wahid)

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ke-trampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya sagu. Aspek khusus yang diamati dalam magang tersebut adalah taksasi produksi di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu. Kegiatan magang dilaksanakan di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dari Bulan Februari sampai bulan Juni 2009. Kegiatan magang menggunakan dua metode yaitu metode langsung dengan melaksanakan kegiatan teknis budidaya dan mela-kukan pengamatan terhadap teknis budidaya di kebun tersebut serta melamela-kukan pengamatan khusus mengenai taksasi produksi. Kegiatan yang dilakukan di perkebunan meliputi pengendalian gulma (manual dan kimia), penjarangan anak-an, pembuatan lorong setapak, penyemprotan dan pengawasan pendalaman kanal. Metode kedua yang dilakukan di perkebunan adalah taksasi produksi. Penga-matan taksasi produksi meliputi hidup-mati, tinggi tanaman, diameter, dan ciri kematangan fisiologis tanaman sagu.

Percobaan taksasi produksi dilakukan dengan contoh 0,017% dari

populasi. Hasil dari taksasi produksi tidak menggambarkan keadaan sesungguh-nya maka, pengujian beberapa metode penarikan contoh dilakukan. Metode pena-rikan contoh yang digunakan adalah diagonal (dua metode), acak dalam baris, dan enam petak terletak di pinggir. Pengujian empat metode tersebut menggunakan uji t. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua metode dapat digunakan di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu.

(13)

pengaca-iii

kan baris. Taksasi produksi dilakukan pada berbagai proporsi yaitu 1,6%; 3,2%; 4,8%; 9,7% dan 14,5%, sedangkan hidup-mati dilakukan pada tingkat proporsi

(14)

HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

EDI WIRAGUNA

A24054284

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul : TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DI P.T. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI MURNI SAGU,

SELAT PANJANG, RIAU

Nama Mahasiswa : EDI WIRAGUNA

NRP : A24054284

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. H.M.H. Bintoro Djoefrie, M.Agr Dr. Ir. Pasril Wahid, MS. NIP. 19480108 197403 1 001 NIP. 080016303

Mengetahui,

Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc NIP. 19610202 198601 1 008

(16)

Penulis dilahirkan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada tanggal 22 September 1987. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Dalimin dan Ibu Wriningsih.

Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Bandungrejo 2, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 4 Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 7 Purworejo pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis lulus dan diterima di IPB melalui jalur SPMB. Selanjutnya, pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Dari tahun 2006 hingga 2008 penulis menjadi pengurus organisasi maha-siswa daerah Gamapuri (Keluarga Mahamaha-siswa Purworejo Di IPB). Dari Tahun

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan magang yang berjudul

Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) Di P.T. National Timber And Forest Product, Selat Panjang, Riau. Kegiatan magang tersebut merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-be-sarnya kepada:

 Prof. Dr. Ir. H.M.H Bintoro Djoefrie, M.Agr dan Dr. Ir. Pasril Wahid, MS selaku

dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan dan saran-saran

dalam pembuatan laporan akhir ini.

 Bapak, Ibu, Kakak dan seluruh keluarga yang telah memberi semangat, dukungan

dan doa

 Pak Erwin, Pak Habib, Pak Budi, Kak Gia, Kak Budi, Kak Fikko dan seluruh staf

kantor P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu yang telah

memberikan banyak bantuan

 Ruri, Ratih, Adit, dan Shandra yang telah membantu memberi saran dan

membantu selama penelitian.

 Pak Nasrudin, Pak Cornelis, Pak Albert, Pak Pandu, Pak Alfian, Bang Jun, Bang

Ridwan dan seluruh karyawan P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI

Murni Sagu yang telah membantu dalam penelitian maupun magang

 Semua teman di Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 42

Semoga laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.

Bogor, September 2009

(18)

DAFTAR ISI

Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar 0,017%... 10

Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar 1,2%... 11

Penarikan contoh acak dalam baris dengan contoh sebesar 1,2%... 12

Penarikan contoh enam petak dengan contoh sebesar 1,2%...13

Acak dalam baris dalam blok dengan berbagai proporsi Contoh...15

Pengujian contoh sebesar 1,6% dengan yang dilakukan Perusahaan... 15

Hidup-mati tanaman... 17

Faktor Pengamatan... 17

Jumlah tanaman yang hidup-mati dalam tiap blok...17

(19)

x

Pelaksanaan Pengendalian Gulma (Weeding)... 27

Pengendalian gulma secara manual...28

Taksasi produksi tanaman sagu empat divisi... 43

Pengujian beberapa metode penarikan contoh... 45

Pengujian proporsi contoh... 46

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Taksasi Produksi Divisi 1, 3 dan 4 Dengan Metode

Diagonal Arah Timur Ke Laut Barat... 43 2. Taksasi Produksi Divisi 2 Dengan Metode Diagonal

Arah Barat Laut Ke Tenggara... 44 3. Hasil Pengujian Metode Penarikan Contoh Dengan

Variabel Tinggi Tanaman...46 4. Pengujian Berbagai Proporsi Contoh Taksasi Produksi

Dengan Variabel Tinggi Tanaman... 47 5. Pengujian Taksasi Produksi Contoh 1,6% Dengan

Yang Dilakukan Oleh Perkebunan...48 6. Pengujian Berbagai Proporsi Contoh Hidup-Mati

(21)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bentuk Penarikan Contoh Diagonal... 10

2. Teknik Penarikan Contoh Pendugaan Empat Divisi... 11

3. Teknik Penarikan Contoh Diagonal Populasi Satu Blok...12

4. Penentuan enam baris tanaman secara acak dan Pengambilan contoh dalam blok... 13

5. Penentuan Enam Petak Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh Dalam Blok...14

6. Penarikan Contoh Pengacakan Baris...15

7. Pengambilan Contoh Sebesar 10% Dilakukan di Satu Blok Tanaman, Satu Divisi dan Empat Divisi... 16

8. Berbagai Bentuk Banir Anakan Sagu...26

9. Proses Pembuatan Rakit... 27

10. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Manual...29

11. Proses Pengalian Kanal Dengan Ekskavator dan Pemancangan Untuk Patokan Penggalian di Areal Intag...32

12. Pemasangan Alat Pengukur Tinggi Air Kanal (Canal water level).... 33

13. Skema Pizzo Meter dan Pemasangan Pizzo Meter di Lapangan... 34

14. Bendungan Dengan Pintu Air Buka Tutup...35

15. Jalur Sensus Tanaman dan Pengukuran Keliling Tanaman... 36

16. Penggelindingan Tual Pengukuran Panjang Tual Oleh Mandor Panen... 38

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Curah Hujan... 56 2. Temperatur Udara...57 3. Struktur Organisasi...58 4. Peta Letak Kebun... .59 5. Taksasi Produksi Divisi 1 Dengan Jumlah Contoh 0,017%...60 6. Taksasi Produksi Divisi 3 Dengan Jumlah Contoh 0,017%...60 7. Taksasi Produksi Divisi 4 Dengan Jumlah Contoh 0,017%...60 8. Beberapa Metode Penarikan Contoh Dengan Variabel

Tinggi Tanaman (ha)...61 9. Berbagai Proporsi Contoh Taksasi Produksi Dengan

Kriteria Tinggi Tanaman...61 10. Berbagai Proporsi Contoh Hidup-Mati Dengan Kriteria

Tinggi Tanaman... 62 11. Pengujian Contoh Sebesar 1,6% Dengan Taksasi

(23)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Sagu merupakan bahan makanan yang telah lama dikenal di Indonesia. Haryanto dan Pengloli (1992) menyatakan bahwa penduduk Maluku, terutama di desa-desa telah lama mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok. Selain daerah Maluku, Irian Jaya, Sulawesi, Kepulauan Mentawai di Sumatra Barat juga meng-gunakan sagu sebagai makanan pokok.

Sagu (Metroxylon spp.) di Indonesia tumbuh dalam bentuk hamparan hutan yang kurang terpelihara sebagaimana mestinya. Sagu dapat tumbuh di daerah rawa atau tanah marginal yang tanaman penghasil karbohidrat lainnya sukar untuk tumbuh wajar. Tanaman sagu pertumbuhannya akan bagus jika kadang-kadang tergenang air. Sagu pertumbuhannya akan kurang bagus apabila selalu tergenang air.

Indonesia memiliki areal pertanaman atau hutan sagu terluas di dunia dan memiliki diversitas genetik yang terkaya. Namun demikian perhatian terhadap tanaman sagu masih sangat kurang hal ini ditandai dengan luas tanaman atau hutan sagu belum diketahui secara pasti. Namun, menurut Manan dan Supangkat

dalamBintoro (2008) luasan lahan sagu di Indonesia adalah 4 183 300 hektar. Tanaman sagu mempunyai banyak manfaat dari daun sampai batangnya. Daun dapat dijadikan atap rumah tradisional, tulang daunnya dapat dijadikan dinding, lidinya dapat digunakan sebagai sapu, dan kulit batangnya dapat dijadikan lantai. Empulur sagu setelah diparut dapat dijadikan pakan ternak.

Apabila setelah diparut, kemudian parutan tersebut diolah lebih jauh, maka limbahnya yang berupa serat dapat dijadikan pakan ternak, media tumbuh jamur atau untuk media berbagai tanaman pertanian. Limbah cairnya dapat dijadikan sebagai pupuk. Pati sagu dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, misalnya bahan bakar “bio fuel” (etanol), bahan baku penyedap masakan (mono-sodium glutamat) gula cair, bahan baku plastik ramah lingkungan yang dapat terurai dalam tanah dan pakan ternak.

(24)

tersebut sangat diperlukan oleh suatu perusahaan untuk memperkiraan hasil dalam waktu singkat. Hasil taksasi produksi diharapkan mendekati keadaan

sesungguh-nya (populasi).

Taksasi produksi berguna untuk memperkirakan jumlah tanaman yang dapat dipanen. Taksasi yang dilakukan untuk mengetahui jumlah tanaman setiap fase pertumbuhan. Menurut Henanto (1996) di Propinsi Bengkulu rata-rata pohon sagu yang dapat ditebang per hektar hanya 11 batang.

Taksasi produksi dilakukan di empat divisi. Divisi-divisi tersebut mempu-nyai jarak tanam 8 m x 8 m. Jarak tanam menentukan jumlah pati yang akan didapat. Menurut Bintoro (1999) apabila, jarak antara tanaman yang terlalu dekat maka pohon sagu yang dapat dipungut hasilnya hanya sedikit sekali. Di kawasan yang tumbuh sagunya tidak dominan seperti di kawasan Kalimantan Selatan, rata-rata pohon sagu yang dapat dipanen sekitar, lima pohon/hektar/tahun, padahal di serawak pohon sagu yang dapat dipanen sekitar 150-250 pohon/hektar/tahun dan produksi patinya sekitar 150-250 kg/ pohon.

Taksasi produksi mempunyai dua masalah utama. Masalah tersebut adalah ketepatan jumlah contoh dan metode yang digunakan. Metode dan jumlah contoh yang digunakan tepat apabila, hasil taksasi produksi mendekati sesungguhnya.

Tujuan

Pelaksanaan kegiatan magang bertujuan:

1. meningkatkan relevansi dan keterkaitan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja

2. memberikan pengalaman kerja praktis tentang aspek produksi dan penge-lolaan secara sebenarnya

3. mengetahui cara teknis yang tepat dalam melakukan taksasi produksi sagu. 4. mempelajari teknis budidaya tanaman sagu (Metroxylon spp.) dari

penyia-pan lahan sampai dengan pemeliharaan tanaman

5. mencari jumlah contoh yang dapat digunakan untuk taksasi produksi dan sensus hidup-mati

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Sagu

Tanaman sagu (Metroxylon spp.) merupakan tanaman monokotil. Secara taksonomi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ordo : Spadiciflora Famili : Palmae Genus : Metroxylon Spesies : Metroxylonspp.

Bagian yang terpenting dari tanaman sagu adalah batang. Batang meru-pakan tempat untuk menyimpan cadangan makanan berupa karbohidrat. Batang sagu berbentuk silinder dengan kulit luar yang keras dan bagian dalam berupa em-pulur yang mengandung serat-serat dan pati. Sagu memiliki daun sirip, menye-rupai daun kelapa yang tumbuh pada tangkai daun. Bunga sagu majemuk yang ke-luar dari ujung batang sagu, berwarna merah kecoklat-coklatan seperti karat.

Batang sagu terdiri atas lapisan kulit bagian luar yang keras dan bagian da-lam berupa empulur yang mengandung serat-serat dan pati. Tebal kulit luar yang keras sekitar 3 – 5 cm dan bagian tersebut di daerah Maluku sering digunakan sebagai bahan bangunan. Pohon sagu yang masih muda mempunyai kulit yang lebih tipis dibandingkan sagu dewasa (Haryanto dan Pangloli, 1992).

Lapisan kulit paling luar berupa lapisan sisa-sisa pelepah daun sagu yang terlepas, sehingga yang terlihat hanya lapisan kulit tipis pembungkus kulit dalam yang keras. Pada tanaman sagu yang masih muda, kulit dalam tersebut tipis dan

tidak begitu keras. Serat dan empulur pada sagu muda masih muda dan banyak mengandung air, sedangkan pada sagu dewasa sampai umur panen empulur dan serat sudah mulai kering dan keras.

Daun sagu muda pada umumnya berwarna hijau muda yang berangsur-angsur berubah menjadi hijau tua, kemudian berubah lagi menjadi coklat keme-rah-merahan apabila sudah tua. Tangkai daun yang sudah tua akan lepas dari batang dan meninggalkan bekas.

(26)

maka jika tumbuh secara soliter (sendiri) jarang sekali berhasil membentuk buah. Putik pada bunga betina mengandung tiga sel induk telur, tetapi hanya satu yang

keluar membentuk kecambah. Dua induk telur lainnya bersifat rudimenter (Haryanto dan Pangloli, 1992).

Syarat tumbuh

Lingkungan yang baik untuk pertumbuhan sagu adalah daerah yang berlumpur, akar napas tidak terendam, kaya mineral, kaya bahan organik, air tanah berwarna coklat dan bereaksi agak masam. Habitat tersebut cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman sagu. Pada tanah-tanah yang tidak cukup mengandung mikroorganisme, pertum-buhan tanaman sagu akan kurang baik. Selain itu, pertumpertum-buhan tanaman sagu juga dipengaruhi oleh adanya unsur hara yang disuplai dari air tawar terutama potasium, fosfat, kalium dan magnesium. Akar napas sagu yang terendam terus menerus akan menghambat pertumbuhan tanaman sagu, sehingga pembentukan pati dalam batang juga terhambat (Haryanto dan Pangloli, 1992).

Sagu tumbuh di daerah-daerah rawa yang berair tawar, rawa yang bergam-but, sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air dan hutan-hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi (Haryanto dan Pangloli, 1992).

Kisaran keadaan hidrologi tempat tumbuh sagu sangat lebar yaitu sagu dapat hidup pada lahan yang tergenang sampai yang tidak tergenang asal kelem-baban tanah cukup tinggi, daya memegang air tinggi (karena banyak mengan-dung bahan organik), maupun oleh karena air tanah yang dangkal. Pada genangan

tetap, pertumbuhan sagu pada fase semai masih baik, tetapi pada fase pemben-tukan batang (tihang dan pohon) laju pertumbuhannya sangat lambat. Akibatnya produksi pati per pohon rendah dan jumlah pohon masak tebang per hektar sedikit. Pertumbuhan dan produksi tampak cukup baik pada lahan dengan penggenangan berkala atau yang tidak tergenang (Bintoro, 1999)

(27)

5

sekitar 6 m. Tegakan sagu secara alamiah ditemukan sampai 300 m dpl (Bintoro, 2008).

Sagu dapat tumbuh dengan baik dari daerah Filipina bagian Selatan (utara Negara Indonesia) sampai pulau Rote ( Negara Indonesia bagian selatan) atau dari 10o LU – 10o LS dan dari Kepulauan Pasifik (barat Negara Indonesia) sampai ke India bagian Timur (timur Negara Indonesia). Di kawasan tersebut hutan Sagu ditemukan pada lahan-lahan dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl, di sepanjang tepi sungai, di tepi danau ataupun di rawa-rawa dangkal (Bintoro, 2008).

Taksasi produksi

Taksasi produksi sagu adalah kegiatan memperkirakan jumlah tanaman sagu yang dapat dipanen. Taksasi produksi dilakukan untuk memprediksi panen setiap tahun.

Ciri-ciri tanaman sagu siap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada daun, duri, pucuk dan batang. Umumnya tanaman sagu siap panen menjelang pembentukan primordia bunga atau kuncup bunga tapi belum mekar. Pada saat tersebut daun-daun terakhir yang keluar mempunyai jarak yang berbeda dengan daun sebelumnya dan daun terakhir juga agak berbeda, yaitu lebih tegak dan ukurannya kecil. Perubahan lain adalah pucuk menjadi agak menggelembung. Di samping itu duri semakin berkurang dan pelepah daun menjadi lebih bersih dan licin dibandingkan dengan pohon yang lebih muda (Haryanto dan Pangloli, 1992).

Pietries dalam Haryanto dan Pangloli (1992) menyatakan bahwa masya-rakat Maluku mengenal empat tingkat kematangan sagu, yaitu tingkat wela atau putus duri, tingkat maputih, tingkat maputih masa, dan tingkat siri buah.

(28)

pada fase tersebut (di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu disebut fase buang duri).

Tingkat daun pendek (maputih) adalah tingkat kematangan sagu yang ditandai dengan menguningnya pelepah daun. Duri yang terdapat pada pelepah daun hampir seluruhnya lenyap, kecuali pada bagian pangkal pelepah masih tertinggal sedikit. Daun muda yang baru terbentuk ukurannya semakin pendek dan kecil. Pada tingkat tersebut sagu jenis M. rumphii MART sudah siap dipanen, karena kandungan patinya sangat tinggi. Bila pemanenan dilakukan setelah fase tersebut, kandungan patinya akan menurun dan rasanya tidak enak lagi (di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu disebut fase mutih).

Tingkat jantung (maputih masa) yaitu fase kematangan tanaman sagu yang semua pelepah daun telah menguning dan kuncup bunga mulai muncul. Pada fase tersebut kandungan pati telah padat mulai dari pangkal sampai ujung batang, sehingga seluruh batang dapat diolah, tetapi patinya kurang enak terutama untuk jenis sagu M. rumphiiMART. Pada jenis sagu “ihur” (M. syvester MART) fase tersebut merupakan waktu yang tepat untuk pemanenan (di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu disebut fase nyorong).

Tingkat sirih buah (siri buah) merupakan tingkat kematangan terakhir. Kuncup bunga sagu telah mekar dan bercabang menyerupai tanduk rusa dan buah-nya mulai terbentuk. Fase tersebut adalah saat yang paling tepat untuk memanen sagu jenis M. longispinumMART. Jenis sagu lainnya pada tingkat tersebut sudah menurun kandungan patinya, karena dipergunakan untuk pembungaan dan pembentukan buah (di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni

Sagu disebut fase berbunga).

Tiap jenis tanaman sagu mempunyai fase kematangan optimum yang berbeda. Umumnya sagu dipanen saat mulai muncul bunga, kalau sudah muncul bunga bahkan muncul buah maka kandungan pati dalam batang sagu sudah menurun.

(29)

me-7

ningkat secara linier sampai terjadi pembentukan bunga. Tanaman sagu yang mu-lai membentuk buah, kandungan pati dalam batang sagu menurun, karena

seba-gian digunakan untuk pembentukan buah, dan proses fotosintesis sudah berkurang karena daun-daun sagu yang terbentuk sebelumnya sudah berukuran lebih kecil.

Budidaya

Anakan sagu yang akan digunakan sebagai bibit hendaknya diambil dari induk sagu yang produksi patinya tinggi. Bibit yang masih segar mempunyai pelepah daun yang masih hijau, sedangkan bibit sudah cukup tua dicirikan dengan bonggol (banir) yang sudah keras. Bibit yang bagus dicirikan oleh pelepah pucuk daun yang masih hidup, perakaran cukup, panjang pelepah minimal 30 cm, tidak terserang hama penyakit, dan bonggol berbentuk L.

Persemaian dilakukan supaya saat penanaman kemungkinan kematiannya kecil. Sebelum dilakukan persemaian, daun tua dipangkas lebih dahulu dengan ketinggian 30 - 50 cm dari bonggol agar evaporasi dapat ditekan dan untuk mempercepat pemunculan calon tunas pertama yang selanjutnya menjadi daun. Bibit sagu kemudian dicelupkan dalam larutan fungisida misalnya M-45 dengan dosis 2 g/l air. Bibit direndam selama 1 – 2 menit, setelah itu dikeringanginkan selama 10 – 15 menit agar fungisida tersebut meresap.

Tanaman sagu menghasilkan pati optimum, apabila fotosintesis berjalan dengan baik. Menurut Haska et al.(2007) fotosintesis merupakan proses biologis yang mengubah energi matahari menjadi produk biomassa. Dalam rangka peman-faatan sagu yang lebih efisien, pengetahuan yang tepat dan akurat tentang

eko-fisioligis dari tanaman sagu sangat diperlukan, terutama pengetahuan tentang ka-rakter fotosintesis yang berhubungan erat dengan produksi pati.

(30)
(31)

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Pelaksanaan magang mahasiswa Program Sarjana (S1) pada Departemen Agronomi dan Hortikultura berlangsung selama empat bulan mulai bulan Februari sampai Juni. Magang dan penelitian dilaksanakan di P.T. National Timber and Fo-rest Product Unit HTI Murni Sagu, Kabupaten Meranti, Propinsi Riau.

Metode Magang

Metode yang dilakukan adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan turut kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan, wawancara, dan diskusi. Metode tidak langsung dengan melakukan pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun.

Teknik budidaya yang dilakukan di kebun meliputi pembibitan, pembuatan gawangan hidup, pembersihan keliling sagu (piringan), penjarangan anakan (pruning),

sensus, mengawasi penyemprotan, mengawasi ekskavator, mengawasi pembuatan

gawangan setapak (pasar tikus) dan pengawasan panen. Data yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan tersebut berupa prestasi kerja harian kontrak, prestasi buruh harian lepas, prestasi kerja mahasiswa, hambatan dan pendukung teknis budidaya, data tersebut kemudian dibandingkan dengan data kebun.

Aspek pengamatan yang dilakukan meliputi faktor menejerial, tenaga kerja, sarana dan prasarana, pelaksanaan teknik budidaya yang dilakukan dan prestasi kerja. Data yang didapat dilengkapi dengan wawancara. Wawancara

dila-kukan dengan karyawan, pekerja kontrak, maupun buruh harian lepas. Wawancara dilakukan saat jam kerja maupun di luar jam kerja.

Aspek-aspek pengamatan yang dilakukan masih diperlukan pengamatan lebih lanjut. Salah satu pengamatan yang perlu dilakukan adalah taksasi produksi. Taksasi produksi terdiri atas jumlah dan teknik pengambilan contoh. Cara dan jumlah contoh yang benar akan menghasilkan data yang mendekati populasi.

(32)

1. Taksasi produksi

a. Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar 0,017%

Penarikan contoh secara diagonal dilakukan dengan dua metode. Kedua metode tersebut adalah susuan petak contoh membentuk diagonal yang membentang dari barat laut ke tenggara (Gambar 1.a) dan dari timur laut ke barat daya (Gambar 1.b). Rumpun contoh diambil ketiga dari tepi blok.

(a) (b)

Keterangan : = petak contoh

= blok tanaman contoh

Gambar 1. Bentuk Penarikan Contoh Diagonal (a) Barat Laut Ke Tenggara Dan (b) Timur Laut Ke Barat Daya

Pengambilan contoh yang digunakan untuk menduga empat divisi dapat dilihat pada Gambar 2. Populasi yang diduga sebanyak empat divisi. Satu divisi seluas 1 000 ha. Satu blok tanaman sagu seluas 50 ha. Setiap divisi memiliki 20 blok. Jarak tanam yang digunakan 8 m x 8 m. Jumlah contoh yang digunakan sebanyak 0,017 % (27 rumpun). Penarikan contoh yang dilakukan sebagai berikut:

i. pemilihan satu blok setiap divisi

ii. blok terpilih dilakukan penarikan contoh 27 rumpun iii. rumpun contoh dibagi dalam tiga petak kecil (Gambar 1) iv. petak contoh membentuk diagonal

(33)

11

v. petak contoh terdiri atas sembilan rumpun contoh yang membentuk persegi.

