• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITAN 4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

3. Pematang Sei Baru 1.075 3,67 246,31

4.2.1 Ketersediaan SDM

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung dengan wawancara mendalam terhadap Kepala Puskesmas, pemegang program, dan bidan desa, di peroleh hasil mengenai ketersediaan SDM sebagai berikut:

4.2.1.1 Tenaga Kesehatan Yang dilatih Dalam Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria.

Tenaga kesehatan yang di latih dalam pelaksanaan program pengendalian malaria menurut informan di Puskesmas Sei Apung yaitu bidan desa dan pengelola program. Berikut ini kutipan dari informan:

“Bidan desa 10 orang, petugas malaria buatlah, kebetulan petugas mikroskopisnya ada juga, tapi petugasnya gak ada lagi kosong, ee.. dah tu aja.”

(Informan 3)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan yang mengemukakan:

“Ya… pengelola programnya, bidan desa, petugas mikroskopisnya lah ee.. tapi

petugas di puskesmas sei apung belum ada.” (Informan 1)

Menurut informan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, petugas yang dilatih itu adalah bidan desa dan pengelola program, mereka mendapat pelatihan tentang malaria. Akan tetapi untuk petugas mikroskopis di Puskesmas Sei Apung belum ada pelatihan, karena petugasnya sudah di pindah tugaskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan.

Salah satu informan mengatakan selain tenaga kesehatan, adapun tenaga non kesehatan yang di latih adalah kader

Berikut ini kutipan dari informan:

“Bidan desa, pengelola program, satu lagi dokternya la, itu ajala, paling apanya

la kader nya.” (Informan 4) Tenaga kesehatan yang dilatih selain pengelola program dan bidan desa, dokter juga di latih. Adapun tenaga non kesehatan yang dilatih adalah kader.

4.2.1.2 Pelatihan Dalam Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria

Salah satu bentuk pengembangan sumber daya manusia adalah dengan melakukan pelatihan, tujuannya adalah lebih meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan pernah mengadakan pelatihan kepada Bidan desa dan pengelola program. Berikut ini kutipan dari informan :

Pernah dilakukan pelatihan kepada pemegang program, tapi kalau udah pernah dilatih ya ga usah dilatih lagi, cuma yang terakhir kami yang aktif bidan desa hanya di lakukan job trainning aja, kalau petugas udah pernah kita latih, kalau ada lagi dari provinsi ya udah kita undang lagi…” (Informan 1)

Pelatihan pernah dilakukan khususnya pada pemegang program malaria namun bagi yang pernah mendapatkan pelatihan tidak mengikuti pelatihan lagi, pelatihan dari dinas kesehatan lebih aktif diberikan kepada bidan desa karena bidan desa merupakan ujung tombak desa, adapun bentuk pelatihan yang diberikan adalah job training. Untuk petugas mikroskopisya tidak ada pelatihan

karena sudah di pindah tugaskan ke instansi Dinas Kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, salah satu informan menuturkan bahwa pelatihan dilakukan berdasarkan dana yang tersedia.

Berikut ini kutipan dari informan:

“Tergantung dana, kalau memang ada dana semua kepala puskesmas dan saya juga dokter kan? ya..di panggil dengan pengelola program, tapi… kalau gak

mungkin pengelola programnya aja.. karena mereka yang lebih penting, kepala puskesmas kan urusannya banyak, jadikan dia gak fokus pada yang satu, mending mereka yang di latih, gitu... masing-masing kan kita sudah kasi notanya, kamu jadi ini dan kamu jadi ini., gitu.” (Informan 2)

Pelatihan lebih di fokuskan kepada pemegang program malaria karena pemegang program merupakan peranan penting dalam pelaksanaan program pengendalian malaria tetapi pelatihan juga dilakukan berdasarkan dana yang tersedia, apabila dana tersedia dari dinas kesehatan Provinsi maka pelatihan juga akan dilaksanakan di dinas kesehatan Kabupaten.

4.2.1.3 Ketersediaan Peralatan dalam Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria

Dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria, diperlukan adanya ketersediaan peralatan yang dapat mendukung pelaksanaan program pengendalian malaria. Alat yang digunakan sesuai dengan kegiatan program pengendalian malaria. Berikut ini kutipan dari informan:

Gak ada, itu kalau untuk pemeriksaan lab.. orangnya kan arus dilatih namanya mikroskopis, jadi kemaren disini tu gak da petugasnya, misalnya SDM nya gak

da, kan SDM nya tu kan sebaiknya…hmm… analis, kan kita gak punya analis, akhirnya… kalau untuk pun pegawai yang dilatih menjadi… mikroskopis, gak da

yang bisa di tunjuk, saya kekurangan orang, saya kekurangan SDM, tapi kalau kita yang hari-hari itu, namanya apa itu? RDT, jadi kan gak perlu pakek mikroskopis, kelambu malaria, smua tergantung dari dana, kalau dananya ada, pasti alat lengkaplah.” (Informan 2) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa menurut informan, ketersediaan alat dalam pelaksanaan program pengendalian sudah cukup lengkap, adapun alat yang tersedia adalah alat RDT (Rapid Diagnostic Test) yaitu alat uji

cepat yang digunakan untuk pemeriksaan sediaan darah untuk mengetahui pasien positif malaria, alat pencegah malaria yaitu kelambu berinsektisida, memiliki ruang labolatorium tetapi alat mikroskop serta reagen tidak difungsikan dengan baik, karena petugas mikroskopis tidak ada sehingga alat yang berada di labolatorium tidak diketahui secara pasti dapat digunakan atau tidak. Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan dari petugas Puskesmas Sei Apung yang mengemukakan:

Alat cukup lah RDT nya tu, stock nya juga cukup, kalau pemeriksaan di lab tu

adanya mikroskop, tapi itulah tak ada petugasnya.” (Informan 3)

Menurut informan, ketersediaan alat sudah cukup lengkap, adapun alat dan ruang labolatorium belum difungsikan dengan baik dikarenakan petugas mikroskopis belum ada.

4.2.1.4 Ketersediaan Obat Anti Malaria dalam Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria

Ketersediaan Obat anti malaria sangat dibutuhkan dalam mendukung evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria.

Berikut ini kutipan dari informan:

“Obat ada, obat kita menggunakan DHP dan Primakuin, dulu kita gunakan kloroquin karena resistensi, kalau stock mudah-mudahan terjamin ada, cukup

la…” (Informan 1)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang mengemukakan:

“Gak ada lah kendala masalah obat, gak ada..” (Informan 2)

Menurut informan, ketersediaan obat anti malaria yang mendukung evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria cukup lengkap dan persediaan selalu ada. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi penelitian yang telah

dilakukan dengan melihat hasil laporan obat anti malaria di Puskesmas Sei Apung yang menyatakan ketersediaan obat anti malaria cukup lengkap, adapun jenis obatnya adalah Dihydropiperaquin, primakuin dan kina.

4.2.1.5 Ketersediaan Sumber Dana dalam Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria

Ketersediaan sumber dana dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung berasal dari dana GF (Global Fund), APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) dan BOK

(Bantuan Operasional Kesehatan). Berikut ini kutipan dari informan:

“Dana dari APBD ama GF itu (Global Fund), semprot itu dari APBD, ee.. oh iya kalau penyuluhan dana BOK, tapi adalah proyek dari luar negeri yang bantu Indonesia itulah GF tu, tapi kalau soal biaya kita gak tau, yang tau kan Dinas,

kita kan, ee… UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) jadi apa yang disuruh dinas

itu lah yang kita kerjakan itulah yang di sebut UPTD tu, kalau lingkungan di pegawai negri itu, udah ngerti nanti itu.” (Informan 2)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain mengemukakan: “Dana dari APBD, tapi kalau Obat dan RDT dari Global Fund sama dari pusat sana lah.., kalau IRS tu dari APBD tapi kalau pemberian kelambu itu dari GF.”

(Informan 1)

Ketersediaan dana dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian

malaria berasal dari bantuan luar negeri yaitu GF (Global Fund), APBD

(Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) dan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).

4.3 Proses

Dokumen terkait