• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANYAKNYA JUMLAH ANAK WANITA PUS NON AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN KOTABUMI ILIR KECAMATAN KOTABUMI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANYAKNYA JUMLAH ANAK WANITA PUS NON AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN KOTABUMI ILIR KECAMATAN KOTABUMI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANYAKNYA JUMLAH ANAK WANITA PUS NON AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI

KELURAHAN KOTABUMI ILIR KECAMATAN KOTABUMI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

Oleh Nanik Puspasari

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: penyebab banyaknya jumlah anak PUS non akseptor KB di Kelurahan Kotabumi Ilir. Titik tekan kajiannya pada usia kawin pertama PUS, lama status perkawinan, jumlah anak yang diinginkan, dan pandangan PUS terhadap nilai anak dalam keluarga.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian 221 PUS, sampel 15% (33 PUS). Pengambilan data dengan teknik observasi, wawancara bersrtuktur dan dokumentasi. Analisis data dengan tabel tunggal dan persentase, sebagai dasar interpretasi dan deskripsi dalam pembuatan laporan penelitian ini. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa (1) Sebanyak 84,85% wanita PUS menikah pada usia dewasa (≥ 16 tahun), rata-rata 4,03 anak. lebih sedikit dari PUS yang menikah usia muda < 16 tahun rata-rata 4,0 anak. (2) Sebanyak 39,4% wanita PUS lama masa perkawinannya (≥ 20 tahun) rata-rata 4,6 anak. (3) Sebanyak 90,91% wanita PUS ingin memiliki anak banyak (antara 3 sampai 7). (4) Bahwa memiliki anak sebagai jaminan hari tua, pewaris harta, ikatan dan keberhasilan perkawinan, kepuasan batin, penerus keturunan, dan karunia tuhan yang tidak dapat ditolak disetujui 100% PUS. Sedangkan anak akan membantu orang tua disetujui 90,90% persen PUS, banyak anak banyak rejeki 48,48%, dan 81,81% PUS berpandangan harus mempunyai anak laki-laki atau perempuan.

(2)
(3)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANYAKNYA JUMLAH

ANAK WANITA PUS NON AKSEPTOR KELUARGA

BERENCANA DI KELURAHAN KOTABUMI ILIR

KECAMATAN KOTABUMI KABUPATEN

LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

Oleh

Nanik Puspasari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir... 24 2. Peta Sebaran Responden Wanita PUS Non Akseptor KB

di Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2014 ... 27 3. Peta Administratif Kelurahan kotabumi ilir Tahun 2014 ... 36 4. Diagram Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan jenis

(5)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Pengertian Geografi... 13

2. Pasangan Usia Subur ... 14

3. Keluarga Berencana ... 14

4. Faktor-faktor Penyebab Banyaknya Jumlah Anak... 18

a. Usia Kawin Pertama Wanita PUS ... 18

b. Lama Status Perkawinan Wanita PUS ... 19

c. Keinginan PUS Memiliki Jumlah Anak ... 21

d. Pandangan PUS Terhadap Nilai Anak Dalam Keluarga ... 22

B. Kerangka Pikir ... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

1. Populasi ... 25

2. Sampel... 26

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 28

1. Variabel Penelitian ... 28

2. Definisi Operasional Variabel ... 28

(6)

1. Teknik Observasi... 31

2. Teknik Wawancara Berstruktur ... 31

2. Teknik Dokumentasi ... 31

E. Analisis Data ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Geografis Daerah Penelitian ... 33

1. Letak Astronomis ... 33

2. Letak Administratif ... 34

3. Kondisi Fisik Daerah Penelitian... 37

3.1 Keadaan Topografis ... 37

3.2 Keadaan Iklim ... 37

4. Keadaan Tanah ... 40

5. Keadaan Sosial Ekonomi ... 40

6. Luas Wilayah... 41

B. Keadaan Penduduk... 42

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 42

2. Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk ... 43

3. Komposisi Penduduk... 45

a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur... 45

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 50

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 51

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 51

1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

1.1 Identitas Responden ... 51

a. Umur Responden ... 52

b. Tingkat Pendidikan Wanita PUS... 53

c. Mata Pencaharian Wanita PUS ... 54

1.2. Penyebab Banyaknya Jumlah Anak yang Dimiliki... 55

a. Usia Kawin Pertama Wanita PUS Non Akseptor KB .. 55

b. Lamanya Satatus Perkawinan... 56

c. Jumlah Anak yang Diinginkan Keluarga PUS ... 57

d. Pandangan PUS Terhadap Nilai Anak ... 58

2. Pembahasan ... 60

a. Usia Kawin Pertama Wanita PUS Non Akseptor KB... 60

b. Lamanya Satatus Perkawinan ... 62

c. Jumlah Anak yang Diinginkan Keluarga PUS... 62

d. Pandangan PUS Terhadap Nilai Anak ... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Akseptor dan Non Akseptor KB menurut Lingkungan Di

Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2013 ... 5 2. Jumlah anak yang dimiliki wanita PUS non akseptor KB di

Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten

Lampung Utara Provinsi Lampung Tahun 2014... 7 3. Jumlah Populasi dan Sampel Wanita PUS Non Akseptor KB

Menurut Lingkungan Di Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2014... 26 4. Penggunaan Lahan di Kelurahan Kotabmi Ilir Kecamatan

Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014 ... 41 5. Komposisi Penduduk Berdsarkan Jenis Kelamin di Kelurahan

Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara

Tahun 2014 ... 42 6. Persebaran Penduduk Per Lingkungan di Kelurahan Kotabumi Ilir

Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014 ... 44 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di

KelurahanKotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung

Utara Tahun 2014... 46 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan

Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara

Tahun 2014 ... 47 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung

Utara Tahun2014... 49 10. Komposisi Penduduk Beradasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan

Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten lampung Utara

(8)

11. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Kotabumi

Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014 ... 51 12. Jumlah Wanita PUS Berdasarkan Umur di Kelurahan

Kotabumi IlirKecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara

Tahun 2014 ... 52 13. Jumlah Wanita PUS Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara

Tahun 2014 ... 53 14. Jumlah Wanita PUS Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kelurahan

Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara

Tahun 2014 ... 54 15. Usia Kawin Pertama Wanita PUS Non Akseptor KB di Kelurahan

Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara

Tahun 2014 ... 55 16. Jumlah Wanita PUS Non Akseptor KB Berdasarkan

Lamanya Status Perkawinan dan Jumlah Anak yang Dimiliki di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten

Lampung Utara Tahun 2014 ... 56 17. Jumlah Anak yang Diinginkan Wanita PUS Non Akseptor

KB di KelurahanKotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten

Lampung UtaraTahun 2014 ... 57 18. Pandangan PUS Non Akseptor KB Terhadap Nilai Anak di

Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten

(9)
(10)
(11)
(12)

MOTO

Allah akan menjadikan kemudahan setelah

kesukaran

(Q.S Al Albaqarah: 7)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah

keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah

keadaan mereka sendiri

(Q.S.Ar Ra’d:11)

Kegagalan terjadi hanya kita menyerah

(13)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kupersembahkan karyaku ini kepada Bapak dan Ibu tersayang untuk perjuangannya yang dengan penuh kesabaran, membesarkan,

memberikan doa dan materi untuk keberhasilanku.

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dusun Tulung Mili Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara tanggal 10 Januari 1989. Penulis merupakan anak anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sugeng Hartono dan Ibu Sulastri.

Pendidikan formal ditempuh di SD Negeri 5 Kotabumi Ilir (1995-2001), SMP Kemala Bhayangkari 1 Kotabumi (2001-2004) dan melanjutkan ke SMA Negeri 1 Kotabumi (2004-2007). Pada tahun 2007 penulis diterima menjadi mahasiswi di Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) melalui jalur Reguler.

(15)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahhirobbil’alamin, segala puji kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor Penyebab Banyaknya Jumlah Anak PUS Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014”. Tak lupa pula, sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan yang baik sepanjang zaman.

Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(16)

perbaikan demi terselesaikannya skripsi ini. Tidak ada yang dapat diberikan oleh penulis selain doa yang tulus dan ikhlas, semoga ilmu yang diberikan selama proses bimbingan belajar menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT.

Penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, semangat, bimbingan dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

2. Bapak Dr. Abdurrahman.M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang mengurusi bidang akademik di fakultas.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang mengurusi bidang sarana dan prasarana di fakultas.

4. Bapak Dr.Hi. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang mengurusi bidang kemahasiswaan di fakultas.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung atas bimbingan dan arahannya dalam kegiatan akademik di program studi pendidikan geografi.

(17)

7. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat.

8. Ibu Sukilawati selaku Lurah Kotabumi Ilir yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

9. Teristimewa untuk Bapak dan Ibu tercinta. Terimakasih atas kasih sayang yang tidak putus mengiringi setiap episode hidupku. Serta seluruh keluarga besarku yang telah memberi doa dan dukungannya untuk keberhasilanku. 10. Sahabat-sahabatku Mia, Tyas, Asih, Reni dan seluruh sahabatku yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas persahabatan, kebersamaan, serta nasehat dan semanggatnya selama ini.

11. Keluarga besar geografi khususnya rekan-rekan seperjuanganku angkatan 2007terimaksih atas do’a, dukungan dan kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 15 Desember 2014 Penulis,

(18)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya telah menimbulkan berbagai macam permasalahan yang dapat menghambat upaya perwujudan kemakmuran dan peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia. Jika dilihat berdasarkan jumlah penduduk Indonesia, pada tahun 2010 jumlah penduduknya sebanyak 237.556.363 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,49% pertahun dan jumlah penduduk di Provinsi Lampung pada tahun tersebut berjumlah 7.596.115 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduknya sebesar 1,23% pertahun (Badan Pusat Statistik:2010).

(19)

2

jiwa ditahun 2013 dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduknya mencapai 3,78% pertahun dan angka jumlah tanggungan keluarganya sebanyak 4 sampai 5 orang per KK (Monografi Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2013).

Laju pertumuhan penduduk yang tinggi, apabila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, maka akan menyebabkan bertambahnya kemiskinan di suatu daerah, pengangguran dan keterbelakangan masyarakat di suatu negara. Jika terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin dan menganggur, dapat menjadi petunjuk tingkat kesejahteraan di negara itu rendah atau miskin.

Keadaan itu dapat dijadikan indikator umum dalam mengukur kemajuan masyarakat di Indonesia yang ternyata termasuk kedalam salah satu negara yang memiliki indeks pembangunan daerah rendah, dimana Indonesia menempati urutan 124 dari 189 negara (Sri Mortiningsih:2010:123)

Dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah dilaksanakan usaha pengendalian pertambahan jumlah penduduk melalui pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970, sebagai program pengendalian kelahiran, menurunkan kematian dan mengarahkan mobilitas penduduk serta menyiapkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas (Agus Joko Tukiran, 2010:125) program ini tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dengan TAP/MPR No. II/MPR/993 sebagai berikut:

“Gerakan keluarga berencana nasional sebagai salah satu kegiatan pokok

(20)

3

mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga terwujud peningkatan kesejahteraan keluarga (GBHN, 1993:289).

Berdasarkan pernyataan tersebut, bahwa untuk membangun ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar terjadi keluarga kecil bahagia dan sejahtera, maka pasangan usia subur harus melaksanakan kegiatan keluarga

berencana dengan slogan “dua anak cukup” laki-laki perempuan sama saja, yang

berkembang luas pada masa orde baru. Slogan tersebut dapat ditemukan dibalik uang pecahan Rp 5,- (lima rupiah) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1974 bahkan bisa dilihat pada gapura-gapura batas antar desa.

Program KB ini sangat popular pada masa orde baru, dan sempat mencatat puncak keberhasilan program pengendalian penduduk melalui Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1994-1995, namun setelah era reformasi, program KB berantakan, bahkan sampai ditahun 2010 terjadi kelebihan 3 juta penduduk dari proyeksi penduduk yang semula diperkirakan berjumlah 234,2 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,27% pertahun.

(21)

4

bahwa jumlah keluarga pra-sejahtera di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 13 persen dari sekitar 60 juta keluarga di Indonesia.

(http://health.detik.com/read/2012/07/31/122228/1979228/763/apakah-program-kb-berhasil-bkkbn-tunggu-hasil-survei-2012)

Macetnya program dan gerakan KB, akan berakibat jumlah penduduk di Indonesia terancam akan mengalami ledakan jumlah penduduk yang sering dikenal dengan Eksplosi penduduk. Atas dasar itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan, bahwa penduduk Indonesia pada 40 tahun ke depan, akan naik dua kali lipat jika tidak ada upaya pengendalian jumlah penduduk yang optimal.

Kondisi tersebut, seperti yang terjadi dikehidupan PUS non akseptor KB di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Lampung Utara. Berdasarkan hasil prasurvei pada tanggal 13 April 2013 di kelurahan tersebut, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Kotabumi Ilir pada tahun 2013, berjumlah 5871, yang terdiri dari 1.211 kepala keluarga yaitu 912 KK PUS, dengan jumlah tanggungan 4 sampai 5 orang per KK.

(22)

5

Tabel 1: Jumlah Akseptor dan Non Akseptor KB menurut Dusun Di Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2013. Sumber: Data PLKB Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2013 dan Hasil Pengolahan Oleh Penulis.

Berdasarkan tabel 1, dapat dijelaskan bahwa PUS non akseptor KB tersebar di enam dusun, keikutsertaan PUS sebagai akseptor keluarga berencana hanya 45,94%, hal ini berarti masih banyak masyarakat yang tidak menjadi akseptor keluarga berencana.

Pada tahun 2014 diharapkan dapat mencapai 85% PUS menjadi akseptor keluarga berencana yaitu target 775 PUS dari 912 PUS di wilayah kelurahan tersebut, dari 100 PUS paling tidak 85 PUS harus menjadi akseptor keluarga berencana. Di Kelurahan Kotabumi Ilir hanya 419 PUS yang menjadi akseptor keluarga berencana. Hal ini berarti pada tahun 2013 sejumlah PUS yang ada belum dapat tercapai program dalam meningkatkan jumlah akseptor KB pada masyarakat.

(23)

6

Pada masyarakat tidak mampu rata-rata memiliki angka kelahiran total (TFR) 3 anak per wanita pasangan usia subur sedangkan pada masyarakat mampu memiliki jumlah anak rata-rata 2,3 anak per wanita usia subur. Hal tersebut dimungkinkan pada masyarakat tidak mampu dan terbelakang ada pendapat bahwa memiliki anak sering dianggap sebagai modal tenaga kerja dan jaminan hari tua, oleh karena itu memiliki sejumlah anak tertentu menjadi penting dan harus dilakukan dalam keluarga. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa

punya anak banyak sering diungkapkan “banyak anak banyak rezeki” yang

dilandasi keyakinan bahwa setiap anak yang lahir akan mendatangkan rezekinya sendiri.

Banyak orang-orang yang masih kuat ikatan adatnya yang tidak berfikir bahwa kelebihan anak maka taraf hidup dan kesejahteraan sulit dipenuhi. Suatu kenyataan bahwa setiap tambah anak, berarti tambah kebutuhan seperti pangan, sandang, papan, gizi, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan yang semua sulit dipenuhi. Pada keluarga yang memiliki anak banyak, sering mengabaikan nasib masa depan dan hak anak. Keadaan seperti itulah yang merupakan salah satu penyebab rendahnya indeks pembangunan di negara berkembang seperti Indonesia (Sri Mortiningsih:2010:126)

(24)

7

anak banyak rezeki dan sebagainya yang sampai sekarang masih dipedomani orang tua (Saidihardjo, 1979:44).

Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa hampir setiap keluarga pada masyarakat di Indonesia umumnya mendambakan anak, karena anak dijadikan suatu harapan dan cita-cita dari sebuah perkawianan.

Secara umum masyarakat yang dalam ikatan perkawinan memulai keinginan terhadap berapa jumlah anak yang diinginkan yang semuai ini tergantung pada keluarga tersebut, apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang sangat dipengaruhi oleh nilai budayanya yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dipilih orang tua. Masih banyaknya wanita PUS di Kelurahan Kotabumi Ilir yang memiliki anak >2 orang. Hal ini menandakan bahwa wanita pasangan usia subur (PUS) memiliki kecenderungan untuk menambah atau menginginkan anak lagi. Gambaran mengenai jumlah anak yang dimiliki wanita pasangan usia subur di Kelurahan Kotabumi Ilir dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah anak yang dimiliki wanita PUS non akseptor KB di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung Tahun 2013.

(25)

8

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa di Kelurahan Kotabumi Ilir terdapat sebanyak 272 jiwa (55,2%) wanita pasangan usia subur (non akseptor) yang memiliki anak kurang atau sama dengan dua orang. Jumlah tersebut lebih besar dari jumlah PUS yang memiliki anak lebih dari dua, yaitu sebesar 221 jiwa (44,8%) dari total wanita PUS non akseptor KB yang ada di Kelurahan Kotabumi Ilir. Hal ini berarti pelaksanaan program keluarga berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir diduga belum sepenuhnya berhasil karena masih banyak wanita usia subur yang memiliki anak lebih dua orang. Apabila hal ini terus berlangsung, maka permasalahan mengenai masalah kependudukan akan sulit diatasi sehingga akan berdampak pada kesejahteraan penduduk.

Masih banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS di Kelurahan Kotabumi Ilir yang belum dapat merealisasikan 2 anak pada pasangan usia subur. Hal ini dimungkinkan karena PUS melaksanakan usia perkawinan yang relatif muda, maka masa perkawinannya menjadi lebih lama sehingga masa reproduksinya lebih panjang dan semakin besar kesempatan untuk melahirkan anak bila tidak ikut serta dalam pelaksanaan KB. Selain itu, banyaknya PUS yang memiliki pemikiran dan berpandangan bahwa kehadiran anak sangat penting dalam suatu perkawinan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap keinginan PUS untuk memiliki anak lebih dari dua.

Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk melakukan kajian dengan judul

“Faktor-faktor Penyebab Banyaknya Jumlah Anak Wanita PUS Non Akseptor

(26)

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda 2. Lama status perkawinan wanita PUS

3. Sejumlah anak yang diinginkan PUS 4. Nilai anak dalam keluarga

5. Ketidakikutsertaan wanita PUS dalam pelaksanaan KB 6. Etnis wanita PUS

7. Rendahnya pendidikan yang mendasari nilai budaya masyarakat 8. Intensitas PUS dalam bersenggama

C. Batasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang muncul dari identifikasi masalah akan dibatasi permasalahannya sebagai berikut:

1. Usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda 2. Lama status perkawinan wanita PUS

3. Sejumlah anak yang diinginkan PUS 4. Nilai anak dalam keluarga

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

(27)

10

berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara?

2. Apakah lama masa perkawinan menjadi penyebab banyaknya jumlah anak wanita PUS non akseptor keluarga berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara?

3. Apakah keinginan memiliki sejumlah anak menjadi penyebab banyaknya jumlah anak wanita PUS non akseptor keluarga berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara?

4. Apakah masih kuatnya pandangan terhadap nilai anak menjadi penyebab banyaknya jumlah anak wanita PUS non akseptor keluarga berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan informasi dan mengkaji tentang usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda di Kelurahan Kotabumi Ilir.

2. Untuk mendapatkan informasi dan mengkaji tentang lama status perkawinan wanita PUS di Kelurahan Kotabumi Ilir

3. Untuk mendapatkan informasi dan mengkaji tentang pandangan keluarga terhadap nilai anak di Kelurahan Kotabumi Ilir.

(28)

11

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Menambah wawasan pemikiran dalam memperdalam ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, khususnya yang berhubungan dengan kajian geografi penduduk.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian sejenis di lokasi lain.

4. Berguna untuk memperdalam dan menambah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan proses pembelajaran dalam suplemen materi pembelajaran Mata Pelajaran SMP dan SMA:

a. Geografi pada SMP kelas VII semester ganjil yaitu pokok bahasan tentang Permasalahan Kependudukan Di Indonesia.

b. Geografi pada SMA kelas XI IPS semester ganjil tentang Antroposfer.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup objek penelitian adalah: “Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya jumlah anak pada wanita PUS non akseptor keluarga berencana

di kelurahan Kotabumi Ilir”.

2. Ruang lingkup subyek penelitian adalah semua PUS non akseptor KB yang memiliki banyak anak di Kelurahan Kotabumi Ilir.

(29)

12

4. Ruang lingkup ilmu adalah Geografi Sosial.

Geografi sosial adalah bidang studi geografi manusia yang bidang studinya aspek keruangan yang karakteristik dari penduduk, organisasi sosial dan unsur kebudayaan dan kemasyarakatan. (Nursid Sumaatmadja 1988: 56).

(30)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Geografi

Bintarto dan Hadisumarno (1987:9) menyatakan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari berbagai sifat (yang beraneka ragam) di permukaan bumi.

Secara garis besarnya geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang, yaitu: Geografi Fisik (Physical Geography), Geografi Manusia (Human Geography) dan Geografi Regional (Regional Geography) (Nursid

Sumaatmadja, 1988:52). Dalam penelitian ini akan menekankan pada perilaku manusia dan pertumbuhannya, sehingga akan lebih menekankan Geografi Sosial yang merupakan cabang dari Geografi Manusia.

Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:56), geografi sosial adalah studi tentang bentang alam muka bumi oleh adanya interaksi dan interelasi aktivitas dan tata laku manusia yang bidang studinya aspek keruangan yang karakteristik dari penduduk, organisasi sosial dan unsur kebudayaan dan kemasyarakatan.

(31)

14

dan biotis, dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. (Budiyono, 2003:17)

Dalam penelitian ini termasuk dalam lingkup Geografi Sosial, karena penelitian ini berkaitan dengan perilaku dan aktivitas manusia.

2. Pasangan Usia Subur

Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 sampai 49 tahun (Ida Bagoes Mantra, 2003:151).

Sedangkan menurut BKKBN (1999:26) pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya berumur 15 sampai 49 tahun atau pasangan suami istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan).

Berdasarkan pendapat di atas, pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang telah berumah tangga dan masih dapat menjalankan fungsi reproduksi dan menghasilkan keturunan yang dibatasi pada usia istrinya 15 sampai 49 tahun, karena usia 15 tahun adalah usia yang dianjurkan untuk menikah dan usia lebih dari 49 tahun merupakan usia rata-rata wanita mengalami menopause.

3. Keluarga Berencana (KB)

(32)

15

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN,2008:10).

Pendapat lain mengemukakan pengertian Keluarga Berencana (KB) adalah:

1) Keluarga berencana merupakan usaha sadar dan sengaja;

2) Keluarga berencana berfungsi untuk mengatur kelahiran dalam keluarga agar kelahiran terjadi pada waktu tertentu sesuai dengan kehendak dari suami istri;

3) Pelaksanaan Keluarga Berencana (KB) itu sendiri tidak bertentangan dengan hukum agama yang dianut oleh rakyat Indonesia, Perundang-Undangan yang berlaku, dan moral Pancasila (BKKBN,2008:12).

Selain pengertian tersebut adapun tujuan dari gerakan KB itu sendiri dalam

GBHN tahun 1983 yaitu :”Gerakan KB nasional bertujuan ganda yaitu untuk

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang

sejahtera, untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia”

(33)

16

Selain dari tujuan tersebut di atas KB pun mempunyai berbagai manfaat yaitu: (1) memelihara kesehatan ibu, (2) mengusahakan agar tingkat kehidupan yang lebih baik, lebih terjamin, lebih tinggi dan menyenangkan, (3) menjamin kesehatan anak, (4) meningkatkan kesejahteraan anak dalam hidupnya dan memberikan pendidikan yang lebih baik serta memberikan dasar hidup yang lebih baik, (5) memberikan kemungkinan yang lebih baik untuk membesarkan anak-anak dengan memberikan waktu yang lebih banyak untuk masing-masing anak, (6) membantu menghindari kelebihan penduduk dan bahaya kelaparan, (7) membantu masyarakat untuk memenuhi tanggung jawab atas pendidikan dan layanan-layanan masyarakat lainnya, (8) membantu meningkatkan perkembangan ekonomi nasional dan mengurangi pengangguran serta menaikkan pendapatan perkapita, (9) membantu mengurangi beban kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. (BKKBN, 1995:4)

Dari hasil penelitian yang diketahui banyak alasan dikemukakan oleh wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi. Antara lain karena mereka menginginkan anak. Alasan yang paling menonjol adalah karena efek samping dan masalah kesehatan, dengan pasangan yang menolak 10 persen, alasan karena masalah agama 0,5 persen, dan alasan yang berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya yang mahal 0,8 persen (BKKBN, 2010:3)

(34)

17

(1) Pil KB merupakan alat KB untuk ibu yang diminum satu pil setiap hari pertama haid. Pil KB yang tersedia diantaranya Nordette, Trinordiol 28 dan Mikrodiol 30.

(2) IUD/AKDR merupakan alat KB yang sangat praktis dan aman karena dipasang di dalam rahim. Efektif untuk mencegah kehamilan antara 3 hingga 10 tahun. Diantaranya Copper T, Medusa, Pessar MPL dan CU 240 AG.

(3) Suntikan KB merupakan alat KB yang disuntikkan ke ibu dalam jangka waktu tertentu. Ada yang disuntikkan setiap 3 bulan sekali dan ada pula yang disuntikkan setiap 2 bulan selama 4 kali berturut-turut, selanjutnya setiap 3 bulan. Adapun pilihan yang tersedia yaitu Depo Provera, Depo Progestin dan Depo Geston.

(4) Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi untuk pria, satu kondom hanya digunakan untuk satu kali pakai pada saat suami istri berhubungan. Jenis kondom tersebut antara lain Kondom 25 dan Artika.

(5) Susuk KB merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam kulit lengan atas melalui operasi kecil. Susuk KB ini dapat mencegah kehamilan selama lima tahun. Jenis susuk KB diantaranya yaitu Norplant.

(6) Tisu KB merupakan alat KB untuk ibu yang dapat larut pada cairan dan dapat digunakan pada masa menyusui. Jenis ini diantaranya yaitu Intraveg.

(35)

18

(8) MOP (Medis Operatif Pria) merupakan kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu yang sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.

4. Faktor-faktor Penyebab Banyaknya Jumlah Anak a. Usia Kawin Pertama Wanita PUS

Ikatan perkawinan hanya meliputi ikatan perkawinan yang sah. Terdapat tiga sistem hukum perkawinan yang sah, yaitu hukum agama, hukum sipil, dan hukum adat (Mc. Donald, 1990:79). Dalam masyarakat orang yang menikah mempunyai status baru. Dimana status ini merupakan status sosial yang dianggap paling penting. Usia kawin yang dimaksud adalah umur waktu memasuki ikatan perkawinan. Pada saat orang menikah di usia muda maka masa subur atau reproduksi akan lebih panjang dilewatkan dalam ikatan perkawinan sehingga mempengaruhi peningkatan fertilitas. Hal ini sesuai

dengan pendapat Masri Singarimbun (1986:9) menyatakan bahwa “Jika

perkawinan diadakan pada umur lanjut, maka fertilitas potensil yang telah dilalui tidak akan diperoleh kembali, sebaliknya apabila perkawinan diadakan pada umur muda setidak-tidaknya orang muda tersebut mempunyai keturunan sebelum mereka menutup usia.

Menurut Sri Harjati Hatmadji (1981:82), yaitu “Makin muda seseorang melakukan perkawinan, maka panjang masa reproduksinya, maka dapat diharapkan makin muda sesorang melaksanakan perkawinan makin banyak

(36)

19

Berdasarkan pendapat di atas, berarti bahwa banyaknya anak yang akan dilahirkan erat hubungannya dengan usia kawin pertama. Semakin muda usia seorang wanita melakukan perkawinan makin lama masa produksinya maka kesempatan untuk melahirkan anak akan semakin banyak, begitu juga sebaliknya semakin tua usia kawin wanita maka kesempatan untuk melahirkan anak banyak lebih sedikit. Dengan kata lain perkawinan pada usia muda akan melahirkan anak lebih banyak daripada yang melangsungkan perkawinan pada usia tua.

Berdasarkan pasal 6 ayat 1 tentang syarat-syarat perkawinan (2004:3), yaitu perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua mempelai. Maka apabila perkawinan seseorang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1974 pasal 7 ayat

1 bahwa “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur

19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

Berdasarkan Undang-Undang di atas, berarti perkawinan hanya akan diperbolehkan apabila wanita sudah berusia 16 tahun. Penggolongannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Apabila wanita berumur < 16 tahun maka termasuk usia kawin muda. 2. Apabila wanita berumur ≥ 16 tahun maka termasuk usia kawin dewasa.

b. Lama status Perkawinan Wanita PUS

(37)

20

perkawinan maka status perkawinan yang dijalaninya akan semakin lama. Atas dasar hal tersebut maka peluang mendapatkan anak lebih banyak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Valerie J. Hull dan Riningsih Saladi (1977) dalam Daldjoeni (1980:173) yang menyatakan bahwa usia waktu kawin mempengaruhi lamanya dalam status kawin, selanjutnya mempengaruhi dalam pertumbuhan kelahiran. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa banyaknya anak yang dilahirkan sangat berhubungan dengan lamanya perkawinan berkaitan dengan kalahiran, David Lucas (1982:56) mengemukakan bahwa

“Lamanya seseorang hidup dalam status ikatan seksual (hidup bersama) yang

stabil dalam masa reproduksi besar pengaruhnya terhadap fertilitas. Tetapi ikatan seksual (hidup bersama) yang sifatnya sementara pada umumnya hanya kecil. Dalam kebanyakan masyarakat hampir semua kelahiran terjadi dalam

suatu perkawinan yaitu hubungan seksual yang sah”.

(38)

21

c. Keinginan PUS Memiliki Sejumlah Anak

Faktor lain yang menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki adalah keinginan wanita pasangan usia subur untuk menambah jumlah anak, karena setiap penduduk memiliki nilai budaya yang berbeda-beda, khususnya nilai budaya yang berkaitan dengan kehadiran sejumlah anak dari ikatan perkawinannya. Perbedaan perkawinan memiliki sejumlah anak dari ikatan tali perkawinan tersebut merupakan latar belakang setiap pasangan usia subur yang perlu diketahui guna menetapkan dan mempertimbangkan suatu prioritas dalam merencanakan jumlah anak yang diinginkan.

Ternyata kehadiran anak saja belum cukup memuaskan bagi banyak pasangan keluarga tersebut. Banyak keluarga tidak lengkap bila hanya mempunyai anak dengan jenis kelamin tertentu baik anak pria maupun anak wanita.

Menurut Azwini Kartoyo (1981:211) menyatakan bahwa “Banyak pasangan

yang menginginkan hamil lagi dengan harapan mendapatkan jenis kelamin anak yang belum ada pada pasangan tersebut. Keinginan ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari nilai sosial budaya masyarakat yang masih menempatkan anak pria atau anak wanita yang lebih istimewa, yang antara lain tampak pada hukum adat di beberapa daerah dalam hal warisan yang

hanya diberikan kepada anak prianya atau anak wanitanya”.

(39)

22

d. Pandangan PUS Terhadap Nilai Anak Dalam Keluarganya

Pandangan wanita usia subur terhadap nilai anak sangat menentukan keikutsertaannya untuk menjadi akseptor KB, pasangan usia subur memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai nilai anak. Seperti yang dikemukakan oleh Nani Soewando (1982: 26) sebagai berikut :

1. Pandangan orang tua terhadap anak laki-laki. Pada beberapa masyarakat yang menganut sistem patrilinial dikehendaki adanya keturunan laki-laki. Ini berarti walaupun anaknya sudah banyak tetapi apabila belum mempunyai anak laki-laki, maka di dalam panganan keluarganya belum sempurna.

2. Pandangan orang tua terhadap anak perempuan. Pada masyarakat yang menganut sistem matrilineal dikehendaki adanya anak perempuan. Ini berarti walaupun anaknya sudah banyak tetapi apabila belum mempunyai anak perempuan maka di dalam pandangan keluarganya belum sempurna, karena anak perempuan berfungsi membantu dalam urusan rumah tangga.

Dengan adanya persepsi yang positif mengenai nilai anak, maka ada kecenderungan pasangan usia subur untuk memiliki jumlah anak yang banyak. Dengan demikian berarti keikutsertaan pasangan usia subur untuk menjadi akseptor KB juga ditentukan oleh persepsinya tentang anak.

Menurut Sans S. Hutabarat (1976:71) bahwa “Tiap suku bangsa mempunyai

(40)

23

Berdasarkan penelitian Data Nidar Sari (2012:58) mengenai Studi Tentang Banyaknya Jumlah Anak yang Dimiliki Keluarga PUS Buruh Penderes Karet Di Desa Panaragan Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2012, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar PUS penderes karet di Desa Panaragan Jaya masih memiliki pandangan yang kuat terhadap nilai anak, hal ini dapat dilihat dari keseluruhan PUS yang berpendapat bahwa anak sebagai penerus sejarah, anak sebagai keberhasilan perkawinan, anak akan membantu pekerjaan orang tua, anak sebagai jaminan hari tua, anak sebagai pewaris harta, banyak anak banyak rejeki, anak sebagai ikatan perkawinan, harus memiliki anak laki-laki atau perempuan, anak sebagai kepuasan batin dan anak adalah karunia Tuhan yang tudak dapat ditolak. Sebanyak 36 (64,3%) PUS memilih 10 pandangan yang kuat terhadap nilai anak dan hanya 20 (35,7%) PUS tidak setuju dengan pandangan bahwa anak akan mambantu pekerjaan orang tua, banyak anak banyak rezeki dan harus memiliki anak laki-laki atau perempuan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa keinginan memiliki sejumlah anak pada wanita pasangan usia subur berkaitan erat dengan pandangan keluarga itu sendiri terhadap nilai anak.

B. Kerangka Pikir

(41)

24

cukup pada setiap keluarga, hal ini dilabeli oleh berbagai nilai budaya masing-masing masyarakat PUS yang ada di daerahnya.

Atas dasar tersebut, kenyataan masih terdapat tradisi pada sejumlah PUS yang memiliki anak banyak dan tidak mendukung penggunaan alat kontrasepsi KB guna membatasi kelahiran sehingga memiliki anak banyak.

Berdasarkan pada kerangka pikir tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor Penyebab Banyaknya Jumlah Anak Wanita PUS Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten lampung Utara Tahun 2014”

Untuk lebih jelasnya kerangka pikir tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir 1. Usia kawin pertama wanita

PUS yang relatif muda 2. Lama status perkawinan

wanita PUS

3. Keinginan PUS memiliki sejumlah anak

4. Pandangan PUS terhadap nilai anak

5.

Banyaknya jumlah anak wanita PUS non akseptor Keluarga

(42)

25

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam rencana penelitian ini yaitu penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena serta untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan fenomena di lapangan.

Metode deskriptif digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada masa sekarang, dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan atau laporan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran untuk mengetahui keadaan secara obyektif dalam suatu deskriptif situasi (Muhammad Ali, 1984: 120).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(43)

26

2. Sampel

Mengingat besarnya populasi dan tersebarnya di berbagai dusun, serta keterbatasan waktu bagi peneliti, maka tidak semua populasi tersebut akan dijadikan responden penelitian dan akan diambil sejumlah sampel. Bedasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (2010:134) bahwa :untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Teknik sampling yang digunakan yaitu proporsional area random sampling,. yang diharapkan untuk memperoleh sampel yang representatif yaitu dengan pengambilan dari setiap dusun secara proporsional sebanyak 15% yaitu sebanyak 33 PUS non akseptor KB yang memilki anak banyak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Wanita PUS Non Akseptor KB Menurut Lingkungan Di Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2014.

No Nama Lingkungan Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 Lingkungan I 40 6

Sumber: Data PLKB Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2013 dan Hasil Pengolahan Data Oleh Penulis

(44)
(45)

28

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:118) menyebutkan bahwa variabel penelitian adalah objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dengan indikator usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda, lama status perkawinan wanita PUS, sejumlah anak yang diinginkan PUS dan pandangan nilai anak dalam keluarganya.

2. Definisi Operasional Variabel

Menurut Masri Singarimbun definisi operasional variabel sebagai berikut:

“Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan

cara mengukur variabel. Dengan kata lain definisi operasional variabel adalah semacam petunjuk palaksanaan bagaimana mengukur suatu variabel” (Masri Singarimbun, 1987:46).

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah: a. Usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda

(46)

29

1) Untuk wanita di bawah umur 16 tahun (<16 tahun) dinyatakan sebagai usia kawin muda.

2) Untuk wanita yang berumur 16 tahun ke atas (≥16 tahun) dinyatakan usia kawin dewasa.

b. Lama status perkawinan wanita PUS

Lama status perkawinan wanita PUS yang dimaksud adalah jangka waktu (lama) wanita PUS dalam status perkawinan, saat penelitian ini dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun. Apabila terjadi perceraian, maka selama menjanda tidak dihitung, tapi apabila terjadi perkawinan lagi, dihitung selama dalam status kawinnya, baik perkawinan pertama, kedua, ketiga dan perkawinan selanjutnya kemudian dijumlahkan.

Lama status perkawinan dikelompokkan menjadi:

1) Lama status perkawinan 0-9 tahun tergolong usia perkawinan pendek.

2) Lama status perkawinan 10-19 tahun tergolong usia perkawinan sedang.

3) Lama status perkawinan ≥ 20 tahun tergolong usia perkawinan panjang.

c. Keinginan PUS memiliki sejumlah anak

(47)

30

membedakan laki-laki dan perempuan. Keinginan memiliki sejumlah anak pada Pasangan Usia Subur non akseptor KB, dikelompokkan menjadi: ≤2 tergolong memiliki anak sedikit dan >2 tergolong memiliki anak banyak.

d. Pandangan PUS terhadap nilai anak

Pandangan yang menjadi pedoman dalam keluarga PUS terhadap nilai anak dalam keluarga, yaitu keinginan memiliki sejumlah anak dalam keluarga pasangan usia subur, yang didasarkan pada aspek sosial, ekonomi dan budaya yang dianut atau dipedomani dalam kehidupannya yang kemudian dikelompokkan menjadi:

1) Anak sebagai penerus sejarah

2) Anak sebagai tanda keberhasilan perkawinan

3) Anak akan membantu pekerjaan orang tua

4) Anak sebagai jaminan hari tua

5) Anak sebagai pewaris harta

6) Banyak anak banyak rezeki

7) Anak sebagai ikatan perkawinan

8) Harus mempunyai anak laki-laki atau perempuan

9) Anak sebagai kepuasan batin

(48)

31

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Observasi

Tehnik ini digunakan untuk memperoleh gambaran dengan cara mengamati kondisi daerah penelitian yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, seperti keadaan responden dan lokasi tempat tinggal.

2. Wawancara Berstruktur

Teknik wawancara adalah sebuah dialog antara peneliti dan responden yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung yang dilaksanakan dengan panduan kuisioner.

Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data primer dari responden. Adapun data yang diambil berupa data primer tentang usia kawin pertama wanita PUS, lamanya status perkawinan, jumlah anak yang diinginkan PUS serta pandangan PUS terhadap nilai anak dengan cara berhadapan langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada responden. Teknik wawancara berstruktur ini mengacu pada kuisioner yang akan diisi oleh penulis berdasarkan jawaban responden.

3. Teknik Dokumentasi

(49)

32

Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data sekunder oleh peneliti yang berhubungan dengan data penelitian yang diperlukan, diantaranya yang bersumber dari kantor kelurahan, seperti gambar peta administrative kelurahan, data administratif kelurahan yang meliputi: letak, luas dan batas kelurahan serta data penduduk yang meliputi: data jumlah penduduk, kepala keluarga, pasangan usia subur (PUS) dan data lain yang diperlukan.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah diinterpretasikan. Dalam proses ini sering digunakan statistik, salah satu fungsi statistik adalah penyederhanaan data penelitian yang sangat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan mudah dipahami (Sofian Effendi dan Chris Manning dalam Masri Singarimbun, 1987:263).

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada penggunaan tabulasi, yaitu dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase. Berdasarkan pada tabel data yang telah ditabulasi tersebut diinterpretasikan. Dalam analisis frekuensi dan persentase tersebut, digunakan rumus kuantitatif persentase yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

% : persentase yang diperoleh

n : jumlah nilai yang diperoleh (jawaban responden) N : jumlah sampel

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian deskripsi data primer yang telah dianalisis, dapat disimpulkan dari empat penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki wanita PUS non akseptor Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Kotabumi Ilir yang menjadi penyebab paling utama sebagai berikut:

1. Usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda tidak menjadi penyebab banyaknya jumlah anak keluarga PUS non akseptor KB. Hal ini terbukti bahwa, sebanyak 15,15% wanita PUS non akseptor KB melakukan perkawinan pada usia muda (< 16 tahun) rata-rata jumlah anak yang dimiliki yaitu 4,0 anak dan 84,85% wanita PUS melakukan pernikahannya pada usia perkawinan dewasa (≥ 16 tahun) memiliki jumlah anak rata-rata 4.03 anak.

(51)

68

3. Keinginan PUS dalam memiliki sejumlah anak menjadi penyebab banyaknya anak PUS non akseptor KB. Hal ini terbukti sebanyak 90,91% wanita PUS ingin anak banyak (3-7 anak), baik keinginan dalam kepemilikan anak.

4. Setiap keluarga PUS masih memiliki pandangan yang kuat terhadap nilai anak dalam keluarga PUS. Sebanyak 100% PUS berpandangan, bahwa memiliki anak sebagai jaminan hidup dihari tua, pewaris harta orang tua, bukti ikatan dan keberhasilan perkawinan, anak sebagai kepuasan batin, anak sebagai penerus keturunan, dan anak sebagai karunia tuhan yang tidak dapat ditolak. Sebanyak 90,90% persen PUS berpandangan bahwa anak akan membantu pekerjaan orang tua, 48,48% berpandangan banyak anak banyak rejeki, dan 81,81% PUS berpandangan harus mempunyai anak laki-laki atau perempuan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut maka disarankan:

1. Diharapkan kepada PUS yang akan melaksanakan pernikahan, usia kawin pertama PUS harus benar-benar sesuai dengan Undang-undang perkawinan yang baru.

2. Pemerintah melaksanakan penyuluhan melalui KB dalam mewujudkan dua anak cukup bagi PUS dan mengubah pandangan hidup keluarganya.

3. Pandangan bagi PUS terhadap pentingnya sejumlah anak dalam suatu keluarga, hendaknya mulai mengubah pola pikir untuk tidak dijadikan pedoman bagi kehidupan keluarga, melalui pelaksanaan KB.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron. 2012.Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Agus Joko Tukiran. 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar Yogyakarta.

Anonimus. 2014.Monografi Kelurahan Kotabumi Ilir. Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.

Badan Pusat Statistik. 2010.Lampung Dalam Angka. BPS. Bandar Lampung. ---. 2010.Lampung Utara Dalam Angka. BPS. Lampung Utara.

BKKBN. 1995. Menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera Dengan Kontrasepsi. Biro Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta.

---. 2008.Informasi Pelayanan Kontrasepsi. BKKBN. Provinsi Lampung. ---. 2008. Petunjuk Pelaksanaan KB Oleh Bidan Desa. BKKBN. Provinsi

Lampung.

Budiyono. 2003. Dasar-dasar Geografi Sosial (Bahan Ajar). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Daldjoeni. 1992.Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek. Alumni. Bandung.

---. 1980.Masalah Penduduk Dalam Fakta dan Angka. Alumni. Bandung. David Lucas. 1982.Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada Press. Bandung. GBHN. 1993. Garis-garis Besar Haluan Negara

Ginting Faturrahman. 2007.IPS Geografi Untuk SMP Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.

http://health.detik.com/read/2012/07/31/122228/1979228/763/apakah-program-kb-berhasil-bkkbn-tunggu-hasil-survei-2012

(53)

Jamulya dan Suratman Joko Suprojo. 1993. Pengantar Geografi Tanah. UGM. Yogyakarta.

Muhammad Ali. 1984. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Nani Soewando. 1982.Pengantar Hukum dan Kependudukan. Konsorium Hukum Kerjasama Dengan BKKBN. Jakarta.

Nin Bakdi Sumanto. 1990. Pengantar Kependudukan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.

Saidihardjo. 1974.Dasar-Dasar Kependudukan. Bursa Buku Yogyakarta. Yogyakarta.

Said Rusli. 1996.Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3E. Jakarta.

Data Nidar Sari. 2012. Studi Tentang Banyaknya Jumlah Anak Yang Dimiliki Keluarga PUS Buruh Penderes karet Di Desa Panaragan Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi. Jurusan Pendidikan IPS. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Sri Mortiningsih dkk. 2010. 100 Tahun Demografi Indonesia: Mengubah Nasib Menjadi Harapan. Rineka Cipta. Jakarta.

Subarjo. 2006. Meteorologi dan Klimatologi (Bahan Ajar). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT.Rineka Cipta. Jakarta.

Sumadi dan Bambang Sumitro. 1989. Geografi Regional Indonesia (Bahan Ajar). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Gambar

Tabel 1: Jumlah Akseptor dan Non Akseptor KB menurut Dusun Di Kelurahan   Kotabumi Ilir Tahun 2013
Tabel 2. Jumlah anak yang dimiliki wanita PUS non akseptor KB di Kelurahan  Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara     Provinsi Lampung Tahun 2013
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Wanita PUS Non Akseptor KB Menurut    Lingkungan Di Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

ad* b)» Xalau kita baoa bunyi dari paoal 1601 b Btff maka da* patlah kita oimpulkon batata, oobelum waktu yang di- perjanjikan dalaa suatu porjanjian pemborongan itu habio,

Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai kualitas embrio hasil superovulasi pada bangsa sapi yang berbeda di Balai

Hal tersebut diharapkan mampu mendorong mereka untuk mempelajari dengan lebih giat pelajaran matematika dan belajar untuk berkomunikasi matematis secara baik dan

yang diamanatkan dalam UUD NKRI 1945 pada dasarnya telah mencerminkan mekanisme check and balance berdasarkan sistem pemerintahan presidensiil.Akan tetapi berkaitan

Kebutuhan terhadap jenis acara pendidikan dan dokurnenter menjadi ternuan pentin g KPID DKI dalam rnelakukan fungsin y a untuk menyeleksi program isi siaran yang

[r]

Tempat Pemasaran Ikan Desa Pakningasal ini memiliki dua fasilitas pokok yaitu dermaga yang hanya terbuat dari kayu sehingga menyulitkan nelayan dalam hal proses pendaratan

dan tidak saling berkesesuaian, yang kedua dengan adanya penemuan fakta bahwa pemohon II yaitu pihak istri ketika menikah berstatus janda yang masih terikat dengan