• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI SISTEM PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI APUNG

KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH PUTRI NOVELAN

NIM: 131021073

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EVALUASI SISTEM PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI APUNG

KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH PUTRI NOVELAN

NIM: 131021073

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu dari kata “Mal” artinya buruk dan “Area” yang artinya udara. Secara harfiah (bahasa) malaria adalah penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang juga buruk. Jadi definisi dari Malaria berarti suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan di tularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Angka kasus malaria di Indonesia secara nasional selama periode 2005-2012 berdasarkan indikator API telah mengalami penurunan yaitu tahun 2005 sebesar 4,1 per 1.000 penduduk menurun menjadi 1,69 per 1.000 penduduk pada tahun 2012. Jumlah kasus positif malaria tahun 2013 di Puskesmas Sei Apung adalah 244 kasus.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan koordinasi, kegiatan diagnosis dan pengobatan malaria, skrining malaria pada ibu hamil, pemberian kelambu berinsektisida, penyemprotan dinding rumah dan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap 8 informan yang terdiri dari Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, Kepala Puskesmas, Pengelola Program Malaria, Bidan Desa, Kepala Desa, Kader, Ibu hamil yang pernah menderita Malaria dan Masyarakat yang tidak pernah menderita Malaria. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria yang dilakukan di Puskesmas Sei Apung belum maksimal. Hal ini ditandai dengan penyuluhan hanya dilakukan jika sudah terjadi kasus bersamaan dengan pelaksanaan posyandu, dana yang belum memadai, tenaga kesehatan yang belum maksimal karena kurangnya pelatihan , dan sarana dan prasarana belum memadai, kurangnya koordinasi dengan lintas sektor, penyemprotan diding rumah hanya dilakukan ketika banyak kasus malaria.

Berdasarkan hasil penelitian, di harapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan agar meningkatkan pelatihan, memberi reward, meningkatkan sarana dan prasarana di Puskesmas Sei Apung, Puskesmas Sei Apung agar meningkatkan penyuluhan terutam tentang pemakaian kelambu berinsektisida, keterlibatan masyarakat untuk pemberantasan malaria dengan meelakukan gotong royong dan seharusnya penyemprotan dinding rumah dilakukan sebelum puncak kasus malaria.

(4)

ABSTRACT

Malaria is a term in Italian, i.e. “Mal” means poor and “Area” means

air. Literarily, malaria is a disease found In the poor air caused by the bad environment. The definition of malaria is an infectious disease with regular fever caused by parasite Plasmodium (Protozoa) and transmitted by mosquito Anopheles. The number of case in Indonesia during 2005-2012 based on API indicator is decrease in which in 2005 is 4.1 per 1000 population and to be 1.69 per 1.000 popolation in 2012. The number of positive malaria in 2013 at Puskesmas Sei Apung is 244 cases.

The Objective og this research is to study the activity of coordination, diagnosis and treatment of malaria, screening of malaria to the pregnant woment, the using of mosquito net with insecticide, spraying of wall and extension in evaluation of control system of malaria in the area of Puskesmas Sei Apung. This research is qualitative research with depth interview method to 8 informant that consist of officers of health office of Asahan Regency, Head of Puskesmas, Organizer of malaria program, midwife, head of village, cadre, pregnant woman with malaria and society who never with malaria. The data was analyzed by Miles and Huberman method.

The results of research indicates that Evaluation of Control System of malaria in Puskesmas Sei Apung has not yet maximal. this is indicated by the condition where the health extension is conducted after there is case when do the Posyandu, the insufficient available fund, the health staff that has not yet maximal for the lack of training, facilities and infrastructures, the lack of coordination of the sector, the spraying of wall only when there are malaria case.

Based on this research, it hope the head of Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan regency to increase training, provide reward, and to increase the availability of facility and infrastructure in Puskesmas Sei Apung and suggested that Puskesmas Sei Apung must to increase the haealth extension about the using of mosquito net with insecticide, the involvement of society in eradication of malaria by mutual cooperation and spraying of the wall of houses before the peak of malaria case.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Novelan

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 20 Maret 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Ruslan

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Nova Julinda

Suku Bangsa Ibu : Batak

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1996-1997 : TK Raudhatul Athfal Kota Tanjung Balai

2. Tahun 1997-2003 : SDN 130004 Pematang Pasir

3. Tahun 2003-2006 : MTsN Tanjung Balai

4. Tahun 2006-2009 : MAN Tanjung Balai

5. Tahun 2009-2012 : DIII Kebidanan STIKes Flora Medan

6. Tahun 2013-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015”yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Banyak pengalaman yang diperoleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes, selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang

telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran kepada penulis

dalam perbaikan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan

selama penulis menjalani pendidikan.

3. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, saran dan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.

4. Bapak dr. Heldy B.Z., M.PH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan, sekaligus sebagai Dosen Penguji I yang telah

memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan

menyempurnakan skripsi ini

5. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan

(7)

6. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademi yang telah

memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Dosen serta Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani

pendidikan.

8. Syahruddin, SKM , selaku Staff PMK Petugas Malaria di Dinas Kesehatan

Kabupaten Asahan.

9. dr. Susi Irmayani, selaku kepala Puskesmas Sei Apung dan seluruh staf

Puskesmas Sei Apung Kabupaten Asahan yang telah memberikan bantuannya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Ibu Asmidar, Am.Keb, selaku pemegang program malaria yang telah

membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada

waktunya.

11. Ibu Julila, Am.Keb, selaku Bidan Desa di Desa Pematang Sei Baru yang juga

telah membantu dalam penelitian ini.

12. Bapak Sahrul, Selaku Kepala Desa Pematang Sei Baru yang telah membantu

penelitian penulis.

13. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda

Ruslan dan ibunda Nova Julinda, Am.Keb yang telah memberikan kasih

sayang, motivasi, perhatian dan doa yang tiada henti kepada penulis yang

selama ini berjuang untuk penulis agar dapat menyelesaikan pendidikan

tinggi demi masa depan yang lebih baik.

14. Terkhusus kepada yang tersayang Adik-adikku Muhammad Syah Putra

Novelan, S.Kom dan Sabilal Haqqi Novelan yang selalu memberikan

dukungan dan semangat kepada penulis.

15. Sahabat-sahabat terbaik Wan Elida, Nanda Fitrianda, Marini Lestari, Kak Eka

Ginting, Ernida, Dwi, Tika, Dila, Kak Nurma dan Tira serta teman-teman

LKP (Bang Martiman, Kak Adek, dan Widia), yang telah membantu dan

memberikan penulis motivasi-motivasi yang membangun dan juga

(8)

kerja samanya, dan semua teman di peminatan AKK serta

teman-teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan dukungan dan semangat serta bantuan kepada

penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

16. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dan penulis

tidak dapat menyebutkannya satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu

pengetahuan.

Medan, 27 Oktober 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

2.4.5 Penyemprotan Rumah Dengan Insektisida (IRS) ... 32

(10)

2.5 Puskesmas ... ... 35

4.1.4 Sumber Daya Manusia Puskesmas Sei Apung ... 49

4.2 Input ... ... 50

4.3.1 Kegiatan Program Pengendalian Malaria ... 55

4.3.2 Kegiatan Skrining malaria ... 56

4.3.3 Kegiatan Pemberian Kelambu Berinsektisida ... 56

4.3.4 Kegiatan Penyemprotan dinding Rumah (IRS) ... 58

(11)

5.2.3 Ketersediaan Obat Anti Malaria ... 67

5.2.4 Ketersediaan Sumber dana ... 70

5.2 Proses ... 71

5.2.1 Koordinasi ... 71

5.2.2 Diagnosis malaria dan Pengobatan ... 72

5.2.3 Skrining malaria pada Ibu hamil ... 73

5.2.4 Pemberian Kelambu Berinsektisida ... 75

5.2.5 Penyemprotan Dinding Rumah (IRS) ... 77

5.2.6 Penyuluhan ... 80

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 81

6.1 Kesimpulan ... 81

6.2 Saran ... 82

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengobatan Malaria yang di berikan kepada Ibu Hamil ... 24

Tabel 2.2 Perbandingan dgn Kelambu Biasa Dengan Kelambu Berinsektisida ... 25

Tabel 3.1 Karakteristik Informan ...

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Dusun di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2013 ... 45

Tabel 4.2 Jumlah KK, Jumlah Rata-Rata Jiwa/RT dan Kepadatan Penduduk Per Km2 di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2013 ... 46

Tabel 4.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas SeiApung ... 46

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Penularan Malaria ... 18

Gambar 2.2 Bagan Alur Penemuan Penderita Malaria ... 18

Gambar 2.3 Uraian/Penjelasan Tes RDT ... 22

Gambar 2.4 Penyemprotan Rumah Dengan Insektisida (IRS)... 32

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

Lampiran 2 Standar Ketenagaan Program

Lampiran 3 Tatalaksana Kasus Malaria dan Tingkat Primer dan Sekunder Lampiran 4 Hasil Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari Puskesmas Sei Apung

(15)

ABSTRAK

Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu dari kata “Mal” artinya buruk dan “Area” yang artinya udara. Secara harfiah (bahasa) malaria adalah penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang juga buruk. Jadi definisi dari Malaria berarti suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan di tularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Angka kasus malaria di Indonesia secara nasional selama periode 2005-2012 berdasarkan indikator API telah mengalami penurunan yaitu tahun 2005 sebesar 4,1 per 1.000 penduduk menurun menjadi 1,69 per 1.000 penduduk pada tahun 2012. Jumlah kasus positif malaria tahun 2013 di Puskesmas Sei Apung adalah 244 kasus.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan koordinasi, kegiatan diagnosis dan pengobatan malaria, skrining malaria pada ibu hamil, pemberian kelambu berinsektisida, penyemprotan dinding rumah dan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap 8 informan yang terdiri dari Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, Kepala Puskesmas, Pengelola Program Malaria, Bidan Desa, Kepala Desa, Kader, Ibu hamil yang pernah menderita Malaria dan Masyarakat yang tidak pernah menderita Malaria. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria yang dilakukan di Puskesmas Sei Apung belum maksimal. Hal ini ditandai dengan penyuluhan hanya dilakukan jika sudah terjadi kasus bersamaan dengan pelaksanaan posyandu, dana yang belum memadai, tenaga kesehatan yang belum maksimal karena kurangnya pelatihan , dan sarana dan prasarana belum memadai, kurangnya koordinasi dengan lintas sektor, penyemprotan diding rumah hanya dilakukan ketika banyak kasus malaria.

Berdasarkan hasil penelitian, di harapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan agar meningkatkan pelatihan, memberi reward, meningkatkan sarana dan prasarana di Puskesmas Sei Apung, Puskesmas Sei Apung agar meningkatkan penyuluhan terutam tentang pemakaian kelambu berinsektisida, keterlibatan masyarakat untuk pemberantasan malaria dengan meelakukan gotong royong dan seharusnya penyemprotan dinding rumah dilakukan sebelum puncak kasus malaria.

(16)

ABSTRACT

Malaria is a term in Italian, i.e. “Mal” means poor and “Area” means

air. Literarily, malaria is a disease found In the poor air caused by the bad environment. The definition of malaria is an infectious disease with regular fever caused by parasite Plasmodium (Protozoa) and transmitted by mosquito Anopheles. The number of case in Indonesia during 2005-2012 based on API indicator is decrease in which in 2005 is 4.1 per 1000 population and to be 1.69 per 1.000 popolation in 2012. The number of positive malaria in 2013 at Puskesmas Sei Apung is 244 cases.

The Objective og this research is to study the activity of coordination, diagnosis and treatment of malaria, screening of malaria to the pregnant woment, the using of mosquito net with insecticide, spraying of wall and extension in evaluation of control system of malaria in the area of Puskesmas Sei Apung. This research is qualitative research with depth interview method to 8 informant that consist of officers of health office of Asahan Regency, Head of Puskesmas, Organizer of malaria program, midwife, head of village, cadre, pregnant woman with malaria and society who never with malaria. The data was analyzed by Miles and Huberman method.

The results of research indicates that Evaluation of Control System of malaria in Puskesmas Sei Apung has not yet maximal. this is indicated by the condition where the health extension is conducted after there is case when do the Posyandu, the insufficient available fund, the health staff that has not yet maximal for the lack of training, facilities and infrastructures, the lack of coordination of the sector, the spraying of wall only when there are malaria case.

Based on this research, it hope the head of Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan regency to increase training, provide reward, and to increase the availability of facility and infrastructure in Puskesmas Sei Apung and suggested that Puskesmas Sei Apung must to increase the haealth extension about the using of mosquito net with insecticide, the involvement of society in eradication of malaria by mutual cooperation and spraying of the wall of houses before the peak of malaria case.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya

tersebut, pembangunan kesehatan merupakan salah satu unsur penentu karena

masyarakat harus bebas dari berbagai penyakit terutama penyakit menular.

Penyakit infeksi menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

menonjol, termasuk didalamnya penyakit malaria, penyakit menular ini dapat

menyerang semua kelompok umur khususnya pada kelompok risiko tinggi yaitu

bayi, anak balita dan ibu hamil yang berdampak menurunkan kualitas dan

produktivitas sumber daya manusia bahkan menyebabkan kematian (Kemenkes,

2013).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

menyebutkan bahwa malaria terjadi di 104 negara, bahkan 3,3 milyar penduduk

dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah penderita malaria di

dunia sebanyak 219 juta kasus, dimana 28 juta kasus terjadi di ASEAN. Setiap

tahunnya sebanyak 660 ribu orang meninggal dunia karena malaria, 6%

diantaranya berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia (WHO, 2013).

Upaya pengendalian malaria telah dilakukan sejak tahun 1952-1959, pada

akhir periode yaitu pada tanggal 12 Nopember 1959 di Yogyakarta, Presiden

Soekarno telah mencanangkan dimulainya program pembasmian malaria yang

(18)

Tanggal 12 November tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Kesehatan

Nasional (Kemenkes, 2013).

Penggalakkan pemberantasan malaria melalui gerakan masyarakat yang

dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria atau ”Gebrak Malaria” yang

telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan di Kupang tanggal 8 April 2000.

Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan

berbagai sektor dengan slogan “Ayo Berantas Malaria” (Kemenkes, 2013).

Pengendalian malaria di Indonesia tertuang dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor.293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28

April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia yang bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan

malaria secara bertahap sampai tahun 2030. (Depkes, 2009).

Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium

Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang terdapat pada tujuan ke-6 MDGs

ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mulai menekan jumlah kasus

malaria. Hal ini juga sesuai dengan RPJMN 2010-2014 dalam rangka upaya

penurunan angka kesakitan malaria. Berdasarkan Inpres No.3 tahun 2010 tentang

percepatan pencapaian MDGs salah satunya Program Pengendalian Malaria

dengan angka API (Annual Parasite Incidence) tahun 2015 adalah <1 ‰

(Kemenkes, 2013).

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan program pengendalian

malaria seperti diagnosis dini melalui pemeriksaan sediaan darah dengan

(19)

mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria efektif

dan aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu ACT (Artemisinin

Combination Therapy), skrining malaria pada ibu hamil, pemberian kelambu

berinsektisida, penyemprotan dinding rumah dan penyuluhan (Kemenkes, 2014).

Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat

dipantau dengan melihat angka kesakitan malaria dengan menggunakan indikator

Annual Parasite Incidence (API). API adalah jumlah penderita positif malaria per

1.000 penduduk. Angka kasus malaria di Indonesia secara nasional selama

periode 2005-2012 berdasarkan indikator API telah mengalami penurunan yaitu

tahun 2005 sebesar 4,1 per 1.000 penduduk menurun menjadi 1,69 per 1.000

penduduk pada tahun 2012, tetapi disparitas setiap daerah berbeda, ada daerah

bebas endemis, endemis tinggi, endemis sedang dan rendah (Kemenkes,2013).

Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua suspek malaria

dilakukan pemeriksaan sediaan darahnya baik secara mikroskopis (laboratorium)

maupun dengan Rapid Diagnostic Test (RDT) Malaria. Dari tahun 2008-2012

pemeriksaan sediaan darah terhadap jumlah suspek malaria terus meningkat

secara signifikan yaitu pada tahun 2008 sebesar 48% sedangkan pada tahun 2012

meningkat menjadi 93% (Kemenkes, 2013).

Semua kasus positif malaria harus diobati dengan pengobatan kombinasi

berbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin Combination Therapy), ACT yang

direkomendasikan WHO saat ini antara lain Artesunat, Amodiakuin dan

primakuin digunakan untuk pengobatan plasmodiumfalciparum dan vivax, kedua

(20)

Cakupan kasus yang dinyatakan positif dan mendapatkan pengobatan, diukur

melalui indikator persentase penderita malaria yang diobati. Capaian indikator ini

pada tahun 2012 sebesar 81,78%. Angka ini lebih besar dibandingkan tahun 2010

sebesar 66,3%. Pengobatan terhadap penderita spositif malaria belum 100%

karena masih adanya pengobatan malaria dengan menggunakan obat selain ACT

(misal kloroquin, suldox atau fansidar) dan larangan konsumsi ACT bagi ibu

hamil trimester pertama. (Riskesdas,2013)

Untuk mengendalikan malaria selain pengobatan sangat penting melakukan

upaya pencegahan terjadinya malaria, salah satu strategi untuk mengurangi faktor

resiko penularan malaria adalah pemakaian kelambu berinsektisida. Maka

kegiatan program pengendalian malaria terkait yang telah dijalankan saat ini

adalah dengan pembagian kelambu yang bertujuan untuk melindungi penduduk

dari gigitan nyamuk penyebab penyakit malaria terutama untuk balita dan ibu

hamil (Kemenkes, 2013).

Saat ini di Indonesia, jumlah penduduk berisiko sekitar 149 juta jiwa dan

jumlah kelambu yang telah tersedia dimasyarakat sampai dengan tahun 2012

sekitar 6,4 juta kelambu. Jumlah kelambu yang tersedia dimasyarakat adalah

jumlah kelambu yang sudah didistribusikan dikurangi dengan jumlah kelambu

yang sudah kadaluarsa (lebih dari 3 tahun sejak didistribusikan). Apabila 1

kelambu diperkirakan mampu melindungi 2-3 orang dari anggota keluarga maka

sekitar 12,8-19,2 juta jiwa yang terlindungi dengan kelambu. Pada tahun 2012

(21)

Provinsi di Indonesia kecuali : DKI Jakarta, Jawa Barat dan Aceh (Kemenkes,

2013)

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang melakukan upaya

pengendalian malaria dan menargetkan eliminasi malaria di tahun 2020

mendatang, hal ini sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Indonesia tahun

2009, pada tahun 2013 jumlah angka kesakitan (API) provinsi Sumatera Utara

adalah 1,30 per 1000 penduduk, di Sumatera Utara masih terdapat beberapa

kabupaten/kota endemis malaria diantaranya adalah Kabupaten Mandailing natal,

Batubara, Nias Selatan, Asahan, dan Padang lawas utara. (Kemenkes, 2014)

Adapun pola penanganan malaria yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara antara lain : Peningkatan kerjasama lintas program

dan sektoral, penambahan jumlah peralatan (spray can), penerapan metode

pengobatan malaria baru, peningkatan frekwensi penyuluhan kesehatan

masyarakat, menyampaikan informasi kepada sarana-sarana kesehatan tentang

perlunya pencatatan/pengiriman pelaporan kasus ke Dinkes setempat dalam upaya

pencegahan & penanggulangan lebih awal dan peningkatan peran serta

masyarakat serta perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan. (Profil Dinkes

Sumut, 2014)

Berdasarkan Data dan informasi dari Profil Kesehatan Indonesia 2014, pada

tahun 2012 dijelaskan bahwa Jumlah angka kesakitan (Annual Parasite Incidence)

Malaria di Provinsi Sumatera utara sebesar 0,84‰, pada tahun 2013 sebesar

1,30‰, terlihat mengalami peningkatan, maka upaya pengendalian malaria tetap

(22)

Kabupaten Asahan adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang

merupakan daerah endemis malaria dengan jumlah kasus tertinggi ke empat di

Sumatera Utara terutama pada kecamatan yang berada pada daerah-daerah dataran

rendah di kawasan sepanjang timur yaitu terdapat di Kecamatan Sei Kepayang

Barat, Kecamatan Sei Kepayang Timur, Kecamatan Tanjung Balai dan

Kecamatan Air Joman (Profil Dinkes Kabupaten Asahan, 2013)

Jumlah Kasus Baru Malaria di Kabupaten Asahan tahun 2013 adalah pada

Kecamatan Sei Kepayang Barat dan Sei Kepayang Timur hanya memiliki 1

Puskesmas yaitu Puskesmas Sei Kepayang Barat, dengan jumlah 816 kasus,

sedangkan Kecamatan Tanjung Balai memiliki 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Sei

Apung dan Puskesmas Bagan Asahan, Puskesmas Sei Apung terdapat 244 kasus,

sedangkan Puskesmas Bagan Asahan terdapat 698 kasus dan Kecamatan Air

Joman memiiki 1 Puskesmas yaitu Puskesmas Binjai Serbangan dengan jumlah 68

kasus. (Profil dinkes Kabupaten Asahan, 2013)

Puskesmas Sei Apung adalah salah satu Puskesmas yang berada di

Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan melaksanakan 6 program pokok

puskesmas salah satu diantaranya adalah program pencegahan penyakit menular

(P2M) termasuk di dalamnya program pengendalian malaria. Keberhasilan suatu

program tersebut tidak terlepas dari pelaksanaan koordinasi, pertemuan koordinasi

dapat dilakukan pertemuan tingkat kelurahan atau desa, sedangkan di puskesmas

dapat dilakukan pertemuan misalnya dalam kegiatan minilog. Pelaksanaan

penyuluhan juga di lakukan dalam program pengendalian malaria, penyuluhan di

(23)

endemis malaria seperti Desa Pematang Sei Baru. Penyuluhan yang dilakukan

dengan tujuan memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit

malaria.

Adapun kegiatan program pengendalian malaria yang dilakukan adalah

diagnosis dini dengan pemeriksaaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid

Diagnostict Test (RDT) dan pengobatan malaria, skrining malaria pada ibu hamil

kegiatan tersebut dilakukan dengan melakukan diagnosis dini dan bila hasilnya

positif maka dilanjutkan dengan pemberian obat malaria bila tidak maka dapat

dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk mencari penyebab penyakit

malaria, kegiatan dalam upaya pencegahan malaria dapat dilakukan dengan

pemberian kelambu berinsektisida, serta penyemprotan rumah dengan insektisida

(IRS) serta dilakukan penyuluhan.

Dilihat dari Sumber daya manusia yang bertugas dalam program tersebut

adalah 1 orang bidan sebagai penanggung jawab pengelola program malaria,

kemudian bidan desa merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas dan dia

bertugas melaporkan jumlah kasus malaria di setiap desa kepada penanggung

jawab pengelola program malaria. Adapun wilayah kerja Puskesmas Sei Apung

terdiri dari Desa Sei Apung, desa Sei Apung Jaya, desa Kapias Batu VIII, dan

desa Pematang Sei Baru dan Desa yang memiliki jumlah kasus tertinggi adalah

desa Pematang Sei Baru karena desa tersebut merupakan daerah yang sangat

endemis malaria dan dilihat dari geografisnya, desa tersebut berada di dekat

(24)

Berdasarkan hasil laporan Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai

Kabupaten Asahan yang digabungkan dengan hasil laporan Puskesmas Pembantu

dan Poskesdes maka hasil yang diperoleh ditemukan penderita positif malaria

pada tahun 2013 sebanyak 168 orang serta pada tahun 2014 ditemukan sebanyak

209 orang positif malaria, obat yang diberikan adalah ACT (Arthemisin

Combination Therapy), sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita yang

mengonsumsi obat ACT adalah 161 orang sedangkan tahun 2014 sejumlah 203

orang, Vektor malarianya adalah nyamuk Anopeles dan parasit penyebab malaria

yang paling banyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung adalah

PlasmodiumFalciparum.

Pemeriksaan hanya dilakukan dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) jumlah

ibu hamil yang melakukan skrining malaria pada tahun 2013 dengan target 468

orang ibu hamil yang terrealisasi hanya 264 orang ibu hamil, sedangkan pada

tahun 2014 dengan target 429 orang ibu hamil yang terrealisasi sebanyak 300

orang. Pemberian kelambu berinsektisida secara gratis pada tahun 2014 sebanyak

212 kelambu dan kelambu diberikan berdasarkan jumlah KK, ataupun diberikan

kepada ibu hamil dan balita. Penyemprotan rumah dengan insektisida di lakukan

dibeberapa rumah warga terutama pada desa yang sangat endemis malaria.

penyemprotan di lakukan 1 kali dalam setahun.

Hasil Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dalimunthe (2003) di

Kecamatan Si Abu Kabupaten Mandailing Natal dijelaskan bahwa keberhasilan

pengembangan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pencegahan

(25)

dalam program pencegahan penyakit malaria. Kemudian penelitian sebelumnya

yang dilakukan Mayasari (dkk) 2012 menjelaskan bahwa salah satu upaya

pencegahan malaria ialah melalui peningkatan pengetahuan masyarakat melalui

kegiatan penyuluhan. Dimana hasil uji statistik variabel pengetahuan dan sikap

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan dengan perubahan

pengetahuan dan sikap dari masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penting dilakukan

penelitian tentang Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria Di

Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten

Asahan Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana dengan koordinasi dalam evaluasi sistem pelaksanaan program

pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan

Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?

2. Bagaimana kegiatan diagnosis malaria dan pengobatan evaluasi sistem

pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei

Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?

3. Bagaimana kegiatan skrining malaria pada ibu hamil dalam evaluasi sistem

pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei

(26)

4. Bagaimana kegiatan pemberian kelambu berinsektisida dalam evaluasi sistem

pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei

Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?

5. Bagaimana kegiatan penyemprotan dinding rumah (IRS) dalam evaluasi sistem

pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei

Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?

6. Bagaimana kegiatan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program

pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan

Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kegiatan koordinasi dalam evaluasi sistem pelaksanaan program

pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan

Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015

2. Mengetahui kegiatan diagnosis Malaria dan pengobatan dalam evaluasi

sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja

Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun

2015.

3. Mengetahui kegiatan skrining malaria pada ibu hamil dalam evaluasi sistem

pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei

Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015.

4. Mengetahui kegiatan pemberian kelambu berinsektisida dalam evaluasi

(27)

Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun

2015.

5. Mengetahui kegiatan penyemprotan dinding rumah (IRS) dalam evaluasi

sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja

Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun

2015.

6. Mengetahui kegiatan penyuluhan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program

pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan

Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah terutama Dinas Kesehatan

Kabupaten Asahan dan Puskesmas tentang Evaluasi Sistem Pelaksanaan

Program Pengendalian Malaria di Puskesmas Sei Apung Kecamatan

Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015.

2. Untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengadakan research

ilmiah dan meningkatkan pemahaman peneliti tentang Evaluasi Sistem

Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas

Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015.

3. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah

Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep tentang Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,

organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak

akan diketahui bagaimana keadaan kondisi objek evaluasi tersebut dalam

rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata

dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi kata ini adalah kata sarapan dari bahasa

inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. (Echols, Shadily,

2000).

Menurut Crowford dalam Lababa bahwa “penilaian (Evaluation) sebagai

suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan,

keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah

ditentukan”, maka dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang

dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah

program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil

yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua

konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. Lababa

memaparkan bahwa “efektifitas merupakan perbandingan antara output dan

inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk

(29)

Definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W.

brown (dalam Sudijono, 2005:1) adalah ”suatu tindakan atau suatu proses untuk

menentukan nilai dari sesuatu”. Kata-kata yang terkandung dalam definisi tersebut

menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati,

bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan Suchman dalam Anderson (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1)

memandang ”evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai

beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”.

Kemudian seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi program bernama

Stufflebeam dalam Fernandes (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) mengatakan

bahwa ”evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian

informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan

alternatif keputusan.”Sedangkan dalam PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dijelaskan bahwa

”evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input),

keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar”.

Lebih lanjut dalam Penjelasan Atas PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan juga dijelaskan

bahwa: Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti

apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan

rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan

rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan

(30)

rencana. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus

disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang

sekurang-kurangnya meliputi indikator masukan, indikator keluaran, dan indikator

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya

memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu:

1.Mengukur kemajuan.

2.Menunjang penyusunan rencana.

3.Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali (Sudijono, 2005:8).

Sedangkan menurut Akdon (2007:176), fungsi evaluasi adalah untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi dan memberikan

masukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Keuntungan dari evaluasi

bermanfaat untuk perbaikan perencanaan, strategi, kebijakan; untuk pengambilan

keputusan; untuk tujuan pengendalian program/kegiatan; untuk perbaikan input,

proses, dan output , perbaikan tatanan atau sistem prosedur. Bagi para manajer

yang melakukan evaluasi atau penilaian akan menemukan satu dari tiga bentuk

temuan, yaitu: (a) hasil yang dicapai melebihi harapan dan target, (b) hasil yang

dicapai sama dengan harapan dan target, (c) hasil yang dicapai kurang dari

(31)

2.1 Konsep Tentang Malaria 2.1.1 Pengertian Malaria

Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu dari kata “Mal” artinya buruk dan

“Area” yang artinya udara. Secara harfiah (bahasa) malaria adalah penyakit yang

sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang juga

buruk. Jadi definisi dari Malaria berarti suatu penyakit infeksi dengan demam

berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan di

tularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkhoni,2010).

2.1.2 Penyebab Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang

disebut Plasmodium yang hidup dalam sel darah merah. Plasmodium tersebut

sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Manusia harus

menggunakan mikroskop untuk melihatnya.

Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan dari

organisme lain untuk hidup dan berkembang. Plasmodium yang menyebabkan

malaria pada manusia terdiri dari 4 jenis :

a. Plasmodium falciparum

b. Plasmodium vivax

c. Plasmodium malariae

d. Plasmodium ovale.

(Baru-baru ini ditemukan 1 jenis plasmodium yang secara mikroskopis

(32)

P.falciparum yang paling sering menyebabkan malaria berat (dengan

komplikasi). Seorang penderita dapat terinfeksi oleh lebih dari satu jenis

plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mix infection).

(Kemenkes,2013).

2.2.3 Gejala Malaria

Gejala-gejala malaria ada yang tanpa komplikasi dan ada yang dengan

komplikasi (Malaria Berat).

1. Gejala malaria tanpa komplikasi

Malaria tanpa komplikasi biasanya dimulai dengan perasaan lemah, sakit

kepala, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Kemudian diikuti dengan

gejala-gejala malaria yang klasik.

Gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut :

a. Stadium Dingin : Merasa sangat dingin, nadi cepat tapi lemah, bibir dan

jari-jari berwarna kebiruan, kulit kering dan pucat, bulu-bulu berdiri, kadang

muntah. Pada anak-anak dapat terjadi kejang. lama gejala ini 15 menit

sampai 1 jam.

b. Stadium Panas : Muka memerah, kulit kering dan panas, sakit kepala

menghebat, mual dan muntah, denyut nadi penuh dan cepat, rasa sangat

haus, demam sampai 410C atau lebih. Lama gejala ini 2 sampai 4 jam.

c. Stadium Berkeringat : Keringat berlebihan, suhu turun kembali sampai

normal, biasanya penderita tertidur lelap dan bangun dengan rasa lemah,

tetapi gejala lain tidak ada. Lama gejala ini 2 sampai 4 jam.

(33)

Namun tidak semua pasien menunjukkan semua gejala diatas, dan lamanya

gejala tersebut bisa pula berbeda-beda. Selain itu, banyak pasien yang

menunjukkan gejala-gejala tambahan seperti diare.

