PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN IHSG
TERHADAP RETURNPASAR ISSI
(Indeks Saham Syariah Indonesia)
Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode Juni 2011 – Mei 2015
SKRIPSI
Oleh : Dwi Manggar Asih NIM : 1112081000118
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN IHSG
TERHADAP RETURNPASAR ISSI
(Indeks Saham Syariah Indonesia)
Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Juni 2011 – Mei 2015
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Dwi Manggar Asih NIM : 1112081000118
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Adhitya Ginanjar, SE., M.Si NIP. 19690203 200112 1 003 NIP.197408102011011001
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 10 November 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Dwi Manggar Asih
2. NIM : 1112081000118
3. Jurusan : Manajemen/MIPS
4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan IHSG
Terhadap Return Pasar ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Juni 2011 – Mei 2015.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2015
1. Arif Fitrijanto, M.Si
NIP.197111182005011003
2. Amalia, SE., MSM
NIP.197408212009012005
3. Aini Masruroh, M,Si
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, 27 Januari 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:
1. Nama : Dwi Manggar Asih
2. NIM : 1112081000118
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan IHSG Terhadap Return
Pasar ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode Juni 2011 – Mei 2015.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan
selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas
dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP.196902032001121003 ( ) Pembimbing I
4. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si
NIP. 197408102011011001 ( )
Pembimbing II
5. Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE.,MAB
NIP.197411272001121002 ( )
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dwi Manggar Asih
NIM : 1112081000118
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Dwi Manggar Asih
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Tangerang, 25 September 1993
Alamat : Kp. Manungtung
Rt 004 Rw 006 no. 12
Ds. Legok Kec. Legok
Kabupaten Tengerang 15210
Telepon : 087809551919
E-mail : [email protected]
Motto Hidup : Jangan Takut Kalah Apabila Ada Kesempatan
Untuk Menang Ikhtiar dan Berdoa, dan percaya
ALLAH selalu bersama kita
2011 – 2013 : Program Profesional Teknik Informasi Perbankan SyariahCCIT-FTUI Universitas Indonesia
vi
Abstract
The purpose of this study was to observe the effect in the short term and
long term between five variables: inflation, exchange rate against the USD
(exchange rate), the gross domestic product (GDP), the world gold price and the
stock price index (IHSG) to Return markets ISSI (Indonesian sharia stock index).
The data used in this study is the monthly data from June 2011 to May 2015 of a
monthly report Macroeconomic Indicators of Bank Indonesia, reports Kitco
Statistics and Reports Statistics Indonesia Stock Exchange. This study uses
Cointegration test to see any indication of long-term relationships and Error
Correction Model (ECM) to see a short-term relationship.
The results showed in the long term there is influence between the
variables of inflation, exchange rates, GDP and IHSG to Return ISSI market. This
implies that in the long term these variables can be used to predict the movement
of markets Return ISSI. While in the short term all the variables: inflation,
exchange rate against the USD (exchange rate), the gross domestic product
(GDP), the world gold price and the stock price index (IHSG) has an influence on
the market Return ISSI. This implies that in the short term all the variables in this
study can be used to predict the movement Return ISSI market in the short term.
Keywords: Inflation, Exchange Rate, GDP, the world gold price, IHSG, Return
vii
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dalam jangka pendek
dan jangka panjang antara lima variabel yaitu: inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
USD (kurs), produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga
saham gabungan (IHSG) terhadap Return pasar ISSI (indeks saham syariah Indonesia). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari
Juni 2011 sampai Mei 2015 dari laporan bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank
Indonesia, Laporan Statistik kitco dan Laporan Statistik Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat adanya indikasi
hubungan jangka panjang dan Error Correction Model (ECM) untuk melihat adanya hubungan jangka pendek.
Hasil penelitian menunjukan dalam jangka panjang terdapat pengaruh
antara variabel inflasi, kurs, PDB dan IHSG terhadap Return pasar ISSI. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi pergerakan Return pasar ISSI. Sedangkan dalam jangka pendek semua variabel yaitu: inflasi, nilai tukar rupiah terhadap USD
(kurs), produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga saham
gabungan (IHSG) mempunyai pengaruh terhadap Return pasar ISSI. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka pendek semua variabel dalam penelitian
ini dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan Return pasar ISSI dalam jangka pendek.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada
hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “” dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat mencapaigelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh
darisempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi
atas kelemahandan kekurangan yang ditemui dalam penyusunan skripsi
ini.Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hinggaterselesaikannya
skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberidukungan baik moril
maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,secara khusus, penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada :
1. Kedua orang tua saya, Bapak Ranya Dabid dan Ibu Siti Romlah yang
selalu memberikandukungan baik moril maupun materil, memberikan
kasih sayang, cinta,dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas.
Kalian adalah motivasiterkuat bagi penulis untuk bisa segera
menyelesaikan skripsi ini.
2. My Brother,Brigadir Wiwit Nurrofiq, S.Edan David Okta Wiranata yangselalu memberikan motivasi dan dukungan agar penulis cepat lulus.
3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, BapakDr.
Amilin, SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan
Mulazid, MH selaku Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin,
Lc., MA selaku Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis
ix
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I,
yangsenantiasa ikhlas meluangkan waktunya di tengah kesibukan
untukmembimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi
iniserta motivasinya yang begitu besar pada penulis.
5. Bapak Aditya Ginanjar, M.Si selakudosen pembimbing II, yang
telahmeluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar
pada penulis.
6. Ibu Titi Dewi Warninda SE, M.Si dan Ibu Ir. Ela Patriana, MM selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen.
7. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir., MM yang telah banyak membantu dan
memberikan jalan bagi kami MIPS.
8. Bapak Dr.Suhendra, S.Ag, MMselaku Pembimbing Akademik yang telah
mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di FEB
UINSyarif Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas
curahanilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.
10.Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus
kebutuhan administrasi, keuangan dan lain-lainnya, khususnya Pak Alfred,
Pak Ali, Bu Halimah, Pak Rahmat,Pak Bonikdan Pak Sofyan.
11.Sahabat-sahabatku The Kontrak’s yaitu Rizky Yulandari, Inas Mawardah, Ghina Ashila, Nisrina Nur Febri, Fitri Lustyaningsih, Anne Rufaida, Anita
Permata Sari, Nida Milatina, Fanni Islamiyati, Yunita Adawiyah, dan
Ernawati yang selalu mendukung, mendoakan, memotivasi, memberi
canda dan tawa kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
12.Saudara-saudaraku Bripda Adi Prakoso, Dimas Gulang, Str, Mochammad
Cherudinsyah, Andre Hasra, S.T, Rahmat Apryana, Ka Taufiq, Mas
Shoqif, Ahmad Fitriyadi, Amd dan Sri Wahyuni, S.Pd yang tiada henti
memberikan motivasi dan hiburan kepada penulis dalam penulisan skripsi
x
13.Bripda Nero Hangga Ryantoro teman bertukar fikiran yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, agar segera
menyelesaikan skripsi dengan hasil yang maksimal.
14.Teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan Syariah
angkatan 2012 sebagai angkatan pertama. Terimakasih atas rasa
kekeluargaan yang telah diberikan, dukungannya dan selalu ada dalam
suka maupun duka serta memberikan motivasi selama masaperkuliahan.
Maaf jika tidak dapat disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa
cinta dan bangga penulis kepada kalian semua.
15.Teman-teman seperjuangan CCIT FTUI angkatan 2011, terimakasih atas
dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan
langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.
16.Keluarga besar KKN Aurum 2014 yang telah memberikan pengalaman
dan pelajaran yang begitu berharga selama masa perkuliahan yang
menjadikan pribadi penulis lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Semoga
kekeluargaan kita tetap terjaga.
17.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagian
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terimakasih
banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik
manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca serta bagi penulis
sendiri sebagai proses pengembangan diri.
Jakarta, 04 Januari 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
Abstract ... vi
Abstrak ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah... 11
C. Perumusan Masalah ... 11
D. Tujuan Penelitian ... 12
E.Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
A. Landasan Teori ... 14
1. Pasar Modal Syariah ... 14
2. Teori Inflasi... 17
3.Teori Nilai Tukar (kurs) ... 21
xii
5. Harga Emas Dunia ... 27
6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 28
7. ReturnPasar ... 29
B.Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 31
C. Penelitian Sebelumnya ... 33
D. Kerangka Penelitian ... 42
E. Hipotesis Penelitian ... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46
B. Metode Penentuan Sampel ... 46
C. Teknik Pengumpulan Data ... 47
D. Teknik Analisis Data ... 47
1. Uji Normalitas... 48
2. Uji Linieritas ... 49
3. Uji Stasioneritas ... 50
4. Uji Error Correction Model (ECM) ... 52
E. Operasional Variabel Penelitian ... 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 58
1. Sejarah singkat berdirinya Index Saham Syariah Indonesia (ISSI)... 58
2. Perkembangan Inflasi ... 59
3. Perkembangan Nilai Tukar (KURS) ... 61
4. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 62
5. Perkembangan Harga Emas Dunia ... 63
6. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)... 64
B. Analisis dan Pembahasan ... 66
1. Hasil Uji Normalitas ... 66
2. Uji Linearitas ... 67
3. Uji Stasioner ... 68
xiii
5. Hasil Regresi Metode Error Correction Model (ECM) ... 72
C. Interpretasi Data ... 77
1. Konstanta ... 77
1. Tingkat Inflasi dan Jumlah Return ISSI ... 77
2. Tingkat Nilai tukar (Kurs) dan Return ISSI ... 78
3. Jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Return ISSI ... 79
4. Harga Emas Dunia dan Return ISSI ... 81
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Return ISSI ... 82
D. Interpretasi Analisis Ekonomi ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Implikasi ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Perkembangan Saham Syariah ... 4
Gambar 1. 2 Kurs Tengah Rp Terhadap Dolar Amerika ... 7
Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian ... 44
Gambar 4. 1 Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia(ISSI) ... 59
Gambar 4. 2 Perkembangan Inflasi ... 60
Gambar 4. 3 Perkembangan Nilai Tukar (KURS) ... 62
Gambar 4. 4 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 63
Gambar 4. 5 Perkembangan Harga Emas Dunia ... 64
Gambar 4. 6 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 65
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia (Rp Miliar) ... 3
Tabel 1. 2 Jumlah Saham Syariah dalam Daftar Efek Syariah (DES) ... 3
Tabel 4. 1 Hasil Uji Ramsey ... 68
Tabel 4. 2 Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level ... 69
Tabel 4. 3 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference ... 70
Tabel 4. 4 Uji Johansen Kointegrasi ... 71
Tabel 4. 9 Hasil Uji Error Correction Model ... 73
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian Juni 2011 – Mei 2015... 93
Lampiran 2 Hasil Uji Normalitas ... 94
Lampiran 3 Hasil Uji Linearitas ... 95
Lampiran 4 Hasil Uji Stasioner Variabel Return ISSI ... 96
Lampiran 5 Hasil Uji Stasioner Variabel Inflasi ... 97
Lampiran 6 Hasil Uji Stasioner Variabel Nilai Tukar (Kurs) ... 98
Lampiran 7 Hasil Uji Stasioner Variabel Produk Domestik Bruto (LNPDB) ... 99
Lampiran 8 Hasil Uji Stasioner Variabel Harga Emas Dunia (HED) ... 100
Lampiran 9 Hasil Uji Stasioner Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 101
Lampiran 10 Uji Derajat Integrasi Variabel Return ISSI... 102
Lampiran 11 Uji Derajat Integrasi Variabel Inflasi ... 103
Lampiran 12 Uji Derajat Integrasi Variabel Nilai Tukar (Kurs)... 104
Lampiran 13 Uji Derajat Integrasi Variabel Produk Domestik Bruto (LNPDB)105 Lampiran 14 Uji Derajat Integrasi Variabel Harga Emas Dunia (HED) ... 106
Lampiran 15 Uji Derajat Integrasi Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 107
Lampiran 16 Uji Kointegrasi Johansen Test ... 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal, baik pasar modal konvensional maupun pasar modal
syariah memperdagangkan beberapa jenis sekuritas yang mempunyai
tingkat risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas
diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang
tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa datang. Ini sejalan dengan definisi investasi
menurut sharpe dalam (Tandelilin, 2010), bahwa investasi merupakan
komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan returnyang
tidak pasti di masa depan.
Indeks harga saham merupakan ringkasan pengaruh simultan dan
kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh terutama
kejadian-kejadian ekonomi. Dengan kata lain indeks harga saham dapat
dijadikan sebagai barometer ekonomi suatu negara dansebagai dasar
melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir. Di Indonesia
terdapatdua indeks saham syariah, yaitu JII dan ISSI. Yang
membedakannya adalah JII merupakan indeks yang konstituennya hanya
berjumlah 30 saham syariah terlikuid sedangkan ISSI konstituennya
adalah seluruh saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
2
ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) merupakan indeks saham
yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang
tercatatdi BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat
di BEI dan terdaftar dalamDaftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI
direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November)
dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga
dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau
dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan
rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam
perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007.
Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.ISSI juga mengungguli
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Per Januari 2012, kinerja
ISSI tumbuh 13%. Nilai kapitalisasi pasar saham syariah juga cukup
3
Tabel 1. 1 Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia (Rp Miliar)
Sumber: www.ojk.go.id
Tabel 1. 2 Jumlah Saham Syariah dalam Daftar Efek Syariah (DES)
4
Gambar 1. 1 Perkembangan Saham Syariah
Sumber: www.ojk.go.id
Data statistik diatas merupakan data perkembangan saham syariah
mulai dari tahun 2007 sebelum ISSI dibentuk sampai periode pertama
2015 untuk membandingkan perkembangan saham syariah sebelum dan
sesudah ISSI dibentuk. Perkembangan indeks syariah ini dievaluasi dua
kali dalam satu tahun yaitu tiap 6 bulan sekali. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa setiap tahunnya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2015.
Namun pertumbuhan saham syariah tercatat sangat signifikan pada tahun
2011 ke tahun 2012, dimana kita ketahui bersama bahwa ISSI dibentuk
tahun 2011. Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa dibentuknya
ISSI memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan
saham syariah di Indonesia.
Faktor-faktor makroekonomi yang mempunyai hubungan langsung
dengan perkembangan saham dipasar modal antara lain tingkat inflasi,
Nilai tukar (kurs) rupiah, Produk domestik bruto, dan Harga emas dunia.
5
mendorong pergerakan positif di pasar modal. Tingkat inflasi yang tidak
terkendali menyebabkan harga-harga akan terus mengalami peningkatan
secara umum. Sementara pengaruhnya terhadap saham di pasar modal
ialah mengurangi permintaan saham-saham karena berkurangnya
pendapatan riil masyarakat.
Tingkat inflasi suatu negara sangat berpengaruh terhadap tingkat
investasi di Negara tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurut
Syahrir (1995:81) yang menyatakan bahwa sulit atau tidak membayangkan
pasar modal berkembang dengan pesat apabila di dalam suatu negara
berlangsung perkembangan makro seperti diantaranya tingkat inflasi
yang double digit atau sampai hyperinflation. ISSI merupakan salah satu instrument alat investasi yang ada di saham pasar modal di Indonesia.
Tingkat inflasi yang selalu berubah tiap bulannya sangat memungkinkan
untuk mempengaruhi tingkat investasi pada pasar modal di Indonesia
khususnya pada ISSI.
Meningkatnya laju inflasi akan menyebabkan para investor enggan
untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham, mereka cenderung
untuk memilih investasi dalam bentuk logam mulia atau real estate, jenis
ini dapat melindungi investor dari kerugian yang disebabkan inflasi. Dari
hasil penelitian Pasaribu dan Kowanda (2013) diperoleh hasil bahwa
memang secara jangka pendek, meningkatnya inflasi akan menyebabkan
penurunan angka indeks harga saham gabungan, namun dalam jangka
6
saham gabungan. Secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga saham gabungan baik dalam jangka
pendek atau pun jangka panjang. Dengan kata lain, pada jangka panjang,
kenaikan inflasi akan menurunkan capital gain yang menyebabkan
berkurangnya keuntungan yang diperoleh investor. Di sisi perusahaan,
terjadinya peningkatan inflasi, dimana peningkatannya tidak dapat
dibebankan kepada konsumen, dapat menurunkan tingkat pendapatan
perusahaan. Hal ini berarti risiko yang akan dihadapi perusahaan akan
lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga
permintaan terhadap saham menurun. Inflasi dapat menurunkan
keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi
komoditi yang tidak menarik. Dalam jangka pendek, hubungan negatif
inflasi dengan tingkat pengembalian saham berarti terdapat peluang bagi
perusahaan untuk memperoleh profitabilitas lebih besar karena harga
bahan baku menjadi lebih murah dengan asumsi harga penjualan tetap atau
bahkan naik.
Selanjutnya pada awal tahun 2015, rupiah mengalami tekanan
kembali sehingga melemah terhadap dollar AS meskipun bulan-bulan
berikutnya relatif stabil. Beberapa faktor internal yang turut memberikan
tekanan antara lain: masih tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas
dibidang politik dan keamanan dalam jangka pendek dan jangka panjang,
pesimisnya pelaku bisnis dan investor luar negeri terhadap pulihnya
7
alam serta tingginya sensitivitas fluktuasi rupiaj terhadap berbagai isu
negatif lainnya.
Menurut Suci (2012:1-2) Investor menginvestasikan uangnya
berdasarkan preferensi keuntungan yang optimal melalui investasi
portofolio. Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang
digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Nilai tukar rupiah
terhadap USD pun mempengaruhi harga saham, karena semakin
merosotnya rupiah maka harga saham pun ikut terpuruk.
Berdasarkan data empiris, pergerakan variabel ekonomi makro dan
harga saham sering memiliki pola yang kontraduktif atau berlawanan
dengan teori ekonomi. Sebagai contoh, pada akhir tahun 2014, dimana
nilai tukar rupiah terhadap USD terus melemah,
Gambar 1. 2 Kurs Tengah Rp Terhadap Dolar Amerika
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah
terdepresiasi/ melemah terhadap USD selama empat tahun terakhir.
8
catatan di tahun 2014 dengan menebus kerugian di kuartal ke-3 tahun ini.
Setidaknya hal ini membuat Rupiah dapat menyelamatkan diri dari arus
peningkatan ekonomi Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah diketahui
melemah, turun sebanyak 1,6% menjadi Rp 12.385 per Dolarnya sejak
akhir bulan September 2014 lalu. Anjloknya rupiah ini melengkapi catatan
panjang penurunan sebesar 2,7% pada kuartal ke-3 dan 4,2% pada kuartal
ke-2 di tahun 2014. Posisi Rupiah yang naik sebesar 0,5% pada hari ini
(31/12), rupanya tidak banyak mencegah Rupiah untuk mengulang sejarah
kelamnya di tahun 1998 pada saat terjadinya krisis keuangan di Asia.
Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang
mempengaruhi perubahan harga saham. Estimasi PDB akan menentukan
perkembangan perekonomian. PDB berasal dari jumlah barang konsumsi
yang bukan termasuk barang modal. Dengan meningkatnya jumlah barang
konsumsi menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan
skala omset penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat
konsumtif. Dengan meningkatnya omset penjualan maka keuntungan
perusahaan juga meningkat. Peningkatan keuntungan menyebabkan harga
saham perusahaan tersebut juga meningkat yang juga berdampak pada
return pasar yang juga akan meningkat.
Harga emas dianggap sebagai suatu komoditas yang berpengaruh
terhadap kegiatan perekonomian baik di Indonesia maupun dunia.
Masyarakat yang memiliki dana pada saat ini cenderung menginvestasikan
9
tinggi. Keuntungan investasi emas adalah daya tahannya yang kuat
terhadap inflasi. Krishna Reddy Chittedi (2015) melakukan penelitian
mengenai hubungan antara indeks harga saham yang ada di saham BRIC
bahwa terdapat pengaruh antara variabel makro yang salah satunya harga
emas terhadap harga saham di BRIC yang pasti juga mempengaruhi
jumlah return sahamnya.
Pembentukan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dipengaruhi bukan hanya oleh kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia,
tetapi juga kondisi di Negara-negara lain. Perubahan harga saham dapat
mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi oleh investor.
Berdasarkan hal tersebut, harga saham sangatlah penting untuk mendapat
perhatian karena harga saham mencerminkan berbagai informasi yang
terjadi di pasar modal. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek
merupakan indikator yang penting karena mecangkup seluruh
saham-saham yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) baik saham-saham-saham-saham
konvensional maupun saham syariah. Oleh karena itu, menjadi salah satu
hal yang menarik untuk mengamati pengaruhnya terhadap jumlah return
pasar indeks saham syariah Indonesia (ISSI).
Dalam penelitian yang dilakukan olehMaqdiyah, Rahayu dan
Tapowijono (2014) menyimpulkan bahwa Inflasi memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap indeks harga saham JII. Hal ini berbeda oleh
penelitian yang dilakukan oleh Rowland Bismark Fernando dan Mikail
10
bahwa tingkat inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap indeks
saham syariah Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Ouma dan Muriu (2014)
menyimpulkan bahwa nilai tukar (Kurs) memberikan pengaruh signifikan
terhadap return saham di Kenya. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Ibrahim dan Musah (2014) menunjukan bahwa ada hubungan
yang positif antara nilai tukar dan return saham di Ghana. Kedua kondisi
ini menunjukan bahwa di berbagai Negara nilai tukar mempengaruhi harga
saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Chittedi (2015) menyimpulkan
bahwa harga emas dunia berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham di BRIC. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Mohd Yahya, Fidlizan Muhammad. Azila Abdul Razak Gna Pai Tha, dan
Nurfakhzan Marwan (2015) menunjukan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara harga emas terhadap harga saham syariah di Malaysia.
Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
variabel indeks harga saham gabungan (IHSG) digunakan sebagai variabel
indepent.
Maka oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menelaah lebih
lanjut mengenai variabel ekonomi makro dan indeks harga saham
11
ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juni 2011 – Mei 2015” diharapkan penelitian ini menarik dan perlu dilakukan.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus dan tidak meluas, penulis
membatasi masalah dalam penulisan penelitian ini. Adapun beberapa
keterkaitan antara variabel-variabel yang penulis teliti sebagai berikut:
1. Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return ISSI.
2. Nilai tukar (Kurs) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return ISSI.
3. Produk domestik bruto (PDB) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap returnISSI.
4. Harga emas dunia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
returnISSI.
5. Indeks harga saham gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap returnISSI.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang
akan penulis kemukakan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang tingkat inflasi
terhadap return pasarISSI?
2. Bagaimana pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar
12
3. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang produk
domestik bruto (PDB) terhadap return pasar ISSI?
4. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang harga emas
dunia terhadap return pasar ISSI?
5. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang indeks harga
saham gabungan (IHSG) terhadap return pasar ISSI?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan
perumusan masalah sebelumnya adalah:
1. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang tingkat
inflasi terhadap return pasar ISSI.
2. Menganalisis pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar
mata uang (Kurs) terhadap return pasar ISSI.
3. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang produk
domestik bruto (PDB) terhadap return pasar ISSI.
4. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang harga emas
dunia terhadap return pasar ISSI.
5. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang indeks harga
saham gabungan (IHSG) terhadap return pasar ISSI.
E.Manfaat Penelitian 1. Investor
Dapat memberikan informasi kepada para investor tentang saham
13
(ISSI) dan diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam pengambilan
keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan
suatu inovasi baru bagi para investor.
2. Emiten
Dapat memberikan informasi kepada emiten khususnya yang tergabung
dalam Indeks Saham Syariah IndonesiaISSI tentang faktor yang dapat
mempengaruhi keadaan return pasar modal syariah di Indonesia.
3. Akademisi
Menambah wawasan terhadap dunia pasar modal di Indonesia khususnya
saham syariah dan dapat mananamkan jiwa berinvestor kepada para
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Syariah
Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya
Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli
1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli
2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan
dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal
telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai
dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan
langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya,
instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran
Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini
merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad
mudharabah. Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari
15
tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari MoU antara Bapepam dan
DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya kesepahaman
antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis
syariah di Indonesia. Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat
berharga atau efek. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal (UUPM), Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan
utang,surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit
Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap
derivatif dari Efek. Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang
berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek
tersebut dikatakan sebagai Efek Syariah.
Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan
Efek Syariah disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud
dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha
yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip – prinsip syariah di Pasar Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah yang telah
diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk dan Unit
Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.
Menurut Aziz(2010, 63), pasar modal syariah adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang menjalankan kegiatannya sesuai dengan
16
Menurut Hamid (2009, 47) Produk investasi berupa saham pada
prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran Islam. Dalam teori pencampuran Islam
mengenal akad syirkah atau musyarakah yaitu suatu kerjasama antara dua atau lebih pihak untuk melakukan usaha dimana masing – masing pihak menyerahkan sejumlah dana barang atau jasa.
Menurut Soemitra (2009), saham syariah merupakan surat berharga yang
merepresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan. Penyertaan
modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar
prinsip-prinsip syariah. Akad yang berlangsung dalam saham syariah dapat dilakukan
dengan akad mudharabah dan musyarakah.
Data saham merupakan bagian dari Daftar Efek Syariah (DES) yang
dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Terdapat beberapa pendekatan untuk menyeleksi suatu saham apakah bisa
dikategorikan sebagai saham syariah atau tidak, yaitu:
1. Pendekatan jual beli. Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah asset
dan dalam jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bias dikategorikan
sebagai sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit-loss sharing).
2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan
pendekatan produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang halal
ketika produksi dari barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan bebas dari
17
seperti riba, judi, minuman yang memabukkan, zina, babi dan semua
turunan-turunannya.
3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang
diperoleh oleh perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh dari
bunga (interest) maka secara umum kita bisa mengatakan bahwa saham
perusahaan tersebut tidak syariah karena masih ada unsur riba disana. Oleh karena
itu seluruh pendapatan yang didapat oleh perusahaan harus terhindar dan bebas
dari bunga atau interest.
4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Dengan melihat ratio hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal dengan debt/equity ratio. Dengan melihat ratio ini maka diketahui jumlah hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin besar ratio ini semakin
besar ketergantungan modal terhadap hutang. Akan tetapi untuk saat ini bagi
perusahan agak sulit untuk membuat ratio ini nol, atau sama sekali tidak ada
hutang atas modal. Oleh karena itu ada toleransitoleransi atau batasan seberapa
besar “Debt to Equity ratio“ ini. Dan masing masing syariah indeks di dunia
berbeda dalam penetapan hal ini. Namun secara keseluruhan kurang dari 45% bisa
diklaim sebagai perusahaan yang memiliki saham syariah.
2. Teori Inflasi
Menurut Karim (2010:135), secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat
18
tertentu.Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya
penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas.
Menurut Rahardja dan Manurung (2008: 165-166).Inflasi merupakan
kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Ketika
kondisi perekonomian sedang mengalami kelesuan serta diperparah dengan
tingkat inflasi pada skala yang tinggi, maka tentunya akan sulit untuk
mengharapkan gairah di pasar modal menjadi lebih berkembang. Fenomena
seperti ini justru akan menjadikan gairah investasi tidak lagi menjadi menarik di
mata investor, sehingga membuat para investor mengalihkan dana yang sudah
diinvestasikannya dalam bentuk saham ke dalam bentuk investasi lainnya.
Akibatnya hal ini akan memicu menurunnya NAB reksadana yang kemudian
berdampak terhadap harga pasar saham (Adib, 2009).
Menurut Murni (2006:203), laju inflasi merupakan tingkat perubahan
harga secara umum untuk berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu
misalnya per bulan, per triwulan atau per tahun. Inflasi diukur dengan tingkat
inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
�� ��ℎ�� �� − �� ��ℎ�� ��−1
�� ��ℎ�� ��−1 � = ��� � ���
Adapun jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan pada tingkat-tingkat laju
19 a. Moderat Inflation
Laju inflasinya antara 7% sampai dengan 10% adalah inflasi yang ditandai dengan
harga-harga yang meningkat secara lambat.Umumnya disebut sebagai “inflasi
satu digit”.Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau untuk
memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam
bentuk aset riil.
b. Galloping Inflation
Adalah inflasi ganas yang tingkat laju inflasinya antara 20% sampai dengan
100%.Yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius terhadap
perekonomian dan timbulnya distorsi-distorsi besar dalam perekonomian.Hal ini
ditandai dengan uang kehilangan nilainya dengan cepat, sehingga orang tidak
suka memegang uang atau lebih baik memegang barang.Kredit jangka panjang di
dasarkan pada indeks harga atau menggunakan mata uang asing seperti Dollar
serta kegiatan investasi masyarakat lebih banyak di luar negeri.
c. Hyper Inflation
Adalah inflasi yang tingkat inflasinya sangat tinggi (di atas 100%).Inflasi ini
sangat mematikan kegiatan perekonomian masyarakat.
Menurut Sukirno (2011:333), berdasarkan kepada sumber atau penyebab
kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk
berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan
20
dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan
menimbulkan inflasi. Inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa
perang atau ketidakstabilan politik yang terus menerus.Dalam masa seperti ini
pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya.Untuk membiayai
kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau
meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut
menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut
menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat
ketika tingkat pengangguran sangat rendah.Inflasi ini terjadi bila biaya produksi
mengalami kenaikan secara terus menerus. Kenaikan biaya produksi dapat
berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan BBM, dan kenaikan input lainnya yang mungkin semakin langka dan harus diimpor dari
luar negeri. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang
bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan
gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru
dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan
biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan
21 c. Inflasi Diimpor (Imported Inflation)
Inflasi ini dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor.
Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan
harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran
perusahaan-perusahaan atau dalam setiap kegiatan produksi.
3.Teori Nilai Tukar (kurs)
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham
dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.
Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap
dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima
dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti
harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa
Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan
mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada
kelompok yang dominan dampaknya.
Saat ini sebagian besar bahan baku bagi perusahaan-perusahaan
diIndonesia masih mengandalkan impor dari luar negeri (www.kompas.com).
Ketika mata uang rupiah terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya
22
tingkatkeuntungan perusahaan. Bagi investor, proyeksi penurunan tingkat laba
tersebutakan dipandang negatif (A.K Coleman dan K.A Tettey, 2008).
Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap
sahamsaham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal
tersebut, tentu akan mendorong penurunanIndeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan
bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat
terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat,
sehingga dolar Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga
Saham Gabungan di BEI (Sunariyah, 2006).
Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila hendak berinvestasi
di bursa saham Indonesia (Robert Ang, 1997). Investor tentunya akan
menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan
menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang
dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI dan
mengalihkan investasinya ke dolar Amerika (Jose Rizal, 2007).
a. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu
(Madura, 1993):
1. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku
bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi
23 2. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada
saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementarapenawaran tetap, maka
harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknyaapabila ada kekurangan
permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan
terdepresiasi.
3. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang
bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau turun
secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka
nilai tukar akan kembali normal.
b. Sistem Kurs Mata Uang
Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh
sekalidalam menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara
Indonesiayang sebelum tanggal 14 Agustus 1997 menerapkan sistem nilai
tukarmengambang terkendali, maka laju depresiasi sangat ditentukan oleh
pemegangotoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas kendali nilai
tukarmenyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan
pengaruhpengaruhdari luar. Untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah, upaya
lain yangtelah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas
24
BankIndonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar
padaposisi semula (Wibowo dan Suhendra, 2010:2).
Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang
berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya
stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua
macam kurs mengambang, yaitu :
a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya
oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan bank sentral/otoritas moneter.
Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini
cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk
menetapkan atau memanipulasi kurs.
b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana
otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu.
Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkankarena otoritas moneter
perlu membeli atau menjual valuta asing untukmempengaruhi pergerakan kurs.
2. Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai ukar mata uangnya dengan
suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya
25
bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata
uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi
terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai tukar
mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu
pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara
dapat mengatur penyesuaian kursnya dalamperiode yang lebih lama dibanding
sistem kurs tertambat. Oleh karena itu,sistem ini dapat menghindari
kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan
tajam.
4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai tukar mata
uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah
menawarkan stabilitas mata uang suatu Negara karena pergerakan mata uang
disebar dalam sekeranjang mata uang.
Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan Negara tertentu. Mata uang yang
berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara
tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa
26 5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama
uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli
valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau
diperbolehkan berfluktuasi dalam batas
yang sangat sempit.
4. Produk Domestik Bruto
Produk domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Di dalam suatu perekonomian, di Negara- Negara maju maupun di Negara
berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik
penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain. Selalu di dapati
produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar
negeri (Sukirno, 2011:34).
Menurut Tandelilim (2010:342) produk domestik bruto adalah ukuran
produksi barang dan jasa total suatu Negara. Pertumbuhan PDB yang cepat
merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi
membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan
kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya.
Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka perusahaan memperoleh
keuntungan juga akan semakin meningkat.
Pendapatan Nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu
27
antara lain: produk domestik bruto/PDB (gross domestic product/GDP), produk
nasional bruto (gross national product/GNP) serta pedapatan nasional netto (net
national product/NNP) (Nurul Huda, 2008).
5. Harga Emas Dunia
Emas adalah logam yang padat, lembut, mengkilat, dan salah satu logam
yang paling lentur diantara logam lainnya. Dibandingkan dengan jenis logam
lainnya emas memiliki beberapa kelebihan, seperti pendapat Jack Weatherford
“dimanapun orang ingin menyentuhnya, mengenakannya, bermain-main
dengannya dan juga memilikinya, karena berbeda dengan tembaga yang berubah
menjadi hijau, besi yang mudah berkarat dan perak yang memudar, emas murni
tetaplah murni dan tidak berubah” sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan
nilai atau harga emas menjadi amat bernilai (Sholeh Dipraja, 2011:7).
Menurut Sholeh Dipraja (2011, 12), ada tiga faktor kelebihan dari emas:
a. Keterbatasan jumlahnya dan termasuk barang tambang (sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui), emas terbentuk karena proses
alami dan manusia hanya dapat menambangnya, proses penambangan
tidak mudah, bahkan dapat mempertaruhkan nyawa.
b. Tidak terikat dengan system bunga sebagaimana halnya dengan uang
kertas.
c. Kemanapun emas atas daya beli terkini, dalam arti emas mampu
beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat barang dan jasa
28
Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas resiko
(Sunariyah,2011:166). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi
karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun.
Dan lagi, emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang
kerap terjadi setiap tahunnya. Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih
investasi yang memiliki tingkat imbal balik tinggi dengan resiko tertentu atau
tingkat imbal balik tertentu dengan resiko yang rendah. Investasi di pasar saham
tentunya lebih berisiko daripada berinvestasi di emas, karena tingkat
pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari emas. Kenaikan
harga emas akan mendorong investor untuk memilih berinvestasi di emas
daripada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang relatif lebih rendah, emas
dapat memberikan hasil imbal balik yang baik dengan kenaikan harganya. Ketika
banyak investor yang mengalihkan portofolionya investasi kedalam bentuk emas
batangan, hal ini akan mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara
yang bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor.
6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga
saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan
investasi di pasar modal, khususnya saham.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) menggunakan semua perusahaan
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan
keadaan pasar yang wajar, bursa efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan
29
IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham perusahaan tercatat
tersebut yang dimiliki oleh public (free float) relative kecil sementara kapitalisasi
pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat
tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.
Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan
rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2008:102):
Dimana:
Σ Ht : Total harga semua saham pada waktu tertentu Σ Ho : Total semua harga saham pada waktu dasar
7. ReturnPasar
Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan
menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi,
(2)return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung
selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan
30 Dimana:
Ri : Return saham
Pt : Harga saham periode tahun
Pt-1 : Harga saham periode tahun sebelumnya
Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003:232):
Dimana:
Rm : Return marketpada akhir bulan
ISSIt : ISSI pada akhirbulan ke t
ISSIt-1 : ISSI pada akhirbulan sebelumnya (t-1)
Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki
kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka. Investor
selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu. Mengingat risiko yang melekat pada investasi saham lebih
tinggi dari pada pada perbankan, return yang diharapkan juga lebih tinggi. Hal ini
sesuai dengan teori investasi yang dikemukakan oleh Widiatmojo (2008:84). Rm = ISSIt
-
ISSI t-131
B.Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Tingkat Inflasi dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)
Penelitian yang dilakukan olehMaqdiyah, Rahayu dan Tapowijono (2014)
menyimpulkan bahwa Inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
indeks harga saham JII. Hal ini berbeda oleh penelitian yang dilakukan oleh
Rowland Bismark Fernando dan Mikail Firdaus (2013) Berdasarkan hasil analisis
regresi linier berganda, terlihat bahwa tingkat inflasi memiliki hubungan yang
negatif terhadap indeks saham syariah Indonesia.Hal ini terjadi karena selama
periode pengamatan, tingkat inflasi Indonesia tergolong stabil dan terkendali
rendah dimana setiap bulannya rata-rata inflasi berkisar 0,44%, artinya masih
dalam kondisi yang normal dalam perekonomian negara berkembang. Sehingga
investor tidak memandang kenaikan inflasi sebagai hambatan yang berarti.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa inflasi memiliki keterkaitan dengan
indeks harga saham syariah berarti pula dapat mempengaruhi return indeks saham
syariah Indonesia (ISSI).
2. Nilai Tukar (KURS) dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)
Penelitian yang dilakukan oleh Wycliffe Nduga Ouma dan Dr. Peter
Muriu (2014) menyimpulkan bahwa nilai tukar (KURS) memberikan pengaruh
signifikan terhadap return saham di Kenya. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Muazu Ibrahim dan Alhassan Musah (2014) menunjukan bahwa ada
32
kondisi ini menunjukan bahwa di berbagai Negara nilai tukar mempengaruhi
harga saham. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mempunyai
keterkaitan dengan return saham.
3. Produk Domestik Bruto (PDB) dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)
Penelitian yang dilakukan olehMaqdiyah, Rahayu dan Tapowijono (2014)
menyimpulkan bahwa produk domestik bruto(PDB) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap indeks harga saham JII.Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Lemiyana dengan menggunakan model CAPM dan APT bahwa
terdapar pengaruh signifikan PDB terhadap return saham syariah JII. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan PDB dengan return indeks saham
syariah Indonesia (ISSI).
4. Harga Emas Dunia dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)
Penelitian yang dilakukan oleh Krishna Reddy Chittedi (2015)
menyimpulkan bahwa harga emas dunia berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di BRIC.Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mohd
Yahya, Fidlizan Muhammad. Azila Abdul Razak Gna Pai Tha, dan Nurfakhzan
Marwan (2015) menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara harga
emas terhadap harga saham syariah di Malaysia. Oleh karena itu, adanya
33
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)
Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan
menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi,
(2)return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung
selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan
mengabaikan dividen. Menurut Gumanti (2011 : 72) Indeks harga saham
merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Dapat
diketahui bahwa indeks harga saham gabungan terdiri dari saham umum atau
konvensional dan juga saham-saham syariah. Oleh karena itu terdapat keterkaitan
antara indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan returnindeks saham syariah Indonesia (ISSI).
C. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya merupakan kumpulan beberapa hasil
penelitianyang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya
terhadappenelitian yang akan dilakukan ini. Hasil – hasil dari penelitian sebelumnyaini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang akan
dilakukan ini.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, ringkasan dari penelitian
35
pajak. Semua variabel
independen Inflasi,
positif signifikan dari
nilai tukar dan Return
Saham. Harga emas
memiliki hubungan
signifikan positif tetapi
PDB memiliki
36
signifikan dengan
return saham. Inflasi
memiliki hubungan
negatif yang signifikan
dengan Return Saham.
terhadap return pasar
saham kecuali suku
37
bahwa semua variabel
secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap indeks harga
saham JII. Sedangkan
hasil uji parsial tingkat
bunga deposito dan
tingkat inflasi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap indeks harga
saham JII. Nilai tukar
secara parsial
berpengaruh negatif
dan signifikan tergdap
indek saham JII. PDB
38
yang dominan terhadap
indek harga saham JII
menunjukkan bahwa di
antara variabel
ekonomi makro,
guncangan
inflasi, uang beredar
dan nilai tukar tidak
hanya menjelaskan
proporsi yang
signifikan dari
kesalahan varians
terhadap return saham
tetapi efeknya yang
bertahan dalam jangka
panjang.
Semua variabel secara
signifikan berpengaruh
terhadap Return Saham
kecuali Sektor
40
hubungan yang negatif
41
dari semua portofolio,
42 D. Kerangka Penelitian
Menurut Hamid (2012:25) kerangka pemikiran merupakan sinetesa dariserangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada
dasarnyamerupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan
solusiatau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.
Kerangkapemikiran dapat berupa bagian, penelitian kuantitatif, atau bahkan
gabungankeduanya.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selalu mengalami
pertumbuhanuntuk setiap tahunnya. Pertumbuhannya ini tidak lepas karena
dipengaruhi atasbeberapa variabel ekonomi makro seperti Tingkat Inflasi, nilai
tukar (Kurs),produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga
saham gabungan (IHSG). Inflasi merupakan salah satu dari sekian banyak
variabel ekonomi makroyang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
disuatu negara.Pertumbuhan ekonomi disuatu negara juga tidak terlepas dari
besarnya tingkatinvestasi yang bertumbuh di negara tersebut. ISSI merupakan
salah satu daribeberapa instrumen investasi yang ada di Indonesia. Jadi inflasi dan
pergerakanISSI ini sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu negara.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa Return Pasar Saham Syariah dipengaruhi oleh lima variabel antara lain, Tingkat Inflasi, nilai
tukar (Kurs),produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga
saham gabungan (IHSG).Setelah memperoleh data disetiap variabel peneliti mulai
melakukan analisis regresi berganda menggunakan software EViews 8, Kemudian