DAKWAH DI KALANGAN SELEBRITIS
DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH
(Study Atas Pengajian ORBIT Lintas Profesi)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Yunawati
NIM : 105051001878
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 09 Desember 2009
DAKWAH DI KALANGAN SELEBRITIS
DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH
(Study Atas Pengajian ORBIT Lintas Profesi)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh:
Yunawati NIM : 105051001878
Pembimbing
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP: 19700903 199603 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul DAKWAH DI KALANGAN SELEBRITIS DALAM
MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH (Study Atas Pengajian
ORBIT Lintas Profesi) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Dakwah dan Ko munikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 09 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
Jakarta, 09 Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua
Drs. Study Rizal LK, MA NIP. 19640428 199303 1 002
Sekretaris
Dra. Halimah SM, M Ag. NIP. 19590413 199603 2 001
Anggota,
Penguji I
Drs. Jumroni, M.Si NIP. 19630515 199203 1 006
Penguji II
Rubiyanah, MA NIP.19730822 199803 2 001
Pembimbing,
ABSTRAK
YUNAWATI
Dakwah Di Kalangan Selebritis Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah (Study Atas Pengajian ORBIT Lintas Profesi)
Skripsi ini di buat untuk mengetahui pelaksanaan dakwah dikalangan selebritis dalam meningkatkan pengamalan ibadah di pengajian ORBIT. Pengajian ORBIT Lintas Profesi adalah komunitas lintas profesi yang didominasi oleh para pekerja seni atau yang disebut dengan selebritis.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan kegiatan dakwah di kalangan selebritis? Serta bagaimana pengaruh pengajian terhadap peningkatan ibadah pada jama’ah selebritis?
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif analitis. Adapun data-data diperoleh dengan cara observasi ketempat pengajian, dokumentasi, pengumpulan bahan dari buku, Internet, dan juga wawancara dengan pengurus internal dan lima informan yang berprofesi sebagai selebritis (presenter, pelawak, konsultan keuangan, pemain sinetron dan penyanyi).
Teori yang penulis gunakan adalah: Teori ibadah, teori dakwah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan dakwah pengajian ORBIT Lintas Profesi dalam meningkatkan pengamalan ibadah pada jama’ah Selebritis.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Puji dan Syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat serta hidayah-Nya yang luar
biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan
salam juga tak lupa penulis ucapkan kepada Junjungan seluruh alam Baginda
Rasulullah SAW, karena dengan semangatnya yang tak kunjung pudar, serta nilai-
nilai kesabaran yang terus ia sampaikan semoga menular kepada kita semua
sebagai bekal dikemudian hari.
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Disamping itu penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini, penulis banyak menerima bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis untuk menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya terutama kepada kedua orang tua tercinta Ibunda Azizah dan
Ayahanda Ghozi (Alm). Yang selalu menjadi garda terdepan dalam kasih sayang
yang tak terbatas lewat tetesan keringat serta doa restunya hingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
Selain itu penulis dengan kerendahan hati menghaturkan rasa terimakasih
1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Beserta Pembantu
Dekan dan jajarannya.
2. Drs. Wahidin Saputra, MA. selaku Ketua Jurusan Ko munikasi dan
Penyiaran Islam (KPI) dan Ibu Umi Musyarofah, MA. selaku Sekretaris
Jurusan Ko munikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Drs. Wahidin Saputra, MA. selaku pembimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah melayani penulis
dalam memenuhi literatur dari awal perkuliahan sampai akhir penulisan
skripsi ini.
5. Para Dosen KPI yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis selama
Penulis menimba ilmu di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Kepada keluarga Penulis: Terimakasih kepada Kakak-kakakku yang
tercinta: Mbak Laily, Mas Fa’I, Mas Zaki, Mas Ami, Mbak Ririn, Mas
Ma’ruf, Mas Afa, Cak Nidhom, Pak De, Bude, Pak Lek, Bu Lek,
Terimakasih atas semua bantuannya baik moril dan materiil serta do’a
yang tulus dari kalian semua, juga Adik-adikku: Adi dan Adek Putri. Tak
lupa keponakanku: Aisyah, Rahma, Syamil, Neeha, Arsyad. Senyuman
7. Prof. Dr. Din Syamsudin, MA. Selaku pembimbing dan Penasehat
Pengajian ORBIT Lintas Profesi. Telah meingizinkan penulis untuk
meneliti pengajian tersebut.
8. Bapak Mustofa yang telah memberikan bantuan baik data, maupun
sarannya.
9. Jama’ah Selebritis Pengajian ORBIT Lintas Profesi yang ikut
berpartisipasi dalam skripsi ini.
10. Teman-teman KPI 2005: Aedah, Qoqom, Fatimah, Lili, Tami, Maya, Eni,
Riska, dan semuanya yang tak bisa disebutkan satu persatu.
11. Teman-teman Penulis : Pipit, Elin, Ningsih, Eni, Icha, Iya, Nana, Teh
Indah, Santi, Welda. Terimakasih atas Motivasinya dan bantuannya selama
ini.
12. Teman-temanku Seperjuangan di IMM Ciputat: Indra, Tarseeh, Ipin, Sita,
Rizal, Toto, Amir, Hasbi, Haikal, Jajang, Nunung, Viva, Arfa, Zeky, Ewi,
Sarah, Rini, Irma, Welly, Muhib, Yasin, Arji, Aos.
13. Adik-adikku di Ikatan: Muis, Uus, Mila, Eka, Olis, Dimas, Ifa, Bagus,
Icha, Merry.
14. Teman-teman ASTRA & ASTRI IMM Cabang Ciputat.
15. Seluruh Pihak yang tidak bisa disebutkan seluruhnya yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah Swt memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuannya. Kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan karena penulis
Harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendir i
khususnya dan umumnya bagi teman-teman lainnya. Dan dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya.
Waalaikum Salam Wr. Wb.
Jakarta, 09 Desember 2009
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Tinjauan Pustaka ... 7
E. Metodologi Penelitian ... 8
F. Tekhnik Penelitian ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II: LANDASAN TEORI A. Pengertian Dakwah ... 13
B. Unsur-Unsur Dakwah ... 16
1. Subjek Dakwah (Da’i) ... 17
2. Objek Dakwah (Mad’u) ... 18
3. Materi Dakwah ... 18
4. Media ... 19
5. Metode Dakwah ... 19
a. Hikmah ... 20
b. Mauidha Hasanah ... 21
c. Mujadalah ... 22
C. Pengamalan Ibadah ... 25
D. Pengajian dan Selebritis ... 42
1. Pengajian ... 42
2. Selebritis ... 44
BAB III: GAMBARAN UMUM PENGAJIAN ORBIT LINTAS PROFESI A. Latar Belakang Berdirinya ORBIT ... 47
B. Visi dan Misi ORBIT ... 49
C. Jamaa’ah Pengajian ORBIT ... 50
D. Struktur Kepengurusan ... 50
BAB IV: ANALISIS HASIL DATA A. Pelaksanaan Dakwah Islam di Kalangan Selebritis ... 53
B. Pengaruh Pengajian ORBIT Lintas Profesi terhadap peningkatan Ibadah pada jama’ah Selebritis ... 62
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 68
B. Saran-saran ... 69
DAFATAR PUSTAKA ... 70
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang universal, yang berlaku bagi semua
ummat manusia diseluruh dunia. Islam tidak membedakan warna kulit, ras,
keturunan, dan juga pekerjaan. Apabila orang tersebut telah mengikrarkan
dirinya sebagai Islam (muslim) maka kedudukannya sederajat dengan muslim
lainnya kecuali yang membedakan adalah ketakwaannya.
Mansusia merupakan makhluk yang dibekali dengan daya-daya potensial
yang disebut dengan fitrah. Daya-daya tersebut inheren pada diri manusia sehingga ia dapat menduduki potensi sebagai al-Ahsan al-Takwim. Diantara daya tersebut adalah daya intelek, yang merupakan suatu daya yang berpotensi
untuk mengenal dan mentauhidkan Allah SWT.
Semua daya itu adalah anugrah yang dipersiapkan untuk kepentingan
pengaturan hubungan dengan Tuhannya. Dengan anugrah yang berupa naluri,
perangkat inderawi, kemampuan akal, fitrah agama yang jika dikembangkan
melalui bimbingan dan pembinaan yang dikelola dengan baik akan mampu
mengantarkan manusia mencapai sukses dalam kehidupannya sebagai
makhluk yang taat mengabdi kepada penciptanya.
Sebagaimana Firman Allah SWT:
ÇÎÏÈ
b
È
r߉7ç
è÷
‹u
9Ï žw)
Î }§RM}$#ur
n=yz
$tBru
£
`
gÅ
:ø
$#
M
à
)ø
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya
untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh ummat manusia.
Secara umum tujuan dakwah Islam adalah mengajak ummat manusia kepada
jalan yang benar dan diridho i Allah SWT, agar dapat hidup bahagia dan
sejahtera dunia dan akhirat.1
Ibadah itu sebenarnya adalah ruhnya agama. Disamping itu, ibadah juga
merupakan pilar agama yang kedua setelah aqidah. Kita bisa menyaksikan
bagaimana Rasulullah memberikan kalkulasi yang begitu matang ketika
memberikan peringatan kepada umatnya dalam masalah ini, sebab ibadah
tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan aqidah, karena penyimpangan
masalah ibadah akan sangat berpotensi membuka keburukan yang amat besar
bagi kaum muslimin. Melalui ibadah pulahlah telah banyak disusupkan unsur
bid’ah ataupun sikap ekstrem, dan tidak menutup kemungkinan penyimpangan
dalam ibadah berkonsekuensi pada penyimpangan dalam bidang aqidah.2
Menyadari perubahan sosial yang lebih maju dan berkembang dengan
cepat. Dilengkapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, maka cara atau
metode serta teknik berdakwah pun harus disesuaikan. Kemajuan peradaban
dan cara berfikir manusia modern, mendorong dakwah menjadi organisasi
yang sistematis. Berdasarkan hal tersebut, dalam berdakwah banyak sekali
metode atau cara yang digunakan, yang disesuaikan dengan keadaan
masyarakatnya.
1
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983). Hal.51
2
Isa As-Salaim Abdurrahman, Manajemen Rasulullah dalam Berdakwah, (Jakarta: Pustaka
Usaha untuk menyebarkan dan merealisasikan ajaranya ditengah-tengah
kehidupan ummat manusia merupakan usaha dakwah yang harus dilaksanakan
oleh ummat Islam terutama dimasa yang akan datang akan bertambah berat
dan kompleks, hal ini disebabkan masalah-masalah yang dihadapi semakin
urgent sehingga dakwah dapat berkembang semakin kompleks pula. 3
Karena itu tugas dakwah hendaklah dilakukan secara kolektif dan tidak
cukup secara individual karena dalam kehidupan manusia banyak sekali usaha
yang memerlukan kerjasama dan usaha bersama dengan orang lain, contohnya
berdakwah melalui pengajian. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Al-Imran ayat 104.
Ç`t
ã tböqyg÷
Ztƒur
$
Å
ùQ$$Î/ bt
rã ÷èpR
'ù
rã
ƒt
ur
Bã
$ ’n<Î) bt
ÎŽö
sƒø:#
qãô‰ƒt p×
B¨
&é Nö
Ïi
ä3YB
`3
ä
Ft
9ø
ur
ÇÊÉÍÈ
c
š
qßsÎ=øÿß
Jø9$#
ãNd
è
y7Í´¯ »s9'r&é
9ø
#$
ur
4
Ì s3YJ
ß
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”
Keberadaan pengajian ditengah-tengah masyarakat sudah tidak diragukan
lagi, hal ini bisa dilihat dari sejarah ketika para wali menyampaikan
dakwahnya.
Pengajian merupakan sebuah lembaga pendidikan non formal yang mana
waktu belajaranya berkala dan teratur, dengan pengikutnya disebut jama’ah.
mempunyai tujuan yang lebih khusus yaitu, memasyarakatkan ajaran Islam,
tempat memberi dan memperoleh ilmu serta mengadakan kontak social. Dan
memberikan pengajaran khusus keagamaan, contohnya dengan mengadakan
3
pengajian yang dilaksanakan secara berkala, seperti belajar membaca Al-
quran, fiqih dan lain sebagainya.
Pengajian sangat cocok untuk masyarakat muslim, baik masyarakat kelas
atas, bawah atau menengah. Seperti halnya selebritis yang dikategorikan
sebagai masyarakat kelas atas.
Dan didasari bahwa untuk dapat merealisasikan sebuah pengajian agar
dalam peranannya dapat meningkatkan kehidupan keberagamaan bagi
mad’unya, memang bukanlah hal mudah, semudah kita membalikkan telapak
tangan, didalamnya perlu upaya dan usaha–usaha agar cita-cita yang
diharapkan dapat terwujud. Terlebih lagi bila kita melihat fenomena
kehidupan masyarakat modern seperti halnya kehidupan para selebritis yang
terbiasa dengan hura-hura, seks bebas dan pola hidup yang semakin hari,
semakin bergeser dari nilai-nilai ajaran agama. Sedangkan disisi lain, banyak
yang menjadikan mereka figure yang layak dijadikan panutan.
Selebritis adalah orang ternama, kesohor, atau dijadikan figure. Tokoh
ternama yang dimaksud adalah artis sinetron, foto model, peragawati, cover
girl, Presenter, Tokoh politik, Pengusaha, Consultan, dan lain-lain yang kehidupannya tidak lepas dari sorotan kamera.
Kadang kita dibuat takjub dengan selebritis yang tiba-tiba berubah.
Seorang selebritis yang dulunya dikenal hura-hura, tiba-tiba berubah drastis
menjadi sangat Islami. Ada juga yang tiba-tiba mengenakan jilbab, ada yang
Pada kenyataanya, dewasa ini banyak Selebritis yang berbondong-
bondong mulai menekuni ilmu Agama dan mereka mulai bergabung dengan
majlis-majlis atau pengajian-pengajian.
Jama’ah ORBIT Lintas Profesi adalah komunitas lintas profesi yang
anggotanya tediri dari artis-seniman-budayawan, insan pres, professional,
pengusaha, cendekiawan, politisi, pegiat organisasi, tokoh masyarakat yang
bertujuan membangun dan mengembangkan kehidupan berdasarkan cita-cita
Ialam berkemajuan.
Maka keberadaan pengajian ORBIT Lintas Profesi diharapkan dapat
menjadi salah satu basis yang dapat dijadikan wahana dalam rangka
menggalang potensi di kalangan umat khususnya para Selebritis, dengan
berlandaskan konsep Islam dalam rangka memberikan pembelajaran dan
pemahaman ajaran Islam secara utuh, sehingga kehidupan keberagamaan yang
mulai carut marut dan menipis ini mulai dapat tertata kembali.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kajian
ini menjadi sebuah penelitian dengan judul “Dakwah Di Kalangan Selebritis
Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah (Study Atas Pengajian ORBIT
Lintas Profesi)”
A. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada jama’ah yang mengikuti pengajian di
Pengajian ORBIT. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami
a. Jama’ah Selebritis, yang dimaksud Selebritis disini adalah presenter,
pelawak, konsultan keuangan, pemain sinetron dan penyanyi.
b. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah Shalat, Zakat, Puasa, Haji.
2. Perumusan Masalah
Sedangkan Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian supaya berjalan
lancar serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka penulis terlebih
dahulu membuat rumusan masalahnya.
Rumusan tersebut disusun dalam kerangka pernyataan sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan kegiatan dakwah di kalangan selebritis?
b. Bagaimana pengaruh pengajian terhadap peningkatan Ibadah pada
jama’ah Selebritis?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan dakwah di pengajian ORBIT di
kalangan selebritis.
b. Untuk mengetahui pengaruh pengajian ORBIT terhadap peningkatan
Ibadah pada jama’ah selebritis.
2. Manfaat Penelitian adalah:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan kita semua tentang
pelaksanaan dakwah khususnya di kalangan selebritis. Dan umumnya bagi
para mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi
b. Manfaat Praktis.
Agar dapat dijadikan rujukan awal bagi para ilmuan dan pelaku
dakwah dalam mengemas nilai-nilai Islam menjadi menarik serta dapat
memberikan motivasi bagi para pelaku dakwah untuk terus menyebarkan
dakwah Islam.
C. Tinjauan Pustaka.
Setelah melakukan studi kepustakaan penulis menemukan satu judul
skripsi yang masih berkaitan dengan penulis, yaitu masalah selebirtis. Yaitu
skripsi Fuyani Akbar dengan NIM: 103053028742 seorang Mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2003 dengan Judul “PEMIKIRAN DAN
AKTIVITAS DAKWAH UST. JEFRI AL-BUKHORI DI KALANGAN
SELEBRITIS” dalam skripsi tersebut dikatakan bahwa penelitian tersebut
dilakukan untuk mengetahui sebuah pemikiran-pemikiran dan aktivitas
dakwah dari Ust. Jefri Al-Bukhori di kalangan remaja khususnya jama’ah
remaja selebritis yang aktif mengikuti kegiatan pengajian di I Like Monday
yang dilaksanakan di minggu ke-3 setiap bulannya bertempat di Masjid
Pondok Indah dan diteliti tahun 2007.
Walaupun obyek dakwah antara penulis dan Fuyani Akbar adalah sama
yakni sama-sama Selebritis, akan tetapi berbeda penelitiannya. Penulis
meneliti Pengajian ORBIT. Sedangkan Fuyani Akbar menulis tentang
aktivitas Dakwah dari Ust. Jefri Al-Bukhory. Dengan demikian membuktikan
bahwa skripsi ini layak dihadirkan karena skripsi ini belum pernah digunakan
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Menurut Wiradi, “Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus
dilakukan) yang disusun secara sistematis (urutan logis)4. Sedangkan
metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud sehubungan
dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yatu untuk
memahami objek.5
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif berdasarkan data-data
yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok
permasalahan yang akan dikaji. Menurut Bogdan dan Taylor, seperti dikutip
oleh Prof. Dr. 1Syamsir Salam dalam bukunya Metode Penelitian Sosial, menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.6
Metodologi penelitian yang digunakan penulis untuk menganalisa data
adalah metode Deskriptif Analitik. Maksudnya cara melaporkan data dengan
menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta
menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian
4
E. Zaenal Arifin, Penulisan Karya Ilmiah Dengan Bahasa Indonesia Yang Benar (Jakarta:
Mediatama Sarana Perkasa,1993), Cet.ke-5, h.56.
5
Anis Sudirjana, Metode Riset dan Bimbingan Menulis Skripsi (Yogyakarta: UD Rama, 1980), h.16.
6
Syamsir Salam dan Jaenal Arifin. Metodologi Penelitian Social. (UIN Jakaarta Press). 2006. h.
[image:19.612.119.512.141.522.2]disimpulkan, sehingga terlihat dengan jelas mengenai keberadaan pengajian
ORBIT Lintas Profesi sebagai wadah dalam berdakwah.
a. Objek dan Subjek Penelitian.
Objek dalam penelitian ini adalah pengajian ORBIT Lintas Profesi,
dan sebagai Subjeknya adalah selebritis yang mengikuti pengajian tersebut
atau dengan kata lain selebritis yang menjadi jama’ah aktif Pengajian
Orbit Lintas Profesi. Dalam hal ini, peneliti mengambil sampel lima
Jama’ah dari populasi 50 Jama’ah, yang mana lima Jama’ah tersebut
adalah representative dari masing-masing profesi namun masih tergolong
sebagai selebritis.
b. Waktu dan Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di tempat Pengajian ORBIT Lintas Profesi
yang bertempat di Jl. Pejaten Elok F2, Jakarta Selatan dan waktu yang
dibutuhkan adalah selama dua bulan yaitu mulai dari bulan April-Juni.
c. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data.
1). Sumber Data.
Sumber data ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang langsung diambil dari informan yang
bersangkutan. Dalam skripsi ini data primer didapat dari wawancara
dari informan yaitu lima rerspon. Sedangkan data sekunder adalah data
yang didapat dari pihak kedua, tidak secara langsung dari objek
penelitian.7 yaitu dari pengurus Pengajian ORBIT.
2). Teknik Pengumpulan Data
7
Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005),
a. Observasi
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
terhadap fenomena yang diselidiki.8 Dalam hal ini penulis
melakukan observasi langsung dengan mengikuti pengajian empat
sampai lima kali pertemuan.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara Tanya jawab sambil tatap muka antara
sipenanya dan sipenjawab atau informan dengan menggunakan alat
yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).9
Dalam hal ini penulis memperoleh data dengan cara interview
atau Tanya jawab langsung dengan pengurus internal di pengajian
ORBIT. Dalam penelitian ini penulis mewawancarai Bapak
Mustofa salah satu pengurus pengajian ORBIT.
c. Dokumentasi.
Dokumnetasi dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian, seperti laporan-laporan
atau arsip, literatur (buku-buku) yang berkaitan dengan penelitian
ini. Tekhnik ini penulis pergunakan untuk mendapatkan data
tambahan tentang penelitian yang sedang dibahas dalam skripsi ini.
Dalam hal ini penulis mendapatkan dokumentasi dari pengurus
internal Pengajian ORBIT.
8
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi offset,1992). Cet.ke-2 h.129
9
E. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini, menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis,
dan disertasi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun
2007.
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis
membaginya menjadi lima bab pembahasan dengan rincian sebagai berikut :
Bab I : PENDAHULUAN: Latar Belakang Masalah: Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, manfaat dan Tujuan
penelitian, metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika
Penelitian.
Bab II : LANDASAN TEORI : Dakwah dan Ruang Lingkupnya:
Pengertian dakwah, Metode Dakwah, Materi dan Media Dakwah,
Bentuk-Bentuk Metode Dakwah, Tujuan Dakwah, Pengamalan
Ibadah: Pengertian Ibadah, dasar dan Tujuan Ibadah, Motivasi
Ibadah, Ruang lingkup Ibadah dan Bentuk-bentuk Ibadah seperti
shalat, Zakat, Puasa dan Haji. Pengertian selebritis, dan kategori
yang termasuk selebritis.
Bab III: GAMBARAN UMUM PENGAJIAN ORBIT terdiri dari: Latar
Belakang Berdirinya ORBIT, Visi dan Misi ORBIT, Struktur
Organisasi.
BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN: Pelaksanaan dakwah di
[image:22.612.112.510.250.513.2]Pengajian ORBIT Lintas Profesi terhadap peningkatan Ibadah
pada jama’ah Selebritis.
PENUTUP : Terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.
DAFATAR PUSTAKA.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata dakwah berasal dari Bahasa Arab, yaitu: dari fi’il madhi (da’a,-yad’u) yang berarti ajakan, panggilan, seruan, menjamu. Dalam tata bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim masdar.1
Selain pengertian diatas, Dakwah secara bahasa mempunyai makna yang
bermacam-macam;
1. Memanggil dan menyeruh, seperti dalam firman Allah surat Yunus ayat
25:
ÇËÎÈ
8LìÉ)tFó¡•B
Þ
:
ºŽu
À
Å
’4
n<)Î äâ
„o
!$±
t
`Bt “ωö
k‰u
ru
ÉO»=n
#yŠ
4’<n
¡9$#
)Î
‘Í
#(
ur
qþ
ã‰
ô
tƒ
ª
!#$
“Allah menyeruh (manusia) ke Darussalam (surga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang dikendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).”
2. Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar maupun yang salah
yang positif maupun yang negatif.
3. Suatu usaha berupa perkataan ataupun perbuatan untuk menarik seseorang
kepada suatu aliran atau agama tertentu.
4. Doa (permohonan), seperti dalam firman Allah:
“…Aku mengabulkan permohonan jika ia meminta kepada-Ku…”
1
5. Meminta dan mengajak seperti ungkapan, da’a^ bi as-syai’ yang artinya meminta dihidangkan atau didatangkan makanan atau minuman.
Dakwah menurut istilah, mengandung beberapa arti yang beraneka ragam.
Banyak ahli ilmu dakwah memeberikan definisi dakwah yang berbeda-beda.
Hal ini terkait dari sudut mana mereka memberikan pandangannya tentang
dakwah. Untuk lebih jelasnya penulis akan kemukakan beberapa definisi
menurut para ahli diantaranya:
1. Menurut Abu Bakar Zakaria.
Dakwah adalah Aktivitas para ulama dan orang-orang yang memiliki
pengetahuan agama Islam dalam memberi pengajaran kepada orang banyak
(khalayak dakwah) hal-hal yang berkenaan dengan urusan-urusan agama
dan kehidupannya sesuai dengan realitas kemampuannya.2
2. Menurut M. Quraisy Shihab.
Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan/ usaha untuk
mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadai
maupun masyarakat3. Ia melihat bahwa dakwah bukanlah hanya sekedar
amar ma’ruf nahi munkar, tetapi merupakan usaha penyadaran manusia sehingga bersedia diajak kepada kehidupan yang lebih baik dan lebih
sempurna, dengan melaksanakan ajaran Islam dalam seluruh aspek
kehidupan.
2
Abu Bakar Zakariah, Ad Da’wah Ila Al-Islam
3
3. Menurut Amien Rais
Dakwah adalah setiap usaha rekonstruksi masyarakat yang masih
mengandung unsur-unsur jahili agar menjadi masyarakat yang Islami.4
4. Menurut M. Nastir.
Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat. Konsepsi Islam tentang pandangan
dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamanya dalam peri kehidupan berumah
tangga (usrah), peri kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara.5 5. Menurut H.M.S. Nasrudin Latif
Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan
yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil, manusia lainnya untuk
beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah, dan syari’ah akhlak Islamiyah. 6
Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian dakwah. Sebenarnya
masih banyak lagi pengertian- pengertian dakwah yang dikemukakan oleh
para ulama yang lain akan tetapi beberapa pengertian diatas sudah dapat
memberikan gambaran tentang pengertian dakwah itu.
Walaupun beberapa pengertian dakwah diatas berbeda redaksinya akan
tetapi setiap redaksinya memiliki tiga unsur pengertian pokok, yaitu:
4
Amien Rais, Cakrawala Islam, (Bandung: Mizan, 1996), h. 25-26
5
M.Nastir, Fungsi Da’wah Isalam dalam Rangka Perjuangan. (Jakarta: Media Dakwah, 1979), Jilid 1, h.7
6
a. Dakwah adalah proses penyampaian agama Islam dari seseorang kepada
orang lain.
b. Dakwah adalah penyampaian ajaran Islam tersebut dapat berupa amar ma’ruf (ajaran kepada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran).
c. Usaha tersebut dilakukan secara sadar dengna tujuan terbentuknya suatu
indvidu atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya seluruh
ajaran Islam.
d. Dakwah adalah interaksi dan dakwah merupakan perubahan.
Dengan demikian dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha
yang dilakukan dengan sadar dan sengaja yang berisi cara-cara dan tuntutan-
tuntutan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,
menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, untuk mengajak manusia kepada
ajaran Allah SWT menuju kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
di Akhirat.
B. UNSUR-UNSUR DAKWAH
Agama Islam dapat bertahan sampai saat ini berkat adanya kegiatan-
kegiatan dakwah. Karena dakwah merupakan suatu usaha untuk mengajarkan
dan mewariskan suatu kewajiban bagi setiap pemeluk agama, tidak hanya
menjadi kewajiban da’i. Hal ini disadari pada tugas dasar mansia yang hidup
dimuka bumi ini, yaitu:
1. Sebagai hamba Allah SWT.
3. Berdakwah di jalan Allah.
Dari tugas manusia diatas j elaslah bahwa berdak wah merupakan sebuah kewajiban. Dalam k egiatan dak wah di butuhkan adanya saling mendukung antara u nsur-unsur dakwah tersebut. dan unsur-unsur dak wah antara lain: 1. Subjek Dakwah (Da’i)
Pada dasarnya da’i (subjek dakwah) merupakan orang/sekelompok
orang yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah.7
Sedangkan menurut Siti Muri’ah, da’i dalam pengertian umum yaitu
seluruh pribadi muslim menjadi da’i dalam dakwah Islamiyah, kedua da’i
dalam pengertian khusus yakni seseorang atau kelompok orang yang
menekuni ajaran Islam kemudian menyampaikan ajaran tersebut dalam
bentuk penerangan, pendidikan, serta peningkatan-peningkatan dengan
tujuan agar orang yang menerima benar-benar dapat berbuat atau
bertingkah laku sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah.8
Seorang da’i harus memiliki bekal yang cukup dalam berdakwah dan
harus mampu membimbing untuk memahami realitas, memaksimalkan
potensi yang mereka miliki dan akhirnya memperbaiki objek dakwah
(mad’u). Dengan demikian dakwah yang disampaikan oleh da’i menjadi
luas, tidak terbatas hanya sekedar menyampaikan ayat-ayat Allah SWT
secara harfiah semata-mata, lebih dari itu bagaimana da’i bisa
menggantarkan mad’u dari yang buruk menjadi lebih baik, dengan
menggunakan segala metode yang benar dan dapat di
pertanggungjawabkan.
Selain itu dalam berdakwah seorang da’i harus memiliki akhlaqul karimah sebagaimana yang terkandung didalam al-Qur’an dan As-Sunnah,
7 Sayid, M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, (Solo: Citra Islami Press,1996),
h.13-14
8
diantranya adalah: jujur, ikhlas, arif, sabar, lembut, kasih sayang, pemaaf,
rendah hati, tepat janji, wara’ dan sebagainya. Sebagaimana diwariskan
oleh Rasulullah SAW.
2. Objek Dakwah (Mad’u)
Objek dakwah (mad’u) merupakan penerima pesan dakwah dari subjek
dakwah. Keberadaan mad’u yang sangat heterogen baik dalam ideologi,
pendidikan, status sosial, serta pekerjaan, dan sebagainya.
Dalam kegiatan dakwah unsur ini harus diperhatikan karena ini
merupakan sasaran dakwah yang melaksanakan tujuan dakwah. Oleh
sebab itu, dalam berdakwah seorang da’i harus memahami karakteristik
objek dakwah agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dan
diamalkan.
3. Materi
Apapun materi dakwah yang disampaikan pada dasarnya bersumber
dari Al-quran dan Hadist sebagian sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. Materi yang diperlukan untuk suatu kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang lainnya.
Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah sesuai dengan karakteristik
mad’u. Baik materi itu untuk pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar,
pegawai tinggi, juga apakah pendengar itu heterogen artinya berbagai
tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah sejenisnya.9 Hal yang terpenting
dalam pemberian materi (pesan dakwah) adalah tidak boleh menyimpang
dari al-Qur’an dan hadist.
9
4. Media Dakwah
Selain materi, media dakwah juga menentukan sebuah keberhasilan
dakwah. Media adalah sarana atau perantara, yang membantu juru dakwah
(da’i) dalam menyampaikan isi dakwah secara efektif dan efisien.10 Media
bisa dijadikan juga sebagai perantara. Maka sebagai perantara atau alat
bantu yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan dakwahnya kepada
mad’u itulah yang disebut sebagai media dakwah. Media dakwah saat ini
mulai berkembang tidak hanya mimbar ke mimbar tetapi telah mampu
mengikuti perkembangan zaman. Dakwah kini bisa dilakukan diberbagai
media, mulai dari media cetak sampai media elektronik seperti internet. Oleh karena itu da’I harus mampu memanfaatkan berbagai hal yang dapat
mendukung proses dakwah termasuk media-media yang saat ini mulai
digandrungi.
5. Metode Dakwah
Metode dakwah artinya cara atau jalan yang ditempuh untuk menarik
atau mengajak manusia baik dengan perkataan atau perbuatan menuju
jalan yang diridhoi Allah Swt dengan efektif dan efisien. Metode dakwah
dalam menjalankan fungsinya memiliki beberapa bentuk yang setiap
bentuknya memiliki fungsi masing-masing. Bentuk metode dakwah
bersumber pada Al-qur’an surah An-Nahl. Ayat 125:
10
ÓÉL
©9$$
Î/ Oßgø9ω»y_ur
ÏpsàÏãöqyJø9$#ur
(
ÏpuZ|¡ptø:$#
ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/
y7nÎ
/u‘ @‹Î6y
™ ’<n
) íŠ#
ÞOn=
ôãr& uqèdur
¾Ï&Î#‹Î6y™
(
`tã ¨@|
Ê `yJÎ/
ÞOn=ôãr& uqè
d y7-/u‘
¨bÎ)
4
ß`|¡ô
mr&
}‘Ïd
Artinya
ÇÊËÎÈ
tûïωtGôgßJø9$
$Î/
“serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya.
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa metode dakwah ada tiga,
yakni : Hikmah, Mauidzatil Hasanah, dan Mujadalah. a. Hikmah (dengan Hikmah)
Dalam kamus dan kitab-kitab tafsir, kata al-Hikmah diartikan al’adl (keadilan), al’hilm (kesabaran dan ketabahan), an’nubuwwah (kenabian), al’ilm (ilmu pengetahuan), Al-Qur’an, falsasah kebijakan
pemikiran atau pendapat yang baik, al-haq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada tempatnya. Kebenaran sesuatu, dan mengetahui sesuatu
yang paling utama dengan ilmu yang paling utama.
Kata hikmah disebutkan dalam Al-qur’an sebanyak 20 kali baik
dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah
“hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika
dikaitkan dengan dakwah maka menghindari dari hal-hal yang kurang
relevan dalam hal dakwah. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad
Mahmud an-Nasafi, arti hikmah, yaitu :
Sedangkan menurut tafsir dalam al-Qur’an Surat An-Nahl ayat
125, Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Jadi, dapat dipahami bahwa al-Hikmah adalah kemampuan dan
ketepatan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas
yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif oleh
sebab itu al-Hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara
kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.
b. Mauidzatil Hasanah (pelajaran yang baik)
Beberapa deskripsi pengertian Mauidzatil Hasanah menurut
beberapa ahli bahasa dan ahli tafsir. Adalah melalui pelajaran,
keterangan, petutur, peringatan, pengarahan dengan gaya bahasa yang
mengesankan atau menyentuh dan terpatri dalam nurani.11
Berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau
menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga
nasehat dan ajaran agama Islam yang disampaikan itu dapat
menyentuh hati mereka. Metode ini diarahkan terhadap mad’u yang
kapasitas intelektualnya dan pemikiran spiritulnya tergolong kelompok
awam. Maka dalam hal ini, peranan juru dakwah adalah selain sebagai
pembimbing, juga yang bisa membahagiakan mad’unya. Dalam
metode ini harus memperhatikan tiga faktor berikut ini:
i. Menggunakan tutur kata yang lembut
11
ii. Menghindari sikap sinis dan kasar
iii. Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau bersikap menghakimi
orang yang diajak bicara.12
Pengajian-pengajian umum atau ceramah-ceramah keagamaan
lain bisa dimasukan dalam kategori ini. Sikap–sikap dan perilaku
masyarakat yang tidak sesuai dengan norma dan etika agama,
dijelaskan dan diperingatkan sehingga bisa kembali ke jalan yang
benar.
c. Al- Mujadalah Bi- al-lati Hiya Ahsan (bantahlah mereka dengan cara
yang baik).
Metode dakwah ketiga yang disodorkan Al-Qur’an dalam surat
an-Nahl, adalah Mujadalah, yakni upaya dakwah melalui jalan
bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang baik, sopan, saling
menghargai dan tidak arogan.
Dari segi etimologi (Bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata
“jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambah alif pada huruf jim yang mengikuti wajan Faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan.13
Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik
12
Ibid, hal. 163
13
Ahmad Warson Al-munawwir, al-munawwir, (Jakarta: Pustaka Progressif,1997) ,Cet. Ke-14.
dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan
pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.14
Dari segi istilah (Termoinologi), terdapat beberapa pengertian al-
Mujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti
upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis,
tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan
diantara keduanya.15 Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad
Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan
pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang
kuat. 16
Dakwah model ini, lebih banyak dilakukan oleh para intelektual
atau ahli agama untuk masalah-masalah yang berat yang memerlukan
kajian-kajian ilmiah.
Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa al-
Mujadalah adalah perdebatan yang sinergis antara dua pihak dengan
memberikan argument dan bukti yang kuat. Namun dengan cara yang
baik, sopan sehingga tidak menimbulkan pertengkaran antar keduanya.
Dari penjabaran diatas, tentang metode dakwah dapat ditemukan
titik cerahnya bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang
dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk
mencapai satu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dalam
14
Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, (Lentera Hati: 2000) Cet. Ke-1, h.553
15
World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Fii Ushulil Hiwar, (Maktabah Wahbah Cairo,
Mesir), diterjemahkan oleh Abdus Ssalam M. dan Muhil Dhafir, dengan judul terjemahan “Etika
Diskusi”, (Era Inter Media, 2000), Cet. Ke-2, h.21
16
Sayyid Muhammad Thantawi, Adab al-khiwar fil Islam, Dar al-Nagdhah, Mesir, Diterjemahkan
kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi
mad’u (penerima dakwah) baik dari segi pendidikan, ekonomi, social,
serta adat agar tercapainya keberhasilan dakwah.
Jadi sebuah metode dakwah itu harus bertumpu pada suatu
pandangan human oriented dan mendapatkan penghargaan yang mulia atas diri manusuia sebagai komunikator dalam kehidupan yang lebih
baik.
6. Tujuan Dakwah
Dalam melaksanakan usaha dakwah agar sesuai dengan rancana harus
memiliki tujuan yang jelas.
Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak
langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas
dakwah akan sia-sia.17 Menurut Syekh Ali Mahfudz tujuan dakwah terdiri
dari lima perkara yaitu:
a. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah, dan meluruskan
amal perbuatan manusia, terutama budi pekerti.
b. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada yang baik.
c. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara
kaum muslimin.
d. Menolak faham atheisme, dengan menhgimbangi cara-cara mereka
bekerja.
e. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat/ kepercayaan yang
tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu ushuluddin.
17
Namun Prof. Dr. H. Moh. Ardani menyatakan bahwa tujuan dakwah
terdiri dari tujuan umum (mayor objektive) dan tujuan khusus (minor
objective).
a) Tujuan Umum.
Tujuan umum adalah mengajak umat manusia (meliputi orang
mukmin, kafir, atau musrik) kepda jalan yang benar yang diridhoi oleh
Allah agar dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai
perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar
dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat diketahui kemana
arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada
siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagaimana
terjemahan dari tujuan umum dakwah.
Dari paparan tujuan dakwah diatas, maka menurut penulis tujuan
yang ingin dicapai o leh dakwah adalah menuntun untuk memperoleh
kebahagiaan hidup baik di dunia dan di akhirat serta terhindar dari
kesulitan- kesulitan hidup.
C. Pengamalan Ibadah
1. Pengertian
Pengamalan berasal dari kata “amal” yang berarti perbuatan-perbuatan
yang baik maupun yang buruk, atau sesuatu yang dilakukan dengan tujuan
akhiran “an” menjadi pengamalan yang berarti hal, cara, hasil atau proses
kerja mengamalkan.18
Ibadah mengandung banyak arti, berdasarkan pada sudut pandang para
ahli, dalam hal ini penulis melihat pengertian dari etimologi dan terminologi.
Kata ibadah berasal dari Bahasa Arab yang artinya: menyembah atau
mengabdi.19 Menurut Bahasa, ibadah dalam arti yang lain dalam Ensiklopedi
Islam yang diterbitkan oleh Depag RI (1993,2:385) terhadap penjelasan
ibadah berarti mematuhi, tunduk dan berdo’a. Dalam Al-quran terdapat kata
“ta’budu” dalam arti taat, misalnya dalam surat Yaasin 36:60 yang berbunyi:
/3s9 ¼mR) (
z`Ȇ
s
‹±9# (#r߉ç7
֏s?
žw cr& Pt
Šy
#uä Óû
Í_6t
»ƒt Nö
‹ö
9s
3
ä
)Î ‰ô
ygã
ô
&r óO9s
*
r&
ÇÏÉÈ
ûüÎ7•B
r‰tã
Artinya “Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu".
Pengertian ibadah menurut istilah adalah kepatuhan atau tunduk kepada
Dzat yang memiiki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah
mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang dilakukan
setiap muslim dengan tujuan mencari keridhaan Allah SWT.20
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan ibadah sebagai
berikut: perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari
ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Atau
18
JS. Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), Cet Ke-1, h.40
19
M. Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), Cet Ke-8, h.525
20
dengan kata lain, segala usaha lahir batin, sesuai dengan perintah Tuhan
untuk mendapatkan kebahagian dan keselarasan hidup, baik terhadap diri
sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta.21
Macam-macam pengertian Ibadah menurut para ulama, antara lain:
a. Menurut Ulama Tauhid, Ibadah adalah: meng-Esakan Allah dan
mengagungkan Allah SWTsepenuhnya serta menghinakan diri dan
menundukkan jiwa kepada-Nya.22
b. Menurut Ulama Akhlak, Ibadah adalah: mengerjakan segala taat
badaniyah dan menyelenggarakan syariat.23
c. Menurut Ulama Tasawuf, Ibadah merupakan: pekerjaan seorang
mukallaf yang berlawanan keinginan nafsunya untuk membesarkan
Tuhannya. 24
d. Menurut Ulama Ahli Fiqh, mendefinisikan Ibadah ialah segala bentuk
ketaatan yang engkau kerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT,
dan mengharapkan pahalanya di akhirat.25
Dari seluruh pengertian ibadah diatas dapat disimpulkan bahwa ibadah
segala perbuatan yang dilaksanakan oleh hamba baik perkataan, maupun
perbuatan yang disukai Allah SWT, baik secara teran-terangan maupun
sembunyi-sembunyi, dalam rangka mengharapkan ridho dari Allah SWT.
21
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1996), h. 364
22
A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Utama, 1997) Cet. Ke-1
h.2
23
Syahminan Zaini, Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989) Cet. Ke-1h.19
24
A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Op Cit, h.3
25
2. Dasar Tujuan Ibadah.
Menurut syariat Islam, seluruh manusia haruslah beribadah atau
melaksanakan yang diperintahkan oleh Allah, dan menjauhi yang dilarang-
Nya, kalau tidak maka manusia tersebut akan tersesat dan tidak mendapatkan
hidayah dari Allah SWT. Sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Baqarah
ayat 21:
öNä
3Î=ö6s
%
B ût
`Ï
ïÏ%©!
$#ur Nö
s)=n
s
{
3
ä
“%Ï
©!$# Nã
‘u
3
ä
/-
#(
r߉6ç
ôã$# ¨
â
9#$
$Y¨
$pk‰š
'r
»¯
tƒ
ÇËÊÈ
tbqà)-Gs?
öNä3ª=yès9
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
Dr. Ir. Hidayat Nata Atmaja menegaskan bahwa:
Al-Quran seharusnya dipandang sebagai sumber dari segala keilmuan, tidak perlu kita permasalahkan lagi, dan Al-Quran merupakan petunjuk yang sebaik-baiknya untuk kehidupan umat. Jelaslah apabila manusia ingin sukses dan selamat dalam kehidupannya, maka ia harus mendasarkan segala aktivitasnya dalam segala aspek kehidupannya kepada kitab Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW.26
Dengan demikian dasar dari ibadah yaitu, Al-Quran dan Hadist Rasulullah,
yang isi didalamnya memerintahkan manusia untuk tunduk dan taat kepada
Allah SWT, karena dengan taat kepada Allah SWT, manusia akan
mendapatkan segala sesuatu yang diinginkannya, sedangkan tujuan ibadah
yaitu untuk menjadi menusia sejati. Ciri-ciri manusia sejati adalah bertaqwa
26
kepada Allah SWT. Ibadah dalam pengertian tidak terbatas pada masalah
ritual saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam hubungannya
dengan Allah maupun sesama manusia serta lingkungannya.27
3. Motivasi Ibadah
Motivasi itu sendiri merupakan istilah yang lebih umum digunakan untuk
menggantikan tema “motif- motif”, yang dalam Bahasa Inggris disebut
dengan motive yang berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak.28 Yaitu gerakan yang dilakukan manusia yang dapat
membangkitkan tenaga sehingga menimbulkan tingkah laku yang mengarah
kepada tujuan-tujuan.
Motivasi merupakan penggerak utama didalam suatu pekerjaan, oleh
karena itu besar kecilnya motivasi yang ditimbulkan terhadap pekerjaan itu.
Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh kemungkinan
besar akan mendapatkan hasil yang besar, dan begitu pula sebaliknya bila
suatu pekerjaan dilakukan dengan tidak sungguh- sungguh kemungkinan
tidak akan mendapatkan hasil yang besar.
Dengan demikian bila umat muslim ingin ibadah mereka mendapatkan
hasil yang baik disisi Allah SWT, maka umat muslim tersebut harus
memaksimalkan motivasi yang dimilikinya untuk beribadah dengan baik,
dengan mengikuti ajaran agama Islam.
Dr. Sarlito Wiraman Sarwono mengemukakan bahwa:
27
M. Qutub, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1984), h.21-22
“Apabila kita menginginkan suatu pekerjaan berhasil dengan baik, maka
kita harus menimbulkan gairah yang besar terhadap pekerjaan tersebut,
sehingga kalau bisa menjadi motivasi bagi pekerjaan yang lainnya.”29
Motivasi ibadah dalam buku “Problematika Ibadah dalam Kehidupan
Manusia” diungkapkan beberapa motivasi ibadah, yaitu karena tujuan Allah
menciptakan manusia adalah untuk beribadangh, karena manusia sudah
berjanji untuk taat dan tunduk kepada Allah SWT, karena bahagia yang
diinginkan, karena manusia yang harus kembali ke negeri asalnya (surga). 30
Dengan demikian motivasi ibadah adalah suatu gerakan atau rangsangan
yang ditimbulkan dalam diri manusia untuk taat kepada Allah. Dengan
mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki sehingga tercapainya
sebuah tujuan didalam hidupnya. Karena ibadah itu sendiri mempunyai
pengaruh yang positif dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ruang Lingkup Ibadah.
Ibadah ditinjau dari ruang lingkupnya dapat dibagi menjadi dua macam,31 antara lain:
1) Ibadah Khashah, adalah ibadah cara dan ketentuan pelaksanaannya
secara khusus ditetapkan oleh nash, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan
lain-lain.
29
Syahminan Zaini, Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989) Cet. Ke-1h.34
30
Ibid, h.80
31
A. Rahman Ritonga, M.A. dkk, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. Ke-2,
2) Ibadah Ammnah, adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat
yang baik dan semata-mata karena Allah SWT atau dikerjakan dengan
iklas, seperti makan, minum, bekerja, berbuat baik kepada orang dan
lain sebagainya.
Menurut Ibn. Taimiyah, ibadah mencakup semua cinta dan keselarasan
karena Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, lahir dan batin.
Maka yang termasuk dalam hal ini adalah shalat, zakat, puasa, benar dalam
perkataan, menjalankan amanat, amar ma’ruf nahi munkar, jihad terhadap orang munafik dan kafir, berbuat baik terhadap tetangga, anak yatim, fakir,
miskin, dan Ibn Sabil, berdoa, berdzikir, membaca al-quran, ikhlas, sabar,
syukur, rela menerima ketentuan Allah, tawakal, raji’(berharap atas rahmat),
khauf (takut terhadap adzab), dan lain sebagainya.32
Menurut pemaparan Ibn. Taimiyah diatas terlalu luas, bahkan menurut
beliau semua ajaran agama itu termasuk ibadah, jadi jika ruang lingkup
ibadah tersebut klasifikasikan semuanya dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok saja, diantaranya:
a. Kewajiban- kewajiban atau rukun-rukun syari’at seperti shalat, puasa,
zakat, haji.
b. Tambahan dari kewajiban-kewajiban diatas dalam bentuk ibadah sunnat,
seperti dzikir, membaca al-quran, doa, dan istighfar.
32
c. Semua bentuk hubungan sosial yang baik, dan memenuhi hak-hak
manusia, seperti berbakti pada kedua orang tua, menghubungkan tali
silaturrahmi, berbuat baik kepada fakir miskin, anak yatim dan lainnya.
d. Akhlak yang bersifat kemanusiaan (Akhlak Insaniyah), seperti benar
dalam berbicara, menempati janji dan menjalankan amanah.
e. Ahlak yang bersifat ketuhanan (Akhlak Rabbaniyah), seperti mencintai
Allah SWT, dan Rasul-rasul-Nya, takut kepada siksaan Allah SWT,
ikhlas dan sabar atas hukum-hukum Allah SWT.
5. Bentuk-Bentuk Ibadah.
Berdasarkan bentuk dan manfaatnya ibadah terbagi kepada:
a. Ibadah yang terdiri atas perbuatan atau ucapan lidah, seperti dzikir,
bertasbih, bertahlil, bertauhid, bershalawat, dan lain sebagainya.
b. Ibadah yang sudah jelas dan terinci perkataan dan perbuatannya.
Seperti: shalat, zakat, puasa dan haji.
c. Ibadah yang tidak ditentukan tehnik penulisannya, seperti menolong
orang lain,berjihad, membela diri, mendirikan masjid, rumah,
madrasah, dan rumah sakit.
d. Ibadah yang pelaksanaannya dalam bentuk menahan diri seperti
e. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan
seseorang dari kewajiban membayar hutang kepada kita, memaafkan
kesalahan orang lain, dan sebagainya.33
Allah SWT menciptakan manusia agar mereka beribadah kepada-Nya.
Manusia memang diperintahkan Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya,
dan ibadah tersebut harus dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai dengan al-
quran dan As-sunnah. Ibadah yang menjadi tugas utama manusia merupakan
penyerahan total yang tumbuh dari kesadarn yang dalam, akan keagungan
Tuhan yang disembah.
Ibadah mempunyai bentuk yang bermacam-macam dalam setiap agama,
disyariatkan Allah untuk mengingatkan manusia akan keagungan dan
kekuasaan-Nya, yang memang keduanya merupakan jiwa dan rahasia
ibadah. Manusia dengan ibadah yang dilakukannya akan senantiasa selalu
ingat kepada Allah dan merasa dekat dengan-Nya.
Ibadah yang benar adalah ibadah yang mempunyai pengaruh efektif
terhadap pembentukan akhlak mulia serta pendidikan jiwa manusia,
sehingga ia mampu berbuat baik kepada saudara-saudaranya yang muslim,
dan orang lain tidak terganggu oleh ucapan dan perbuatannya.34
Adapun ibadah-ibadah yang dimaksud ialah shalat, zakat, puasa, haji,
dimana ibadah tersebut merupakan bentuk ibadah yang klasik, yang dikenal
sejak zaman dulu dan ibadah berupa amar ma’ruf nahi munkar.
33
Al-Habsy & Muhammad Baqir, Fiqh Praktis Menurut Al-Qur’an As-sunnah dan Pendapat Para
Ulama, (Bandung: Mizan, 1999), cet. Ke-1, h.27
34
Rif’at Syauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh Kajian masalah Akidah dan
1) Ibadah Shalat.
a) Pengertian Shalat.
Shalat menurut bahasa adalah Do’a.35 Sedangkan sholat menurut
istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan
tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.36
b) Hikmah Shalat.
Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang paling utama sesudah
mengucapkan kalimat syahadat. Shalat merupakan pembeda anatara
orang muslim dengan non-muslim. Disyari’atkan dalam rangka
mensyukuri nikmat Allah SWT. Yang mempunyai manfaat yang
bersifat religius atau keagamaan, serta mengandung kunsur pendidikan
terhadap individu dan masyarakat.
Shalat bukan hanya berfungsi membentengi pelakunya dari perbuatan
keji dan perbuatan munkar, tetapi shalat itu seharusnya mendorong
pelakunya untuk berbuat baik kepada orang lain. Shalat tidak berguna
bagi pelakunya, jika ia masih tidak membuahkan moral yang baik bagi
pelakunya, sehingga masih muda melakukan perbuatan-perbuatan yang
kurang baik.
Terbentuknya moral yang baik melalui shalat bisa terjadi, karena
seperti diketahui diantara bentuk-bentuk ibadah Islam, shalatlah yang
35
A. Rahman Ritonga, M.A. dkk, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. Ke-2,
h.65
36
paling dapat membawa manusia dekat dengan Allah. Didalamnya
terdapat dialog antar manusia dengan Tuhannya, seperti memuji
kemahasucian-Nya, menyerahkan diri kepada-Nya, memohon supaya
dilindungi dari godaan syetan, memohon diberi ampunan dan
dibersihkan dari segala dosa, dijauhkan dari kesesatan serta perbuatan-
perbuatan yang tidak baik.
Didalam shalat seseorang meminta agar ruh dan jiwanya disucikan,
sehingga dengan demikian ia cenderung kepada perbuatan- perbuatan
baik dan perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana dalam firman Allah
surat Al-‘Ankabut ayat 45:
3
Žç
9t
2
ò
r&
#$ ã
!
«
Ï%s!ru 3
.ø
ø9$#
Ì
s3ZJ
ß
Æ
Ç
ø9#$
ur
Ïä$!
t
ã
±
t
ó
s
ÿx
‘4
sS÷Z?s on
$
q4
=n
Á
¢
9#
c
ž
)Î
(ã
ÇÍÎÈ
tbqãèoYóÁs?
$tB
ÞOn=÷ètƒ
ª!$#ur
“....Dan dirikanlah shalat sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar”. (Al-‘Ankabut ayat 45)
Sebenarnya bukan perbuatan shalat itu yang mencegah seseorang dari
perbuatan- perbuatan tidak baik, tetapi jiwa suci yang cenderung kepada
kebaikan sebagai hasil bentukan shalatlah yang mencegah dari
perbuatan jahat dan tidak baik. Hal itu berarti, sungguh pun seseorang
rajin melaksanakan shalat, tetapi jiwanya kotor dan cenderung pada
perbuatan maksiat maka ia belum memperoleh kemanfaatan dari
shalatnya. Shalat yang diterima adalah yang membuat pelakunya
manusia yang merendahkan diri dan tidak sombong, senantiasa ingat
kepada Allah SWT, dan memiliki rasa kepedulian sosial untuk
mendorong orang-orang dalam kesusahan, seperti anak yatim, fakir
miskin, orang yang dalam perjalanan, janda tua dan yang terkena
bencana. Dengan kata lain, shalat yang diterima Allah SWT, ialah shalat
yang menjauhkan manusia dari perbuatan jahat dan mendorongnya
untuk berbuat hal- hal yang baik.
Shalat dapat mengajak seseorang untuk berdisiplin dan mentaati
peraturan dan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terlihat dari
penetapan waktu shalat yang mesti dipelihara oleh setiap muslim dan
tata tertib yang terkandung didalamnya. Dengan demikian shalat yang
wajib dijalankan lima kali dalam sehari intinya bukan pada gerakan-
gerakan lahiriyahnya, akan tetapi terlerak pada penghayatan sedalam-
dalamnya akan kehadiran diri individu dihadapan Tuhan Yang Maha
Agung, yang dalam prakteknya disertai rasa khusyu’.37 Maka tidaklah
berlebihan bisa dikatakan bahwa shalat yang sempurna itu ialah shalat
yang dilakukan dengan kekhusyu’an dan kehadiran hati yang disertai
ketenangan seluruh anggota badan.
Didalam gerakan dan bacaan shalat tersebut banyak mengandung
hikmah, baik dari segi ruhaniyah maupun jasmaniyah, antara lain:
37
1) Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, karena melalui bacaan
yang diucapkan pada waktu shalat berarti kita selalu ingat kepada
Allah SWT.
2) Mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar.
3) Mendekatkan dan menyerahkan diri kepada Allah SWT secara
tulus ikhlas, karena segalanya hanya milik Allah.
4) Meningkatkan disiplin, sabar da khusyu’.
5) Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa-raga.
2) Ibadah Puasa.
a. Pengertian Puasa.
Puasa menurut bahasa adalah menahan diri dari apa yang dirindukan
hawa nasfu.38 Sedangkan menurut istilah agama Islam adalah menahan
diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari
terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari, dengan niat dan
beberapa syarat.39
b. Hikmah Puasa.
Berangkat dari pengertian diatas, inti dari puasa ialah terletak pada
menahan makan dan minum, serta hubungan seksual, walaupun
sebenarnya termasuk didalamnya menahan diri dari ucapan yang tidak
baik, seperti ghibah, berdusta, memaki, mencerca, dan mengadu domba
38
Ibnu Muhammad, Puasa Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1996), Cet. Ke-2, h.21
39
orang, dengan mengharap ridha Allah dan mempersiapkan diri untuk
semakin bertaqwa kepada-Nya, dengan jalan mendekatkan serta
mendidik kemauan melalui pengekangan hawa nafsu, agar mendapatkan
kesanggupan danketangguhan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.
Kalau shalat merupakan bentuk pertama dari bentuk ibadah
jasmaniah dan ruhaniah, maka yang kedua adalah puasa. Salah satunya
adalah puasa dibulan Ramadhan, bulan ramadhan merupakan jalan
terbaik bagi umat muslim untuk meningkatkan amal ibadah, karena
segala amal perbuatan yang baik akan dilipatgandakan pahalanya oleh
Allah SWT. Puasa juga merupakan alat untuk secara suka rela
meninggalkan berbagai kesenangan yang halal dengan tujuan menguji
jiwa mereka dan memperkuat ketekunan serta kesungguhan dalam
bertaqwa kepada Allah SWT, sehingga memiliki semangat yang tinggi
dan kuat untuk menjauhkan diri dari segala perbuatan maksiat, dan
mencapai tujuan yaitu menjadi manusia yang bertaqwa.
Dalam Islam tidak ada ibadah yang diperintahkan Allah SWT yang
tidak mengandung hikmah, contohnya puasa, menurut Zakiyah
Daradjat, ibadah puasa mengandung hikmah terhadap jasmani dan
rohani manusia. Hikmanya terhadap rohani antara lain ialah melatih
rohani agar disiplin mengendalikan dan mengontrol hawa nafsu agar
tidak semena-mena memunculkan keinginannya.40
Dalam ibadah puasa disamping melatih hawa nafsu juga terdapat
nilai-nilai moral yang luhur kepada sesama umat manusia, yaitu
40
menyiapkan menjadi manusia yang berjiwa sosial dan gemar beramal
sholeh. Hal ini merupakan manifestasi dari rasa lapar dan dahaga yang
dirasakan selama berpuasa, sehingga dapat merasakan bagaimana
rasanya ketika seseorang dalam keadaan lapar, tentunya hal ini
mengingatkan kita kepada para fakir miskin, sehingga perasaan dan hati
kita pun terdorong untuk membantu mereka.
3) Ibadah Zakat
a. Pengertian Zakat.
Zakat menurut bahasa berarti subur, bertambah.41 Sedangkan menurut
istilah ialah, juml