2. Gejala Malaria Berat (Dengan komplikasi)

Malaria berat terutama disebabkan oleh infeksi P.falciparum. Jika tidak segera

dirawat, infeksi ini bisa merusak otak serta menimbulkan kematian. Ada

banyak gejala klinis malaria berat dan penderita bisa mengalami salah satu atau

beberapa gejala berikut :

a. Demam tinggi

b. Denyut nadi cepat dan lemah

c. Seluruh tubuh lemah (tidak bisa duduk dan berdiri)

d. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam setelah demam turun

e. Mata atau tubuh berwarna kuning

f. Darah mengucur dari hidung, gusi atau saluran pencernaan

g. Napas memburu atau pendek-pendek

h. Tidak bisa makan dan minum

i. Muntah terus menerus

j. Warna air seni seperti teh hitam sampai berwarna kopi kental

k. Air seni bercampur darah

(34)

2.2.4 Proses Penularan Malaria

Gambar 2.1 Proses Penularan Malaria 2.2.5 Alur Penemuan Penderita Malaria

(35)

2.2.6 Indikator Program Malaria

Angka kesakitan penyakit malaria dapat diukur dengan Annual Parasite

Incidence (API) dan Annual Malaria Incidence (AMI).

a. Annual Parasite Incidence atau API (‰) adalah jumlah penderita malaria

positif per 1000 penduduk.

Malaria positif adalahkasus malaria yang didiagnosis (pemeriksaan

specimen/sediaan darahnya) secara mikroskopis atau rapid diagnostic test hasil

positif mengandung plasmodium.

Angka API dikatakan rendah apabila < 1‰, sedang 1 - < 5‰ dan tinggi

apabila > 5‰.

b. Annual Malaria Incidence atau AMI (‰) adalah jumlah penderita malaria

klinis per 1.000 penduduk.

Malaria Klinis adalah kasus dengan gejala malaria klinis (demam, menggigil

dan berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri

otot. Angka AMI dikatakan rendah apabila < 10‰, sedang 10 –50‰ dan

(36)

2.3 Program Pengendalian Malaria

2.3.1 Visi dan Misi

 Visi :

“Masyarakat Sehat, Bebas MasalahMalaria, Mandiri Dan Berkeadilan”

 Misi :

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat

madani dalam pengendalian malaria.

2. Menjamin ketersediaan pelayanan malaria yang paripurna, merata, bermutu,

dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya pengendalian malaria.

4. Menciptakan tata kelola program malaria yang baik.

2.3.2 Kebijakan

Adapun kebijakan program pengendalian malaria adalah sebagai berikut:

1) Diagnosis malaria harus dilakukan dengan konfirmasi mikroskop atau tes

diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT).

2) Pengobatan yang menggunakan terapi kombinasi berbasis Artemisin

(Artemisinin Based Combination Therapy/ACT) sesudah konfirmasi

laboratorium.

3) Pencegahan dari penularan malaria melalui penggunaan kelambu

berinsektisida berjangka panjang (Long Lasting Insecticidal Net’s/LLINs),

penyemprotan dinding rumah (IRS/Indoor Residual Spraying), penggunaan

(37)

4) Layanan tata laksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh fasilitas

pelayanan kesehatan dan dilakukan secara terintegrasi ke dalam sistem

layanan kesehatan dasar.

5) Pengendalian malaria dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi yaitu

kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi:

perencanaan, pelaksanaan, penilaian serta menjamin ketersediaan sumber

daya manusia, sarana dan prasarana dan biaya operasional.

6) Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen pemerintah

pusat dan daerah meningkatkan tata kelola program yang baik serta

peningkatan efektifitas, efisiensi dan mutu program.

7) Penggalangan kerjasama dan kemitraan diantara sektor pemerintah, dunia

pendidikan, organisasi profesi, swasta dan masyarakat dilakukan dengan

memanfaatkan Forum Nasional Gebrak Malaria.

8) Memperkuat inisiatif Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yaitu dengan

mengintegrasikan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes) ke dalam

Desa Siaga.

2.4. Kegiatan Program

Adapun kegiatan program pengendalian malaria antara lain diagnosis

malaria, pengobatan malaria, skrining pada ibu hamil, pemberian kelambu

(38)

2.4.1 Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang laboratorium. Sedangkan diagnosis pasti malaria bisa

dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik secara mikroskopis, maupun uji

diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT).

A. Anamnesis

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

- Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,

mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal

- Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria

- Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.

- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria

Setiap kasus dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu

ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria.

B. Pemeriksaan fisik

a. Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C

b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat

c. Sklera (mata) ikterik

d. Pembesaran Limpa (splenomegali)

(39)

C. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis untuk menentukan:

- Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).

- Spesies dan stadium plasmodium

- Kepadatan parasit

2) Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)

Pemeriksaan dengan RDT tidak untuk evaluasi pengobatan.

Diagnosis pasti malaria bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik

secara mikroskopis, maupun uji diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT),

dan saat ini metode pemeriksaan dengan mikroskopis merupakan standar baku

emas (gold standard) karena dapat melihat parasit malaria, sehingga dapat

mendiagnosis penderita tanpa gejala.

a. Pemeriksaan Mikroskopis Malaria

Pemeriksaan malaria secara mikroskopis adalah pemeriksaan sediaan darah

(SD) tebal dan tipis, dengan pewarnaan Giemsa. Pemeriksaan dilakukan dengan

mikroskop pembesaran okuler 10 kali dan objektif 100 kali menggunakan minyak

imersi. SD tebal ditujukan untuk mengidentifikasi parasit secara cepat dan

menghitung jumlah parasit, sedangkan SD tipis untuk melihat morfologi (jenis

(40)

Langkah-langkah pada pemeriksaan malaria secara mikroskopis meliputi :

1. Penyiapan Alat dan Reagensia

Alat yang digunakan adalah Mikroskop Binokuler

Bahan yang digunakan adalah Kaca sediaan/slide/objek glass, lenset steril,

kapas alkohol 70%, minyak imersi, larutan buffer pH 7.2, Giemsa stok.

Giemsa stok harus selalu dilakukan pengujian mutu secara rutin untuk

memastikan kualitasnya. Larutan Giemsa yang dibuat adalah 3% dan harus

selalu dibuat baru bila ada pemeriksaan.

2. Pembuatan sediaan darah

Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari. Sediaan darah

malaria yang dibuat adalah sediaan darah tebal dengan diameter 1-1,5 cm dan

sediaan darah tipis yang berbentuk seperti ujung lidah.

3. Pembacaan sediaan darah (identifikasi)

Pembacaan sediaan darah meliputi identifikasi spesies dan stadium parasit

malaria. Spesies yang diidentifikasi antara lain sebagai berikut: Plasmodium

falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.

Stadium parasit malaria yang ada di dalam sel darah merah yang terinfeksi yaitu :

stadium trofozoit, stadium skizon dan stadium gametosit.

Adapun proses kegiatannya adalah sebagai berikut :

Dimulai dengan pembuatan sediaan darah (SD) terdiri dari 2 jenis yaitu

sediaan darah tebal dan tipis, bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol dan

kemudian tusuk ujung jari dengan lancet, teteskan 1 tetes darah di tengah object

(41)

glass diatas meja, tunggu proses pengeringan, setelah kering lakukan proses

pewarnaan dengan larutan giemsa tuangkan ke seluruh permukaan object glass

biarkan selama 30 menit kemudian tuang air bersih dari tepi object glass, angkat

dan keringkan maka SD siap untuk diperiksa kemudian identifikasi jenis spesies

dan stadium parasit yang telah ditemukan (Kemenkes, 2014).

b. Diagnosis malaria menggunakan RDT

Kebijakan penggunaan RDT :

1. Pada puskesmas terpencil di daerah endemis yang belum dilengkapi dengan

mikroskop atau sarana laboratorium, di Pustu, Polindes dan Poskesdes.

2. Pada kondisi kegawatdaruratan pasien yang memerlukan penatalaksanaan

dengan segera (hanya untuk diagnosis awal).

3. Pada daerah dengan KLB malaria dan bencana alam di daerah endemis

malaria yang belum dilengkapi fasilitas laboratorium malaria.

RDT merupakan alat diagnosis alternatif yang baik karena cepat dan akurat.

cara menggunakannya sama halnya dengan pemeriksaan menggunakan

mikroskop, butuh sedian darah bedanya darah yang udah diambil dengan loop

dimasukkan kedalam kotak sampel darah kemudian teteskan cairan buffer,

diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak, dan setelah 15

(42)

Gambar 2.3 : Uraian/Penjelasan Tes RDT

Cara membaca hasil tes RDT jenis single (contoh: Paracheck P.f):

• Bila terdapat 1 (satu) garis berwarna pada jendela Tes (T) dan 1 (satu) garis

pada jendela kontrol (C) menunjukkan positif P.falciparum

• Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela kontrol (C) menunjukkan

kesalahan pada RDT (tes harus diulangi).

• Bila terdapat garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan negatif

P.falciparum.

Jika RDT maupun Mikroskop tersedia maka pemilihan alat diagnostik

tergantung dari jumlah pasien, ketersediaan tenaga labolatorium dan klinik yang

terlatih dan kebutuhan penggunaan mikroskop untuk penyakit lain. Namun perlu

diketahui bahwa sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan mikroskop lebih tinggi

dibanding RDT bila dilakukan oleh tenaga yang terlatih, sedangkan RDT

tergantung pada jenis dan jumlah parasit, kondisi RDT, teknik pemeriksaan dan

(43)

2.4.2 Pengobatan Malaria

Pengobatan malaria yang dianjurkan oleh program saat ini adalah dengan

ACT (Artemisinin based Combination Therapy). Pemberian kombinasi ini untuk

meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi

diobati dengan ACT oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat atau

Artemeter kemudian dilanjutkan dengan ACT oral.

a) Pengobatan Malaria tanpa Komplikasi

Pengobatan malaria falciparum dan vivax saat ini menggunakan ACT di

tambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falciparum sama dengan malaria

vivaks, sedangkan obat primakuin untuk malaria falciparum hanya diberikan pada

hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB dan untuk malaria vivaks selama

14 hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB.

Dosis obat : Dihydroartemisinin = 2 – 4 mg/kgBB

Piperakuin (DHP) = 16 – 32 mg/kgBB

Primakuin = 0,75mg/kgBB

(P. falciparum untuk hari I)

Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14 hari)

b) Pengobatan Malaria Pada Ibu Hamil

Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan

pengobatan pada orang dewasa umumnya, perbedaannya adalah pada pemberian

obat malaria berdasarkan umur kehamilan. Pada ibu hamil tidak diberikan

(44)

Tabel 2.1 Pengobatan malaria yang diberikan kepada Ibu hamil

Umur Kehamilan Pengobatan

Trimester I (0-3 Bulan) Kina tablet + Klindamisin selama7 hari

Trimester II (4-6 Bulan) ACT tablet selama 3 hari

Trimester III (7-9 Bulan) ACT tablet selama 3 hari

Menurut WHO obat malaria yang paling aman di trimester pertama adalah

Kina, Klindamisin juga aman tetapi harus dikombinasikan. Obat Kina merupakan

obat pilihan karena paling efektif dan dapat digunakan pada semua masa

kehamilan. ACT hanya diberikan pada umur kehamilan trimester 2 dan 3 karena

belum ada data klinis atau bukti yang menjelaskan efek buruk kehamilan bila

mengonsumsi obat ACT pada trimester 1. Obat anti malaria yang tidak boleh

diberikan selama kehamilan adalah tetrasiklin, doksisiklin, dan primaquin.

c) Pengobatan Malaria Berat

Semua kasus malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau di

puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai, maka kasus

harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap.

1. Pengobatan malaria berat di Puskesmas / Klinik non Perawatan

Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria

berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk

berikan artemeter intramuskular dosis awal (3,2mg/kgbb).

2. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau RS

Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat

(45)

obat (per-oral), setelah pemberian Artesunat intravena atau artemeter

intramuskular atau kina drip maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP +

primakuin selama 3 hari atau Artesunat + Amodiakuin + primakuin selama 3 hari.

Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat diberikan

artemeter intramuskular atau kina drip.

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong

karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu harus makan terlebih dahulu setiap

akan minum obat anti malaria (Kemenkes,2014).

2.4.1 Skrining Malaria Pada Ibu Hamil

Skrining adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah

yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat yang bertujuan untuk

membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit diantara

masyarakat yang sehat. Pemeriksaan yang dapat di lakukan adalah dengan

pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan uji cepat (RDT).

Dapat dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

labolatorium atau pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Daerah Endemis

Dilakukan skrining rutin dengan RDT untuk semua ibu hamil

2. Daerah Non Endemis

Skrining dengan RDT pada ibu hamil dengan gejala klinis malaria.

(46)

2.4.4 Memakai Kelambu Berinsektisida.

Memakai kelambu berguna untuk mencegah terjadinya penularan (kontak

langsung manusia dengan nyamuk) dan membunuh nyamuk yang hinggap pada

kelambu, WHO telah merekomendasikan bahwa ibu hamil harus segera mulai

menggunakan kelambu saat tidur begitu tahu mereka hamil.

