• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dakwah di kalangan selebritis dalam meningkatkan pemgamalan ibadah (study atas pengajian ORB1T Lintas Profesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dakwah di kalangan selebritis dalam meningkatkan pemgamalan ibadah (study atas pengajian ORB1T Lintas Profesi"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

DAKWAH DI KALANGAN SELEBRITIS

DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH

(Study Atas Pengajian ORBIT Lintas Profesi)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Yunawati

NIM : 105051001878

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 09 Desember 2009

(3)

DAKWAH DI KALANGAN SELEBRITIS

DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH

(Study Atas Pengajian ORBIT Lintas Profesi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh:

Yunawati NIM : 105051001878

Pembimbing

Drs. Wahidin Saputra, MA NIP: 19700903 199603 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul DAKWAH DI KALANGAN SELEBRITIS DALAM

MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH (Study Atas Pengajian

ORBIT Lintas Profesi) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Dakwah dan Ko munikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal 09 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program

Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

Jakarta, 09 Desember 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua

Drs. Study Rizal LK, MA NIP. 19640428 199303 1 002

Sekretaris

Dra. Halimah SM, M Ag. NIP. 19590413 199603 2 001

Anggota,

Penguji I

Drs. Jumroni, M.Si NIP. 19630515 199203 1 006

Penguji II

Rubiyanah, MA NIP.19730822 199803 2 001

Pembimbing,

(5)

ABSTRAK

YUNAWATI

Dakwah Di Kalangan Selebritis Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah (Study Atas Pengajian ORBIT Lintas Profesi)

Skripsi ini di buat untuk mengetahui pelaksanaan dakwah dikalangan selebritis dalam meningkatkan pengamalan ibadah di pengajian ORBIT. Pengajian ORBIT Lintas Profesi adalah komunitas lintas profesi yang didominasi oleh para pekerja seni atau yang disebut dengan selebritis.

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan kegiatan dakwah di kalangan selebritis? Serta bagaimana pengaruh pengajian terhadap peningkatan ibadah pada jama’ah selebritis?

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif analitis. Adapun data-data diperoleh dengan cara observasi ketempat pengajian, dokumentasi, pengumpulan bahan dari buku, Internet, dan juga wawancara dengan pengurus internal dan lima informan yang berprofesi sebagai selebritis (presenter, pelawak, konsultan keuangan, pemain sinetron dan penyanyi).

Teori yang penulis gunakan adalah: Teori ibadah, teori dakwah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan dakwah pengajian ORBIT Lintas Profesi dalam meningkatkan pengamalan ibadah pada jama’ah Selebritis.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Puji dan Syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat serta hidayah-Nya yang luar

biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan

salam juga tak lupa penulis ucapkan kepada Junjungan seluruh alam Baginda

Rasulullah SAW, karena dengan semangatnya yang tak kunjung pudar, serta nilai-

nilai kesabaran yang terus ia sampaikan semoga menular kepada kita semua

sebagai bekal dikemudian hari.

Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disamping itu penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi

ini, penulis banyak menerima bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis untuk menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuannya terutama kepada kedua orang tua tercinta Ibunda Azizah dan

Ayahanda Ghozi (Alm). Yang selalu menjadi garda terdepan dalam kasih sayang

yang tak terbatas lewat tetesan keringat serta doa restunya hingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu penulis dengan kerendahan hati menghaturkan rasa terimakasih

(7)

1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Beserta Pembantu

Dekan dan jajarannya.

2. Drs. Wahidin Saputra, MA. selaku Ketua Jurusan Ko munikasi dan

Penyiaran Islam (KPI) dan Ibu Umi Musyarofah, MA. selaku Sekretaris

Jurusan Ko munikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Drs. Wahidin Saputra, MA. selaku pembimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah melayani penulis

dalam memenuhi literatur dari awal perkuliahan sampai akhir penulisan

skripsi ini.

5. Para Dosen KPI yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis selama

Penulis menimba ilmu di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada keluarga Penulis: Terimakasih kepada Kakak-kakakku yang

tercinta: Mbak Laily, Mas Fa’I, Mas Zaki, Mas Ami, Mbak Ririn, Mas

Ma’ruf, Mas Afa, Cak Nidhom, Pak De, Bude, Pak Lek, Bu Lek,

Terimakasih atas semua bantuannya baik moril dan materiil serta do’a

yang tulus dari kalian semua, juga Adik-adikku: Adi dan Adek Putri. Tak

lupa keponakanku: Aisyah, Rahma, Syamil, Neeha, Arsyad. Senyuman

(8)

7. Prof. Dr. Din Syamsudin, MA. Selaku pembimbing dan Penasehat

Pengajian ORBIT Lintas Profesi. Telah meingizinkan penulis untuk

meneliti pengajian tersebut.

8. Bapak Mustofa yang telah memberikan bantuan baik data, maupun

sarannya.

9. Jama’ah Selebritis Pengajian ORBIT Lintas Profesi yang ikut

berpartisipasi dalam skripsi ini.

10. Teman-teman KPI 2005: Aedah, Qoqom, Fatimah, Lili, Tami, Maya, Eni,

Riska, dan semuanya yang tak bisa disebutkan satu persatu.

11. Teman-teman Penulis : Pipit, Elin, Ningsih, Eni, Icha, Iya, Nana, Teh

Indah, Santi, Welda. Terimakasih atas Motivasinya dan bantuannya selama

ini.

12. Teman-temanku Seperjuangan di IMM Ciputat: Indra, Tarseeh, Ipin, Sita,

Rizal, Toto, Amir, Hasbi, Haikal, Jajang, Nunung, Viva, Arfa, Zeky, Ewi,

Sarah, Rini, Irma, Welly, Muhib, Yasin, Arji, Aos.

13. Adik-adikku di Ikatan: Muis, Uus, Mila, Eka, Olis, Dimas, Ifa, Bagus,

Icha, Merry.

14. Teman-teman ASTRA & ASTRI IMM Cabang Ciputat.

15. Seluruh Pihak yang tidak bisa disebutkan seluruhnya yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga Allah Swt memberikan Rahmat dan Karunia-Nya

kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuannya. Kritik dan

saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan karena penulis

(9)

Harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendir i

khususnya dan umumnya bagi teman-teman lainnya. Dan dapat digunakan

dengan sebaik-baiknya.

Waalaikum Salam Wr. Wb.

Jakarta, 09 Desember 2009

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Tekhnik Penelitian ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II: LANDASAN TEORI A. Pengertian Dakwah ... 13

B. Unsur-Unsur Dakwah ... 16

1. Subjek Dakwah (Da’i) ... 17

2. Objek Dakwah (Mad’u) ... 18

3. Materi Dakwah ... 18

4. Media ... 19

5. Metode Dakwah ... 19

a. Hikmah ... 20

b. Mauidha Hasanah ... 21

c. Mujadalah ... 22

(11)

C. Pengamalan Ibadah ... 25

D. Pengajian dan Selebritis ... 42

1. Pengajian ... 42

2. Selebritis ... 44

BAB III: GAMBARAN UMUM PENGAJIAN ORBIT LINTAS PROFESI A. Latar Belakang Berdirinya ORBIT ... 47

B. Visi dan Misi ORBIT ... 49

C. Jamaa’ah Pengajian ORBIT ... 50

D. Struktur Kepengurusan ... 50

BAB IV: ANALISIS HASIL DATA A. Pelaksanaan Dakwah Islam di Kalangan Selebritis ... 53

B. Pengaruh Pengajian ORBIT Lintas Profesi terhadap peningkatan Ibadah pada jama’ah Selebritis ... 62

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

B. Saran-saran ... 69

DAFATAR PUSTAKA ... 70

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Agama Islam adalah agama yang universal, yang berlaku bagi semua

ummat manusia diseluruh dunia. Islam tidak membedakan warna kulit, ras,

keturunan, dan juga pekerjaan. Apabila orang tersebut telah mengikrarkan

dirinya sebagai Islam (muslim) maka kedudukannya sederajat dengan muslim

lainnya kecuali yang membedakan adalah ketakwaannya.

Mansusia merupakan makhluk yang dibekali dengan daya-daya potensial

yang disebut dengan fitrah. Daya-daya tersebut inheren pada diri manusia sehingga ia dapat menduduki potensi sebagai al-Ahsan al-Takwim. Diantara daya tersebut adalah daya intelek, yang merupakan suatu daya yang berpotensi

untuk mengenal dan mentauhidkan Allah SWT.

Semua daya itu adalah anugrah yang dipersiapkan untuk kepentingan

pengaturan hubungan dengan Tuhannya. Dengan anugrah yang berupa naluri,

perangkat inderawi, kemampuan akal, fitrah agama yang jika dikembangkan

melalui bimbingan dan pembinaan yang dikelola dengan baik akan mampu

mengantarkan manusia mencapai sukses dalam kehidupannya sebagai

makhluk yang taat mengabdi kepada penciptanya.

Sebagaimana Firman Allah SWT:

ÇÎÏÈ

b

È

r߉7ç

è÷

‹u

9Ï žw)

Î }§RM}$#ur

n=yz

$tBru

£

`

$#

M

à

(13)

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya

untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh ummat manusia.

Secara umum tujuan dakwah Islam adalah mengajak ummat manusia kepada

jalan yang benar dan diridho i Allah SWT, agar dapat hidup bahagia dan

sejahtera dunia dan akhirat.1

Ibadah itu sebenarnya adalah ruhnya agama. Disamping itu, ibadah juga

merupakan pilar agama yang kedua setelah aqidah. Kita bisa menyaksikan

bagaimana Rasulullah memberikan kalkulasi yang begitu matang ketika

memberikan peringatan kepada umatnya dalam masalah ini, sebab ibadah

tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan aqidah, karena penyimpangan

masalah ibadah akan sangat berpotensi membuka keburukan yang amat besar

bagi kaum muslimin. Melalui ibadah pulahlah telah banyak disusupkan unsur

bid’ah ataupun sikap ekstrem, dan tidak menutup kemungkinan penyimpangan

dalam ibadah berkonsekuensi pada penyimpangan dalam bidang aqidah.2

Menyadari perubahan sosial yang lebih maju dan berkembang dengan

cepat. Dilengkapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, maka cara atau

metode serta teknik berdakwah pun harus disesuaikan. Kemajuan peradaban

dan cara berfikir manusia modern, mendorong dakwah menjadi organisasi

yang sistematis. Berdasarkan hal tersebut, dalam berdakwah banyak sekali

metode atau cara yang digunakan, yang disesuaikan dengan keadaan

masyarakatnya.

1

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983). Hal.51

2

Isa As-Salaim Abdurrahman, Manajemen Rasulullah dalam Berdakwah, (Jakarta: Pustaka

(14)

Usaha untuk menyebarkan dan merealisasikan ajaranya ditengah-tengah

kehidupan ummat manusia merupakan usaha dakwah yang harus dilaksanakan

oleh ummat Islam terutama dimasa yang akan datang akan bertambah berat

dan kompleks, hal ini disebabkan masalah-masalah yang dihadapi semakin

urgent sehingga dakwah dapat berkembang semakin kompleks pula. 3

Karena itu tugas dakwah hendaklah dilakukan secara kolektif dan tidak

cukup secara individual karena dalam kehidupan manusia banyak sekali usaha

yang memerlukan kerjasama dan usaha bersama dengan orang lain, contohnya

berdakwah melalui pengajian. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

Al-Imran ayat 104.

Ç`t

ã tböqyg÷

Ztƒur

$

Å

ùQ$$Î/ bt

rã ÷èpR

ƒt

ur

$ ’n<Î) bt

ÎŽö

sƒø:#

qãô‰ƒt p×

&é Nö

Ïi

ä3YB

`3

ä

Ft

ur

ÇÊÉÍÈ

c

š

qßsÎ=øÿß

Jø9$#

ãNd

è

y7Í´¯ »s9'r&é

#$

ur

4

Ì s3YJ

ß

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”

Keberadaan pengajian ditengah-tengah masyarakat sudah tidak diragukan

lagi, hal ini bisa dilihat dari sejarah ketika para wali menyampaikan

dakwahnya.

Pengajian merupakan sebuah lembaga pendidikan non formal yang mana

waktu belajaranya berkala dan teratur, dengan pengikutnya disebut jama’ah.

mempunyai tujuan yang lebih khusus yaitu, memasyarakatkan ajaran Islam,

tempat memberi dan memperoleh ilmu serta mengadakan kontak social. Dan

memberikan pengajaran khusus keagamaan, contohnya dengan mengadakan

3

(15)

pengajian yang dilaksanakan secara berkala, seperti belajar membaca Al-

quran, fiqih dan lain sebagainya.

Pengajian sangat cocok untuk masyarakat muslim, baik masyarakat kelas

atas, bawah atau menengah. Seperti halnya selebritis yang dikategorikan

sebagai masyarakat kelas atas.

Dan didasari bahwa untuk dapat merealisasikan sebuah pengajian agar

dalam peranannya dapat meningkatkan kehidupan keberagamaan bagi

mad’unya, memang bukanlah hal mudah, semudah kita membalikkan telapak

tangan, didalamnya perlu upaya dan usaha–usaha agar cita-cita yang

diharapkan dapat terwujud. Terlebih lagi bila kita melihat fenomena

kehidupan masyarakat modern seperti halnya kehidupan para selebritis yang

terbiasa dengan hura-hura, seks bebas dan pola hidup yang semakin hari,

semakin bergeser dari nilai-nilai ajaran agama. Sedangkan disisi lain, banyak

yang menjadikan mereka figure yang layak dijadikan panutan.

Selebritis adalah orang ternama, kesohor, atau dijadikan figure. Tokoh

ternama yang dimaksud adalah artis sinetron, foto model, peragawati, cover

girl, Presenter, Tokoh politik, Pengusaha, Consultan, dan lain-lain yang kehidupannya tidak lepas dari sorotan kamera.

Kadang kita dibuat takjub dengan selebritis yang tiba-tiba berubah.

Seorang selebritis yang dulunya dikenal hura-hura, tiba-tiba berubah drastis

menjadi sangat Islami. Ada juga yang tiba-tiba mengenakan jilbab, ada yang

(16)

Pada kenyataanya, dewasa ini banyak Selebritis yang berbondong-

bondong mulai menekuni ilmu Agama dan mereka mulai bergabung dengan

majlis-majlis atau pengajian-pengajian.

Jama’ah ORBIT Lintas Profesi adalah komunitas lintas profesi yang

anggotanya tediri dari artis-seniman-budayawan, insan pres, professional,

pengusaha, cendekiawan, politisi, pegiat organisasi, tokoh masyarakat yang

bertujuan membangun dan mengembangkan kehidupan berdasarkan cita-cita

Ialam berkemajuan.

Maka keberadaan pengajian ORBIT Lintas Profesi diharapkan dapat

menjadi salah satu basis yang dapat dijadikan wahana dalam rangka

menggalang potensi di kalangan umat khususnya para Selebritis, dengan

berlandaskan konsep Islam dalam rangka memberikan pembelajaran dan

pemahaman ajaran Islam secara utuh, sehingga kehidupan keberagamaan yang

mulai carut marut dan menipis ini mulai dapat tertata kembali.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kajian

ini menjadi sebuah penelitian dengan judul “Dakwah Di Kalangan Selebritis

Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah (Study Atas Pengajian ORBIT

Lintas Profesi)”

A. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada jama’ah yang mengikuti pengajian di

Pengajian ORBIT. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami

(17)

a. Jama’ah Selebritis, yang dimaksud Selebritis disini adalah presenter,

pelawak, konsultan keuangan, pemain sinetron dan penyanyi.

b. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah Shalat, Zakat, Puasa, Haji.

2. Perumusan Masalah

Sedangkan Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian supaya berjalan

lancar serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka penulis terlebih

dahulu membuat rumusan masalahnya.

Rumusan tersebut disusun dalam kerangka pernyataan sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan kegiatan dakwah di kalangan selebritis?

b. Bagaimana pengaruh pengajian terhadap peningkatan Ibadah pada

jama’ah Selebritis?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan dakwah di pengajian ORBIT di

kalangan selebritis.

b. Untuk mengetahui pengaruh pengajian ORBIT terhadap peningkatan

Ibadah pada jama’ah selebritis.

2. Manfaat Penelitian adalah:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan kita semua tentang

pelaksanaan dakwah khususnya di kalangan selebritis. Dan umumnya bagi

para mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi

(18)

b. Manfaat Praktis.

Agar dapat dijadikan rujukan awal bagi para ilmuan dan pelaku

dakwah dalam mengemas nilai-nilai Islam menjadi menarik serta dapat

memberikan motivasi bagi para pelaku dakwah untuk terus menyebarkan

dakwah Islam.

C. Tinjauan Pustaka.

Setelah melakukan studi kepustakaan penulis menemukan satu judul

skripsi yang masih berkaitan dengan penulis, yaitu masalah selebirtis. Yaitu

skripsi Fuyani Akbar dengan NIM: 103053028742 seorang Mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2003 dengan Judul “PEMIKIRAN DAN

AKTIVITAS DAKWAH UST. JEFRI AL-BUKHORI DI KALANGAN

SELEBRITIS” dalam skripsi tersebut dikatakan bahwa penelitian tersebut

dilakukan untuk mengetahui sebuah pemikiran-pemikiran dan aktivitas

dakwah dari Ust. Jefri Al-Bukhori di kalangan remaja khususnya jama’ah

remaja selebritis yang aktif mengikuti kegiatan pengajian di I Like Monday

yang dilaksanakan di minggu ke-3 setiap bulannya bertempat di Masjid

Pondok Indah dan diteliti tahun 2007.

Walaupun obyek dakwah antara penulis dan Fuyani Akbar adalah sama

yakni sama-sama Selebritis, akan tetapi berbeda penelitiannya. Penulis

meneliti Pengajian ORBIT. Sedangkan Fuyani Akbar menulis tentang

aktivitas Dakwah dari Ust. Jefri Al-Bukhory. Dengan demikian membuktikan

bahwa skripsi ini layak dihadirkan karena skripsi ini belum pernah digunakan

(19)

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Menurut Wiradi, “Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus

dilakukan) yang disusun secara sistematis (urutan logis)4. Sedangkan

metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud sehubungan

dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yatu untuk

memahami objek.5

Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif berdasarkan data-data

yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok

permasalahan yang akan dikaji. Menurut Bogdan dan Taylor, seperti dikutip

oleh Prof. Dr. 1Syamsir Salam dalam bukunya Metode Penelitian Sosial, menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.6

Metodologi penelitian yang digunakan penulis untuk menganalisa data

adalah metode Deskriptif Analitik. Maksudnya cara melaporkan data dengan

menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta

menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian

4

E. Zaenal Arifin, Penulisan Karya Ilmiah Dengan Bahasa Indonesia Yang Benar (Jakarta:

Mediatama Sarana Perkasa,1993), Cet.ke-5, h.56.

5

Anis Sudirjana, Metode Riset dan Bimbingan Menulis Skripsi (Yogyakarta: UD Rama, 1980), h.16.

6

Syamsir Salam dan Jaenal Arifin. Metodologi Penelitian Social. (UIN Jakaarta Press). 2006. h.

[image:19.612.119.512.141.522.2]
(20)

disimpulkan, sehingga terlihat dengan jelas mengenai keberadaan pengajian

ORBIT Lintas Profesi sebagai wadah dalam berdakwah.

a. Objek dan Subjek Penelitian.

Objek dalam penelitian ini adalah pengajian ORBIT Lintas Profesi,

dan sebagai Subjeknya adalah selebritis yang mengikuti pengajian tersebut

atau dengan kata lain selebritis yang menjadi jama’ah aktif Pengajian

Orbit Lintas Profesi. Dalam hal ini, peneliti mengambil sampel lima

Jama’ah dari populasi 50 Jama’ah, yang mana lima Jama’ah tersebut

adalah representative dari masing-masing profesi namun masih tergolong

sebagai selebritis.

b. Waktu dan Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di tempat Pengajian ORBIT Lintas Profesi

yang bertempat di Jl. Pejaten Elok F2, Jakarta Selatan dan waktu yang

dibutuhkan adalah selama dua bulan yaitu mulai dari bulan April-Juni.

c. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data.

1). Sumber Data.

Sumber data ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang langsung diambil dari informan yang

bersangkutan. Dalam skripsi ini data primer didapat dari wawancara

dari informan yaitu lima rerspon. Sedangkan data sekunder adalah data

yang didapat dari pihak kedua, tidak secara langsung dari objek

penelitian.7 yaitu dari pengurus Pengajian ORBIT.

2). Teknik Pengumpulan Data

7

Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005),

(21)

a. Observasi

Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

terhadap fenomena yang diselidiki.8 Dalam hal ini penulis

melakukan observasi langsung dengan mengikuti pengajian empat

sampai lima kali pertemuan.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara Tanya jawab sambil tatap muka antara

sipenanya dan sipenjawab atau informan dengan menggunakan alat

yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).9

Dalam hal ini penulis memperoleh data dengan cara interview

atau Tanya jawab langsung dengan pengurus internal di pengajian

ORBIT. Dalam penelitian ini penulis mewawancarai Bapak

Mustofa salah satu pengurus pengajian ORBIT.

c. Dokumentasi.

Dokumnetasi dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan penelitian, seperti laporan-laporan

atau arsip, literatur (buku-buku) yang berkaitan dengan penelitian

ini. Tekhnik ini penulis pergunakan untuk mendapatkan data

tambahan tentang penelitian yang sedang dibahas dalam skripsi ini.

Dalam hal ini penulis mendapatkan dokumentasi dari pengurus

internal Pengajian ORBIT.

8

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi offset,1992). Cet.ke-2 h.129

9

(22)

E. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini, menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis,

dan disertasi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun

2007.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis

membaginya menjadi lima bab pembahasan dengan rincian sebagai berikut :

Bab I : PENDAHULUAN: Latar Belakang Masalah: Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, manfaat dan Tujuan

penelitian, metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika

Penelitian.

Bab II : LANDASAN TEORI : Dakwah dan Ruang Lingkupnya:

Pengertian dakwah, Metode Dakwah, Materi dan Media Dakwah,

Bentuk-Bentuk Metode Dakwah, Tujuan Dakwah, Pengamalan

Ibadah: Pengertian Ibadah, dasar dan Tujuan Ibadah, Motivasi

Ibadah, Ruang lingkup Ibadah dan Bentuk-bentuk Ibadah seperti

shalat, Zakat, Puasa dan Haji. Pengertian selebritis, dan kategori

yang termasuk selebritis.

Bab III: GAMBARAN UMUM PENGAJIAN ORBIT terdiri dari: Latar

Belakang Berdirinya ORBIT, Visi dan Misi ORBIT, Struktur

Organisasi.

BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN: Pelaksanaan dakwah di

[image:22.612.112.510.250.513.2]
(23)

Pengajian ORBIT Lintas Profesi terhadap peningkatan Ibadah

pada jama’ah Selebritis.

PENUTUP : Terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.

DAFATAR PUSTAKA.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Dakwah

Secara etimologi kata dakwah berasal dari Bahasa Arab, yaitu: dari fi’il madhi (da’a,-yad’u) yang berarti ajakan, panggilan, seruan, menjamu. Dalam tata bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim masdar.1

Selain pengertian diatas, Dakwah secara bahasa mempunyai makna yang

bermacam-macam;

1. Memanggil dan menyeruh, seperti dalam firman Allah surat Yunus ayat

25:

ÇËÎÈ

8LìÉ)tFó¡•B

Þ

:

ºŽu

À

Å

’4

n<)Î äâ

„o

!$±

t

`Bt “ωö

k‰u

ru

ÉO»=n

#yŠ

4’<n

¡9$#

‘Í

#(

ur

ã‰

ô

ª

!#$

“Allah menyeruh (manusia) ke Darussalam (surga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang dikendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).”

2. Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar maupun yang salah

yang positif maupun yang negatif.

3. Suatu usaha berupa perkataan ataupun perbuatan untuk menarik seseorang

kepada suatu aliran atau agama tertentu.

4. Doa (permohonan), seperti dalam firman Allah:

“…Aku mengabulkan permohonan jika ia meminta kepada-Ku…”

1

(25)

5. Meminta dan mengajak seperti ungkapan, da’a^ bi as-syai’ yang artinya meminta dihidangkan atau didatangkan makanan atau minuman.

Dakwah menurut istilah, mengandung beberapa arti yang beraneka ragam.

Banyak ahli ilmu dakwah memeberikan definisi dakwah yang berbeda-beda.

Hal ini terkait dari sudut mana mereka memberikan pandangannya tentang

dakwah. Untuk lebih jelasnya penulis akan kemukakan beberapa definisi

menurut para ahli diantaranya:

1. Menurut Abu Bakar Zakaria.

Dakwah adalah Aktivitas para ulama dan orang-orang yang memiliki

pengetahuan agama Islam dalam memberi pengajaran kepada orang banyak

(khalayak dakwah) hal-hal yang berkenaan dengan urusan-urusan agama

dan kehidupannya sesuai dengan realitas kemampuannya.2

2. Menurut M. Quraisy Shihab.

Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan/ usaha untuk

mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadai

maupun masyarakat3. Ia melihat bahwa dakwah bukanlah hanya sekedar

amar ma’ruf nahi munkar, tetapi merupakan usaha penyadaran manusia sehingga bersedia diajak kepada kehidupan yang lebih baik dan lebih

sempurna, dengan melaksanakan ajaran Islam dalam seluruh aspek

kehidupan.

2

Abu Bakar Zakariah, Ad Da’wah Ila Al-Islam

3

(26)

3. Menurut Amien Rais

Dakwah adalah setiap usaha rekonstruksi masyarakat yang masih

mengandung unsur-unsur jahili agar menjadi masyarakat yang Islami.4

4. Menurut M. Nastir.

Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada

perorangan manusia dan seluruh umat. Konsepsi Islam tentang pandangan

dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamanya dalam peri kehidupan berumah

tangga (usrah), peri kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara.5 5. Menurut H.M.S. Nasrudin Latif

Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan

yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil, manusia lainnya untuk

beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah, dan syari’ah akhlak Islamiyah. 6

Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian dakwah. Sebenarnya

masih banyak lagi pengertian- pengertian dakwah yang dikemukakan oleh

para ulama yang lain akan tetapi beberapa pengertian diatas sudah dapat

memberikan gambaran tentang pengertian dakwah itu.

Walaupun beberapa pengertian dakwah diatas berbeda redaksinya akan

tetapi setiap redaksinya memiliki tiga unsur pengertian pokok, yaitu:

4

Amien Rais, Cakrawala Islam, (Bandung: Mizan, 1996), h. 25-26

5

M.Nastir, Fungsi Da’wah Isalam dalam Rangka Perjuangan. (Jakarta: Media Dakwah, 1979), Jilid 1, h.7

6

(27)

a. Dakwah adalah proses penyampaian agama Islam dari seseorang kepada

orang lain.

b. Dakwah adalah penyampaian ajaran Islam tersebut dapat berupa amar ma’ruf (ajaran kepada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran).

c. Usaha tersebut dilakukan secara sadar dengna tujuan terbentuknya suatu

indvidu atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya seluruh

ajaran Islam.

d. Dakwah adalah interaksi dan dakwah merupakan perubahan.

Dengan demikian dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha

yang dilakukan dengan sadar dan sengaja yang berisi cara-cara dan tuntutan-

tuntutan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,

menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, untuk mengajak manusia kepada

ajaran Allah SWT menuju kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan

di Akhirat.

B. UNSUR-UNSUR DAKWAH

Agama Islam dapat bertahan sampai saat ini berkat adanya kegiatan-

kegiatan dakwah. Karena dakwah merupakan suatu usaha untuk mengajarkan

dan mewariskan suatu kewajiban bagi setiap pemeluk agama, tidak hanya

menjadi kewajiban da’i. Hal ini disadari pada tugas dasar mansia yang hidup

dimuka bumi ini, yaitu:

1. Sebagai hamba Allah SWT.

(28)

3. Berdakwah di jalan Allah.

Dari tugas manusia diatas j elaslah bahwa berdak wah merupakan sebuah kewajiban. Dalam k egiatan dak wah di butuhkan adanya saling mendukung antara u nsur-unsur dakwah tersebut. dan unsur-unsur dak wah antara lain: 1. Subjek Dakwah (Da’i)

Pada dasarnya da’i (subjek dakwah) merupakan orang/sekelompok

orang yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah.7

Sedangkan menurut Siti Muri’ah, da’i dalam pengertian umum yaitu

seluruh pribadi muslim menjadi da’i dalam dakwah Islamiyah, kedua da’i

dalam pengertian khusus yakni seseorang atau kelompok orang yang

menekuni ajaran Islam kemudian menyampaikan ajaran tersebut dalam

bentuk penerangan, pendidikan, serta peningkatan-peningkatan dengan

tujuan agar orang yang menerima benar-benar dapat berbuat atau

bertingkah laku sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah.8

Seorang da’i harus memiliki bekal yang cukup dalam berdakwah dan

harus mampu membimbing untuk memahami realitas, memaksimalkan

potensi yang mereka miliki dan akhirnya memperbaiki objek dakwah

(mad’u). Dengan demikian dakwah yang disampaikan oleh da’i menjadi

luas, tidak terbatas hanya sekedar menyampaikan ayat-ayat Allah SWT

secara harfiah semata-mata, lebih dari itu bagaimana da’i bisa

menggantarkan mad’u dari yang buruk menjadi lebih baik, dengan

menggunakan segala metode yang benar dan dapat di

pertanggungjawabkan.

Selain itu dalam berdakwah seorang da’i harus memiliki akhlaqul karimah sebagaimana yang terkandung didalam al-Qur’an dan As-Sunnah,

7 Sayid, M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, (Solo: Citra Islami Press,1996),

h.13-14

8

(29)

diantranya adalah: jujur, ikhlas, arif, sabar, lembut, kasih sayang, pemaaf,

rendah hati, tepat janji, wara’ dan sebagainya. Sebagaimana diwariskan

oleh Rasulullah SAW.

2. Objek Dakwah (Mad’u)

Objek dakwah (mad’u) merupakan penerima pesan dakwah dari subjek

dakwah. Keberadaan mad’u yang sangat heterogen baik dalam ideologi,

pendidikan, status sosial, serta pekerjaan, dan sebagainya.

Dalam kegiatan dakwah unsur ini harus diperhatikan karena ini

merupakan sasaran dakwah yang melaksanakan tujuan dakwah. Oleh

sebab itu, dalam berdakwah seorang da’i harus memahami karakteristik

objek dakwah agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dan

diamalkan.

3. Materi

Apapun materi dakwah yang disampaikan pada dasarnya bersumber

dari Al-quran dan Hadist sebagian sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. Materi yang diperlukan untuk suatu kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang lainnya.

Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah sesuai dengan karakteristik

mad’u. Baik materi itu untuk pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar,

pegawai tinggi, juga apakah pendengar itu heterogen artinya berbagai

tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah sejenisnya.9 Hal yang terpenting

dalam pemberian materi (pesan dakwah) adalah tidak boleh menyimpang

dari al-Qur’an dan hadist.

9

(30)

4. Media Dakwah

Selain materi, media dakwah juga menentukan sebuah keberhasilan

dakwah. Media adalah sarana atau perantara, yang membantu juru dakwah

(da’i) dalam menyampaikan isi dakwah secara efektif dan efisien.10 Media

bisa dijadikan juga sebagai perantara. Maka sebagai perantara atau alat

bantu yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan dakwahnya kepada

mad’u itulah yang disebut sebagai media dakwah. Media dakwah saat ini

mulai berkembang tidak hanya mimbar ke mimbar tetapi telah mampu

mengikuti perkembangan zaman. Dakwah kini bisa dilakukan diberbagai

media, mulai dari media cetak sampai media elektronik seperti internet. Oleh karena itu da’I harus mampu memanfaatkan berbagai hal yang dapat

mendukung proses dakwah termasuk media-media yang saat ini mulai

digandrungi.

5. Metode Dakwah

Metode dakwah artinya cara atau jalan yang ditempuh untuk menarik

atau mengajak manusia baik dengan perkataan atau perbuatan menuju

jalan yang diridhoi Allah Swt dengan efektif dan efisien. Metode dakwah

dalam menjalankan fungsinya memiliki beberapa bentuk yang setiap

bentuknya memiliki fungsi masing-masing. Bentuk metode dakwah

bersumber pada Al-qur’an surah An-Nahl. Ayat 125:

10

(31)

ÓÉL

©9$$

Î/ Oßgø9ω»y_ur

ÏpsàÏãöqyJø9$#ur

(

ÏpuZ|¡ptø:$#

ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/

y7nÎ

/u‘ @‹Î6y

™ ’<n

) íŠ#

ÞOn=

ôãr& uqèdur

¾Ï&Î#‹Î6y™

(

`tã ¨@|

Ê `yJÎ/

ÞOn=ôãr& uqè

d y7-/u‘

¨bÎ)

4

ß`|¡ô

mr&

}‘Ïd

Artinya

ÇÊËÎÈ

tûïωtGôgßJø9$

$Î/

“serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya.

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa metode dakwah ada tiga,

yakni : Hikmah, Mauidzatil Hasanah, dan Mujadalah. a. Hikmah (dengan Hikmah)

Dalam kamus dan kitab-kitab tafsir, kata al-Hikmah diartikan al’adl (keadilan), al’hilm (kesabaran dan ketabahan), an’nubuwwah (kenabian), al’ilm (ilmu pengetahuan), Al-Qur’an, falsasah kebijakan

pemikiran atau pendapat yang baik, al-haq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada tempatnya. Kebenaran sesuatu, dan mengetahui sesuatu

yang paling utama dengan ilmu yang paling utama.

Kata hikmah disebutkan dalam Al-qur’an sebanyak 20 kali baik

dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah

“hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika

dikaitkan dengan dakwah maka menghindari dari hal-hal yang kurang

relevan dalam hal dakwah. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad

Mahmud an-Nasafi, arti hikmah, yaitu :

(32)

Sedangkan menurut tafsir dalam al-Qur’an Surat An-Nahl ayat

125, Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat

membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Jadi, dapat dipahami bahwa al-Hikmah adalah kemampuan dan

ketepatan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas

yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif oleh

sebab itu al-Hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara

kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.

b. Mauidzatil Hasanah (pelajaran yang baik)

Beberapa deskripsi pengertian Mauidzatil Hasanah menurut

beberapa ahli bahasa dan ahli tafsir. Adalah melalui pelajaran,

keterangan, petutur, peringatan, pengarahan dengan gaya bahasa yang

mengesankan atau menyentuh dan terpatri dalam nurani.11

Berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau

menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga

nasehat dan ajaran agama Islam yang disampaikan itu dapat

menyentuh hati mereka. Metode ini diarahkan terhadap mad’u yang

kapasitas intelektualnya dan pemikiran spiritulnya tergolong kelompok

awam. Maka dalam hal ini, peranan juru dakwah adalah selain sebagai

pembimbing, juga yang bisa membahagiakan mad’unya. Dalam

metode ini harus memperhatikan tiga faktor berikut ini:

i. Menggunakan tutur kata yang lembut

11

(33)

ii. Menghindari sikap sinis dan kasar

iii. Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau bersikap menghakimi

orang yang diajak bicara.12

Pengajian-pengajian umum atau ceramah-ceramah keagamaan

lain bisa dimasukan dalam kategori ini. Sikap–sikap dan perilaku

masyarakat yang tidak sesuai dengan norma dan etika agama,

dijelaskan dan diperingatkan sehingga bisa kembali ke jalan yang

benar.

c. Al- Mujadalah Bi- al-lati Hiya Ahsan (bantahlah mereka dengan cara

yang baik).

Metode dakwah ketiga yang disodorkan Al-Qur’an dalam surat

an-Nahl, adalah Mujadalah, yakni upaya dakwah melalui jalan

bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang baik, sopan, saling

menghargai dan tidak arogan.

Dari segi etimologi (Bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata

“jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambah alif pada huruf jim yang mengikuti wajan Faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan.13

Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik

12

Ibid, hal. 163

13

Ahmad Warson Al-munawwir, al-munawwir, (Jakarta: Pustaka Progressif,1997) ,Cet. Ke-14.

(34)

dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan

pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.14

Dari segi istilah (Termoinologi), terdapat beberapa pengertian al-

Mujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti

upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis,

tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan

diantara keduanya.15 Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad

Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan

pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang

kuat. 16

Dakwah model ini, lebih banyak dilakukan oleh para intelektual

atau ahli agama untuk masalah-masalah yang berat yang memerlukan

kajian-kajian ilmiah.

Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa al-

Mujadalah adalah perdebatan yang sinergis antara dua pihak dengan

memberikan argument dan bukti yang kuat. Namun dengan cara yang

baik, sopan sehingga tidak menimbulkan pertengkaran antar keduanya.

Dari penjabaran diatas, tentang metode dakwah dapat ditemukan

titik cerahnya bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang

dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk

mencapai satu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dalam

14

Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, (Lentera Hati: 2000) Cet. Ke-1, h.553

15

World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Fii Ushulil Hiwar, (Maktabah Wahbah Cairo,

Mesir), diterjemahkan oleh Abdus Ssalam M. dan Muhil Dhafir, dengan judul terjemahan “Etika

Diskusi”, (Era Inter Media, 2000), Cet. Ke-2, h.21

16

Sayyid Muhammad Thantawi, Adab al-khiwar fil Islam, Dar al-Nagdhah, Mesir, Diterjemahkan

(35)

kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi

mad’u (penerima dakwah) baik dari segi pendidikan, ekonomi, social,

serta adat agar tercapainya keberhasilan dakwah.

Jadi sebuah metode dakwah itu harus bertumpu pada suatu

pandangan human oriented dan mendapatkan penghargaan yang mulia atas diri manusuia sebagai komunikator dalam kehidupan yang lebih

baik.

6. Tujuan Dakwah

Dalam melaksanakan usaha dakwah agar sesuai dengan rancana harus

memiliki tujuan yang jelas.

Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak

langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas

dakwah akan sia-sia.17 Menurut Syekh Ali Mahfudz tujuan dakwah terdiri

dari lima perkara yaitu:

a. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah, dan meluruskan

amal perbuatan manusia, terutama budi pekerti.

b. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada yang baik.

c. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara

kaum muslimin.

d. Menolak faham atheisme, dengan menhgimbangi cara-cara mereka

bekerja.

e. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat/ kepercayaan yang

tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu ushuluddin.

17

(36)

Namun Prof. Dr. H. Moh. Ardani menyatakan bahwa tujuan dakwah

terdiri dari tujuan umum (mayor objektive) dan tujuan khusus (minor

objective).

a) Tujuan Umum.

Tujuan umum adalah mengajak umat manusia (meliputi orang

mukmin, kafir, atau musrik) kepda jalan yang benar yang diridhoi oleh

Allah agar dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.

b) Tujuan Khusus

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai

perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar

dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat diketahui kemana

arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada

siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagaimana

terjemahan dari tujuan umum dakwah.

Dari paparan tujuan dakwah diatas, maka menurut penulis tujuan

yang ingin dicapai o leh dakwah adalah menuntun untuk memperoleh

kebahagiaan hidup baik di dunia dan di akhirat serta terhindar dari

kesulitan- kesulitan hidup.

C. Pengamalan Ibadah

1. Pengertian

Pengamalan berasal dari kata “amal” yang berarti perbuatan-perbuatan

yang baik maupun yang buruk, atau sesuatu yang dilakukan dengan tujuan

(37)

akhiran “an” menjadi pengamalan yang berarti hal, cara, hasil atau proses

kerja mengamalkan.18

Ibadah mengandung banyak arti, berdasarkan pada sudut pandang para

ahli, dalam hal ini penulis melihat pengertian dari etimologi dan terminologi.

Kata ibadah berasal dari Bahasa Arab yang artinya: menyembah atau

mengabdi.19 Menurut Bahasa, ibadah dalam arti yang lain dalam Ensiklopedi

Islam yang diterbitkan oleh Depag RI (1993,2:385) terhadap penjelasan

ibadah berarti mematuhi, tunduk dan berdo’a. Dalam Al-quran terdapat kata

“ta’budu” dalam arti taat, misalnya dalam surat Yaasin 36:60 yang berbunyi:

/3s9 ¼mR) (

z`Ȇ

s

‹±9# (#r߉ç7

֏s?

žw cr& Pt

Šy

#uä Óû

Í_6t

»ƒt Nö

‹ö

9s

3

ä

)Î ‰ô

ygã

ô

&r óO9s

*

r&

ÇÏÉÈ

ûüÎ7•B

r‰tã

Artinya “Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu".

Pengertian ibadah menurut istilah adalah kepatuhan atau tunduk kepada

Dzat yang memiiki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah

mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang dilakukan

setiap muslim dengan tujuan mencari keridhaan Allah SWT.20

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan ibadah sebagai

berikut: perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari

ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Atau

18

JS. Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), Cet Ke-1, h.40

19

M. Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), Cet Ke-8, h.525

20

(38)

dengan kata lain, segala usaha lahir batin, sesuai dengan perintah Tuhan

untuk mendapatkan kebahagian dan keselarasan hidup, baik terhadap diri

sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta.21

Macam-macam pengertian Ibadah menurut para ulama, antara lain:

a. Menurut Ulama Tauhid, Ibadah adalah: meng-Esakan Allah dan

mengagungkan Allah SWTsepenuhnya serta menghinakan diri dan

menundukkan jiwa kepada-Nya.22

b. Menurut Ulama Akhlak, Ibadah adalah: mengerjakan segala taat

badaniyah dan menyelenggarakan syariat.23

c. Menurut Ulama Tasawuf, Ibadah merupakan: pekerjaan seorang

mukallaf yang berlawanan keinginan nafsunya untuk membesarkan

Tuhannya. 24

d. Menurut Ulama Ahli Fiqh, mendefinisikan Ibadah ialah segala bentuk

ketaatan yang engkau kerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT,

dan mengharapkan pahalanya di akhirat.25

Dari seluruh pengertian ibadah diatas dapat disimpulkan bahwa ibadah

segala perbuatan yang dilaksanakan oleh hamba baik perkataan, maupun

perbuatan yang disukai Allah SWT, baik secara teran-terangan maupun

sembunyi-sembunyi, dalam rangka mengharapkan ridho dari Allah SWT.

21

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1996), h. 364

22

A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Utama, 1997) Cet. Ke-1

h.2

23

Syahminan Zaini, Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989) Cet. Ke-1h.19

24

A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Op Cit, h.3

25

(39)

2. Dasar Tujuan Ibadah.

Menurut syariat Islam, seluruh manusia haruslah beribadah atau

melaksanakan yang diperintahkan oleh Allah, dan menjauhi yang dilarang-

Nya, kalau tidak maka manusia tersebut akan tersesat dan tidak mendapatkan

hidayah dari Allah SWT. Sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Baqarah

ayat 21:

öNä

3Î=ö6s

%

B ût

ïÏ%©!

$#ur Nö

s)=n

s

{

3

ä

“%Ï

©!$# Nã

‘u

3

ä

/-

#(

r߉6ç

ôã$# ¨

â

9#$

$Y¨

$pk‰š

'r

»¯

ÇËÊÈ

tbqà)-Gs?

öNä3ª=yès9

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

Dr. Ir. Hidayat Nata Atmaja menegaskan bahwa:

Al-Quran seharusnya dipandang sebagai sumber dari segala keilmuan, tidak perlu kita permasalahkan lagi, dan Al-Quran merupakan petunjuk yang sebaik-baiknya untuk kehidupan umat. Jelaslah apabila manusia ingin sukses dan selamat dalam kehidupannya, maka ia harus mendasarkan segala aktivitasnya dalam segala aspek kehidupannya kepada kitab Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW.26

Dengan demikian dasar dari ibadah yaitu, Al-Quran dan Hadist Rasulullah,

yang isi didalamnya memerintahkan manusia untuk tunduk dan taat kepada

Allah SWT, karena dengan taat kepada Allah SWT, manusia akan

mendapatkan segala sesuatu yang diinginkannya, sedangkan tujuan ibadah

yaitu untuk menjadi menusia sejati. Ciri-ciri manusia sejati adalah bertaqwa

26

(40)

kepada Allah SWT. Ibadah dalam pengertian tidak terbatas pada masalah

ritual saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam hubungannya

dengan Allah maupun sesama manusia serta lingkungannya.27

3. Motivasi Ibadah

Motivasi itu sendiri merupakan istilah yang lebih umum digunakan untuk

menggantikan tema “motif- motif”, yang dalam Bahasa Inggris disebut

dengan motive yang berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak.28 Yaitu gerakan yang dilakukan manusia yang dapat

membangkitkan tenaga sehingga menimbulkan tingkah laku yang mengarah

kepada tujuan-tujuan.

Motivasi merupakan penggerak utama didalam suatu pekerjaan, oleh

karena itu besar kecilnya motivasi yang ditimbulkan terhadap pekerjaan itu.

Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh kemungkinan

besar akan mendapatkan hasil yang besar, dan begitu pula sebaliknya bila

suatu pekerjaan dilakukan dengan tidak sungguh- sungguh kemungkinan

tidak akan mendapatkan hasil yang besar.

Dengan demikian bila umat muslim ingin ibadah mereka mendapatkan

hasil yang baik disisi Allah SWT, maka umat muslim tersebut harus

memaksimalkan motivasi yang dimilikinya untuk beribadah dengan baik,

dengan mengikuti ajaran agama Islam.

Dr. Sarlito Wiraman Sarwono mengemukakan bahwa:

27

M. Qutub, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1984), h.21-22

(41)

“Apabila kita menginginkan suatu pekerjaan berhasil dengan baik, maka

kita harus menimbulkan gairah yang besar terhadap pekerjaan tersebut,

sehingga kalau bisa menjadi motivasi bagi pekerjaan yang lainnya.”29

Motivasi ibadah dalam buku “Problematika Ibadah dalam Kehidupan

Manusia” diungkapkan beberapa motivasi ibadah, yaitu karena tujuan Allah

menciptakan manusia adalah untuk beribadangh, karena manusia sudah

berjanji untuk taat dan tunduk kepada Allah SWT, karena bahagia yang

diinginkan, karena manusia yang harus kembali ke negeri asalnya (surga). 30

Dengan demikian motivasi ibadah adalah suatu gerakan atau rangsangan

yang ditimbulkan dalam diri manusia untuk taat kepada Allah. Dengan

mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki sehingga tercapainya

sebuah tujuan didalam hidupnya. Karena ibadah itu sendiri mempunyai

pengaruh yang positif dalam kehidupan sehari-hari.

4. Ruang Lingkup Ibadah.

Ibadah ditinjau dari ruang lingkupnya dapat dibagi menjadi dua macam,31 antara lain:

1) Ibadah Khashah, adalah ibadah cara dan ketentuan pelaksanaannya

secara khusus ditetapkan oleh nash, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan

lain-lain.

29

Syahminan Zaini, Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989) Cet. Ke-1h.34

30

Ibid, h.80

31

A. Rahman Ritonga, M.A. dkk, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. Ke-2,

(42)

2) Ibadah Ammnah, adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat

yang baik dan semata-mata karena Allah SWT atau dikerjakan dengan

iklas, seperti makan, minum, bekerja, berbuat baik kepada orang dan

lain sebagainya.

Menurut Ibn. Taimiyah, ibadah mencakup semua cinta dan keselarasan

karena Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, lahir dan batin.

Maka yang termasuk dalam hal ini adalah shalat, zakat, puasa, benar dalam

perkataan, menjalankan amanat, amar ma’ruf nahi munkar, jihad terhadap orang munafik dan kafir, berbuat baik terhadap tetangga, anak yatim, fakir,

miskin, dan Ibn Sabil, berdoa, berdzikir, membaca al-quran, ikhlas, sabar,

syukur, rela menerima ketentuan Allah, tawakal, raji’(berharap atas rahmat),

khauf (takut terhadap adzab), dan lain sebagainya.32

Menurut pemaparan Ibn. Taimiyah diatas terlalu luas, bahkan menurut

beliau semua ajaran agama itu termasuk ibadah, jadi jika ruang lingkup

ibadah tersebut klasifikasikan semuanya dapat dibagi menjadi beberapa

kelompok saja, diantaranya:

a. Kewajiban- kewajiban atau rukun-rukun syari’at seperti shalat, puasa,

zakat, haji.

b. Tambahan dari kewajiban-kewajiban diatas dalam bentuk ibadah sunnat,

seperti dzikir, membaca al-quran, doa, dan istighfar.

32

(43)

c. Semua bentuk hubungan sosial yang baik, dan memenuhi hak-hak

manusia, seperti berbakti pada kedua orang tua, menghubungkan tali

silaturrahmi, berbuat baik kepada fakir miskin, anak yatim dan lainnya.

d. Akhlak yang bersifat kemanusiaan (Akhlak Insaniyah), seperti benar

dalam berbicara, menempati janji dan menjalankan amanah.

e. Ahlak yang bersifat ketuhanan (Akhlak Rabbaniyah), seperti mencintai

Allah SWT, dan Rasul-rasul-Nya, takut kepada siksaan Allah SWT,

ikhlas dan sabar atas hukum-hukum Allah SWT.

5. Bentuk-Bentuk Ibadah.

Berdasarkan bentuk dan manfaatnya ibadah terbagi kepada:

a. Ibadah yang terdiri atas perbuatan atau ucapan lidah, seperti dzikir,

bertasbih, bertahlil, bertauhid, bershalawat, dan lain sebagainya.

b. Ibadah yang sudah jelas dan terinci perkataan dan perbuatannya.

Seperti: shalat, zakat, puasa dan haji.

c. Ibadah yang tidak ditentukan tehnik penulisannya, seperti menolong

orang lain,berjihad, membela diri, mendirikan masjid, rumah,

madrasah, dan rumah sakit.

d. Ibadah yang pelaksanaannya dalam bentuk menahan diri seperti

(44)

e. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan

seseorang dari kewajiban membayar hutang kepada kita, memaafkan

kesalahan orang lain, dan sebagainya.33

Allah SWT menciptakan manusia agar mereka beribadah kepada-Nya.

Manusia memang diperintahkan Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya,

dan ibadah tersebut harus dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai dengan al-

quran dan As-sunnah. Ibadah yang menjadi tugas utama manusia merupakan

penyerahan total yang tumbuh dari kesadarn yang dalam, akan keagungan

Tuhan yang disembah.

Ibadah mempunyai bentuk yang bermacam-macam dalam setiap agama,

disyariatkan Allah untuk mengingatkan manusia akan keagungan dan

kekuasaan-Nya, yang memang keduanya merupakan jiwa dan rahasia

ibadah. Manusia dengan ibadah yang dilakukannya akan senantiasa selalu

ingat kepada Allah dan merasa dekat dengan-Nya.

Ibadah yang benar adalah ibadah yang mempunyai pengaruh efektif

terhadap pembentukan akhlak mulia serta pendidikan jiwa manusia,

sehingga ia mampu berbuat baik kepada saudara-saudaranya yang muslim,

dan orang lain tidak terganggu oleh ucapan dan perbuatannya.34

Adapun ibadah-ibadah yang dimaksud ialah shalat, zakat, puasa, haji,

dimana ibadah tersebut merupakan bentuk ibadah yang klasik, yang dikenal

sejak zaman dulu dan ibadah berupa amar ma’ruf nahi munkar.

33

Al-Habsy & Muhammad Baqir, Fiqh Praktis Menurut Al-Qur’an As-sunnah dan Pendapat Para

Ulama, (Bandung: Mizan, 1999), cet. Ke-1, h.27

34

Rif’at Syauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh Kajian masalah Akidah dan

(45)

1) Ibadah Shalat.

a) Pengertian Shalat.

Shalat menurut bahasa adalah Do’a.35 Sedangkan sholat menurut

istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan

tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.36

b) Hikmah Shalat.

Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang paling utama sesudah

mengucapkan kalimat syahadat. Shalat merupakan pembeda anatara

orang muslim dengan non-muslim. Disyari’atkan dalam rangka

mensyukuri nikmat Allah SWT. Yang mempunyai manfaat yang

bersifat religius atau keagamaan, serta mengandung kunsur pendidikan

terhadap individu dan masyarakat.

Shalat bukan hanya berfungsi membentengi pelakunya dari perbuatan

keji dan perbuatan munkar, tetapi shalat itu seharusnya mendorong

pelakunya untuk berbuat baik kepada orang lain. Shalat tidak berguna

bagi pelakunya, jika ia masih tidak membuahkan moral yang baik bagi

pelakunya, sehingga masih muda melakukan perbuatan-perbuatan yang

kurang baik.

Terbentuknya moral yang baik melalui shalat bisa terjadi, karena

seperti diketahui diantara bentuk-bentuk ibadah Islam, shalatlah yang

35

A. Rahman Ritonga, M.A. dkk, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. Ke-2,

h.65

36

(46)

paling dapat membawa manusia dekat dengan Allah. Didalamnya

terdapat dialog antar manusia dengan Tuhannya, seperti memuji

kemahasucian-Nya, menyerahkan diri kepada-Nya, memohon supaya

dilindungi dari godaan syetan, memohon diberi ampunan dan

dibersihkan dari segala dosa, dijauhkan dari kesesatan serta perbuatan-

perbuatan yang tidak baik.

Didalam shalat seseorang meminta agar ruh dan jiwanya disucikan,

sehingga dengan demikian ia cenderung kepada perbuatan- perbuatan

baik dan perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana dalam firman Allah

surat Al-‘Ankabut ayat 45:

3

Žç

9t

2

ò

r&

#$ ã

!

«

Ï%s!ru 3

ø9$#

Ì

s3ZJ

ß

Æ

Ç

ø9#$

ur

Ïä$!

t

ã

±

t

ó

s

ÿx

‘4

sS÷Z?s on

$

q4

=n

Á

¢

9#

c

ž

ÇÍÎÈ

tbqãèoYóÁs?

$tB

ÞOn=÷ètƒ

ª!$#ur

“....Dan dirikanlah shalat sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar”. (Al-‘Ankabut ayat 45)

Sebenarnya bukan perbuatan shalat itu yang mencegah seseorang dari

perbuatan- perbuatan tidak baik, tetapi jiwa suci yang cenderung kepada

kebaikan sebagai hasil bentukan shalatlah yang mencegah dari

perbuatan jahat dan tidak baik. Hal itu berarti, sungguh pun seseorang

rajin melaksanakan shalat, tetapi jiwanya kotor dan cenderung pada

perbuatan maksiat maka ia belum memperoleh kemanfaatan dari

shalatnya. Shalat yang diterima adalah yang membuat pelakunya

(47)

manusia yang merendahkan diri dan tidak sombong, senantiasa ingat

kepada Allah SWT, dan memiliki rasa kepedulian sosial untuk

mendorong orang-orang dalam kesusahan, seperti anak yatim, fakir

miskin, orang yang dalam perjalanan, janda tua dan yang terkena

bencana. Dengan kata lain, shalat yang diterima Allah SWT, ialah shalat

yang menjauhkan manusia dari perbuatan jahat dan mendorongnya

untuk berbuat hal- hal yang baik.

Shalat dapat mengajak seseorang untuk berdisiplin dan mentaati

peraturan dan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terlihat dari

penetapan waktu shalat yang mesti dipelihara oleh setiap muslim dan

tata tertib yang terkandung didalamnya. Dengan demikian shalat yang

wajib dijalankan lima kali dalam sehari intinya bukan pada gerakan-

gerakan lahiriyahnya, akan tetapi terlerak pada penghayatan sedalam-

dalamnya akan kehadiran diri individu dihadapan Tuhan Yang Maha

Agung, yang dalam prakteknya disertai rasa khusyu’.37 Maka tidaklah

berlebihan bisa dikatakan bahwa shalat yang sempurna itu ialah shalat

yang dilakukan dengan kekhusyu’an dan kehadiran hati yang disertai

ketenangan seluruh anggota badan.

Didalam gerakan dan bacaan shalat tersebut banyak mengandung

hikmah, baik dari segi ruhaniyah maupun jasmaniyah, antara lain:

37

(48)

1) Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, karena melalui bacaan

yang diucapkan pada waktu shalat berarti kita selalu ingat kepada

Allah SWT.

2) Mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar.

3) Mendekatkan dan menyerahkan diri kepada Allah SWT secara

tulus ikhlas, karena segalanya hanya milik Allah.

4) Meningkatkan disiplin, sabar da khusyu’.

5) Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa-raga.

2) Ibadah Puasa.

a. Pengertian Puasa.

Puasa menurut bahasa adalah menahan diri dari apa yang dirindukan

hawa nasfu.38 Sedangkan menurut istilah agama Islam adalah menahan

diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari

terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari, dengan niat dan

beberapa syarat.39

b. Hikmah Puasa.

Berangkat dari pengertian diatas, inti dari puasa ialah terletak pada

menahan makan dan minum, serta hubungan seksual, walaupun

sebenarnya termasuk didalamnya menahan diri dari ucapan yang tidak

baik, seperti ghibah, berdusta, memaki, mencerca, dan mengadu domba

38

Ibnu Muhammad, Puasa Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1996), Cet. Ke-2, h.21

39

(49)

orang, dengan mengharap ridha Allah dan mempersiapkan diri untuk

semakin bertaqwa kepada-Nya, dengan jalan mendekatkan serta

mendidik kemauan melalui pengekangan hawa nafsu, agar mendapatkan

kesanggupan danketangguhan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.

Kalau shalat merupakan bentuk pertama dari bentuk ibadah

jasmaniah dan ruhaniah, maka yang kedua adalah puasa. Salah satunya

adalah puasa dibulan Ramadhan, bulan ramadhan merupakan jalan

terbaik bagi umat muslim untuk meningkatkan amal ibadah, karena

segala amal perbuatan yang baik akan dilipatgandakan pahalanya oleh

Allah SWT. Puasa juga merupakan alat untuk secara suka rela

meninggalkan berbagai kesenangan yang halal dengan tujuan menguji

jiwa mereka dan memperkuat ketekunan serta kesungguhan dalam

bertaqwa kepada Allah SWT, sehingga memiliki semangat yang tinggi

dan kuat untuk menjauhkan diri dari segala perbuatan maksiat, dan

mencapai tujuan yaitu menjadi manusia yang bertaqwa.

Dalam Islam tidak ada ibadah yang diperintahkan Allah SWT yang

tidak mengandung hikmah, contohnya puasa, menurut Zakiyah

Daradjat, ibadah puasa mengandung hikmah terhadap jasmani dan

rohani manusia. Hikmanya terhadap rohani antara lain ialah melatih

rohani agar disiplin mengendalikan dan mengontrol hawa nafsu agar

tidak semena-mena memunculkan keinginannya.40

Dalam ibadah puasa disamping melatih hawa nafsu juga terdapat

nilai-nilai moral yang luhur kepada sesama umat manusia, yaitu

40

(50)

menyiapkan menjadi manusia yang berjiwa sosial dan gemar beramal

sholeh. Hal ini merupakan manifestasi dari rasa lapar dan dahaga yang

dirasakan selama berpuasa, sehingga dapat merasakan bagaimana

rasanya ketika seseorang dalam keadaan lapar, tentunya hal ini

mengingatkan kita kepada para fakir miskin, sehingga perasaan dan hati

kita pun terdorong untuk membantu mereka.

3) Ibadah Zakat

a. Pengertian Zakat.

Zakat menurut bahasa berarti subur, bertambah.41 Sedangkan menurut

istilah ialah, juml

Gambar

gambaran dan
GAMBARAN  UMUM PENGAJIAN   ORBIT  terdiri dari:  Latar
GAMBARAN UMUM PENGAJIAN ORBIT LINTAS PROFESI

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson study) tentang pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan

Meskipun manaqiban merupakan amalan wajib bagi para majelis Taklim Tarbiyatul Solihin namun amalan tersebut benar benar dapat digunakan sebagai media , metode dan materi

terhadap keterangan guru, jika ketika ditanyakan kepada peserta didik banyak yang paham maka guru akan melanjutkan kepada materi selanjutnya ini biasa disebut dengan

Hasil wawancara yang telah di sampaikan oleh pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo yaitu metode yang diterapkan dalam meningkatkan bertutur kata

Guru menggunakan metode belanja soal. Metode ini digunakan setelah guru menerangkan materi dengan ceramah dan tanya jawab.. 1) Guru membagikan anak induk kepada