• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran Quantum Learning Model Pembelajaran Model Pembelajaran Quantum Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran Quantum Learning Model Pembelajaran Model Pembelajaran Quantum Learning"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II KAJIAN TEORI

Berikut ini dibahas teori dari beberapa ahli sebagai pendukung pembahasan penelitian yang dikutip dari beberapa buku dan jurnal yang relevan. Adapun teori-teori yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1 Model Pembelajaran Quantum Learning 2.1.1 Model Pembelajaran

Agus Suprijono (Nugroho, 2014) berpendapat bahwa dalam merencanakan pembelajaran seperti mengatur materi, membuat rencana pembelajaran di kelas, dan menyusun kurikulum berpedoman pada pola yang disebut model pembelajaran. Menurut Arends (Shoimin, 2014) istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang mendeskripsikan prosedur yang sistematis dan terencana dalam menyusun proses pembelajaran siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif (Karwati & Priansa, 2014). Menurut Trianto (Sari, 2017) model pembelajaran berfungsi sebagai dasar dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas bagi perancang kurikulum maupun guru. Kerangka konseptual ini memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan pendapat para ahli tentang pengertian model pembelajaran, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sistematis dan terencana yang berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

2.1.2 Model Pembelajaran Quantum Learning

Menurut DePorter & Hernacki (Arifin, Sudarti, & Lesmono, 2016)

Quantum Learning adalah model pembelajaran yang mampu mempertajam

pemahaman dan daya ingat, serta memberi pemahaman kepada siswa bahwa belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum

(2)

atau pelajar dalam lingkungan yang menyenangkan dengan menggunakan sistem pembelajaran yang menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi (Huda, 2013).

Quantum Learning memiliki beberapa konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar, antara lain: 1) Teori otak kanan kiri, 2) Teori otak triune (3 in

1), 3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), 4) Teori kecerdasan

ganda, 5) Pendidikan holistic (menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan pengalaman, 7) Belajar dengan simbol (metaphoric learning), 8) Simulasi /permainan, 9) Peta pikiran (mind mapping)

Huda juga menambahkan bahwa Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang memadukan berbagai pengaruh positif dan interaksi dengan lingkungan belajar yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan lebih mudah menerima pembelajaran jika materi dibawakan dengan cara yang menyenangkan dan lingkungan yang mendukung (Huda, 2013).

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Learning adalah model pembelajaran yang menyesuaikan pembelajaran, setiap rancangan, dan setiap metode pembelajaran dengan lingkungan belajar sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Quantum Learning

DePorter (Shoimin, 2014) mengemukakan bahwa quantum learning menggunakan lima macam prinsip, diantaranya adalah: 1) Segalanya berbicara, rancangan pembelajaran dibentuk sedemikian rupa sehingga segala aktivitas pembelajaran di lingkungan kelas dapat mengirim pesan tentang belajar, 2) Segalanya bertujuan, segala kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan harus memiliki tujuan, 3) Pengalaman sebelum pemberian nama, siswa mengalami sendiri informasi-informasi yang diberikan sebelum memperoleh nama untuk apa mereka pelajari hal tersebut, 4) Akui setiap usaha, dalam proses pembelajaran siswa patut memperoleh pengakuan atas hasil dari setiap usaha yang mereka lakukan di kelas, 5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, perayaan terhadap pencapaian pembelajaran akan memberikan umpan balik berupa peningkatan motivasi siswa untuk semangat belajar.

(3)

Menurut DePorter dan Mike Hernacki (Fuadah, 2017) model quantum learning lebih mengutamakan AMBAK, “Apa Manfaatnya Bagiku” yaitu motivasi yang didapat dari manfaat dan akibat-akibat dari suatu keputusan yang dipilih secara mental. Kekuatan AMBAK terdapat dalam kerangka rancangan belajar TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan. 2.1.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quantum Learning

DePorter (Shoimin, 2014) mengatakan bahwa Quantum Learning memiliki langkah-langkah pembelajaran yang dikenal sebagai TANDUR, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Berikut akan dijelaskan pengertian dari TANDUR.

Tumbuhkan, tahap menumbuhkan minat siswa dilakukan dengan memberikan motivasi yang kuat agar siswa tertarik dengan pembelajaran dan ikut beperan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses dalam menumbuhkan minat siswa dapat diawali dengan menggali permasalahan yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

Alami, pada tahap alami guru memberikan pengalaman yang dapat dimengerti oleh siswa. Mengadakan pengamatan akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal.

Namai, tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi dari pengalaman yang diperoleh dari tahap alami. Pembelajaran akan lebih bermakna ketika pengalaman yang didapatkan sebelumnya diberikan identitas, penguat, dan definsi yang jelas. Untuk membantu penamaan dapat digunakan susunan gambar, warna alat bantu, kertas tulis, dan poster dinding.

Demonstrasikan, demonstrasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan ke dalam pembelajaran yang lain. Tahap demonstrasi dapat mendorong siswa untuk menunjukkan pengetahuan yang dimiliki. Demonstrasi dapat dilakukan dalam beberapa cara, misalnya penyajian di dalam kelas, permainan, tanya-jawab, dan menunjukkan hasil pekerjaan.

Ulangi, memperkuat koneksi saraf dapat dilakukan dengan pengulangan sehingga struktur kognitif siswa menjadi lebih kuat. Pengulangan yang sering dilakukan akan memperdalam pengetahuan siswa. Tahap pengulangan dapat

(4)

dilakukan dengan mengulang kembali materi yang diberikan, menegaskan pokok-pokok penting dalam materi, mendiskusikan ulang dengan teman sebaya, atau memberikan latihan soal.

Rayakan, setelah siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan memperoleh keterampilan dalam ilmu pengetahuan, guru harus merayakan usaha yang telah dilakukanya tersebut. Perayaan dapat berupa pujian, tepuk tangan, atau bernyanyi bersama.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum Learning Berikut ini akan disebutkan beberapa kelebihan dan kekuarangan model pembelajaran quantum learning menurut Shoimin (2014). Kelebihan quantum

learning sebagai berikut:

1) Siswa dapat berpikir ke arah yang sama dalam saluran yang sama.

2) Quantum learning dapat memusatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga mereka dapat mengamati hal yang penting tersebut secara teliti.

3) Membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan nyaman. 4) Merangsang siswa untuk aktif mengamati, menyelaraskan teori dengan

kejadian nyata, dan mencoba melakukan pekerjaan secara mandiri. 5) Membiasakan guru untuk berpikir kreatif dalam kegiatan belajarnya.

Sementara itu kekurangan dari model quantum learning adalah sebagai berikut:

1) Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang karena pembelajaran dengan model quantum learning harus nyaman dan menyenangkan sehingga membutuhkan waktu persiapan yang lebih lama.

2) Fasilitas penunjang dalam proses pembelajaran dengan model quantum

learning tidak selalu tersedia dengan baik.

2.2 Mind Mapping

Dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1975, Mind Mapping merupakan suatu metode pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk berpikir dengan lebih berdayaguna. Seperti yang dikemukakan oleh Buzan (2013) bahwa

(5)

mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan

memetakan pikiran-pikiran kita.

Sedangkan menurut Shoimin (2014) mind mapping merupakan teknik yang memanfaatkan seluruh kemampuan otak untuk membentuk kesan dengan menggunakan gambaran visual dan prasarana grafis yang lain. Shoimin juga mengatakan bahwa metode peta pikiran dapat memperkuat ingatan dan menciptakan ide-ide orisinil dengan mudah karena menggunakan ingatan visual dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan yang kemudian digunakan untuk sarana belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan.

Berpikir kreatif dalam mind mapping merupakan metode yang membuat siswa mampu mengemukakan gagasannya dan menemukan alternatif jawaban yang beragam. Hal ini karena teknik mind mapping menuntut siswa untuk berpikir kreatif dalam membuat peta konsep sehingga siswa memiliki cara berpikir yang lancar dan fleksibel (Aqid, 2013).

Pemaparan para ahli tentang definisi dari Mind Mapping dapat diambil kesimpulan bahwa mind mapping merupakan teknik mencatat yang kreatif dan efektif dengan menggunakan gambaran visual dengan prasarana grafis. Teknik

mind mapping berguna untuk mengolah dan mengorganisasikan informasi dari

suatu permasalahan sehingga dapat merencanakan gagasan-gagasan baru. 2.2.1 Langkah-Langkah Pembuatan Mind Map

Pembuatan mind map atau peta pikiran memerlukan beberapa bahan sebelumnya, yaitu kertas kosong yang tidak bergaris, pena atau pensil, dan pensil warna. Ada tujuh langkah dalam pembuatan mind map (peta pikiran), berikut langkah-langkah membuat peta pikiran menurut Buzan (2013):

1) Pembuatan peta dimulai dari tengah kertas kosong yang diposisikan secara lanskap. Permulaan dari tengah akan membuat siswa merasa bebas dalam menyebarkan pemikiran-pemikirannya ke segala arah dan siswa lebih bebas dan alami dalam mengemukakannya.

2) Ide utama dibuat menggunakan gambar. Menggunakan gambar dapat meninngkatkan daya imajinasi dan kreatifitas siswa karena memiliki berbagai makna di dalamnya.

(6)

3) Mind Map menggunakan warna yang menarik. Warna-warni yang menarik dapat memberikan energi pada ide yang dituangkan dalam mind map. Hal ini memiliki kesan yang sama menariknya bagi otak.

4) Menghubungkan gambar utama dengan cabang-cabang tingkat satu, tingkat dua, dan seterusnya sesuai dengan topik yang dibahas. Menghubungkan beberapa hal dengan menggunakan cabang-cabang yang saling berkaitan dapat memudahkan otak dalam mengingat dan memahami informasi yang ada.

5) Cabang-cabang digambar melengkung supaya menarik bagi mata. Karena cabang yang berbentuk garis lurus akan terlihat membosankan.

6) Setiap garis atau cabang diberikan satu kata kunci agar dapat memberikan lebih banyak kekuatan pada peta pikiran yang dibuatnya.

Dilihat dari langkah-langkah Mind Mapping siswa dapat mengembangkan pemikirannya secara maksimal ketika teknik tersebut diterapkan di kelas, karena siswa dituntut untuk membuat catatannya sendiri sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping

Kelebihan-kelebihan dari teknik mind mapping menurut Doni (Swadarma, 2013) antara lain:

1) Meningkatkan kemampuan dalam mengolah pengetahuannya. 2) Memaksimalkan sistem kerja otak.

3) Mampu memberikan ide-ide dan informasi lebih banyak karena pengetahuannya saling berhubungan.

4) Mendorong siswa untuk berpikir kreatif, sederhana dan mudah dikerjakan. 5) Dapat menemukan kembali informasi yang sudah ada dengan mudah. 6) Catatan lebih menarik karena mudah tertangkap oleh mata (eye catching). 7) Dapat merinci sejumlah data dan informasi sekala besar dengan mudah.

Sedangkan menurut Mirfan (Sape, 2012) teknik mencatat dengan peta pikiran memiliki kekurangan antara lain:

1) Melibatkan siswa yang aktif saja karena pembuatan mind map tidak diberikan patokan oleh guru sehingga sebagian siswa tidak membuat mind map mereka dengan seriu sehingga tujuan pembelajaran tidak maksimal.

(7)

2) Sebagian siswa tidak sepenuhnya belajar, pembuatan mind map tidak dikontrol sehingga ada sebagian murid yang tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru.

3) Jumlah siswa yang lumayan banyak akan membuat guru kewalahan dalam memeriksa mind map yang dibuat oleh mereka.

2.3 Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning dengan Teknik Mind Mapping

Penerapan model pembelajaran quantum learning menggunakan kerangka rancangan belajar TANDUR, yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Pada penelitian ini mind mapping akan diterapkan pada tahap namai, karena tahap namai pada kerangka belajar TANDUR merupakan tahapan dimana siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. Untuk lebih mudah memahami langkah-langkah penerapan model quantum learning dengan teknik

mind mapping, maka dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quantum Learning dengan Menggunakan Teknik Mind Mapping.

Guru Siswa

A. Kegiatan awal Pendahuluan

1. Mengucapkan salam 2. Berdoa bersama

3. Mempresensi kehadiran siswa 4. Menyampaikan tujuan dan manfaat

pembelajaran

5. Memberi motivasi dan mengajukan berbagai pertanyaan (Tumbuhkan)

1. Menjawab salam

2. Mengikuti instruksi untuk berdoa bersama 3. Siswa merespon guru

4. Memperhatikan dan memahami

penjelasan guru

5. Saling berkompetisi secara sehat

B. Kegiatan inti

1. Guru menjelaskan materi dengan memberi contoh sesuai pengalaman siswa

2. Guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 siswa

3. Masing-masing kelompok diberikan beberapa permasalahan sesuai materi yang ada di LKS (Alami)

4. Guru meminta masing-masing

kelompok untuk membuat peta

konsep (mind map) tentang materi yang dibahas berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengerjaan LKS (Namai), (Mind Mapping)

5. Guru menunjuk perwakilan dari

masing-masing kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi

1. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru

2. Siswa memebentuk kelompok sesuai instruksi guru

3. Siswa mengerjakan tugas-tugas yang ada di LKS secara berkelompok

4. Siswa membuat peta konsep tentang materi yang dibahas sesuai kreatifitas kelompok masing-masing

(8)

mereka (Demonstrasikan)

6. Guru memberi soal evaluasi untuk dikerjakan siswa (Ulangi)

kelompoknya memepresentasikan hasil diskusi mereka

6. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan jujur

C. Kegiatan akhir Penutup

1. Guru menginstruksikan

masing-masing kelompok untuk

menempelkan peta konsep mereka di dinding kelas atau papan kreasi yang ada di kelas

2. Guru mengajak seluruh siswa untuk bertepuk tangan atas kerja keras mereka (Rayakan)

3. Guru dan siswa mengakhiri

pembelajaran dengan berdoa bersama

1. Siswa menempelkan peta konsep yang mereka buat di dinding atau papan kreasi yang ada di kelas

2. Siswa bertepuk tangan atas kerja keras mereka

3. Siswa mengikuti instruksi guru untuk berdoa bersama

2.4 Kemampuan Berpikir Kreatif

Salah satu jenis dari ilmu berpikir adalah berpikir kreatif. Supriadi menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk menghasilkan gagasan atau karya nyata yang berbeda dengan sesuatu yang telah ada. Sedangkan menurut Semiawan berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dengan menerapkan gagasan baru yang ia ciptakan (Rachmawati & Kurniati, 2010).

Arnyana (Putu & Ida, 2016) menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan mengembangkan atau menemukan ide asli, estetis, dan konstruktif dengan menggunakan dasar proses berpikir untuk mengolah informasi secara rasional dan intuitif untuk memunculkan perspektif asli si pemikir. Menurut Isaksen dkk. (Mahmudi, 2010) berpikir kreatif merupakan rangkaian tindakan dalam menyusun ide yang menekankan pada 4 aspek, yaitu aspek kelancaran, aspek keluwesan, aspek kebaruan, dan aspek keterincian.

Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk merangkai tindakan dalam berpikir dengan memadukan dan menyusun kemungkinan-kemungkinan dari permasalahan yang ada. Pemikiran seperti ini akan mmendorong siswa untuk berpikir secara luwes, lancar, dan terperinci sehingga dapat mengembangkan atau menciptakan gagasan yang orisinil.

2.4.1 Karakteristik Berpikir Kreatif

Berikut akan disebutkan beberapa karakteristik berpikir kreatif menurut Rachmawati & Kurniati (2010), yang diantaranya adalah Lincah dalam berpikir,

(9)

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi membuat seseorang giat dalam bertanya sehingga membuat ia dapat dengan tanggap menjawab suatu permasalahan.

Seseorang yang berpkir kreatif biasanya ingin terus berkembang menjadi lebih baik. Selalu ingin menemukan sesuatu yang baru dengan menerima hal-hal yang berbeda dari lingkungannya sehingga akan merasa senang pada pekerjaan yang cenderung sulit dan menantang.

Cepat menemukan perbedaan, dapat mengembangkan kreatifitasnya dengan menangkap hal yang tidak biasa di sekitarnya dengan cepat. Kesadaran yang tinggi untuk mengumpulkan informasi dapat membantu mereka dalam belajar dari pengalaman untuk meningkatkan kreatifitasnya.

Memiliki kepekaan dan empati yang tinggi dengan lingkungannya. Tidak kaku, secara spontan merespon rangsangan yang muncul dari lingkungannya dengan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki. Mampu mengatur suasana hati agar emosi tetap tenang sehingga kemampuan berpikir tetap berfungsi dengan baik.

Memiliki keinginan untuk belajar yang tinggi, tidak mudah putus asa dalam menemukan sesuatu dan bersabar dalam setiap proses yang dilaluinya. Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan merasa dapat menyelesaikan masalah secara mandiri. Tepat dan cermat dalam bertindak, selalu memperhitungkan sebab dan akibat dari suatu tindakan yang ia lakukan.

Seseorang yang memiliki karakeristik kreatif seperti ini merupakan individu yang memiliki motivasi, rasa ingin tahu, dan imajinasi yang tinggi sehingga mereka selalu ingin menemukan jawaban dari setiap masalah yang ditemukan.

2.4.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Munandar (2012) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan dalam membuat solusi atau ide baru yang menunjukkan kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas dalam berpikir (originality), dan berpikir terperinci (elaboration) dengan cara memikirkan hal yang berbeda dari biasanya dan menyelaraskan informasi-informasi yang tampak tidak berhubungan.

(10)

Penelitian ini mengukur setiap aspek-aspek berpikir kreatif berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar, yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Aspek Indikator

Kelancaran (fluency)

Jawaban yang dihasilkan beragam dan bernilai benar.

Keluwesan (flexibility)

Mampu menemukan bermacam-macam gagasan dengan sudut pandang yang berbeda.

Orisinalitas (Originality)

Memberikan jawaban yang berbeda dari orang lain atau mengungkap hal baru dan unik Berpikir terperinci

(elaboration)

Mampu mengembangkan, menambah, atau memperinci suatu gagasan

2.5 Hubungan Model Pembelajaran Quantum Learning dengan Teknik Mind Mapping dengan Kemampuan Berpikir Kreatif

Dikutip dari penelitian yang telah dilakukan oleh Akhiril Pane tahun 2014 di SMP N 1 Padangsimpuan. Penelitian tersebut berjudul peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menerapkan model pembelajaran

quantum learning materi sains, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model

pembelajaran quantum learning yang diterapkan di SMSP N 1 Padangsimpuan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP N 1 Padangsimpuan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh gambaran bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada bidang studi dibandingkan siklus I dan II.

Temuan penelitian dari I Wayan Widiana dan I Nyoman Jampel yang berjudul, “Improving Students Creative Thinking and Achievement through The

Implementation of Multiple Imtelligence Approach with Mind Mapping”.

Penelitian ini memilih subyek penelitian siswa SD 8 Tianyar Barat, Karangasem. Berdasarkan hasil penelitiannya, penerapan pendekatan Multiple Intelligence dengan Mind Mapping pada pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 16,56%.

Berdasarkan referensi dari beberapa penelitian di atas, peneliti berupaya untuk memperkuat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan

(11)

melakukan penelitian berupa penerapan model pembelajaran quantum learning dengan teknik mind mapping terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quantum Learning dengan Menggunakan  Teknik Mind Mapping
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Referensi

Dokumen terkait

o SBK Riset Terapan Bidang Fokus Sosial Humaniora, Seni Budaya, Pendidikan Penelitian Lapangan Luar Negeri. 1

Hellemans dkk meneliti 63 sampel tumor karsinoma duktal invasif payudara dengan potongan cryostat dan imunoreaktifitas inti TOP2A dihitung dari paling tidak 500 sel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase nisbah kelamin pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase nisbah kelamin pada larva ikan nila jantan yang

Apabila Saudara tidak hadir atau tidak dapat menunjukkan dokumen asli, legalisir atau tanda tangan basah sampai dengan batas waktu tersebut di atas, maka perusahaan Saudara

Ranai, 09 November 2017 Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.. HOKLI SIMAMORA Tahun

Berdasarkan Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 236/POKJA/XVIII-APBD/11/2017 Tanggal 02 November 2017 dengan ini kami umumkan PEMENANG hasil pelelangan paket Pembangunan

4) use case Penilaian dengan aktor Wali Kelas yang melakukan proses input nilai akademik siswa. Berikut langkah-langkahnya: a) Wali Kelas memilih menu nilai akademik untuk

Analisis aplikasi atau sistem yang sedang berjalan didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud