• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keterampilan mebaca intensif dengan metode kooperatif jingsaw pada siswa kelas VII Madasah Tsanawiyah (MTs) Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keterampilan mebaca intensif dengan metode kooperatif jingsaw pada siswa kelas VII Madasah Tsanawiyah (MTs) Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011-2012"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

Vanesa Primadiyanti

107013000725

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

MUJAHIDIN CIKARANG TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

Vanesa Primadiyanti

107013000725

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Aku yakin Allah selalu memberikan umatnya yang terbaik

dari semua musibah

keyakinan, keikhlasan, dan kesabaran memberikan hikmah

yang begitu luas dan begitu indah

.

Yakinlah Allah selalu

bersamamu di setiap hembusan nafasmu

dan keyakinan kepada Allah memberikan kesuksesan karena

sesungguhnya hidup bukan sekadar hidup tetapi hidup untuk

(8)

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

I bu dan B apak tercinta yang selalu mendoakan

dan mendukung setiap saat, Suami tercinta

R ofi J umed, S.Tp yang membuat aku semangat

menjalani kehidupan ini, Sahabat-sahabat

Pendidikan B ahasa dan Sastra I ndonesia

dalam menuntut ilmu yang selalu membantu

dengan ikhlas dan selalu memberikan dukungan

(9)

AJARAN 2011/2012.

Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan. Membaca merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dan harus dikuasai siswa agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah serta bekerja di masyarakat. Di Madrasah Tsanawiyah Al-Mujahidin Cikarang, keterampilan membaca siswa kelas VII perlu dikembangkan. Karena keterampilan membaca siswa masih sangat rendah disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari siswa dan faktor eksternal yang berasal dari teknik yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat.

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan membaca intensif dan peningkatan keterampilan membaca intensif dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca siswa dan peningkatan keterampilan membaca intensif siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang dengan digunakannya metode kooperatif jigsaw. Manfaat penelitian ini. Penelitian bermanfaat untuk mengembangkan pengetahun membaca intensif dengan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang.

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar siswa dan angket. Tes hasil belajar dan angket ini diberikan kepada sampel berjumlah 80 siswa, di mana kelas kontrol berjumlah 40 siswa dan kelas eksperimen 40 siswa. Pengambilan sampel populasi Puposive Sampling, yakni pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca intensif setelah mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif jigsaw. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest kelompok kontrol dan eksperimen yang dilakukan pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang. Pada tes pretest nilai rata-rata kelompok kontrol yang diperoleh sebesar 52,8 dan kelompok eksperimen 40,95. Hal ini menunjukan bahwa nilai pretest kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Maka, kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw. Hasil tes postest kelompok kontrol sebesar 72,975, dan kelompok eksperimen sebesar 78,4. Hal ini menunjukan bahwa metode kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif.

(10)

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktuhidayah-nya. Dalam

skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, Ma, Ph,D selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia.

3. Dra. Budi Suci Nuraini, M.Pd selaku Dosen Pembimbing.

4. Seluruh Dosen dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

banyak membantu penulis selama menuntut ilmu.

5. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun

materil.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan

seprofesi dan sebagai pembaca pada umumnya.

Jakarta, 08 Desember 2011

Penulis

(11)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN

MOTTO

PERSEMBAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Hipotesis... 7

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 8

A. Hakikat Membaca ... 8

1. Pengertian membaca... 9

2. Tujuan membaca ... 11

3. Jenis – jenis membaca ... 14

4. Pengertian membaca intensif ... 15

(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 25

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Jenis Penelitian... 26

C. Populasi dan Sampel ... 26

D. Metode Penelitian ... 27

E. Desain Penelitian... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Variabel Penelitian... 29

H. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PEMBAHASAN ... 30

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah ... 30

B. Deskripsi Data ... 40

1. Deskripsi Data Hasil Pretest ... 40

2. Deskripsi Data Hasil Posstest ... 47

3. Data Hasil Angket ... 55

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 59

1. Uji Hipotesis ... 59

2. Analisis Data Angket ... 66

C. Interpetasi Data ... 66

D. Pembahasan ... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

Tabel 3.3 : Daftar Guru MTs. Al-Mujahidin... 30

Tabel 3.4 : Profil Madrasah ... 32

Tabel 4.1 : Daftar Nilai Pretest Kontrol ... 41

Tabel 4.2 : Daftar Nilai Pretest Eksperimen ... 42

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Kontrol ... 44

Tabel 4.4 : Daftar Frekuensi Kontrol ... 45

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Eksperimen ... 47

Tabel 4.6 : Daftar Frekuensi Eksperimen ... 48

Tabel 4.7 : Daftar Nilai Postest Kelompok Kontrol ... 49

Tabel 4.8 : Daftar Nilai postest Kelompok Eksperimen ... 50

Tabel 4.9 : Tabel Distribusi Frekuensi Eksperimen ... 51

Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi ... 52

Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Eksperimen ... 54

Tabel 4.12 : Daftar Distribusi Eksperimen ... 55

Tabel 4.13 : Tabel Hasil Angket ... 56

Tabel 4.14 : Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest (S1) ... 59

Tabel 4.15 : Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Postest (S2) ... 62

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 : Gedung MTs. Al-Mujahidin ... 26
(14)

Lampiran 1 : Kisi-Kisi Soal Pretest dan Postest ... 40

Lampiran 2 : Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 40

Lampiran 3 : Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 41

Lampiran 4 : Hasil Postest Kelas Kontrol ... 47

Lampiran 5 : Hasil Postest Kelas Eksperimen ... 48

Lampiran 6 : Tabel Chi-Kuadrat ... 47

Lampiran 7 : Angket Siswa ... 55

Lampiran 8 : Tabel T ... 59

(15)

1 A.Latar Belakang

Bahasa adalah suatu hal yang sangat penting bagi seseorang

sebagai anggota masyarakat. Bahasa digunakan oleh seseorang untuk

berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa,

seseorang tidak mungkin bisa komunikasi dengan orang lain di sekitarnya.

Oleh karena itu, keterampilan berbahasa sangat diperlukan bagi semua

orang, serta dikembangkan sejak dini agar seseorang dapat berkomunikasi

dan berinteraksi di masyarakat dengan baik.

Bahasa sangat penting sebagai alat komunikasi, maka di dalam

pembelajaran bahasa Indonesia terdapat pembelajaran berbahasa dengan

baik serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

dengan orang lain. Adapun tujuan pembelajaran bahasa Indonesia

dimaksudkan agar siswa lebih mahir dalam menggunakan keterampilan

berbahasa dengan baik, sehingga ketika siswa sudah menamatkan jenjang

pendidikan di sekolah, mereka akan lebih terampil menggunakan bahasa

baik secara lisan maupun tertulis.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya sistem

pendidikan dan proses belajar mengajar yang baik. Sehubungan dengan

itu, dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya seorang guru

dituntut agar mengajar dengan baik.

Hal yang harus dilakukan seorang guru agar mengajar dengan baik

yaitu merencanakan program pembelajaran, menguasai materi yang akan

disampaikan, mampu mengorganisir kelas, mampu memilih serta

menggunakan media, dan memilih pendekatan yang tepat. Semua itu

(16)

Standar Kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia mempunyai

empat keterampilan yaitu berbicara, membaca, menulis, dan menyimak.

Membaca merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. 2 Keempat

keterampilan berbahasa itu dalam pembelajarannya harus dilaksanakan

secara seimbang dan terpadu. Sebab, keterampilan berbahasa tersebut

dalam pembelajaran saling berkaitan erat satu sama lain. Di antaranya

pengajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis saling erat berkaitan. Segala usaha untuk meningkatkan salah satu segi bahasa

tersebut jelas akan berpengaruh kepada ketiga segi lainnya.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan salah satu

keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan di MTs. Al-Mujahidin

Cikarang yakni keterampilan membaca intensif. Siswa MTs. Al-

Mujahidin termasuk fase remaja yang mempunyai masalah dalam

membaca intensif, dengan usia remajanya membuat mereka malas untuk

membaca intensif di dalam atau di luar kelas. Keterampilan membaca

sebagai keterampilan berbahasa yang dipelajari oleh manusia sebelum

keterampilan mendengarkan, berbicara, dan menulis, merupakan

keterampilan berbahasa yang paling dasar. Akan tetapi dalam kenyataanya

sebagian besar siswa MTs. Al-Mujahidin kurang berminat pada

keterampilan membaca di sekolah.

Persoalan membaca tidak terlepas dari pengaruh keyakinan

seseorang dalam membaca, bahwa dengan membaca seseorang mampu

mendapatkan perbendaharaan kata dari bahan wacana yang telah

dibacanya. Pengalaman belajar membaca dan kegiatan membaca di

sekolah maupun keluarga, sangat berpengaruh dalam membentuk

kebiasaan membaca. Membaca bukan kebiasaan siswa ketika di sekolah

dan di rumah. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu membuat siswa

2

(17)

gemar membaca, khususnya membaca intensif. Pada materi membaca

intensif diperlukan metode yang tepat agar mampu membuat siswa senang

dengan membaca intensif.

Peneliti melihat guru bidang studi bahasa Indonesia kelas VII di

dalam menyampaikan materi membaca intensif menggunakan metode

ceramah. Peneliti merasa dengan menggunakan metode ceramah dalam

menyampaikan materi membaca intensif kurang tepat. Sebab siswa akan

lebih pasif dan guru yang lebih aktif.

Semoga dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat untuk

sekolah, guru, siswa, dan penulis. Terutama pada permasalahan membaca

intensif kelas VII yang terjadi di MTs. Al-Mujahidin Cikarang. Peneliti

hendak berupaya memecahkan permasalahan tersebut dengan penelitian

eksperimen dan mencoba mengubah metode ceramah dengan metode

kooperatif jigsaw pada penyampaian materi membaca intensif di kelas VII

MTs. Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011/2012.

B. Identifikasi Masalah

Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang perlu dikembangkan. Membaca merupakan salah satu

keterampilan yang sangat penting dan harus dikuasai oleh siswa sejak dini,

agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran dan

pendidikan di sekolah juga dapat berguna di masyarakat. Berdasarkan

observasi awal bulan Agustus 2011, peneliti mengamati keterampilan

membaca pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang, hampir

seluruhnya belum memahami, terutama dalam membaca intensif.

Ternyata membaca intensif di MTs. Al-Mujahidin masih sangat

sulit dipahami dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dilihat dari

rendahnya minat membaca di kalangan siswa MTs. Al-Mujahidin

Cikarang, dan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi membaca

(18)

Peneliti mengetahui kesulitan siswa dalam memahami membaca

intensif ketika observasi ke MTs. Al-Mujahidin Cikarang. Hal itu

disebabkan faktor internal dari siswa dan eksternal dari guru bahasa

Indonesia.

Pada faktor internal yang berasal dari siswa yakni:

1. Faktor yang mempengaruhi rendahnya keterampilan membaca

intensif adalah siswa kurang termotivasi dan berminat mengikuti

pembelajaran bahasa Indonesia. Permasalahan tersebut terdapat di

dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yang monoton dan

membosankan. Untuk mengatasi hal itu, guru harus mengubah

pembelajaran bahasa Indonesia agar lebih bervariasi dan

menyenangkan siswa.

2. Faktor kedua adalah keseluruhan siswa kurang memahami makna

dengan intensif. Untuk mengatasi hal itu, diperlukan penanganan

oleh guru untuk banyak memberikan latihan-latihan membaca

intensif, agar siswa mampu memahami isi bacaan tersebut.

3. Faktor ketiga adalah rendahnya minat membaca siswa secara

keseluruhan. Untuk mengatasi hal itu, guru dan orang tua harus

bekerja sama untuk mengontrol siswa agar gemar membaca.

Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari guru yakni:

1. Faktor pertama ialah ketidaktepatan pemilihan pendekatan

pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode

ceramah. Untuk memecahkan masalah ini, guru harus mengubah

metode ceramah dengan metode yang lain. Contohnya dengan

metode kooperatif jigsaw.

2. Faktor kedua adalah teknik mengajar dalam pembelajaran kurang

menarik dan membosankan. Untuk mengatasi permasalahan itu,

maka guru harus mengubah teknik pembelajaran yang bervariasi

agar siswa merasa tertarik. Adapun salah satu teknik yang

digunakan adalah teknik diskusi kelompok dan memperbanyak

(19)

3. Faktor ketiga adalah guru yang mengajar bidang studi bahasa

Indonesia berasal dari bidang studi lain. Hal ini yang menyebabkan

penyampaian materi bahasa Indonesia khususnya membaca intensif

kurang dipahami oleh siswa.

C.Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, permasalahan utama

yang dihadapi yaitu rendahnya keterampilan membaca intensif siswa yang

disebabkan kurang tepatnya metode saat pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya materi membaca intensif. Permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini adalah peningkatan keterampilan membaca intensif dengan

metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin

Cikarang tahun ajaran 2011/2012.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas,

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan membaca intensif pada siswa kelas VII MTs.

Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011/2012?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca intensif dengan metode

kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin tahun ajaran

2011/2012?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

(20)

1. Mendeskripsikan kemampuan membaca intensif siswa kelas VII MTs.

Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011/2012.

2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif setelah

menggunakan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs.

Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011/2012.

F.Manfaat Penenelitian

Hasil Penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu secara teoretis dan

praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah pengembangan

pengetahuan membaca intensif dan untuk mengembangkan teori

pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca intensif dengan

menggunakan metode kooperatif jigsaw.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti. Manfaat bagi guru, adanya

penelitian ini dapat memberikan alternatif pemilihan pendekatan

pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca intensif. Manfaat

bagi siswa, adanya penelitian ini siswa dapat meningkatkan keterampilan

membaca intensif dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna

bagi siswa dengan metode kooperatif jigsaw. Manfaat bagi peneliti sendiri,

adanya penelitian ini dapat memperkaya wawasan mengenai penggunaan

metode kooperatif jigsaw. Manfaat bagi sekolah, adanya penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan kualitas guru dan

siswa, sehingga mutu pendidikan di sekolah dapat meningkat ke arah yang

(21)

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca

intensif pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang akan

(22)

8 A. Hakikat Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa tulis,

yang bersifat reseptif.1 Membaca memang bersifat menerima sebab

dengan membaca, seseorang akan mendapatkan ilmu dan pengalaman dari

bahan bacaan tersebut.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan

oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Dengan demikian,

membaca merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pembaca untuk

memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari teks (bahasa tulis)

yang dibaca.2Artinya, dengan kegiatan membaca seorang pembaca akan

bertambah pengetahuan, ilmu, pengalaman, dan peka terhadap informasi

yang ada. Oleh karena itu, dengan memperbanyak membaca maka dapat

memperluas wawasan si pembaca.

Membaca merupakan proses merekonstruksi makna dari

bahan-bahan cetak.3 Definisi ini memberikan kita pemahaman bahwa membaca

bukan sekadar dilafalkan saja bunyinya, namun harus dipahami makna

yang terkandung di dalamnya. Sedangkan komunikasi antara pembaca dan

penulis akan semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang

lebih baik dalam memahami teksnya. Hal itu dapat menunjukkan bahwa

membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu

proses yang tergabung ke dalam suatu sikap, yaitu sikap pembaca yang

aktif dan interaktif.

1

Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007). h.97

2

Henry Guntur Tarigan, Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008). h.7

3

(23)

Reading that is Most practical management of the world about us.4 Bahwa memmbaca adalah manajemen praktis dari dunia kami. Artinya

membaca merupakan kegiatan yang sangat mudah sekali untuk dilakukan.

Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa

yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan.5 Membaca memang

kegiatan yang dilakukan pembaca untuk memahami teks bacaan yang

telah ditulis oleh penulis.

Membaca merupakan proses yang kompleks.6 Maksudnya

membaca merupakan suatu kemampuan yang kompleks dan memerlukan

suatu latihan agar berhasil dalam membaca secara maksimal.

Selanjutnya pengertian tentang membaca yang dipaparkan oleh Sri

Hartati yaitu, membaca berguna untuk mendapatkan informasi, sehingga

perlu pemahaman terhadap isi bacaan.7 Maka dari itu, seseorang yang

membaca harus berusaha memahami teks bacaan agar informasi yang ada

di dalam teks bacaan tersebut dapat dipahami.

Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau komplek karena

bergantung pada keterampilan berbahasa siswa berikut tingkat

pembelajarannya.8 Di dalam membaca, seseorang harus menyesuaikan

bahan bacaannya terlebih dahulu sebelum memulai proses membaca.

Dari pendapat tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa

membaca adalah suatu keterampilan yang sangat kompleks, menuntut

kemampuan pemahaman pembacanya secara aktif dan interaktif, dan

berlatih secara terus-menerus agar mendapatkan hasil yang maksimal.

4

Jennings Frank G, This Is Reading, (New York: Teacher College Pr ess, 1965). h.3

5

Nur giyant oro Burhan, Penilaian Dalam Pengaj aran Bahasa Dan Sast ra, (Yogyakart a: BPFE, 2001). h.73

6

Yunus M ohamad dkk, Bahasa Indonesia, (Jakart a: Universitas Terbuka, 2007).h.1.20

7

Hart ati Sri, Bahasa Indonesia Unt uk SM P/ M Ts. Kelas VII. (Solo: CV Dino M andiri, 2011). h.27

8

(24)

2. Tujuan Membaca

Setiap yang kita lakukan, pada dasarnya mengandung tujuan.

Dengan adanya tujuan, maka kita tidak salah melangkah atau tersesat

dalam melakukan kegiataan. Begitu juga dengan kegiatan keterampilan

membaca. Apabila dalam kegiatan membaca kita mengetahui tujuan yang

pasti, maka kita tidak akan salah memilih metode untuk membaca secara

baik dan benar.

Berkaitan dengan tujuan membaca, di bawah ini beberapa tujuan

membaca yaitu:

a. membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh seorang tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian – perincian atau fakta-fakta (readingfor details of facts).

b. membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan – adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Membaca ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for sequence ororganization).

d. membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperhatikan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitaskualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Membaca ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). e. membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang

tidak bisa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak

(25)

mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

f. membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang dibuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Membaca ini disebut membaca untuk menilai, membaca mengevaluasi

(reading to evaluate).

g. membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Membaca ini

disebut membaca untuk memperbandingkan atau

mempertentangkan (reading to compare or contrast). Tujuan membaca yang dipaparkan oleh Tarigan di atas adalah

untuk memperoleh informasi dari teks cerita yang dibaca. Dalam

memaparkan tujuan membaca tersebut, Tarigan mengelompokkan

tujuan-tujuan membaca berdasarkan beberapa kegiatan yang dilakukan

pembacanya, sehingga tujuannya berbeda-beda antara kegiatan membaca

yang satu dengan membaca lainnya tergantung pada konteksnya.

Dalam kegiatan pembelajaran membaca, siswa harus dilatih secara

bertahap, sehingga siswa bisa menguasai keterampilan khusus dalam

membaca secara baik.

Tujuan orang membaca ialah:9

1. untuk mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandung dalam satu bacaan seefisien mungkin; dan

2. Morrow dalam Subyakto dan Nababan mengatakan bahwa tujuan membaca ialah untuk mencari informasi yang

a. kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri;

b. teferensial dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; dan

c. afektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca.

Selanjutnya tujuan membaca menurut Cahyani dan Hodijah mengungkapkan tujuan membaca di antaranya.10

9

Subyakt o dan Nababan, M et odologi Pengajaran Bahasa, (Jakart a: Pust aka Ut ama, 1993). h. 164

10

(26)

a. membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokkoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). b. membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang

baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk ide-ide utama (reading main for ideas).

c. membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula, pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya-setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan, dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

d. membaca untuk menemukan serta mengtahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar untuk seorang tokoh, apa yang benar. Ini disebut

membaca untuk mengkelompokan, membaca untuk

mengklafikasikan (reading to classifiy).

f. membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca evaluasi (reading evaluate).

(27)

Pendapat selanjutnya mengenai tujuan membaca setiap individu dalam

kelompok ditentukan oleh pengalaman, kecerdasan, pengetahuan bahasa, minat,

serta kebutuhan bahasa.11

Dari beberapa tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki

tujuan yang sangat penting bagi semua pembaca. Tujuan membaca tersebut antara

lain untuk mencari informasi tentang suatu hal, mengetahui secara menyeluruh isi

bacaan, serta menilai kebenaran suatu gagasan isi bacaan yang ditulis oleh

pengarang dalam bentuk teks.

3. Jenis-jenis Membaca

Berkaitan dengan jenis-jenis membaca ditinjau dari bersuara atau tidaknya

si pembaca ketika dia membaca dapat dibagi menjadi dua, yaitu membaca nyaring

dan membaca dalam hati. Penjelasan ini didasarkan pada perbedaan tujuan yang

hendak dicapai.12

→ membaca nyaring

membaca → membaca survei → membaca ekstensif→ membaca sekilas

→ membaca dangkal → membaca teliti → membaca pemahaman →membaca dalam hati → membaca telaah isi → membaca kritis

→ membaca ide-ide → membaca intensif

→ membaca telaah bahasa

3.1 Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan

alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau

pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan

seorang pengarang.

11

Alek dan Achmad, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 84

12

(28)

3.2 Membaca Dalam Hati

Membaca dalam hati hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan membaca dalam hati adalah secara umum untuk memperoleh informasi. Secara garis besar

membaca dalam hati terbagi atas membaca intensif dan membaca ekstensif.

a. Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Tujuan

membaca ekstensif adalah untuk memahami isi bacaan dengan

cepat.

Membaca ekstensif ini meliputi pula :

1) Membaca survei

Sebelum membaca biasanya kita meneliti terlebih

dahulu apa yang hendak kita telaah. Bahkan kita mensurvei

bahan bacaan yang akan dipelajari.

2) Membaca sekilas

Membaca sekilas atau skiming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat

melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mendapatkan

informasi.

3) Membaca dangkal

Membaca dangkal atau superficial reading

bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal

dan tidak bersifat mendalaminya pada suatu bacaan.

b. Membaca Intensif

Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh kesungguhan agar memperoleh pemahaman pada

suatu bacaan.

(29)

1) Membaca telaah isi

Membaca telaah isi merupakan kegiatan

pemahaman yang dilakukan setelah mendapatkan bahan

bacaan yang menarik. Membaca telaah isi juga menuntut

ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir, serta

keterampilan menagkap suatu ide pada bahan bacaan

tersebut.

2) Membaca telaah bahasa

Membaca telaah bahasa merupakan kegiatan

membaca yang menuntut adanya suatu pemahaman yang

sangat mendalam pada bahasa yang membangun bacaan

yang terdiri dari isi dan bahasa.

4. Pengertian Membaca Intensif

Membaca intensif atau intensive reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut. (Brook dalam Tarigan)13

Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara

cermat dan teliti terhadap teks yang dibaca. Membaca intensif dapat

diterapkan dalam upaya mencari informasi yang bersifat detail.14 Di dalam

membaca intensif, seorang pembaca hendaklah teliti dan cermat pada teks

yang dibacanya agar informasi dapat dipahami oleh pembaca tersebut.

13

Ibid h. 35 14

(30)

Membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan

secara sungguh-sungguh dan terus-menerus untuk memahami makna yang

terkandung dalam teks bacaan.15 Dengan kesungguhan serta terus-menerus

di dalam membaca intensif dapat membuat pembaca memahami makna

yang terdapat dalam teks bacaan.

Membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan

secara seksama, teliti, dan mendalam tentang segala sesuatu yang tertulis

pada teks dengan tujuan memahami isi bacaan secara utuh.16 Ketika

seseorang membaca intensif, yang dibutuhkan bukan hanya seksama dan

teliti saja, namun mendalami teks bacaan secara utuh membuat si pembaca

mendapatkan informasi.

Membaca pemahaman guna merujuk kepada jenis kegiatan

membaca dalam hati yang dilakukan untuk memperoleh pengertian tentang

sesuatu atau untuk tujuan belajar sehingga memperoleh wawasan yang

lebih luas tentang sesuatu yang dibaca.17 Membaca intensif merupakan

jenis membaca dalam hati, maksudnya membaca yang tidak dilafalkan

agar memperoleh wawasan yang luas dari membaca tersebut.

Membaca pemahaman adalah membaca intensif. Tujuan membaca

pemahaman adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat.18 Membaca

intensif merupakan membaca pemahaman yang mempunyai tujuan

memahami bacaan dengan kecepatan dan kecermatan untuk mendapatkan

pemahaman dari sebuah teks bacaan.

Membaca intensif adalah membaca untuk memahami dan

menganalisis bahan bacaan secara teliti dan mendalami.19 Di dalam

membaca intensif berbeda dengan membaca jenis lainnya, sebab membaca

15

Sukini dan Iskandar,Bahasa dan Sast ra Indonesia 2, (Surakart a: PT Widya Dut a Grafika, 2005). h. 75

16

Sunart i dan M aryani, Int isari Bahasa dan Sast ra Indonesia Unt uk SM P, (Bandung: CV Pust aka Set ia, 2007). h.85

17

M ulyani Yet i, Ket erampilan Berbahasa Indonesia SD,(Jakart a: Universit as Terbuka,2007). h.4.8

18

Suryandaru Anindit a, Bahasa dan Sast ra Indonesia 3, (Semarang: CV Aneka Ilmu, 2007). h.4

19

(31)

intensif membutuhkan ketelitian yang sangat mendalam untuk

mendapatkan informasi dari sebuah teks bacaan.

B. Kooperatif Jigsaw

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang mempunyai peraturan yang harus dipatuhi oleh siswa. Pembelajaran kooperatif ini dapat membantu siswa yang kurang pandai untuk mengerti sebuah materi yang diajarkan oleh siswa yang pandai dalam satu kelompok. Pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.20

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

berkelompok, dengan belajar berkelompok membuat siswa yang pandai

dan siswa yang kurang pandai dapat bekerjasama untuk menerima

pembelajaran.

2. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa jenis, yaitu:

a. Student Teams Achivement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan

salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.

b. Team Games Tournamen (TGT)

Model kooperatif Team Games Tournamen (TGT)

dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath

Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan

20

(32)

permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

c. Tim Ahli (Jigsaw)

Model jigsaw merupakan model yang menerapakan

metode diskusi dalam dua tahap pada pembelajaran, yaitu

tiap tahap disebut kelompok asal dan kelompok ahli.

d. Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok merupakan model kooperatif

yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan model ini

dikembangkan pertama oleh Thelan.

e. Think Pair Share (TPS)

Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir

berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa.

f. Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran

berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif

yang dirancang untuk mempegaruhi pola interaksi siswa

dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

3. Kooperatif Jigsaw 3.1 Pengertian Jigsaw

Di dalam pembelajaran, seorang guru membutuhkan beberapa

model untuk mempermudah penyampaian materi, salah satunya model

(33)

Model jigsaw merupakan model yang menerapakan metode diskusi dalam dua tahap. Diskusi tahap pertama, siswa dibentuk kelompok sesui karakteristik materi. Kelompok ini disebut kelompok asal yang pada awalnya masing-masing anggota kelompoknya bekerja individual sesuai tugas yang diberikan. Diskusi kedua dibentuk kelompok ahli. Setiap siswa dari kelompok asal yang membahas materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok untuk merumuskan materi yang ditugaskan. Kelompok ahli bertugas memberi penjelasan pada kelompok asal.21

Kooperatif jigsaw merupakan belajar kelompok yang begitu

menyenangkan. Pada kooperatif jigsaw terdapat dua kelompok yang

bernama kelompok asal dan ahli. Pada kelompok asal, terdapat beberapa

siswa yang telah mendapatkan materi. Sedangkan pada kelompok ahli,

kumpulan dari beberapa siswa dari kelompok asal yang akan membahas

materi yang mereka dapatkan pada kelompok asal.

Selanjutnya pengertian tentang kooperatif jigsaw adalah salah satu

dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Beberapa

modifikasi dapat membuatnya tetap pada model dasarnya tetapi mengubah

beberapa detail implementasinya:

1. Agar tidak membuat para siswa merujuk kepada materi

naratif untuk mengumpulkan informasi mengenai topik

mereka, Anda juga bisa menyuruh mereka mencari

serangkaian materi-materi kepustakaan atau kelas untuk

mendapatkan informasi tersebut.

2. Setelah para ahli menyampaikan laporan, mintalah siswa

menulis esai atau memberikan laporan lisan.

3. Anda juga bisa memberikan tiap tim topik yang unik untuk

dipelajari bersama dan memberikan masing-masing

anggota tim sebuah subtopik Tim kemudian dapat

mempersiapkan dan membuat sebuah presentasi lisan dari

hadapan kelas.22

21

Berdiat i, Ika, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Pakem, (Bandung: Sega Arsy, 2010) hal.99

22

(34)

3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw

Langkah-langkah pembelajaran jigsaw, di antaranya:

1. Guru membuka pembelajaran dengan yel-yel sebagai

penyemangat.

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran atau kompetensi

yang akan dicapai.

3. Guru menentukan topik.

4. Guru membentuk kelompok siswa yang jumlah anggotanya

sesuai dengan sub topik yang akan dibahas. Kelompok ini

disebut kelompok asal. Bila sub topik ada 4 maka kelompok

asal terdiri dari 4 orang.

5. Guru meminta meminta masing-masing siswa dalam kelompok

asal mempelajari teks bacaan sesuai dengan sub topik.

6. Setelah batas waktu yang ditentukan, guru meminta siswa

membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

7. Pada sesi ini masing-masing kelompok ahli boleh

mempersentasikan hasil diskusinya.

8. Guru meminta masing-masing siswa dalam kelompok ahli

kembali ke kelompok asal.

9. Guru meminta masing-masing kelompok asal merumuskan

keseluruhan topik.

(35)

Contoh Pengaturan Kelas

A B

C D

Pengaturan Kelas Saat Diskusi Kelompok Asal

A B

C D

A B

C D

A B

C D

A B

C D

A B

C D

A B

C D

A B

(36)

A A

A A

A A

A A

Pengaturan Kelas Saat Diskusi Kelompok Ahli

C C

C C

C C

C C

D D

D D

D D

D D B B

B B

B B

(37)

Pada langkah-langkah pembelajaran jigsaw yang telah

dipaparkan oleh Ika Berdiati, sama halnya dengan yang dipaparkan

Trianto di bawah ini.

Jigsaw telah dikembangkan oleh Elliot Aroson dan teman-teman

dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di

Universitas John Hopkins.

Langkah-langkah pembelajaran jigsaw

 Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).

 Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

 Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang

ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

 Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

 Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

 Pada pertemuan dan diskusi asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.23

23

(38)

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada penelitian

sebelumnya, yang dilakukan oleh Sari Ratna Virta, dengan judul

Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Buku Biografi Tokoh

dengan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw pada Siswa Kelas VII E

SMPN 2 Kudus.dari Universitas Negeri Semarang, pada tahun 2007. Hasil

dari penelitian menunjukkan keterampilan membaca intensif buku biografi

tokoh dengan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII SMPN 2

Kudus, mengalami peningkatan setelah menggunakan metode kooperatif

jigsaw.

Penelitan yang dilakukan oleh Munawaroh, dengan judul

Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh dengan

Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry Pada Siswa Kelas VII B

SMPN 10 Semarang, pada tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa keterampilan membaca intensif teks profil tokoh kelas VII B

SMPN 10 Semarang, mengalami peningkatan setelah mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Siti Hidayatul

Mukaromah, dengan judul Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif

melalui Metode SQ3R di Kelas V MI Riyadlul Ulum Bangil Pasuruan,

pada tahun 2010. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keterampilan

membaca intensif melalui metode SQ3R di kelas V Riyadlul Ulum Bangil

Pasuruan dapat meningkat setelah menggunakan metode SQ3R.

Dari ketiga penelitian yang relevan di atas, dapat disimpulkan ada

peningkatan yang signifikan karena adanya relevansi antara membaca

(39)

25 A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian yang dilakukan di sebuah sekolah Madrasah Tsnawiyah

yang ada di Cikarang Utara yaitu MTs. Al-Mujahidin, walaupun

merupakan sekolah swasta tetapi MTs. Al-Mujahidin terakreditasi A.

Kedisiplinannya dalam belajar dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam,

sangat diakui oleh masyarakat Cikarang.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk penelitian, pada bulan Agustus

sampai bulan Oktober tahun 2011, bertepatan dengan tahun ajaran

2011/2012. Pada tahun ajaran baru ini merupakan waktu yang sangat baik

untuk peneliti dalam mengadakan penelitian pada pembelajaran bahasa

Indonesia pada siswa kelas VII A sampai VII F MTs. Al-Mujahidin

Cikarang.

Pada tanggal 09 - 13 Agustus 2011 peneliti mengadakan observasi

di MTs. Al-Mujahidin Cikarang. Observasi perdana bertepatan dengan

hari Rabu pukul 07.40, peneliti melakukan observasi tentang membaca

intensif di kelas VII A sampai VII B, untuk kelas VII berikutnya dilakukan

pada esok hari, observasi ini berlangsung selama 5 hari, dari tanggal 09

hingga tanggal 13 Agustus 2011.

Setelah selesai observasi pada tanggal 13 Agustus 2011, peneliti

melanjutkan penelitian kepada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin tentang

peningkatan keterampilan membaca intensif dengan menggunakan metode

kooperatif jigsaw. Penelitian ini berlangsung pada bulan Agustus sampai

(40)

B. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca

Intensif dengan Metode Kooperatif Jigsaw pada Siswa Kelas VII MTs.

Al-Mujahidin Cikarang Tahun Ajaran 2011/2012” merupakan jenis

penelitian lapangan. Penelitian lapangan yakni peneliti memahami

hasil observasi, hasil observasi ini terdiri dari catatan lapangan yang

dibuat oleh peneliti sendiri. Peneliti juga mendokumentasikan foto pada

saat observasi di MTs. Al-Mujahidin Cikarang. Adapun pendekatan

penelitian yang dilakukan yakni menggunakan pendekatan kuantitatif.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel

pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.1

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakeristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.2

Dalam populasi pada penelitian ini, adalah seluruh siswa kelasVII

MTs. Al-Mujahidin Cikarang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah “Puposive Sampling”, yakni pengambilan sampel

berdasarkan tujuan penelitian. Dengan perlakuan menggunakan

metode kooperatif jigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas VII MTs.

Al-Mujahidin Cikarang atau yang dirumuskan (A).

1

Sugiyono, M et ode Penelit ian Pendidikan, (Bandung: Alf abet a, 2010) h. 14

2

(41)

Pada kelas VII F (eksperimen) berjumlah siswa 40 siswa yang

diberikan (A). Sedangkan kelas E (kontrol) dengan jumlah siswa 40

sebagai kelas kontrol tidak diberikan (A). Kelas ini dipilih sebagai

sampel penelitian karena kelas ini dinilai lebih baik dan kondusif di

antara kelas lainnya.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu dengan

menggunakan metode eksperimen. Pengertian eksperimen dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk

meprediksi atau mengontrol fenomena.3

Metode eksperimen mempunyai beberapa jenis, namun yang

digunakan oleh peneliti jenis true eksperimen (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel

luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas

internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi.4

Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan antara kelas eksperimen, dengan kelas

kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Kelas eksperimen yang akan

diberikan perlakuan oleh peneliti dengan cara memberikan metode

kooperatif jigsaw kepada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang.

Sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan oleh peneliti

mengenai diskusi kooperatif jigsaw. Maka di sini akan terlihat apakah

kelas eksperimen akan terjadi peningkatan keterampilan membaca intensif

dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw.

E. Desain Penelitian

Pada penelitian ini, menggunakan desain penelitian Control Group Pretest – Postest. Pretest merupakan tes yang dilakukan pada awal

3

Samsudin dan Damaiant i, M et ode Penelit ian Bahasa, (Bandung: Universit as Pendidikan Indonesia, 2006). h.153

4

(42)

observasi pada kelas kontrol dan eksperimen. Sedangkan postest

merupakan tes yang dilakukan pada saat penelitian pada kelas kontrol dan

eksperimen. Pada postest terdapat perbedaan antara kelas kontrol dan eksperimen. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan metode

kooperatif jigsaw sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang dapat menunjang

sejumlah data yang diasumsikan untuk menjawab beberapa pertanyaan

yang menguji hipotesis. Pada penelitian ini, menggunakan 2 instrumen

penelitian, yaitu:

1. Tes Hasil Belajar

Tes yang dilakukan ini untuk mengukur sejauh mana pemahaman

membaca intensif siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin dalam

pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan guru mata pelajaran

tersebut. Tes yang diberikan untuk siswa kelas VII merupakan tes

tertulis dalam bentuk uraian.

2. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini, agar peneliti

mendapatkan informasi mengenai respon siswa kelas VII MTs.

Al-Mujahidin mengenai pembelajaran bahasa Indonesia dengan

menggunakan metode kooperatif jigsaw.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menentukan RPP yang sesuai dengan Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

b. Membuat soal tentang materi membaca intensif

(43)

G. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel

y = dependen (terikat) dan x = independen (bebas). Variabel y =

membaca intensif sebagai variabel defenden dan variabel x = metode

kooperatif jigsaw sebagai variabel indefenden.

H. Teknik Analisis Data

Setelah peneliti melakukan uji coba instrumen, selajutnya

dilakukan penelitian di MTs. Al-Mujahidin Cikarang. Data yang telah

diperoleh peneliti melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan

dianalisis dengan tujuan agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan

penelitian dan menguji hipotesis. Dalam pengolahan dan penganalisisan

data tersebut dalam bentuk statistik.

Di bawah ini penggunaan statistik untuk pengolahan data tersebut

adalah :

1. Uji Hipotesis

t = x1 – x2 dan Sg = √(n1- 1) S12 + (n2-1)S22

Sg√1 + 1 n1+n2 -2

n1 n2

Keterangan :

x1 = rata-rata skor kelompok eksperimen

x2 = rata-rata skor kelompok kontrol

n1 = jumlah anggota kelompok eksperimen

n2 = jumlah anggota kelompok kontrol

S12 = varians kelompok eksperimen

S22 = varians kelompok kontrol

(44)

Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan hipotesis, yaitu:

1. Uji kesamaan uji dua rata-rata hasil pretest

Ho : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara rata-rata skor

pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Ha : Ada peningkatan yang signifikan antara rata-rata skor pretest

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

2. Uji kesamaan uji rata-rata hasil postest

Ho : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara rata-rata skor

postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Ha : Ada peningkatan yang signifikan antara rata-rata skor postest

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

b. Menghitung nilai thitung dengan rumus uji-t

c. Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus : dk = n1 + n2

d. Menentukan nilai ttabel dengan = 0,05

e. Menguji hipotesis

Jika –t tabel < t hitung maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan

0,95.

Jika thitung < -ttabel maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan

(45)

32

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Al-Mujahidin Cikarang

1. Sejarah Singkat MTs. Al-Mujahidin Cikarang

MTs. Al-Mujahidin Cikarang berdisi sejak tahun 1990. Dengan

sumbangan berupa wakaf tanah, peralatan bangunan, tenaga dan

lain-lain, menjadikan MTs. Al-Mujahidin mendapatkan respon yang sangat

baik dari masyarakat Cikarang. Semua itu dilihat dari jumlah seluruh

siswa pada tahun ajaran 2007/2008 mencapai 800 siswa.

Pada saat ini tahun ajaran 2011/2012 penerimaan siswa dibatasi

agar terciptanya kelas dengan kondisi yang efektif saat proses

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Total keseluruhan siswa MTs.

Al-Mujahidin dari siswa kelas VII sampai XI pada tahun ajaran ini

berjumlah 720 siswa, rata-rata 40 siswa per kelas. Sedangkan siswa

kelas VII di MTs. Al-Mujahidin terdapat 6 kelas, yaitu kelas VII A

sampai kelasVII F.

Kepala Sekolah di MTs. Al-Mujahidin bernama Drs. H.

Martaya, beliau merupakan salah satu anak dari tokoh pendiri MTs.

Mujahidin Cikarang. Adapun total keseluruhan guru di MTs.

Al-Mujahidin 21 guru. Daftar keseluruhan guru,struktur organisasi, dan

[image:45.612.142.536.53.534.2]
(46)

Kepala Sekolah

Drs. H. M artaya

Dewan Kom ite

Drs. Edi Fuksi

w k ur Kurikulum

Tito Athoilah, S.Pd.i

w k ur Kesiswaan

Abdurrahman, S.Pd.i

Tata Usaha

Yulianti, S.Pd

w k ur Sarana Prasarana

Gunawan, S.Pd.i

w k ur Hum as

Edeng, S.Pd

Wakil Kepala Sekolah

(47)

MTS. AL-MUJAHIDIN

Sekretariat : Jl. K.H. Fudholi No.83 Cikarang Utara Kab. Bekasi

No Nama L/P Tempat,

Tanggal Lahir

Pendidikan Jurusan Jabatan Mengajar Bidang Studi

1. Drs. H. Martaya L Bekasi,

24-09-1953

UIN Jakarta PAI Kepala Sekolah Aqidah

2. Drs. Ugem Subagio L Bekasi

01-11-1970

IKIP Jakarta Administrasi

Pendidikan

Wakil Kepala Sekolah PPKN

3. Hamdani, S.Pdi L Bekasi

22-06-1962

INISA Bahasa Arab Guru Bahasa Arab

4. Titi Sumiati, S.Pd P Ciamis

15-12-1975

UNSIL Matematika Guru Matematika

5. Yulianti, S.Pd P Klaten

08-07-1975

S1 UNS IPS Tata Usaha IPS

6. Gunawan, S.Pd.i L Bekasi

18-07-1974

(48)

27-11-1977 Indonesia

8. Rahmatulloh,

S.Fil.i

L Jakarta

27-11-1977

S1 IAIN Aqidah Filsafat Guru Al-qur’an Hadist

9. Abdurrahman,

S.Pd.i

L Bekasi

11-03-1976

S1 STAIN PAI PKM kesiswaan Al-qur’an Hadist

10. Tito Athoilah,

S.Pd.i

L Bekasi

31-12-1972

S1

AS-SYAFI’YAH

Bahasa Inggris PKM Kurikulum Bahasa Inggris

11. Drs.Manzilah P Jakarta

10-06-1963

S1 IAIN Syari’ah Guru Fiqih

12. Drs. Edi Fuksi L Bekasi

13-11-1963

S1 IKIP

Jakarta

Matematika Dewan komite Matematika

13. Edeng, S.Pd L Bekasi

19-04-1965

S1 UNSIKA PLS\akta IF\IV Humas Penjaskes

14. Usman Af, S.Ag L Bekasi

02-03-1964

S1 UNSIKA PAI Guru Aqidah Akhlak

15. M. Jaenal Abidin,

S.Pd

L Majalengka

13-11-1973

(49)

30-05-1979

17. Lili Muflihah, S.Pd P Bekasi

16-12-1989

UNISMA IPS Guru IPS

18. Toto Adi Saputro,

S.Pd.i

L Klaten

25-08-1977

UIN Jakarta Syariah Guru Ekonomi

19. Fakih Mufti, S.Pd L Bekasi

03-10-1987

UIN Jakarta Bahasa Inggris Guru Bahasa Inggris

20. Ahmad Faisal

Fahmi, S.Pd

L Bekasi

08-11-1987

UIN Jakarta IPS Guru IPS

21. Muhamad Irfan,

S.Pd

L Bekasi

18-01-1982

UIN

Bandung

(50)
(51)

PROFIL MADRASAH

No. Identitas Madrasah

1. Nama Madrasah MTs. Al-Mujahidin

2. Nomor Induk Madrasah -

3. Nomor Statistik Madrasah 121232160091

4. Provinsi Jawa Barat

5. Otonomi Daerah Kabupaten Bekasi

6. Kecamatan Cikarang Utara

7. Desa/Kelurahan Karang Asih

8. Jalan dan Nomor K.H. Fudholi Nomor:83

9. Kode Pos 17530

10. Telepon Kode Wilayah:021 Nomor: 8902719

11. Faxsimile/Fax Kode Wilayah:021 Nomor:8900559

12. Daerah Perkotaan

(52)

13. Status Madrasah Negeri Swasta 14. Kelompok Madrasah Inti

Model Imbas Terbuka

15. Akreditasi A (4 tahun)

B (2,5 tahun) C (6 bulan)

16. Surat Keputusan/SK Nomor:a/KW.10.4/MTs/16/004/2005 TGL:29 AGUSTUS 2005.

17. Penerbit SK

(ditandatangani) oleh

Kepala Kanwil DEPAG Provinsi Jawa Barat

18. Tahun Berdiri 1990

19. Tahun Perubahan -

20. Kegiatan Belajar Mengajar Pagi Siang

Pagi dan Siang 21. Bangunan Madrasah Milik Sendiri

Bukan Milik Sendiri 22. Luas Bangunan L : 38 m P: 53 m

(53)

MTs. Al-Mujahidin Cikarang berdiri sejak tahun 1990, tetapi

kondisi gedung sekolahnya selalu direnovasi agar para siswa dan guru

merasa nyaman dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Di

bawah ini dokumentasi gedung MTs. Al-Mujahidin Cikarang.

Gambar 4.1

[image:53.612.151.535.76.644.2]

Gedung MTs. Al-Mujahidin Cikarang

[image:53.612.204.523.489.681.2]
(54)

Pada gambar di atas, tampak siswa MTs. Mujahidin

Cikarang sedang melakukan kegiatan olahraga di lapangan

[image:54.612.150.540.54.526.2]

sekolah.

Gambar 4.3 Ruang laboraturium IPA

MTs. Al-Mujahidin mempunyai 12 ruang kelas, pembagian ruang

kelas untuk pagi hari hanya kelas VII dan kelas XI, kelas VIII

mendapatkan jadwal siang hari. Jadwal masuk siswa VII dan XI pada pagi

hari pukul 07.00-12.00, sedangkan jadwal masuk kelas VIII pukul

12.20-17.20. Sebelum siswa memulai Kegian Belajar Mengajar (KBM), siswa

mengikuti acara tadarusan selama 20 menit. Tidak hanya itu saja, setelah

KBM selesai, seluruh siswa diwajibkan shalat Zuhur dan Ashar secara

(55)

misi MTs. Al-Mujahidin oleh pihak yayasan dan dipatuhi oleh siswa dan

guru di sana. Di bawah ini, visi dan misi MTs. Al-Mujahidin Cikarang.

VISI DAN MISI MTS. AL-MUJAHIDIN CIKARANG

Visi :

Terbentuknya peserta didik yang beriman, bertaqwa, berahlak mulia, dan berpengetahuan luas”.

Indikator visi :

1. Terlaksananya pendidikan sepanjang hayat.

2. Terbentuknya pribadi –pribadi yang berakhlak mulia

3. Terbentuknya pribadi siswa yang disiplin.

4. Bertanggung jawab.

5. Tercapainya tujuan pendidikan Nasional

6. Terberdayanya potensi siswa dilingkungan masyarakat.

Misi :

1. Melaksanakan pendidikan sepanjang hayat yang berbasis keselamatan

dan kebahagian dunia dan akhirat .

2. Melaksanakan pengajaran dan pendidikan islam yang berwawasan Ahli Sunah

Waljama’ah.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan takwa.

4. Melaksanakan pendidikan yang seimbang antara kurikulum formal, pengkajian

(56)

B. Deskripsi Data

Peneliti telah melakukan uji coba instrumen pada kelas VII MTs.

Al-Mujahidin Cikarang dengan jumlah sampel penelitian 80 siswa dan 5

soal instrumen. Penelitian ini berlangsung di MTs. Al-Mujahidin Cikarang

diperoleh dari data nilai pretest dan posttest dari 80 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kontrol.

Kelas eksperimen terdiri dari 40 siswa dan kelas kontrol terdiri

dari 40 siswa. Data tersebut dianalis dan dibahas sebagai upaya untuk

peneliti mengetahui peningkatan yang terjadi pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol, mengenai membaca intensif menggunakan metode

kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang.

Pengumpulan data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan

alat pengumpul data berupa tes objektif dengan bentuk uraian yang terdiri

dari 5 soal. Adapun deskripsi data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol yakni kelompok siswa pada kelas VII E yang tidak diberikan

perlakuan dan kelompok eksperimen yakni kelompok siswa kelas VII F

yang mendapatkan perlakuan (membaca intensif menggunakan metode

kooperatif jigsaw) adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian mengenai tes awal

membaca intensif kelompok kontrol yang terdiri dari 40 siswa kelas VII E

dijadikan sampel penelitian. Di bawah ini nilai kelompok kontrol sebagai

(57)

MTs. Al-Mujahidin Cikarang berdisi sejak tahun 1990. Dengan

sumbangan berupa wakaf tanah, peralatan bangunan, tenaga dan lain-lain,

menjadikan MTs. Al-Mujahidin mendapatkan respon yang sangat baik

dari masyarakat Cikarang. Semua itu dilihat dari jumlah seluruh siswa

pada tahun ajaran baru 2007/2008 mencapai 800 siswa. Kepala Sekolah di

MTs. Al-Mujahidin bernama Drs. H. Martaya, beliau merupakan salah

satu anak dari tokoh pendiri MTs. Al-Mujahidin Cikarang. Adapun total

keseluruhan guru di MTs. Al-Mujahidin 21 guru.

Namun pada saat ini tahun ajaran 2011/2012 penerimaan siswa

dibatasi agar terciptanya kelas dengan kondisi yang efektif saat proses

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), jadi total keseluruhan siswa MTs.

Al-Mujahidin dari siswa kelas VII sampai XI pada tahun ajaran ini berjumlah

720 siswa, dimana rata-rata 40 siswa per kelas. Sedangkan siswa kelas VII

di MTs. Al-Mujahidin terdapat 6 kelas, yaitu kelas VII A sampai kelasVII

F. Untuk lebih jelasnya tentang MTs. Al-Mujahidin Cikarang, penulis

[image:57.612.150.536.52.543.2]

menampilkan beberapa gambar gedung MTs. Al-Mujahidin Cikarang pada

(58)
(59)

Pada gambar di atas, tampak siswa MTs. Mujahidin

Cikarang sedang melakukan kegiatan olahraga di lapangan

(60)

MTs. Al-Mujahidin mempunyai 12 ruang kelas, pembagian ruang

kelas untuk pagi hari hanya kelas VII dan kelas XI, kelas VIII

mendapatkan jadwal siang hari. Jadwal masuk siswa VII dan XI pada pagi

hari pukul 07.00-12.00, sedangkan jadwal masuk kelas VIII pukul

12.20-17.20. Sebelum siswa memulai Kegian Belajar Mengajar (KBM), siswa

mengikuti acara tadarusan selama 20 menit. Tidak hanya itu saja, setelah

KBM selesai, seluruh siswa diwajibkan shalat Zuhur dan Ashar secara

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
[image:66.612.110.533.56.608.2]

TABEL 4.1

DAFTAR NILAI PRETES KELAS KONTROL

NO NAMA PRETEST NO NAMA PRETEST

1 ABDUL KHOLIK 26 21 KIKI NURUL FAJRI 53

2 ADE BISMA 26 22 LISNA KARLINA 53

3 AGNA MAULIDI 26 23 M.FAISYAL SIDIQ S 53

4 AHMAD ROFIK A 26 24 MARNI FAUZIAH 60

5 ALDO ANGGITO 33 25 MAULANA MALIK 60

6 ARI OKTASA 33 26 MOH .IRFAN S 60

7 ARISKA 33 27 MUHAMAD FIKRI 60

8 AUDRY BELVA 33 28 MUHAMAD NURAZIS 60

9 AYU TIANA 40 29 MUJAHIDAH AZKIA 60

10 CHOIRUNNISA 40 30 NADILA 60

11 DAUD DEONALDUS 40 31 NIHAYATUL HASBI 60

12 DEWI PEBRIANI 40 32 NOVADIANTI 60

13 FAISAL FAHNUR 40 33 NURUL MISBAHUDIN 73

14 FATCHATUL M 40 34 NURUL TAUFIK 73

15 FAUZI HAMZAH 40 35 RASNI OKTAVIANI 73

16 HASIAN NUGRAHA 46 36 RENDY HIDAYAT 80

17 IRWAN

HERMAWAN

46 37 RISKA AMELIA 80

18 JANATUL SAIDAH 46 38 ROBI FARHAN 80

19 JESSICA VHALERIA 46 39 RULI MAHFUDI A. 80

20 KHOERO 53 40 SARAH KIRANA 80

Pada tabel di atas, nilai terendah yang diperoleh siswa kelompok kontrol

adalah 26; sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelompok kontrol

(67)

Gambar

Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Al-Mujahidin Cikarang
Gambar  4.1 Gedung MTs. Al-Mujahidin Cikarang
Gambar 4.3 Ruang laboraturium IPA
gambar 3.1 di bawah ini.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi gula dibawah 10 % akan menghasilkan nata yang tipis dan lunak karena kekurangan sumber karbon sehingga kerja dari bakteri pembentuk nata tidak optimal,

• Rapat Koordinasi Gerakan Belanja di Pasar Rakyat • Monitoring dan Evaluasi Gerakan Belanja di Pasar Rakyat • Rapat Koordinasi Revitalisasi Pasar Rakyat •

Pulo Ribung Raya Blok A1 No.16 Jaka Setia - Bekasi

Membayar pajak merupakan kewajiban setiap warga negara.Warga negara yang baik, sudah seharusnya sadar dan taat pajak.Sadar pajak tidak hanya diartikan taat

Faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa khususnya pada kompetensi mengelola persediaan bahan baku diantaranya kurangnya variasi pengajaran yang

Then, the research was said to be successful when the sub- jects’ implicit grammar competence improved to such a degree that 60 percent of the students were able to orally

Sebaliknya dengan beroperasinya kedua pembangkit aliran daya tidak bergerak satu arah lagi serta tegangan di sepanjang saluran juga mengalami kenaikan dibanding tanpa adanya

Pertumbuhan jamur tiram dapat berlangsung dengan optimal jika media tanam banyak mengandung unsur hara esensial berupa Nitrogen yang dibutuhkan oleh jamur sehingga