Gambar 2. Teknik Penarikan Contoh Pendugaan Empat Divisi

Rumpun contoh diukur tinggi batang, lingkar batang, jumlah tanaman hidup dan tingkat kematangan tanaman sagu. Setiap rumpun sagu terdiri atas dua pohon (anakan dan induk) atau lebih yang mempunyai tinggi berbeda. Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam tingkat pertumbuhan tanaman sagu.

b. Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh sebesar 1,2%

Penarikan contoh secara diagonal dengan contoh 1,2% dilakukan dengan dua metode. Kedua metode tersebut adalah susuan petak contoh membentuk diagonal yang membentang dari barat laut ke tenggara (Gam-bar 1.a) dan dari timur laut ke (Gam-barat daya (Gam(Gam-bar 1.b). Rumpun contoh diambil mulai ketiga dari tepi blok.

Pengujian penarikan contoh secara diagonal dengan contoh 1,2% menggunakan populasi satu blok seluas 50 ha. Contoh diambil sebanyak 96 rumpun (1,2%). Penarikan contoh yang dilakukan adalah sebagai berikut (Gambar 3):

i. populasi yang digunakan satu blok tanaman

ii. contoh terletak dalam petak contoh iii. petak contoh membentuk diagonal

iv. dalam petak contoh terdapat 32 rumpun Kebun PT National Timber

(34)

v. petak contoh berbentuk persegi panjang dengan delapan rumpun posisi utara-selatan dan empat rumpun posisi

timur-barat

Gambar 3. Teknik Penarikan Contoh Diagonal Populasi Satu Blok

Rumpun contoh diukur tinggi batang, lingkar batang, jumlah tanaman hidup dan tingkat kematangan fisiologis. Setiap rumpun sagu terdiri atas dua pohon (anakan dan induk) atau lebih yang mempunyai tinggi berbeda. Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam tinggi tanaman.

c. Penarikan contoh acak dalam baris dengan contoh sebesar 1,2%

Penarikan contoh acak dalam baris menggunakan populasi satu blok tanaman (Gambar 4.a). Contoh yang digunakan sebanyak 1,2% (96 rumpun). Penarikan contoh dibagi dalam enam baris yang dipilih secara

acak, setiap baris terdiri atas 16 rumpun. Berikut ini adalah penarikan contoh yang dilakukan (Gambar 4.b):

i. populasi yang digunakan satu blok tanaman ii. pemilihan enam baris tanaman secara acak

iii. pemilihan 16 rumpun secara acak dari baris terpilih

Rumpun contoh diukur tinggi batang, lingkar batang, jumlah tanaman hidup dan tingkat kematangan fisiologis. Setiap rumpun sagu terdiri atas dua pohon (anakan dan induk) atau lebih yang mempunyai tinggi berbeda. Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam tinggi tanaman.

Blok tanaman 3 petak contoh

Tiap petak contoh terdiri atas 32 rumpun

(35)

13

(a)

Keterangan : = blok tanaman = baris tanaman

(b)

Gambar 4. (a) Penentuan Enam Baris Tanaman Secara Acak (b) Pengambilan Contoh Dalam Blok

d. Penarikan contoh enam petak dengan contoh sebesar 1,2%

Penarikan contoh enam petak menggunakan populasi satu blok tanaman. Contoh rumpun diambil sebanyak 1,2% (96 rumpun). Petak contoh berjumlah enam (Gambar 5.a). Petak contoh terdiri atas 16 rumpun berbentuk persegi. Tanaman pinggir ikut digunakan sebagai contoh.

Pengujian penarikan contoh enam petak dengan contoh sebesar 1,2% menggunakan populasi satu blok seluas 50 ha. Penarikan contoh yang dilakukan adalah sebagai berikut (Gambar 5.b):

i. populasi yang digunakan satu blok tanaman ii. pemilihan enam petak contoh

iii. petak contoh terpilih diambil 16 rumpun

iv. susunan rumpun dalam petak contoh berbentuk persegi (em-pat rumpun arah timur-barat dan em(em-pat rumpun arah utara-selatan)

U

Blok tanaman Enam baris contoh dipilih secara acak

(36)

(a)

Keterangan : = petak contoh

= blok tanaman contoh

(b)

Gambar 5. (a) Penentuan Enam Petak Contoh (b) Teknik Pengambilan Contoh Dalam Blok

Rumpun contoh diukur tinggi batang, lingkar batang, jumlah tanaman hidup dan tingkat kematangan fisiologis. Setiap rumpun sagu terdiri atas dua pohon (anakan dan induk) atau lebih yang mempunyai

tinggi berbeda. Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam tinggi tanaman.

U

Blok tanaman 6 petak contoh

(37)

15

e. Acak dalam baris dalam blok dengan berbagai proporsi contoh

Pengujian proporsi contoh menggunakan populasi sebanyak 62

baris. Tingkat proporsi ditentukan oleh jumlah baris (Gambar 5). Tingkat proporsi yang digunakan adalah 1,6% (1 baris); 3,2% (2 baris); 4,8% (3 baris); 9,7% (6 baris) dan 14,5% (9 baris). Berbagai tingkat proporsi tersebut dibandingkan dengan populasi menggunakan uji t pada taraf 5%.

Keterangan : = blok tanaman

= baris tanaman

Gambar 6. Penarikan Contoh Pengacakan Baris

f. Pengujian contoh sebesar 1,6% dengan yang dilakukan perusahaan

Penggujian dilakukan dengan membandingkan antara contoh sebesar 1,6% dengan contoh 10% yang dilakukan perkebunan. Contoh 1,6% didapatkan dari populasi 62 baris yang dipilih dengan metode pengacakan baris (Gambar 6). Perkebunan melakukan penarikan contoh menggunakan pengacakan sistematis. Satu blok terdiri atas 120 baris. Pengacakan sistematis yang dilakukan perkebunan dengan mengamati baris nomor 10, 20, 30,..., 110 dan 120 per blok. Baris paling barat blok dianggap sebagai baris pertama. Pengambilan contoh 10% dilakukan di satu blok (Gambar 7.a), satu divisi (Gambar 7.b) dan empat divisi tanaman

(38)

(Gambar 7.c). Pengujian dilakukan pada tingkatan satu blok, satu divisi dan empat divisi tanaman. Pengujian menggunakan uji t dengan taraf 5%.

(a)

(b)

(c)

Gambar 7. Pengambilan Contoh Sebesar 10% Dilakukan di (a) Satu Blok Tanaman (b) Satu Divisi dan (c) Empat Divisi.

(39)

17

2. Hidup-Mati Tanaman

Pengujian hidup-mati tanaman dilakukan dengan metode pengacakan

baris (Gambar 6). Populasi terdiri atas 62 baris tanaman sagu. Pengacakan baris dilakukan pada berbagai tingkat proporsi. Tingkat proporsi ditentukan oleh jumlah baris. Proporsi yang digunakan adalah 1,6% (1 baris); 4,8% (3 baris); 9,7% (6 baris); 14,5% (9 baris); 25,8% (16 baris); 40,3% (25 baris); 50% (31 baris) dan 64,5% (40 baris). Berbagai tingkat proporsi tersebut dibandingkan dengan populasi menggunakan uji t pada taraf 5%.

Faktor Pengamatan

Proses pengambilan data dilakukan pengamatan. Peubah yang diamati adalah sebagai berikut :

1. Jumlah tanaman yang hidup-mati dalam tiap blok 2. Tinggi batang

Pengukuran tinggi batang dilakukan dengan megukur tinggi dari pangkal batang sampai pelepah daun paling tua, tapi yang belum kering. Pengukuran de-ngan menggunakan meteran pengukur tinggi yang sudah mempunyai skala. Pe-ngelompokkan tinggi tanaman adalah 0 – 2 m; 2 – 4 m; 4 – 6 m; 4,6 m dan > 6 m.

3. Diameter batang

Pengukuran diameter batang dengan cara mengukur batang yang lurus dengan membersihkan kotorannya terlebih dahulu. Pengukuran diameter batang

dilakukan pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah. Pengukuran diameter dilakukan dengan mengukur keliling menggunakan meteran. Keliling batang dikonversi ke diameter.

4. Ciri kematangan fisiologis tanaman sagu

(40)

Sejarah Kebun

P.T. National Timber didirikan tanggal 4 September 1970. Pendirian P.T. National Timber dibuat di hadapan Moehammad Ali Asjoedjir, Wakil Notaris di Pekanbaru melalui akta notaris Nomor 2 tanggal 4 September 1970. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor J.A.5/4/19 tanggal 7 Januari 1970. Akta Nomor 153 tanggal 24 Desember 1970 dibuat dihadapan Mohamad Said Tadjoedin Notaris di Jakarta. Akta tersebut berisi tentang perubahan nama perseroan menjadi PT. National Timber and Forest Product. Perubahan nama perusahaan yang terakhir berda-sarkan akta notaris Nomor 37 tanggal 15 September 2004 yang dibuat dihadapan Singgih Susilo, SH. Notaris di Jakarta.

Permohonan pembangunan HTI Murni di Teluk Kepau – Selat Panjang, Propinsi Riau, tercantum dalam Surat Direktur Utama PT. National Timber and Forest Product Nomor 48/NTI/HPH-D/IX/1993 dan Nomor 135/NT/HTI-D/XII/2004 tanggal 22 Desember 2004. Permohonan tersebut disetujui karena, hutan produksi mempunyai potensi ekonomi.

Hutan produksi sebagai sumber daya alam yang mempunyai potensi

eko-nomi, perlu dimanfaatkan secara optimal, adil dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan surat Direktur Jendral Pengusahaan Hutan Nomor 913/IV-PPH/1994 tanggal 18 April 1994 dan surat Menteri Kehutanan Nomor 1083/Menhut – IV/1995 tanggal 24 Juli 1995 kepada PT. National Timber and Forest Product telah diberikan persetujuan prinsip Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pada Hutan Tanaman Industri (HTI) dalam Hutan Tanaman (sagu) atas areal hutan produksi seluas ± 19 900 (sembilan belas ribu sembilan ratus) hektar di Propinsi Riau.

Letak Geografis dan Administratif

(41)

19

administratif, P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu me-nempati beberapa desa yaitu Desa Tanjung Sari, Desa Kayuara, Desa Sungai

Pulau, Desa Kepau Baru, Desa Tanjung Gadai, Desa Teluk Buntal dan Desa Sungai Tohor. P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu terletak di Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Daerah Tingkat II Meranti, Pro-pinsi Daerah Tingkat I Riau.

Lokasi kebun P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu berbatasan dengan P.T. UNISRAYA di sebelah utara, P.T. LUM di sebelah barat, Selat Panjang di sebelah timur, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kepau Baru, Kampung Baru, Teluk Buntal dan Tanjung Gadai.

Keadaan Tanah dan Iklim

Jenis tanah di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu adalah Organosol dan Aluvial. Tanah Organosol tergolong tanah dengan lapisan solum cukup dalam (>100 cm). Tekstur lapisan bawah halus (liat) sedangkan lapisan atas tergolong merupakan hemik (tingkat pelapukan sampai tingkat menengah). Konsistensi tanah lekat, porositas tanah sedang, reaksi tanah tergolong sangat masam dengan pH berkisar 3,1 – 4,0. Kepekatan terhadap erosi termasuk tinggi, namun mengingat topografi wilayah ini datar, maka kemung-kinan terjadinya erosi rendah. Tanah organosol memiliki luasan 19 820 ha atau 99,6 % dan tanah aluvial sebanyak 80 ha atau 0,4 % dengan luasan total 19 900 ha (NTFP, 1997)

Keadaan topografi PT. National Timber and Forest Product Unit HTI

Murni Sagu cukup datar karena kelerengannya hanya 0 – 8 % dan ketinggian tempat antara 0 – 5 m dpl (dari permukaan laut). Susunan batuan terdiri atas batuan endapan aluvium muda berumur holosen dan litologi lempung, lanau, kerikil kecil dan sisa tumbuhan di rawa gambut. Pada areal tersebut tidak terdapat deposit tambang (NTFP, 1997).

(42)

Curah hujan tertinggi pada bulan November sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli (NTFP,1997).

PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu mempunyai beberapa lokasi yang terdapat sungai. Desa yang mempunyai sungai adalah Desa Teluk Buntal, Sungai Pulau dan Mukun. Sungai tersebut adalah Sungai Suir Kiri, anak Sungai Mukun, Sungai Sungai Pulau dan Sungai Buntal. Setiap sungai mempunyai panjang yang berbeda, Sungai Suir Kiri 13,6 km, Sungai Sungai Pulau 7,5 km, Sungai Mukun 7 km, dan Sungai Buntal 3 km. Sungai yang terpanjang adalah Sungai Suir Kiri dan yang terpendek adalah Sungai Buntal.

Areal Konsesi dan Kondisi Pertanaman

PT. National Timber and Forest Product merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan. Jenis permodalan yang dimiliki oleh HTI tersebut adalah Permodalan Dalam Negeri (PMDN). Pada tanggal 31 Maret 1997 (RKT 1996 /1997), HTI - Murni Sagu PT. National Timber and Forest Product telah merealisasikan penanaman seluas 1 150 ha yaitu terdiri atas tanaman pokok sagu seluas 1 149 Ha, tanaman unggulan setempat 5 ha dan tanaman kehidupan seluas 5 ha.

Luas total kawasan hutan HTI – Murni Sagu PT. National Timber and Forest Product seluas 19 900 ha. Areal seluas 19 900 ha menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan terdiri atas Hutan Produksi Terbatas 18 100 ha dan hutan konversi seluas 1 800 ha. Berdasarkan paduserasi (fungsi hutan), kawasan hutan terdiri atas kawasan budidaya Hutan Produksi Tetap 1 555 ha, Hutan Produksi

Terbatas 18 145 ha dan Kawasan Budidaya lain 200 ha. Selain paduserasi, pemba-gian luas juga dibagi menurut penutupan vegatasi. Penutupan Vegetasi terdiri atas Bekas Tebangan 18 565 ha dan Areal Non Hutan seluas 1 335 ha.

(43)

21

pertanian seperti ini bila tidak terkendali mempunyai potensi yang besar bagi perusakan areal hutan. Penebangan liar yang biasa dikenal dengan banjir kap

dilakukan oleh aktivitas manusia sebagai mata pencaharian utama maupun sampingan. Gangguan-gangguan terhadap hutan dalam segala bentuknya akan mengganggu kesinambungan penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan kayu.

Terdapat dua jenis tanaman sagu yang ditanam di PT National Timber and Forset Product Unit HTI Murni Sagu. Dua jenis sagu tersebut adalah sagu berduri dan sagu tidak berduri. Sagu berduri dibedakan menjadi dua yaitu berduri rapat atau sering disebut tuni dan sagu yang berduri jarang atau rotan. Sagu berduri jarang memiliki keunikan yaitu durinya keras, sedangkan yang berduri rapat memiliki duri yang lebih lunak. Sagu tidak berduri sering disebut dengan molat (bremban).

Sagu berduri adalah jenis sagu yang banyak ditanam di PT National Timber and Forset Product Unit HTI Murni Sagu. Sagu berduri memiliki anakan lebih banyak, sehingga untuk perbanyakan lebih mudah dan kandungan patinya pun lebih tinggi. Penanaman sagu pertama kali menggunakan anakan yang dibeli dari warga sekitar.

PT National Timber and Foret Product Unit HTI Murni Sagu memiliki jumlah areal sagu yang sudah ditanami sebanyak 11 divisi. Setiap divisi memiliki lahan seluas 1000 ha. 1000 hektar luasan tiap divisi dibagi ke dalam kurang lebih 20 blok, jadi setiap blok memiliki luasan 50 ha. Divisi 1 sampai 11 mempunyai jarak tanam 8 m x 8 m, 10 m x 10 m dan 10 m x 15 m. Posisi 11 divisi tanaman

(44)

Pengorganisasian Kebun

P.T. National Timber and Forest Unit HTI Murni Sagu dengan pimpinan utama seorang GM (general manager). GM membawahi kepala tata usaha, koor-dinator divisi dan tim teknis (technical and suporting team). Tim teknis bertugas meninjau ulang hasil kerja pegawai kontrak. Peninjauan ulang dilakukan setelah kegiatan selesai dilakukan. Peninjauan ulang dilakukan pada kegiatan pengen-dalian gulma manual. Kepala tata usaha bertugas untuk mengontrol semua penge-luaran yang dilakukan perusahaan. Koordinator divisi mendapat perintah langsung dari GM. Perintah langsung dilakukan untuk kegiatan yang mendadak. Perintah secara langsung dilakukan melalui telepon atau bertatap muka langsung.

Tim teknis dibawah GM langsung. Tim teknis terdiri atas tiga orang. Tim tersebut bertugas untuk membantu kelangsungan pekerjaan dari GM. Tim tersebut dapat memberi masukan tentang semua kebijakan kepada GM.

Kepala tata usaha membawahi empat bagian. Ke-empat bagian tersebut adalah bagian umum, personalia, pembukuan dan gudang. Bagian umum dibagi menjadi dua tempat yaitu di camp utama tanjung bandul dan kantor Selat Panjang. Bagian gudang bertugas untuk merekap keluar masuknya barang. Gudang di

kantor utama tanjung bandul. Gudang berfungsi sebagai tempat transit barang, selain itu gudang juga berguna untuk penampungan sementara sebelum sampai ke lapangan. Bagian personalia bertugas untuk mencatat kerja karyawan. Kerja karyawan yang dicatat meliputi lembur dan jumlah kerja buruh harian lepas. Bagian pembukuan bertugas untuk merekap hasil kegiatan di perkebunan. Pembu-kuan dilakukan setiap hari.

Koordinator divisi bertugas mengawasi semua kegiatan di lapangan. Koor-dinator divisi mebawahi empat divisi, panen dan sarana prasarana. Ke-empat di-visi memiliki tanggung jawab mengelola perkebunan masing-masing seluas 1 000 ha. Setiap divisi dipimpin oleh asisten divisi. Tim panen membawahi kegiatan pa-nen dan sensus. Sarana prasarana bertugas mengontrol semua saran perkebunan.

(45)

penera-23

ngan (1984) menyatakan bahwa instruksi dan laporan yang dikirimkan dan di-terima oleh menejemen merupakan komunikasi intern yang tegak lurus. Instruksi

diberikan ke bawah, sedang laporan disampaikan keatas melalui garis hierarki yang ditentukan. Selain bersifat instruksi, komunikasi juga merupakan edukasi dan informasi. Selain komunikasi tegak lurus, komunikasi intern dilakukan men-datar atau horisontal. Hubungan tersebut dilakukan dengan lisan atau tulisan seba-gai pertukaran informasi antar bagian.

Komunikasi tegak lurus dan mendatar diselenggarakan intern dalam rang-ka hubungan antar-rang-karyawan. Di samping itu perusahaan mengadarang-kan komunirang-kasi ekstern dengan pihak ketiga. Pihak ketiga bisa berupa, anak perusahaan, instansi pemerintah, konsumen, pemegang saham dan lembaga masyarakat.

Komunikasi intern (dalam) suatu perusahaan yaitu komunikasi tegak lurus ke bawah, tegak lurus ke atas dan komunikasi mendatar (horisontal). Komunikasi intern tegak lurus ke bawah adalah suatu perintah (instruksi) dari atasan ke bawahan. Komunikasi tegak lurus ke atas adalah penyampaian laporan, masukan dan data ke atasan. Data yang disampaikan ke atasan harus tepat waktu supaya menejemen dapat mengambil keputusan tepat waktu. Komunikasi horinsontal adalah komunikasi yang dilakukan antar-bagian. Komunikasi tersebut berisi ten-tang pertukaran informasi antar-bagian.

Pelaksanaan menejerial di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu hanya komunikasi intern tegak lurus ke bawah. Suatu struktur organisasi seharusnya terdapat garis putus-putus horisontal yang menunjukkan adanya koordinasi antar-bagian. Di perusahaan tersebut juga belum terdapat

adanya garis tegak lurus ke atas yang menunjukkan adanya masukan bagi atasan. Koordinator divisi juga merangkap sebagai asisten divisi. Hal tersebut membuat garis koordinasi menjadi kacau.

Deskripsi Kerja Karyawan

Buruh Harian Lepas (BHL)

(46)

pe-ngawas sangat diperlukan. Peran pepe-ngawas adalah menegur atau mengingatkan apabila terjadi kesalahan. Warga yang ingin menjadi buruh harian lepas harus

menyerahkan kartu identitas terlebih dahulu. Buruh harian lepas dapat menjadi karyawan bulanan apabila sudah bekerja menjadi buruh harian lepas lebih dari 3 bulan secara terus menerus. Buruh bulanan dapat menjadi karyawan dengan berbagai pertimbangan dari kebun. Buruh harian lepas mendapatkan upah pada hari kamis.

Karyawan Tetap

Karyawan tetap adalah pegawai bulanan yang mendapatkan gaji satu bulan sekali. Gaji pegawai bulanan tetap walaupun dia tidak masuk kerja. Apabila, pegawai tersebut tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas maka akan dipotong masa cutinya. Karyawan bulanan memiliki fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan diberikan oleh perkebunan satu bidan yang bertempat di camp 3. Bidan memiliki klinik dan ruang inap tersendiri. Surat rujukan sakit dapat diminta ke kerani masing-masing divisi dan diketahui oleh asisten divisinya.

Karyawan tetap pada akhir tahun mendapatkan tunjangan hari raya (THR). Tunjangan hari raya nilainya sebesar satu kali gaji. Proses perekrutan karyawan tetap pertama dari karyawan harian dan kemudian mendapatkan rekomendasi dari asisten divisi.

Karyawan tetap di lapangan bertugas sebagai pengawas (mandor). Mandor bertugas di lapangan untuk mengatur dan mengawasi kinerja pekerja baik itu buruh harian lepas maupun pekerja kontrak. Mandor bertugas dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00 dengan istirahat satu jam yaitu dari pukul 12.00 sampai pukul

13.00. Mandor pada pukul 07.00 harus sudah di lapangan. Mandor dari camp (tempat tinggal karyawan) ke kebun menggunakan alat angkut air yang dinama-kan pokcai. Pokcai dikendarai oleh operator khusus dari perusahaan. Pengemudi pokcai ditugaskan untuk mengangkut karyawan, mengantar tamu dan menjemput belanja camp.

Kontrak

(47)

25

perusahaan untuk kegiatan pengendalian gulma secara manual (manual weeding) dan pembuatan gawangan setapak (lorong tikus) untuk sensus.

(48)

Persiapan Bahan Tanam

P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dalam melakukan pembibitan dengan cara mengambil anakan yang berumur kurang dari satu tahun. Bibit diperoleh dari kebun sendiri. Beberapa kriteria yang digunakan adalah bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua (dicirikan bonggol sudah keras), pelepah dan pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, bibit yang memenuhi kriteria tapi ukurannya kecil dihitung setengah dan bibit di dapat dari rumpun yang sudah dipanen atau induk yang sudah matang.

Gambar 8. Berbagai Bentuk Banir Anakan Sagu (kanan banir berbentuk L, tengah berbentuk tapal kuda, dan kiri keladi)

(49)

27

Pembibitan

Bibit yang akan disemai harus memenuhi kriteria. Bibit yang disemai harus dipotong pelepahnya dan disisakan sepanjang 30 – 40 cm dari pangkal banir. Rhizome harus ditinggalkan kurang lebih 5 cm dari dasar banir. Banir yang ditinggalkan berguna untuk tanaman hidup saat dilakukan persemaian di kanal. Kanal yang digunakan untuk persemaian adalah kanal yang airnya tenang.

Pembibitan sangat diperlukan bagi tanaman sagu. Pembibitan dilakukan di kanal, sehingga membutuhkan rakit. Pembuatan rakit oleh pemborong dengan harga satu rakit Rp. 5000,-. Pembuatan rakit dari pelepah sagu yang sudah kering. Rakit yang dibuat mempunyai panjang 2,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 0,3 m. Pelepah sagu yang berukuran 1 m berjumlah 12 pelepah dan yang berukuran 2,5 m ber-jumlah 12 pelepah (6 pelepah untuk disusun ke atas dan 6 pelepah untuk alas) (Gambar 9). Jumlah pelepah untuk alas dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Rakit dibagi dalam tiga bagian, hal ini dimaksudkan agar saat di air rakit tidak mudah goyang atau berat sebelah. Penempatan rakit di dalam air dengan menggu-nakan penahan yang disangkutkan ke tepi kanal agar amenggu-nakan sagu tidak hanyut.

Gambar 9. Proses Pembuatan Rakit

Pelaksanaan Pengendalian Gulma (Weeding)

(50)

1. Pengendalian gulma secara manual

Pengendalian gulma manual yang dilakukan adalah pembersihan

gawangan hidup dan piringan (keliling rumpun sagu). Gawangan hidup adalah jalan yang digunakan untuk pengangkutan hasil panen, pupuk mau-pun yang lain untuk keperluan dalam blok.

Pelaksanaan pengendalian gulma secara manual sistem kerjanya meggunakan rombongan. Satu rombongan terdiri atas delapan sampai 10 orang. Pembayaran ke harian kontrak dilakukan setelah menyelesaikan satu blok tanaman. Pengecekan oleh tim teknis (TS) dilakukan sebelum pembayaran. Tim teknis bertugas mengecek dan memberikan rekomendasi ke bagian pembayaran tentang berapa besar pembayaran yang akan dilaku-kan.

Pelaksanaan pembuatan gawangan hidup dengan memangkasan gulma selebar 1,5 m dan terletak simetris antara rumpun sagu. Pangkasan gulma lunak (pakis) dan pohon yang memiliki diameter lebih kecil dari 10 cm dipangkas 5 cm dari permukaan tanah. Gulma pohon yang sudah memiliki diameter batang lebih dari 10 cm bagian kulit batang dibuang sampai batas kambium. Pembuangan tersebut bertujuan untuk memutus jaringan floem. Jaringan floem yang putus akan menyebabkan akar tidak menerima hasil fotosintesis. Kurangnya pasokan karbohidrat hasil foto-sintesis ke akar menyebabkan tanaman menjadi layu. Tanaman yang sudah layu dan kering akan mudah untuk dipotong. Gulma jenis pandan dipang-kas sampai 5 cm dari permukaan tanah. Pada saat pembuatan gawangan

(51)

29

dihasilkan. Pelepah kering dibuang ke dalam gawangan mati. Pemangka-san di piringan setinggi 5 cm dari permukaan tanah.

Gambar 10. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Manual

2. Pengendalian gulma secara kimia

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan setelah pengendalian gulma secara manual selesai. Pengendalian gulma secara kimia sering di-sebut dengan penyemprotan. Penyemprotan menggunakan bahan kimia de-ngan bahan aktif metilsulfuron dan paraquat. Dosis penyemprotan adalah 60 ml paraquat dan 2,5 gram metilsulfuron yang dilarutkan dalam 16 liter air. Nozzel menggunakan warna merah kipas. Nozzel merah mempunyai lebar semprot 1,5 m.

Pelarutan ke dalam tangki penyemprotan mengandung bahan kimia

metilsulfuron. Metilsulfuron yang berbentuk granul harus dicairkan terle-bih dahulu. Metilsulfuron yang sudah cair dimasukkan ke dalam tangki ke-mudian dicampur dengan paraquat. Paraquat dan metilsulfuron yang sudah dimasukkan ke dalam tangki kemudian dicampur dengan air sampai 16 liter.

(52)

Te-kanan di dalam tangki dijaga agar sama. Perlakuan tersebut akan mem-berikan hasil yang bagus. Penyemprotan gawangan hidup memiliki lebar

1,5 m sedangkan penyemprotan piringan selebar 1 m dan berjarak 20 cm dari titik terluar rumpun sagu.

Buruh harian lepas semprot dalam waktu satu hari menghasilkan empat gawangan hidup dan piringan dalam waktu tujuh jam kerja. Prestasi kerja buruh harian lepas adalah 1,6 ha per HOK.

Kontrol Pertumbuhan (Penjarangan Anakan)

Kontrol pertumbuhan sangat diperlukan untuk menjaga kontinuitas panen. Sebelum dilakukan penjarangan anakan (prunning) sensus harus dilakukan terle-bih dahulu. Sensus sebelum dilakukan harus melakukan koordinasi dengan divisi sensus. Sensus dilakukan dengan cara membawa cat warna merah, putih dan kuning. Setiap warna cat memiliki fungsi masing-masing, cat warna putih sebagai anakan yang ditinggalkan, merah dibuang dan warna kuning digunakan untuk abut. Anakan yang menempel pada tanaman induk dibuang dengan dipotong menggunakan parang sampai dasar tangkai daun dan pemangkasan jangan sampai mengenai titik pertumbuhan. Pemangkasan anakan yang menempel pada induk akan menimbulkan luka. Luka tersebut akan mengundang hama R. ferrugineus

Oliver (kumbang sagu).

Penjarangan anakan dilakukan setelah induk berumur dua tahun. Kegiatan penjarangan anakan dilakukan setiap dua tahun sekali. Setiap penjarangan anakan disisakan satu anakan sehingga perbedaan umur antara anakan maupun dengan

(53)

31

Pengelolaan Air

Pengelolaan air sangat diperlukan untuk tanaman sagu. Faktor yang paling

penting dalam pengelolaan sagu adalah ketinggian air. Ketinggian air di kanal harus selalu dijaga antara 30 cm – 50 cm dari permukaan tanah.

PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu saat ini telah melakukan pendalaman kanal (pencucian kanal) dan pembuatan kanal baru. Pembuatan kanal baru dilakukan di batas terluar perusahaan. Jenis kanal dibagi menjadi tiga yaitu kanal utama, kanal kolektor (penghubung antara kanal utama dengan kanal cabang) dan kanal cabang. Setiap jenis kanal memiliki ukuran ber-beda kanal utama lebarnya 6 m dalamnya 4 m, kanal kolektor (collector) lebarnya 5 m dalamnya 3 m dan kanal cabang lebarnya 3 m dalamnya 3 m. Kanal memiliki fungsi masing-masing, kanal utama berfungsi sebagai alat transportasi antara divisi, kanal kolektor sebagai penghubung antara kanal cabang dengan kanal utama, dan kanal cabang berfungsi untuk pengangkutan bibit dan pupuk. Fungsi lain kanal adalah sebagai antisipasi saat terjadi kebakaran.

Penggalian kanal menggunakan ekskavator tipe EX 200 lengan pendek (short arm). Penggalian kanal dengan cara memasukkan pengeruk (bucket) ke da-lam kanal. Pemasukan pengeruk ke kanal harus secara perlahan. Setelah pengeruk masuk, pengeruk ditarik ke samping sambil membuat dasar kanal (pemadatan dasar kanal) dan pengangkatan pengeruk pun harus pelan, agar yang terangkat gambut. Pengangkatan pengeruk yang secara tergesa-gesa akan mengakitbatkan pendangkalan karena yang terangkat hanya air. Tepi kanal dibuat miring (slope) 300. Sisi kanal yang berdekatan dengan jalan dibuat miring. Hal tersebut

dilakukan pada pedalaman kanal pertama. Pendalaman kanal yang berikutnya menggunakan lengan panjang (long arm) dan membuat kanal yang miring di kedua sisi kanal.

(54)

pengawasan kerja dan memberi teguran apabila diperlukan. Pelaporan hasil kerja penggalian kanal dilakukan setiap hari dan mendapat tanda tangan dari operator

ekskavator serta mandor pengawas. Pelaporan ke kantor pusat dilakukan pada ke-esokan harinya. Prestasi kerja pencucian kanal rata-rata 200 meter per hari.

Penggalian kanal baru dilakukan di lahan yang berbatasan dengan lahan masyarakat atau dengan perusahaan lain. Penggalian kanal baru di bagian perbata-san dengan lahan PT. LUM (intag) mempunyai kemiringan 1120 dan berbentuk lurus. Pemancangan dilakukan sebelum penggalian kanal. Pemancangan menggu-nakan kayu (pancang) yang diberi cat merah di bagian ujung (Gambar 11). Pancang terletak di tengah kanal, sehingga penggalian dimulai dari tengah kanal. Pembuatan kanal baru memiliki prestasi kerja yang lebih sedikit yaitu 80 meter satu hari kerja. Hal tersebut disebabkan karena lahan yang belum padat dan susahnya medan, karena harus menembus hutan.

(a) (b)

Gambar 11. (a) Proses Pengalian Kanal Dengan Ekskavator dan (b) Pemancangan Untuk Patokan Penggalian di Areal Intag

Pengelolan air agar dapat menunjang budidaya sagu memerlukan beberapa alat bantu. Alat bantu tersebut antara lain:

1. Pengukur tinggi air kanal

(55)

33

ukur tersebut dibuat dari kayu yang berukuran 5 cm x 5 cm x 210 cm dan diberi skala. Alat ukur tersebut diberi warna dasar putih dan diberi skala

setiap 10 cm. Titik 0 (nol) terletak datar dengan permukaan tanah. Skala 30 cm dari titik 0 (nol) diberi warna hitam. Skala lebih besar dari 30 cm ke arah bawah diberi warna merah. Pemasangan alat ukur tersebut di titik strategis dan ditancapkan ke dalam kanal (Gambar 12). Titik 0 (nol) diletakkan lurus dengan tanah yang menunjukkan tinggi air sama dengan tinggi lahan atau tanah. Tinggi kanal yang baik 30 cm sampai 50 cm dari permukaan tanah. Jika alat ukur menunjukkan lebih dari 50 cm maka harus dilakukan pembendungan agar tinggi permukaan air naik. Alat ukur menunjukkan lebih dari 30 cm maka bendungan harus dibuka.

Gambar 12. Pemasangan Alat Pengukur Tinggi Air Kanal (Canal water level)

2. Pizzo meter

Pizzo meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur keting-gian di tengah blok. Pizzo meter diletakkan di tengah blok dan diberi pagar untuk menghindari gangguan binatang liar (Gambar 13). Bagian utama pizzo meter terbuat dari peralon berdiameter 7,5 cm (3 inci) dan memiliki panjang 200 cm. Peralon diberi lubang agar air masuk. Peralon ditanam di tengah blok. Pizzo meter memiliki panjang 2 m. Lubang kecil dibuat dari ujung sampai 1,5 m (panjang peralon 2 m). Bagian ujung atas diberi penyangga. Apabila, pizzo meter menunjukkan ketinggian dari permukaan

= titik 0 (nol)

(56)

tanah melebihi 50 cm maka permukaan air kanal perlu ditinggikan. Tinggi permukaan air kanal sama dengan tinggi tengah blok.

(a) (b)

Gambar 13. (a) Skema Pizzo Meter dan (b) Pemasangan Pizzo Meter di Lapangan

3. Bendungan

Bendungan (emergency gate) merupakan pintu air untuk tempat keluar masuknya air. Bendungan berfungsi untuk mengontrol tinggi

permukaan air. Tinggi permukaan air kurang dari 30 cm (diukur dari permukaan tanah) maka dilakukan pembukaan bendungan. Tinggi permukaan air melebihi 50 cm maka dilakukan pembendungan.

Bendungan memiliki dua bagian yaitu bendungan dengan pintu dan saluran pembuangan (over flow) air. Bendungan dengan pintu memiliki bagian yang dapat dibuka tutup serta permanen dan bagian yang memiliki saluran pembuangan air. Bagian yang dapat dibuka tutup terbuat dari papan berukuran 2,5 cm (1 inci), sedangkan yang permanen adalah papan berukuran 1 inci yang ditimbun dengan tanah. Bagian permanen terletak di bagian bawah. Bendungan juga digunakan untuk mengangkut tual (batang sagu) yang memiliki panjang 42 inci (1, 16 m) ke laut. Lebar bendungan adalah 1,5 m (Gambar 14).

(57)

35

berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air yang letaknya mengitari bendu-ngan utama.

Gambar 14. Bendungan Dengan Pintu Air Buka Tutup

Sensus

Sensus adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi kebun secara menyeluruh. Sensus yang dilakukan di PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu meliputi sensus hidup mati, taksasi produksi dan

sensus panen. Sensus dibagi dalam regu kecil yang setiap regu terdiri atas dua orang. Pengambilan data sensus dengan cara masuk ke gawangan hidup. Satu

gawangan hidup data diambil dua jalur yang terletak di samping kanan kiri. Sensus (pengambilan data) tanaman dimulai dari sebelah barat laut blok. Pengambilan data dilakukan oleh dua orang. Satu orang bertugas menebas untuk perintisan jalan dan yang satunya bertugas mengambil data (blok yang belum dilakukan pengendalian gulma). Karyawan yang bertugas mengambil data mem-bawa cat, lembar pengamatan (thally sheet), alat tulis dan alat ukur meteran. Cat digunakan untuk memberi tanda silang pada tanaman yang sudah memasuki masa panen, sedangkan meteran digunakan untuk mengukur diameter tanaman yang sudah memasuki masa panen. Cat yang digunakan berwarna merah.

(58)

yang telah dilakukan pengendalian gulma. Blok yang belum dilakukan pengen dalian gulma, sensus membutuhkan waktu satu jam untuk satu gawangan hidup

Sensus yang dilakukan di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu meliputi sensus taksasi produksi (tinggi tanaman), sensus panen dan sensus hidup-mati tanaman. Sensus taksasi produksi digolongkan menjadi empat ketinggian yaitu tinggi 0 – 2 m, 2 – 4 m, 4 – 6 m dan > 6 m. Tinggi 0 (nol) m adalah saat punggung gajah. Punggung gajah adalah masa saat transisi dari pelepah menuju ke masa pembentukan batang. Masa transisi pembentukan batang dicirikan dengan pecahnya pelepah bagian bawah dan akar sagu terlihat muncul atau menggantung. Tanaman yang sudah memasuki masa panen diukur lingkar batang (konversi ke diameter). Pengukuran diameter pada ketinggian 1,3 m atau sebatas dada orang dewasa (Gambar 15.b). Pengukuran diameter dengan membersihkan batang sagu dari pelepah daun kering terlebih dahulu. Tanaman yang memasuki masa panen adalah tanaman yang sagu yang nyorong (mulai masuk masa generatif). Sensus hidup-mati tanaman digunakan untuk mengetahui jumlah tanaman yang diperlukan saat penyulaman.

(a)

(b)

Gambar 15. (a) Jalur Sensus Tanaman dan (b) Pengukuran Keliling Tanaman dst

Keterangan:

= jalur sensus tanaman

(59)

37

Panen

Panen adalah kegiatan yang dilakukan dengan menebang tanaman yang

sudah memasuki kriteria pemanenan. Kriteria tanaman untuk dipanen adalah tanaman sagu yang sudah nyorong. Nyorong adalah fase pertumbuhan tanaman sagu yang pelepah batangnya mengecil sampai menuju ke pembungaan. Pemane-nan dilakukan setelah dilakukan sensus. Tanaman yang sudah masuk masa panen diberi tanda silang berwarna merah.

Panen dilakukan oleh pemborong. Pemborong sebelum melakukan pe-manenan harus menandatangani surat perjanjian kerja (SPK) yang diajukan oleh perusahaan. Surat perjanjian kerja yang sudah disetujui menjadi pedoman dalam melakukan pengawasan. Pengawasan dilakukan langsung oleh mandor panen yang bertanggung jawab kepada asisten panen.

Pelaksanaan panen dilakukan pada tanaman yang sudah diberi tanda silang berwarna merah. Bagian batang yang akan ditebang dibersihkan dari duri. Pan-jangnya pembersihan kurang lebih 1 m dari permukaan tanah. Pemotongan pang-kal batang sagu (penebangan) menggunakan kampak. Penebangan harus hati-hati agar tidak mengenai tanaman sagu yang lain. Penebangan juga harus menghitung arah angin. Penebangan dilakukan maksimal setinggi 10 cm dari permukaan tanah. Penebangan serendah mungkin, karena pangkal tanaman sagu mengandung pati paling banyak. Tanaman yang sudah roboh dibersihkan dari duri. Tanaman sagu yang roboh dan sudah bersih dari duri diukur panjangnya. Pengukuran panjang batang sagu sekaligus pemberian tanda setiap 42 inchi (105 cm). Tanda tersebut adalah letak pemotongan batang sagu (Gambar 16.b).

Gambar

Gambar 1. Bentuk Penarikan Contoh Diagonal (a) Barat Laut Ke Tenggara Dan
Gambar 2. Teknik Penarikan Contoh Pendugaan Empat Divisi
Gambar 3. Teknik Penarikan Contoh Diagonal Populasi Satu Blok
Gambar 4. (a) Penentuan Enam Baris Tanaman Secara Acak (b) Pengambilan Contoh Dalam Blok
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus lakukan secara teratur dan terturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari

Karakter yang terbentuk saat kegiatan upacara yaitu cinta tanah air, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, tertib, membentuk diri yang.. bisa memimpin dan

Ekstrak metanol dari daun segar cocor bebek (Kalanchoe daigremontaiana) dipekatkan dan dipartisi antara diklorometan dan air. Ekstrak diklorometan menunjukkan

Sedangkan koefisien regresi (B) sebesar 0,409 menunjukan arah positif yang lebih besar dari 0 dan nilai segnifikan t sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 maka dapat

Setelah membaca teks melalui WA group dapat menemukan kosakata yang berkaitan dengan lingkungan tidak sehat berdasarkan teks yang dibacakan secara tepat.. Setelah membaca

Another application area where grid representations are currently studied is (indoor) navigation, where routes are computed along which persons, robots, or drones are moving

Setelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan untuk dapat: menggunakan sumber daya bersama ( resources sharing ) dengan PC yang tersambung ke jaringan, seperti:

Bangunan peredam kebisingan merupakan bangunan penghalang pada jalur perambatan suara dengan bentuk dan bahan tertentu yang diperuntukkan sebagai alat menurunkan