• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan dalam Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung

HASIL PENELITAN 4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

3. Pematang Sei Baru 1.075 3,67 246,31

4.3.8 Pengawasan dalam Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang mengemukakan: “Gak ada, mereka andalkan penyemprotan ini ajalah..” (Informan 6) Menurut informan, masyarakat ada yang aktif dan ada yang tidak aktif, biasanya masyarakat yang aktif misalnya kegiatan gotong royong dan sebahagiannya lagi hanya mengandalkan petugas kesehatan nya saja misalnya dalam penyemprotan dinding rumah, sehingga kesadaran dari masyarakat masih minim untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program pengendalian malaria.

4.3.8 Pengawasan dalam Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung

Setelah di lakukan kegiatan evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sei Apung pastinya ada di lakukan pengawasan yang khusus di lakukan oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan dan memiliki tim khusus, biasanya kegiatan tersebut di lakukan per triwulan. Berikut ini kutipan dari informan:

Ada lah orang dinas yang datang, mereka lakukan supervisi namanya ee.. biasanya orang tu datang pertri wulan gitu lah, gak tetap lah bulan ke berapa Cuma dalam setahun ada lah mereka lakukan supervisi gitu, ya dilihat nya hasil laporan kita tu. (Informan 3)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang mengemukakan:

Pernah lah di lakukan supervisi lah, ecek nyaa setahun 1 kali atau setahun 2 kali kek gitulah supervisi, kadang mereka terjun, terjun dari dinas-dinas provinsi

melihat dari laporan-laporan kalian, banyak disana apo.. tinggi, misalnya yang di pematang sei baru, kenapa bisa tinggi apa.. malaria di sana? di jawab lah ya buk karna musim hujan samo musim pasang, kek gitu lah.” (Informan 4)

Menurut informan, pengawasan pernah di lakukan, sebagian informan mengatakan kegiatan tersebut dilakukan per triwulan dan ada juga yang mengatakan 1 tahun sekali, kegiatan supervisi dapat di lakukan dengan mengumpulkan bidan desa dan kemudian menanyakan kepada mereka misalnya: alasan tentang kasus malaria yang cukup tinggi.

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Input

Input merupakan sarana fisik, perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, serta sumber daya manusia dan sumber daya ( resources)

lainnya di Puskesmas dan Rumah Sakit. Hal penting yang harus diperhatikan adalah kejujuran, efektivitas dan efesiensi, serta kuantitas dan kualitas dari masukan yang ada.

Dalam mewujudkan pelayanan yang bermutu memerlukan input yang bermutu pula. Semua sumber daya yang ada perlu diorganisasikan dan dikelola sesuai ketentuan perundang-undangan dan prosedur kerja yang berlaku sehingga pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima pelanggan dengan baik (Bustami, 2011).

5.1.1 Ketersediaan SDM

Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan tersebut dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja (Kemenkes RI, 2014).

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Menurut Kemenkes RI (2014), berdasarkan standar ketenagaan program bahwa arti ketenagaan disini adalah menyangkut kebutuhan minimal dalam hal jumlah dan jenis tenaga yang dilatih dengan tujuan terselenggaranya kegiatan program pengendalian malaria oleh suatu unit pelaksana kesehatan (UPK), maka tenaga kesehatan yang dilatih terdiri dari dokter, bidan, perawat, mikroskopis serta pengelola program dan tenaga non kesehatan yang di latih adalah kader atau juru malaria desa (JMD).

Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan dalam evaluasi sistem pelaksanaan program pengendalian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kabupaten Asahan bahwa tenaga kesehatan yang di latih hanya 2 orang yaitu bidan dan pengelola program. Informan 3 yaitu seorang bidan dengan latar pendidikan DIII Kebidanan, sudah 7 tahun turut serta sebagai pemegang program dan sebagai tata usaha (TU) selama 1 tahun. Informan 4 adalah seorang bidan desa dengan latar belakang pendidikan DIII Kebidanan lama bekerja selama 5 tahun, menurut informan kedua tenaga kesehatan tersebut merupakan peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan program pengendalian malaria.

Menurut Dalimunthe (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pengembangan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pencegahan malaria terkait dengan ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas yang digunakan dalam program pencegahan penyakit malaria.

Ketersediaan tenaga kesehatan dalam pelaksaanaan kegiatan program pengendalian malaria di Puskesmas Sei Apung belum terpenuhi, adapun tenaga kesehatan yang belum ada adalah tenaga analis kesehatan.

Selain tenaga kesehatan, tenaga non kesehatan juga sangat berperan penting dalam pelaksanaan program pengendalian malaria, Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tenaga non kesehatan tersebut adalah kader penyemprot dinding rumah, dia merupakan informan 6 dengan latar pendidikan SMA dan lama bekerja selama 2 tahun.

Menurut Susanti (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kader malaria berperan dalam membantu petugas dalam penyemprotan dan larvaciding, menggerakkan masyarakat terlibat dalam PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan juga membuat laporan kegiatan.

Sedangkan menurut Muninjaya (2004), wawasan dan motivasi kerja kader sebaiknya terus dibina agar tugas yang diberikan kepada mereka dapat dikerjakan secara optimal. Mereka harus disadarkan bahwa tugas mereka sangat penting artinya bagi pembangunan kesehatan warga mereka sehingga tugas mereka bukan semata-mata untuk kepentingan program kesehatan puskesmas.

Kader juga merupakan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam

melaksanakan program pengendalian malaria maka untuk lebih meningkatkan motivasi bekerja dibutuhkan suatu reward atau hadiah agar lebih meningkatkan

5.1.2 Pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu pengembangan sumber daya manusia untuk lebih meningkatkan kompetensi yang dimiliki baik pengetahuan, sikap dan tindakan, maka pelatihan sangat perlu di lakukan, adapun materi pelatihan yang disajikan sesuai dengan profesi masing-masing adalah Pelatihan Case Manajemen

bagi Dokter, Pelatihan Case Manajemen bagi Paramedis (Bidan dan Perawat),

Pelatihan Parasitologi Malaria (Mikroskopis dari Pusat sampai Puskesmas/ UPT). Pelatihan Manajemen dan Epidemiologi Malaria (Basic Training), Pelatihan Juru

Malaria Desa (JMD) atau Kader (Kemenkes, 2014).

Menurut Manullang (2004) menyatakan bahwa pelatihan diartikan sebagai imbalan kegiatan yang didesain untuk memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas yang bersangkutan lebih maju dalam melaksanakan tugas tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah di lakukan bahwa pelatihan pernah di lakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan dan pelatihan terakhir pada tahun 2014, pelatihan tersebut hanya diberikan kepada bidan desa dan pengelola program, namun bagi yang pernah mendapatkan pelatihan tidak mengikuti pelatihan lagi, adapun bentuk pelatihan yang diberikan adalah job trainning,

petugas mikroskopis tidak ada maka pelatihan pun tidak pernah dilakukan, Selain itu pelatihan juga diberikan kepada kader malaria tetapi kader tersebut hanya kader penyemprotan malaria, pelatihan tersebut di latih langsung oleh Petugas Malaria Dinas Kesehatan tentang teknik cara penyemprotan yang baik dan benar.

Pelatihan sudah pernah dilakukan di dinas Kesehatan kabupaten Asahan, adapun bentuk pelatihannya adalah job training yang diberikan kepada bidan desa

dan pengelola program, bukan hanya itu kader juga pernah dilatih oleh petugas dinas kesehatan kabupaten asahan seperti teknik cara penyemprotan dengan sempurna dan penggunaan alat dan bahan dalam penyemprotan tetapi pelatihan dapat dilakukan bila didukung dengan dana yang tersedia.

Menurut Mahsun (2006) bahwa untuk memperoleh hasil yang baik atas setiap kinerja, organisasi harus melakukan investasi terhadap kegiatan yang ada. Individu atau tim akan menjadi kurang berguna jika tidak didukung sumber dana untuk melakukan pekerjaan.

Dokumen terkait