Tabel 2.2 Perbandingan antara kelambu biasa dengan kelambu berinsektisida

Kelambu Berinsektisda Kelambu Biasa

Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk

1. Membunuh atau menangkal nyamuk yang menyentuh

2. Tidak mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di luar kelambu

3. Tidak membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba-laba, kutu kasur dan kecoa

4. Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi

Saat ini upaya pengendalian malaria menggunakan kelambu berinsektisida

(Long Lasting Insecticidal Nets/LLINs) yang umur residu efektifnya relatif lama

yaitu lebih dari 3 tahun. Untuk memaksimalkan pemakaian kelambu

berinsektisida, kelambu tersebut harus dirawat dengan benar. Kelambu

berinsektisida bisa dicuci dengan sabun atau bubuk detergen dengan cara

mencelup-celupkannnya saja, tidak disikat, dikucek ataupun direndam karena

akan mengurangi kekuatan insektisidanya, dan pastikan menjemur kelambu di

(47)

Adapun Sasaran dan kebutuhan kelambu berinsektisida dihitung berdasarkan

sasaran penduduk di tiap lokasi yang ditetapkan mendapat distribusi kelambu

adalah sebagai berikut:

a. Sasaran kepada seluruh penduduk

Jumlah kelambu yang dibutuhkan minimal satu kelambu untuk dua orang atau

kebutuhan kelambu dihitung dengan rumus : Jumlah penduduk dibagi dua.

b. Sasaran pada kelompok rentan (ibu hamil, bayi dan balita)

Kelambu berinsektisida dibagikan secara rutin melalui kegiatan integrasi

dengan program/kegiatan lain seperti KIA, imunisasi dan gizi.

1) Program/kegiatan kesehatan Ibu Hamil dan Kesehatan Anak, kebutuhan

kelambu dirinci sebagai berikut :

- Untuk Ibu Hamil per tahun : 1,1 x Crude Birth Rate (CBR) x jumlah

penduduk.

- Untuk Bayi per tahun : 1 x CBR x jumlah penduduk.

- Untuk Anak Balita : 9 % x jumlah penduduk.

2) Program/kegiatan Imunisasi

Kebutuhan kelambu dihitung berdasarkan jumlah bayi yang sudah mendapat

imunisasi lengkap yang ditandai dengan pemberian immunisasi campak setiap

tahunnya.

3) Program/kegiatan Gizi

Kebutuhan kelambu dihitung berdasarkan jumlah bayi dan anak balita yang

(48)

Sumber biaya berasal dari :

Anggaran Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Lintas Program (KIA,

Imunisasi, Kesga), Lintas Sektor (Transmigrasi, Tenaga Kerja, TNI/POLRI),

Lembaga Donor (GFATM, WHO, Unicef, PMI), LSM, swasta, dan lain-lain

(Kemenkes, 2011).

2.4.5 Penyemprotan Rumah Dengan Insektisida (IRS : Indoor Residual Spraying)

Penyemprotan rumah dengan insektisida adalah suatu cara pengendalian

vektor dengan menempelkan racun serangga dengan dosis tertentu secara merata

pada permukaan dinding yang disemprot. Tujuannya adalah memutus rantai

penularan dengan memperpendek umur populasi, sehingga nyamuk yang muncul

adalah populasi nyamuk muda atau belum infektif (belum menghasilkan sporozoit

di dalam kelenjar ludahnya).

Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut harus lebih memperhatikan waktu

pelaksanaan berdasarkan data kasus malaria yaitu 2 bulan sebelum puncak kasus

atau data pengamatan vektor, atau 1 bulan sebelum puncak kepadatan vektor.

Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap cakupan bangunan harus mencapai

minimal 80% dari jumlah rumah di desa tersebut, sedangkan cakupan permukaan

yang disemprot minimal 90% dari semua bagian rumah yang seharusnya

disemprot (Kemenkes,2014).

Alat yang digunakan untuk pengendalian malaria adalah Spray Can yaitu

(49)

Alat semprot ini terutama digunakan untuk penyemprotan residual pada

permukaan dinding dengan insektisida, terdiri dari tangki formulasi yang

berbentuk silinder dilengkapi dengan pompa yang dioperasikan dengan tangan

dengan 2 (dua) pegangan pada ujung batang pompa (bila dikehendaki), komponen

pengaman tekanan, selang yang tersambung di bagian atas batang pengisap,

trigger valve dengan pengunci, tangkai semprotan, pengatur keluaran dan nozzle

dan komponen tambahan lainnya yang dinyatakan oleh produsen. Alat semprot

harus mempunyai tempat meletakkan tangkai semprot ketika tidak digunakan,

tidak ada bagian yang tajam sehingga dapat melukai operator dan tidak terdapat

komponen yang terbuat dari kayu.

Jenis bahan termasuk penutup lubang pengisian harus dinyatakan secara jelas

dan harus tahan terhadap korosi, tekanan dan sinar ultra violet. Tidak boleh terjadi

kerusakan, kebocoran pada (las) sambungan atau keretakan ketika dilakukan uji

daya tahan (Fatique test). Tidak boleh ada kandungan timbale atau seng pada

bahan penyolder kecuali pada sambungan, tangkai semprotan, trigger valve,

badan nozzle dan pipa pengisap. Dalam keadaan terisi penuh pada pengoperasian

normal, beratnya harus dinyatakan dan tidak boleh melebihi 25 Kg.

Tali sandang dan gesper, minimal lebarnya 50 mm dan panjang yang dapat

diatur dengan minmal 100 cm. Tali sandang dan pengencangnya harus mampu

bertahan pada uji jatuh (drop test). Pompa dengan tangki yang berisi penuh sesuai

kapasitas dan semua komponen terpasang, harus mampu mencapai tekanan kerja

(50)

Gambar 2.4 Alat Spray Can (Kemenkes,2011)

2.4.6 Penyuluhan

Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan

pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke Puskesmas

2. Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuaan desa, forum pengajian

atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu,

pertemuan PKK dan pertemuan karang taruna.

3. Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat, kesenian

tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tabligh akbar. Selain itu

penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa

seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan

kelompok sasaran (Balai desa, Posyandu, Poskesdes dan Lain-lain)

(51)

2.5 Puskesmas

2.4.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).

2.5.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya,

puskesmas menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

(52)

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,

dan cakupan Pelayanan Kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan

dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerja sama inter dan antar profesi.

Gambar

Gambar 2.1 Proses Penularan Malaria
Gambar 2.3 : Uraian/Penjelasan Tes RDT
Tabel 2.1 Pengobatan malaria yang diberikan kepada Ibu hamil
Tabel 2.2 Perbandingan antara kelambu biasa dengan kelambu berinsektisida
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbandingan Pemberian Ekstrak Ikan Gabus dan Smooty Bayam Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil