• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep tentang Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana keadaan kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi kata ini adalah kata sarapan dari bahasa inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. (Echols, Shadily, 2000).

Menurut Crowford dalam Lababa bahwa “penilaian (Evaluation) sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan”, maka dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang

(2)

Definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. brown (dalam Sudijono, 2005:1) adalah ”suatu tindakan atau suatu proses untuk

menentukan nilai dari sesuatu”. Kata-kata yang terkandung dalam definisi tersebut

menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan Suchman dalam Anderson (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) memandang ”evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”.

Kemudian seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi program bernama Stufflebeam dalam Fernandes (dalam Arikunto dan Jabar, 2004:1) mengatakan bahwa ”evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian

informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.”Sedangkan dalam PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dijelaskan bahwa ”evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input),

keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar”.

(3)

rencana. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang sekurang-kurangnya meliputi indikator masukan, indikator keluaran, dan indikator

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu:

1.Mengukur kemajuan.

2.Menunjang penyusunan rencana.

(4)

2.1 Konsep Tentang Malaria 2.1.1 Pengertian Malaria

Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu dari kata “Mal” artinya buruk dan “Area” yang artinya udara. Secara harfiah (bahasa) malaria adalah penyakit yang

sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang juga buruk. Jadi definisi dari Malaria berarti suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan di tularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkhoni,2010).

2.1.2 Penyebab Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang disebut Plasmodium yang hidup dalam sel darah merah. Plasmodium tersebut sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Manusia harus menggunakan mikroskop untuk melihatnya.

Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang. Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia terdiri dari 4 jenis :

a. Plasmodium falciparum b. Plasmodium vivax c. Plasmodium malariae d. Plasmodium ovale.

(5)

P.falciparum yang paling sering menyebabkan malaria berat (dengan komplikasi). Seorang penderita dapat terinfeksi oleh lebih dari satu jenis plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mix infection). (Kemenkes,2013).

2.2.3 Gejala Malaria

Gejala-gejala malaria ada yang tanpa komplikasi dan ada yang dengan komplikasi (Malaria Berat).

1. Gejala malaria tanpa komplikasi

Malaria tanpa komplikasi biasanya dimulai dengan perasaan lemah, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Kemudian diikuti dengan gejala-gejala malaria yang klasik.

Gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut :

a. Stadium Dingin : Merasa sangat dingin, nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari berwarna kebiruan, kulit kering dan pucat, bulu-bulu berdiri, kadang muntah. Pada anak-anak dapat terjadi kejang. lama gejala ini 15 menit sampai 1 jam.

b. Stadium Panas : Muka memerah, kulit kering dan panas, sakit kepala menghebat, mual dan muntah, denyut nadi penuh dan cepat, rasa sangat haus, demam sampai 410C atau lebih. Lama gejala ini 2 sampai 4 jam. c. Stadium Berkeringat : Keringat berlebihan, suhu turun kembali sampai

normal, biasanya penderita tertidur lelap dan bangun dengan rasa lemah, tetapi gejala lain tidak ada. Lama gejala ini 2 sampai 4 jam.

(6)

Namun tidak semua pasien menunjukkan semua gejala diatas, dan lamanya gejala tersebut bisa pula berbeda-beda. Selain itu, banyak pasien yang menunjukkan gejala-gejala tambahan seperti diare.

2. Gejala Malaria Berat (Dengan komplikasi)

Malaria berat terutama disebabkan oleh infeksi P.falciparum. Jika tidak segera dirawat, infeksi ini bisa merusak otak serta menimbulkan kematian. Ada

banyak gejala klinis malaria berat dan penderita bisa mengalami salah satu atau beberapa gejala berikut :

a. Demam tinggi

b. Denyut nadi cepat dan lemah

c. Seluruh tubuh lemah (tidak bisa duduk dan berdiri) d. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam setelah demam turun e. Mata atau tubuh berwarna kuning

f. Darah mengucur dari hidung, gusi atau saluran pencernaan g. Napas memburu atau pendek-pendek

h. Tidak bisa makan dan minum i. Muntah terus menerus

j. Warna air seni seperti teh hitam sampai berwarna kopi kental k. Air seni bercampur darah

(7)

2.2.4 Proses Penularan Malaria

Gambar 2.1 Proses Penularan Malaria 2.2.5 Alur Penemuan Penderita Malaria

(8)

2.2.6 Indikator Program Malaria

Angka kesakitan penyakit malaria dapat diukur dengan Annual Parasite Incidence (API) dan Annual Malaria Incidence (AMI).

a. Annual Parasite Incidence atau API (‰) adalah jumlah penderita malaria positif per 1000 penduduk.

Malaria positif adalahkasus malaria yang didiagnosis (pemeriksaan

specimen/sediaan darahnya) secara mikroskopis atau rapid diagnostic test hasil positif mengandung plasmodium.

Angka API dikatakan rendah apabila < 1‰, sedang 1 - < 5‰ dan tinggi apabila > 5‰.

b. Annual Malaria Incidence atau AMI (‰) adalah jumlah penderita malaria klinis per 1.000 penduduk.

(9)

2.3 Program Pengendalian Malaria

2.3.1 Visi dan Misi  Visi :

“Masyarakat Sehat, Bebas MasalahMalaria, Mandiri Dan Berkeadilan”  Misi :

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani dalam pengendalian malaria.

2. Menjamin ketersediaan pelayanan malaria yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya pengendalian malaria. 4. Menciptakan tata kelola program malaria yang baik.

2.3.2 Kebijakan

Adapun kebijakan program pengendalian malaria adalah sebagai berikut: 1) Diagnosis malaria harus dilakukan dengan konfirmasi mikroskop atau tes

diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT).

2) Pengobatan yang menggunakan terapi kombinasi berbasis Artemisin (Artemisinin Based Combination Therapy/ACT) sesudah konfirmasi laboratorium.

(10)

4) Layanan tata laksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan dilakukan secara terintegrasi ke dalam sistem layanan kesehatan dasar.

5) Pengendalian malaria dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penilaian serta menjamin ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan biaya operasional.

6) Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah meningkatkan tata kelola program yang baik serta peningkatan efektifitas, efisiensi dan mutu program.

7) Penggalangan kerjasama dan kemitraan diantara sektor pemerintah, dunia pendidikan, organisasi profesi, swasta dan masyarakat dilakukan dengan memanfaatkan Forum Nasional Gebrak Malaria.

8) Memperkuat inisiatif Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yaitu dengan mengintegrasikan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes) ke dalam Desa Siaga.

2.4. Kegiatan Program

(11)

2.4.1 Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium. Sedangkan diagnosis pasti malaria bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik secara mikroskopis, maupun uji diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT).

A. Anamnesis

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

- Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal

- Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria - Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.

- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria

Setiap kasus dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria.

B. Pemeriksaan fisik

a. Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C

b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat c. Sklera (mata) ikterik

(12)

C. Pemeriksaan laboratorium 1) Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis untuk menentukan: - Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).

- Spesies dan stadium plasmodium - Kepadatan parasit

2) Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT) Pemeriksaan dengan RDT tidak untuk evaluasi pengobatan.

Diagnosis pasti malaria bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah, baik secara mikroskopis, maupun uji diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT), dan saat ini metode pemeriksaan dengan mikroskopis merupakan standar baku emas (gold standard) karena dapat melihat parasit malaria, sehingga dapat mendiagnosis penderita tanpa gejala.

a. Pemeriksaan Mikroskopis Malaria

(13)

Langkah-langkah pada pemeriksaan malaria secara mikroskopis meliputi : 1. Penyiapan Alat dan Reagensia

Alat yang digunakan adalah Mikroskop Binokuler

Bahan yang digunakan adalah Kaca sediaan/slide/objek glass, lenset steril, kapas alkohol 70%, minyak imersi, larutan buffer pH 7.2, Giemsa stok.

Giemsa stok harus selalu dilakukan pengujian mutu secara rutin untuk memastikan kualitasnya. Larutan Giemsa yang dibuat adalah 3% dan harus selalu dibuat baru bila ada pemeriksaan.

2. Pembuatan sediaan darah

Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari. Sediaan darah malaria yang dibuat adalah sediaan darah tebal dengan diameter 1-1,5 cm dan sediaan darah tipis yang berbentuk seperti ujung lidah.

3. Pembacaan sediaan darah (identifikasi)

Pembacaan sediaan darah meliputi identifikasi spesies dan stadium parasit malaria. Spesies yang diidentifikasi antara lain sebagai berikut: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Stadium parasit malaria yang ada di dalam sel darah merah yang terinfeksi yaitu : stadium trofozoit, stadium skizon dan stadium gametosit.

Adapun proses kegiatannya adalah sebagai berikut :

(14)

glass diatas meja, tunggu proses pengeringan, setelah kering lakukan proses pewarnaan dengan larutan giemsa tuangkan ke seluruh permukaan object glass biarkan selama 30 menit kemudian tuang air bersih dari tepi object glass, angkat dan keringkan maka SD siap untuk diperiksa kemudian identifikasi jenis spesies dan stadium parasit yang telah ditemukan (Kemenkes, 2014).

b. Diagnosis malaria menggunakan RDT Kebijakan penggunaan RDT :

1. Pada puskesmas terpencil di daerah endemis yang belum dilengkapi dengan mikroskop atau sarana laboratorium, di Pustu, Polindes dan Poskesdes. 2. Pada kondisi kegawatdaruratan pasien yang memerlukan penatalaksanaan

dengan segera (hanya untuk diagnosis awal).

3. Pada daerah dengan KLB malaria dan bencana alam di daerah endemis malaria yang belum dilengkapi fasilitas laboratorium malaria.

(15)

Gambar 2.3 : Uraian/Penjelasan Tes RDT

Cara membaca hasil tes RDT jenis single (contoh: Paracheck P.f):

• Bila terdapat 1 (satu) garis berwarna pada jendela Tes (T) dan 1 (satu) garis

pada jendela kontrol (C) menunjukkan positif P.falciparum

• Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela kontrol (C) menunjukkan

kesalahan pada RDT (tes harus diulangi).

• Bila terdapat garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan negatif

P.falciparum.

(16)

2.4.2 Pengobatan Malaria

Pengobatan malaria yang dianjurkan oleh program saat ini adalah dengan ACT (Artemisinin based Combination Therapy). Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan ACT oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat atau Artemeter kemudian dilanjutkan dengan ACT oral.

a) Pengobatan Malaria tanpa Komplikasi

Pengobatan malaria falciparum dan vivax saat ini menggunakan ACT di tambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falciparum sama dengan malaria vivaks, sedangkan obat primakuin untuk malaria falciparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB.

Dosis obat : Dihydroartemisinin = 2 – 4 mg/kgBB Piperakuin (DHP) = 16 – 32 mg/kgBB Primakuin = 0,75mg/kgBB

(P. falciparum untuk hari I)

Primakuin = 0,25 mg/kgBB (P. vivax selama 14 hari) b) Pengobatan Malaria Pada Ibu Hamil

(17)

Tabel 2.1 Pengobatan malaria yang diberikan kepada Ibu hamil

Umur Kehamilan Pengobatan

Trimester I (0-3 Bulan) Kina tablet + Klindamisin selama7 hari Trimester II (4-6 Bulan) ACT tablet selama 3 hari

Trimester III (7-9 Bulan) ACT tablet selama 3 hari

Menurut WHO obat malaria yang paling aman di trimester pertama adalah Kina, Klindamisin juga aman tetapi harus dikombinasikan. Obat Kina merupakan obat pilihan karena paling efektif dan dapat digunakan pada semua masa kehamilan. ACT hanya diberikan pada umur kehamilan trimester 2 dan 3 karena belum ada data klinis atau bukti yang menjelaskan efek buruk kehamilan bila mengonsumsi obat ACT pada trimester 1. Obat anti malaria yang tidak boleh diberikan selama kehamilan adalah tetrasiklin, doksisiklin, dan primaquin.

c) Pengobatan Malaria Berat

Semua kasus malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau di puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai, maka kasus harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap.

1. Pengobatan malaria berat di Puskesmas / Klinik non Perawatan

Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk berikan artemeter intramuskular dosis awal (3,2mg/kgbb).

2. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau RS

(18)

obat (per-oral), setelah pemberian Artesunat intravena atau artemeter intramuskular atau kina drip maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP + primakuin selama 3 hari atau Artesunat + Amodiakuin + primakuin selama 3 hari. Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat diberikan artemeter intramuskular atau kina drip.

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria (Kemenkes,2014).

2.4.1 Skrining Malaria Pada Ibu Hamil

Skrining adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat yang bertujuan untuk membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit diantara masyarakat yang sehat. Pemeriksaan yang dapat di lakukan adalah dengan pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan uji cepat (RDT).

Dapat dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan labolatorium atau pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Daerah Endemis

Dilakukan skrining rutin dengan RDT untuk semua ibu hamil 2. Daerah Non Endemis

(19)

2.4.4 Memakai Kelambu Berinsektisida.

Memakai kelambu berguna untuk mencegah terjadinya penularan (kontak langsung manusia dengan nyamuk) dan membunuh nyamuk yang hinggap pada kelambu, WHO telah merekomendasikan bahwa ibu hamil harus segera mulai menggunakan kelambu saat tidur begitu tahu mereka hamil.

Tabel 2.2 Perbandingan antara kelambu biasa dengan kelambu berinsektisida

Kelambu Berinsektisda Kelambu Biasa Memberikan perlindungan

terhadap gigitan nyamuk

1. Membunuh atau menangkal nyamuk yang menyentuh kelambu

2. Mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di luar kelambu

3. Membunuh serangga

lainnyaseperti tuma, laba-laba, kutu kasur dan kecoa

4. Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi

Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk

1. Tidak membunuh atau menangkal nyamuk yang menyentuh kelambu

2. Tidak mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di luar kelambu

3. Tidak membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba-laba, kutu kasur dan kecoa

4. Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi

(20)

Adapun Sasaran dan kebutuhan kelambu berinsektisida dihitung berdasarkan sasaran penduduk di tiap lokasi yang ditetapkan mendapat distribusi kelambu adalah sebagai berikut:

a. Sasaran kepada seluruh penduduk

Jumlah kelambu yang dibutuhkan minimal satu kelambu untuk dua orang atau kebutuhan kelambu dihitung dengan rumus : Jumlah penduduk dibagi dua. b. Sasaran pada kelompok rentan (ibu hamil, bayi dan balita)

Kelambu berinsektisida dibagikan secara rutin melalui kegiatan integrasi dengan program/kegiatan lain seperti KIA, imunisasi dan gizi.

1) Program/kegiatan kesehatan Ibu Hamil dan Kesehatan Anak, kebutuhan kelambu dirinci sebagai berikut :

- Untuk Ibu Hamil per tahun : 1,1 x Crude Birth Rate (CBR) x jumlah penduduk.

- Untuk Bayi per tahun : 1 x CBR x jumlah penduduk. - Untuk Anak Balita : 9 % x jumlah penduduk.

2) Program/kegiatan Imunisasi

Kebutuhan kelambu dihitung berdasarkan jumlah bayi yang sudah mendapat imunisasi lengkap yang ditandai dengan pemberian immunisasi campak setiap tahunnya.

3) Program/kegiatan Gizi

(21)

Sumber biaya berasal dari :

Anggaran Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Lintas Program (KIA, Imunisasi, Kesga), Lintas Sektor (Transmigrasi, Tenaga Kerja, TNI/POLRI), Lembaga Donor (GFATM, WHO, Unicef, PMI), LSM, swasta, dan lain-lain (Kemenkes, 2011).

2.4.5 Penyemprotan Rumah Dengan Insektisida (IRS : Indoor Residual Spraying)

Penyemprotan rumah dengan insektisida adalah suatu cara pengendalian vektor dengan menempelkan racun serangga dengan dosis tertentu secara merata pada permukaan dinding yang disemprot. Tujuannya adalah memutus rantai penularan dengan memperpendek umur populasi, sehingga nyamuk yang muncul adalah populasi nyamuk muda atau belum infektif (belum menghasilkan sporozoit di dalam kelenjar ludahnya).

Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut harus lebih memperhatikan waktu pelaksanaan berdasarkan data kasus malaria yaitu 2 bulan sebelum puncak kasus atau data pengamatan vektor, atau 1 bulan sebelum puncak kepadatan vektor. Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap cakupan bangunan harus mencapai minimal 80% dari jumlah rumah di desa tersebut, sedangkan cakupan permukaan yang disemprot minimal 90% dari semua bagian rumah yang seharusnya disemprot (Kemenkes,2014).

(22)

Alat semprot ini terutama digunakan untuk penyemprotan residual pada permukaan dinding dengan insektisida, terdiri dari tangki formulasi yang berbentuk silinder dilengkapi dengan pompa yang dioperasikan dengan tangan dengan 2 (dua) pegangan pada ujung batang pompa (bila dikehendaki), komponen pengaman tekanan, selang yang tersambung di bagian atas batang pengisap, trigger valve dengan pengunci, tangkai semprotan, pengatur keluaran dan nozzle dan komponen tambahan lainnya yang dinyatakan oleh produsen. Alat semprot harus mempunyai tempat meletakkan tangkai semprot ketika tidak digunakan, tidak ada bagian yang tajam sehingga dapat melukai operator dan tidak terdapat komponen yang terbuat dari kayu.

Jenis bahan termasuk penutup lubang pengisian harus dinyatakan secara jelas dan harus tahan terhadap korosi, tekanan dan sinar ultra violet. Tidak boleh terjadi kerusakan, kebocoran pada (las) sambungan atau keretakan ketika dilakukan uji daya tahan (Fatique test). Tidak boleh ada kandungan timbale atau seng pada bahan penyolder kecuali pada sambungan, tangkai semprotan, trigger valve, badan nozzle dan pipa pengisap. Dalam keadaan terisi penuh pada pengoperasian normal, beratnya harus dinyatakan dan tidak boleh melebihi 25 Kg.

(23)

Gambar 2.4 Alat Spray Can (Kemenkes,2011) 2.4.6 Penyuluhan

Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke Puskesmas

2. Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuaan desa, forum pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu, pertemuan PKK dan pertemuan karang taruna.

(24)

2.5 Puskesmas

2.4.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014). 2.5.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

(25)

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas. g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.

(26)

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan.

Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan. Ketentuan mengenai wahana pendidikan tenaga kesehatan tersebut, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2014).

(27)

2.6 Kerangka pikir

Gambar 2.5 Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar diatas definisi dari kerangka pikir tersebut adalah sebagai berikut :

1. Input

Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melakukan evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria seperti: Sumber daya Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana serta Dana

a. Ketersediaan SDM adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang terlibat dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung.

b. Ketersediaan Sarana dan Prasarana adalah Ketersediaan seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja puskesmas Sei Apung

Output Jumlah angka kesakitan malaria Input 1. Ketersediaan SDM 2. Ketersediaan

Sarana dan Prasarana 3. Ketersediaan Dana Proses -Koordinasi -Diagnosis dan Pengobatan -Skrining malaria -Kelambu

berinsektisida -Penyemprotan

(28)

c. Ketersediaan Dana adalah Ketersediaan bagian yang mendukung dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria

2. Proses

Proses adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung yaitu dengan cara :

a. Koordinasi adalah kerja sama dengan pihak lain evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung.

b. Diagnosis malaria dan pengobatan adalah suatu penentuan penderita positif malaria dengan melakukan pemeriksaan sediaan darah dengan tes uji cepat (RDT), sedangkan pengobatan adalah tindak lanjut dari diagnosis malaria c. Skrining malaria pada ibu hamil adalah kegiatan deteksi dini pada ibu

hamil tanpa memandang usia kehamilan dan pemeriksaan di lakukan dengan menggunakan RDT (Tes uji cepat).

d. Pemberian kelambu berinsektisida adalah kegiatan dalam upaya pencegahan malaria yang dapat diberikan kepada ibu hamil, bayi dan balita maupun masyarakatnya.

(29)

f. Penyuluhan adalah suatu kegiatan secara aktif maupun pasif yang disampaikan oleh tenaga kesehatan mengenai bahaya malaria dan cara penanggulangannya kepada masyarakat.

2. Output

Output adalah hasil Pelaksanaan Program yaitu jumlah angka kesakitan malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung.

Gambar

Gambar 2.1 Proses Penularan Malaria
Gambar 2.3 : Uraian/Penjelasan Tes RDT
Tabel 2.1 Pengobatan malaria yang diberikan kepada Ibu hamil
Tabel 2.2 Perbandingan antara kelambu biasa dengan kelambu berinsektisida
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian tersebut tercemin dalam pengembangan budaya religius peserta didik di SMAN I Aikmel yang melibatkan warga sekolah dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, kontrol

Energiaturpeen tuotanto ja käyttö työllistävät Itä-Suomessa noin 1 800 henkilö- työvuotta, josta turvetuotannon ja kuljetusten osuus on noin 500 henkilötyövuotta..

Walaupun UNICEF bersama mitranya sudah melakukan penyelamatan pada anak yang menderita gizi buruk, namun hambatan yang mereka alami pun banyak mulai dari konflik

Solo Km 8 Yogyakarta dengan tema Hidup Rukun Saat Bermain Bersama Teman – teman di Lingkunganku pada hari Kamis 4 September 2014, dan Bank Indonesia, Pasar Beringharjo

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik komunikasi dengan menyertai bahasa verbal dan nonverbal yang digunakan Najwa Shihab

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan obesitas terhadap kejadian osteoartritis lutut pada lansia di Poli Sub Reumatologi RSUP Haji Adam Malik Medan.. Penelitian

Dengan mengajarkan iman kepada Allah, terhadap siswa SMA kelas X, dengan menggunakan teori pembelajaran humanistik serta berdasarkan toeri kognitif, maka diharapkan

Bagi menjayakan pelaksanaan KSSR, pengajaran dan pembelajaran guru perlu memberi penekanan kepada KBAT dengan memberi fokus kepada pendekatan Pembelajaran