EVALUASI SISTEM PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI APUNG
KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN
TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH PUTRI NOVELAN
NIM: 131021073
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EVALUASI SISTEM PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI APUNG
KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN
TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH PUTRI NOVELAN
NIM: 131021073
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu dari kata “Mal” artinya buruk dan “Area” yang artinya udara. Secara harfiah (bahasa) malaria adalah penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang juga buruk. Jadi definisi dari Malaria berarti suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan di tularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Angka kasus malaria di Indonesia secara nasional selama periode 2005-2012 berdasarkan indikator API telah mengalami penurunan yaitu tahun 2005 sebesar 4,1 per 1.000 penduduk menurun menjadi 1,69 per 1.000 penduduk pada tahun 2012. Jumlah kasus positif malaria tahun 2013 di Puskesmas Sei Apung adalah 244 kasus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan koordinasi, kegiatan diagnosis dan pengobatan malaria, skrining malaria pada ibu hamil, pemberian kelambu berinsektisida, penyemprotan dinding rumah dan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap 8 informan yang terdiri dari Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, Kepala Puskesmas, Pengelola Program Malaria, Bidan Desa, Kepala Desa, Kader, Ibu hamil yang pernah menderita Malaria dan Masyarakat yang tidak pernah menderita Malaria. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria yang dilakukan di Puskesmas Sei Apung belum maksimal. Hal ini ditandai dengan penyuluhan hanya dilakukan jika sudah terjadi kasus bersamaan dengan pelaksanaan posyandu, dana yang belum memadai, tenaga kesehatan yang belum maksimal karena kurangnya pelatihan , dan sarana dan prasarana belum memadai, kurangnya koordinasi dengan lintas sektor, penyemprotan diding rumah hanya dilakukan ketika banyak kasus malaria.
Berdasarkan hasil penelitian, di harapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan agar meningkatkan pelatihan, memberi reward, meningkatkan sarana dan prasarana di Puskesmas Sei Apung, Puskesmas Sei Apung agar meningkatkan penyuluhan terutam tentang pemakaian kelambu berinsektisida, keterlibatan masyarakat untuk pemberantasan malaria dengan meelakukan gotong royong dan seharusnya penyemprotan dinding rumah dilakukan sebelum puncak kasus malaria.
ABSTRACT
Malaria is a term in Italian, i.e. “Mal” means poor and “Area” means
air. Literarily, malaria is a disease found In the poor air caused by the bad environment. The definition of malaria is an infectious disease with regular fever caused by parasite Plasmodium (Protozoa) and transmitted by mosquito Anopheles. The number of case in Indonesia during 2005-2012 based on API indicator is decrease in which in 2005 is 4.1 per 1000 population and to be 1.69 per 1.000 popolation in 2012. The number of positive malaria in 2013 at Puskesmas Sei Apung is 244 cases.
The Objective og this research is to study the activity of coordination, diagnosis and treatment of malaria, screening of malaria to the pregnant woment, the using of mosquito net with insecticide, spraying of wall and extension in evaluation of control system of malaria in the area of Puskesmas Sei Apung. This research is qualitative research with depth interview method to 8 informant that consist of officers of health office of Asahan Regency, Head of Puskesmas, Organizer of malaria program, midwife, head of village, cadre, pregnant woman with malaria and society who never with malaria. The data was analyzed by Miles and Huberman method.
The results of research indicates that Evaluation of Control System of malaria in Puskesmas Sei Apung has not yet maximal. this is indicated by the condition where the health extension is conducted after there is case when do the Posyandu, the insufficient available fund, the health staff that has not yet maximal for the lack of training, facilities and infrastructures, the lack of coordination of the sector, the spraying of wall only when there are malaria case.
Based on this research, it hope the head of Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan regency to increase training, provide reward, and to increase the availability of facility and infrastructure in Puskesmas Sei Apung and suggested that Puskesmas Sei Apung must to increase the haealth extension about the using of mosquito net with insecticide, the involvement of society in eradication of malaria by mutual cooperation and spraying of the wall of houses before the peak of malaria case.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Putri Novelan
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 20 Maret 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Batak
Agama : Islam
Nama Ayah : Ruslan
Suku Bangsa Ayah : Batak
Nama Ibu : Nova Julinda
Suku Bangsa Ibu : Batak
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1996-1997 : TK Raudhatul Athfal Kota Tanjung Balai
2. Tahun 1997-2003 : SDN 130004 Pematang Pasir
3. Tahun 2003-2006 : MTsN Tanjung Balai
4. Tahun 2006-2009 : MAN Tanjung Balai
5. Tahun 2009-2012 : DIII Kebidanan STIKes Flora Medan
6. Tahun 2013-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015”yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Banyak pengalaman yang diperoleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes, selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran kepada penulis
dalam perbaikan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan
selama penulis menjalani pendidikan.
3. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.
4. Bapak dr. Heldy B.Z., M.PH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, sekaligus sebagai Dosen Penguji I yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan
menyempurnakan skripsi ini
5. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan
6. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademi yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Dosen serta Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani
pendidikan.
8. Syahruddin, SKM , selaku Staff PMK Petugas Malaria di Dinas Kesehatan
Kabupaten Asahan.
9. dr. Susi Irmayani, selaku kepala Puskesmas Sei Apung dan seluruh staf
Puskesmas Sei Apung Kabupaten Asahan yang telah memberikan bantuannya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Ibu Asmidar, Am.Keb, selaku pemegang program malaria yang telah
membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada
waktunya.
11. Ibu Julila, Am.Keb, selaku Bidan Desa di Desa Pematang Sei Baru yang juga
telah membantu dalam penelitian ini.
12. Bapak Sahrul, Selaku Kepala Desa Pematang Sei Baru yang telah membantu
penelitian penulis.
13. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda
Ruslan dan ibunda Nova Julinda, Am.Keb yang telah memberikan kasih
sayang, motivasi, perhatian dan doa yang tiada henti kepada penulis yang
selama ini berjuang untuk penulis agar dapat menyelesaikan pendidikan
tinggi demi masa depan yang lebih baik.
14. Terkhusus kepada yang tersayang Adik-adikku Muhammad Syah Putra
Novelan, S.Kom dan Sabilal Haqqi Novelan yang selalu memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
15. Sahabat-sahabat terbaik Wan Elida, Nanda Fitrianda, Marini Lestari, Kak Eka
Ginting, Ernida, Dwi, Tika, Dila, Kak Nurma dan Tira serta teman-teman
LKP (Bang Martiman, Kak Adek, dan Widia), yang telah membantu dan
memberikan penulis motivasi-motivasi yang membangun dan juga
kerja samanya, dan semua teman di peminatan AKK serta
teman-teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan dukungan dan semangat serta bantuan kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
16. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dan penulis
tidak dapat menyebutkannya satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu
pengetahuan.
Medan, 27 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
2.4.5 Penyemprotan Rumah Dengan Insektisida (IRS) ... 32
2.5 Puskesmas ... ... 35
4.1.4 Sumber Daya Manusia Puskesmas Sei Apung ... 49
4.2 Input ... ... 50
4.3.1 Kegiatan Program Pengendalian Malaria ... 55
4.3.2 Kegiatan Skrining malaria ... 56
4.3.3 Kegiatan Pemberian Kelambu Berinsektisida ... 56
4.3.4 Kegiatan Penyemprotan dinding Rumah (IRS) ... 58
5.2.3 Ketersediaan Obat Anti Malaria ... 67
5.2.4 Ketersediaan Sumber dana ... 70
5.2 Proses ... 71
5.2.1 Koordinasi ... 71
5.2.2 Diagnosis malaria dan Pengobatan ... 72
5.2.3 Skrining malaria pada Ibu hamil ... 73
5.2.4 Pemberian Kelambu Berinsektisida ... 75
5.2.5 Penyemprotan Dinding Rumah (IRS) ... 77
5.2.6 Penyuluhan ... 80
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 81
6.1 Kesimpulan ... 81
6.2 Saran ... 82
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pengobatan Malaria yang di berikan kepada Ibu Hamil ... 24
Tabel 2.2 Perbandingan dgn Kelambu Biasa Dengan Kelambu Berinsektisida ... 25
Tabel 3.1 Karakteristik Informan ...
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Dusun di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2013 ... 45
Tabel 4.2 Jumlah KK, Jumlah Rata-Rata Jiwa/RT dan Kepadatan Penduduk Per Km2 di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2013 ... 46
Tabel 4.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas SeiApung ... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Penularan Malaria ... 18
Gambar 2.2 Bagan Alur Penemuan Penderita Malaria ... 18
Gambar 2.3 Uraian/Penjelasan Tes RDT ... 22
Gambar 2.4 Penyemprotan Rumah Dengan Insektisida (IRS)... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
Lampiran 2 Standar Ketenagaan Program
Lampiran 3 Tatalaksana Kasus Malaria dan Tingkat Primer dan Sekunder Lampiran 4 Hasil Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan
Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari Puskesmas Sei Apung
ABSTRAK
Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu dari kata “Mal” artinya buruk dan “Area” yang artinya udara. Secara harfiah (bahasa) malaria adalah penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang juga buruk. Jadi definisi dari Malaria berarti suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan di tularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Angka kasus malaria di Indonesia secara nasional selama periode 2005-2012 berdasarkan indikator API telah mengalami penurunan yaitu tahun 2005 sebesar 4,1 per 1.000 penduduk menurun menjadi 1,69 per 1.000 penduduk pada tahun 2012. Jumlah kasus positif malaria tahun 2013 di Puskesmas Sei Apung adalah 244 kasus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan koordinasi, kegiatan diagnosis dan pengobatan malaria, skrining malaria pada ibu hamil, pemberian kelambu berinsektisida, penyemprotan dinding rumah dan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap 8 informan yang terdiri dari Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, Kepala Puskesmas, Pengelola Program Malaria, Bidan Desa, Kepala Desa, Kader, Ibu hamil yang pernah menderita Malaria dan Masyarakat yang tidak pernah menderita Malaria. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria yang dilakukan di Puskesmas Sei Apung belum maksimal. Hal ini ditandai dengan penyuluhan hanya dilakukan jika sudah terjadi kasus bersamaan dengan pelaksanaan posyandu, dana yang belum memadai, tenaga kesehatan yang belum maksimal karena kurangnya pelatihan , dan sarana dan prasarana belum memadai, kurangnya koordinasi dengan lintas sektor, penyemprotan diding rumah hanya dilakukan ketika banyak kasus malaria.
Berdasarkan hasil penelitian, di harapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan agar meningkatkan pelatihan, memberi reward, meningkatkan sarana dan prasarana di Puskesmas Sei Apung, Puskesmas Sei Apung agar meningkatkan penyuluhan terutam tentang pemakaian kelambu berinsektisida, keterlibatan masyarakat untuk pemberantasan malaria dengan meelakukan gotong royong dan seharusnya penyemprotan dinding rumah dilakukan sebelum puncak kasus malaria.
ABSTRACT
Malaria is a term in Italian, i.e. “Mal” means poor and “Area” means
air. Literarily, malaria is a disease found In the poor air caused by the bad environment. The definition of malaria is an infectious disease with regular fever caused by parasite Plasmodium (Protozoa) and transmitted by mosquito Anopheles. The number of case in Indonesia during 2005-2012 based on API indicator is decrease in which in 2005 is 4.1 per 1000 population and to be 1.69 per 1.000 popolation in 2012. The number of positive malaria in 2013 at Puskesmas Sei Apung is 244 cases.
The Objective og this research is to study the activity of coordination, diagnosis and treatment of malaria, screening of malaria to the pregnant woment, the using of mosquito net with insecticide, spraying of wall and extension in evaluation of control system of malaria in the area of Puskesmas Sei Apung. This research is qualitative research with depth interview method to 8 informant that consist of officers of health office of Asahan Regency, Head of Puskesmas, Organizer of malaria program, midwife, head of village, cadre, pregnant woman with malaria and society who never with malaria. The data was analyzed by Miles and Huberman method.
The results of research indicates that Evaluation of Control System of malaria in Puskesmas Sei Apung has not yet maximal. this is indicated by the condition where the health extension is conducted after there is case when do the Posyandu, the insufficient available fund, the health staff that has not yet maximal for the lack of training, facilities and infrastructures, the lack of coordination of the sector, the spraying of wall only when there are malaria case.
Based on this research, it hope the head of Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan regency to increase training, provide reward, and to increase the availability of facility and infrastructure in Puskesmas Sei Apung and suggested that Puskesmas Sei Apung must to increase the haealth extension about the using of mosquito net with insecticide, the involvement of society in eradication of malaria by mutual cooperation and spraying of the wall of houses before the peak of malaria case.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya
tersebut, pembangunan kesehatan merupakan salah satu unsur penentu karena
masyarakat harus bebas dari berbagai penyakit terutama penyakit menular.
Penyakit infeksi menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
menonjol, termasuk didalamnya penyakit malaria, penyakit menular ini dapat
menyerang semua kelompok umur khususnya pada kelompok risiko tinggi yaitu
bayi, anak balita dan ibu hamil yang berdampak menurunkan kualitas dan
produktivitas sumber daya manusia bahkan menyebabkan kematian (Kemenkes,
2013).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012
menyebutkan bahwa malaria terjadi di 104 negara, bahkan 3,3 milyar penduduk
dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah penderita malaria di
dunia sebanyak 219 juta kasus, dimana 28 juta kasus terjadi di ASEAN. Setiap
tahunnya sebanyak 660 ribu orang meninggal dunia karena malaria, 6%
diantaranya berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia (WHO, 2013).
Upaya pengendalian malaria telah dilakukan sejak tahun 1952-1959, pada
akhir periode yaitu pada tanggal 12 Nopember 1959 di Yogyakarta, Presiden
Soekarno telah mencanangkan dimulainya program pembasmian malaria yang
Tanggal 12 November tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Kesehatan
Nasional (Kemenkes, 2013).
Penggalakkan pemberantasan malaria melalui gerakan masyarakat yang
dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria atau ”Gebrak Malaria” yang
telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan di Kupang tanggal 8 April 2000.
Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan
berbagai sektor dengan slogan “Ayo Berantas Malaria” (Kemenkes, 2013).
Pengendalian malaria di Indonesia tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor.293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28
April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia yang bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan
malaria secara bertahap sampai tahun 2030. (Depkes, 2009).
Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang terdapat pada tujuan ke-6 MDGs
ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mulai menekan jumlah kasus
malaria. Hal ini juga sesuai dengan RPJMN 2010-2014 dalam rangka upaya
penurunan angka kesakitan malaria. Berdasarkan Inpres No.3 tahun 2010 tentang
percepatan pencapaian MDGs salah satunya Program Pengendalian Malaria
dengan angka API (Annual Parasite Incidence) tahun 2015 adalah <1 ‰
(Kemenkes, 2013).
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan program pengendalian
malaria seperti diagnosis dini melalui pemeriksaan sediaan darah dengan
mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria efektif
dan aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu ACT (Artemisinin
Combination Therapy), skrining malaria pada ibu hamil, pemberian kelambu
berinsektisida, penyemprotan dinding rumah dan penyuluhan (Kemenkes, 2014).
Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat
dipantau dengan melihat angka kesakitan malaria dengan menggunakan indikator
Annual Parasite Incidence (API). API adalah jumlah penderita positif malaria per
1.000 penduduk. Angka kasus malaria di Indonesia secara nasional selama
periode 2005-2012 berdasarkan indikator API telah mengalami penurunan yaitu
tahun 2005 sebesar 4,1 per 1.000 penduduk menurun menjadi 1,69 per 1.000
penduduk pada tahun 2012, tetapi disparitas setiap daerah berbeda, ada daerah
bebas endemis, endemis tinggi, endemis sedang dan rendah (Kemenkes,2013).
Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua suspek malaria
dilakukan pemeriksaan sediaan darahnya baik secara mikroskopis (laboratorium)
maupun dengan Rapid Diagnostic Test (RDT) Malaria. Dari tahun 2008-2012
pemeriksaan sediaan darah terhadap jumlah suspek malaria terus meningkat
secara signifikan yaitu pada tahun 2008 sebesar 48% sedangkan pada tahun 2012
meningkat menjadi 93% (Kemenkes, 2013).
Semua kasus positif malaria harus diobati dengan pengobatan kombinasi
berbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin Combination Therapy), ACT yang
direkomendasikan WHO saat ini antara lain Artesunat, Amodiakuin dan
primakuin digunakan untuk pengobatan plasmodiumfalciparum dan vivax, kedua
Cakupan kasus yang dinyatakan positif dan mendapatkan pengobatan, diukur
melalui indikator persentase penderita malaria yang diobati. Capaian indikator ini
pada tahun 2012 sebesar 81,78%. Angka ini lebih besar dibandingkan tahun 2010
sebesar 66,3%. Pengobatan terhadap penderita spositif malaria belum 100%
karena masih adanya pengobatan malaria dengan menggunakan obat selain ACT
(misal kloroquin, suldox atau fansidar) dan larangan konsumsi ACT bagi ibu
hamil trimester pertama. (Riskesdas,2013)
Untuk mengendalikan malaria selain pengobatan sangat penting melakukan
upaya pencegahan terjadinya malaria, salah satu strategi untuk mengurangi faktor
resiko penularan malaria adalah pemakaian kelambu berinsektisida. Maka
kegiatan program pengendalian malaria terkait yang telah dijalankan saat ini
adalah dengan pembagian kelambu yang bertujuan untuk melindungi penduduk
dari gigitan nyamuk penyebab penyakit malaria terutama untuk balita dan ibu
hamil (Kemenkes, 2013).
Saat ini di Indonesia, jumlah penduduk berisiko sekitar 149 juta jiwa dan
jumlah kelambu yang telah tersedia dimasyarakat sampai dengan tahun 2012
sekitar 6,4 juta kelambu. Jumlah kelambu yang tersedia dimasyarakat adalah
jumlah kelambu yang sudah didistribusikan dikurangi dengan jumlah kelambu
yang sudah kadaluarsa (lebih dari 3 tahun sejak didistribusikan). Apabila 1
kelambu diperkirakan mampu melindungi 2-3 orang dari anggota keluarga maka
sekitar 12,8-19,2 juta jiwa yang terlindungi dengan kelambu. Pada tahun 2012
Provinsi di Indonesia kecuali : DKI Jakarta, Jawa Barat dan Aceh (Kemenkes,
2013)
Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang melakukan upaya
pengendalian malaria dan menargetkan eliminasi malaria di tahun 2020
mendatang, hal ini sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Indonesia tahun
2009, pada tahun 2013 jumlah angka kesakitan (API) provinsi Sumatera Utara
adalah 1,30 per 1000 penduduk, di Sumatera Utara masih terdapat beberapa
kabupaten/kota endemis malaria diantaranya adalah Kabupaten Mandailing natal,
Batubara, Nias Selatan, Asahan, dan Padang lawas utara. (Kemenkes, 2014)
Adapun pola penanganan malaria yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara antara lain : Peningkatan kerjasama lintas program
dan sektoral, penambahan jumlah peralatan (spray can), penerapan metode
pengobatan malaria baru, peningkatan frekwensi penyuluhan kesehatan
masyarakat, menyampaikan informasi kepada sarana-sarana kesehatan tentang
perlunya pencatatan/pengiriman pelaporan kasus ke Dinkes setempat dalam upaya
pencegahan & penanggulangan lebih awal dan peningkatan peran serta
masyarakat serta perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan. (Profil Dinkes
Sumut, 2014)
Berdasarkan Data dan informasi dari Profil Kesehatan Indonesia 2014, pada
tahun 2012 dijelaskan bahwa Jumlah angka kesakitan (Annual Parasite Incidence)
Malaria di Provinsi Sumatera utara sebesar 0,84‰, pada tahun 2013 sebesar
1,30‰, terlihat mengalami peningkatan, maka upaya pengendalian malaria tetap
Kabupaten Asahan adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
merupakan daerah endemis malaria dengan jumlah kasus tertinggi ke empat di
Sumatera Utara terutama pada kecamatan yang berada pada daerah-daerah dataran
rendah di kawasan sepanjang timur yaitu terdapat di Kecamatan Sei Kepayang
Barat, Kecamatan Sei Kepayang Timur, Kecamatan Tanjung Balai dan
Kecamatan Air Joman (Profil Dinkes Kabupaten Asahan, 2013)
Jumlah Kasus Baru Malaria di Kabupaten Asahan tahun 2013 adalah pada
Kecamatan Sei Kepayang Barat dan Sei Kepayang Timur hanya memiliki 1
Puskesmas yaitu Puskesmas Sei Kepayang Barat, dengan jumlah 816 kasus,
sedangkan Kecamatan Tanjung Balai memiliki 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Sei
Apung dan Puskesmas Bagan Asahan, Puskesmas Sei Apung terdapat 244 kasus,
sedangkan Puskesmas Bagan Asahan terdapat 698 kasus dan Kecamatan Air
Joman memiiki 1 Puskesmas yaitu Puskesmas Binjai Serbangan dengan jumlah 68
kasus. (Profil dinkes Kabupaten Asahan, 2013)
Puskesmas Sei Apung adalah salah satu Puskesmas yang berada di
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan melaksanakan 6 program pokok
puskesmas salah satu diantaranya adalah program pencegahan penyakit menular
(P2M) termasuk di dalamnya program pengendalian malaria. Keberhasilan suatu
program tersebut tidak terlepas dari pelaksanaan koordinasi, pertemuan koordinasi
dapat dilakukan pertemuan tingkat kelurahan atau desa, sedangkan di puskesmas
dapat dilakukan pertemuan misalnya dalam kegiatan minilog. Pelaksanaan
penyuluhan juga di lakukan dalam program pengendalian malaria, penyuluhan di
endemis malaria seperti Desa Pematang Sei Baru. Penyuluhan yang dilakukan
dengan tujuan memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit
malaria.
Adapun kegiatan program pengendalian malaria yang dilakukan adalah
diagnosis dini dengan pemeriksaaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid
Diagnostict Test (RDT) dan pengobatan malaria, skrining malaria pada ibu hamil
kegiatan tersebut dilakukan dengan melakukan diagnosis dini dan bila hasilnya
positif maka dilanjutkan dengan pemberian obat malaria bila tidak maka dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk mencari penyebab penyakit
malaria, kegiatan dalam upaya pencegahan malaria dapat dilakukan dengan
pemberian kelambu berinsektisida, serta penyemprotan rumah dengan insektisida
(IRS) serta dilakukan penyuluhan.
Dilihat dari Sumber daya manusia yang bertugas dalam program tersebut
adalah 1 orang bidan sebagai penanggung jawab pengelola program malaria,
kemudian bidan desa merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas dan dia
bertugas melaporkan jumlah kasus malaria di setiap desa kepada penanggung
jawab pengelola program malaria. Adapun wilayah kerja Puskesmas Sei Apung
terdiri dari Desa Sei Apung, desa Sei Apung Jaya, desa Kapias Batu VIII, dan
desa Pematang Sei Baru dan Desa yang memiliki jumlah kasus tertinggi adalah
desa Pematang Sei Baru karena desa tersebut merupakan daerah yang sangat
endemis malaria dan dilihat dari geografisnya, desa tersebut berada di dekat
Berdasarkan hasil laporan Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai
Kabupaten Asahan yang digabungkan dengan hasil laporan Puskesmas Pembantu
dan Poskesdes maka hasil yang diperoleh ditemukan penderita positif malaria
pada tahun 2013 sebanyak 168 orang serta pada tahun 2014 ditemukan sebanyak
209 orang positif malaria, obat yang diberikan adalah ACT (Arthemisin
Combination Therapy), sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita yang
mengonsumsi obat ACT adalah 161 orang sedangkan tahun 2014 sejumlah 203
orang, Vektor malarianya adalah nyamuk Anopeles dan parasit penyebab malaria
yang paling banyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung adalah
PlasmodiumFalciparum.
Pemeriksaan hanya dilakukan dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) jumlah
ibu hamil yang melakukan skrining malaria pada tahun 2013 dengan target 468
orang ibu hamil yang terrealisasi hanya 264 orang ibu hamil, sedangkan pada
tahun 2014 dengan target 429 orang ibu hamil yang terrealisasi sebanyak 300
orang. Pemberian kelambu berinsektisida secara gratis pada tahun 2014 sebanyak
212 kelambu dan kelambu diberikan berdasarkan jumlah KK, ataupun diberikan
kepada ibu hamil dan balita. Penyemprotan rumah dengan insektisida di lakukan
dibeberapa rumah warga terutama pada desa yang sangat endemis malaria.
penyemprotan di lakukan 1 kali dalam setahun.
Hasil Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dalimunthe (2003) di
Kecamatan Si Abu Kabupaten Mandailing Natal dijelaskan bahwa keberhasilan
pengembangan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pencegahan
dalam program pencegahan penyakit malaria. Kemudian penelitian sebelumnya
yang dilakukan Mayasari (dkk) 2012 menjelaskan bahwa salah satu upaya
pencegahan malaria ialah melalui peningkatan pengetahuan masyarakat melalui
kegiatan penyuluhan. Dimana hasil uji statistik variabel pengetahuan dan sikap
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan dengan perubahan
pengetahuan dan sikap dari masyarakat.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penting dilakukan
penelitian tentang Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten
Asahan Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana dengan koordinasi dalam evaluasi sistem pelaksanaan program
pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan
Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?
2. Bagaimana kegiatan diagnosis malaria dan pengobatan evaluasi sistem
pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei
Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?
3. Bagaimana kegiatan skrining malaria pada ibu hamil dalam evaluasi sistem
pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei
4. Bagaimana kegiatan pemberian kelambu berinsektisida dalam evaluasi sistem
pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei
Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?
5. Bagaimana kegiatan penyemprotan dinding rumah (IRS) dalam evaluasi sistem
pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei
Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?
6. Bagaimana kegiatan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program
pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan
Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kegiatan koordinasi dalam evaluasi sistem pelaksanaan program
pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan
Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015
2. Mengetahui kegiatan diagnosis Malaria dan pengobatan dalam evaluasi
sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja
Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun
2015.
3. Mengetahui kegiatan skrining malaria pada ibu hamil dalam evaluasi sistem
pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei
Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015.
4. Mengetahui kegiatan pemberian kelambu berinsektisida dalam evaluasi
Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun
2015.
5. Mengetahui kegiatan penyemprotan dinding rumah (IRS) dalam evaluasi
sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja
Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun
2015.
6. Mengetahui kegiatan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program
pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan
Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah terutama Dinas Kesehatan
Kabupaten Asahan dan Puskesmas tentang Evaluasi Sistem Pelaksanaan
Program Pengendalian Malaria di Puskesmas Sei Apung Kecamatan
Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015.
2. Untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengadakan research
ilmiah dan meningkatkan pemahaman peneliti tentang Evaluasi Sistem
Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015.
3. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep tentang Evaluasi
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak
akan diketahui bagaimana keadaan kondisi objek evaluasi tersebut dalam
rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata
dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi kata ini adalah kata sarapan dari bahasa
inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. (Echols, Shadily,
2000).
Menurut Crowford dalam Lababa bahwa “penilaian (Evaluation) sebagai
suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan,
keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah
ditentukan”, maka dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah
program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil
yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua
konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. Lababa
memaparkan bahwa “efektifitas merupakan perbandingan antara output dan
inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk
Definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W.
brown (dalam Sudijono, 2005:1) adalah ”suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu”. Kata-kata yang terkandung dalam definisi tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati,
bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan Suchman dalam Anderson (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1)
memandang ”evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai
beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”.
Kemudian seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi program bernama
Stufflebeam dalam Fernandes (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) mengatakan
bahwa ”evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian
informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan
alternatif keputusan.”Sedangkan dalam PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dijelaskan bahwa
”evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input),
keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar”.
Lebih lanjut dalam Penjelasan Atas PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan juga dijelaskan
bahwa: Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti
apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan
rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan
rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan
rencana. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus
disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang
sekurang-kurangnya meliputi indikator masukan, indikator keluaran, dan indikator
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya
memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu:
1.Mengukur kemajuan.
2.Menunjang penyusunan rencana.
3.Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali (Sudijono, 2005:8).
Sedangkan menurut Akdon (2007:176), fungsi evaluasi adalah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi dan memberikan
masukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Keuntungan dari evaluasi
bermanfaat untuk perbaikan perencanaan, strategi, kebijakan; untuk pengambilan
keputusan; untuk tujuan pengendalian program/kegiatan; untuk perbaikan input,
proses, dan output , perbaikan tatanan atau sistem prosedur. Bagi para manajer
yang melakukan evaluasi atau penilaian akan menemukan satu dari tiga bentuk
temuan, yaitu: (a) hasil yang dicapai melebihi harapan dan target, (b) hasil yang
dicapai sama dengan harapan dan target, (c) hasil yang dicapai kurang dari
2.1 Konsep Tentang Malaria 2.1.1 Pengertian Malaria
Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu dari kata “Mal” artinya buruk dan
“Area” yang artinya udara. Secara harfiah (bahasa) malaria adalah penyakit yang
sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang juga
buruk. Jadi definisi dari Malaria berarti suatu penyakit infeksi dengan demam
berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan di
tularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkhoni,2010).
2.1.2 Penyebab Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang
disebut Plasmodium yang hidup dalam sel darah merah. Plasmodium tersebut
sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Manusia harus
menggunakan mikroskop untuk melihatnya.
Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan dari
organisme lain untuk hidup dan berkembang. Plasmodium yang menyebabkan
malaria pada manusia terdiri dari 4 jenis :
a. Plasmodium falciparum
b. Plasmodium vivax
c. Plasmodium malariae
d. Plasmodium ovale.
(Baru-baru ini ditemukan 1 jenis plasmodium yang secara mikroskopis
P.falciparum yang paling sering menyebabkan malaria berat (dengan
komplikasi). Seorang penderita dapat terinfeksi oleh lebih dari satu jenis
plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mix infection).
(Kemenkes,2013).
2.2.3 Gejala Malaria
Gejala-gejala malaria ada yang tanpa komplikasi dan ada yang dengan
komplikasi (Malaria Berat).
1. Gejala malaria tanpa komplikasi
Malaria tanpa komplikasi biasanya dimulai dengan perasaan lemah, sakit
kepala, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Kemudian diikuti dengan
gejala-gejala malaria yang klasik.
Gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut :
a. Stadium Dingin : Merasa sangat dingin, nadi cepat tapi lemah, bibir dan
jari-jari berwarna kebiruan, kulit kering dan pucat, bulu-bulu berdiri, kadang
muntah. Pada anak-anak dapat terjadi kejang. lama gejala ini 15 menit
sampai 1 jam.
b. Stadium Panas : Muka memerah, kulit kering dan panas, sakit kepala
menghebat, mual dan muntah, denyut nadi penuh dan cepat, rasa sangat
haus, demam sampai 410C atau lebih. Lama gejala ini 2 sampai 4 jam.
c. Stadium Berkeringat : Keringat berlebihan, suhu turun kembali sampai
normal, biasanya penderita tertidur lelap dan bangun dengan rasa lemah,
tetapi gejala lain tidak ada. Lama gejala ini 2 sampai 4 jam.
Namun tidak semua pasien menunjukkan semua gejala diatas, dan lamanya
gejala tersebut bisa pula berbeda-beda. Selain itu, banyak pasien yang
menunjukkan gejala-gejala tambahan seperti diare.
2. Gejala Malaria Berat (Dengan komplikasi)
Malaria berat terutama disebabkan oleh infeksi P.falciparum. Jika tidak segera
dirawat, infeksi ini bisa merusak otak serta menimbulkan kematian. Ada
banyak gejala klinis malaria berat dan penderita bisa mengalami salah satu atau
beberapa gejala berikut :
a. Demam tinggi
b. Denyut nadi cepat dan lemah
c. Seluruh tubuh lemah (tidak bisa duduk dan berdiri)
d. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam setelah demam turun
e. Mata atau tubuh berwarna kuning
f. Darah mengucur dari hidung, gusi atau saluran pencernaan
g. Napas memburu atau pendek-pendek
h. Tidak bisa makan dan minum
i. Muntah terus menerus
j. Warna air seni seperti teh hitam sampai berwarna kopi kental
k. Air seni bercampur darah
2.2.4 Proses Penularan Malaria
Gambar 2.1 Proses Penularan Malaria 2.2.5 Alur Penemuan Penderita Malaria
2.2.6 Indikator Program Malaria
Angka kesakitan penyakit malaria dapat diukur dengan Annual Parasite
Incidence (API) dan Annual Malaria Incidence (AMI).
a. Annual Parasite Incidence atau API (‰) adalah jumlah penderita malaria
positif per 1000 penduduk.
Malaria positif adalahkasus malaria yang didiagnosis (pemeriksaan
specimen/sediaan darahnya) secara mikroskopis atau rapid diagnostic test hasil
positif mengandung plasmodium.
Angka API dikatakan rendah apabila < 1‰, sedang 1 - < 5‰ dan tinggi
apabila > 5‰.
b. Annual Malaria Incidence atau AMI (‰) adalah jumlah penderita malaria
klinis per 1.000 penduduk.
Malaria Klinis adalah kasus dengan gejala malaria klinis (demam, menggigil
dan berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri
otot. Angka AMI dikatakan rendah apabila < 10‰, sedang 10 –50‰ dan
2.3 Program Pengendalian Malaria
2.3.1 Visi dan Misi
Visi :
“Masyarakat Sehat, Bebas MasalahMalaria, Mandiri Dan Berkeadilan”
Misi :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat
madani dalam pengendalian malaria.
2. Menjamin ketersediaan pelayanan malaria yang paripurna, merata, bermutu,
dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya pengendalian malaria.
4. Menciptakan tata kelola program malaria yang baik.
2.3.2 Kebijakan
Adapun kebijakan program pengendalian malaria adalah sebagai berikut:
1) Diagnosis malaria harus dilakukan dengan konfirmasi mikroskop atau tes
diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT).
2) Pengobatan yang menggunakan terapi kombinasi berbasis Artemisin
(Artemisinin Based Combination Therapy/ACT) sesudah konfirmasi
laboratorium.
3) Pencegahan dari penularan malaria melalui penggunaan kelambu
berinsektisida berjangka panjang (Long Lasting Insecticidal Net’s/LLINs),
penyemprotan dinding rumah (IRS/Indoor Residual Spraying), penggunaan
4) Layanan tata laksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan dan dilakukan secara terintegrasi ke dalam sistem
layanan kesehatan dasar.
5) Pengendalian malaria dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi yaitu
kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, penilaian serta menjamin ketersediaan sumber
daya manusia, sarana dan prasarana dan biaya operasional.
6) Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen pemerintah
pusat dan daerah meningkatkan tata kelola program yang baik serta
peningkatan efektifitas, efisiensi dan mutu program.
7) Penggalangan kerjasama dan kemitraan diantara sektor pemerintah, dunia
pendidikan, organisasi profesi, swasta dan masyarakat dilakukan dengan
memanfaatkan Forum Nasional Gebrak Malaria.
8) Memperkuat inisiatif Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yaitu dengan
mengintegrasikan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes) ke dalam
Desa Siaga.
2.4. Kegiatan Program
Adapun kegiatan program pengendalian malaria antara lain diagnosis
malaria, pengobatan malaria, skrining pada ibu hamil, pemberian kelambu
2.4.1 Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang laboratorium. Sedangkan diagnosis pasti malaria bisa
dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik secara mikroskopis, maupun uji
diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT).
A. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
- Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
- Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
- Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Setiap kasus dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu
ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria.
B. Pemeriksaan fisik
a. Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Sklera (mata) ikterik
d. Pembesaran Limpa (splenomegali)
C. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis untuk menentukan:
- Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
- Spesies dan stadium plasmodium
- Kepadatan parasit
2) Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)
Pemeriksaan dengan RDT tidak untuk evaluasi pengobatan.
Diagnosis pasti malaria bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik
secara mikroskopis, maupun uji diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT),
dan saat ini metode pemeriksaan dengan mikroskopis merupakan standar baku
emas (gold standard) karena dapat melihat parasit malaria, sehingga dapat
mendiagnosis penderita tanpa gejala.
a. Pemeriksaan Mikroskopis Malaria
Pemeriksaan malaria secara mikroskopis adalah pemeriksaan sediaan darah
(SD) tebal dan tipis, dengan pewarnaan Giemsa. Pemeriksaan dilakukan dengan
mikroskop pembesaran okuler 10 kali dan objektif 100 kali menggunakan minyak
imersi. SD tebal ditujukan untuk mengidentifikasi parasit secara cepat dan
menghitung jumlah parasit, sedangkan SD tipis untuk melihat morfologi (jenis
Langkah-langkah pada pemeriksaan malaria secara mikroskopis meliputi :
1. Penyiapan Alat dan Reagensia
Alat yang digunakan adalah Mikroskop Binokuler
Bahan yang digunakan adalah Kaca sediaan/slide/objek glass, lenset steril,
kapas alkohol 70%, minyak imersi, larutan buffer pH 7.2, Giemsa stok.
Giemsa stok harus selalu dilakukan pengujian mutu secara rutin untuk
memastikan kualitasnya. Larutan Giemsa yang dibuat adalah 3% dan harus
selalu dibuat baru bila ada pemeriksaan.
2. Pembuatan sediaan darah
Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari. Sediaan darah
malaria yang dibuat adalah sediaan darah tebal dengan diameter 1-1,5 cm dan
sediaan darah tipis yang berbentuk seperti ujung lidah.
3. Pembacaan sediaan darah (identifikasi)
Pembacaan sediaan darah meliputi identifikasi spesies dan stadium parasit
malaria. Spesies yang diidentifikasi antara lain sebagai berikut: Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
Stadium parasit malaria yang ada di dalam sel darah merah yang terinfeksi yaitu :
stadium trofozoit, stadium skizon dan stadium gametosit.
Adapun proses kegiatannya adalah sebagai berikut :
Dimulai dengan pembuatan sediaan darah (SD) terdiri dari 2 jenis yaitu
sediaan darah tebal dan tipis, bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol dan
kemudian tusuk ujung jari dengan lancet, teteskan 1 tetes darah di tengah object
glass diatas meja, tunggu proses pengeringan, setelah kering lakukan proses
pewarnaan dengan larutan giemsa tuangkan ke seluruh permukaan object glass
biarkan selama 30 menit kemudian tuang air bersih dari tepi object glass, angkat
dan keringkan maka SD siap untuk diperiksa kemudian identifikasi jenis spesies
dan stadium parasit yang telah ditemukan (Kemenkes, 2014).
b. Diagnosis malaria menggunakan RDT
Kebijakan penggunaan RDT :
1. Pada puskesmas terpencil di daerah endemis yang belum dilengkapi dengan
mikroskop atau sarana laboratorium, di Pustu, Polindes dan Poskesdes.
2. Pada kondisi kegawatdaruratan pasien yang memerlukan penatalaksanaan
dengan segera (hanya untuk diagnosis awal).
3. Pada daerah dengan KLB malaria dan bencana alam di daerah endemis
malaria yang belum dilengkapi fasilitas laboratorium malaria.
RDT merupakan alat diagnosis alternatif yang baik karena cepat dan akurat.
cara menggunakannya sama halnya dengan pemeriksaan menggunakan
mikroskop, butuh sedian darah bedanya darah yang udah diambil dengan loop
dimasukkan kedalam kotak sampel darah kemudian teteskan cairan buffer,
diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak, dan setelah 15
Gambar 2.3 : Uraian/Penjelasan Tes RDT
Cara membaca hasil tes RDT jenis single (contoh: Paracheck P.f):
• Bila terdapat 1 (satu) garis berwarna pada jendela Tes (T) dan 1 (satu) garis
pada jendela kontrol (C) menunjukkan positif P.falciparum
• Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela kontrol (C) menunjukkan
kesalahan pada RDT (tes harus diulangi).
• Bila terdapat garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan negatif
P.falciparum.
Jika RDT maupun Mikroskop tersedia maka pemilihan alat diagnostik
tergantung dari jumlah pasien, ketersediaan tenaga labolatorium dan klinik yang
terlatih dan kebutuhan penggunaan mikroskop untuk penyakit lain. Namun perlu
diketahui bahwa sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan mikroskop lebih tinggi
dibanding RDT bila dilakukan oleh tenaga yang terlatih, sedangkan RDT
tergantung pada jenis dan jumlah parasit, kondisi RDT, teknik pemeriksaan dan
2.4.2 Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria yang dianjurkan oleh program saat ini adalah dengan
ACT (Artemisinin based Combination Therapy). Pemberian kombinasi ini untuk
meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi
diobati dengan ACT oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat atau
Artemeter kemudian dilanjutkan dengan ACT oral.
a) Pengobatan Malaria tanpa Komplikasi
Pengobatan malaria falciparum dan vivax saat ini menggunakan ACT di
tambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falciparum sama dengan malaria
vivaks, sedangkan obat primakuin untuk malaria falciparum hanya diberikan pada
hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB dan untuk malaria vivaks selama
14 hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB.
Dosis obat : Dihydroartemisinin = 2 – 4 mg/kgBB
Piperakuin (DHP) = 16 – 32 mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB
(P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14 hari)
b) Pengobatan Malaria Pada Ibu Hamil
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan
pengobatan pada orang dewasa umumnya, perbedaannya adalah pada pemberian
obat malaria berdasarkan umur kehamilan. Pada ibu hamil tidak diberikan
Tabel 2.1 Pengobatan malaria yang diberikan kepada Ibu hamil
Umur Kehamilan Pengobatan
Trimester I (0-3 Bulan) Kina tablet + Klindamisin selama7 hari
Trimester II (4-6 Bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 Bulan) ACT tablet selama 3 hari
Menurut WHO obat malaria yang paling aman di trimester pertama adalah
Kina, Klindamisin juga aman tetapi harus dikombinasikan. Obat Kina merupakan
obat pilihan karena paling efektif dan dapat digunakan pada semua masa
kehamilan. ACT hanya diberikan pada umur kehamilan trimester 2 dan 3 karena
belum ada data klinis atau bukti yang menjelaskan efek buruk kehamilan bila
mengonsumsi obat ACT pada trimester 1. Obat anti malaria yang tidak boleh
diberikan selama kehamilan adalah tetrasiklin, doksisiklin, dan primaquin.
c) Pengobatan Malaria Berat
Semua kasus malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau di
puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai, maka kasus
harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap.
1. Pengobatan malaria berat di Puskesmas / Klinik non Perawatan
Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria
berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk
berikan artemeter intramuskular dosis awal (3,2mg/kgbb).
2. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau RS
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat
obat (per-oral), setelah pemberian Artesunat intravena atau artemeter
intramuskular atau kina drip maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP +
primakuin selama 3 hari atau Artesunat + Amodiakuin + primakuin selama 3 hari.
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat diberikan
artemeter intramuskular atau kina drip.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu harus makan terlebih dahulu setiap
akan minum obat anti malaria (Kemenkes,2014).
2.4.1 Skrining Malaria Pada Ibu Hamil
Skrining adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah
yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat yang bertujuan untuk
membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit diantara
masyarakat yang sehat. Pemeriksaan yang dapat di lakukan adalah dengan
pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan uji cepat (RDT).
Dapat dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
labolatorium atau pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Daerah Endemis
Dilakukan skrining rutin dengan RDT untuk semua ibu hamil
2. Daerah Non Endemis
Skrining dengan RDT pada ibu hamil dengan gejala klinis malaria.
2.4.4 Memakai Kelambu Berinsektisida.
Memakai kelambu berguna untuk mencegah terjadinya penularan (kontak
langsung manusia dengan nyamuk) dan membunuh nyamuk yang hinggap pada
kelambu, WHO telah merekomendasikan bahwa ibu hamil harus segera mulai
menggunakan kelambu saat tidur begitu tahu mereka hamil.
Tabel 2.2 Perbandingan antara kelambu biasa dengan kelambu berinsektisida
Kelambu Berinsektisda Kelambu Biasa
Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk
1. Membunuh atau menangkal nyamuk yang menyentuh
2. Tidak mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di luar kelambu
3. Tidak membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba-laba, kutu kasur dan kecoa
4. Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi
Saat ini upaya pengendalian malaria menggunakan kelambu berinsektisida
(Long Lasting Insecticidal Nets/LLINs) yang umur residu efektifnya relatif lama
yaitu lebih dari 3 tahun. Untuk memaksimalkan pemakaian kelambu
berinsektisida, kelambu tersebut harus dirawat dengan benar. Kelambu
berinsektisida bisa dicuci dengan sabun atau bubuk detergen dengan cara
mencelup-celupkannnya saja, tidak disikat, dikucek ataupun direndam karena
akan mengurangi kekuatan insektisidanya, dan pastikan menjemur kelambu di
Adapun Sasaran dan kebutuhan kelambu berinsektisida dihitung berdasarkan
sasaran penduduk di tiap lokasi yang ditetapkan mendapat distribusi kelambu
adalah sebagai berikut:
a. Sasaran kepada seluruh penduduk
Jumlah kelambu yang dibutuhkan minimal satu kelambu untuk dua orang atau
kebutuhan kelambu dihitung dengan rumus : Jumlah penduduk dibagi dua.
b. Sasaran pada kelompok rentan (ibu hamil, bayi dan balita)
Kelambu berinsektisida dibagikan secara rutin melalui kegiatan integrasi
dengan program/kegiatan lain seperti KIA, imunisasi dan gizi.
1) Program/kegiatan kesehatan Ibu Hamil dan Kesehatan Anak, kebutuhan
kelambu dirinci sebagai berikut :
- Untuk Ibu Hamil per tahun : 1,1 x Crude Birth Rate (CBR) x jumlah
penduduk.
- Untuk Bayi per tahun : 1 x CBR x jumlah penduduk.
- Untuk Anak Balita : 9 % x jumlah penduduk.
2) Program/kegiatan Imunisasi
Kebutuhan kelambu dihitung berdasarkan jumlah bayi yang sudah mendapat
imunisasi lengkap yang ditandai dengan pemberian immunisasi campak setiap
tahunnya.
3) Program/kegiatan Gizi
Kebutuhan kelambu dihitung berdasarkan jumlah bayi dan anak balita yang
Sumber biaya berasal dari :
Anggaran Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Lintas Program (KIA,
Imunisasi, Kesga), Lintas Sektor (Transmigrasi, Tenaga Kerja, TNI/POLRI),
Lembaga Donor (GFATM, WHO, Unicef, PMI), LSM, swasta, dan lain-lain
(Kemenkes, 2011).
2.4.5 Penyemprotan Rumah Dengan Insektisida (IRS : Indoor Residual Spraying)
Penyemprotan rumah dengan insektisida adalah suatu cara pengendalian
vektor dengan menempelkan racun serangga dengan dosis tertentu secara merata
pada permukaan dinding yang disemprot. Tujuannya adalah memutus rantai
penularan dengan memperpendek umur populasi, sehingga nyamuk yang muncul
adalah populasi nyamuk muda atau belum infektif (belum menghasilkan sporozoit
di dalam kelenjar ludahnya).
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut harus lebih memperhatikan waktu
pelaksanaan berdasarkan data kasus malaria yaitu 2 bulan sebelum puncak kasus
atau data pengamatan vektor, atau 1 bulan sebelum puncak kepadatan vektor.
Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap cakupan bangunan harus mencapai
minimal 80% dari jumlah rumah di desa tersebut, sedangkan cakupan permukaan
yang disemprot minimal 90% dari semua bagian rumah yang seharusnya
disemprot (Kemenkes,2014).
Alat yang digunakan untuk pengendalian malaria adalah Spray Can yaitu
Alat semprot ini terutama digunakan untuk penyemprotan residual pada
permukaan dinding dengan insektisida, terdiri dari tangki formulasi yang
berbentuk silinder dilengkapi dengan pompa yang dioperasikan dengan tangan
dengan 2 (dua) pegangan pada ujung batang pompa (bila dikehendaki), komponen
pengaman tekanan, selang yang tersambung di bagian atas batang pengisap,
trigger valve dengan pengunci, tangkai semprotan, pengatur keluaran dan nozzle
dan komponen tambahan lainnya yang dinyatakan oleh produsen. Alat semprot
harus mempunyai tempat meletakkan tangkai semprot ketika tidak digunakan,
tidak ada bagian yang tajam sehingga dapat melukai operator dan tidak terdapat
komponen yang terbuat dari kayu.
Jenis bahan termasuk penutup lubang pengisian harus dinyatakan secara jelas
dan harus tahan terhadap korosi, tekanan dan sinar ultra violet. Tidak boleh terjadi
kerusakan, kebocoran pada (las) sambungan atau keretakan ketika dilakukan uji
daya tahan (Fatique test). Tidak boleh ada kandungan timbale atau seng pada
bahan penyolder kecuali pada sambungan, tangkai semprotan, trigger valve,
badan nozzle dan pipa pengisap. Dalam keadaan terisi penuh pada pengoperasian
normal, beratnya harus dinyatakan dan tidak boleh melebihi 25 Kg.
Tali sandang dan gesper, minimal lebarnya 50 mm dan panjang yang dapat
diatur dengan minmal 100 cm. Tali sandang dan pengencangnya harus mampu
bertahan pada uji jatuh (drop test). Pompa dengan tangki yang berisi penuh sesuai
kapasitas dan semua komponen terpasang, harus mampu mencapai tekanan kerja
Gambar 2.4 Alat Spray Can (Kemenkes,2011)
2.4.6 Penyuluhan
Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan
pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke Puskesmas
2. Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuaan desa, forum pengajian
atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu,
pertemuan PKK dan pertemuan karang taruna.
3. Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat, kesenian
tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tabligh akbar. Selain itu
penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa
seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan
kelompok sasaran (Balai desa, Posyandu, Poskesdes dan Lain-lain)
2.5 Puskesmas
2.4.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).
2.5.2 Fungsi Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya,
puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi.