TUGAS AKHIR
PENGARUH STRES PEKERJAAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BIDANG PELAYANAN
PERIJINAN I DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN
OLEH :
WENNI SAFITRI 112103065
PROGRAM STUDI D-III KESEKRETARIATAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
NAMA : WENNI SAFITRI
NIM : 112103065
PROGRAM STUDI : D-III KESEKRETARIATAN
JUDUL TUGAS AKHIR : PENGARUH STRES PEKERJAAN DAN
MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BADAN PELAYANAN PERIJINAN I DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN
Tanggal : Juni 2014 KETUA PROGRAM STUDI
DIPLOMA III KESEKRETARIATAN
(Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring,SE,MM) NIP: 19741012 200003 2 003
Tanggal : Juni 2014 DEKAN
PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR
NAMA : WENNI SAFITRI
NIM : 112103065
PROGRAM STUDI : D-III KESEKRETARIATAN
JUDUL TUGAS AKHIR : PENGARUH STRES PEKERJAAN DAN
MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BADAN PELAYANAN PERIJINAN I DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN
Medan, Juni 2014
Menyetujui
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
hikmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat mengerjakan dan
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Stres Pekerjaan dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bidang Pelayanan Perijinan 1 di
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan”. Salawat dan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan
para sahabatnya, karena dengan syafaatnyalah kita dapat keluar dari alam
kegelapan ke alam yang terang benderang, kemudian dari awal yang tidak
mengetahui menjadi mengetahui.Penulis telah banyak menerima bimbingan,
saran, motivasi dan do’a dari berbagai pihak selama penulisan Tugas Akhir ini.
Maka dalam kesempatan ini dengan rasa kerendahan hati ijinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr.dr Syahril Pasaribu DTM & H MSc (CTM) Spa(k), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE,MM, selaku Ketua Program
Studi DIII Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
4. Ibu Magdalena LL Sibarani, SE, M.Si , selaku Sekretaris Program Studi DIII
5. oli Muhammad Jafar Dalimunthe,SE,MSi selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan masukan dan bantuan kepada penulis dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
6. Seluruh staff pengajar atau Dosen DIII Kesekretariatan yang memberikan
ilmu kepada penulis dan staff pegawai pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara penulis ucapkan terima kasih.
7. Kepada bapak Ir. Wiriya Alrahman,MM sebagai kepala Badan Pelyanan
Perijinana Terpadu (BPPT) Medan, kepada bapak Drs. Muhammad
Syahfaruddin,M,Si dan Kepada Bapak Ramlan Saraan S,Sos yang telah
menjadi mentor penulis selama melaksanakan kegiatan magang pada Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Medan dan seluruh staff pegawai Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Medan penulis ucapkan banyak terima
kasih atas bantuannya.
8. Kepada orang yang paling istimewa, kagumi dan hormati dalam kehidupan
penulis yang sangat berjasa dalam membesarkan dan membimbing penulis
serta selalu sabar mendidik penulis menjadi anak yang berguna dan saleha,
buat kedua orang tua penulis Ayahanda H. Amril,Sp dan Ibunda tersayang Hj.
Fitriaty penulis ucapkan banyak terima kasih atas dukungannya selama ini.
9. Buat kakak tercinta Ns. Amy Gralfitrisia, S.kep dan adik – adik tersayang
Muhammad Rizki dan Wiwin Rafianti yang selalu memberikan semangat
bagi penulis dalam membuat Tugas Akhir ini.
10.Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2011 Program DIII Kesekretariatan
Dian Nongliem, Yuni Kocik, Kak Nitong, Bunda Nanda, Mak Thet Lita, Sitik
Syahri, Tante Rina dan Lindot. Penulis ucapkan terima kasih atas semua
dukungan, perhatian, dan canda tawa yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
nantinya dapat menjadi lebih baik. Akhirnya penulis memohon agar Allah SWT
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan semua pihak
yang telah memberikan bantuannya selama ini.
Medan, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan ... 9
B. Struktur Organisasi Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan ... 15
C. Job Description Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan ... 16
c. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja ... 44
d. Gejala Stres ... 47
e. Strategi Manajemen Stres Kerja ... 48
2. Motivasi ... 52
a. Pengertian Motivasi ... 52
b. Jenis-Jenis Motivasi... 54
c. Metode Motivasi ... 55
d. Alat-Alat Motivasi ... 55
e. Asas-Asas Motivasi ... 56
f. Teori Motivasi ... 58
3. Kinerja Karyawan ... 59
a. Pengertian Kinerja Karyawan... 59
b. Indikator-Indikator Kinerja Karyawan ... 61
c. Faktor-Faktor Kinerja Karyawan ... 62
d. Prinsp Dasar Manajeen Kinerja ... 63
e. Penilaian Kerja ... 64
4. Pengaruh Stres Terhadap Kinerja Karyawan ... 66
5. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan ... 68
C. Hasil dan Pembahasan ... 69
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 85
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan ... 6
Tabel 2.1 Jenis Perijinan Yang Dilayani Pada Bidanng Pelayanan Perijinan I ... 22
Tabel 2.2 Jenis Perijinan Yang Dilayani Pada Bidanng Pelayanan Perijinan II ... 26
Tabel 2.3 Jenis Perijinan Yang Dilayani Pada Bidanng Pelayanan Perijinan III ... 29
Tabel 2.4 Jenis Perijinan Yang Dilayani Pada Bidanng Pelayanan Perijinan IV ... 32
Tabel 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70
Tabel 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 71
Tabel 3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 72
Tabel 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 73
Tabel 3.5 Pendapat Responden Terhadap Variabel Stres Kerja ... 74
Tabel 3.6 Pendapat Responden Terhadap Variabel Motivasi ... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Suatu organisasi merupakan bentuk formal dan merupakan wadah dimana
sistem kerjasama dilakukan dalam melaksanakan berbagai aktifitas untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang diharapkan. Agar tujuan organisasi
dapat terwujud maka pemimpin harus memberikan perhatian yang serius terhadap
pegawai,serta menciptakan suatu kondisi kerja yang dapat meningkatkan
semangat kerja pegawai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperhatikan
psikologis pegawai dan memberikan motivasi yang tepat.
Robbins (2003:377) menyatakan bahwa stres merupakan kondisi dinamis
yang didalamnya seorang individu yang dihadapkan dengan suatu peluang,
kendala atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan
yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Stres tidak selalu
berdampak buruk bagi individu. Stres disebut dalam konteks negatif, serta
memiliki nilai- nilai positif terutama pada saat stres tersebut menawarkan suatu
perolehan yang memiliki potensi.
Siagian (2003:300) mengemukakan bahwa stres merupakan kondisi
ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik
seseorang. Stres kerja akan membawa dampak merugikan kepada setiap individu
sehingga dapat mempengaruhi psikologis, fisik, dan perilaku karyawan. Menurut
Towner (2002:2) karyawan yang mengalami stres dalam suatu organisasi, maka
perusahaan. Karyawan yang diperlakukan adil dan diperhatikan akan bekerja
secara efektif, akan lebih berkomitmen daripada mereka yang merasa
diperlakukan tidak adil oleh pemimpin yang tidak memperhatikan.
Robbins (2006:796) mengemukakan bahwa pada dasarnya stres dapat
dialami dalam berbagai situasi kehidupan manusia, salah satu situasi yang cukup
mendapat banyak perhatian dalam kaitannya dengan stres adalah dunia kerja.
Dunia kerja merupakan salah satu konteks yang tidak luput dari fenomena stres.
Masalah stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Faktor
di dalam organisasi yang dimaksud antara lain : upaya untuk menghindari
kekeliruan dalam pekerjaan, menyelesaikan tugas dalam kurun waktu yang
terbatas, beban kerja yang berlebihan, serta rekan kerja yang tidak bisa bekerja
sama.
Segala macam bentuk stres disebabkan oleh kekurang-mengertian manusia
akan keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan
inilah yang akan menimbulkan frustasi dan konflik. Pada taraf tertentu stres kerja
akan mampu meningkatkan produktivitas kerja karyawan, namun bila dibiarkan
berlarut dapat menurunkan tingkat produktivitas kerja. Jadi dengan demikian,
stres kerja tanpa adanya motivasi akan berdampak pada penurunan produktivitas
dan sebaliknya jika stres kerja disertai motivasi maka semangat kerja yang akan
ditunjukkan karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak
kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Karena dengan
motivasi, seorang karyawan akan memiliki semangat yang tinggi dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seorang
karyawan tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui
standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak
terpenuhi. Mangkunegara (2009:20) mengemukakan perbedaan motif dan
motivasi yaitu motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai
yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai
agar mampu mencapai tujuan dari motifnya.
Winardi (2001:21) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan
potensial yang ada dalam diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh
sejumlah kekuatan luar yang pada intinya sekitar imbalan moneter, dan imbalan
non moneter, yang dapat dipengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara
negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang
bersangkutan.
Pemberian motivasi ini banyak jenisnya, seperti pemberian kompensasi
yang layak dan adil, pemberian penghargaan dan sebagainya. Hal ini
dimaksudkan agar apapun yang menjadi kebutuhan karyawan dapat terpenuhi lalu
diharapkan para karyawan dapat berkerja dengan baik dan merasa senang dengan
semua tugas yang diembannya. Setelah karyawan merasa senang dengan
pekerjaannya, para karyawan akan saling menghargai hak dan kewajiban sesama
karyawan akan bersungguh-sungguh memberikan kemampuan terbaiknya dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, dan ini berarti disiplin kerjalah yang
akan ditunjukan oleh para karyawan, karena termotivasi dalam melaksanakan
tugasnya dalam perusahaan.
Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Pemerintahan Kota Modan telah
mengeluarkan peraturan daerah Nomor 8 tahun 2009 tentang Rencana
pembangunan Jangka Panjang Kota Medan 2006-202 Rencana Kerja Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu merupakan bagian dari RKPD Kota Medan tahun
2013 yang merupakan tahapan-tahapan pratikan ( taktis ) untuk mencapai target
dan sasaran pembangunan kota, baik untuk jangka menengah maupun jangka
panjang.
Dengan berbagai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh BPPT,
sehingga para pegawai di BPPT dituntut untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawab tersebut dengan tepat. Misalnya pada Bidang Pelayanan Perijinan 1, para
pegawai harus menerbitkan surat ijin TDP dan IUP perusahaan. Hal ini akan
menyita pikiran para pegawai dalam menyeleksi berkas-berkas perusahaan apakah
merusahaan tersebut akan diproses atau ditolak. Tidak dapat dipungkiri hal
tersebut dapat menimbulkan stres bagi pegawai. Perusahaaan harus mampu
mengatasi masalah stres pegawai dengan memberikan motivasi yang tepat kepada
pegawai agar hal tersebut tidak menghambat sistem perkantoran pada BPPT.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, maka penulis mengambil judul
PERILAKU KARYAWAN PADA BIDANG PELAYANAN PERIJINAN I DI
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN “
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah Apakah ada pengaruh stres kerja dan motivasi terhadap perilaku karyawan
pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) kota Medan.
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis yaitu untuk mengetahui pengaruh stres
kerja dan motivasi terhadap perilaku karyawan pada Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu kota Medan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) kota Medan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi kepada
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) kota Medan dalam
menghadapi masalah stres kerja, motivasi dan perilaku karyawan.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah kontribusi guna memperluas
wawasan peneliti dalam bidang manajemen sumber daya manusia
khususnya dalam masalah stres kerja, motivasi dan produktivitas kerja
3. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang nantinya akan dapat
memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang
sama di masa yang akan datang.
E. Sistematika Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bidang Pelayanan Perijinan I pada Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) kota Medan Jl. Jendral Besar Abdul Haris
Nasution no.32 LT II Medan 20143. untuk lebih jelasnya jadwal kegiatan ini
dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Jadwal kegiatan
NO KEGIATAN
April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengumpulan Data
3 Penulisan Laporan
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu :
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (objek
penelitan). Dalam hal ini penulis menggunakan kusioner dalam
memperoleh data. Adapun responden yang dipilih oleh penulis adalah
pagawai Bidang Pelayanan Perijinan I yang berjumlah 10 orang.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah jenis data yang dikumpulkan dari buku literatur
seperti buku-buku bacaan, tulisan-tulisan, dan hasil-hasil penelitian yang
berhubungan dengan topik yang dibahas.
3. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini yaitu :
a. Metode deskriptif
Metode deskriptif yaitu metode analisis yang dilakukan secara sistematis
dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengolah, dan menafsirkan
data tersebut sehingga diperoleh gambaran yang jelas sehingga mendapat
kesimpulan.
b. Metode deduktif
Metode deduktif adalah bagaimana penarikan kesimpulan yang logis
F. Sistematika Penulisan
Tugas Akhir ini dibagi atas empat bab dan setiap babnya dibagi atas
beberapa sub bab antara lain :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta memaparkan rencana penulisan yang terdiri
dari jadwal kegiatan/penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : PROFIL PERUSAHAAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai sejarah ringkas Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu (BPPT), struktur organisasi, Job Description, jaringan kegiatan, kinerja kegiatan terkini, dan rencana kegiatan.
BAB III : PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai pengaruh stres kerja dan motivasi
terhadap perilaku karyawan pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu kota Medan
dan kekuatan pengaruh stres kerja dan motivasi terhadap perilaku karyawan pada
Badan Pelayanan Peirijinan Terpadu kota Medan.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang kesimpulan yang dihasilkan dari
penelitian yang dilakukan di Bidang Pelayanan Perijinan I BPPT kota Medan dan
saran bagi Bidang Pelayanan Perijinan I BPPT kota Medan, serta Daftar Pustaka
G. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan
Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang menegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi adalah berupaya
memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada
masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan.
Sehingga kualitas layanan aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan
indikator keberhasilan otonomi daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
Pemerintah Kota Medan membentuk Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT)
sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.
Adapun dasar pembentukan Badan Pelayan Perijinan Terpadu (BPPT) yaitu :
1. INPRES Nomor 1 Tahun 1995 tentang Kualitas Pelayanan Aparatur
Pemerintah kepada Masyarakat.
2. Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana
Pelayanan Umum.
3. Surat Edaran Menkowasbangpan Nomor 56/MK.WASPAN/6/1998, antara
lain menyebutkan bahwa langkah-langkah perbaikan mutu pelayanan
atap satu pintu) bagi unit-unit kerja kantor pelayanan yang terkait dalam
proses atau menghasilkan suatu produk pelayanan.
4. Keputusan Menpan No.KEP/24/M.PAN/2004 Tentang Pedoman umum
penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi
Pemerintah.
5. Keputusan Menpan No. KEP?26/M.PAN/2004 Tentang petunjuk tekns
Transparansi dan Akuntabilitas dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik.
6. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah.
8. Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan pasal 159 dan 160.
9. Peraturan Walikota Medan No. 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok
dan Fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan.
MAKSUD
Maksud didirikannya BPPT Kota Medan adalah untuk menyelenggarakan
pelayanan perijinan yang prima dan satu pintu. Hal tersebut diharapkan dapat
mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan
investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan. Adapun
Menpan Nomor 81 Tahun 1993, antara lain: sederhana, jelas, aman, transparan,
effisien, ekonomis, adil dan tepat waktu.
TUJUAN
Sedangkan tujuan dari pendirian BPPT antara lain:
1. Mewujudkan pelayanan prima
2. Melayani kepentingan masyarakat dalam mengurus perizinan dengan baik
yang didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan publik, yaitu
Responsivitas, Akuntabilitas, kesederhanaan, transparansi, dan kepastian
hukum
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja aparatur Pemerintah Kota
Medan, khususnya yang terlibat langsung dengan pelayanan masyarakat.
4. Mendorong kelancaran pemberdayaan ekonomi masyarakat, yang pada
gilirannya masyarakat dapat terdorong untuk ikut berpartisipasi aktif
dalam berbagai kegiatan pembangunan.
MOTTO
1. Motto Kota Medan: "Medan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih cerah dari hari ini."
2. Motto Pelayanan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan:
"Pelayanan Prima, Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme."
3. Maklumat Pelayanan Kebijakan Mutu Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
Kota Medan: "Kami seluruh Pejabat dan Pegawai di lingkungan Badan
memberikan pelayanan yang berkualitas untuk pelanggan kami dan
meningkatkan sistem manajemen mutu agar efektif & efisien secara
terus-menerus."
VISI
Adapun visi dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu adalah terwujudnya
Pelayanan Prima Perizinan untuk Mewujudkan Medan Kota Metropolitan yang
berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera.
MISI
Sedangkan misi dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu adalah:
1. Mewujudkan pelayanan Perijinan yang Optimal dan Professional serta
kepuasan masyarakat.
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur yang Profesional
3. Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan yang berbasis
Infomasi Teknologi
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan perizinan terpadu.
5. Meningkatkan hubungan kerja antar SKPD di lingkungan Pemko Medan.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160,
tugas pokok dan fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota
Tugas pokok :
Tugas pokok BPPT adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan
pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu dengan prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.
Fungsi :
Adapun fungsi dari BPPT adalah:
1. Pelaksanaan penyusunan program
2. Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan
3. Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan
4. Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan
5. Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Pemerintahan Kota Modan telah
mengeluarkan peraturan daerah Nomor 8 tahun 2009 tentang Rencana
pembangunan Jangka Panjang Kota Medan 2006-202 Rencana Kerja Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu merupakan bagian dari RKPD Kota Medan tahun
2013 yang merupakan tahapan-tahapan pratikan (taktis) untuk mencapai target
dan sasaran pembangunan kota, baik untuk jangka menengah maupun jangka
SASARAN
Adapun sasaran-sasaran yang akan dicapai adalah :
1. Melakukan proses pelayanan perijinan sesuai Standard Operational
Procedur (SOP) Perijinan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota
Medan.
2. Meningkatan jumlah ijin yang dikeluarkan setiap tahun.
3. Menurunkan angka indeks rata-rata lama proses perijinan untuk setiap
jenis perijinan.
Bidang Pelayanan Perijinan I merupakan salah satu bidang yang berada di
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) yang dipimpin oleh kepala bidang,
yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Bidang Pelayanan
Perijinan I mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan Usaha, Perdagangan dan
Perindustrian. Surat perijinan tersebut diterbitkan dalam bentuk Ijin Usaha
Perdagangan (IUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Ijin Usaha Industri
H. Struktur Organisasi Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan
Adapun susunan struktur organisasi pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
adalah sebagai berikut :
Sumber :
Gambar 2.1
Struktur Organisasi
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU
SEKRETARIAT
BADAN TATA USAHA
I. Job Description Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota
Medan
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan
Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok
dan Fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan, maka Tugas
Pokok dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi dari secretariat badan adalah
sebagai berikut :
1. Sekretariat
Tugas badan :
a. Badan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah.
b. Badan sebagaimana dimaksud didukung oleh Sekretariat yang dipimpin
oleh Kepala;
c. Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud karena jabatannya adalah Kepala
Badan;
d. Badan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan
menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara
terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi,
keamanan dan kepastian.
Fungsi Badan :
a. Pelaksanaan penyusunan program
c. Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan;
d. Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan;
e. Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bagian Tata Usaha
Bagian tata Usaha dipimpin oleh Kepala Bagian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
Tugas Pokok
a. Tugas pokok Bagian Tata Usaha melaksanakan sebagian tugas Badan
lingkup ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi umum,
keuangan dan penyusunan program.
Fungsi :
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bagian Tata Usaha;
b. Pengelolaan administrasi Badan yang meliputi administrasi keuangan,
kepegawaian, tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga;
c. Pengkoordinasian penyusunan, perencanaan, dan program Badan;
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan Badan;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
Tupoksi Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Tata Usaha lingkup administrasi
umum;
Fungsi
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Umum;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;
c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah dinas,
penataan kearsipan, administrasi kepegawaian, perlengkapan, dan
penyelenggaraan kerumahtanggaan Badan;
d. Penyiapan pertemuan/rapat-rapat Badan;
e. Pelaporan lingkup administrasi umum;
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Bagian sesuai dengan tugas
dan fungsinya;
Tupoksi Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Tata Usaha lingkup
pengelolaan administrasi keuangan.
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Keuangan;
b. Penyiapan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan, dan
verifikasi;
d. Penyiapan bahan/pelaksanaan koordinasi pengelolaan admnistrasi
keuangan;
e. Penyusunan laporan keuangan Badan;
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Bagian sesuai dengan tugas
dan fungsinya;
Tupoksi Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Tata Usaha lingkup
penyusunan program dan pelaporan.
Fungsi
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan
Program;
b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan
program Badan;
d. Pengembangan sistem informasi pelayanan;
e. Pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan pengaduan masyarakat;
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Bagian sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2. Bidang Pelayanan Perijinan I
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan
Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok
dan Fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan, maka Tugas
Pokok dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi Bidang Pelayanan Perijinan I
adalah sebagai berikut :
Tugas :
a. Bidang Pelayanan Perijinan I dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan I mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan
Usaha, Perdagangan dan Perindustrian;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan I
fungsi :
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan I;
b. Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan I;
c. Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan
Perijinan I;
d. Pelaksanaan pelayanan perijinan;
e. Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan
permohonan Ijin;
f. Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
g. Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap
permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan;
h. Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
i. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
j. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan
di Bidan Pelayanan Perijinan I.
k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas
Tim Teknis mempunyai tugas :
a. Meneliti permohonan ijin;
b. Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin;
c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
apabila diperlukan;
d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan persiapan
konsep Surat Keputusan/Perijinan;
e. Memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala
Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Badan;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Tabel 2.1
Jenis Perijinan Yang Dilayani
NAMA IJIN BIDANG JENIS IJIN TAHUN
INDUSTRI KECIL
Jenis Perijinan Yang Dilayani
NAMA IJIN BIDANG JENIS IJIN TAHUN
3. Bidang Pelayanan Perijinan II
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan
Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok
dan Fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan, maka Tugas
Pokok dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi Bidang Pelayanan Perijinan
II adalah sebagai berikut :
Tugas :
a. Bidang Pelayanan Perijinan II dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
b. Bidang Pelayanan Perijinan II mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan
ketentraman dan ketertiban masyarakat;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan II
menyelenggarakan fungsi-fungsinya.
Fungsi :
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan
II;
b. Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan II;
c. Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan
d. Pelaksanaan pelayanan perijinan;
e. Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan
permohonan Ijin;
f. Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
g. Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap
permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan;
h. Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi,
penetapan SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan
Perijinan;
i. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
j. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan
di Bidang Pelayanan Perijinan II.
k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Tim Teknis mempunyai tugas :
a. Meneliti permohonan ijin;
c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
apabila diperlukan;
d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan persiapan
konsep Surat Keputusan/Perijinan;
e. Memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala
Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Badan;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Tabel 2.2
Jenis Perijinan Yang Dilayani
NAMA IJIN BIDANG JENIS
IJIN
4. Bidang Pelayanan Perijinan III
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan
Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok
dan Fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan, maka Tugas
Pokok dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi Bidang Pelayanan Perijinan
III adalah sebagai berikut :
Tugas :
a. Bidang Pelayanan Perijinan III dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan III mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan
tata ruang, perhubungan, dan lingkungan hidup;
c. Dalam Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan
kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan III;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
e. melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan III
menyelenggarakan fungsi-fungsinya.
Fungsi :
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan
b. Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan III;
c. Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan
Perijinan III;
d. Pelaksanaan pelayanan perijinan;
e. Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan
permohonan Ijin;
f. Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
g. Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap
permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan;
h. Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi,
penetapan SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan
Perijinan;
i. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
Tim Teknis mempunyai tugas :
a. Meneliti permohonan ijin;
b. Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin;
c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan persiapan
konsep Surat Keputusan/Perijinan;
e. Memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala
Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Badan;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Tabel 2.3
Jenis Perijinan Yang Dilayani
NAMA IJIN BIDANG JENIS
IJIN
PERIJINAN III (TATA
RUANG,
PERIJINAN III (TATA
IJIN REKLAME
PERIJINAN III (TATA
RUANG,
5. Bidang Pelayanan Perijinan IV
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan
Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok
dan Fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan, maka Tugas
Pokok dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi dari Bidang Pelayanan
perijinan IV adalah sebagai berikut :
Tugas :
b. Bidang Pelayanan Perijinan IV dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
c. Bidang Pelayanan Perijinan IV mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan
konstruksi, kesehatan dan lain-lain;
d. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan IV
menyelenggarakan.
Fungsi :
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan IV;
b. Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan IV;
c. Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan
IV;
d. Pelaksanaan pelayanan perijinan;
e. Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan
permohonan Ijin;
f. Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
g. Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap
permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan;
h. Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi,
i. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
j. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan
di Bidang Pelayanan Perijinan IV;
k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Tim Teknis mempunyai tugas :
a. Meneliti permohonan ijin;
b. Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin;
c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
apabila diperlukan;
d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan persiapan
konsep Surat Keputusan/Perijinan;
e. Memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala
Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Badan;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
Tabel 2.4
Jenis Perijinan Yang Dilayani
NAMA IJIN BIDANG JENIS IJIN TAHUN
Lanjutan
Tabel 2.4
Jenis Perijinan Yang Dilayani
NAMA IJIN BIDANG JENIS
IJIN
J. Jaringan Kegiatan
Dalam mencapai target dan sasaran pembangunan kota, BPPT memiliki
hubungan kerja dan fungsi dengan SKPD lain di Pemko Medan diantara lain
yaitu :
1. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) memberi pelayanan kepada
masyarakat mulai dari penerimaan permohonan ijin sampai menerbitkan ijin
yang dikelola oleh BPPT.
2. Ketentuan, standard teknis, pengaturan dan pedoman teknis penerbitan ijin
yang dikelola oleh BPPT disusun SKPD teknis bersama-sama BPPT serta
3. Setiap penerbitan ijin ditembuskankepada SKPD teknis terkait sebagai
bahan/dasar pengawasan dan penerbitan. Tugas pengawasan dan penerbitan
ada pada SKPD terkait.
4. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) tidak mempunyai fungsi
pengawasan dan penerbitan terhadap ijin yang elah diterbitkan berdasarkan
Struktur Ongkos BPPT.
5. Direncanakan adanya rapat rutin dengan SKPD terkait untuk evaluasi dan
rencana kedepan.
K. Kinerja Kegiatan Terkini
Adapun kinerja kegiatan pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu pada
tahun 2014 yaitu :
a. Program pelayanan administrasi perkantoran
1. Penyediaan jasa komunikasi, sumberdaya air dan listrik.
2. Penyediaan jasa kebersihan kantor
3. Penyediaan alat tulis kantor
4. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
5. Penyediaan komponen instalasi listrik/ penerangan bangunan kantor.
6. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang – undangan
7. Penyediaan makanan dan minuman
8. Penyediaan jasa tenaga pendukung administras/ teknis perkantoran
b. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur
1. Pengadaan perlengkapan gedung kantor
2. Pengadaan peralatan gedung kantor
3. Belanja modal pengadaan Mebeuler
4. Pengadaan komputer dan perlengkapannya
5. Pemeliharaan rutin/ berkala gedung kantor
6. Pemeliharaan rutin/ berkala kendaraan dinas/ operasional
7. Pemeliharaan rutin/ berkala peralatan gedung kantor.
c. Peningkatan disiplin aparatur
1. Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
2. Pengadaan pakaian khusus pada hari-hari tertentu
d. Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja keuangan
1. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
(LAKIP)
2. Penyusuanan laporan keterangan pertanggungjawaban dan laporan
penyelenggaraan pemerintah daerah
3. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun
4. Penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD
5. Penyususunan buku produk perijinan di BPPT kota Medan
e. Program peningkatan pelayanan perijinan
1. Penyusunan dan pengembangan sistem informasi perijinan
3. Surveilance audit tahunan dan maintenance ISO 9001:2008 serta survey
IKM
L. Rencana Kegiatan
Adapun program/ kegiatan rencana kerja dan anggaran SKPD tahun 2014
tercantun dalan sasaran program berikut :
a. Terselenggaranya Kegiatan administrasi kantor
1. Tersedia sarana komunikasi dan telekomunikasi air dan listrik
2. Terpeliharanya kebersihan kantor
3. Tersedianya peralatan dan perlengkaan kerja
4. Tersedianya blanko dan cetakan lainnya untuk mendukung proses
perijinan
5. Tersediannya komponen instalasi listrik untuk penerangan gedung kantor
6. Terpenuhinya bahan bacaan berupa koran dan majalah
7. Tersediannya makanan dan minum rapat, tamu.
8. Tersedianya honorarium dan keperluan lainnya.
9. Terwujudnya pelayanan perijinan yang aman dan kondusif dengan
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu di Bidang Pelayanan
Perijinan I pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) kota Medan Jl.
Jendral Besar Abdul Haris Nasution no.32 LT II Medan 20143. Sedangkan waktu
penelitian yaitu pada bulan April 2014 hingga bulan Juni 2014.
B. Uraian Teoritis 1. Stres Kerja
a. Pengertian stres kerja
Stres kerja sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat
merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individual
dengan beban yang dirasakannya. Masalah stres dalam organisasi menjadi
gejala yang penting sejak timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan.
Stres kerja karyawan perlu dikelola oleh seorang pimpinan perusahaan
agar potensi-potensi yang merugikan perusahaan dapat diatasi. Akibat
adanya stres kerja, karyawan menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berifikir dan kondisi
fisik individu.
Menurut Robbins (2008:368) stres kerja adalah suatu kondisi dinamis
daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh indiviu itu dan yang
hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stres lebih sering dikaitkan
dengan tuntutan (demand) dan sumber daya (resources). Stres tidak selalu bedampak buruk bagi individu, meskipun biasanya dibahas dalam
konteksnegatif, stres juga memiliki nilai positif. Stres merupakan sebuah
peluang ketika hal ini menawarkan potensi hasil. Sebagian stres bisa positif,
dan sebagian lagi bisa negatif. Dewasa ini, para peneliti berpendapat bahwa
stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan dilingkungan kerja
(seperti memiliki banyak proyek, tugas dan tanggung jawab), beroperasi
sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam
mencapai tujuan (birokrasi, politik kantor, kebingungan terkait tanggung
jawab bekerja).
Menurut Veithzal (2004:516) stres kerja adalah suatu kondisi
ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis,
yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang karyawan
dimana tekanan tersebut disebabkan oleh lingkungan pekerjaan dimana
karyawan tersebut berada. Sedangkan menurut Sasono (2004:47) stres kerja
bisa dipahami sebagai keadaan dimana seseorang menghadapi tugas atau
pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh kemampuannya.
Jika kemampuan seseorang baru sampai angka 5 (lima) tetapi menghadapi
pekerjaan yang menuntut kemampuan dengan angka 9 (sembilan), maka
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu
keadaan dimana terjadinya ketidakseimbangan antara fisik dan psikis
ataupun ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya, yang berakibat pada pikiran
dan emosi seseorang. Emosi bukanlah suatu penyakit namun stres yang
berkepanjangan dan berlarut-larut tentunya akan mengakibatkan masalah
pada gangguan kesehatan dan juga akan mempengaruhi perfoma karyawan
saat bekerja.
b. Sumber stres kerja
Menurut Cary Cooper (1992) Sumber stres kerja dikenal dengan job stressor yang sangat beragam dan reaksinya beragam pula pada setiap orang. Berikut ini beberapa sumber stres kerja yaitu :
1. Kondisi Kerja
Kondisi kerja ini meliputi kondisi kerja quantitative work overload, qualitative work overload, assembli line- hysteria , pengambilan keputusan, kondisi fisik yang berbahaya, pembagian waktu kerja,
dan kemajuan teknologi (technostres).
Pengertian dari masing-masing kondisi kerja tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Quantitative work overload
Work overload (beban kerja yang berlebihan) biasanya terbagi dua,
yaitu quantitative dan qualitative overload. Quantitative overload adalah
karena pegawai harus menyelesaikan pekerjaan yang sangat banyak
dalam waktu yang singkat. Qualitative overload terjadi ketika pekrejaan yang harus dilakukan oleh pegawai terlalu sulit dan kompleks.
b. Assembli line- hysteria
Beban kerja yang kurang dapat terjadi karena pekerjaan yang
harus dilakukan tidak menantang atau pegawai tidak lagi tertarik
dan perhatian terhadap pekerjaannya.
c. Pengambilan keputusan dan tanggungjawab
Pengambilan keputusan yang akan berdampak pada
perusahaan dan pegawai sering membuat seorang manajer menjadi
tertekan. Terlebih lagi apabila pengambilan putusan itu juga
menuntut tanggungjawabnya, kemungkinan peningkatan stres juga
dapat terjadi.
d. Kondisi fisik yang berbahaya
pekerjaan seperti SAR, Polisi, penjinak bom sering berhadapan
dengan stres. Mereka harus siap menghadapi bahaya fisik
sewaktu-waktu.
e. Pembagian waktu kerja
Pembagian waktu kerja kadang-kadang mengganggu ritme
hidup pegawai sehari-hari, misalnya pegawai yang memperoleh
jatah jam kerja berganti-ganti. Hal seperti ini tidak selalu berlaku
sama bagi setiap orang yang ada yang mudah menyesuaikan diri,
tetapi ada yang sulit sehingga menimbulkan persoalan.
Technostres adalah kondisi yang terjadi akibat ketidakmampuan individu atau organisasi menghadapi teknologi
baru.
2. Ambiguitas Dalam Berperan
Pegawai kadang tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan oleh
perusahaan, sehingga ia bekerja tanpa arah yang jelas. Kondisi ini
akan menjadi ancaman bagi pegawai yang berada pada masa karier
tengah baya, karena harus berhadapan dengan ketidakpastian.
Akibatnya dapat menurunkan kinerja, meningkatkan ketegangan dan
keinginan keluar dari pekerjaan.
3. Faktor Interpersonal
Hubungan interpersonal dalam pekerjaan merupakan faktor penting
untuk mencapai kepuasan kerja. Adanya dukungan sosial dari teman
sekerja, pihak manajemen maupun keluarga diyakini dapat
menghambat timbulnya stres. Dengan demikian perlu kepedulian
dari pihak manjemen pada pegawai agar selalu tercipta hubungan
yang harmonis.
4. Perkembangan Karier
Pegawai biasnya mempunyai berbagai harapan dalam kehidupan
karier kerjanya, yang ditujukan pada pencapaian prestasi dan
pemenuhan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Apabila
promosi yang tidak jelas, pegawai akan merasa kehilangan harapan
yang dapat menimbulkan gejala perilaku stres.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisai berpotensi menimbulkan stres apabila
diberlakukan secara kaku, pihak manajemen kurang memperdulikan
inisiatif pegawai, tidak melibatkan pegawai dalam proses
pengambilan keputusan dan tidak adanya dukungan bagi kreatifitas
pegawai.
6. Hubungan antara pekerjaan dan rumah
Rumah adalah sebuah tempat yang nyaman yang memungkinkan
membangun dan mengumpulkan semangat dari dalam diri individu
untuk memenuhi kebutuhan luar. Ketika tekanan menyerang
ketenangan seseorang, ini dapat memperkuat efek stres kerja.
Menurut Handoko (2000:200-201) kondisi-kondisi yang
menyebabkan stres disebut dengan istilah stressors. Stres bisa disebabkan oleh satu stessor, biasanya karyawan mengalami stres karena kombinasi beberapa stressors. Ada dua kategori penyebab stres, yaitu on-the-job dan
off-the-job .
Hampir setiap situasi pekerjaan mampu menyebabkan stres tergantung
pada reaksi karyawan. Misalnya, seorang karyawan akan dengan mudah
menerima dan mempelajari prosedur kerja baru, sedangkan seorang
menyebabkan stres bagi karyawan. Penyebab-penyebab stres “on the job”
yaitu :
1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Buruknya kualitas supervisi
4. Iklim politis yang tidak aman
5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6. Wewenang yang tidak cukup untuk melaksanakan tanggung
jawab
7. Kemenduaan peranan (role ambiguity)
8. Frustasi
9. Konflik antar pribadi dan antar kelompok
10. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan
Stres karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah yang terjadi
di luar perusahaan. Penyebab-penyebab stres “off-the-job” antara lain: 1. Kekhawatiran finansial
2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
3. Masalah-masalah fisik
4. Masalah-masalah perkawinan
c. Faktor-faktor penyebab stres kerja
Stres kerja adalah kata yang tidak asing lagi bagi semua orang. Hal ini
disebabkan karena masalah stres sering terjadi di organisasi, perusahaan
maupun di instansi pemeintah. Stres tidak hanya dikarenakan oleh masalah
keluarga, pekerjaan yang banyak yang harus diselesaikan ataupun masalah
ekonomi dan sosial yang mengganggu psikologis seseorang.
Menurut Gitosudarmo (2000:46) Faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya stres dalam diri seseorang individu dapat dibedakan menjadi dua
kategori yaitu faktor yang bersumber dari dalam maupun dari luar individu
tersebut. Penyebab stres yang bersumber dari dalam individu itu sendiri
seperti kepribadiannya, nilai, kebutuhan, tujuan, umur, dan kondisi
kesehatan. Penyebab stres yang bersumber dari luar individu dibedakan lagi
menjadi stres yang bersumber dari dalam perusahaan dan dari luar
perusahaan. Sumber stres berasal dari perusahaan itu seperti faktor kelarga,
masyarakat dan faktor keuangan. Sedangkan dari dalam perusahaan seperti
faktor lingkungan fisik. Faktor pekerjaan, faktor kelompok kerja, faktor
perusahaan dan faktor karir.
Menurut Robbins (2003:38) faktor penyebab stres karyawan antara
lain :
a. Beban kerja yang sulit dan berlebihan
b. Tekanan dan sikap pemimpin yang kurang adil dan wajar
c. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai
e. Balas jasa yang terlalu rendah
f. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan sebagainya.
Robbins (2008:370) menyatakan ada tiga kategori potensi pemicu
stres yaitu :
a. Faktor-faktor lingkungan
Selain mempengaruhi disain struktur sebuah perusahaan,
ketidakpastian lingkungan juga mempengaruhi tingkat stres para
karyawan dalam perusahaan. Perusahaan dalam siklus bisnis
menciptakan ketidakpastian ekonomi.
b. Ketidakpastian politik
Ketidakpastian politik juga merupakan pemicu stres diantara
karyawan masyarakat Amerika dan ketidakpastian yang sama
menpengaruhi karyawan di negara-negara seperti Haiti atau
Venezuela.
c. Perubahan teknologi
Perubahan teknologi adalah faktor lingkungan ketiga yang dapat
menyebabkan sters, karena inovasi-inovasi baru yang dapat membuat
keterampilan dan pengalaman seorang karyawan jadi using waktu
singkat, komputer, sistem robotik, otomatisasi dan berbagai bentuk
inovasi teknologi lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak
Menurut Wahjono (2010:110) faktor-faktor yang diindikasi sebagai
potensi sumber stres yaitu :
a. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan struktur
organisasi, ketidakpastian tersebut juga mempengaruhi tingkat stres
dikalangan para karyawan dalam sebuah organisasi. Bentuk-bentuk
ketidakpastian lingkungan ini antara lain ketidakpastian ekonomi,
ketidakpastian politik, ketidakpastian teknologi dan ketidakpastian
keamanan.
b. Faktor Organisasi
Beberapa faktor organisasi yang menjadi potensi sumber stres antara
lain :
1. Tuntutan tugas, dalam hal ini desain pekerjaan individu, kondisi
kerja, dan tata letak kerja fisik.
2. Tuntutan peran yang berhubungan dengan tekanan yang diberikan
kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang
dimainkan dalam sebuah organisasi.
3. Tuntutan antar pribadi, merupakan tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain seperti kurangnya dukungan sosial dan buruknya
hubungan antar pribadi para karyawan.
4. Struktur organisasi yang menentukan tingkat difrensiasi dalam
organisai, tingkat aturan dan peraturan, dan dimana keputisan yang
individu dalam pengambilan keputusan merupakan sumber potensi
sumber stres.
5. Kepemimpinan organisasi yang terkait dengan gaya
kepemimpinan dari senior organisasi. Gaya kepemimpinan
tertentu dapat menciptakan budaya yang menjadi potensi sumber
stres.
c. Faktor individu
Faktor individu menyangkut dengan faktor-faktor dalam kehidupan
pribadi individu. Faktor tersebut antara lain persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi, karakter kepribadianbawaan.
d. Gejala stres
Arden (2002:12) mengemukakan bahwa seseorang mengalami stres
dapat dilihat dari tanda-tanda sebagai berikut :
a. Gejala Fisik : sakit kepala, sakit punggung, kehilangan nafsu makan,
makan berlbihan, bahu tegang, diare, insomnia, kelelahan, sering flu,
gangguan perut, serta nafas pendek.
b. Gejala Psikologis : pesimisme, mudah lupa, kebosanan, ketidaktegasan,
ketidaksabaran, pikiran yang kaku, depresi, kecemasan, tidak logis,
apatis, kesepian, merasa tidak berdaya, serta ingin melarikan diri.
c. Gejala Perilaku : keresahan, mudah marah, sifat suka
kecurigaan, tidak memiliki rasa humor, mudah bingung, pekerjaan yang
buruk, serta mangkir kerja.
Menurut Robbin (2005) gejala-gejala yang ditimbulkan pada gejala
Psikologis dan perilaku lebih penting dibandingkan dengan gejala fisik. Hal
ini disebabkan gejala fisik sedikit keterkaitannya untuk mempengaruhi
perilaku organisasi dibandingkan dengan gejala-gejala lainnya.
e. Strategi manajemen stres kerja
Menurut Mangkunegara (2002:157-159), ada empat pendekatan
terhadap stres kerja, yakni :
1. Pendekatan Dukungan Sosial
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan
memberikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya : bermain
game dan bergurau.
2. Pendekatan Melalui Meditasi
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi
ke alam pikiran, mengendorkan kerja otot, dan menenangkan emosi.
Meditasi ini dapat dilakukan selama 15-20 menit. Meditasi biasa
dilakukan di ruangan khusus. Karyawan yang beragama Islam biasa
melakukannya setelah shalat Dzuhur melalui doa dan zikir kepada
3. Pendekatan Melalui Biofeedback
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui
bimbingan dokter, psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan
karyawan dapat menghilangkan stres yang dialaminya.
4. Pendekatan Kesehatan Pribadi
Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya
stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu
memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan
olahraga secara teratur.
Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada tiga pola
dalam mengatasi stress, yaitu :
1. Pola sehat
Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan
kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres
tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan
berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu
mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur
sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun
sebenamya tantangan dan tekanan cukup banyak.
2. Pola harmonis
Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan
mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak
mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara
mengatur waktu secara teratur. Individu tersebut selalu menghadapi
tugas secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas
tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh.
Dengan demikian, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan
antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian
juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan.
3. Pola patologis
Pola patologis adalah pola menghadapi stres dengan berdampak
berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini,
individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang
tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan
waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya
karena bisa menimbulkan berbagai masalah-masalah yang buruk.
f. Mengelola stres kerja
Mengatasi stres dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu
pendekatan individu dan pendekatan organisasi. Pendekatan individu
penting dilakukan karena stres dapat mempengaruhi kehidupan, kesehatan,
produktivitas, dan penghasilan. Pendekatan organisasi karena alasan
kemanusiaan dan juga karena pengaruhnya terhadap prestasi semua aspek
Menurut Robbins (2008: 377) dari sudut pandang perusahaan,
manajemen mungkin tidak peduli ketika karyawan mengalami tingkat stres
rendah hingga menengah, karena kedua tingkat stres ini mungkin
bermanfaat dan membuahkan kinerja karyawan yang lebih tinggi atau meski
rendah tetapi berlangsung terus menerus dalam periode yang lama dapat
menurunkan kinerja karyawan. Dengan demikian, membutuhkan tindakan
dari pihak manajemen. Ada dua pendekatan dalam mengelola stres kerja
yaitu:
1. Pendekatan Individual
Strategi individual yang telah terbukti efektif meliputi penerapan
manajemen waktu, penambahan waktu olah raga, pelatihan relaksasi
dan perluasan jaringan dukungan sosial. Karyawan yang teratur, sering
dapat merampungkan pekerjaan dua kali lebih banyak daripada
karyawan yang tidak teratur. Karena itu pemahaman dan pemanfaatan
prinsip-prinsip dasar manajemen waktu dapat membantu individu
mengatasi ketegangan akibat tuntutan kerja secara lebih baik. Beberapa
prinsip manajemen waktu yang dapat dipraktekkan yaitu :
a. Membuat daftar kegiatan harian yang harus dirampungkan.
b. Memprioritaskan kegiatan berdasarkan tingkat kepentingan dan
urgensinya.
d. Memahami siklus harian dan menangani pekerjaan yang paling
banyak menuntut dalam siklus kerja tertinggi ketika anda dalam
keadaan paling siap dan produktif.
2. Pendekatan Perusahaan
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan
tuntutan peran dikendalikan oleh manajemen. Dengan sendirinya
faktor-faktor tersebut dapat dimodifikasi atau diubah. Strategi yang bisa
manajemen pertimbangkan meliputi : seleksi personel dan penempatan
kerja yang lebih baik, pelatihan, penetapan tujuan yang realistis,
pendesainan ulang pekerjaan, peningkatan keterlibatan karyawan,
perbaikan dalam komunikasi perusahaan, penawaran cuti panjang atau
masa sabatikal (biasanya untuk penelitian, kuliah atau bepergian)
kepada karyawan dan penyelenggara program-program kesejahteraan
perusahaan.
2. Motivasi
a. Pengertian motivasi
Motivasi (motivation) berasal dari kata motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Motivasi
terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Di dalam perusahaan motivasi berperan sangat penting dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Tujuan
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti
juga mampu memelihara dan meningkatkan moral, semangat dan gairah
kerja, karena dirasakan sebagai pekerjaan yang menantang.
Wursanto (1996:133) mengungkapkan Motivasi merupakan
keinginan, hasrat dan tenaga penggerak yang berasal dari diri manusia untuk
melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu, dikondisikan oleh kemampuan
upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Di sisi lain
Stevenson (2001:133) menyatakan Motivasi adalah semua hal verbal, fisik,
dan psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai
responden
Menurut Arep dan Tanjung (2003:12) motivasi adalah sesuatu yang
pokok, yang menjadi dorongan seseorang untuk berkerja. Hasibuan
(2005:95) menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja
sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan. Sedangkan menurut Siagian (2005:143) motivasi
adalah suatu keberhasilan, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar
mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan
organisasi sekaligus akan sekaligus tercapai.
Dari defenisi-defenisi motivasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
motivasi adalah sesuatu hal verbal, fisik ataupun psikologis yang mampu
mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan suatu individu untuk
dan efisiensi dalam bekeerja. Dengan demikian, tujuan perusahaan/instansi
dapat tercapai dengan maksimal. Suatu hal verbal, fisik ataupun psikologis
yang dimaksud adalah kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan
pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkannya.
b. Jenis-jenis motivasi
Menurut Hasibuan (2005:149) ada dua jenis motivasi, yaitu :
1. Motivasi Positif
Pimpinan memotivasi (merangsang) karyawan dengan memberikan
hadiah kepada para karyawan yang berprestasi di atas prestasi standar.
Dengan motivasi positif, semangat kerja karyawan akan meningkat
karena umumnya manusia senang menerima hal yang baik-baik saja.
2. Motivasi Negatif
Pimpinan memotivasi para karyawan dengan memberikan suatu
hukuman bagi karyawan yang prestasi kerjanya di bawah standar.
Dengan motivasi negatif ini, semangat karyawan dalam jangka waktu
pendek akan meningkat dikarenakan karyawan takut dihukum, tetapi
untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam prakteknya, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh
suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat
meningkatkan semangat dan produktivitas kerja karyawan. Motivasi positif
efektif untuk jangka waktu panjang sedangkan motivasi negatif efektif
c. Metode motivasi
Menurut Hasibuan (2005:48) ada dua metode motivasi, yaitu:
1. Motivasi Langsung
Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung
kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta
kepuasannya. Misalnya : pemberian pujian, penghargaan, tunjangan
hari raya, bonus, dan tanda jasa.
2. Motivasi Tidak Langsung
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya berupa
fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang kelancaran tugas
sehingga para karyawan betah dan bersemangat dalam melaksanakan
tugas/pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang
baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman serta penempatan kerja
yang tepat.
d. Alat-alat motivasi
Alat-alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada karyawan
dapat berupa material incentive dan nonmaterial incentive (Hasibuan, 2005:48) :
1. Material Incentive