• Tidak ada hasil yang ditemukan

FARMING DEVELOPMENT OF GOLDFISH WITH FISH FLOATING NET CAGES HOUSEHOLD AND WELFARE OF FARMERS (Pekurun Village In the Middle District of Abung Pekurun) PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN MAS DENGAN KERAMBA JARING APUNG DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FARMING DEVELOPMENT OF GOLDFISH WITH FISH FLOATING NET CAGES HOUSEHOLD AND WELFARE OF FARMERS (Pekurun Village In the Middle District of Abung Pekurun) PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN MAS DENGAN KERAMBA JARING APUNG DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETAN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

FARMING DEVELOPMENT OF GOLDFISH WITH FISH FLOATING NET CAGES HOUSEHOLD AND WELFARE OF FARMERS

(Pekurun Village In the Middle District of Abung Pekurun) By

Adi Mulyawan1, Wan Abbas Zakaria2, Dyah Aring H.L.2

Abstract

This study aims to : 1) Determine the financial feasibility of business KJA in the Pekurun Village, 2) Analyze the sensitivity of the financial feasibility of the business KJA in the village of Central Pekurun, and 3) To analyze the prospects for business development KJA in the village of Central Pekurun.

This research was conducted in the Pekurun village, District Pekurun, North Lampung. This research was conducted in Jan-May 2013. Data used in the form of primary data drawn from interviews with respondents farmers and secondary data drawn from relevant agencies. Data analysis methods used in the sampling method in this study is the census. Analysis of the data used to process the data in this study is a financial analysis and sensitivity analysis in floating net cages effort and welfare analysis.

The results of the study are: 1) The Net Present Value floating net cages of Rp 9,658,032.00 for small-scale, medium-scale Rp 61,247,160.00, and Rp 119,166,438.00 to large-scale. Floating net IRR of 23% for small-scale, 25% for medium-scale and 26% for the large-scale. Gross B/C business floating net cages 1.02 for small-scale, medium-scale and large-scale 1.02 and 1.03. Payback Period businesses floating net cages for small-scale 2 years 9 months 7 days, the medium-scale was for 1 year 7 months 5 days and large-scale for 2 years 9 months 7 days. 2) Based on the sensitivity analysis shows that the enlargement effort on KJA carp are sensitive to price increases of 3% of production inputs and sensitive to the decline in carp production by 50%. If there is a 3% increase in input prices, it will cause KJA effort is not feasible. If there is a decrease in 50% yield, it will cause the business KJA infeasible. 3) According to the criteria Sajogyo welfare, household farming in floating cages Pekurun Village Central District of Abung Pekurun small, medium, and large are in decent category.

(2)

PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN MAS DENGAN KERAMBA JARING APUNG DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

RUMAH TANGGA PETANI

(Di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun) Oleh

Adi Mulyawan1, Wan Abbas Zakaria2, Dyah Aring H.L.2

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui kelayakan finansial usaha Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Pekurun Tengah, 2) Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial usaha Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Pekurun Tengah, dan 3) Menganalisis prospek pengembangan usaha Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Pekurun Tengah.

Penelitian ini dilakukan di Kampung Pekurun, Kecamatan Pekurun, Kabupaten Lampung Utara. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Jan-Mei 2013. Data yang digunakan berupa data primer yang diambil dari hasil wawancara dengan petani responden dan data sekunder yang diambil dari instansi-instansi terkait. Metode analisis data yang digunakan dalam pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah metode sensus. Analisis data yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah analisis finansial dan analisis sensitivitas pada usaha keramba jaring apung serta analisis kesejahteraan.

Hasil dari penelitian yaitu : 1) Net Present Value keramba jaring apung sebesar Rp 29.658.032,00 untuk skala kecil, Rp 61.247.160,00 untuk skala sedang, dan Rp 119.166.438,00 untuk skala besar. IRR keramba jaring apung sebesar 23% untuk skala kecil, 25% untuk skala sedang dan 26% untuk skala besar. Gross B/C usaha keramba jaring apung untuk skala kecil 1,02, skala sedang 1,03 dan skala besar 1,02. Payback Period usaha keramba jaring apung untuk skala kecil 2 tahun 9 bulan 7 hari, skala sedang selama 1 tahun 7 bulan 5 hari dan skala besar selama 2 tahun 9 bulan 7 hari. 2) Berdasarkan analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan mas pada KJA sensitif terhadap kenaikan harga input produksi sebesar 3% dan sensitif terhadap penurunan produksi ikan mas sebesar 50%. Jika terjadi kenaikan harga input 3%, maka akan menyebabkan usaha KJA menjadi tidak layak. Jika terjadi penurunan hasil produksi 50%, maka akan menyebabkan usaha KJA menjadi tidak layak. 3) Menurut kriteria kesejahteraan Sajogyo, rumah tangga usaha budidaya keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun ukuran kecil, sedang, dan besar berada dalam kategori layak.

(3)

PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN MAS DENGAN

KERAMBA JARING APUNG DAN TINGKAT

KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI

(Di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun)

Oleh

ADI MULYAWAN

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAIN (M.Si)

pada

Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung

MAGISTER EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

SANWACANA

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT yang telah

memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan baik kepada keluarga, sahabat, dan penerus-penerus risalahnya hingga akhir zaman. Tesis dengan judul Pengembangan Budidaya Ikan Mas dengan Keramba Jaring Apung dan

Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani (Di Desa Pekurun Tengah

Kecamatan Abung Pekurunadalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agribisnis di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini;

2. Ibu Dr. Ir. Dyah Aring H.L., M.Si., selaku Pembimbing ke dua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini;

(8)

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

5. Bapak Dr. Ir. Agus Hudoyo, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bantuan dan sarannya;

6. Karyawan-karyawan di Program Pascasarjana Magister Agribisnis, Ibu Maria Ayi, Ibu Iin Kuntari, Bapak Bochari, dan Bapak Ibrahim atas bantuannya; 7. Istri dan anakku tercinta, Marge Karya Pertiwi, S.Pd., dan Ananda Ahmad

Rivai dan Nurkholis, yang telah memberikan perhatian, motivasi, kasih sayang dan do’a tak henti-hentinya;

8. Teman-teman angkatan 2011, yang senantiasa memberikan dukungan, saran, masukan, nasehat, dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini serta kebersamaan dan keceriaaan yang kita lalui bersama;

9. Teman-teman spesial : Yansen 11, Yuliana Saleh 11, Sinta 11, dan Wike 11, yang senantiasa memberikan dukungan, saran, arahan dan motivasi;

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

(10)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 52

A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian ... 55

B. Demografi Daerah Penelitian ... 54

C. Gambaran Waduk Way Rarem ... ... 56

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Keadaan Umum Responden ... 59

1. Umur Petani Responden ... 61

2. Tingkat Pendidikan ... 60

3. Pengalaman Responden ……….. 61

4. Jumlah dan Luas Keramba ... 61

B. Budidaya Keramba Jaring Apung ... 62

C. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya KJA ... 70

D. Analisis Sensitivitas Usaha Budidaya KJA ... 74

E. Analisis Kesejahteraan ... 77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 92

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Produksi perikanan tangkap dan budidaya di Lampung

Tahun 2008-2012 ... 2 2. Perkembangan luas lahan budidaya ikan di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2012 ... 3 3. Volume produksi perikanan budidaya air tawar

di Propinsi Lampung Tahun 2006-2010 ... .... 4 4. Potensi dan pemanfaatan perikanan budidaya di Kabupaten

Lampung Utara Tahun 2011 ... 7 5. Kriteria kemiskinan menurut Sayogyo ... 28 6. Penelitian terdahulu ... 30 7. Sebaran luas wilayah dirinci menurut penggunaan lahan tiap

desa, tahun 2012 ... .... 53 8. Sebaran luas wilayah dirinci menurut penggunaan lahan kering

tiap desa Tahun 2012 ... ... 54 9. Rincian luas wilayah dan jumlah penduduk tiap-tiap desa

di Kecamatan Abung Pekurun Tahun 2012 ... 55 10. Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut wilayah dan

lapangan usaha utama Kecamatan Abung Pekurun

berdasarkan mata pencaharian Tahun 2012 ... .... 55 11. Sebaran petani responden berdasarkan kelompok umur ... .... 59 12. Jumlah dan luas KJA setiap keluarga petani responden ... .... 62 .

13. Perhitungan biaya investasi usaha Keramba Jaring Apung (KJA)

di Kecamatan Abung Pekurun ... 66

(12)

14. Perhitungan biaya variabel usaha Keramba Jaring Apung

(KJA) di Kecamatan Abung Pekurun ... .... 67 15. Jumlah penggunaan tenaga kerja pada usaha Keramba Jaring

Apung di Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung

Utara ... .... 68 16. Jumlah produksi dan total penerimaan per tahun usaha

Keramba Jaring Apung (KJA) tahun 2012 ... .... 69 17. Analisis finansial usaha Keramba Jaring Apung pada tingkat

suku bunga 12 % (df = 12 %) ... .... 71 18. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga pakan 3 % ... ... 75 19. Analisis sensitivitas terhadap penurunan produksi 50 % ... 76 20. Pendapatan Keramba Jaring Apung di Kecamatan Abung

Pekurun Kab. Lampung Utara per responden tahun 2012 ... 77 21. Pendapatan budidaya KJA dari kegiatan usahatani karet di Desa

Pekurun Tengah per responden tahun 2012... 79 22. Pendapatan rumah tangga petani Keramba Jaring Apung

Tahun 2012 di Desa Pekurun Tengah ... ... 80 23. Pengeluaran rumah tangga petani budidaya KJA

tahun 2012 di Desa Pekurun Tengah ... ... 82 24. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani budidaya di Desa

Pekurun dengan pendekatan pengeluaran perkapita per tahun

dengan kriteria Sajogyo (1997)... 85 25. Identitas Responden Usaha Keramba Jaring Apung ... 93 26. Biaya investasi Keramba Jaring Apung ... 94 27. Biaya operasional (sarana produksi) usaha Keramba Jaring Apung.. 97 28. Biaya operasional (tenaga kerja) usaha Keramba Jaring Apung .... 98 29. Perhitungan cash flow usaha Keramba Jaring Apung ... 104 30. Analisis finansial usaha Keramba Jaring Apung (kecil) ... 107 31. Analisis finansial usaha Keramba Jaring Apung (sedang)... 108

(13)

pakan naik 3%) (kecil)... 110 34. Analisis sensitivitas usaha Keramba Jaring Apung (biaya input

pakan naik 3%) (sedang)………... 111 35. Analisis sensitivitas usaha Keramba Jaring Apung (biaya input

pakan naik 3%) (besar)………... 112 36. Analisis sensitivitas usaha Keramba Jaring Apung (produksi

turun 50 %) (kecil)... ... 113 37. Analisis sensitivitas usaha Keramba Jaring Apung (produksi

turun 50 %) (sedang)... ... 114 38. Analisis sensitivitas usaha Keramba Jaring Apung (produksi

turun 50%) (besar) ... 115 39. Pendapatan total rumah tangga dari usaha Keramba Jaring

Apung ... 116 40. Pengeluaran pangan rumah tangga usaha Keramba Jaring

Apung ... 117 41. Pengeluaran non pangan rumah tangga usaha Keramba Jaring

Apung ... 117 42. Kesejahteraan rumah tangga usaha Keramba Jaring Apung

... 118 43. BI Rate dan Suku Bunga Kredit Rupiah tahun 2012 –2013……... 119

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran pengembangan budidaya ikan mas dengan keramba jaring apung dan tingkat kesejahteraan

rumah tangga petani ... 37 2. Peta waduk dan bendungan Way Rarem ... 58

3. Lokasi Usaha KJA ... 120

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya potensi hasil komoditi pertanian Indonesia ditunjukkan dengan keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan swasembada beras di tahun 1984. Namun, keberhasilan tersebut belum diiringi oleh adanya swasembada pangan lainnya terutama hasil komoditi perikanan yaitu ikan. Oleh karena itu, di era Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) periode 2010-2014, semangat bahari ditransformasikan ke dalam tindakan dan kegiatan ekonomi melalui revolusi biru.

(16)

2

di 33 provinsi, diantaranya 114 berbasis perikanan budidaya dan 87 perikanan tangkap. Salah satu lokasi yang dipilih adalah Provinsi Lampung.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung (2012), menyebutkan realisasi produksi perikanan tangkap di Lampung pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 12,84 persen atau 22.235 ton dari tahun 2011 yaitu sebesar 173.084 juta ton. Produksi perikanan budidaya di Lampung dengan periode yang sama juga mengalami penurunan sebesar 8,33 persen atau 8.916 ton dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 106.990 ton. Perkembangan produksi perikanan tangkap dan budidaya di Lampung tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan produksi perikanan tangkap dan budidaya di Lampung Tahun 2008-2012

Tahun Volume Produksi (Ton)

Perikanan Tangkap

Perkembangan (∆) Perikanan Budidaya

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2012

(17)

tangkap mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 12,87 persen akibat berkurangnya jumlah perikanan budidaya yang mencapai 8.919 ton. Penurunan volume produksi perikanan tangkap jauh lebih baik dibandingkan dengan volume produksi perikanan budidaya. Volume produksi perikanan budidaya hanya

mengalami peningkatan pada tahun 2008 ke 2009, sedangkan tiga tahun

berikutnya mengalami penurunan. Penurunan volume produksi terbesar terjadi pada tahun 2010 ke 2011 sebesar 79.168 ton akibat gagal panen yang dialami petambak ikan.yang mengalami penurunan produksi. Penurunan volume produksi secara keseluruhan terjadi meskipun lahan yang dipergunakan untuk budidaya rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan luas lahan budidaya ikan di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan luas lahan budidaya ikan di Provinsi Lampung Tahun Luas Lahan Budidaya (Ha)

Tambak ∆ Sawah ∆ Jaring Apung

∆ Keramba ∆

(%) (%) (%) (%)

2008 50.181 - 2.561 - 85.760 - 37.020 - 2009 50.249 0,13 1.575 -38,00 131.460 53,20 86.880 134,60 2010 50.162 -0,17 1.752 11,20 123.100 -6,35 55.590 -36,00 2011 35.304 -29,60 1.553 -11,30 231.290 87,80 42.800 -23,00 2012 35.158 -0,41 1.238 -20,00 296.180 28,00 981.800 129,00

Jumlah 221.054 -30,05 8.679 -58,10 867.790 162,65 1.204.090 204,60 Rata-rata 44.211 -7,51 1.736 -14,53 173.558 40,66 240.818 51,15

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2012

Tabel 2 menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir pemerintah terus

(18)

4

keramba merupakan teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk. Waduk merupakan perairan umum yang sangat potensial dikembangkan untuk budidaya ikan air tawar. Dengan demikian, dengan memanfaatkan perairan umum (danau dan waduk) tersebut diharapkan target pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan hingga 3,53 persen dari perikanan budidaya dapat tercapai. Volume produksi perikanan budidaya air tawar Tahun 2008-2012 di Provinsi Lampung dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Volume produksi perikanan budidaya air tawar di Provinsi Lampung Tahun 2006-2010

Tahun Volume Produksi (Ton)

Nila ∆ Mas ∆ Patin ∆ Lele ∆ Gurame ∆

(%) (%) (%) (%) (%)

2008 2.691 - 4.629 - 3.333 - 3.702 - 1.477 - 2009 4.635 72,20 7.132 54,00 2.538 -23,80 5.580 50,70 2.312 56,50

2010 4.470 -3,50 8.922 25,09 2.943 15,90 7.105 27,30 2.786 20,50 2011 4.329 -3,10 7.769 -12,90 3.364 14,30 5.572 -21,50 3.453 23,90

2012 5.727 32,20 7.692 -0,90 4.782 42,10 7.096 27,30 4.098 18,60

Jumlah 21.852 97,80 36.144 65,29 16.960 48,50 29.055 83,80 14.126 119,50 Rata-rata 4.370 24,45 7.229 16,32 3.392 12,13 5.811 20,95 2.825 29,88

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2012

(19)

demikian, petani dapat memanfaatkan potensi perairan tawar di Lampung yang masih luas untuk melakukan budidaya ikan mas.

Faktor lain yang mendorong peningkatan volume produksi ikan mas adalah nilai jualnya yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jual ikan tawar lainnya yang memiliki tingkat permintaan pasar tinggi (seperti lele) yaitu berkisar Rp 18.000,00 – Rp 20.000,00/kg. Harga jual ikan mas akan mempengaruhi tingkat penerimaan petani pembudidaya. Tujuan utama petani melakukan usaha budidaya untuk memperoleh pendapatan yang maksimal sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga mereka. Semakin tinggi harga jual ikan mas dan terlebih lagi harga tersebut memiliki kestabilan, maka akan lebih memacu petani untuk meningkatkan pembudidayaan ikan tersebut. Harga jual ikan mas sangat dipengaruhi oleh tingkat penawaran dan permintaannya di pasaran. Tingkat permintaan ikan nasional mencapai 1,3 juta ton per tahun. Angka tersebut masih dipenuhi dari produksi dalam dan luar negeri. Dengan demikian, untuk

mencukupi kebutuhan konsumsi perikanan maka peluang petani untuk melakukan budidaya perikanan dengan memanfaatkan potensi perairan yang ada masih terbuka lebar.

(20)

6

tersebut masih memiliki potensi luasan untuk dijadikan keramba jaring apung untuk produksi ikan air tawar masih sebanyak 27,5 ha. Hal ini berarti bahwa waduk di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara masih dapat dikembangkan usaha keramba jaring apung untuk produksi ikan air tawar.

B. Perumusan Masalah

Ikan mas merupakan ikan konsumsi air tawar yang cukup berkembang di Indonesia. Permintaan terhadap produk ikan mas segar cukup besar dan menjadikan ikan mas sebagai salah satu ikan favorit masyarakat. Dengan demikian, ikan mas banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Dalam

pembudidayaannya, ikan mas cocok dibudidayakan dalam air deras atau memiliki ombak kecil. Dengan demikian, ikan mas dapat dibudidayakan di perairan tawar yang memiliki ombak kecil seperti waduk, danau, dan sungai.

Kabupaten Lampung Utara merupakan daerah pengembangan budidaya perikanan air tawar yang memiliki daerah aliran-aliran hulu sungai dan memiliki banyak jaringan-jaringan irigasi teknis seperti bendungan Way Rarem, Way Tulung Mas, Way Abung, Tirta Shinta, dan Way Tebabeng yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar, baik potensi wilayah maupun sumberdaya alam. Selain pada perairan umum, potensi perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Utara terdapat pada potensi lahan dengan jenis usaha kolam, tanah, kolam pekarangan, kolam air deras, keramba, jaring apung, dan mina padi. Dari

(21)

ikan yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Utara (2012),

jumlah produksi ikan mas pada tahun 2011 mencapai 2016,60 ton. Adapun luasan potensi lahan, pemanfaatan lahan, dan peluang lahan yang masih bisa diusahakan di Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Potensi dan pemanfaatan perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011

Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lampung Utara, 2012

(22)

8

peluang besar untuk memanfaatkan waduk untuk mengembangkan budidaya keramba jaring apung (KJA). Dengan memanfaatkan potensi waduk tersebut, maka diharapkan terjadi peningkatan produksi, pendapatan, konsumsi hasil perikanan, dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara secara finansial layak untuk dikembangkan?

2. Apakah kelayakan finansial usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara sensitif terhadap perubahan biaya produksi dan hasil produksi ikan mas?

3. Bagaimana kesejahteraan rumah tangga petani usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kelayakan finansial usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara. 2. Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial usaha keramba jaring apung

(23)

3. Menganalisis kesejahteraan rumah tangga petani usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Dinas/Instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan, serta memberikan penyuluhan terkait teknik dan cara budidaya perikanan air tawar serta pemanfaatan potensi waduk di Kabupaten Lampung Utara guna merealisasikan program pemerintah berkaitan dengan usaha peningkatan produksi perikanan ait tawar serta meningkatkan kesejahteraan masyakatnya.

2. Petani, sebagai masukan dalam mengambil keputusan dan penggunaan faktor-faktor produksi dalam pengelolaan usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Perkembangan Perikanan Air Tawar pada Keramba Jaring Apung (KJA)

Menurut Rochdianto (2000), usaha ke arah pembudidayaan ikan di perairan umum kian hari memang terasa kian mendesak. Hal ini perlu dimaklumi karena jumlah permintaan ikan sebagai salah satu sumber protein hewani terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu, usaha penangkapan ikan yang tidak

diimbangi dengan usaha budidaya dan penebaran ikan (restocking), lambat laun akan mengganggu kelestarian sumber daya perairan umum.

(25)

Budidaya ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) sudah dilakukan sejak tahun 1978 di perairan Situ Lido Bogor, dikembangkan oleh Balai Penelitian Perikanan Darat yang sekarang menjadi Balai Riset Perikanan Air Tawar. Kemudian teknologi ini pada tahun 1982 diterapkan di Waduk Jatiluhur, Kelapa Dua dan Cibubur Jakarta, tahun 1984 di Danau Tondano Sulawesi Utara, Cekdam Guna Sari Jawa Barat, pada tahun 1986 di Riam Kanan Kalimantan selatan serta Danau Toba Sumatera Utara. Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa budidaya ikan di KJA memiliki prospek cerah (Rochdianto, 2000).

2. Budidaya Ikan Mas pada Keramba Jaring Apung (KJA)

Penerapan budidaya ikan air tawar dalam Keramba Jaring Apung (KJA) akan memberikan keuntungan yang lebih jika dibandingkan dengan memanfaatkan lahan sebagai kolam. Keuntungan tersebut yaitu berupa ongkos produksi untuk penyediaan tanah (untuk membangun kolam) berkurang, dapat mengatasi berkurangnya lahan budidaya ikan akibat terdesak oleh kegiatan pertanian, industri serta pembangunan perumahan. Secara teknis keuntungan yang diperoleh antara lain adalah intensifikasi produksi ikan dan optimasi penggunaan pakan dapat diterapkan, pesaing dan pemangsa ikan mudah dikendalikan serta pengelolaan dan pemanenan tidak terlalu rumit (Rochdianto, 2000).

(26)

12

mas tidak pernah surut, bahkan menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, kondisi ini bisa dilihat dari ketersediaannya di pasaran.

Meningkatnya jumlah permintaan pasar terhadap ikan mas, secara tidak langsung harus dibarengi dengan peningkatan pasokan. Kondisi ini bisa iartikan bahwa peluang untuk mengembangkan usaha ikan mas masih terbuka sehingga perlu adanya budidaya ikan mas secara terus menerus (Khairuman, 2002)

Ikan mas (Cyprinus carpio, L) merupakan jenis ikan yang sangat mudah ditemui di pasar. Di antara jenis ikan air tawar, ikan mas merupakan ikan yang termasuk paling digemari oleh para konsumen. Hal tersebut

dikarenakan hasil olahan ikan mas memiliki rasa yang gurih dan harga yang relatif tinggi dibandingkaan dengan harga jual ikan air tawar lainnya.

(27)

kayu, bambu atau besi serta pemberian jangkar di setiap sudutnya. Ukuran kantong keramba jaring disesuaikan dengan jenis, ukuran dan kepadatan ikan yang akan dipelihara (Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2005).

Jaring yang digunakan untuk pembesaran ikan mas adalah jaring yang memiliki mata jaring 1 inci (2,5 cm). Bahan yang digunakan harus

memenuhi beberapa syarat yang layak seperti simpul kuat dan halus/tanpa simpul, tidak melukai ikan, dapat melindungi ikan dari predator, mudah dipotong dan dirajut serta mudah dibersihkan. Bahan jaring biasanya dibuat dari bahan polietilen. Budidaya ikan pada KJA terdiri dari sistem jaring tunggal (monokultur) dan sistem jaring kolor (polikultur).

3. Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi kelayakan bisnis,masing-masing aspek saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri (Kasmir dan Jakfar, 2009). Aspek yang perlu diperhatikan terbagi dalam dua kelompok, yaitu aspek finansial (keuangan) dan non finansial. Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Walaupun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi umumnya penelitian akan

(28)

14

dalam investasi tersebut, maka terkadang juga ditambahkan studi tentang dampak sosial (Husnan dan Muhamad, 2000).

a. Aspek Pasar

Aspek pasar dan pemasaran terdiri dari permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan (Kasmir, 2012) :

1) Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan proyeksi permintaan. 2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang

berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah dan sebagainya.

3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

4) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan dan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk dan pada tahap apa produk akan dibuat. 5) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan dan market share

yang bisa dikuasai perusahaan.

(29)

7) Faktor persaingan perlu diperhatikan dari perusahaan sejenis terutama terhadap usaha yang telah ada dan kemungkinan tentang berdirinya usaha sejenis lainnya di masa yang akan datang.

b. Aspek Teknis

Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Aspek teknis membahas tentang lokasi proyek, luas produksi, lay out

pabrik dan pemilahan jenis teknologi dan equipment (Husnan dan Muhamad, 2000).

1) Lokasi proyek mencakup dua pengertian yakni lokasi dan lahan pabrik serta lokasi untuk bukan pabrik. Pengertian kedua menunjuk pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yakni meliputi bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran. Pemilihan lokasi pabrik harus memperhatikan variabel-variabel utama dan bukan utama.

(30)

16

kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. Perencanaan produksi tergantung pada pangsa pasar dari produk yang dihasilkan.

3) Lay out merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian lay out mencakup lay out site (lay out lahan lokasi proyek), lay out pabrik,

lay out bangunan bukan pabrik dan fasilitasnya. Lay out pabrik terdiri dari dua tipe utama yaitu lay out fungsional (lay out process) dan lay out produk (lay out garis). Dalam lay out fungsional mesin-mesin dan peralatan yang mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan dan ditempatkan dalam suatu ruang/tempat tertentu. Pada lay out produk, mesin dan peralatan disusun berdasarkan urutan dari opersi pembuatan produk.

4) Pemilihan jenis teknologi dan equipment. Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Pemilihan equipment dipengaruhi oleh proses produksi yang dipilih, derajat mekanisasi dan luas produksi yang ditetapkan. 5) Penggunaan input yang dibutuhkan bagi produksi suatu komoditi.

Input atau faktor produksi atau sumber-sumber daya produktif secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni modal

(31)

yang berubah-ubah atau input variabel (variable input). Berdasarkan klasifikasi ini, maka modal dianggap sebagai biaya tetap, sedangkan tenaga kerja dianggap sebagai biaya variabel.

c. Aspek Manajemen

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan proyek yang meliputi pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, siapa yang melakukan studi masing-masing aspek pemasaran, teknis dan sebagainya. Manajemen dalam operasi meliputi bentuk

organisasi/badan usaha yang dipilih, struktur organisasi (deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan), anggota direksi dan tenaga-tenaga kunci.

Umar (2005) menambahkan bahwa struktur manajemen antar

perusahaan ada kemungkinan terdapat perbedaan. Hal ini disesuaikan dengan skala usaha, strategi perusahaan serta keadaan karyawan perusahaan yang bersangkutan. Jika perusahaan masih dalam skala mikro, maka tidak diperlukan direktur utama.

d. Aspek Hukum

(32)

18

dana yang berupa pinjaman, dan berbagai izin, akta, sertifikat yang diperlukan untuk kegiatan usaha (Husnan dan Muhamad, 2000).

e. Aspek Lingkungan

Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh usaha tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya usaha menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu usaha justru akan menunjang kelangsungan suatu usaha itu sendiri, sebab tidak ada usaha yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina, 2009).

Dengan kata lain, pada aspek lingkungan suatu bisnis akan berjalan lama jika usaha yang dijalankan tersebut tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan sekitar seperti polusi udara, suara, air dan sebagainya. Jika hal tersebut mungkin terjadi dan tidak dapat

dihindari, maka tindakan seperti apa yang perlu dilakukan perusahaan untuk mengatasi hal tersebut.

f. Aspek Keuangan/Finansial

(33)

dapat berdiri sendiri. Analisis finansial menitikberatkan kepada pendekatan individu yaitu analisis yang melihat suatu hasil kegiatan proyek dilihat dari segi individu dalam hal ini bisa perorangan, perseroan, CV ataupun kelompok usaha lainnya yang berhubungan langsung dengan proyek. Proyek-proyek yang akan dilakukan swasta pada umumnya cukup hanya dianalisis secara analisis finansial saja, sedangkan proyek-proyek pemerintah pada umumnya dianalisis secara analisis finansial dan ekonomi (Choliq dan Hasan, 1999).

Menurut Choliq dan Hasan (1999), unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam perhitungan kelayakan suatu proyek yaitu: 1) Harga, analisis finansial menggunakan harga yang berlaku

setempat atau market price atau harga yang diterima oleh pengusaha.

2) Subsidi, besarnya subsidi dalam analisis finansial merupakan keringanan karena mengurangi biaya. Adanya subsidi akan menambah benefit, dengan perkataan lain subsidi tidak diperhitungkan dalam biaya proyek

3) Pajak, besarnya pajak dalam analisis finansial diperhitungkan dalam biaya proyek.

(34)

20

5) Bunga modal, besarnya bunga modal dalam analisis finansial dibedakan atas bunga yang dibayarkan kreditur, dianggap biaya dan untuk bunga atas modal proyek tidak dianggap biaya.

Menurut Kadariah (1999), proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Aktivitas suatu proyek dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dilakukan analisis proyek adalah untuk memperbaiki penilaian investasi. Sebelum proyek dilaksanakan, perlu dilakukan pemilihan sumberdaya yang tepat. Jika terjadi kesalahan pemilihan, sumber-sumber yang tersedia akan terbatas dan mengakibatkan pengorbanan sumberdaya yang langka.

Investasi yang dilakukan baik pada industri maupun di bidang lain, pada dasarnya merupakan usaha menanamkan faktor-faktor produksi langka dalam suatu proyek tertentu. Proyek itu sendiri dapat bersifat baru sama sekali, atau perluasan proyek yang ada.

(35)

1) Analisis finansial, dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek.

2) Analisis ekonomi, dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan.

Menurut Gittinger (1986), tujuan utama analisis finansial dalam pertanian yaitu untuk menentukan berapa banyak petani mendapatkan keuntungan dari usaha pertanian. Para petani harus bertanggung jawab terhadap proyek yang sedang dijalankan. Hal tersebut tentunya untuk mengetahui berapa besar penerimaan dan pengeluaran yang akan diterima petani tersebut di masa yang akan datang.

Perhitungan finansial dalam penelitian ini menggunakan metode

Compound dan Discount atas dasar tingkat suku bunga yang berlaku. Metode compounding bertujuan untuk mengetahui berapa manfaat dan perolehan dari unit usaha, jika dinilai dengan uang sekarang dari investasi yang sudah ditanam. Metode discount bertujuan untuk mengetahui berapa manfaat dan perolehan dari unit usaha, jika dinilai dengan uang sekarang karena pengaruh laju inflasi yang besarnya diduga dengan pengurangan (Suratiyah, 2009). Hal ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keuntungan dan nilai uang yang digunakan pada usaha tersebut.

(36)

22

1) Analisis digunakan sebagai alat perencanaan dalam pengambilan keputusan, baik dalam pendanaan tenaga kerja seperti tanggung jawab pimpinan, bawahan, dan hubungan dengan lembaga lain. 2) Analisis digunakan sebagai pedoman di dalam pengawasan. 3) Analisis digunakan sebagai anggaran dalam memperhitungkan

biaya-biaya proyek.

Tujuan dari analisis atau evaluasi proyek adalah:

1) Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai dalam investasi suatu proyek.

2) Menghindari pemborosan sumber-sumber yang terbatas dengan jalan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan. 3) Mengadakan penilaian terhadap kesempatan investasi yang ada

sehingga dapat memilih alternatif proyek yang baik.

Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya analisis finansial antara lain adalah untuk menilai kelayakan suatu proyek atau dengan kata lain untuk menghindari keterlanjutan penanaman modal yang

besar untuk kegiatan yang tidak menguntungkan.

Menurut Kadariah dkk (1999), untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek maka dapat digunakan beberapa metode, antara lain :

1) Net Present Value (NPV)

(37)

atau pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai sekarang dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

a) Bila NPV > 0, maka proyek dikatakan menguntungkan

b) Bila NPV = 0, maka proyek dikatakan pada keadaan break event point

c) Bila NPV < 0, maka proyek dikatakan tidak menguntungkan.

2) Gross B/C Ratio

Adalah perbandingan antara present value penerimaan dari suatu investasi dengan present value biaya yang telah dikeluarkan. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut :

a) Bila Gross B/C > 1, maka proyek layak untuk dijalankan b) Bila Gross B/C = 1, maka proyek dalam keadaan break event

point

c) Bila Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dijalankan.

3) Internal Rate of Return (IRR)

(38)

24

4) Payback Period (Pp)

Menurut Ibrahim (2003), mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Karena itu, satuan hasilnya bukan presentasi, tetapi satuan waktu. Apabila periode payback lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan,

sedangkan jika lebih lama maka proyek ditolak.Kelemahan metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan untuk digunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, memang tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini.

Dalam prakteknya, yang dipergunakan adalah payback yang umumnya dari perusahaan-perusahan sejenis. Kelemahan lainnya yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of money). Kelemahan ini diatasi dengan penggunaan discounted payback,

dimana aliran kas operasional tersebut dan juga terminal cash flow

di-discounted-kan dengan tingkat bunga yang relevan. Terdapat satu lagi kelemahan yang tidak dapat dihindari yaitu diabaikannya aliran kas setelah periode payback.

(39)

4. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) adalah meneliti suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger, 1986). Analisis kepekaan (Sensitivity Analysis)

membantu menemukan unsur yang sangat menentukan hasil proyek. Analisis tersebut dapat membantu mengarahkan perhatian pada variabel-variabel yang penting untuk memperbaiki perkiraan-perkiraan dan memperkecil

ketidakpastian. Pada penelitian ini, analisis tersebut digunakan dengan mengubah besarnya variabel-variabel yang penting dengan suatu persentase dan menentukan berapa pekanya hasil perhitungan tersebut terhadap

perubahan-perubahan tersebut (Kadariah, 2001).

Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan usaha, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat adanya keadaan yang berubah-ubah atau jika ada kesalahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat. Hal ini dikarenakan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, biasanya didasarkan pada proyeksi – proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perubahan - perubahan yang terjadi dalam dasar

perhitungan biaya produksi ataupun manfaat memiliki kemungkinan antara lain :

a. Kenaikan dalam biaya produksi ataupun peralatan yang digunakan, b. Perubahan dalam harga jual hasil produksi, misalnya karena harga

(40)

26

c. Terjadinya kesalahan perhitungan dalam hasil per satuan luas, d. Keterlambatan dalam proses pelaksanaan proyek, dan

e. Adanya perubahan dalam volume hasil produksi, dan lain-lain.

Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan

pertambahan waktu. Dengan demikian, analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Kasmir, 2003).

Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa terdapat dua kelemahan dalam metode analisis sensitivitas, yakni :

a. Setiap orang bisa saja mempunyai taksiran yang berbeda dalam

menentukan taksiran pesimistis dan optimistis. Taksiran pesimistis adalah probabilitas untuk mencapai angka penjualan tertentu (dalam kasus penjualan). Taksiran optimistis adalah probabilitas untuk mencapai angka penjualan yang diharapkan dapat memberikan keuntungan.

(41)

melebihi apa yang diharapkan, boleh jadi permintaan akan produk tersebut menguat, sehingga harga jual mungkin lebih besar dari yang diharapkan.

5. Tingkat Kesejahteraan

Kesejahteraan menggambarkan kepuasan seseorang karena kegiatan

konsumsi dari pendapatan yang diperoleh. Kepuasan yang diperoleh bersifat relatif tergantung jumlah pendapatan yang diperoleh. Kesejahteraan ekonomi merupakan kesejahteraan yang bersifat lahiriah sehingga bersifat nyata (tangible) dan dapat diukur (measurable). Pengukuran dapat dilakukan terhadap kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan dan kebutuhan yang bersifat kebendaan lainnya (Sawidak,1985)

Metode analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani usaha KJA di Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara adalah analisis kuantitatif. Analisis ini menggunakan tingkat pendapatan per kapita per tahun yang diperuntukkan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani. Pendapatan yang dimaksud yaitu total pendapatan keluarga dari usaha Keramba Jaring Apung (KJA) dan non usaha KJA dalam satu tahun dibagi jumlah tanggungan rumah tangga.

(42)

28

pangan cenderung akan semakin kecil. Tingkat pengeluaran rumah tangga akan berbeda satu dengan lainnya berdasarkan pada golongan tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, status sosial dan prinsip pangan. Hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan rumah tangga sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan (Mosher,1987).

Pengeluaran tersebut kemudian dikonversikan ke dalam ukur setara beras dalam satuan kilogram dengan tujuan untuk melihat tingkat kemiskinan. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan secara matematis tersebut, kriteria kesejahteraan/ kemiskinan rumah tangga dapat digolongkan menjadi paling miskin, miskin sekali, dan miskin. Kriteria kemiskinan menurut Sayogyo (1979) dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Kemiskinan di perdesaan

No Kriteria Tingkat Kemiskinan Patokan Setara Beras 1 Paling Miskin < 180 Kg setara beras/tahun 2 Miskin Sekali < 240 Kg setara beras/tahun

3 Miskin < 320 Kg setara beras/tahun

4 Layak > 320 Kg setara beras/tahun

(43)

B. Penelitian Terdahulu

Adapun tinjauan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

(44)

Tabel 6. Penelitian terdahulu

No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Mungky 2001 Desain Investasi Usaha Pembesaran Ikan Kolam Jaring Apung Sistem Tunggal (Monokultur) Dengan Studi Kasus Pada KJA Batuhapur, Waduk dengan tiga kali musim tanam.

Luas kolam 1.568 m2 (32 unit kolam) dengan produksi total ikan mas 48.000 kg/tahun. Produktivitas lahan sebesar 10,20 kg/m2. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp

5.000,00/kg. Penerimaan total pertahun sebesar Rp 240.000.000,00 dengan biaya total sebesar Rp 215.976.960,00 per tahun. Pendapatan pertahun sebesar Rp 24.023.000,00 Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) sebesar 1,1. Nilai NPV sebesar Rp

98.952.800,00 dengan tingkat diskonto 16 persen. Nilai IRR sebesar 34 persen yang berarti usaha memberikan pendapatan sebesar 34 persen/tahun dari modal yang diinvestasikan. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,93. setahun dengan dua kali

(45)

Toba Kabupaten Toba jumlah unit kolam yang diteliti.

38.181.700,00 Nilai R/C Ratio sebesar 1,27. Nilai NPV sebesar Rp 55.495.600,00 dengan tingkat diskonto 18 persen. Nilai IRR sebesar 57,39 persen yang berarti usaha memberikan penerimaan sebesar 57,39 persen/tahun dari modal yang diinvestasikan. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 2,5.

3 Maulana 2003 Kelayakan Usahatani Pembesaran Dan setahun dengan tiga kali musim tanam.

Luas usaha KJA monokultur 196 m2 (empat unit kolam). Produksi rata-rata usahatani KJA monokultur 14.400 kg/tahun. Produktivitas lahan sebesar 73,47 kg/m2. Harga ikan nila di tingkat petani senilai Rp 3.800,00/kg.

Penerimaan rata-rata pertahun usahatani KJA monokultur sebesar Rp 54.720.000,00 dengan biaya rata-rata sebesar Rp 42.180.642,85/tahun. Jumlah pendapatan pertahun sebesar Rp

12.539.357,15. Nilai R/C Ratio sebesar 1,297. Nilai NPV sebesar Rp 53.856.359,94 dengan tingkat diskonto 12 persen. Nilai IRR sebesar 1,79 persen. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 7,59.

4 Perdana 2008 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada

Keramba Jaring Apung

Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keuntungan usaha, kelayakan finansial dan analisis sensitivitas.

(46)

32

No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

(KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak Banten

37,14 persen. Ukuran ikan mas yang dijual antara 125-250 gram per ekor, sedangkan ikan nila sekitar 320-500 gram per ekor mas

sebanyak 13,43 ton/musim tanam dan ikan nila sebanyak 1,70 ton/musim tanam.

5 Hendrik 2009 Usaha dan Potensi bersih, BCR, PPC, dan FRR. Unit usaha yang dianalisa terdiri dari satu unit keramba yang lama nya panen selama 8 bulan.

Hasil KJA berkisar antara 0,8 kg/ekor= 1.080 kg. Harga jual per kilogram = Rp 110.000, jadi total pendapatan dari KJA sebesar Rp

118.800.000,. Hasil tangkapan bersih rata-rata per bulan 200 kg dijual seharga Rp 7.500,00/kg jadi total pendapatan kotor untuk hasil

tangkapan adalah 8 x Rp 1.500.000,00 = Rp 12.000.000,00. Total pendapatan kotor KJA dan usaha penangkapan menjadi Rp

130.800.000,00. Total penerimaan Rp. 130.800.000,00. Total biaya Rp.

82.691.000,00. Pendapatan bersih (1-2) Rp. 44.109.000,00. Investasi Rp. 118.275.000,00. BCR 1,58 FRR 0,377. Paybcak Periode 2,68 atau 1,79 tahun.

(47)

No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian 6 Saputra 2011 Produktivitas dan

Kelayakan Usaha Tuna

Produktivitas tuna longliner di Kabupaten Cilacap relative rendah (0,045 ton/GT/Tahun). Rendahnya produktivitas dikarenkan telah terjadinya pemanfaatan yang fully-exploited, hal ini ternyata mengakibatkan usaha penangkapan ikan mengunakan tuna longliner di Kabupaten Cilacap sudah tidak layak berdasarkan indikator NPV, IRR dan Payback Period.

7 Yulinda 2012 Analisis Finansial Usaha Pembebihan Ikan Lele Dumbo (Clarios Gariepinus) Kelurahan Lembah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata berat induk jantan yaitu 1,38 kg dan rata-rata berat induk betina 1,53 kg, rata-rata total penerimaan (TR) yang diperoleh petani yaitu sebesar Rp 5.150.000,00 per panen dengan rata-rata pendapatan (Pd) sebesar Rp 1.745.194,00 per panen dan rata-rata RCR pada usaha pembenihan ini sebesar 1,55. Jika dilihat dari nilai RCR tersebut (RCR>1) maka rata-rata usaha pembenihan ikan lele dumbo di kelurahan lembah sari layak untuk dilanjutkan. Nilai rata-rata ROI pada usaha pembenihan ikan lele dumbo yaitu 55,81 % per panen.

8 Sumawidjaja 2002 Pembesaran Ikan Bandeng, Chanos Chanos, dalam

Penelitian ini

menggunakan analisis ragam

(48)

34

No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Keramba Jaring Apung di Laut pada Berbagai Padat Penebaran

pertumbuhan, kelangsungan hidup, efisiensi pemberian pakan serta panjang dan berat ikan akhir masing-masing dengan rata-rata 2,32 %, 81,8 %, 63,8 %, 185,2 mm dan 64 gram

biomassa akhir (Y) meningkat dari 3,66 hingga 12,05 kg/m2 dengan meningkatnya padat pembesaran (X) dengan persamaan Y= 0,056x – 0,45 (P<0,05).

Nilai rata-rata NPV sebesar Rp 13.504.227,58 (NPV bernilai positif), nilai rata-rata B/C ratio sebesar 1,02 (B/C >1) dan rata-rata IRR sebesar 23,74 %, yang artinya usaha perikanan cantrang di pelabuhan perikanan Pantai Tawang dapat dikatakan layak dilanjutkan.

Tingkat produksi maksimum lestari (MSY) ikan layur sebesar Rp. 198.548,00 kg per tahun. Hasil ekonomi maksimum lestari (MEY) ikan layur sebesar 184.487 kg per tahun. Jumlah penangkapan untuk mencapai tingkat produksi maksimum lestari (MSY) adalah sebesar 18.140 trip per tahun sedangkan keuntungan hasil ekonomi maksimum lestari (MEY) akan dicapai saat dilakukan upaya penangkapan 13.312 trip per tahun, analisis R/C menunjukkan bahwa investasi layak untuk dilanjutkan.

(49)

Usaha Keramba Jaring Apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun merupakan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan konsumsi perikanan di Lampung, sehingga perlu diperhitungkan biaya yang telah dikorbankan dan pendapatan yang diperoleh. Untuk memperoleh informasi usaha yang dijalankan petani di Waduk Way Rarem menguntungkan atau tidak, maka dilakukan suatu analisis yang diukur dari besarnya penerimaan dan biaya bagi usaha Keramba Jaring Apung (KJA).

Tolak ukur keberhasilan usahatani dilihat dari besarnya pendapatan yang diterima petani dari usahataninya. Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih besarnya jumlah penerimaan dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Besarnya penerimaan ditentukan oleh jumlah produksi yang dihasilkan dan tingkat harga output yang diterima oleh petani. Sedangkan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan adalah seluruh korbanan yang dikeluarkan petani untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi. Jumlah biaya produksi dipengaruhi oleh banyaknya input yang digunakan dan harga input itu sendiri. Untuk mengetahui tingkat pendapatan menggunakan analisis finansial yaitu NPV, B/C ratio, IRR, Payback Period,

dan sensitivitas.

(50)

36

(51)

Gambar 1. Kerangka pemikiran pengembangan budidaya ikan mas dengan keramba jaring apung dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani.

Potensi Perairan Umum

Total Biaya Produksi Penerimaan

(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

Keramba jaring apung (KJA) adalah sistem pemeliharaan ikan mas dengan menggunakan jaring dengan rakit bambu/kayu yang diapungkan dengan drum plastik.

Analisis kelayakan finansial adalah suatu studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak untuk dijalankan.

Layak adalah kemungkinan dari usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik manfaat finansial maupun manfaat sosial.

(53)

Produksi adalah output atau jumlah ikan mas yang dihasilkan dari usaha Keramba Jaring Apung (KJA), diukur dalam kilogram per periode produksi (kg/periode produksi).

Harga jual adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memperoleh ikan mas, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Periode produksi adalah waktu yang digunakan untuk produksi ikan mas dari usaha Keramba Jaring Apung (KJA), diukur dalam satuan 3 bulan 1 kali produksi.

Penerimaan adalah jumlah ikan mas yang dihasilkan dari usaha Keramba Jaring Apung (KJA) dikalikan dengan harga jual, diukur dalam rupiah per periode (Rp/periode).

Benih adalah banyaknya benih ikan mas yang dipakai pada usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ukuran 5-8 cm, yang diukur dalam satuan kilogram per periode (kg/periode).

Pakan adalah banyaknya makanan yang diberikan pada ikan mas Keramba Jaring Apung (KJA), diukur dalam satuan kilogram per periode (kg/periode).

(54)

40

Obat-obatan adalah obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit yang menyerang budidaya ikan mas yang diukur dalam satuan liter per periode (Ltr/periode).

Peralatan adalah peralatan yang digunakan dalam budidaya ikan mas di Keramba Jaring Apung (KJA) yang diukur dalam satuan rupiah per periode (Rp/periode).

Net Present Value (NPV) adalah menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai sekarang.

Gross B/C adalah perbandingan antara jumlah present value dari benefit kotor dengan jumlah present value dari biaya kotor.

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana NPV sama dengan jumlah seluruh investasi.

Payback Period (Pp) adalah perbandingan antara investasi awal dengan benefit bersih yang diperoleh pada setiap periode.

Biaya investasi adalah biaya yang digunakan dalam waktu relatif lama (lebih dari satu tahun). Investasi terdiri dari rumah jaga, tabung oksigen, perahu besar, perahu kecil, bak plastik, drum plastik, bambu, bahan jaring, paku, tali ris, tali nilon, jangkar, serok, ember, baskom dan kerangka besi.

(55)

dalam waktu relatif singkat (kurang dari satu tahun). Biaya operasional terdiri dari biaya operasional sarana produksi dan biaya operasional tenaga kerja. Biaya operasional sarana produksi terdiri dari benih ikan, pakan, tenaga kerja, minyak tanah, oksigen, dan obat-obatan.

Tingkat suku bunga adalah suku bunga yang berlaku pada saat ini yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai uang di masa akan datang. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan adalah suku bunga pinjaman sebesar 12 % untuk usaha skala kecil yang merupakan suku bunga pinjaman berdasarkan Bank Indonesia (BI).

Discount factor (df) adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat dipakai untuk mengurangi suatu jumlah di waktu yang akan datang sehingga dapat diketahui berapa nilainya saat ini, diukur satuan persen (%).

Compounding factor (cf) adalah suatu bilangan yang lebih besar dari satu (1,0) yang dapat dipakai untuk menghitung nilai uang yang lalu, dihitung pada saat sekarang ini, diukur satuan persen (%).

Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun peralatan investasi selama

digunakan seperti serok, baskom, bambu batang, paku, tali ris, tali jahit nilon, drum plastik, ember dan kerangka besi, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.

Skenario sensitivitas yakni kenaikan harga input pakan sebesar 3%.

Sedangkan penurunan produksi sebesar 50 % diasumsikan terserang penyakit

(56)

42

Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga petani KJA dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup.

Pengukuran tingkat kesejahteraan/kemiskinan berdasarkan pada Sayogyo (1979) yaitu dilihat dari pengeluaran rumah tangga petani KJA per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara beras setempat.

Pendapatan keramba jaring apung (on farm utama) adalah penerimaan

usahatani KJA dikurangi biaya KJA yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu kali periode produksi diukur dalam satuan rupiah (Rp/periode).

Pendapatan karet (on farm bukan utama) adalah penerimaan usahatani karet dikurangi biaya usahatani karet yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu tahun, diukur dalam satuan rupiah (Rp/tahun).

Pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari keramba jaring apung (on farm utama), karet (non farm bukan utama) dan non keramba jaring apung (non farm) dalam satu tahun yang diukur dalam satuan rupiah (Rp/tahun).

B. Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden

Penelitian dilakukan pada lokasi pembesaran ikan mas di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten

(57)

air tawar dengan memanfaatkan perairan umum berupa waduk. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2013.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu semua populasi dijadikan responden dalan penelitian. Menurut Arikunto (2002), apabila subjek penelitian kurang dari 100 unit (orang), maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Responden dalam penelitian ini terdapat di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun berjumlah 5 responden yang melakukan pembesaran ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA).

D. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan para petani ikan mas,

menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Utara serta literatur - literatur yang terkait dengan penelitian ini.

C. Metode Analisis

(58)

44

tabulasi dan komputerisasi. Adapun analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Biaya

Untuk menentukan biaya total yang dikeluarkan petani ikan mas, secara matematis dapat dihitung dengan rumus:

TC = FC + VC Keterangan:

TC = Total Cost (Rp) FC = Fixed Cost (Rp) VC = Variable Cost (Rp)

2. Analisis Penerimaan

Penerimaan ikan mas diperoleh dengan mengalikan besarnya volume produksi ikan mas dengan harga jualnya pada saat penelitian. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

TR = P X Q Keterangan:

TR = Total Revenue (Rp)

P = Price/harga jual ikan mas (Rp)

Q = Quantity/volume produksi ikan mas (Kg)

3. Analisis Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC

Keterangan :

(59)

Pendapatan KJA (on farm) = MT 1 (Januari – Maret) + MT 2 (Mei – Juli) + MT3 (September –November)

Pendapatan Rumah Tangga = Pendapatan KJA (on farm utama)+Pendapatan Karet (on farm bkn utama) + Pendapatan non KJA (non farm)

4. Analisis Finansial

Untuk mengukur dan menentukan kelayakan usaha tani suatu komoditi yang diproduksi di suatu daerah dan diperdagangkan. Alat analisis yang digunakan dalam evaluasi proyek dijabarkan sebagai berikut :

a. Net Present Value (NPV)

Menurut Ibrahim (2003), NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Formula:

di mana:

NB = Net Benefit = BenefitCost

C = Biaya investasi +biaya operasi = Benefit yang telah di-discount

= Cost yang telah di-discount i = Discount factor

n = Tahun (waktu)

Kriteria:

(60)

46

b. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio)

Gross Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah present value dari benefit kotor dengan jumlah present value dari biaya kotor. Menurut Kadariah dkk (1999), secara matematis Gross B/C dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kriteria pada pengukuran ini adalah :

1) Jika Gross B/C > 1, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan. 2) Jika Gross B/C < 1, maka kegiatan usaha tidak layak untuk

dilaksanakan

3) Jika Gross B/C = 1, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point.

c. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Choliq, Wirasasmita, dan Hasan (1999), Internal Rate of Return

(IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukan nilai bersih

(61)

kata lain tingkat suku bungan yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Menurut Ibrahim (2003), Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai:

)

a. Jika IRR > i, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan b. Jika IRR < i, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan c. Jika IRR = i, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point

5. Payback Period

Menurut Ibrahim (2003), payback period merupakan penilaian investasi suatu proyekyang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai :

(62)

48

Kriteria kelayakan :

a. Jika payback period lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan

b. Jika payback period lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.

5. Analisis Sensitivitas

Menurut Djamin (1992), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau benefit. Dalam analisis kepekaan, setiap kemungkinan harus dicoba untuk dilakukan analisis kembali. Hal ini perlu, karena analisis proyek biasanya didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang.

Gittinger (1993) menyatakan bahwa dalam bidang pertanian, proyek sensitif untuk berubah, yang diakibatkan oleh empat masalah utama, yaitu :

a. Harga, terutama perubahan dalam harga hasil produksi yang disebabkan oleh turunnya harga di pasaran.

b. Keterlambatan pelaksanaan proyek. Dalam proyek pertanian dapat terjadi keterlambatan pelaksanaannya karena ada kesulitan-kesulitan secara teknis atau inovasi baru yang diterapkan, atau karena

(63)

c. Kenaikan biaya, baik dalam biaya konstruksi maupun biaya operasional yang diakibatkan oleh perhitungan-perhitungan yang terlalu rendah. d. Kenaikan hasil, dalam hal ini kesalahan perhitungan hasil.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan memperhitungkan kemungkinan di atas yang mungkin terjadi. Perubahan harga, keterlambatan suatu proyek, dan tingkat kenaikan biaya suatu produksi yang akan menyebabkan nilai NPV, Gross B/C, IRR dan PP tidak lagi menguntungkan. Pada titik itulah proyek tersebut tidak layak, maka itulah batas kelayakan proyek.

Rumus untuk sensitivitas adalah: Laju kepekaan = X1 - X0 X Keterangan :

X1 = NPV, Gross B/C, IRR setelah perubahan X0 = NPV, Gross B/C, IRR sebelum perubahan X = Rata-rata NPV, Gross B/C, IRR

Kriteria laju kepekaan :

a. Jika laju kepekaan > 1, maka hasil kegiatan usaha peka/sensitif terhadap perubahan.

b. Jika laju kepekaan < 1, maka hasil kegiatan usaha tidak peka/tidak sensitif terhadap perubahan.

(64)

50

a. Jika ada kenaikan harga input untuk pakan naik 3%, dan b. Jika terjadi penurunan produksi 50%.

6. Analisis Kesejahteraan

Kesejahteraan menggambarkan kepuasan seseorang karena kegiatan konsumsi dari pendapatan yang diperoleh. Kepuasan yang diperoleh bersifat relatif tergantung jumlah pendapatan yang diperoleh. Konsep kesejahteraan menurut Sawidak (1985) adalah kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi merupakan kesejahteraan yang bersifat lahiriah sehingga bersifat nyata (tangible) dan dapat diukur (measurable). Pengukuran dapat dilakukan terhadap kemampuan keluarga dalam

memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan dan kebutuhan yang bersifat kebendaan lainnya.

(65)

aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan (Mosher, 1987).

Pengeluaran tersebut kemudian dikonversikan ke dalam ukuran setara beras dalam satuan kilogram. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut: Pengeluaran/

(66)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian

Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada 104.30– 105.080 Bujur Timur dan 4.340– 5.060 Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten Lampung Utara terdiri dari 23 kecamatan dan salah satunya adalah Kecamatan Abung Pekurun.

Kecamatan Abung Pekurun memiliki luas wilayah + 18.347 Ha yang terbagi atas 9 desa meliputi: Campang Gijul, Nyapah Banyu, Sinar Gunung, Ogan Campang, Sumber Tani, Ogan Jaya, Pekurun Udik, Pekurun Tengah, dan Pekurun. Secara administratif, Kecamatan Abung Pekurun memiliki batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Abung Kunang 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kotabumi Selatan 3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah 4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Abung Tengah

(67)

Kecamatan Abung Pekurun adalah dataran sedang dan perbukitan.

Penggunaan lahan di Kecamatan Abung Pekurun dibedakan menjadi 2 yaitu penggunaan lahan sawah dan lahan kering. Luas lahan menurut penggunaan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran luas wilayah dirinci menurut penggunaan lahan tiap desa, tahun 2013

No Desa Lahan sawah Lahan Kering

(Ha) (Ha)

1 Campang Gijul 2 321

2 Nyapah Banyu 13 355

3 Sinar Gunung 3 340

4 Ogan Campang 10 255

5 Sumber Tani 2 805

6 Ogan Jaya 16 155

7 Pekurun Udik 25 3.714

8 Pekurun Tengah 20 5.554

9 Pekurun 25 6.848

Jumlah 115 18.347

Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung Utara, 2013

Pada Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa penggunaan tanah pertanian pada tiap-tiap desa terlihat, bahwa penggunaan tanah pertanian hanya sebagian kecil dari keseluruhan penggunaan tanah di Kecamatan Abung Pekurun. Hal ini

(68)

54

Tabel 8. Sebaran luas wilayah menurut penggunaan lahan kering tiap desa Tahun 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung Utara, 2013

B. Demografi

Kecamatan Abung Pekurun terdiri dari 9 desa dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sebanyak 11.911 jiwa. Dari 9 desa yang ada, Desa Pekurun Tengah memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu sebanyak 22,93% atau 2732 jiwa. Hal tersebut dikarenakan di desa tersebut memiliki luas

(69)

Tabel 9. Rincian luas wilayah dan jumlah penduduk tiap-tiap desa di Kecamatan Abung Pekurun Tahun 2013

No Desa Luas wilayah

Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung Utara, 2013

Dilihat dari distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian, sebagian besar penduduk di Kecamatan Abung Pekurun memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bermatapencaharian di bidang pertanian, selebihnya bermata

pencaharian di bidang perikanan, jasa dan perdagangan, pegawai negeri sipil, industri rumah tangga, dan lain–lain. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Abung Pekurun dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penduduk berumur 15 tahun keatas menurut wilayah dan lapangan usaha utama di Kecamatan Abung Pekurun Tahun 2012

Jenis Pekerjaan Jumlah (Org) Persentase (%)

Pertanian 5.184 91,73

Jasa dan perdagangan 249 4,40

Pegawai Negeri Sipil 125 2,21

Perikanan 89 1,51

Lain-lain 4 0,07

Jumlah 5.651 100

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Tabel 1. Perkembangan produksi perikanan tangkap dan budidaya di Lampung Tahun 2008-2012
Tabel 2. Perkembangan luas lahan budidaya ikan di Provinsi Lampung
Tabel 3.  Volume produksi perikanan budidaya air tawar di Provinsi Lampung Tahun 2006-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketinggian air media pemeliharaan 5 cm menunjukkan pertumbuhan panjang belut dan kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan belut pada ketinggian air 3

Persepsi terhadap harga dan kualitas produk berpengaruh terhadap konsumen dalam memutuskan pembelian barang, dalam penelitian yang dilakukan [15] dengan Analisis

lihat mata, lihat bagian dalam mulut (masukkan satu jari menggunakan sarung tangan kedalam mulut, raba langit-langit), lihat dan raba perut, lihat tali pusat, lihat punggung dan

YUNIRE YUNIRMAN,

Poin peluang pada industri kecil kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru yang memiliki skor dan bobot paling tinggi adalah adanya dukungan dari pemerintah

Penerapan pada studi kasus data Ekspor Indonesia dengan metode Wavelet Thresholding dan parameter Minimax threshold memberikan estimasi yang mulus dan nilai MSE

DePorter (Shoimin, 2014) mengemukakan bahwa quantum learning menggunakan lima macam prinsip, diantaranya adalah: 1) Segalanya berbicara, rancangan pembelajaran

Pada Gambar 3 terlihat bahwa nilai T i 2 berada diluar batas kendali, maka sam- pel ke-i dikatakan tidak terkendali, pengamatan yang berada diluar kendali akan dilakukan tindak