• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi etika bisnis Islam pedagang Pasar Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang mempengaruhi etika bisnis Islam pedagang Pasar Ciputat"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah

Hafiz Juliansyah NIM. 107046 102043

JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

FACTORS AFFECTING THE APPLICATION OF ISLAMIC BUSINESS ETHICS CIPUTAT MARKET TRADERS

By: Hafiz Juliansyah

Abstract

The purpose of this research was to analyze the factors that affect the application of Islamic business ethics Ciputat market traders. These factors consist of unity, equilibrium, free will, responsibility, and benevolence. This research used by the questionnaires. Questionnaires was distributed to the the merchant market Ciputat as much as 84 (eighty four) questionnaires. Number of questionnaires returned was 84 (eighty four) questionnaires. The methods of data analysis which used was factor analysis is to find a relationship (interrelationship) among a number of variables that mutually independent with each other so that it can be made one or a set of fewer variables than the number of initial variables.

The results of this study indicate that there are two factors that are formed. The first factor consists of variables benevolence, equlibrium, and responsibility, which can explain 47.140% of the total diversity of research items. The second factor consisting of free will and unity may explain 20.095% of the total diversity of research items. Thus, the cumulative two form factors can account for 67.234% of the total diversity of the items.

(6)

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM PEDAGANG PASAR CIPUTAT

Oleh: Hafiz Juliansyah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan etika bisnis Islam pedagang pasar Ciputat. Faktor-faktor tersebut terdiri dari tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab, dan ihsan. Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada pedagang pasar Ciputat sebanyak 84 (delapan puluh empat) kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sejumlah 84 (delapan puluh empat) kuesioner. Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis faktor yaitu untuk menemukan hubungan (interrelationship) antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang terbentuk. Faktor pertama terdiri dari variabel ihsan, keseimbangan, dan tanggung jawab, yang mampu menjelaskan 47.140 % dari keragaman total item-item penelitian. Faktor kedua yang terdiri dari kehendak bebas dan tauhid dapat menjelaskan 20.095 % dari keragaman total item-item penelitian. Jadi, kumulatif dua faktor terbentuk dapat menerangkan sebesar 67.234 % dari total keragaman item-item.

(7)

iii

Nama : Hafiz Juliansyah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Juli 1987

Alamat : Jl. Dewi Masjid Al Khasiun No. 28 Rt. 002/002 Cipayung – Ciputat, Tangerang Selatan

Telpon : 08998272734

Email : hafiz_juliansyah@yahoo.com

Riwayat Pendidikan:

TK Aisiyah Ciputat 1993

SD Negeri Ciputat II 1994 – 2000

SMP IT Rafah Bogor 2000 – 2003

SMU IT Rafah Bogor 2004 – 2006

Pelatihan-Pelatihan:

(8)

iv

2. Kepala Divisi Kajian dan Keilmuan LKBHMI Cabang Ciputat (Periode 2008 – 2009)

3. Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Periode (2009 – 2010)

4. Bendahara Umum Badan Eksekutif Mahasiswa Konsentrasi Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah (Periode 2009 – 2010)

5. Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Konsentrasi Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah (Periode 2010 – 2011)

Data Orang Tua:

Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, yaitu pasangan dari: Nama Ayah : Fachruddin Noor

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Sumiarsih

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

(9)

v

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas berjuta-juta barokah yang selalu diberikan-Nya. Maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menempuh studi S1 untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa, dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan dan do’a kepada:

1. Ibunda Sumiarsih dan Ayahanda Fachruddin Noor tercinta yang senantiasa memberikan kasih, sayang, semangat, dan do’a.

2. Nenekku yang tercinta, Hj. Munimah binti H. Mursyid yang selalu memberikan semangat dan doa’nya.

3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.

4. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.

(10)

vi

Syariah, terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada saya.

8. Seluruh pihak Manajemen dan seluruh pedagang PD Pasar Niaga Kerta Raharja Pasar Ciputat atas partisipasinya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.

9. Keluarga Bpk. Drs. Suryanto dan Ibu Rismoyati, terima kasih atas semangat dan doa’nya.

10. Eka Putri Pertiwi, SE, terima kasih selalu menemani dan membatu dalam proses penelitian ini I Love you Full.

11. Kakak-kakakku tercinta, Wendy Fauzi beserta istri, dan Winda Novianty beserta suami, terima kasih atas do’a dan cintanya.

12. Adik-adikku tercinta, Fachri Rahman Hakim, dan Chairul Aziz terima kasih atas do’a dan cintanya.

13. Tante-tante dan om-omku tercinta, Zainul, Netty Herawati, Tengku Sri Suryani, dan Neutron Afriansyah.

14. Kepala Sekolah SD Islam Al Khasiun, Bpk. Bachrudin yang telah memberikan kesempatan penulis dalam mengamalkan ilmu.

(11)

vii

Rudjito, terima kasih juga untuk dukungan dan do’anya.

18. Teman-teman kosan yang berada di Kertamukti, Hariri dan Ega, terima kasih atas doa dan dukungannya.

19. Semua teman-teman Perbankan Syariah angkatan ’07.

20. Seluruh pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Perbankan Syariah Periode 2010 – 2011, terima kasih atas dukungan dan doa’nya.

21. Seluruh keluarga besar HMI Komisariat Fakultas Syari’ah dan Hukum terima kasih untuk semua dukungannya.

22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu selesainya Skripsi ini.

Selanjutnya dengan senang hati penulis menerima segala kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun dalam hubungannya dengan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(12)

viii

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 7

C. Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

E. Tinjauan Studi Terdahulu ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Etika Bisnis Islam ... 17

1. Definisi Etika Bisnis Islam ... 17

2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam ... 19

3. Aksioma Dasar Etika Bisnis Islam ... 23

a. Keesaan (Tauhid) ... 24

b. Keseimbangan (Equilibrium) ... 25

c. Kehendak Bebas (Free Will) ... 27

d. Tanggungj Jawab (Responsibility) ... 29

e. Kebajikan (ihsan) ... 30

B. Pasar ... 32

(13)

ix

 

D. Hipotesis ... 40

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Wilayah Penelitian ... 41

B. Keterbatasan Penelitian ... 42

C. Teknik Penetuan Sempel ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

1. Sumber Data ... 44

2. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Metode Analisis Data ... 44

1. Uji Kualitas Data ... 45

2. Uji Analisis Faktor ... 46

F. Oprasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 53

BAB IV GAMBARAN UMUM PASAR CIPUTAT A. Latar Belakang Berdirinya Pasar Ciputat... 62

1. Sejarah Pasar Ciputat ... 62

2. Perkembangan Pasar Ciputat ... 63

3. Permasalahan Pasar Ciputat ... 64

B. Landasan Hukum ... 68

C. Landasan Oprasional ... 69

D. Tugas Pokok dan Fungsi ... 70

E. Sasaran dan Tujuan PD Pasar Ciputat ... 71

F. Visi dan Misi PD Pasar Niaga Kerta Raharja Pasar Ciputat ... 72

(14)

x

 

A. Karakteristik Responden ... 80

B. Uji Kualitas Data ... 88

C. Uji Analisis Faktor ... 94

1. Proses Analisis Faktor ... 94

2. Pengujian Kelayakan Variabel ... 96

3. Proses Faktoring ... 97

D. Interpretasi Hasil Analisis Faktor ... 105

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Keterbatasan ... 109

C. Implikasi ... 109

D. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(15)

xi

 

Tabel 5.1 Karakteristik Data Kuesioner ... 80

Tabel 5.2 Analisis Regresi ... 83

Tabel 5.3 Koefisien ... 84

Tabel 5.4 Uji Validitas Tauhid ... 89

Tabel 5.5 Uji Realibilitas Tauhid ... 89

Tabel 5.6 Uji Validitas Keseimbangan ... 90

Tabel 5.7 Uji Realibilitas Keseimbangan ... 90

Tabel 5.8 Uji Validitas Kehendak Bebas ... 91

Tabel 5.9 Uji Realibilitas Kehendak Bebas ... 92

Tabel 5.10 Uji Validitas Tanggung Jawab ... 92

Tabel 5.11 Uji Realibilitas Tanggung Jawab ... 93

Tabel 5.12 Uji Validitas Ihsan ... 93

Tabel 5.13 Uji Realibilitas Ihsan... 94

Tabel 5.14 KMO and Bartlett’s Test ... 96

Tabel 5.15 Communalities ... 97

Tabel 5.16 Total Variance Explained ... 98

Tabel 5.17 Component Matrix ... 101

Tabel 5.18 Rotated Component Matrix ... 103

(16)

xii

 

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pasar Ciputat ... 73

Gambar 4.2 Ruang Dagang Pasar Ciputat ... 77

Gambar 4.3 Ruang Dagang Per Kios ... 77

Gambar 4.4 Ruang Dagang Per Los ... 78

Gambar 5.1 Jenis Kelamin Responden ... 81

Gambar 5.2 Usia Responden ... 81

Gambar 5.3 Pendidikan Responden ... 83

Gambar 5.4 Suku Responden ... 85

Gambar 5.5 Jenis Dagangan Responden ... 86

Gambar 5.6 Lama Berdagang Responden ... 87

[image:16.612.113.537.56.441.2]
(17)

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bisnis selalu memainkan peranan penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial bagi semua orang di sepanjang abad dan semua lapisan masyarakat. Agama Islam sejak awal lahirnya, mengizinkan adanya bisnis, karena Rasulullah SAW sendiri pada awalnya juga berbisnis dalam jangka waktu yang cukup lama.1 Di dalam hal perdagangan atau bisnis, Rasulullah memberikan apresiasi yang lebih, seperti sabda beliau ”Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia ini perdagangan itu ada Sembilan dari

sepuluh pintu rezeki”.2 Namun, Rasulullah tidak begitu saja meninggalkan tanpa aturan, kaidah, ataupun batasan yang harus diperhatikan dalam menjalankan perdagangan atau bisnis. Di antara nilai-nilai yang penting dalam perdagangan atau bisnis adalah sifat kasih sayang yang telah dijadikan Allah sebagai trade mark.

Islam menghendaki perdagangan yang berlangsung bebas dan bebas dari distorsi pasar. Hal ini bertujuan untuk memelihara unsur keadilan semua pihak dan Islam mengatur agar kegiatan ekonomi di pasar berjalan secara adil.

       1

Alwi Shihab, Islam Inklusif, (Bandung: Mizan, 1999), h.172

2

(18)

 

Pasar mendapatkan kedudukan yang penting dalam perekonomian Islam. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Oleh Karena itu, Islam menekankan adanya moralitas seperti persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Implementasi nilai-nilai tersebut merupakan tanggung jawab bagi setiap pelaku pasar. Bagi seorang muslim, nilai-nilai ini ada sebagai refleksi dari keimanannya kepada Allah, bahkan Rasulullah memerankan dirinya sebagai muhtasib di pasar. Beliau menegur langsung transaksi perdagangan yang tidak mengindahkan moralitas.

Dengan mengacu pada Al- Qur’an dan praktek kehidupan pasar pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, Ibnu Taymiyyah menyatakan bahwa ciri khas kehidupan pasar yang Islami adalah :

1. Orang harus bebas keluar masuk pasar. Memaksa orang untuk menjual barang dagangan tanpa ada kewajiban untuk menjual merupakan tindakan tidak adil dan ketidakadilan itu dilarang.

2. Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan pasar dan barang-barang dagangan.

3. Unsur-unsur monopilistik harus dilenyapkan dari pasar. Kolusi antar penjual dan pembeli harus dihilangkan. Pemerintah dibolehkan melakukan intervensi.

(19)

 

5. Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar dari pemalsuan produk, penipuan, dan kecurangan kualitas barang.

6. Terhindar dari penyimpangan terhadap kebebasan ekonomi yang jujur, seperti sumpah palsu, kecurangan menakar, dan niat yang buruk dalam perdagangan. Pelaku pasar juga dilarang menjual barang-barang yang haram3.

Akan tetapi kenyataan yang kita hadapi sekarang di masyarakat, bahwasanya telah terjadi pergeseran etika dalam dagang atau bisnis. Salah satu contoh maraknya para pedang mengurangi timbangannya, dijualnya ayam bangkai (tiren) dan daging gelongongan4. Hal ini menandakan timbulnya gejala merosotnya rasa solidaritas, tangung jawab sosial dan tingkat kejujuran serta adanya persaingan yang tidak sehat dan berbagai masalah bisnis lainnya. Ketika terjadi pergeseran tersebut, maka terjadilah suatu penyimpangan-penyimpangan didalam hubungan bisnis.

Pada masa rasulullah, nilai-nilai moralitas sangat diperhatikan dalam kehidupan pasar. Bahkan sampai pada masa awal kerasulannya, beliau adalah seorang pelaku pasar yang aktif, dan kemudian menjadi seorang pengawas pasar       

3

Akhmad Mujahidin, Etika Bisnis Dalam Islam “Analisis Terhadap Aspek Moral Pelaku Bisnis”, Jurnal Hukum Islam, Vol IV No. 2, Desember 2005, h. 122

4

(20)

 

yang cermat sampai akhir hayatnya. Beliau telah memulai pengalaman dagangnya sejak usia 12 tahun,5

Dalam ekonomi Islam yang berlandasan ketuhanan, maka tujuan akhir pencapaiannya adalah ridho Allah SWT, dengan tetap memegang syariat Islam dalam segala akitivitasnya, begitu pula dengan aktivitas ekonomi yang tidak dapat pula dipisahkan dengan nilai-nilai keIslaman.6

Etika bisnis Islam bertujuan mengajarkan manusia untuk menjalin kerjasama, tolong menolong, dan menjauhkan diri dari sikap dengki dan dendam serta hal-hal yang tidak sesuai dengan syariah7. Etika bisnis dalam Islam juga berfungsi sebagai controlling (pengatur) terhadap akitifitas ekonomi pedang, karena secara filosofi etika mendasarkan diri pada nalar ilmu dan agama untuk menilai. Landasan penilaian ini dalam praktek kehidupan di masyarakat sering kita temukan bahwa secara agama terdapat nilai mengenai hal-hal baik, buruk atau jahat, seperti pihak yang mendzhalimi dan terdzhalimi.8

Dengan kenyataan di atas, maka prinsip pengetahuan akan etika bisnis Islam mutlak harus dimiliki oleh setiap individu yang melakukan kegiatan ekonomi baik itu seorang pebisnis atau pedagang dalam menjalankan aktivitas       

5

Afzalurrahman, Muhammad Sebaga Pedagang, terj. Dewi Nurjulianti, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy,1997), h. 5

6

Yusuf Qordhowi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 31

7

Qordhowi, Norma……….., h.5

8

(21)

 

ekonominya, untuk menghindarkan diri dari berbagai macam tindakan yang dilarang oleh Allah SWT.

Dengan demikian setiap orang tidak boleh merugikan orang lain demi kepentingan diri sendiri (vested interest). Sebab , seolah-olah dia menghisap darahnya dan membuka jalan kehancuran untuk dirinya sendiri. Misalnya mencuri, menyuap, berjudi, menipu, mengaburkan, mengelabui, riba, pekerjaan lain yang diperoleh dengan jalan yang tidak dibenarkan. Tetapi apabila sebagian itu diperoleh atas dasar saling suka sama suka, maka persyaratan dalam perdagangan yang ditegaskan dalam al Qur’an telah dijalani.9

Ada bebarapa bentuk transaksi yang dapat dikategorikan terlarang, yaitu10: 1. Tidak jelasnya takaran dan spesifikasi barang yang dijual.

2. Tidak jelas bentuk barangnya.

3. Informasi yang diterima tidak jelas sehingga pembentukan harga tidak berjalan dengan mekanisme yang sehat.

4. Penjual dan pembeli tidak hadir di pasar sehingga perdagangan tidak berdasarkan harga pasar.

Model-model transaksi di atas hendaknya menjadi perhatian serius dari pelaku pasar muslim. Penegakan nilai-nilai moral dalam kehidupan perdagangan di pasar harus disadari secara personal oleh setiap pelaku pasar. Artinya, nilai-nilai moralitas merupakan nilai yang sudah tertanam dalam diri       

9

(22)

 

para pelaku pasar, karena ini merupakan refleksi dari keimanan kepada Allah. Dengan demikian seseorang boleh saja berdagang dengan tujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi dalam Islam, bukan sekedar mencari besarnya keuntungan melainkan dicari juga keberkahan. Keberkahan usaha merupakan kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh keuntungan yang wajar dan diridai oleh Allah swt. Untuk memperoleh keberkahan dalam jual-beli, Islam mengajarkan prinsip-prinsip moral sebagai berikut11:

1. Jujur dalam menakar dan menimbang. 2. Menjual barang yang halal.

3. Menjual barang yang baik mutunya. 4. Tidak menyembunyikan cacat barang. 5. Tidak melakukan sumpah palsu. 6. Longgar dan murah hati.

7. Tidak menyaingi penjual lain. 8. Tidak melakukan riba.

9. Mengeluarkan zakat bila telah sampai nisab dan haulnya.

Permasalahannya, apakah faktor-faktor etika bisnis Islam telah diperaktekan sesuai dengan al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad oleh para pelaku ekonomi di era globalisas sekarang ini?

       10

Mujahidin. Etika Bisnis…………., h. 120

11

(23)

 

Maka dengan melihat realitas yang ada di atas penulis sangat tertarik dan tergugah untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam penelitian skripsi dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Etika Bisnis Islam Pedagang di Pasar Ciputat”.

B. Identifikasi Dan Pembatasan Masalah

Beberapa masalah yang dapat penulis identifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Apakah konsep tauhid mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

2. Apakah konsep kesimbangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

3. Apakah konsep kehendak bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

4. Apakah konsep tanggung jawab yang dimiliki pedagang pasar Ciputat mempunyai pengaruh yang signifikan penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

5. Apakah konsep ihsan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

(24)

 

[image:24.612.116.537.58.446.2]

Sebagai pedagang yang beragama Islam sudah seharusnya menjalankan etika bisnis Islam dalam kegiatan perdagangannya yang sesuai dengan tuntunan Muhammad SAW. Agar pembahasan skripsi ini terarah, maka penulis perlu memberikan batasan-batasan. Penulis hanya membatasi penelitian ini pada faktor-faktor mana saja dari etika bisnis Islam yang paling kuat pengaruhnya terhadap pedagang dalam penjalankan roda perniagaannya.

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah

C. Perumusan Masalah

Masalah yang dapat penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variabel tauhid terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

2. Bagaimana pengaruh variabel keseimbangan terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

3. Bagaimana pengaruh variabel kehendak bebas terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etika Bisnis Islam

Keseimbangan

Tauhid Kehendak

Bebas

Tanggung Jawab

(25)

 

4. Bagaimana pengaruh variabel tanggung jawab terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

5. Bagaimana pengaruh variabel ihsan terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapat bukti empiris mengenai:

a. Pengaruh tingkat tauhid yang dimiliki pedagang pasar Ciputat terhadap penerapan etika bisnis Islam.

b. Pengaruh tingkat keseimbangan pedagang pasar Ciputat mempunyai terhadap penerapan etika bisnis Islam.

c. Pengaruh prinsip kehendak bebas yang dimiliki pedagang pasar Ciputat terhadap penerapan etika bisnis Islam.

d. Pengaruh prinsip tanggung jawab yang dimiliki pedagang pasar Ciputat terhadap penerapan etika bisnis Islam.

e. Pengaruh prinsip ihsan pedagang pasar Ciputat terhadap penerapan etika bisnis Islam.

(26)

 

Penelitian ini di samping memberikan dan menambah pengetahuan penulis tentang etika bisnis Islam, juga merupakan apresiasi tehadap teori–teori yang pernah penulis dapatkan selama menempuh pendidikan program strata satu di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Bagi Pedagang

Memberikan dan menambah wawasan mereka tentang ekonomi Islam khususnya tentang etika bisnis Islam yang selalu Rasulullah junjung.

c. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini dapat menjadi sumber dan menambah khazanah ilmu pengetauan bagi kalangan akademisi dalam menunjang akademisnya.

E. Tinjauan Studi Terdahulu

(27)

 

dilakukan oleh para peneliti diantaranya adalah Ahmad Faiz (2009), dan Erik Lesmana (2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Erik Lesmana Konsentrasi Perbankan Syari’ah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010) adalah tentang Pemahaman Etika Bisnis Islam dan Tingkat Persaingan Usaha serta Perilaku Dagang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalaf analisis korelasi Rank Spearman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen (tingkat persaingan usaha) dan (pemahaman etika bisnis Islam) dengan variabel dependen (perilaku dagang muslim). Penelitian yang dilakukan terhadap para pedagang muslim di pasar Ciputat ini memberikan hasil bahwa tingkat persaingan usaha memiliki hubungan yang nyata dan searah dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat. Begitu juga dengan variabel etika bisnis Islam yang memiliki hubungan yang nyata dan searah dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat.

(28)

 

dan dimensi penghayatan. Berdasarkan hasil uji statistikk dengan uji f mengindikasikan bahwa variabel dimensi akidah Islam, dimensi keperibadatan, dimensi ikhlaq, dimensi ilmu, dan dimensi penghayatan berpengaruh terhadap perilaku pedagang secara simultan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, hasil peneliti yang satu tidak sama dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tingkat ekonomi, subjek penelitian, variabel penelitian, dan metode penelitian. Sehingga sampai saat ini masih tetap dilakukan penelitian mengenai etika bisnis Islam guna mengetahui secara pasti faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi etika bisnis Islam para pedagang beserta cara penerapannya.

(29)

 

terdahulu pada umumnya untuk menganalisis pengaruh dan atau hubungan antar variabel.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan menjadi lima bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari sub bab. Untuk menjadikan pembahasan lebih terarah dan mudah dipahami, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

(30)

 

dan etika pemasaran. Sub bab yang ketiga menjelaskan tentang kerangka pemikiran. Dan sub bab yang keempat menjelaskan tentang hipotesis penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari enam sub bab. Sub bab yang pertama menjelaskan tentang ruang lingkup penelitian. Sub bab yang kedua menjelaskan tentang keterbatasan penelitian. Sub bab yang ketiga menjelaskan tentang teknik penentuan sampel. Sub bab yang keempat menjelaskan tentang teknik pengumpulan data di dalamnya terdapat penjelasan mengenai sumber data dan teknik pengumpulan data. Sub bab yang kelima menjelaskan tentang metode analisis data di dalamnya terdapat penjabaran mengenai uji kualitas data dan uji analisis faktor. Sub bab yang keenam menjelaskan tentang operasionalisasi variabel.

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

(31)

 

pasar Ciputat. Sub bab yang kedua menjelaskan tentang landasan hokum. Sub bab yang ketiga menjelaskan tentang landasan operasional. Sub bab yang keempat menjelaskan tentang tugas pokok dan fungsi. Sub bab yang kelima menjelaskan tentang sasaran dan tujuan. Sub bab yang keenam menjelaskan tentang visi dan misi. Sub bab yang ketujuh menjelaskan tentang struktur organisasi Dan sub bab yang kedelapan menjelaskan tentang daya dukung dan daya tamping pasar Ciputat.

BAB V : PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang hasil dari penganalisaan variabel-variabel yang diperoleh untuk mendapatkan perhitungan dan kesimpulan yang tepat terhadap penelitian. Bab ini terdiri dari tiga sub bab. Sub bab pertama menjelaskan tentang karakteristik responden. Sub bab kedua menjelaskan tentang hasil uji kualitas data. Dan sub bab ketiga menjelaskan tentang hasil uji analisis faktor.

BAB VI : PENUTUP

(32)

 

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Etika Bisnis Islam

1. Definisi Etika Bisnis Islam

Istilah etika, secara teoritis dapat dibedakan ke dalam dua pengertian. Pertama, etika berasal dari kata Yunani ethos yang artinya kebiasaan (custom) atau karakter (character). Dalam pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat yang diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kedua, secara terminologis etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus, benar, salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikan atas apa saja. Di sini etika dapat dimaknai sebagai dasar moralitas seseorang dan di saat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam berperilaku1.

Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Di Indonesia, studi tentang masalah etis dalam bidang ekonomi dan bisnis sudah akrab dengan nama “etika bisnis, sejalan       

1

(34)

dengan kebiasaan umum dalam istilah bahasa Inggris yaitu “Business Ethics”.2 Namun, pada dasarnya istilah tersebut menunjuk kepada studi tentang aspek-aspek moral dari kegiatan ekonomi dan bisnis yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Selanjutnya kita dapat mendefinisikan etika bisnis sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat.3 Sedangkan titik sentral etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak dan bertanggung jawab karena kepercayaannya terhadap kemahakuasaan Tuhan. Hanya saja kebebasan manusia itu tidaklah mutlak, dalam arti, kebebasan yang terbatas. Dengan kebebasan tersebut manusia mampu memilih antara yang baik dan jahat, benar dan salah, halal dan haram.4

Islam, sebagai agama rahmat li al-‘alamin yang bersifat universal dan komprehensif, dalam arti, bila dikontekskan dengan taraf-taraf tersebut tidak akan pernah membedakan antara taraf yang satu dengan yang lain. Demi kemaslahatan semua kalangan, Islam mengajarkan       

2

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Malang: Penerbit UIN-Malang Press, 2007), h.9

3

Badroen, Etika Bisnis ..., h.70

4

(35)

manusia agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam segala aktivitas kehidupan. Oleh karena itu, apabila etika dikaitkan dengan masalah bisnis, maka dapat digambarkan bahwa Etika Bisnis Islam adalah norma-norma etika yang berbasiskan al-Qur’an dan Hadis yang harus dijadikan pedoman oleh siapa pun dalam aktivitas bisnis.

2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam

(36)

Dengan kerangka hukum Islam yang dapat menjangkau semua dimensi waktu terdapat istilah-istilah ijma dan qiyas5.

Pandangan al-Qur’an tentang bisnis dan etika bisnis dari sudut pandang isinya, lebih banyak membahas tema-tema tentang kehidupan manusia baik pada tataran individual maupun kolektivitas. Hal ini dibuktikan bahwa, tema pertama dan tema terakhir dalam al-Qur’an adalah mengenai perilaku manusia.6 Sebagai sumber nilai dan sumber ajaran, al-Qur’an pada umumnya memiliki sifat yang umum (tidak terperinci), karena itu diperlukan upaya dan kualifikasi tertentu agar dapat memahaminya.

Adapun pandangan Al-Qur’an mengenai bisnis etika bisnis adalah terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain sebagai berikut7:

a. Surat at-Taubah (9): 111 ditegaskan bahwa, ”Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin hartadan jiwa mereka... Siapakah

yang lebih menepati janjinya (selain) Allah maka bergembiralah

dengan jual-beli yang kamu lakukan. Dan itulah kemenangan yang

besar.

       5

Muhammad, dan Lukman Fauroni, Visi al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), diakses melalui www.google.com pada 13 November 2010.

6

Fazlur Rahman, Membangkitkan Kembali Visi al-Qur’an: Sebuah Catatan Otobiograif, Jurnal Hikmah, No. IV, Juli-Oktober, 1992

7

(37)

b. Bekerja juga dikaitkan dengan iman, pernyataan ini terdapat dalam surat Al-Furqan (25): 23 yang menegaskan bahwa “Amal-amal yang tidak disertai iman tidak akan berarti di sisiNya”.

c. Di dalam al-Qur’an juga ada beberapa terma yang berkaitan dengan konsep bisnis. Diantaranya adalah kata : al Tijarah, al-bai’u, tadayantum, dan isytara.

1) Terma tijarah, yang bermakna berdagang, berniaga. Dalam al-Qur’an terma tijarah ditemui sebanyak delapan kali dan tijaratuhum sebanyak satu kali. Bentuk tijarah terdapat dalam surat al- Baqarah (2): 282, Nisa (4): 29, at-Taubah (9): 24, an-Nur (24): 37, Fatir (35): 29, as-Shaff (61): 10, pada surat al-Jum’ah (62): 11 (disebut dua kali). Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang petunjuk transaksi yang menguntungkan dan perniagaan yang bermanfaat, sehingga pelakunya akan mendapatkan keuntungan besar dan keberhasilan yang kekal. Perniagaan dimaksud adalah tetap dalam keimanan, keikhlasan amal kepada Allah dan berjihad dengan jiwa dan harta dengan menyebarkn agama dan meninggikan kalimat-Nya.8

2) Terma al-bai’u, yang bermakna menjual. Dalam al-Qur’an terma bai’ ditemui sebanyak dua kali yaitu pertama, terdapat dalam surat       

8

(38)

Al-Baqarah (2): 254 yang menyerukan agar membelanjakan serta mendayagunakan harta benda sesuai dengan keimanan dan bertujuan untuk mencari keuntungan sebagai bekal di hari kiamat. Kedua, surat Al-Baqarah (2): 275 memberikan pengertian tentang jual beli yang halal dan larangan untuk memperoleh atau mengembangkan harta benda dengan jalan riba.9

3) Terma tadayantum, yang disebutkan satu kali pada surat Al-Baqarah (2): 282. Ayat ini digunakan dalam pengertian muamalah yakni jual beli, utang piutang, sewa menyewa dan lain sebagainya yang jika dilakukan tidak secara tunai hendaknya pencatatan dengan benar.10

4) Terma isytara, kata isytara dengan berbagai ragamnya terdapat sebanyak dua puluh lima kali. Secara umum kata isytara dan berbagai ragamnya lebih banyak mengandung makna transaksi antara manusia dengan Allah atau transaksi sesama manusia yang dilakukan karena dan untuk Allah, atau juga transaksi dengan tujuan keuntungan manusia walaupun dengan menjual ayat-ayat Allah.11

       9

Zaroni, Bisnis………….. Vol. IV, No. 2

10

Zaroni, Bisnis………….. Vol. IV, No. 2

11

Zaroni, Bisnis………….. Vol. IV, No. 2

(39)

3. Aksioma Dasar Etika Bisnis Islam

Ajaran etika dalam Islam pada prinsipnya manusia dituntut untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, kepada sesama manusia dan lingkungan alam disekitarnya, dan kepada Tuhan selaku penciptaNya. Oleh karena itu, untuk dapat berbuat baik pada semuanya itu, manusia di samping diberi kebebasan (free will), hendaknya ia memperhatikan keesaan Tuhan (tauhid), prinsip keseimbangan (tawazun = balance) dan keadilan (qist). Di samping tanggung jawab (responsibility) yang akan diberikan di hadapan Tuhan.12 Lima konsep inilah yang disebut dengan aksioma13 yang terdiri atas prinsip-prinsip umum yang terhimpun menjadi satu kesatuan yang terdiri atas konsep-konsep Keesaan (tauhid), Keseimbangan

(equilibrium), Kehendak bebas (free will), Tanggung jawab

(responsibility), dan Kebajikan (ihsan).14

Untuk menentukan kaidah-kaidah perilaku ekonomi dalam masyarakat Islam, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membangun sistem aksioma dengan tepat agar mencerminkan pandangan Islam tentang etika. Pandangan ini dapat membentuk dasar generalisasi ilmiah tentang suatu ilmu ekonomi Islam. Untuk mengubahnya menjadi suatu alat operasional yang berupa analisis ilmiah, suatu filsafat etika

       12

Djakfar, Etika Bisnis………., h.11

13

Aksioma adalah hal yang sudah menjadi umum dan jelas kebenarannya. Lihat. Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h.88

14

(40)

harus disusutkan menjadi sekumpulan aksioma yang kemudian dapat berlaku sebagai suatu titik mula pembuat kesimpulan logis mengenai kaidah-kaidah sosial dan perilaku ekonomi yang secara Islami absah.15

Perangkat aksioma menguatkan prinsip dasar etika Islam yang sasarannya menghasilkan suatu tatanan sosio-ekonomi yang padu, seimbang, dan realistis. Pandangan ini diikhtisarkan dengan tepat oleh kelima aksioma sebagai berikut:

a. Keesaan (Tauhid)

Konsep ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah kepercayaan total dan murni terhadap keesaan Tuhan.16 Konsep tauhid merupakan dimensi vertikal Islam, ia memadukan berbagai aspek dalam kehidupan manusia yaitu politik, ekonomi, sosial, dan keagamaan (religius) serta menekankan gagasan mengenai konsistensi dan keteraturan.17 Hubungan vertical ini merupakan wujud penyerahan diri manusia secara penuh tanpa syarat di hadapan Tuhan, dengan menjadikan keinginan, ambisi, serta perbuatannya tunduk pada perintahNya.18

Dengan mengintegrasikan aspek religius dengan aspek-aspek lainnya, seperti ekonomi, akan menimbulkan perasaan dalam diri

       15

Haider Naqvi, Etika…………, h. 74

16

Djakfar, Etika Bisnis………..., h. 12

17

Haider Naqvi, Etika…………, h. 78

18 

(41)

manusia bahwa ia akan selalu merasa direkam segala aktivitas kehidupannya, termasuk dalam aktivitas berekonomi sehingga dalam melakukan segala aktivitas bisnis tidak akan mudah menyimpang dari segala ketentuanNya. Perhatian terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan etik dan dimotivasi oleh ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha Esa akan meningkatkan kesadaran individu mengenai insting altruistiknya, baik terhadap sesama manusia maupun alam lingkungannya. Ini berarti, konsep tauhid akan memiliki pengaruh yang paling mendalam terhadap diri seorang muslim.19

b. Keseimbangan (Equilibrium)

Keseimbangan atau ‘adl (keadilan) menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam, dan hubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta.20 Hukum dan keteraturan yang terlihat pada alam semesta mencerminkan keseimbangan harmonis. Tatanan ini pula yang dikenal dengan sunnatullah.

Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai. Islam mengharuskan penganutnya untuk berlaku adil dan berbuat kebajiakan. Dan bahkan berlaku adil harus didahulukan dari kebajikan. dalam perniagaan, persyaratan adil yang paling       

19

Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 33

20

(42)

mendasar adalah agar pengusaha Muslim menyempurnakan takaran bila menakar dan menimbang dengan alat timbangan yang benar, karena hal itu merupakan perilaku terbaik yang akan mendekatkan pada ketaqwaan.21

Pada struktur ekonomi dan bisnis, agar kualitas keseimbangan dapat mengendalikan semua tindakan manusia, maka harus memenuhi beberapa persyaratan22, yaitu:

1) Hubungan-hubungan dasar antara konsumsi, distribusi, dan produksi harus berhenti pada suatu keseimbangan tertentu demi menghindari pemusatan kekuasaan ekonomi dan bisnis dalam wilayah kekuasaan segelintir pengusaha.

2) Keadaan perekonomian yang tidak konsisten dengan distribusi pendapatan dan kekayaan yang secara ekonomis merupakan pilihan yang terbaik untuk ditolak karena Islam menolak daur tertutup pendapatan kekayaan semakin menyempit.

3) Akibat dari pengaruh sikap egalitarian yang kuat, maka dalam ekonomi dan bisnis Islam tidak mengakui adanya, baik hak milik yang tak terbatas maupun sistem pasar yang bebas tak terkendali. Hal ini disebabkan oleh sistem tersebut tidak menciptakan

       21

Badroen, Etika Bisnis………., h. 92

22 

(43)

keadilan sosial sedangkan Islam menhendaki penciptaan keadilan sosial

Dengan demikian jelas bahwa keseimbangan merupakan landasan pikir kesadaran dalam pendayagunaan dan pengembangan harta benda agar harta benda tidak menyebabkan kebinasaan bagi manusia melainkan menjadi media menuju kesempurnaan jiwa manusia sebagai khalifah.

c. Kehendak Bebas (Free will)

Pada tingkat tertentu, manusia diberikan kehendak bebas untuk mengendalikan kehidupannya sendiri manakala Allah SWT menurunkannya ke bumi.23Dengan tanpa mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya dituntun oleh hukum yang diciptakan Allah SWT, ia diberi kemampuan untuk berpikir dan membuat keputusan, memilih jalan hidup yang diinginkan, dan yang paling penting untuk bertindak berdasarkan aturan yang ia pilih.24

Konsep Islam memahami bahwa institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan ekonomi. Manusia memiliki kecenderungan untuk berkompetisi dalam segala hal, tak terkecuali kebebasan melakukan kontrak di pasar. Oleh sebab itu, pasar seharusnya menjadi cerminan dari berlakunya hukum       

23

Al-Baqarah (2): 30

24

(44)

penawaran dan permintaan yang direpresentasikan oleh harga, pasar tidak terdistorsi oleh tangan-tangan yang sengaja mempermainkannya. Islam tidak memberikan ruang kepada intervensi dari pihak manapun untuk menentukan harga, kecuali adanya kondisi darurat.

Pasar yang Islami juga harus bisa menjamin adanya kebebasan pada masuk atau keluarnya sebuah komoditas di pasar, berikut perangkat faktor-faktor produksinya. Hal ini dimaksud untuk menjamin adanya pendistribusian kekuatan ekonomi dalam sebuah mekanisme yang proporsional.25

Agar tercipta mekanisme pasar yang sehat, aktivitas ekonomi dalam konsep ini diarahkan untuk kebaikan setiap kepentingan seluruh komunitas Islam yaitu dengan adanya larangan-larangan mengenai monopoli, kecurangan, dan praktik riba. Seorang Muslim yang percaya pada kehendak Allah, akan senantiasa mengabaikan larangan-laranganNya. Ia merupakan bagian kolektif dari masyarakat dan mengakui bahwa Allah meliputi kehidupan individual dan sosial. Dengan demikian, kebebasan berkehendak berhubungan erat dengan kesatuan dan keseimbangan.

       25

(45)

d. Tanggung Jawab (Responsibility)

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya.26 Secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan prinisp kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya.27 Al-Qur’an menegaskan, “Barangsiapa memberikan hasil yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian pahala. Dan

barang siapa menimbulkan akibat yang buruk, niscaya ia akan

memikul konsekuensinya.28

Dalam bidang ekonomi dan bisnis prinsip ini dijabarkan menjadi suatu pola perilaku tertentu. Ia mempunyai sifat berlapis ganda dan terfokus baik pada tingkat mikro (individual) maupun tingkat makro (organisasi dan sosial), yang kedua-duanya harus dilakukan secara bersama-sama.29 Perilaku konsumsi seseorang misalnya tidak sepenuhnya bergantung kepada penghasilannya sendiri; ia juga harus menyadari tingkat penghasilan dan konsumsi

       26

Beekun, Etika………., h. 40

27

Badroen, Etika Bisnis………., h. 100

28

QS. An-Nisa (4): 85

29

(46)

berbagai anggota masyarakat yang lain. Karena itu menurut Sayyid Qutub prinsip pertanggungjawaban Islam adalah pertanggung-jawaban yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya. Antara jiwa dan raga, antara person dan keluarga, individu dan sosial antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Prinsip pertanggungjawaban ini secara mendasar akan mengubah perhitungan ekonomi dan bisnis karena segala sesuatunya harus mengacu pada keadilan. Hal ini diimplementasikan paling tidak pada tiga hal; pertama, dalam menghitung margin, keuntungan nilai upah harus dikaitkan dengan upah minimum yang secara sosial dapat diterima oleh masyarakat. Kedua, economic return bagi pemberi pinjaman modal harus dihitung berdasarkan pengertian yang tegas bahwa besarnya keuntungan tidak dapat diramalkan dengan probalitias kesalahan nol dan tak dapat lebih dahulu ditetapkan (seperti sistem bunga). Ketiga, Islam melarang semua transaksi alegotoris semisal gharar atau sistem ijon yang dikenal dalam masyarakat Indonesia.30

e. Kebajikan (Ihsan)

Ihsan (kebajikan) artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang mengharuskan perbuatan tersebut atau       

30 

(47)

dengan kata lain beribadah dan berbuat baik seakan-akan melihat Allah, jika tidak mampu, maka yakinlah Allah melihat.31

Dalam sebuah kerajaan bisnis, terdapat sejumlah perbuatan yang dapat mensupport pelaksanaan aksioma ihsan dalam bisnis32, yaitu:

1) kemurahan hati (leniency)

2) motif pelayanan (service motives)

3) kesadaran akan adanya Allah dan aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan yang menjadi prioritas (consciousness of Allah and of His prescrible priorities)

Selain hal tersebut di atas, manusia juga diwajibkan untuk mengenal dan mengobservasi skala prioritas Qur’an, seperti33:

1) lebih memilih kepada penghargaan akhirat ketimbang penghargaan duniawi

2) lebih memilih kepada tindakan yang bermoral ketimbang yang tidak bermoral

3) lebih memilih halal ketimbang yang haram

       31

Beekun, Etika………., h. 43

32

Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Rajawali Press, 1995), Ed. III

33

(48)

B. Pasar

1. Pengertian Pasar

Pasar tediri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu dalam melakukan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan.34 Konsep pasar membawa kita kembali pada konsep pemasaran, dimana pemasaran merupakan dimensi pertama dan utama dari perusahaan. Definisi dari pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain.35

Ukuran suatu pasar tergantung pada jumlah pembeli yang berada dalam pasar tersebut. Pembeli potensial memiliki tiga karakteristik pokok, yaitu mempunyai minat, penghasilan dan akses. Berdasarkan ketiga karakteristik ini, ada lima level definisi pasar yaitu:

a. Pasar potensial (potential market), yaitu sekumpulan konsumen yang memiliki tingkat minat tertentu terhadap penawaran pasar tertentu. b. Pasar yang tersedia (available market), yaitu sekumpulan konsumen

yang memiliki minat, penghasilan, dan akses pada penawaran pasar tertentu.

       34

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 1995), Edisi 8, h. 14.

35

(49)

c. Pasar tersedia yang memenuhi syarat (qualified available market), yaitu sekumpulan konsumen yang memiliki minat, penghasilan, akses, dan kualifikasi untuk penawaran pasar tertentu.

d. Pasar yang dilayani (served market atau target market), yaitu sebagian dari qualified available market yang ingin dimasuki perusahaan. e. Pasar penetrasi (penetration market), yaitu sekumpulan konsumen

yang benar-benar telah membeli produk.36 2. Mekanisme Pasar

[image:49.612.145.536.58.425.2]

Dalam Islam, pasar merupakan wahana transaksi ekonomi yang ideal, karena secara teoretis maupun praktis, Islam menciptakan suatu keadaan pasar yang dibingkai oleh nilai-nilai shari’ah, meskipun tetap dalam suasana bersaing. Hal ini tentu saja bukan hanya kewajiban personal pelaku pasar tetapi juga membutuhkan intervensi pemerintah. Untuk itulah maka pemerintah mempunyai peranan yang penting dan besar dalam menciptakan pasar yang islami, sebagaimana ditunjukkan oleh adanya hisbah pada masa Rasulullah dan sesudahnya.37

Gambaran pasar yang islami adalah pasar yang di dalamnya terdapat persaingan sehat yang dibingkai dengan nilai dan moralitas Islam. Nilai dan moralitas Islam itu secara garis besar terbagi dua: Pertama, norma       

36

Santoso Singgih dan Tjiptono Fandy, Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), h. 64

37

(50)

yang bersifat khas yaitu hanya berlaku untuk muslim. Kedua, Islam juga sangat memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat umum dan berlaku secara universal seperti persaingan sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Nilai-nilai ini sangat ditekankan dalam Islam bahkan selalu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah. Keterikatan seorang muslim dengan norma-norma ini akan menjadi sistem pengendali yang bersifat otomatis bagi pelakunya dalam aktifitas pasar. 38

Dengan mengacu kepada Alquran dan praktek kehidupan pasar pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, Ibn Taymiyyah menyatakan bahwa ciri khas kehidupan pasar yang islami adalah :

a. Orang harus bebas untuk keluar dan masuk pasar.

b. Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan pasar dan barang-barang dagangan.

c. Unsur-unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar. Kolusi antara penjual dan pembeli harus dihilangkan.

d. Adanya kenaikan dan penurunan harga yang disebabkan naik turunya tingkat permintaan dan penawaran.

e. Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar dari pemalsuan produk, penipuan, dan kecurangan kualitas barang

       38

(51)

f. Terhindar dari penyimpangan terhadap kebebasan ekonomi yang jujur, seperti sumpah palsu, kecurangan dalam menakar, menimbang, dan mengukur, dan niat yang buruk dalam perdagangan.

g. Pelaku pasar juga dilarang menjual barang-barang haram seperti minuman keras, alat perjudian dan pelacuran, dan lain-lain.39

Dengan memperhatikan kriteria pasar islami tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasar islami itu dibangun atas dasar terjaminnya persaingan yang sehat yang dibingkai dalam nilai dan moralitas Islam. Untuk menjamin agar kriteria ini tetap terjaga dengan baik diperlukan seorang muhtasib yang memiliki peranan aktif dan permanen dalam menjaga mekanisme pasar yang islami sehingga dapat dijadikan model bagi peran pemerintah terhadap pasar. Pengawasan secara cermat terhadap mekanisme pasar harus dilakukan demi tegaknya kepentingan sosial dan nilai-nilai akhlak islami yang diinginkan semua pihak.

Mekanisme pasar dibangun atas dasar kebebasan yaitu kebebasan individu untuk melakukan transaksi barang dan jasa sebagaimana yang ia sukai. Ibn Taymiyah menempatkan kebebasan pada tempat yang tinggi bagi individu dalam kegiatan ekonomi, walaupun beliau juga memberikan batasan-batasannya. Selain itu juga diperlukan kerjasama saling membantu antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain untuk       

39

(52)

mewujudkan kesejahteraan bersama. Segala sesuatu itu boleh dan sah dilakukan sampai ada larangan khusus yang bertentangan dengan shari’ah Islam, khususnya dalam hal penipuan dan hal-hal yang merugikan.40

3. Etika Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain41. Dalam konteks etika pemasaran yang bernuansa Islami, dapat dicari pertimbangan dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an memberikan dua persyaratan dalam proses bisnis yakni persyaratan horizontal (kemanusiaan) dan persyaratan vertikal (spritual). Surat Al-Baqarah menyebutkan ”Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada yang diragukan didalamnya. Menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”. Ayat ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam etika marketing42:

a. Allah memberi jaminan terhadap kebenaran Al-Qur’an, sebagai reability product guarantee.

b. Allah menjelaskan manfaat Al-Qur’an sebagai produk karyaNya, yakni menjadi hudan (petunjuk).

c. Allah menjelaskan objek, sasaran, customer, sekaligus target penggunaan kitab suci tersebut, yakni orang-orang yang bertakwa.       

40

Mujahidin, Etika Bisnis dalam Islam………., h. 123

41 

Kotler, Manajemen Pemasaran………., h. 8 

42

(53)

Isyarat diatas sangat relevan dipedomani dalam melakukan proses marketing, sebab marketing merupakan bagian yang sangat penting dan menjadi mesin suatu perusahaan. Mengambil petunjuk dari kalimat ”jaminan” yang dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an, maka dalam rangka penjualan itupun kita harus dapat memberikan jaminan bagi produk yang kita miliki. Jaminan tersebut mencakup dua aspek43:

a. Aspek material, yakni mutu bahan, mutu pengobatan, dan mutu penyajian.

b. Aspek non material, mencakup; ke-Halalan, ke-Thaharahan (Higienis), dan ke-Islaman dalam penyajian.

Urutan kedua yang dijelaskan Allah adalah manfaat dari apa yang dipasarkan. Jika ini dijadikan dasar dalam upaya marketing, maka yang perlu dilakukan adalah memberikan penjelasan mengenai manfaat produk (ingridients) atau manfaat proses produksi dijalankan. Adapun metode yang dapat digunakan petunjuk Allah: ”Beritahukanlah kepadaku (berdasarkan pengetahuan) jika kamu memang orang-orang yang

benar”.44 Ayat tersebut mengajarkan kepada kita bahwa untuk

meyakinkan seseorang terhadap kebaikan yang kita jelaskan haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan, data dan fakta. Jadi dalam menjelaskan manfaat produk, nampaknya peranan data dan fakta sangat penting,       

43 

Eldine, Etika Bisnis Islam………  44

(54)

bahkan seringkali data dan fakta jauh lebih berpengaruh disbanding penjelasan.

Ketiga adalah penjelasan mengenai sasaran atau customer dari produk yang kita miliki. Dalam hal ini kita dapat menjelaskan bahwa makanan yang halal dan baik (halalan thoyyiban), yang akan menjadi darah dan daging manusia, akan membuat kita menjadi taat kepada Allah, sebab konsumsi yang dapat mengantarkan manusia kepada ketakwaan harus memenuhi tiga unsur45 :

a. Materi yang halal

b. Proses pengolahan yang bersih (Higienis) c. Penyajian yang Islami

       45

(55)
[image:55.612.105.565.53.523.2]

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan:

1. Faktor Tauhid, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa dimensi, yaitu: keagamaan, dan aspek sosial46.

2. Faktor Kehendak bebas, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa dimensi, yaitu: persaingan sehat, larangan monopoli, dan larangan kecurangan47.

       46

Beekun, Etika………., h. 33

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etika Bisnis Islam

Tauhid

Kehendak bebas (free will)

Prinsip keseimbangan

(tawazun= equilibrium)

Tanggung Jawab (responsibility)

Kebajikan (ihsan

Analisis Faktor

Faktor I

(56)

3. Faktor Keseimbangan, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa dimensi, yaitu: larangan praktek riba48, menghargai hak orang lain49, dan kejujuran50. 4. Faktor tanggung jawab, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa dimensi,

yaitu: penerapan administrasi, perilaku konsumsi, pengembalian pinjaman, dan menerima keluhan konsumen51.

5. Faktor Ihsan, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa dimensi, yaitu: kemurahan hati, dan motif pelayanan52.

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah diduga faktor tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab dan ihsan mempengaruhi etika bisnis Islam.

       47 

Badroen, Etika Bisnis ..., h.96 

48 

Marpuji Ali, Etika Bisnis dalam Islam (Kritik Terhadap Kapitalisme), Jurnal Ekonomi Fakultas Agama Islam UMS, 2007, h. 11 

49 

Badroen, Etika Bisnis ..., h.94 

50 

Ali, Etika Bisnis…..., h. 14 

51 

Lukman Fauroni, Rekonstruksi Etika Bisnis……….., h. 102 

52 

(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Wilayah Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, yang akan menjadi objek studi penelitian

adalah pedagang pasar ciputat. Dengan sampel pedagang yang berada pada

lingkungan PD Pasar Niaga Kerta Raharja Pasar Ciputat.

Jenis penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah kausalitas,

yakni tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan

sebab-akibat antara dua variabel atau lebih1. Jenis ini digunakan untuk menjelaskan

pengaruh Tauhid, Keseimbangan, Tanggung Jawab, Kehendak Bebas, dan Ihsan

terhadap Etika Bisnis Islam pedagang pasar Ciputat.

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang yang berdagang di pasar

Ciputat. Adapun yang menjadi sasaran penelitian ini adalah pedagang yang

menempati kios-kios dan los-los yang tersedia pada pasar Ciputat. Alasan

peneliti tidak mengikutsertakan pedagang kaki lima (PKL) dalam penelitian ini

karena adanya keterbatasan data yang diperoleh. Pasar Ciputat dipilih sebagai

lokasi penelitian karena lokasi ini terletak di Kota Tangerang Selatan sebagai

penyanggah ibu kota DKI Jakarta. Pedagang di pasar Ciputat bersifat heterogen

1

(58)

yaitu terdiri dari berbagai suku bangsa, pendidikan dan komoditi yang

diperdagangkan.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari

keseluruhan elemen (populasi). Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa

dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus yaitu penelitian yang

dilakukan atas seluruh elemen. Namun, karena sesuatu hal peneliti bisa tidak

melakukan sensus, maka yang bisa dilakukannya adalah menggunakan teknik

sampel. Adapun alasan peneliti tidak melakukan sensus adalah sebagai berikut:

1. keterbatasan waktu penelitian,

2. keterbatasan biaya, dan

3. keterbatasan sumber daya manusia,

C. Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan probability sampling methode, yaitu metode pemilihan sampel

secara acak sehingga setiap elemen populasi mempunyai probabilitas yang sama

untuk dipilih menjadi sampel. Probability sampling methode yang digunakan

yaitu dengan pemilihan sampel acak sederhana (simple random sampling).

Metode pemilihan sampel acak sederhana memberikan kesempatan yang sama

(59)

sampel. Metode ini relative sederhana karena hanya memerlukan satu tahap

prosedur pemilihan sampel. Setiap elemen populasi secara independen

mempunyai probabilitas dipilih satu kali (tanpa pengembalian). Metode ini juga

memungkinkan terpilihnya sampel yang mempunyai bias paling sedikit dan

tingkat generalisasi yang tinggi.2

Untuk menentukan ukuran sampel yang dijadikan objek dalam penelitian

ini menggunakan rumus Slovin3 sebagai berikut:

n = N 1 + Nα²

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

α = Taraf signifikansi, yaitu sebesar 10%

Pengoperasian rumus Slovin tersebut adalah sebagai berikut:

n = 540 1 + 540(0,1)²

= 84,375

Berdasarkan hasil pengoperasian rumus Slovin tersebut, maka ukuran

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 84 sampel.

2

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi…………, h. 124

3

(60)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

yang diperoleh berdasarkan wawancara jawaban kuesioner yang

dibagikan kepada pedagang pasar Ciputat.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan

sumber bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek yang

diteliti. Untuk data sekunder, peneliti mengumpulkannya dengan studi

kepustakaan dan literatur pada berbagai perpustakaan di dalam dan di

luar kampus maupun pada toko-toko buku4.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan

instrumen berupa kuesioner yang dijadikan instrumen pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik personally administered

questionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan dikumpulkan secara

langsung oleh peneliti.

E. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penilitian ini adalah metode

analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS

4

(61)

versi 17.0. Sedangkan langkah-langkah yang digunakan untuk meneliti

faktor-faktor yang mempengaruhi etika bisnis Islam pedagang di pasar Ciputat adalah

dengan uji kualitas data, dan uji analisis faktor.

1. Uji Kualitas data

Untuk melakukan uji kualias data atas data primer dalam penelitian

ini, dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang diukur oleh kuesioner tersebut.5

Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai Corrected item-Total Correlation dengan nilai r hitung dengan nilai patokan

iA= 0.26 dan alpha =0,05.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Hasil uji reabilitas

5   

Imam Ghozali , Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2009), h. 49 

6

(62)

dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Suatu

instrumen dapat dikatakan reliabel (andal) bila memiliki nilai

Cronbach Alpha lebih dari 0,60.7

2. Uji Analisis Faktor

1) Konsep Dasar Analisis Faktor

Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data,

yaitu proses untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu

variabel menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan

informasi yang berarti dan menamakannya sebagai faktor. Analisis

faktor digunakan untuk penelitian awal di mana faktor-faktor yang

mempengaruhi suatu variabel belum diidentifikasikan secara baik

(explanatory research). Jadi, dapat saja dari 10 atribut tersebut dapat

diringkas menjadi 3 faktor utama saja8.

Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan

(interrelationship) antar sejumlah variabel-variabel yang saling

independen satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau

beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel

awal9.

7

Ghozali , Aplikasi ..., h. 42 8

Santoso Singgih dan Fandy, Riset Pemasaran: Konsep danAplikasi dengan SPSS, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001), h. 244

9

(63)

Analisis faktor merupakan metode statistik yang digunakan

untuk meringkas informasi dalam jumlah banyak yang dihasilkan dari

proses pengukuran (berupa konsep-konsep) menjadi sebuah dimensi

atau construct yang lebih kecil. Analisis faktor dapat digunakan untuk

mengindentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab atau

mempunyai hubungan kausalitas antar variabel10.

b. Tujuan Analisis Faktor

Adapun tujuan analisis faktor adalah11 :

1) Data Summarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan

antar variabel dengan melakukan uji korelasi. Jika korelasi

dilakukan antar variabel (dalam pengertian SSPS adalah ”kolom”),

analisis tersebut dinamakan R Factor Analysis. Namun jika

korelasi dilakukan antar responden atau sampel (dalam pengertian

SSPS adalah ”baris”), analisis disebut Q Factor Analysis, yang

juga populer disebut Cluster Analysis.

2) Data Reduction, yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan

proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor

untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu

Analisis faktor pertama kali dilakukan oleh Charles Spearman,

dengan tujuan utama analisis faktor adalah menjelaskan hubungan

10

Ghozali, Aplikasi ………….., h. 10

11

(64)

diantara banyak variabel dalam bentuk beberapa faktor, faktor-faktor

tersebut merupakan besaran acak (random quantities) yang dapat

diamati atau diukur secara langsung. Kegunaan utama analisis faktor

ialah melakukan pengurangan data atau dengan kata lain melakukan

peringkasan sejumlah variabel yang akan menjadi kecil jumlahnya.

Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi beberapa

variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor. Sehingga

ditemukan variabel-variabel atau faktor-faktor yang dominan atau

penting untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Model Analisis Faktor

Pada dasarnya model analisis faktor dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu sebagai berikut12:

1) Exploratory Factor Analysis

Exploratory Factor Analysis merupakan model dalam analisis

faktor tujuannya untuk mencari pengelompokkan baru variabel asli

menjadi variabel yang jumlahnya semakin sedikit.

2) Confirmatory Factor Analysis

Confirmatory Factor Analysis digunakan untuk menguji atau

mengkonfirmasi apakah suatu konstruk yang secara teori telah

dibentuk dapat dikonfirmasi dengan data empirisnya.

12 Ghozali,

(65)

Penelitian ini menggunakan proses pada analisis faktor yaitu

Exploratory Factor Analysis yaitu mencari pengelompokkan baru dari

variabel asli yang mempengaruhi etika bisnis Islam pedagang pasar

Ciputat.

d. Persyaratan Dalam Analisis Faktor

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan

analisis faktor, yaitu13 :

1) KMO dan Bartlett’s Test

KMO (Kaiser-Mayer-Olkin) merupakan indeks pembanding

besarnya koefisien korelasi observasi dengan besarnya koefisien

korelasi observasi parsial. Jika nilai kuadrat koefisien korelasi

parsial dari semua pasangan variabel lebih kecil dari pada jumlah

kuadrat koefisien korelasi, maka harga KMO akan mendekati satu,

[image:65.612.144.537.66.471.2]

yang menunjukkan kesesuaian penggunaan analisis faktor14.

Tabel 3.1

Tabel Ukuran Ketepatan Kaiser – Mayer – Olkin

Ukuran KMO Rekomendasi

0,9 Baik Sekali

0,8 Baik

0,7 Sedang/Agak Baik

0,6 Cukup 0,5 Kurang

< 0,5 Ditolak

Sumber: Santoso, h.14

13

Ghozali, Aplikasi ………….., h. 256

14

(66)

2) Anti – Image Matrices

Besarnya angka measure of sampling adequacy (MSA)

berkisar antara 0 -1, dengan kriteria sebagai berikut15:

a) Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa

kesalahan oleh variabel lain.

b) Jika MSA > 0,05, maka variabel tersebut masih dapat

diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.

c) Jika MSA < 0,05, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi

dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, sehingga variabel harus

dikeluarkan/dibuang.

d. Proses Analisis Faktor

Analisis faktor dapat dilakukan melaui langkah-langkah sebagai

berikut16 :

1) Menguji variabel apa saja yang akan dianalisis.

2) Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, menggunakan

Bartlett Test of Sphericity dan MSA (Measure of Sampling

Adequacy).

3) Melakukan proses inti analisis faktor, yakni factoring, atau

menurunkan satu atau lebih dari variabel-variabel yang telah lolos

pada uji variabel sebelumnya.

15

Singgih, Buku Latihan SPSS... h. 213

16

(67)

4) Melakukan proses factor rotation, atau rotasi terhadap faktor yang

terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk

kedalam faktor tertentu. Beberapa metode rotasi yaitu :

a) ORTHOGONAL ROTATION

Yakni, memutar sumbu 90 derajat. Orthogonal Rotation

digunakan bila analisis bertujuan untuk mereduksi jumlah

variabel tanpa mempertimbangkan seberapa berartinya faktor

yang diekstraksi.Proses rotasi dengan metode orthogonal masih

bisa dibedakan menjadi17 :

i. Quartimax

Metode ini bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil

ekstraksi, sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi,

dimana setiap variabel memberi bobot yang tinggi disatu

faktor dan sekecil mungkin pada faktor lain.

ii. Varimax

Bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi,

sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi, dimana

dalam satu kolom, nilai yang ada sebanyak mungkin

mendekati nol. Hal ini berarti didalam setiap faktor

tercakup sedikit mungkin variabel.

iii. Equimax

17

(68)

Bertujuan untuk mengkobinasi metode quartimax dan

varimax. Maka, dalam penelitian ini peneliti menggunakan

metode Varimax.

b) OBLIQUE ROTATION

Yakni, memutar sumbu kanan, namun tidak harus 90

derajat. Dengan rotasi ini, korelasi antar faktor masih

diperhitungkan, karena sumbu faktor tidak saling tegak lurus

satu dengan lainnya. Oblique Rotation digunakan untuk

memperoleh sejumlah faktor yang secara teoritis cukup berarti.

5) Pemilihan Metode Ekstraksi dan Penentuan Jumlah Faktor.

Ekstraksi faktor bertujuan untuk menghasilkan sejumlah faktor dari

data yang ada. Terdapat dua pe

Gambar

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah ........................................................................
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah
Gambaran pasar yang islami adalah pasar yang di dalamnya terdapat
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

obesitas, kebiasaan merokok, stres, dan olahraga dengan hipertensi pada lansia yang berobat di puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru tahun 2013. Disarankan kepada lansia

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Vol. 2, Desember 2017 109 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencoba menggali lebih dalam tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap