• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN PADA MATERI TEORI ATOM BOHR DAN MEKANIKA KUANTUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN PADA MATERI TEORI ATOM BOHR DAN MEKANIKA KUANTUM"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MATERI TEORI ATOM BOHR DAN MEKANIKA KUANTUM

Oleh

DIAN AGUSTIN

Asesmen, menurut Permendikbud No 104 tahun 2014 adalah untuk memper-oleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran. Hal ini dapat di-peroleh jika asesmen yang digunakan memenuhi syarat reliabilitas, validitas, dan syarat lainnya. Namun, asesmen yang dipakai selama ini belum memperhatikan syarat-syarat tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan metodeR&D(Research and Development) sam-pai tahap revisi produk dengan tujuan mendeskripsikan kelayakan instrumen ases-men pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum berupa soal pilihan jamak dengan memperhatikan reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, da-ya beda, dada-ya pengecoh dan sensitivitas soal, serta kepraktisan berdasarkan des-kripsi respon guru dan siswa. Studi lapangan dilakukan di enam SMA di Kabupa-ten Lampung Selatan, dan uji coba di SMA Al-Kautsar Bandarlampung. Produk ini mengukur dimensi pengetahuan konseptual aspek kognitif mengingat, memaha-mi, mengaplikasikan dan menganalisis.

Instrumen asesmen yang dihasilkan sudah memiliki validitas yang baik, hal ini dilihat dari hasil validasi ahli untuk produk yang dikembangkan untuk aspek ke-terbacaan, konstruksi, dan kesesuaian soal dengan materi semuanya tergolong sangat tinggi. Pada respon guru, untuk aspek keterbacaan, konstruksi, dan kese-suaian soal dengan materi tersebut termasuk kategori tinggi, dan tingkat keterba-caan siswa adalah sangat tinggi.

Setelah uji empiris, asesmen memiliki nilai reliabilitas tinggi. Di peroleh pula tingkat kesukaran soal dominan sedang, daya beda dominan tinggi, daya pengecoh opsi jawaban dominan baik, validitas butir dominan sedang dan sensitivitas soal dominan kurang sensitif.

(2)

Oleh DIAN AGUSTIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

Penulis dilahirkan di Metro, Lampung pada tanggal 23 Agustus 1993 sebagai putri pertama dari pasangan Bapak Sri Hono dan Ibu Siti Maisaroh. Pendidikan formal yang ditempuh dimulai di TK Pertiwi Teladan Metro tahun 1998-1999, SDN 1 Gaya baru III tahun 1999-2005, SMPN 1 Seputih Surabaya tahun 2005-2008, dan SMAN 1 Seputih Surabaya tahun 2008-2011.

Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Tertulis dan terdaftar dalam Beasiswa Bidik Misi Angkatan II. Selama menjadi mahasiswa, pernah menjadi Asisten Praktikum Biokimia I. Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksak-ta (HimasakEksak-ta) FKIP Unila dan KOPMA Unila adalah organisasi yang pernah diikuti.

(7)

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Dengan baitan-baitan syukur kepada-Nya Alhamdulillahirabbil alamin kupersembahkan

karya tulis ini kepada; Mamak dan Bapak,

yang selalu mencurahkan untaian-untaian doa untuk saya dan selalu mendukung saya,

Adik-adikku,

yang memberikan semangat dan menghibur saya,

(8)

✥ ✁✂✥ ✄✄☎ ✆✝✞✟ ✁✂✠✞✟✄✞✡☛☎✁✂☞✌✍✟ ✎✂✌ ✂✠✞✟ ✏ (QS. Ad -Dhuha : 07) Jalanlah terus. Ingatlah masa depan akan lebih baik dari masa lalu apabila kau menjalaninya dengan lebih baik dengan jalan yang kau tentukan sendiri.. (Gusti M.A)

(9)

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Asesmen Pengetahuan Pada Materi Teori Atom Bohr dan Mekanika Kuan-tum”sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Tak lupa shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka pada kesem-patan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediannya untuk

memberi motivasi, bimbingan, dan saran dalam proses penyusunan skripsi. 5. Ibu Lisa Tania, S.Pd., M.Sc., selaku Pembimbing II atas kesediaannya memberi

bimbingan dan motivasi, kritik, dan saran.

(10)

8. Bapak dan ibu guru, staf TU dan siswa-siswi 6 SMA di Kabupaten Lampung Selatan, dan SMA Al-Kautsar Bandar Lampung sebagai tempat penelitian. 9. Bapak dan Mamak, bapak Sri Hono dan ibu Siti Maisaroh, adik-adikku, Dwi

Yanti Kusumaningrum dan Tri Rahayu Ningtyas, serta keluargaku atas dukungan dan doanya

10. Rekan-rekan tim pengembangan: Andi Zulkarnain, Ika Nurul Sannah, dan Resti Nurisalfah; Rekan-rekan Pendidikan Kimia 2011; Kak Arif, dan Mbak Ayyu; Sahabat-sahabat karibku Murni, Putri, Ana, Ema, Rohmi, Fatiya, Meira, Istina, Raya, Mey, Ima, Samsul dan Sigit. Saudara kos, Dwiyanti, Nora, Anggia, Dian Tri, Ari, dan Hani; Rekan KKN-KT di SMAN 1 Pulau Panggung, Tanggamus, Eza, Rika, Annisa (Atu), Esti, Ana, Edwina, Retno, Didi dan Erwan; Serta semua pihak yang tak bisa disebutkan satu-persatu.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sains dan Ilmu Kimia... 10

B. Pendekatan Saintifik... 11

C. Asesmen ... 13

D. Analisis Konsep ... 23

(12)

B. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 28

C. Sumber Data ... 28

D. Alur Penelitian ... 28

E. Langkah-langkah Penelitian ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Teknik Pengumpulan Data ... 37

H. Teknik Analisis Data ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 46

B. Pembahasan ... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

(13)

Tabel Halaman

3.1 Penskoran pada angket berdasarkan skalaLikert... 39

3.2 Tafsiran persentase angket... ... 41

3.3 Tafsiran daya pembeda dengan tingkat kesukaran soal... . 42

3.4 Tafsiran proporsi opsi jawaban pilihan jamak... ... 43

3.5 Daftar r tabelproduct moment... ... 43

3.6 Tafsiran reliabilitas soal ... 44

4.1 Presentase tingkat kesukaran dan dimensi kognitif pada asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum ... 49

4.2 Sebaran tingkat kesukaran dan dimensi kognitif pada asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum ... 49

4.3 Hasil validasi ahli ... 52

4.4 Saran dan hasil revisi pada tahap validasi ahli aspek keterbacaan ... 53

4.5 Saran dan hasil revisi pada tahap validasi ahli aspek konstruksi ... 55

4.6 Saran dan hasil revisi pada tahap validasi ahli aspek kesesuaian instrumen asesmen dengan materi ... ... 57

4.7 Hasil uji coba terbatas ... ... 58

4.8 Tafsiran hasil analisis butir soal... 64

(14)

Lampiran Halaman

1. Analisis SKL-KI-KD ... 85

2. Analisis Konsep ... 89

3. Silabus ... 97

4. RPP ... 123

5. Hasil Analisis Kebutuhan Guru ... 135

6. Deskripsi Hasil Analisis Kebutuhan Guru... 137

7. Hasil Analisis Kebutuhan Siswa... 138

8. Deskripsi Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 140

9. Presentase Hasil Validator Ahli Aspek Keterbacaan... 141

10. Presentase Hasil Validator Ahli Aspek Konstruksi ... 144

11. Presentase Hasil Validator Ahli Aspek Kesesuaian Soal ... 146

12. Presentase Hasil Aspek Keterbacaan oleh Guru... 148

13. Presentase Hasil Aspek Konstruksi oleh Guru ... 150

14. Presentase Hasil Aspek Kesesuaian Soal oleh Guru ... 151

15. Presentase Hasil Aspek Keterbacaan oleh Siswa ... 153

16. Analisis Reliabilitas Soal Pilihan Jamak ... 156

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Peta konsep struktur atom menurutteori atom Bohr dan mekanika

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas baik intelektual, emosional maupun spiritualnya. Penyelenggaraan pendidikan ha-rus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI No 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat da-lam rangka mencerdaskan bangsa. Pemerintah telah berusaha untuk mengem-bangkan dan menyempurnakan kurikulum dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Pengembangan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan dengan menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

(17)

selama pembelajaran, seperti prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmi-ah. Kemudian siswa juga mendapatkan sikap ilmiah setelah pembelajaran, misal-nya rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubung-an sebab akibat, dhubung-an lain-lain. Siswa juga mendapat ilmu dalam aplikasi ilmiah seperti penerapan metode ilmiah dan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari.

(18)

Hasil penelitian Sunyono, dkk (2009), menunjukkan bahwa untuk pembelajaran sains (misalnya kimia) banyak konsep sains yang masih dianggap sulit untuk di-ajarkan pada peserta didik. Salah satu materi dalam mata pelajaran kimia kelas X SMA adalah teori atom Bohr dan mekanika kuantum, materi ini terdiri dari fakta, konsep, hipotesis, aturan dan prinsip sebagai produk pengetahuan yang pada ak-hirnya dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan atau struktur dari suatu atom. Struktur atom menurut teori atom Bohr dan mekanika kuantum adalah sa-lah satu materi kimia yang meliputi bilangan kuantum, diagram tingkat energi, persamaan gelombang, teori probabilitas dan lain-lain yang sangat menuntut ke-mampuan pengetahuan konseptual siswa untuk mempelajari materi pembelajaran kimia selanjutnya seperti konfigurasi elektron, sifat-sifat elektron dan seterusnya. Aspek pengetahuan yang dominan pada materi ini adalah aspek pengetahuan kon-septual, sedangkan ranah kognitif mencakup tahap mengingat, memahami, meng-aplikasi dan menganalisis.

(19)

Faktanya, belum banyak guru yang tahu bagaimana membuat serta menggunakan instrumen asesmen pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan dimensi penge-tahuan dan kognitif yang akan diukur. Hal ini dikemukan juga oleh Baehaki (2014), yang menyatakan bahwa banyak ditemukan kegiatan evaluasi yang tidak sesuai dengan kaidah penyusunan instrumen asesmen yang baik. Fakta tersebut juga tercantum dalam hasil penelitian Samosir (2013), dan Soleha (2014).

Hasil observasi instrumen asesmen yang digunakan di enam sekolah di kabupaten Lampung Selatan yaitu SMAN 1 Kalianda, SMAN 2 Kalianda, MAN 1 Kalianda, SMA Al-Irsyad Kalianda, SMAN 1 Palas dan SMAN 1 Sidomulyo, ternyata be-lum semuanya dilengkapi dengan penyusunan kisi-kisi soal karena guru merasa materi teori atom cukup abstrak, dan belum semua guru membuat sendiri soal tes yang diberikan kepada siswa. Guru juga belum lengkap dalam membuat asesmen yang mengukur ranah kognitif sesuai pencapaian kompetensi dasar pada materi teori atom yaitu yang mencakup ranah kognitif mengingat, memahami, mengapli-kasikan, dan menganalisis.

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah validitas (kelayakan) instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan?

2. Bagaimanakah reliabilitas instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan?

3. Bagaimanakah validitas butir pada instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan? 4. Bagaimanakah tingkat kesukaran dari instrumen asesmen pengetahuan pada

materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan? 5. Bagaimanakah daya beda dari instrumen asesmen pengetahuan pada materi

teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan?

6. Bagaimanakah daya pengecoh opsi jawaban dari instrumen asesmen penge-tahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembang-kan?

7. Bagaimanakah sensitivitas instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan validitas (kelayakan) instrumen asesmen pengetahuan pada

materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum.

2. Mendeskripsikan reliabilitas instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan.

3. Mendeskripsikan validitas butir pada instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan. 4. Mendeskripsikan tingkat kesukaran instrumen asesmen pengetahuan pada

materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan. 5. Mendeskripsikan daya beda instrumen asesmen pengetahuan pada materi

teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan.

6. Mendeskripsikan daya pengecoh jawaban pada instrumen asesmen pengeta-huan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembang-kan.

7. Mendeskripsikan sensitivitas instrumen asesmen pengetahuan pada materi struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan.

(22)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dapat bermanfaat berbagai pihak.

1. Peserta Didik

Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan ini diharapkan dapat memberi-kan motivasi lebih untuk peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran kimia.

2. Guru

Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum sebagai sumber dan referensi dalam mengembangkan instrumen asesmen pengetahuan pada pembelajaran kimia Kurikulum 2013 bagi guru.

3. Sekolah

Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum sebagai informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran kimia di sekolah.

4. Peneliti lain

(23)

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Pengembangan adalah suatu proses (perbuatan) yang bertujuan untuk mengem-bangkan sesuatu yang didasarkan kepada pengalaman, prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali (Arikunto, 1997). Produk yang dikembangkan adalah instrumen asesmen pengetahuan pada ma-teri teori atom Bohr dan mekanika kuantum.

2. Materi pada penelitian ini adalah teori atom Bohr dan mekanika kuantum me-liputi model atom Bohr, lintasan stasioner, dualisme sifat elektron, prinsip ke-tidakpastian Heisenberg, definisi orbital, bilangan kuantum, bentuk-bentuk or-bital dan diagram tingkat energi oror-bital.

3. Instrumen asesmen yang dikembangkan meliputi dimensi pengetahuan konsep-tual yang mencakup empat dari enam dimensi kognitif yang diukur yaitu dimen-si mengingat, memahami, mengaplikadimen-sikan dan menganalidimen-sis (Anderson, dkk., 2001).

4. Validitas ; validitas hasil pengembangan dapat dilihat dari tingkat validitas isi menurut ahli dan juga harus memenuhi validitas konstruk (Nieveen, 1999). 5. Kepraktisan ; kepraktisan merupakan salah satu kriteria kualitas produk yang

ditinjau dari hasil penilaian pengguna yang terdiri dari guru dan siswa (Nieveen, 1999).

(24)

7. Reliabilitas merupakan salah satu ciri dari suatu instrumen asesmen dimana soal yang digunakan adalah sebagai alat ukur yang mengukur skor peserta tes yang benar-benar menggambarkan kemampuan mereka (Mulyasa, 2009).

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Sains dan Ilmu Kimia

Pada hakikatnya sains meliputi empat unsur, yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahu ten-tang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang akan dipecahkan melalui prosedur yang benar; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, atau percobaan, eva-luasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan ciri sains yang utuh dan ti-dak dapat dipisahkan satu sama lain (Tim Penyusun, 2013a).

(26)

Materi struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang diajarkan di SMA kelas X adalah salah satu contoh materi kimia yang memerlu-kan daya kepahaman dan daya penalaran yang tinggi bagi siswa untuk menguasai materi tersebut. Pembelajaran kimia dilakukan dengan memberikan metode pem-belajaran yang tepat untuk tiap-tiap materi. Hal ini dikarenakan pada tiap-tiap materi dalam kimia memiliki karakteristik tersendiri. Guru harus memperhatikan pula kesesuaian tujuan pembelajaran dengan taksonomi tingkat kesukaran pada ranah kognitif yang memiliki beberapa jenjang yang perlu diperhatikan seperti yang dikemukakan oleh Bloom dalam taksonomi Bloom (setelah disempurnakan) yang dilengkapi dengan suatu kata kerja dan suatu kata benda, dengan kata kerja untuk mendeskripsikan proses kognitif, dan kata benda untuk mendeskripsikan penguasaan pengetahuan siswa, sehingga diperoleh taksonomi dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke berpikir tingkat tinggi yang meliputi ranah: 1) meng-ingat (remembering); 2) memahami (understanding); 3) menerapkan (applying); 4) menganalisis (analyzing); 5) mengevaluasi (evaluating); 6) menciptakan ( creat-ing). Taksonomi ini kemudian dilengkapi dengan dimensi dari jenis pengetahuan yang saling berkaitan dengan taksonomi kemampuan berpikir. Urutan dari dimen-si pengetahuan konkrit ke pengetahuan abstrak terdiri dari empat kategori yaitu: pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif (Anderson, dkk., 2001).

B. Pendekatan Saintifik

(27)

menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau sainti-fik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery)dan/ataupembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah(project based learning) dise-suaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

a. Sikap; Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.

b. Pengetahuan; Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivitas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan sa-intifik dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penying-kapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

(28)

ber-basis penyingkapan/ penelitian(discovery/inquiry learning)dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah(project based learning)

(Tim Penyusun, 2013b).

C. Asesmen

Menurut Sani (2014) asesmen atau penilaian adalah upaya sistematik dan sistemik untuk mengumpulkan dan mengolah data atau informasi yang sahih (valid) dan reliabel dalam rangka melakukan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan su-atu program pendidikan. Penilaian yang dilakukan oleh guru terkait dengan kegi-atan belajar mengajar merupakan sebuah proses menghimpun fakta-fakta dan do-kumen belajar siswa untuk melakukan perbaikan program dan perencanaan pem-belajaran. Penilaian yang tepat dapat memberikan cerminan atau refleksi peristi-wa pembelajaran yang dialami sisperisti-wa. Penilaian yang tepat tidak hanya menunjuk-kan perilaku belajar namun juga perilaku siswa dalam kehidupan nyata.

(29)

bersifat kuantitatif, menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu yang bersifat kualitatif, sedangkan evaluasi adalah kegiatan yang meliputi dua langkah sebelumnya, yaitu mengukur dan menilai. Asesmen sering disebut sebagai salah satu bentuk penilaian, sedangkan penilaian merupakan salah satu komponen dalam evaluasi. Wirawan (Samosir, 2013) menyatakan akhir dari evaluasi adalah melakukan penilaiannilai(merit)dan penilaianmanfaat (worth)suatu objek.

Meritadalah penilaian objek evaluasi dari sisi kualitas intrinsik atau kinerja, dan

worthadalah nilai suatu objek dalam hubungannya dengan suatu tujuan.

Menurut Permendikbud nomor 104 tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik menyatakan penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik se-cara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki peran an-tara lain untuk membantu peserta didik mengetahui capaian pembelajaran (learn-ing outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidik dan peserta didik dapat memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan pem-belajaran dan belajar.

a. Jenis-jenis asesmen

Menurut Stiggins (Samosir, 2013) jenis asesmen dibagi menjadi empat, yaitu: se-leksi respon terpilih(selected response asesment), uraian atau esai (essay assess-ment),kinerja(performance asesment), serta wawancara/komunikasi personal

(communication personal). Jenis target pencapaian hasil belajar menurut Stiggins meliputi tentang pengetahuan(knowledge), penalaran(reasoning), keterampilan

(30)

b. Prinsip asesmen

Prinsip asesmen menurut Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Standar Penilaian Pendidikan mengacu kepada standar asesmen pendidikan jenjang pen-didikan dasar dan menengah. Prinsip tersebut mencakup:

1. Sahih,yakni asesmen didasarkan pada data yang mencerminkan kemam-puan yang diukur.

2. Obyektif, yakni asesmen didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas tanpa dipengaruhi oleh subyektivitas penilai.

3. Adil, yakni asesmen tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. Terpadu, yakni asesmen oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka,yakni prosedur asesmen, kriteria asesmen, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni asesmen mencakup semua as-pek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik asesmen yang se-suai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7. Sistematis, yakni asesmen dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku, atau dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.

(31)

(SKL, KI, dan KD). Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan.

9. Akuntabel, yakni asesmen dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,prosedur, maupun hasilnya.

Setelah dilaksanakan pengukuran, memerlukan pengujian validitas dan reliabilitas dari instrumen asesmen yang digunakan (Kerlinger, 1990). Reliabilitas atau kean-dalan dalam kaitannya dengan stabilitas/kemantapan (accuracy), keterpercayaan (dependability), dan keteramalan (predictability). Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah dinilai cukup baik. Validitas instrumen merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002).

c. Tujuan asesmen

Adapun tujuan asesmen/penilaian meliputi: (1) untuk menelusuri jalannya proses pembelajaran, (2) mengecek adanya kelemahan-kelemahan yang dialami siswa se-lama pembelajaran berlangsung, (3) mencari hal-hal yang menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar, dan (4) menyimpulkan penguasaan siswa atas kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan (Syariah dalam Soleha, 2013). Sudjana (2005) mengatakan bahwa tujuan asesmen adalah :

(32)

2. mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan;

3. menentukan tindak lanjut hasil asesmen, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya; dan

4. memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah ke-pada pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, penggunaan jenis asesment yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam memperoleh informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran.

d. Bentuk-bentuk tes

Tes yang sering digunakan di sekolah adalah tes buatan guru (teacher made test) yang belum terstandarisasi dan terutama menilai kemajuan siswa dalam penca-paian hal yang dipelajari (Arikunto, 2002). Dalam hal ini ada dua macam tes, yaitu sebagai berikut:

1. Tes Subjektif, umumnya berbentuk uraian, yaitu tes yang membutuhkan

jawaban bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Soal jenis ini menuntut siswa untuk mengingat kembali, dengan daya kreativitas yang tinggi. Tes jenis ini memiliki kelebihan serta kekurangan seperti berikut:

(33)

• Kekurangan tes subjektif/uraian antara lain: kadar validitas dan reliabilitas yang rendah; materi yang dapat diteskan cukup terbatas; pemeriksaan jawaban dapat dipengaruhi unsur-unsur subjektif, dengan waktu yang cukup lama dan tidak dapat diwakilkan.

2. Tes Objektif, adalah tes dengan pemeriksaan secara objektif untuk mengatasi kelemahan tes bentuk uraian. Jenisnya ada tes benar salah, tes pilihan jamak, tes menjodohkan, dan tes isian. Tes jenis ini juga memiliki kelebihan serta kekurangan seperti berikut:

• Kelebihan tes objektif antara lain: lebih representatif dengan cakupan pengujian materi yang lebih luas, lebih objektif, lebih cepat dikoreksi, dapat diwakilkan pengoreksiannya dan dapat terhindar dari unsur-unsur subyektif.

• Kelemahan tes objektif antara lain: persiapan dan penyusunan yang lebih sulit dan memakan waktu, soal cenderung mengukur ingatan, banyak kesempatan untung-untungan, dan lebih memudahkan kesempatan siswa dalam “kerja sama”.

Adapun cara mengatasi kelemahan tes jenis ini yaitu dengan menggunakan tabel spesifikasi, sehingga dapat mengurangi kelemahan dalam hal penyusunan dan persebaran jenjang yang diukur.

e. Instrumen asesmen

(34)

Arikunto (2002), instrumen penilaian dikelompokkan dalam dua macam yaitu tes dan non tes.

Sudijono (2008) mengungkapkan bahwa tes adalah atau prosedur yang diperguna-kan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Menurut Goodenough (Sudijono, 2008), tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada indi-vidu atau sekelompok indiindi-vidu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain. Poerwanti (Soleha, 2014) menjelaskan bahwa tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan pengua-saannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

Menurut Arikunto (2002), ciri-ciri tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi syarat: (1) Validitas, atau dapat memberikan gambar-an tentgambar-ang data secara benar dgambar-an sesuai kenyatagambar-an; (2) Reliabilitas, atau memberi-kan ketetapan data yang ajeg dari waktu ke waktu; (3) Objektivitas, atau kekon-sistenan pada sistem skoring; (4) Praktis, atau mudah pelaksanaan dan pemeriksa-annya; dan (5) Ekonomis. Sementara non tes menurut Arikunto (2002) meliputi angket atau kuesioner, skala sikap, pedoman wawancara dan pedoman observasi. Menurut Arikunto (2002), komponen atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas : buku tes, lembar jawaban tes, kunci jawaban tes, dan pedoman penilaian tes.

(35)

untuk diperhatikan dari suatu soal. Tingkat kesukaran soal bertujuan untuk meng-analisis kesulitan belajar peserta didik atau dalam rangka meningkatkan penilaian berbasis kelas. Tingkat kesukaran secara umum didapat dari adanya proporsi ja-waban benar, atau jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan jumlah seluruh peserta tes.

Aspek selajutnya yaitu daya beda soal, daya beda soal adalah kemampuan suatu soal dalam membedakan kemampuan peserta tes. Mulyasa (2009) mengungkap-kan, daya beda soal berhubungan dengan tingkat kesukaran soal. Suatu soal yang memiliki tingkat kesukaran 0,5 merupakan soal dengan daya beda terbaik. Pada soal pilihan jamak, daya beda ditentukan dengan melihat kelompok atas dan ke-lompok bawah berdasarkan skor total. Selanjutnya, pada asesmen dengan jenis soal pilihan jamak, harus diperhatikan pula daya pengecoh opsi jawaban. Pada suatu instrumen asesmen yang terdiri dari soal pilihan jamak memiliki bagian opsi jawaban yang terbagi menjadi kunci jawaban dan jawaban pengecoh. Jawaban pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes dengan kemampuan yang tinggi. Jawaban pengecoh memiliki pengaruh terhadap daya beda dan tingkat ke-sukaran soal. Jawaban pengecoh yang kurang baik akan menyebabkan daya beda yang rendah dan pengecoh yang kurang berfungsi akan menyebabkan rendahnya tingkat kesukaran. Suatu jawaban pengecoh dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% jumlah peserta tes (Mulyasa, 2009).

(36)

atau keajegan suatu skor adalah hal yang sangat penting dalam menentukan soal tes sudah/belum menyajikan pengukuran yang baik. Crocker dan Algina dalam Mulyasa (2009) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas yaitu :panjang tes, kecepatan, homogenitas, belahan dan tingkat kesukaran soal. Begitu pula menurut Alen dan Yen (Mulyasa, 2009). Kemudian menurut hasil penelitian Aiken et. al (Mulyasa, 2009), tingkat kesukaran dalam koefisien reliabilitas me-megang peranana penting dan paling dominan. Hal ini dapat disebabkan karena menyangkut variasi jumlah soal yang dapat dijawab benar. Semakin sukar soal-soal dalam instrumen asesmen, maka akan semakin besar pula variasi skor yang diperoleh belahan sehingga makin besar pula reliabilitas tes tersebut.

Validitas, merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Validitas sebuah tes selalu di-bedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis sama halnya dengan analisis kualitatif dari suatu soal, yaitu meninjau ber-fungsi tidaknya suatu soal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan yaitu kaitan-nya dengan kriteria materi, konstruksi dan bahasa. Sedangkan analisis kuantitatif suatu soal biasa disebut validitas empiris (empirical validity) yang dilakukan untuk melihat berfungsi tidaknya suatu soal, setelah soal diujicobakan ke sampel yang representatif.

(37)

butir soal dapat membedakan tingkat pemahaman antara siswa yang telah me-nerima pembelajaran dengan siswa yang belum meme-nerima pembelajaran (Sunyono, 2014).

Menurut Nur (Pantiwati, 2013), agar asesmen yang digunakan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa; 2) memper-syaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan; 3) penilaian terhadap produk atau kinerja; 4) tugas-tugas kontekstual dan relevan; 5) dapat mengukur proses dan produk.

Pada materi struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan mekanika kuantum, bila ditinjau asesmennya akan lebih dominan pada penilaian ranah kognitif. Me-nurut Sani (2014), instrumen asesmen kognitif atau pengetahuan harus memenuhi syarat berikut:

1. Materi Soal

a. Setiap soal harus sesuai dengan tujuan pembelajaran atau indikator yang telah ditetapkan.

b. Batasan atau ruang lingkup pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus jelas.

c. Materi atau pengetahuan yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang, je-nis sekolah, atau tingkat kelas siswa yang diuji.

2. Konstruksi soal

(38)

b. Soal harus disertai dengan petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

c. Soal harus memiliki pedoman penskoran atau kriteria bobot jawaban benar yang sesuai.

d. Komponen pelengkap soal seperti tabel, gambar, grafik, diagram, atau sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca dan harus berfungsi.

3. Bahasa soal

a. Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.

b. Rumusan butir soal tidak menyinggung SARA.

c. Rumusan butir soal harus menghindari penggunaan kata atau kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

d. Butir soal harus menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

e. Hindari frasa atau kata lokal.

D. Analisis Konsep

(39)
(40)
(41)

Lanjutan Gambar 2.1

Orbital s Orbital p Orbital d

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan instrumen asesmen pengetahuan ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D). Menurut Sugiyono (2013)Research and Development

(R&D) merupakan suatu metode penelitian dan pengembangan yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektivan produk tersebut. Berikut ini merupakan langkah-langkah penggunaan metodeResearch and Development(R&D): 1) Potensi dan masalah; 2) Mengumpulkan Informasi; 3) Desain produk; 4) Validasi desain; 5) Perbaikan desain; 6) Uji coba produk; 7) Revisi produk; 8) Uji coba pemakaian; 9) Revisi produk; dan 10) Pembuatan produk massal.

(43)

B. Subyek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari subjek penelitian dan subjek uji coba. Subjek penelitian adalah asesmen pada materi struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan mekanika kuantum. Subjek uji coba terdiri dari guru mata pela-jaran kimia kelas X dan siswa kelas X yang telah mendapatkan materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum. Lokasi pada penelitian pada tahapan pengumpulan informasi adalah 6 SMA Kabupaten Lampung Selatan dan pada tahap uji coba di-lakukan pada 1 SMA di Bandarlampung.

C. Sumber Data

Sumber data adalah asal dari mana data diperoleh. Pada tahap mengumpulkan in-formasi, yang menjadi sumber data adalah 6 guru mata pelajaran kimia dan 45 sis-wa yang tersebar di enam Sekolah Menengah Atas Kabupaten Lampung Selatan. Tahap uji coba produk, yang menjadi sumber data adalah 1 guru mata pelajaran ki-mia dan 28 siswa di salah satu Sekolah Menengah Atas di Bandarlampung yang telah mempelajari materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum.

D. Alur Penelitian

(44)

Gambar 3.1. Alur penelitian pengembangan instrumen asesmen pengetahuan. Pengumpulan Informasi

Potensi dan Masalah

Studi Kepustakaan

- Analisis KI dan KD - Pengembangan Silabus - Pembuatana Analisis Konsep - Pembuatan RPP

- Kriteria asesmen yang baik

Studi Lapangan - Wawancara guru dan siswa di

enam SMA di Lampung Selatan mengenai penggunaan asesmen teori atom Bohr dan mekanika kuantum dalam proses

Keterlaksanaan Instrumen Asesmen (Reliabilitas Asesmen)

Hasil dan Penilaian keterlaksanaan instrumen pengetahuan Desain I instrumen asesmen

pengetahuan

Perancangan Asesmen Pengetahuan dan Penyusunan angket validitas Produk

Validasi Ahli ke i (i > 1)

Valid? Desain Ii

(45)

E. Langkah-Langkah Penelitian

Berdasarkan alur penelitian di atas, maka dapat dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Potensi dan masalah

Sebuah penelitian hendaknya berangkat dari potensi dan masalah yang ada. Po-tensi adalah segala sesuatu yang apabila digunakan akan mempunyai nilai tambah, sedangkan masalah adalah adanya kesenjangan antara kenyataan dengan keadaan idealnya. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditun-jukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi la-poran kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masihup to date. Pada kasus ini, yang menjadi potensi adalah telah banyak beredarnya asesmen pada ma-teri teori atom Bohr dan mekanika kuantum, dan yang menjadi masalahnya adalah belum banyak tersedianya asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum.

2. Mengumpulkan informasi

Selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi ma-salah tersebut. Adapun dalam tahap mengumpulkan informasi, disebut tahap ana-lisis kebutuhan yang meliputi tahap studi kepustakaan/literatur dan studi lapangan. a) Studi kepustakaan/literatur

(46)

ini, yang dilakukan adalah menganalisis materi kelas X SMA tentang struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan mekanika kuantum dengan cara mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan Kurikulum 2013. Analisis ini dilakukan dengan mengkaji Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan membuat analisis konsep, silabus, dan RPP materi struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang telah dipublikasikan. Hal ini menjadi acuan untuk mengembangkan instrumen asesmen yang akan dikembangkan.

b) Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan di enam Sekolah Menengah Atas Swasta dan Negeri di Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data ten-tang asesmen yang dilakukan, apakah ada perbedaan dan kesenjangan penggunaan instrumen asesmen pengetahuan yang digunakan, khususnya pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara. Wawancara guru dilakukan kepada guru mata pelajaran kimia kelas X dan wawancara siswa dilakukan kepada siswa kelas X yang telah melalui pem-belajaran materi struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan mekanika kuan-tum.

3. Desain produk

(47)

lapangan terhadap guru dan siswa kelas X sebagai acuan. Pengembangan ins-trumen asesmen pengetahuan didasarkan pada beberapa aspek, seperti kriteria instrumen asesmen yang baik dari studi literatur, dan penyesuaian instrumen asesmen dengan materi pembelajaran.

4. Validasi desain

Setelah selesai dilakukan penyusunan desain produk, dilakukan validasi desain produk oleh dosen ahli. Menurut Sugiyono (2013), validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk secara rasional akan efektif atau tidak. Dikatakan demikian karena validasi masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional atau belum merupakan fakta lapangan. Validasi desain dapat dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah ber-pengalaman untuk menilai desain produk. Para pakar ini kemudian akan menjadi validator pada aspek keterbacaan, validator aspek konstruksi, dan validator aspek kesesuaian isi instrumen asesmen yang dikembangkan.

Validasi yang dilakukan antara lain validasi kesesuaian asesmen terhadap materi yang ditinjau dari KI, KD dan indikator yang telah dibuat, validasi keterbacaan asesmen meliputi kesesuaian penggunaan jenis dan ukuran huruf, penggunaan ka-limat dan bahasa, dan terakhir melakukan validasi konstruksi atau yang meliputi lengkap tidaknya dimensi kognitif yang terdapat dalam asesmen yang dibuat.

5. Perbaikan desain

(48)

saran dan masukan validator. Apabila apabila produk yang dikembangkan telah valid, maka akan dilakukan revisi kecil pada desain I menjadi desain II. Apabila validator belum memvalid produk yang dibuat, maka akan dilakukan revisi yang kemudian desain I disusun ulang menjadi desain Ii, dan seterusnya sampai dinilai produk yang dibuat telah valid.

6. Uji coba produk

Uji coba produk dilakukan pada kelompok terbatas yang telah ditentukan. Setelah instrumen asesmen pengetahuan telah melalui tahap validasi dan revisi desain, maka dilakukan uji coba produk secara terbatas di salah satu SMA di Bandarlam-pung. Uji coba produk secara terbatas yang dimaksud adalah untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa meliputi beberapa aspek kelayakan, yang meliputi as-pek kesesuaian isi, asas-pek keterbacaan dan asas-pek konstruksi atau lengkap tidaknya dimensi kognitif yang terdapat dalam asesmen yang dibuat. Uji coba produk yang dilakukan pada tahap ini bukan uji coba produk yang sebenarnya, melainkan hanya uji kelayakan produk, maka selanjutnya uji coba produk secara terbatas ini disebut uji kelayakan.

7. Revisi produk

(49)

respon siswa terhadap asesmen pengetahuan pada materi struktur atom berdasar-kan teori atom Bohr dan meberdasar-kanika kuantum. Selanjutnya mengkonsultasiberdasar-kan ha-sil revisi dengan dosen pembimbing dan validator. Haha-sil revisi tersebut merupa-kan produk akhir dari pengembangan asesmen penegetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum. Untuk keterlaksanaannya, instrumen asesmen yang dibuat kemudian dilaksanakan untuk mengetahui reliabilitas dan validitas dari soal yang dibuat.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh untuk mengumpulkan data. Instrumen ini yang nantinya akan di-gunakan sebagai acuan pengembangan produk, yaitu instrumen asesmen pengeta-huan pada materi struktur atom berdasarkan teori atom Bohr dan mekanika kuan-tum, dan juga sebagai instrumen penilaian produk yang dikembangkan. Berdasar-kan pada tujuan penelitian dan bagan alur penelitian, dirancang dan disusun instrumen-instrumen untuk tahap pengumpulan informasi, tahap validasi ahli, dan tahap uji kelayakan.

1. Instrumen pada tahap pengumpulan informasi a. Instrumen analisis kebutuhan untuk guru

(50)

b. Instrumen analisis kebutuhan untuk siswa

Instrumen ini berbentuk pedoman wawancara terhadap siswa yang disusun untuk mengetahui asesmen seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan ber-fungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan asesmen pengetahuan.

2. Instrumen pada tahap validasi ahli a. Instrumen validasi aspek kesesuaian isi

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui kesesuaian isi ases-men dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), kesesuaian indika-tor, materi, serta kesesuaian urutan materi dengan indikator. Hasil dari validasi kesesuaian isi ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau re-visi pada asesmen pengetahuan.

b. Instrumen validasi aspek konstruksi

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui apakah konstruksi asesmen pengetahuan telah sesuai dengan kata kerja operasional dimensi kognitif.

Hasil dari validasi konstruksi asesmen ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau tepatnya revisi pada instrumen asesmen pengetahuan.

c. Instrumen validasi aspek keterbacaan

(51)

3. Instrumen pada tahap uji coba produk (uji kelayakan) a. Instrumen penilaian guru

Instrumen ini berbentuk angket dan didalamnnya terdapat pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk menilai aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan konstruk-si desain asesmen. Angket ini pula dilengkapi dengan kolom komentar yang di-maksudkan memberikan ruang kepada guru bila terdapat masukan untuk bahan pertimbangan perbaikan asesmen. Aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keter-bacaan yang dinilai sama halnya dengan penilaian asesmen pada validasi ahli.

b. Instrumen respon siswa

Instrumen ini berbentuk angket dan didalamnnya terdapat pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk menilai keterbacaan. Angket ini pula dilengkapi dengan kolom komentar yang dimaksudkan memberikan ruang kepada siswa bila terdapat masukan untuk bahan pertimbangan perbaikan asesmen. Aspek keterbacaan yang dinilai adalah kesesuaian penggunaan jenis dan ukuran huruf, penggunaan kalimat dan bahasa yang sesuai, maupun tata letak bagian-bagian asesmen.

(52)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wa-wancara, observasi, dan angket (kuisioner). Kuisoner atau angket merupakan tek-nik pengumpulan data dengan memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk ditanggapi. Pada penelitian ini, angket yang digunakan berupa angket dengan jawaban tertutup yaitu jawaban sangat setuju (SS), setuju (ST), ku-rang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) serta ditanggapi dengan memberi saran pada kolom yang telah disediakan.

Observasi adalah kegiatan memperhatikan sesuatu dengan mata. Observasi dila-kukan untuk menganalisis asesmen yang digunakan guru untuk membelajarkan materi faktor-faktor penentu teori atom Bohr dan mekanika kuantum. Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari sumber yang diwawancarai. Wawancara pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara dengan jawaban yang semi tertutup.

(53)

Angket/kuisioner semi tertutup digunakan pada saat validasi dan pada uji coba produk secara terbatas asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan meknika kuantum. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, validasi asesmen pengetahuan oleh pakar pendidikan kimia dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan asesmen yang dikembangkan. Validasi dilakukan dengan memberikan instrumen asesmen beserta angket, kemudian meminta vali-dator untuk mengisi angket validasi aspek kesuaian isi soal dengan materi, kons-truksi, dan keterbacaan asesmen pengetahuan yang telah disediakan. Pada uji ter-batas/uji kelayakan, pengumpulan data dilakukan dengan memberikan asesmen, kemudian meminta guru dan siswa mengisi angket yang telah disediakan setelah membaca asesmen.

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik analisis data hasil wawancara studi pendahuluan dari guru dan siswa Adapun kegiatan dalam teknik analisis data wawancara dilakukan dengan cara: a. Mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan

pertanyaan wawancara.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-dasarkan pertanyaan wawancara dan banyaknya sampel.

c. Menghitung persentase jawaban responden, rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban responden setiap item adalah sebagai berikut:

(54)

Keterangan : = Persentase pilihan jawaban-i

= Jumlah responden yang menjawab jawaban-i = Jumlah seluruh responden

d. Menjelaskan hasil penafsiran presentasi jawaban responden dalam bentuk deskriptif naratif.

2. Teknik analisis data angket validasi kesesuaian isi, konstruksi, dan keterba-caan untuk validator oleh guru dan siswa

Angket yang akan diolah pada penelitian ini adalah angket validasi (kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan) dan angket penilaian guru serta respon siswa. Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket asesmen pengetahuan di-lakukan dengan cara :

a. Mengkode dan mengklasifikasikan data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-dasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c. Memberi skor jawaban responden. Penskoran jawaban responden dalam

angket dilakuakan berdasarkan skalaLikert.

Tabel 3.1. Penskoran pada angket berdasarkan skalaLikert.

No Pilihan Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (ST) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak setuju (TS) 2

5 Sangat tidak setuju (STS) 1

in

J

%

Ji

(55)

d. Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor (S) jawaban angket adalah sebagai berikut : 1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)

Skor = 5 x jumlah responden yang menjawab SS 2) Skor untuk pernyataan Setuju (S)

Skor = 4 x jumlah responden yang menjawab S 3) Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS)

Skor = 3 x jumlah responden yang menjawab KS 4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS)

Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab TS 5) Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)

Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab STS

e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap pernyataan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Sudjana, 2005)

Keterangan : = Persentase jawaban pernyataan ke-i pada angket = Jumlah skor jawaban total

= Skor maksimum yang diharapkan

f. Menghitung rata-rata persentase jawaban setiap angket untuk mengetahui tingkat kesesuaian isi, konstruksi, keterbacaan, dan kemenarikan asesmen pengetahuan dengan rumus sebagai berikut:

(56)

Keterangan : = Rata-rata persentase jawaban pertanyaan pada angket

= Jumlah persentase jawaban pertanyaan total pada angket

= jumlah pertanyaan pada angket.

g. Menafsirkan persentase angket dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997) Tabel 3.2. Tafsiran persentase angket

Persentase Kriteria

3. Teknik analisis butir soal

Analisis kualitatif biasa disebut validitas logis (logical validity), analisis ini di-lakukan sebelum soal digunakan untuk melihat kelayakan suatu soal (lihat ins-trumen validasi ahli). Analisis kuantitatif biasa disebut validitas empiris ( empi-rical validity) yang dilakukan untuk melihat berfungsi tidaknya suatu soal, setelah soal diujicobakan ke sampel yang representatif. Hal yang diperhatikan dalam va-liditas isi suatu soal yaitu:

a. Menentukan tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui proporsi menjawab benar (p), yaitu dengan menghitung jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir yang dianalisis berbanding jumlah seluruh peserta tes, rumusnya adalah:

p = (Mulyasa, 2009)

Keterangan : p= tingkat kesukaran butir soal

x

= banyak peserta tes yang menjawab benar i

X

%

%Xin

(57)

Sm = Skor maksimum N = jumlah peserta tes

b. Selanjutnya menentukan daya pembeda dengan persamaan:

D =

-

(Mulyasa, 2009) Keterangan : D = indeks daya pembeda soal

∑A= Jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab benar ∑B= Jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar nA=Jumlah peserta tes kelompok atas

nB= Jumlah peserta tes kelompok bawah

c. Menentukan kategori daya pembeda dari tingkat kesukaran setiap soal menurut Nitko dalam Mulyasa (2009):

Tabel 3.3. Tafsiran daya pembeda dengan tingkat kesukaran soal

Tingkat

kesukaran Nilai p D maksimum

Kriteria Daya

Pembeda Rekomendasi

Sangat mudah 1.00 0.00 Sangat rendah Dibuang

0.90 0.20 Rendah Direvisi

Mudah 0.80 0.40 Tinggi Digunakan

0.70 0.60

Sangat sukar 0.10 0.20 Rendah Direvisi

0.00 0.00 Sangat rendah Dibuang

d. Selanjutnya dihitung proporsi pengecoh (pada soal pilihan jamak), dengan mengukur jumlah pemilih setiap opsi jawaban melalui penentuan jumlah respon peserta tes terhadap masing-masing opsi

(58)

Kemudian, ulangi untuk mengetahui proporsi pemilih opsi B, C, D dan E. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika minimal dipilih oleh 5% peserta tes. Berikut tafsirannya (Rosidin, 2013)

e. Selanjutnya menentukan tafsiran setiap opsi jawaban

Tabel 3.4. Tafsiran proporsi opsi jawaban pilihan jamak

Kriteria Validitas Opsi Klasifikasi Tafsiran

Proporsi Jawaban

0.000-0.010 Kurang Dibuang

0.011-0.050 Cukup Direvisi

0.051-1.000 Baik Dipakai

f. Menentukan validitas butir

Validitas butir soal dapat ditentukan dengan mencari korelasiproduct moment

masing-masing soal berdasarkan skor item dengan skor total rxy = [ (

) ][ ( ) ] (Arikunto, 2002)

Keterangan : rxy = koefisien validitas (r hitung) N = jumlah peserta tes

∑ X = jumlah skor item soal tes ∑ Y = skor total peserta

Kemudian r hitung/ rxydibandingkan dengan tabel rproduct momentyang disesuaikan dengan jumlah responden, penggunaan r tabel dengan pilihan taraf signifikansi 5% seperti pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. daftar r tabelproduct moment(dalam Sugiyono, 2008)

(59)

g. Menentukan taksiran validitas butir dengan kriteria butir soal dikatakan valid, jika r hitung > rproduct moment(Triyono, 2013).

4. Teknik analisis reliabilitas soal

a. Untuk pilihan jamak dan disajikan dalam satu kali tes dapat digunakan per-samaansplit-halfdan Spearman-Brown, sebelumnya harus menghitung ko-relasi soal ganjil genap sebagai berikut (Mulyasa,2009). Pertama item tes di-bagi menjadi dua di-bagian, di-bagian ganjil sebagai X dan di-bagian genap sebagai Y.

Keterangan : r11= koefisien reliabilitas soal tes

rxy= reliabilitas korelasi Spearman-Brown N = jumlah peserta tes

∑ X = jumlah skor jawaban benar belahan ganjil

∑ Y= jumlah skor jawaban benar belahan genap

Perhitungan reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program

Microsoft ExcelSimpel Pas.

b. Menafsirkan mutu reliabilitas menurut Rosidin (2013) soal seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Tafsiran reliabilitas soal

Reliabilitas soal tes Klasifikasi Tafsiran

0.000–0.400 Rendah Revisi

0.401–0.700 Sedang Revisi kecil

0.701–1.000 Tinggi Dipakai

(60)

6. Teknik analisis sensitivitas soal

Sensitivitas butir tes digunakan untuk menentukan apakah suatu butir soal mampu mengukur efek pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sensitivitas butir soal di-nyatakan dengan indeks sensitivitas (S), yaitu suatu ukuran seberapa baik suatu butir soal dapat membedakan tingkat pemahaman antara siswa yang telah meneri-ma pembelajaran dengan siswa yang belum menerimeneri-ma pembelajaran. Indeks sensi-tivitas soal tes pilihan dihitung dengan rumus (Mehrens & Lehmann, dan Osuji dalam Sunyono, 2014):

Keterangan: Ra = Jumlah siswa yang menjawab benar pada saat pretes. Rb = Jumlah siswa yang menjawab benar pada saat postes.

T = Jumlah rata-rata siswa yang mengikuti pretes dan postes

Suatu butir soal dikatakan sensitif bila harga sensitivitasnya berharga positif dan tidak kurang dari 0,30 (S≥0,30). Semakin besar harga sensitivitasnya maka se-makin besar kepekaan butir soal terhadap efek pembelajaran (Mehrens & Lehmann, dan Osuji dalam Sunyono, 2014).

b a

R

R

S

T

(61)

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat dipaparkan berdasarkan hasil penelitian dan pem-bahasan adalah sebagai berikut :

1. Validitas atau kelayakan instrumen asesmen pengetahuan pada materi struk-tur atom menurut teori atom Bohr dan mekanika kantum yang dikembangkan adalah valid atau layak digunakan. Hal ini dilihat dari hasil validasi ahli pada aspek keterbacaan, konstruksi, dan kesesuaian soal dengan materi mendapat kategori sangat tingi, sehingga layak digunakan di sekolah.

2. Reliabilitas dari instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan termasuk kategori tinggi atau da-pat menggambarkan keajegan kemampuan siswa.

3. Validitas butir dari instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan terdiri dari kategori sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Soal yang dikembangkan dominan memi-liki validitas soal kategori sedang, artinya soal sudah sahih dalam mengukur kemampuan siswa sesuai indikator.

(62)

berbeda antara tahap pengembangan dengan hasil analisis butir soal. Tingkat kesukaran dari soal yang dikembangkan sudah baik, karena dari soal yang do-minan terdiri dari soal dengan kategori sedang.

5. Daya beda dari instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan terdiri dari soal dengan daya be-da yang termasuk kategori sangat renbe-dah, renbe-dah, sebe-dang, be-dan tinggi. Soal yang dikembangkan dominan terdiri dari kategori tinggi.

6. Daya pengecoh opsi jawaban dari instrumen asesmen pengetahuan pada ma-teri teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan terdiri dari opsi jawaban yang berfungsi kurang baik, cukup baik, dan baik. Opsi ja-waban soal hasil pengembangan dominan sudah berfungsi baik.

7. Butir soal instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan terdiri dari soal yang sensitif, kurang sensitif dan tidak sensitif, namun soal dominan kurang sensitif. Hal ini me-nunjukkan bahwa soal belum mampu membedakan kemampuan siswa se-belum dan sesudah mendapatkan pembelajaran.

8. Kepraktisan instrumen asesmen pengetahuan pada materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum yang dikembangkan adalah sudah praktis, bila dilihat dari respon penilaian guru memiliki kategori tinggi, dan respon penilaian siswa termasuk kategori sangat tinggi.

B. Saran

(63)

mekanika kuantum. Oleh karena itu penelitian lanjut diharapkan dapat dilakukan pada materi kimia yang lain dengan penyempurnaan dan penggunaan produk.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., & Bloom, B. S. 2001.A Taxonomy for Learning, Teaching, And Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. Longman. Newyork

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

__________. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

__________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Baehaki, F. 2014. Pengembangan Instrumen Assesment Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Berbasis Keterampilan Proses Sains.Skripsi. Universitas

Lampung. Bandarlampung.

Daryanto, H. 2012. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyanti dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur

Atom dari SMA hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung. Firman, H. 2000.Evaluasi Pembelajaran Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia.

FPMIPA UPI. Bandung.

Kerlinger, F. N. 1990. Asas-asas Penelitian Behavioral. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Mulyasa, E. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nieveen. 1999.Prototyping to Reach Product Quality, In Alker, Jan Vander,

“Design Approaches and Tools in Education and Training”. Kluwer

(65)

Pantiwati, Y. 2013. Hakekat Asesmen Autentik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Biologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Rosidin, U. 2013. Dasar-dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran. FKIP

Universitas Lampung. Bandarlampung.

Samosir, T. 2013. Pengembangan Asesmen Berbasis Keterampilan Proses Sains Pada Materi Asam Basa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung. Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.

Bumi Aksara. Jakarta.

Soleha, A. 2014. Pengembangan Instrumen Assessment Zat Aditif dan Adiktif-Psikotropika Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Terhadap Lingkungan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Rosdakarya. Bandung.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sugiyono. 2008.Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

________. 2013. Metode PenelitianPendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”. Alfabeta. Bandung.

Sunyono, Wirya, I.W., Suyadi,G., dan Suyanto,. E., 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berorientasi Keterampilan Generic Sains pada Siswa SMA di Provinsi Lampung.Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun I. Dikti. Jakarta.

Sunyono, 2014. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi dalam Membangun Model Mental dan Penguasaan Konsep Kimia Dasar

Mahasisiwa.Disertasi Doktor. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Tidak diterbitkan.

Tim Penyusun. 2013a. Diklat Guru. Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Analisis Materi Ajar Konsep Pendekatan Saintifik. Kemdikbud. Jakarta.

____________. 2013b. Lampiran Permendikbud. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemdikbud. Jakarta.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka Publiser. Jakarta.

(66)

Uno, H.B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Gambar

Gambar 2.1. Peta konsep materi teori atom Bohr dan mekanika kuantum
Gambar 3.1. Alur penelitian pengembangan instrumen asesmen pengetahuan.
Tabel 3.1. Penskoran pada angket berdasarkan skala Likert .
Tabel 3.2. Tafsiran persentase angket
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat Gambar 4.8, suhu tertinggi terjadi di Bulan Agustus yaitu sebesar 31,88°C pada bulan ini sedang terjadi musim timur, suhu menurun sampai menjelang

Setelah delegasi tersebut kembali ke Baghdad, Al-Badri menyelenggarakan konferensi pers untuk menjelaskan apa yang ia saksikan di dunia Islam, yaitu potensi yang tidak tergarap,

- Pengumpulan data yang terkait dengan penjadwalan produksi yaitu jenis produk, jenis mesin yang digunakan, urutan pekerjaan, waktu produksi, jumlah permintaan

Salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan petani Keramba Jaring Apung adalah dengan melakukan diversifikasi ikan budidaya yang memiliki nilai ekonomi yang lebih

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi Pemerintah Kota Surabaya dalam memberdayakan masyarakat pasca penutupan lokalisasi melalui berbagai tahapan yang telah

Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik probability sampling dengan cara purposive judgement sampling , yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah

ü Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar/kuat.

tanpa menggunakan marker akan tetapi dengan menggunakan titik landmark pada setiap fitur-fitur wajah, yang nantinya dapat memberikan kontribusi pada bidang penelitian facial motion