PENGGUNAAN METODE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA KELOMPOK DAN HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 METRO PUSAT
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
(Skripsi)
Oleh
NI NENGAH LADY PRASANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGGUNAAN METODE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA KELOMPOK DAN HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 METRO PUSAT
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
NI NENGAH LADY PRASANTI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat. Untuk mengoptimalkan motivasi dan hasil belajar pembelajaran tematik maka penelitian ini menggunakan metode inquiry sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi kerja kelompok dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan metode inquiry.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpul data dilakukan dengan observasi dan tes hasil belajar. Alat pengumpul data berupa lembar observasi dan soal-soal tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode inquiry dalam proses pembelajaran tematik dapat meningkatkan motivasi kerja kelompok dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat motivasi kerja kelompok dari siklus I sebesar 61,6 dengan predikat cukup, siklus II sebesar 68,9 dengan predikat baik dan pada siklus III sebesar 80 dengan predikat baik, sedangkan rata hasil belajar siklus I sebesar 65,2 dengan predikat cukup siklus II nilai rata-rata sebesar 70 dengan predikat baik dan siklus III sebesar 80 dengan predikat baik.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Desa Pugungraharjo, Kecamatan
Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur tanggal 19
September 1991, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara
pasangan bapak Ketut Siem dan ibu Ni Wayan Siplin.
Pendidikan formal peneliti dimulai dari SD Negeri 1
Pugungraharjo dan selesai pada tahun 2004. Kemudian peneliti melanjutkan ke
sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Sekampung Udik dan selesai pada
tahun 2007. Peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono
dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 peneliti melanjutkan ke
Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi
MOTO
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya
tanpa kehilangan semangat. (Winston Chuchill)
Kegagalan ialah satu-satunya yang dapat diraih tanpa pengerahan tenaga sedikitpun.
i PERSEMBAHAN
”OM SWASTYASTU”
OM AWIGNAM ASTU NAMO SIDAM OM Ano Badrah Kratawoyantu Wiswatah
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan terima kasih serta bangga kepada :
Ayahanda Ketut Siem dan Ibunda Ni Wayan Siplin
Tercinta
Yang telah membesarkan, membimbing, mendidik, dan mencurahkan kasih sayangnya serta memotivasi agar menjadi anak yang lebih baik
dan mendoakan untuk keberhasilan ananda.
Kakakku I Wayan Aan Sasmita
Yang telah memberikan doa, dukungan, bimbingan, nasihat, dan motivasi untuk keberhasilanku.
Adikku Ni Nyoman Ota Sujati Ningsih
Yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi untuk keberhasilanku.
Serta keluarga dan orang-orang yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih baik dan dapat menyelesaikan studi.
i SANWACANA
Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Hyang Widhi Wasa atas segala limpahan
rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Penggunaan Metode Inquiry untuk Meningkatkan Motivasi Kerja
Kelompok dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IVB SD
Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 sebagai syarat meraih gelar
sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta
bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila yang telah
memberikan pengesahan terhadap skripsi ini serta telah memberikan
dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD.
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
FKIP Unila yang telah menyetujui skripsi ini serta telah memberikan
ii 4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah
memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan telah
memberikan bimbingan, masukan, saran, nasihat, dan motivasi serta bantuan
yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro dan Dosen
Pembahas yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan selama
proses penyusunan skripsi, saran, nasihat, dan motivasi serta masukan kepada
peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I atas semua jasanya
baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran,
nasihat, dan motivasi serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing II yang telah membantu, membimbing, memberikan
saran dan motivasi terhadap pengajuan judul serta bantuan yang diberikan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah
membantu sampai skripsi ini selesai.
9. Ibu Hj. Suyeti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Metro Pusat yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
10. Ibu Juahir, S.Pd.SD., selaku guru kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat yang
telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam melaksanakan
iii 11. Siswa-siswi Kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat yang telah berpartisipasi
aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
12. Teman-teman PGSD kelas A angkatan 2010 ( Dian, Diesna, Eni, Fenti, Ana,
Leni, Meri, Meylisa, Rena, Andel, Rita, Melda, Ami, Ica, Asri, Astri, Ayu Pd,
Ayu Sil, Deasy, Devy, Diah Nur, mbak Diah, Dwi, Gita, Idha, Fatih, Indah,
Renny, Sandi, Feri, Habibie, Rio, Andi, Fajar, Ijonk, Dayat, Andri),
terimakasih atas kebersamannya selama ini, serta terimakasih atas doa dan
dukungannya serta seluruh sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terima kasih atas bantuan, dukungan, nasihat, motivasi dan
doanya selama ini.
13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, terimakasih
atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi
kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
dan memberikan sumbangsih pada keilmuan pendidikan. Amin
Metro, Juni 2014 Peneliti
v
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik ... 8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Awal ... 44
4.2 Hasil Penelitian ... 45
4.3 Pembahasan ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Saran ... 69
vi DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Predikat untuk Kinerja Guru ... 32
2. Indeks Nilai Kuantitatif ... 33
3. Motivasi Kerja Kelompok dalam Pembelajaran Siklus I ... 48
4. Kinerja Guru Siklus I ... 50
5. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 50
6. Motivasi Kerja Kelompok dalam pembelajaran Siklus II ... 55
7. Kinerja Guru Siklus II ... 56
8. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 57
9. Motivasi Kerja Kelompok dalam pembelajaran Siklus III ... 61
10.Kinerja Guru Siklus III ... 62
11.Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 62
12.Motivasi Kerja Kelompok ... 64
13.Kinerja Guru ... 66
vii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat-surat ... 73
2. Perangkat Pembelajaran ... 80
3. Motivasi Kerja Kelompok ... 116
4. Kinerja Guru ... 120
5. Afektif ... 129
6. Psikomotorik ... 132
7. Kognitif ... 135
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal terpenting bagi setiap individu. Dengan
adanya pendidikan yang diberikan kepada setiap individu dapat berpengaruh
terhadap kehidupannya.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan menjadi salah satu wadah bagi umat manusia untuk belajar,
mengembangkan potensi juga sebagai sarana untuk memberikan pengarahan
serta bimbingan kepada peserta didik dalam pertumbuhannya untuk
membentuk kepribadian yang berilmu, bertaqwa kepada Tuhan, kreatif,
mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang
diberikan pada setiap sekolah mengacu pada kurikulum yang telah ditentukan
oleh pemerintah. Seiring perkembangan zaman kurikulum mengalami
perkembangan dan perubahan. Hal ini terjadi tidak terlepas dari pengaruh
perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni
2
menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk
penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.
Mulai tahun pelajaran 2013/2014 Pemerintah telah memberlakukan
kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum 2013. Kurikulum ini berakar
pada budaya lokal dan bangsa, yang berarti bahwa kurikulum tersebut harus
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari budaya
setempat atau nasional tentang berbagai nilai hidup yang penting.
Keberhasilan implementasinya sangat ditentukan oleh guru. Guru SD harus
memiliki pemahaman, kesadaran, kemampuan, kreativitas, kesabaran, dan
keuletan. Selain itu, pelaksanaanya menggunakan pembelajaran tematik
terpadu dan prosesnya dengan pendekatan saintifik (scientific).
Kemendikbud (2013: 216), pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa
berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah
dari guru. Selain itu, proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berkaitan dengan hal ini, Kemendikbud
(2013: 59) menyatakan bahwa pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
2013 pada pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan saintifik antara
lain: pembelajaran berbasis proyek (project based learning), pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran penemuan
(discovery learning). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
3
secara utuh. Pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan saintifik di
sekolah dasar mengacu pada buku panduan guru dan buku siswa.
Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen siswa dan wawancara
dengan guru kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat bahwa pelaksanaan
kurikulum 2013 terdapat beberapa kendala antara lain guru kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran tematik karena kurangnya referensi
tentang berbagai model, strategi, dan metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran tersebut. Dengan pembelajaran tersebut
menunjukkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih cenderung
pasif sehingga kurang memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa
terkadang masih ragu-ragu, malu, takut, dan sungkan ketika diminta guru
untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, atau mengemukakan
pendapat. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang masih
rendah terlihat pada saat pengamatan di SD tersebut nilai rata-rata ulangan
semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 siswa adalah 55. Selain itu, guru
mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar yang bersumber dari
buku guru dan siswa yang disediakan Kemendikbud. Bahan ajar yang
disediakan masih terlalu sempit dan menuntut guru untuk mencari dan
mengembangkannya. Masalah selanjutnya adalah penilaian pada pembelajaran
tematik sulit diterapkan dan dimengerti oleh guru. Penilaian pembelajaran
tematik merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran, merupakan bagian
terpenting dalam suatu pembelajaran. Karena dengan penilaian guru dapat
4
Sehubungan dengan masalah tersebut, sesungguhnya suasana belajar
mengajar yang diharapkan adalah agar siswa termotivasi untuk dapat lebih
aktif dan percaya diri dalam menggali pengetahuannya sendiri dan
memecahkan masalah sesuai dengan konsep yang dipelajari. Penggunaan
model, strategi, atau metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Sehingga siswa akan terlibat
aktif dalam pembelajaran dan memahami konsep yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa pembelajaran tematik di kelas
IVB SD Negeri 1 Metro Pusat belum berjalan secara maksimal. Oleh karena
itu perlu diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran agar lebih
memotivasi siswa dan hasil belajar siswa dapat dicapai secara maksimal. Salah
satu alternatif yang dimungkinkan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik di kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat adalah dengan
menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode inquiry
(penyelidikan). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema dan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
secara utuh. Sedangkan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang
mendorong/memotivasi anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan
ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan
mengkomunikasikan. Menurut Komalasari (2010: 73) inquiry merupakan
model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah
5
belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan
memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melaksanakan perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry untuk meningkatkan
motivasi kerja kelompok dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik siswa
kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Guru belum sepenuhnya menggunakan pendekatan saintifik.
2. Kurangnya pengetahuan guru tentang model, strategi, atau metode
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013.
3. Kurangnya motivasi kerja kelompok dalam pembelajaran.
4. Rendahnya hasil belajar siswa.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran tematik
agar dapat meningkatkan motivasi kerja kelompok siswa kelas IVB SD
6
2. Apakah penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran tematik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat
Tahun Pelajaran 2013/2014?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan
penelitian ini adalah untuk :
1. Meningkatkan motivasi kerja kelompok siswa kelas IVB SD Negeri 1
Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode
inquiry dalam pembelajaran tematik.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat
Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode inquiry
dalam pembelajaran tematik.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Bagi siswa
Meningkatnya motivasi kerja kelompok dan hasil belajar siswa kelas
IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan
7
2. Bagi guru
Meningkatnya kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode inquiry melalui
pembelajaran tematik.
3. Bagi sekolah
Meningkatnya hasil belajar dan kualitas pembelajaran di kelas dengan
menggunakan metode inquiry melalui pembelajaran tematik.
4. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penelitian
tindakan kelas serta dapat juga dijadikan bahan rujukan untuk
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik 2.1.1Pengertian Belajar
Belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu dan lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Menurut Komalasari (2010: 2) belajar
adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri
seseorang baik secara aktual maupun potensial. Perubahan yang didapat
sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh dalam
jangka waktu yang lama. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam
diri setiap individu. Menurut Slameto (Hamdani, 2011: 20) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan Cronbach (Hamdani, 2011: 20) menyatakan Learning is
shown by a change in behavior as a result of experience (belajar adalah
memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari
pengalaman).
Menurut Gagne (Hardini, 2012: 4) belajar adalah proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman
9
tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman
yang berasal dari lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku seperti
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, persepsi, dan tingkah laku
afektif lainnya sebagai hasil dari pengalaman.
2.1.2Pengertian Hasil Belajar
Menurut Bloom (Suprijono, 2009: 6) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut
Lindgren (Suprijono, 2009: 7) bahwa hasil belajar meliputi kecakapan,
informasi, pengertian, dan sikap. Menurut Sudjana (2011: 3) hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 381) mengartikan bahwa
hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar.
Staton (Nabisi, 2008: 1.12) hasil belajar diukur berdasarkan ada
tidaknya perubahan tingkah laku atau pemodifikasian tingkah laku yang
lama menjadi tingkah laku yang baru.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari proses
pembelajaran melalui evaluasi. Evaluasi dapat dijadikan sebagai alat
ukur atau pertimbangan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh
10
2.1.3 Pengertian Pembelajaran Tematik
Menurut Depdiknas (Trianto, 2009: 79) Pembelajaran tematik
dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan
tema-tema tertentu. Pembelajaran tema-tematik merupakan salah satu jenis dari
pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya
adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa
Model pembelajaran tematik di SD memiliki beberapa tahapan
yaitu: pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu
berbagai mata pelajaran untuk satu tahun. Kedua guru melakukan
analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar
dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi
dari standar isi. Ketiga membuat hubungan antara kompetensi dasar,
indikator dengan tema. Keempat membuat jaringan KD dan indikator.
Kelima menyusun silabus tematik dan yang keenam membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran tematik dengan mengkondisikan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik.
11
Selanjutnya Trianto (2009: 84) menjelaskan bahwa pembelajaran
tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan
beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Sejalan
dengan hal ini Suryosubroto (2009: 133) berpendapat bahwa
pembelajaran tematik diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu
tema/topik pembahasan.
Depdikbud (Trianto, 2010: 61) menyatakan bahwa pembelajaran tematik mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, antara lain :
a. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak dan pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. b. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari dan rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari.
c. Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Guru lebih banyak sebagai fasilitator dan katalisator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan.
d. Aktif
12
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik yaitu suatu model pembelajaran yang
memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar
kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata
pelajaran dalam satu tema yang bertujuan untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa.
2.1.4 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan
bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang
tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena
materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan
bermakna bagi siswa.
Kemendikbud (2013: 194) menyatakan tujuan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut.
a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu,
b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama,
c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan,
d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik,
e. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain,
f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas,
13
ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
2.1.5 Pendekatan Saintifik
Menurut Sudarwan (Kemendikbud, 2013: 201) pendekatan
saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.
Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses
pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
14
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran
harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Kemendikbud (2013: 9) menyatakan Pendekatan Saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah berikut :
1) Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan mencoba. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
2) Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. 3) Mengumpulkan informasi/eksperimen
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Anak perlu dibiasakan untuk menghubungi-hubungkan antara informasi satu dengan yang lain, untuk mengambil kesimpulan.
4) Mengasosiasi/mengolah informasi
15
kesimpulan dari pola yang ditemukan. Kepada yang bertentangan.
5) Mengkomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Pendekatan saintifik biasanya tampak jelas ketika siswa terlibat
dalam pembelajaran tertentu, yaitu: pembelajaran berbasis proyek,
pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran penemuan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang
mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah
yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan ini sangat tepat
digunakan dalam pembelajaran tematik.
2.1.6 Penilaian Otentik
Menurut Nurgiyantoro (2011: 23) penilaian otentik merupakan
suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan
kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan
esensi pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya Komalasari (2010:
148) mengungkapkan bahwa penilaian otentik adalah suatu penilaian
belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang
16
yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai
lebih dari satu macam pemecahan.
Johnson (Komalasari, 2010: 147) mengemukakan bahwa
penilaian otentik memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar.
Kemendikbud (2013: 5) Beberapa jenis penilaian otentik meliputi
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
1. Penilaian Sikap
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan
secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
2. Penilaian Pengetahuan a. Tes Tulis
Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban
dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih
jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah,
ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban
terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek,
dan uraian.
b. Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
17
pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan
keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun
paragraf yang diucapkan.
c. Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik
yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu
ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.
3. Penilaian Keterampilan Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi
peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan
dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta
didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan
menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik
terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif
maupun laporan kelas.
Menurut Kemendikbud (2013: 244) Ada beberapa cara
berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
18
2.2 Metode Inquiry
2.2.1.Pengertian Metode Inquiry
Metode inquiry disebut juga metode penemuan yang sangat
penting untuk dilakukan siswa usia sekolah dasar. Menurut Sagala
(Hardini, 2012: 33) metode inquiry merupakan metode pembelajaran
yang berupa menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa
sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Sedangkan Hamdani (2011: 182) menyatakan inquiry adalah salah satu
cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencari pemecahan
permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan
menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang
meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan.
Hardini (2012: 70) mengungkapkan pembelajaran inquiry
merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu
(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
Adapun tujuan metode inquiry menurut Hardini (2012: 33) adalah : a. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan
memproses bahan pelajaran.
b. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
c. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
d. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
19
1. Siswa akan bertanya jika mereka dihadapkan pada masalah yang membingungkan atau kurang jelas.
2. Siswa dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir mereka.
3. Strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang telah mereka miliki.
4. Inquiry dalam kelompok dapat memperkaya pikiran dan
membantu siswa belajar mengenai sifat pengetahuan yang sementara dan menghargai pendapat orang lain.
Menurut Komalasari (2010: 73-74) ada 5 komponen umum dalam pembelajaran dengan metode inquiry antara lain :
a. Question
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa.
b. Student Engangement
Dalam metode inquiry keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan, dimana siswa dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.
c. Cooperative Interaction
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok dan mendiskusikan berbagai gagasan.
d. Performance Evaluation
Dalam menjawab permasalahan biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk berupa slide presentasi, grafik, poster, poster, karangan, dan lain-lain.
e. Variety of Resources
Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar.
Sedangkan langkah-langkah metode inquiry sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah
2. Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati.
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.
20
Hardini (2012: 35-36) Pembelajaran dengan menggunakan metode
inquiry merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan karena memiliki
beberapa keunggulan sebagai berikut :
a) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna.
b) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar mereka.
c) Merupakan metode yang sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut :
a) Jika menggunakan metode pembelajaran ini akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
2.2.2.Macam-macam Metode Inquiry
Metode inquiry mempunyai beberapa macam jenis antara lain
inquiry terpimpin, inquiry bebas dan inquiry bebas yang dimodifikasi.
Sund and Trowbridge mengemukakan tiga macam metode inquiry
sebagai berikut:
1. Inquiry terpimpin (Guide Inquiry)
Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang
dibutuhkan. Pedoman pedoman tersebut biasanya berupa
21
bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan
metode inquiry, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan
pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih
banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan
perkembangan pengalaman peserta didik. Dalam pelaksanaannya
sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak
merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang
bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.
2. Inquiry bebas (Free Inquiry)
Pada inquiry bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri
bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus
mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan
yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inquiry role approach
yang melibatkan peserta didik dalam kelompok tertentu, setiap
anggota kelompok memiliki tugasnya sendiri sendiri, misalnya
koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data dan
pengevaluasi proses.
3. Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modifiel Free Inquiry)
Pada inquiry ini guru memberikan permasalahan atau problem
dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan
permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan
prosedur penelitian (Sund and Trowbridge dalam Trianto, 2007:
22
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode inquiry karena
diantara macam-macam metode inquiry yang lebih cocok untuk siswa
kelas IV adalah inquiry terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan,
pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Pada inquiry
terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan
siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana
pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan
percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang
telah ditetapkan guru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
inquiry adalah metode pembelajaran yang menanamkan dasar-dasar berpikir
ilmiah pada diri siswa sehingga siswa lebih banyak belajar sendiri, dan
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Dengan demikian
metode inquiry sangat tepat digunakan dalam pembelajaran tematik yang
mengunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1) merumuskan masalah, 2)
mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau
objek yang diamati, 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, dan 4) mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien
23
2.3 Motivasi Kerja Kelompok 2.3.1 Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh di dalam
proses belajar mengajar. Menurut Hanafiah (2010: 26) motivasi
belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun
kesediaan dan keinginan yang kuat dari peserta didik untuk belajar
secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka
perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sedangkan menurut Uno (2007: 23) motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya
dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Motivasi
yang ada dalam diri siswa dapat berpengaruh terhadap proses belajar
dan hasil belajar siswa.
Menurut Sudjana (2011: 61) keberhasilan proses belajar mengajar
dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditujukan oleh para siswa
pada saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat
dilihat dalam hal: minat, semangat, tanggung jawab, reaksi dan rasa
senang siswa. Sedangkan Masnur (Hamdani, 2011: 290) menyatakan
motivasi adalah daya atau perbuatan yang mendorong seseorang,
tindakan atau perbuatan merupakan gejala sebagai akibat dari adanya
24
Menurut Amri (2013: 169) dengan adanya motivasi maka siswa
akan terdorong untuk belajar mencapai sasaran dan tujuannya karena
yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi
siswa motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku
siswa ke arah positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran
1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar. 2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Biggs dan Telfer (Amri, 2013: 26) menyatakan bahwa
ada empat golongan motivasi belajar siswa, antara lain :
1. Motivasi instrumental dimana siswa belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman.
2. Motivasi sosial dimana siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa pada tugas menonjol. 3. Motivasi berprestasi dimana siswa belajar untuk meraih
prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya.
4. Motivasi intrinsik siswa belajar karena keinginannya sendiri.
Menurut Amri (2013: 169) dengan adanya motivasi, maka siswa
akan terdorong untuk belajar mencapai sasaran dan tujuannya karena
yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan, dan manfaatnya.
Sedangkan Dalyono (Amri, 2013: 169) motivasi dapat menentukan
baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa, motivasi
25
maupun dari luar diri siswa yang dapat merubah perilaku siswa dalam
belajar.
2.3.2 Alat Ukur Motivasi Belajar
Alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui motivasi
seseorang dalam mengamati motivasi belajar siswa digunakan lembar
observasi motivasi belajar yang berisi beberapa indikator motivasi
belajar yang nantinya akan diisi oleh observer yang mengamati secara
langsung proses pembelajaran di kelas.
Arifin (2011: 152) menyatakan motivasi dan keterampilan dapat
diukur dengan tes perbuatan, adapun perubahan sikap dan
pertumbuhan siswa dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik
non-tes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap dan lain-lain.
Notoadmojo (2005: 135) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi
yaitu : a) tes proyektif, b) kuesioner, dan c) observasi.
Arikunto (2010: 30) menyatakan observasi/ pengamatan adalah
suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Sedangkan menurut Trianto (2011: 233) observasi/pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik di dalam kelas maupun diluar kelas. Sebagai alat evaluasi observasi dipakai untuk a) menilai minat, sikap, dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik dan b) melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok.
26
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan utama observasi yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
2. Untuk mengukur perilaku kelas baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik, interaksi peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya terutama kacakapan sosial.
Adapun kelebihan dan kelemahan observasi sebagai berikut:
a) Kelebihan observasi
1. Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena
2. Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
3. Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat dengan observasi.
4. Tidak terikat dengan laporan pribadi.
b) Kelemahan observasi
1. Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca.
2. Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
3. Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas disimpulkan
bahwa alat ukur motivasi yang tepat digunakan adalah lembar
observasi yaitu dengan cara mengamati segala perilaku dalam setiap
kegiatan untuk mengetahui penilaian proses dan hasil belajar dalam
27
2.3.3 Pengertian Kerja Kelompok
Menurut Homans kelompok adalah sejumlah individu
berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu
yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat
berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.
(http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/06/pengertian-dan-karakteristik
kelompok.html, 2013)
Menurut Dhino kelompok adalah sekumpulan orang/individu yang terorganisir, dengan kesamaan kegiatan dan tujuan yang sama. Maka, imbasnya, tujuan kelompok hendaknya ditentukan bersama-sama. Sebagai titik awal dalam membangun kelompok, tujuan kelompok adalah arah bagi berjalannya kelompok dalam melakukan aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan, dan ini menjadi begitu penting dalam membangun kelompok.
Karakteristik kerja kelompok sebagai berikut :
1. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik secara verbal maupun non verbal.
2. Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok.
3. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
4. Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama.
5. Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya.
(http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/06/pengertian-dan-karakteristik-kelompok.html, 2013)
Menurut De Vito kelompok merupakan sekumpulan individu
yang cukup kecil bagi semua anggota untuk berkomunikasi secara
relatif mudah. Para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan
beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau
28
atau peraturan yang mengidentifikasi tentang apa yang dianggap
sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya.
(http://jl-hengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html, 2011)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kerja kelompok
adalah kumpulan individu yang bekerja sama dan saling berinteraksi
satu sama lain. Saling berkomunikasi dengan mengutamakan
kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi individu dan
tercipta sebuah ikatan yang erat diantara anggota kelompok. Dengan
demikian motivasi kerja kelompok adalah suatu kekuatan atau
dorongan dari dalam maupun luar suatu kelompok yang dapat
merubah perilaku dalam belajar dengan mengutamakan kepentingan
bersama.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut
“Apabila guru kelas IVB SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran
2013/2014 dalam pembelajaran tematik menggunakan metode inquiry dengan
langkah-langkah yang tepat dan baik, maka akan meningkatkan motivasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat Wardhani, (2008: 1.4). Sesuai dengan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah
suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahapan
dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu (1) perencanaan
(planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4)
refleksi (reflecting). Adapun siklus dari penelitian tindakan kelas ini adalah
30
Siklus Penelitian Tindakan Kelas (sumber dari Arikunto 2006: 16)
1. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IVB SD Negeri 1 Metro
Pusat, Kota Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian tindakan kelas adalah siswa di kelas IVB SD Negeri 1
Metro Pusat, Kota Metro. Jumlah murid saat ini sebanyak 28 siswa terdiri
dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data.
Untuk mengumpulkan data, diperlukan suatu alat penelitian yang akurat Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan
Pelaksanaan Perencanaan
Siklus III Refleksi
31
karena hasilnya sangat menentukan mutu penelitian. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Teknik tes
Teknik tes digunakan untuk penilaian kompetensi pengetahuan (kognitif)
dilakukan dengan cara pemberian tes tertulis berupa pertanyaan singkat.
b. Teknik non tes
Teknik non tes digunakan untuk penilaian kompetensi sikap (afektif)
melalui observasi (pengamatan) dengan cara observer (pengamat)
mengamati kegiatan pembelajaran dan mengumpulkan data untuk
mengetahui motivasi kerja kelompok dan kinerja guru. Sedangkan
Penilaian keterampilan (psikomotorik) melalui unjuk kerja yaitu penilaian
yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dan
dinilai menggunakan daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi
rubrik.
3.3 Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang dapat
mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara
lain:
1. Lembar observasi, instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai motivasi kerja kelompok dan kinerja guru dalam proses belajar
selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data
32
pengetahuan dan keterampilan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik.
3.4Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan
dinamika proses belajar, sasarannya adalah data tentang motivasi kerja
kelompok dan kinerja guru yang bersumber dari lembar pengamatan.
Persentase motivasi kerja kelompok dan hasil belajar setiap siswa serta kinerja guru
diperoleh dengan rumus:
Keterangan:
N = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum dari tes yang ditentukan 100 = Bilangan tetap
( sumber dari Purwanto 2008: 102 )
Tabel 1 Predikat untuk Kinerja Guru sebagai berikut :
Predikat Nilai
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar
siswa sebagai kesimpulan keberhasilan penelitian. Analisis yang didapat dari
hasil belajar siswa yang dilakukan melalui penilaian terhadap sikap,
pengetahuan dan keterampilan. R
33
Tabel 2 Indeks Nilai Kuantitatif dengan skala 1 - 4 dan 0 - 100 adalah :
Konversi nilai akhir Predikat (Pengetahuan dan
(sumber dari Badan PSDMPK-PMP, 2013: 108)
3.5Prosedur Penelitian Siklus I
Tema : Tempat Tinggalku
Sub Tema : Lingkungan Tempat Tinggalku Pembelajaran: 1 (satu)
1. Tahap Perencanaan
a) Menganalisis kompetensi dasar dan indikator.
b) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar evaluasi
yang terdiri dari soal, sumber belajar, dan media yang akan digunakan
selama proses pembelajaran di kelas.
c) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi kerja kelompok
34
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dengan menanyakan
kabar mereka. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan dimana
kalian tinggal?
b) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru kegiatan yang akan dilakukan
hari ini dan apa tujuan yang akan dicapai dari kegiatan tersebut dengan
bahasa yang sederhana yang dapat dipahami.
b.Kegiatan Inti
a) Guru menjelaskan tentang tempat tinggal mereka adalah Kota Metro di
Provinsi Lampung Pulau Sumatera. Untuk lebih jelasnya guru
memperlihatkan peta Pulau Sumatera dan menujukkan dimana letak
Provinsi Lampung terutama letak kota Metro.
b) Siswa diminta maju untuk menunjukkan kota-kota apa saja yang terletak di
sebelah utara, selatan, barat dan timur pada peta Provinsi Lampung.
c) Siswa duduk secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan
secara individu siswa mengamati peta Pulau Sumatera. Siswa
mendiskusikan jawaban dalam kelompoknya kemudian guru menunjuk
satu kelompok untuk mempresentasikan jawabannya. Guru sudah
menyediakan kompas untuk menunjukkan posisi suatu benda sesuai
dengan arah mata angin.
d) Guru mengajak siswa untuk keluar kelas kemudian berdiri menghadap ke
arah matahari. Kemudian guru bertanya berada di sebelah manakah
35
di sebelah barat. Guru meminta siswa untuk merentangkan tangan dan
menentukan arah utara, selatan, barat, dan timur .
e) Siswa diminta untuk menuliskan benda-benda yang ada di arah utara,
selatan, barat, dan timur. Siswa ke depan kelas untuk membacakan
jawabannya siswa dapat memperagakannya dengan membentangkan
tangan kemudian siswa yang lain dapat memberi masukan. Guru
menyimpulkan benda-benda yang ada di arah utara, selatan, barat, dan
timur.
f) Guru meminta siswa mengamati gambar Pulau Papua dan siswa diminta
untuk mencari kota Wamena dan melingkarinya. Siswa menuliskan
batas-batas dari kota Wamena. Siswa juga menjawab pertanyaan yang telah
disediakan mengenai posisi kota Wamena.
g) Guru menjelaskan tentang legenda pada peta yang dibaca. Kemudian siswa
diminta membuat pulau impian sesuai dengan keinginan siswa dan disertai
dengan pertanyaan yang dibuat siswa.
h) Guru meminta siswa untuk membaca teks tentang kota Wamena dan
kemudian menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Setelah itu juga
siswa menyimpulkan dari teks yang telah dibaca dan mempresentasikan di
depan kelas.
i) Setelah itu guru memberikan sebuah lagu dari Papua yaitu lagu Apuse dan
guru mengajarkan cara membaca notasi angka dan panjang pendek lagu
tersebut.
j) Kemudian siswa diminta satu persatu menyanyikan lagu Apuse dengan
36
k) Siswa melakukan evaluasi dengan menjawab pertanyaan yang telah
disediakan.
c. Kegiatan Penutup
a) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan.
b) Guru melakukan tindak lanjut dengan memberikan motivasi kepada siswa
untuk tetap rajin belajar.
3. Tahap Observasi
a) Menganalisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran
b) Melakukan pengamatan terhadap penggunaan metode inquiry dalam
pembelajaran tematik pada kelas IVB.
c) Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang
terjadi pada saat pembelajaran.
d) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan atau
kekurangan yang terdapat pada proses pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
a) Menganalisis temuan yang didapatkan pada saat melakukan observasi.
b) Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran tematik
dengan menggunakan metode inquiry.
c) Melakukan refleksi terhadap kesesuaian media yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
37
Siklus II
Tema : Tempat Tinggalku
Sub Tema : Lingkungan Tempat Tinggalku Pembelajaran : 2 (dua)
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji
proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus
II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:
1. Tahap Perencanaan
a) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan pada siklus I.
b) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II
berdasarkan refleksi dari siklus I.
c) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar evaluasi
yang terdiri dari soal, sumber belajar, dan media yang akan digunakan
selama proses pembelajaran di kelas.
d) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi kerja kelompok
dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dengan menanyakan
kabar mereka
b) Sebelum memulai pelajaran guru mengingatkan siswa tentang kota Metro
38
menanyakan apa yang kalian ketahui tentang kota Metro dan Wamena?
dan siswa menjawab dengan mengangkat tangan
c) Kemudian guru menunjukkan peta Kepulauan Seribu, dan menanyakan
apa yang kalian pikirkan ketika mendengar Kepulauan Seribu? Dan
kira-kira berapa jumlah pulau di Kepulauan Seribu? Siswa pun menjawab
pertanyaan itu dengan bergantian, kemudian guru menulis jawaban itu di
papan tulis
b. Kegiatan Inti
a) Siswa membaca teks tentang kondisi alam Kepulauan Seribu. Kemudian
duduk berkelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dari
informasi yang siswa dapatkan siswa akan mendiskusikan dalam
kelompoknya. Setelah itu siswa diminta menceritakan kembali tentang
kondisi alam Kepulauan Seribu.
b) Siswa menjawab pertanyaan tentang kondisi alam Kepulauan Seribu.
c) Siswa mengamati gambar Kepulauan Seribu, dan kemudian siswa secara
bergantian menyebutkan nama-nama pulau yang ada di Kepulauan Seribu
berdasarkan arah utara, selatan, barat, dan timur.
d) Guru menanyakan kepada siswa apakah kalian tahu bahwa warna di peta
menunjukkan perbedaan daratan?
e) Guru menguatkan mengenai legenda warna pada peta setelah itu siswa
diminta menjawab pertanyaan tersebut mendiskusikannya dengan teman
39
f) Siswa diminta untuk mengamati peta pulau jawa kemudian siswa
menuliskan kota-kota yang merupakan dataran tinggi dan dataran rendah
pada lembar yang telah disediakan.
g) Siswa mengamati gambar pada buku kemudian membuat 5 pertanyaan
tentang kenampakan alam.
h) Kemudian siswa mendiskusikan hasil pengamatannya dan kemudian
menuliskan perbedaan dari ketiga tempat pada gambar.
i) Siswa melakukan wawancara kepada 5 orang teman kemudian siswa
menanyakan kepada temannya tentang tempat-tempat yang pernah mereka
kunjungi.
j) Kemudian siswa menuliskan hasil wawancaranya.
k) Siswa melakukan evaluasi dengan menjawab pertanyaan yang telah
disediakan.
c. Kegiatan Penutup
a) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan.
b) Guru melakukan tindak lanjut dengan memberikan motivasi kepada siswa
untuk tetap rajin belajar.
3. Tahap Observasi
a) Menganalisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran
b) Melakukan pengamatan terhadap penggunaan metode inquiry dalam
pembelajaran tematik pada kelas IVB.
c) Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang
40
d) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan atau
kekurangan yang terdapat pada proses pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
a) Menganalisis temuan yang didapatkan pada saat melakukan observasi.
b) Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran tematik
dengan menggunakan metode inquiry.
c) Melakukan refleksi terhadap kesesuaian media yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
d) Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.
Siklus III
Tema : Tempat Tinggalku
Sub Tema : Lingkungan Tempat Tinggalku Pembelajaran : 3 (tiga)
Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji
proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus
III. Adapun pelaksanaan pada siklus III ini meliputi:
1. Tahap Perencanaan
a) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan pada siklus II.
b) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III
41
c) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar evaluasi
yang terdiri dari soal, sumber belajar, dan media yang akan digunakan
selama proses pembelajaran di kelas.
d) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi kerja kelompok
dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dengan menanyakan
kabar mereka
b) Sebelum memulai pelajaran guru mengingatkan siswa tentang Kepulauan
Seribu, setelah kita mengenal Kepulauan Seribu sekarang kita akan
mengenal pulau Bali. Kemudian guru menunjukkan peta pulau Bali.
b. Kegiatan Inti
a) Siswa menganalisa pulau Bali. Siswa berdiskusi untuk menemukan
kenampakan alam yang ada di Bali dengan benar. Kemudian siswa
mempresentasikan di depan kelas.
b) Siswa mengamati rute rumah Paman di Denpasar. Siswa menjawab
pertanyaan dengan menjelaskan rute tersebut sesuai arah mata angin
Kemudian mendiskusikan dengan kelompok masing-masing.
c) Siswa mengamati denah rumah Made. Kemudian siswa membuat 5
pertanyaan tentang kenampakan alam. Kemudian pertanyaan tersebut
ditukarkan dengan teman sebangku dan meminta temannya untuk