• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA DEVELOPMENT OF CARTOON MOVIE ON ECONOMICS IN SENIOR HIGH SCHOOL PENGEMBANGAN MEDIA FILM KARTUN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MEDIA DEVELOPMENT OF CARTOON MOVIE ON ECONOMICS IN SENIOR HIGH SCHOOL PENGEMBANGAN MEDIA FILM KARTUN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

MEDIA DEVELOPMENT OF CARTOON MOVIE ON ECONOMICS IN SENIOR HIGH SCHOOL

This research aimed to develop learning media in the form of cartoon movies in economics of class X Senior High School and tested the effectiveness of film media by comparing the pre test and post test average score of learning result between experimental class and control class.

This research began with need assessment, the development of learning media and product test on students of class X of odd semester of State Senior High School I Buay Bahuga Academic Year 2013/2014. The product test was conducted by using experimental design on class X1 as treatment class and class X2 as control class.

From the result of research development, it can be concluded: (1) the result of need assessment made the writer to develop cartoon movie media in economics, (2) economics learning in experimental class which was given treatment by using cartoon movie media was more effective than control class which was not given cartoon movie media, (3) The result of t-test count it was gained that t count > t table or 5,492 > 2,052, the result of counting was by using effectiveness formula that showed the result higher than 1 namely 2,024, and the result of accomplishment analysis of classical learning on experimental class was 77,70% and control class was 51,85%. Based on the result of t test, the effectiveness formula and classical accomplishment comparison that cartoon movie media on economics in Senior High School could be stated effective.

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA FILM KARTUN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA

Oleh FATMA ROSSA

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbentuk film kartun pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA serta menguji efektifitas media film dengan membandingkan rata-rata nilai pre-test dan rata- rata post-test hasil belajar ekonomi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Penelitian ini diawali dengan need asessment, pengembangan media pembelajaran dan pengujian produk pada peserta didik kelas X semester ganjil SMA Negeri I Buay Bahuga Tahun Ajaran 2013/2014. Pengujian produk dilakukan dengan desain eksperimen pada kelas X1 sebagai kelas perlakuan dan kelas X2 sebagai kelas kontrol.

Hasil penelitian pengembangan dapat disimpulkan: (1) hasil need assesment mengggah peneliti untuk mengembangan media film kartun pada mata pelajaran ekonomi, (2) pembelajaran ekonomi pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan media film kartun lebih efektif dari pada kelas konrol yang tidak menggunakan media film kartun, (3) Hasil perhitungan uji t, rumus efektifitas dan perbandingan ketuntasan klasikal menunjukan bahwa media film kartun pada mata pelajaran ekonomi di SMA dapat dikatakan efektif.

(3)
(4)
(5)
(6)

Penulis dilahirkan di Gunung Sugih Lampung Tengah pada tanggal 31 Desember 1989. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Imam Handoko dan Ibu Rostinaja.

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh:

1. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Bumi Harjo, Bahuga, Way kanan yang diselesaikan pada tahun 2001.

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 1 Buay Bahuga Way Kanan yang diselesaikan pada tahun 2004.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007.

4. Pedidikan S1 di Universitas Negeri Lampung pada jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

(7)

No disaster strikes except by permisision of Allah and whoever believes in Allah ,

“Allah” Will guiede his heart and Allah is all knowing of all things (At-

Taghabun: 11)

Jagalah hati dari bersemainya bibit-bibit kesombongan dan kedengkian, sebab jika bibit-bibit seperti itu tumbuh maka lambat laun hati kita akan mati (Aa. Gym)

Tiga tugas utama kita sebagai kekasih Tuhan adalah meminta kepada Tuhan, memantaskan diri dan menerima dengan ketulusan hati (Mario Teguh)

(8)

Dengan Memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas izin dan ridha-Nya lah karya kecilku ini ku persembahkan kepada untuk orang-orang tercinta

kedua orang tuaku tercinta,

bapak Imam Handoko S.Pd dan ibu Rostinaja S.Pd yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu dan kasih sayangmu yang telah memberikan

kekuatan dalam setiap langkahku dalam mencapai impian dan harapanku.

Adik-adikku tersayang Gatra Agnesia S.Pd, Muhamad Iskandar Wijaya S.Kom Septa Imelfa, Kukuh Al Akbar, yang selalu mendoakanku dan menjadi semangat

dalam hidupku.

Seseorang yang menemaniku yang dikirim Allah di dalam hidupku bapak guru Imam Hakim S.Pd.

Teman-teman seperjuanganku yang selama ini selalu menemaniku.

Para pendidikku yang kuhormati terimakasih atas semua ilmu yang telah diberikan.

(9)

SANWACANA

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia yang tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Pengembangan Media Film Kartun Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA” ini penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan motivasi dan saran yang diberikan dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung, juga selaku pembahas 1 yang memberikan banyak dorongan dan motivasi.

2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Dr. H Pargito, M.Pd, Ketua Program Studi Magiter Pendidikan IPS Universitas Lampung, Juga Selaku Pembimbing 1 yang dengan sabar dan murah hati membimbing dan mengajarkan penulis.

(10)

amin.

5. Dr. H. Darsono. M.Pd, selaku pembahas 2 yang telah banyak membantu memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

6. Dr Eddy Purnomo M.Pd, selaku ahli materi pembelajaran

7. Romdhi Fatkhur Rozi S.Sos M.Med, selaku ahli media pembelajaran film Kartun.

8. Seluruh Bapak Ibu/Ibu dosen pengampu pada Program Studi Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung.

9. Ibu Rosmaini Sipayung S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Buay Bahuga Way Kanan.

10.Ibu Cik Lay selaku guru bidang studi ekonomi yang telah membantu mengumpulkan data Penelitian serta staf pengajar SMA Negeri 1 Buay Bahuga Way Kanan.

11. Bapak Ibuku tercinta Imam Handoko S.Pd dan Rostinaja S.Pd. 12.Adik-adikku Gatra Agnesia S.Pd, Septa I Melfa, dan Kukuh Al Akbar

13.Seseorang yang selalu memberikanku semangat dan mendengarkan segala keluh kesahku Imam Hakim S.Pd.

14.Sahabatku Irma Husni S.Pd, Rahmi Fitrina S.Pd, Merita Sagita M.Pd, Dwi Febriani S.Pd, Restia Nilandari S.Pd, Astri Mareta S.Pd.

(11)

Bpk Waluyo, Bpk Wardaya, Adk Wardani, Bpk Wartoyo, Bpk Wahyudin, Bpk Dadang, Bpk Asrin, Bpk Ignatius, Bpk Samsi, Kak adi, Bpk Hardian. 16.Almarhum sahabat kami Magister Pendidikan IPS 2012 tercinta Bapak Padri. 17.Teman-teman Mahasiswa Magister Pendidikan IPS Fkip Universitas

Lampung.

18.Murid-murid Kelas X SMA Negeri 1 Buay Bahuga Way Kanan yang banyak membantu dalam penelitian ini.

19.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikianlah semoga karya ini bermanfaat bagi semua, akhir kata dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, Februari 2014

(12)
(13)

ii 2.3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial... 28 2.4. Pembelajaran Ekonomi di Tingkat SMA/MA... 33 2.5. Media Pembelajaran...

2.7. Pengembangan Media Pembelajaran Film Kartun... 2.8. Pembuatan Me dia Film Kartun Animasi Menggunakan Adobe Flash Pro CS6...

2.10. Penelitian Yang Relevan... ... 63 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Pengembangan ... 3.2. Tempat dan Waktu Pengembangan...

65 67 3.3. Langkah Pengembangan...

(14)

iii

3.8. Teknik Pengumpulan Data... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Pengembangan ... 4.1.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi...

4.3. Keungulan Produk Hasil Pengembangan... 126

(15)

iv

(16)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Nilai Ujian Semester Genap Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Buay Bahuga Way Kanan Tahun Ajaran

2012/2013... 2.1Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata

Pelajaran wajib... 2.2Kompetensi Inti Ekonomi dan Kompetensi Dasar SMA Kelas X Berdasarkan Kurikulum 2013... 2.3Kompetensi Inti Ekonomi dan Kompetensi Dasar SMA Kelas XI

Berdasarkan Kurikulum 2013... 2.4Kompetensi Inti Ekonomi dan Kompetensi Dasar SMA Kelas XII

Berdasarkan Kurikulum 2013... 3.1Rancangan Pembelajaran dengan Menggunakan Media

Pembelajaran Film Kartun pada Mata Pelajaran Ekonomi... 3.2Kisi-kisi Reviu oleh Ahli Materi... 3.3Kisi-kisi Reviuw oleh Ahli Media Pembelajaran Film... 3.4Tabel Kisi-kisi Reviu oleh Guru Mata Pelajaran... 3.5Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 4.1Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar... 4.2Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pengembangan... 4.3Hasil Reviu Ahli Materi... 4.4Hasil Reviu Ahli Media Pembelajaran Film... 4.5Hasil Reviu Uji Individu (Guru Ekonomi)... 4.6 Hasil Belajar siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……

(17)

vi

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 Kerucut Pengalaman Dale ... 54 3.1 langkah-Langkah Pengalaman Metode Reseach And

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial untuk tujuan membentuk warga negara yang memiliki kompetensi baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. IPS sebagai program pendidikan di sekolah harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kehidupan keseharian siswa. Tujuan dari pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mendidik dan memberi bekal, minat, kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.

(20)

Guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa dan tidak hanya berperan sebagai pengajar yang memberikan informasi kepada siswa, tetapi guru harus berperan sebagai koordinator, fasilatator, dan motivator bagi upaya belajar siswa dalam menggunakan berbagai sumber belajar yang dikembangkan bersama antar guru dan siswa (Sukadi, 2003: 6) sesuai dengan minat, bakat, dan tarap perkembangan siswa. Guru dalam pembelajaran selayaknya dapat memanfaatkan sumber belajar yang sesuai dengan taraf perkembangan siswa, namun pada kenyataanya sumber belajar yang berada disekolah sudah cukup beragam tetapi kurang dapat memberikan kontribusi yang sigifikan dalam membentuk keterampilan sosial siswa. Keadaan ini juga tampak dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Buay Bahuga sumber yang ada belum sesuai dengan minat, bakat, dan tarap perkembangan siswa, padahal sumber belajar yang tepat berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar siswa. Media pembelajaran masih terbatas dan pemanfaatannya pula belum maksimal.

SMA Negeri 1 Buay Bahuga berada di Desa Bumi Harjo Kecamatan Buay Bahuga, Kabupaten Way Kanan, memiliki visi “Berprestasi, terampil, dan

bertanggungjawab”. Penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Buay Bahuga

(21)

Tabel 1.1 Nilai Ujian Semester Genap Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Buay Bahuga Way Kanan Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas Nilai

0-67 ≥ 68 Jumlah Siswa

X 1 15 7 22

X 2 13 9 22

X 3 14 8 22

X4 16 7 23

Siswa 58 31 89

% 65,16% 34,84% 100%

Sumber: Data guru mata pelajaran ekonomi semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Buay Bahuga Way Kanan

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi tergolong rendah, karena siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria Kelulusan Minimum (KKM) dengan skor 68 ke atas ada sebanyak 31 siswa dari 89 siswa atau sebanyak 34,84% artinya hanya sebesar 34,84% yang dapat mencapai daya serap materi pelajaran sedangkan 65,16% atau sebanyak 58 siswa belum mencapai daya serap minimal. Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah, (2006: 18) apabila pelajaran kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

(22)

Siswa yang berminat terhadap pelajaran ekonomi akan mempelajari pelajaran ekonomi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran ekonomi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari ekonomi. Rendahnya minat belajar yang ahirnya berdampak pada hasil belajar siswa diidentifikasikan disebabkan oleh pemilihan media pembelajaran yang kurang tepat. Dalam hal ini guru mungkin kurang atau tidak memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Guru dalam menyampaikan pembelajaran sering mengabaikan penggunaan media, padahal media itu berfungsi untuk meningkatkan minat belajar siswa dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu pendidikan siswa.

(23)

nyata dikehidupan siswa sehingga siswa dapat mengaplikasikan ilmunya di kehidupan sehari-hari.

Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pembelajaran disekolah. Pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dimaksutkan untuk mempertinggi daya cerna siswa terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diperlukan. Oleh karena itu, penyedikan media pembelajaran menjadi salah satu tanggungjawab guru.

Media adalah bagian yang tidak dipisahkan dari proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya atau dengan kata lain diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Menurut Hamalik, (2004: 16-18) pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

(24)

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk merangsang kemampuan berfikir secara kognitif afektif dan psikomotor siswa adalah film. Film dapat merangsang daya ingat siswa dan mengobati kejenuhan siswa. Contoh dari jenis film yaitu film kartun, pemilihan film kartun sebagai jenis film dikarenakan kartun lebih menarik dan membawa suasana baru sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Film kartun yang ditonton siswa dapat meningkatkan daya ingat siswa sehingga dapat membantu siswa dalam memahami konsep dasar. Namun, media film pada mata pelajaran ekonomi belum ditemukan atau dimiliki oleh SMA Negeri 1 Buay Bahuga.

(25)

Alasan dipilihnya media film kartun, karena media ini sangat menarik dalam kehidupan siswa, terutama siswa yang dalam masa transisi dari anak-anak menuju remaja dan akhirnya dewasa yang sedang mencari jati diri dengan cara mencari inspirasi dari berbagai sumber belajar yang ada disekitarnya, termaksut film. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA karena pada masa SMA merupakan masa peralihan menuju remaja. Menurut Hamalik (2002: 117) periode masa remaja yaitu periode masa permulaan pubertas dengan kedewasaan yang secara kasar antara usia 14-25 tahun untuk laki-laki antara usia 12-21 tahun untuk anak perempuan. Pada masa awal SMA tersebut siswa memerlukan suatu media yang membangkitkan minat, serta sesuai dengan trend yang sedang marak di kalangan remaja seperti animasi.

SMA Negeri 1 Buay Bahuga guru masih menggunakan media pembelajaran konvensional seperti media grafis, media gambar diam sedangkan media pembelajaran berbasis kontekstual berbasis informasi teknologi masih minim/jarang digunakan bahkan media audio visual diam dan media film pembelajaran IPS masih belum tersedia.

(26)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran ekonomi rendah hal ini terlihat dari beberapa ciri seperti beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, siswa pasif, banyak siswa yang mengantuk, penggunaan metode belajar yang berfariasi pun masih kurang meningkatkan minat belajar siswa.

2. Wawancara dengan beberapa siswa diketahui bahwa siswa berangapan pelajaran IPS membosankan.

3. Penggunaan model pembelajaran sudah cukup berfariasi namun penggunaan media belajar belum berfariatif sehingga menimbulkan kejenuhan siswa. 4. Guru di SMA Negeri 1 Buay Bahuga masih menggunakan media

pembelajaran konvensional seperi media grafis, media gambar diam sedangkan media pembelajaran kontekstual berbasis informasi teknologi masih minim/jarang digunakan bahkan media audio visual diam dan media film pembelajaran IPS masih belum tersedia.

5. Penggunaan sumber belajar dan media di SMA Negeri 1 Buay Bahuga masih kurang bervariatif dan menarik.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini hanya difokuskan dua hal pokok sebagai berikut.

(27)

2. Pengembangan film kartun sebagai media belajar untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi.

3. Efektifitas penggunaan media film kartun pada mata pelajaran ekonomi di kelas X (sepuluh) semester ganjil SMA Negeri 1 Buay Bahuga.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah analisis kebutuhan pembelajaran ekonomi kelas X (sepuluh) semester ganjil SMA Negeri 1 Buay Bahuga?

2. Bagaimanakah pengembangan media film kartun sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

3. Bagaimanakah Efektifitas penggunaan media film kartun pada mata pelajaran ekonomi di kelas X (sepuluh) semester ganjil SMA Negeri 1 Buay Bahuga?

1.5Tujuan Pengembangan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian pengembangan ini sebagai berikut.

1. Menganalisis kebutuhan pembelajaran ekonomi kelas X (sepuluh) semester ganjil SMA Negeri 1 Buay Bahuga.

2. Menghasilkan produk berupa film kartun yang dapat meningkatnya hasil belajar siswa.

(28)

1.6Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang dikembangkan dalam karya ilmiah ini berupa media film kartun yang memuat konsep-konsep mata pelajaran ekonomi kelas X (sepuluh) semester 1. Adapun spesifikasi film kartun pada mata pelajaran ekonomi sebagai produk pengembangan sebagai berikut.

1. Unsur visual

a) Pemain/tokoh kartun

Pemain/tokoh kartun adalah orang yang tampil dalam film. b) Setting

Seting merupakan tempat dimana terjadinya kejadian/adegan berlangsung. c) Properties

Properties merupakan segala benda/perlengkapan untuk melengkapi, memperindah, dan memberikan ciri pada set dimana set tersebut berada. 2. Unsur audio/suara

Unsur ini ditampilkan apabila gambar sudah tidak mampu lagi menjelaskan suatu informasi, juga informasi yang disampaikan melalui gambar dianggap kurang efektif/efisien unsur audio meliputi.

a) Suara pemain, berupa dialog maupun monolog/komentar/narasi.

b) Sound effect, yaitu segala macam bunyi, selain musik dan suara manusia yang mendukung suasana. Penggunaan sound effect dapat memberikan suasana yang realistis pada gambar, bahkan menimbulkan suasana dramatis.

(29)

1.7Manfaat Pengembangan 1.7.1 Manfaat Teorietis

Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut.

a) Sebagai sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan, pembelajar IPS di SMA khususnya pelajaran ekonomi.

b) Sebagai kajian program studi pendidikan IPS dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya melalui media pembelajaran film kartun pada pendidikan ekonomi

c) Memberikan peluang peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama dengan menggunakan teori-teori lain yang belum digunakan dalam penelitian ini.

1.7.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut.

a) Manfaat bagi guru, hasil pengembangan berupa media film kartun pada mata pelajaran ekonomi dapat dipergunakan untuk membantu guru dalam memberikan alternatif media pembelajar yang kurang menarik.

b) Manfaat bagi siswa, hasil pengembangan berupa media film kartun dapat menarik minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c) Manfaat bagi para peneliti, para peneliti dapat menggunakan hasil penelitian

ini sebagai bahan perbandingan atau dasar penelitian berikutnya.

1.8Definisi Istilah

(30)

a) Pengembangan media belajar yaitu suatu proses yang sistematis untuk menghasilkan media pembelajaran baru yang siap digunakan. Dalam proses pengembangan sumber belajar, dapat menghasilkan produk baru yang efektif dan efisien.

b) Film kartun atau dapat juga disebut sebagai film animasi adalah bentuk dari gambar animasi 2 dimensi. Secara arti harfiah animasi adalah membawa hidup atau bergerak. Animasi adalah sebuah rangkaian gambar atau objek yang bergerak dan seolah-olah hidup.

c) Media pembelajaran yaitu segala jenis sarana pendidikan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.

1.9Ruang Lingkup

1.9.1 Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan media film kartun pada mata pelajaran ekonomi semester ganjil di SMA.

1.9.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Adapun ruang lingkup tempat penelitian adalah di SMA Negeri 1 Buay Bahuga. 1.9.3 Ruang Lingkup Ilmu

(31)

geografi, sejarah, filsafat, ilmu politik, psikologi, dan sosiologi (Sapriya, 2009: 22). Ada lima tradisi/presfektif IPS sebagai berikut.

a) IPS sebagai tradisi kewarganegaraan (social studies as citizentship transmission).

b) IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (social studies as social sciences). c) IPS sebagai penelitian mendalam (social studies as reflective inquiry). d) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism).

e) IPS sebagai pengembangan pribadi individu (social studies aspersonal development of individual) (Sapriya, 2009: 13). Kelima tradisi/pespektif tersebut tidak saling berdiri secara eklusif, melainkan saling melengkapi.

Ruang lingkup ilmu/kajian pengembangan media film kartun pada mata pelajaran ekonomi termaksut dalam tiga tradisi sebagai berikut.

a) Pengembangan media film kartun pada mata pelajaran ekonomi merupakan bagian dari ruang lingkup tradisi pendidikan IPS sebagai social studies as social sciences.

b) Pengembangan media film kartun pada mata pelajaran ekonomi termaksut dari ruang lingkup tradisi PIPS sebagai social studies as reflective inquiry. Media yang akan dikembangkan bertujuan agar siswa menemukan sendiri pengetahuannya tanpa atau dengan bimbingan guru, siswa diberi kebebasan memahami media film kartun sesuai dengan kecepatan kemampuannya.

(32)

1.10 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian pengembangan ini sebagai berikut.

1. Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, manfaat pengembangan, definisi istilah, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.

2. Tinjauan pustaka terdiri atas teori-teori pembelajaran, hasil belajar, ekonomi sebagai bagian ilmu pengetahuan sosial, pembelajaran ekonomi ditingkat SMA, media pembelajaran, media film kartun, pembuatan media film kartun menggunakan program adobe flash pro CS6, kerangka fikir, dan penelitian yang relevan.

3. Metode pengembangan, yang terdiri atas pendekatan pengembangan, tempat dan waktu pengembangan, desain penelitian pengembangan, langkah-langkah pengembangan, dan teknik pengumpulan data.

4. Hasil dan pembahaan terdiri atas hasil penelitian pengembangan, pembahasan, dan kekurangan serta kelebihan penelitian.

(33)

15

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR.

2.1 Teori-teori Pembelajaran

Belajar merupakan salah satu faktor penting dan berpengaruh dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu, bahkan bagian terbesar perkembangan individu yang berlangsung melalui kegiatan belajar. Guru merupakan penciptaan kondisi belajar yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Perpaduan keduanya akan melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai medianya. Guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran saling mempengaruhi dan memberikan masukan.

2.1.1 Hakikat Belajar

(34)

usaha yang dilakukan oleh seseorang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 3).

Sardiman, (2008: 21) menyebukan bahwa belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu memahami (Hamalik, 2004: 27).

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa. Proses belajar sebagai sebab akibat dari siswa memperoleh sesuatu yang berada dilingkungan sekiar. Lingkungan yang sedang dipelajari siswa berupa fenomena yang terjadi disekitar siswa. Menurut Hamalik, (2004: 27), “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Belajar juga merupakan suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan

(35)

harus dilaksanakan. Tujuan pendidikan akan tercapai apabila proses belajar dalam suatu sekolah dapat berlangsung dengan baik, yaitu proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Djamarah, (2006: 15-16) menjelaskan bahwa ciri-ciri belajar sebagai berikut. a)Perubahan yang terjadi secara sadar.

b)Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. c)Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. d)Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. e)Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. f) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku pada diri seseorang dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Di dalam belajar terdapat prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan, Dalyono, (2005: 51-54) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut.

a) Kematangan jasmani dan rohani

Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu setelah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. b) Memiliki kesiapan

Setiap orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup, baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. c) Memahami tujuan

Setiap orang yang belajar harus memahami tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat selesai dan berhasil.

d) Memiliki kesungguhan

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. e) Ulangan dan latihan

(36)

Pembelajaran dalam proses pendidikan adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Kata “Pembelajaran” adalah terjemahan dari “Instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.

Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar (Gagne dalam Sanjaya, 2008: 100).

(37)

pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Perencanaan diperlukan dalam sebuah pembelajaran, agar pembelajaran lebih efektif dan terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Perencanaan pembelajaran yang baik perlu dilandasi oleh wawasan tentang prinsip-prinsip terjadinya proses belajar. Ketidaksesuaian antara proses pembelajaran dengan dengan prinsip-prinsip terjadinya proses belajar akan mengakibatkan kegagalan atau bahkan menimbulkan situasi yang kontraproduktif. Sebaliknya, kesesuaian antara proses pembelajaran dengan prinsip belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku akan mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran, yakni terjadinya perubahan tingkah laku yang diinginkan.

Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran (Yamin, 2009: 147).

(38)

yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.

Teori-teori yang menjelaskan proses pembelajaran cukup beragam, akan tetapi dalam penelitian ini hanya akan dibatasi pada teori-teori yang relevan dengan pemanfaatan film kartun sebagai media belajar. Beberapa teori pembelajaran tersebut diantaranya sebagai berikut.

2.1.2 Teori Belajar Behaviorisme

Teori behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan. Teori behaviorisme merupakan salah satu aliran fisikologi yang memandang individu hanya dari sisi penomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental, dengan kata lain behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.

(39)

Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara umum dengan proses yang diamati secara pribadi.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori dan definisi behaviorisme sangat menarik. Behaviorisme adalah teori belajar dan percaya bahwa semua perilaku yang diperoleh sebagai hasil dari pengkondisian. Penyejuk terjadi setelah seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

(40)

Relevansi film kartun sebagai sumber belajar dengan teori behavioristik adalah film kartun diharapkan mampu membentuk kebiasaan yang baik bagi peserta didik. Penggunaan media film kartun perubahan terjadi melalui rangsangan berupa film kartun pada mata pelajaran ekonomi sehingga menimbulkan hubungan perilaku reaktif berupa peningkatan minat yang berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa. Dialog-dialog yang tergambar dalam film kartun menguasai konsep-konsep mata pelajaran ekonomi bisa membiat peserta didik belajar tanpa kejenuhan.

2.1.3 Teori Belajar Kognitivisme

Teori yang dikemukakan oleh Gagne dalam Sanjaya, (2010: 233-234) adalah teori pemrosesan informasi. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

(41)

jika pengalaman dan pengetahuan yang baru tadi saling seiring dengan struktur kognitif yang dimiliki sebelumnya. Kognitivisme membagi tipe-tipe belajar siswa, sebagai berikut.

a) Siswa tipe pengalaman kongkrit lebih menyukai contoh khusus dimana mereka bisa terlibat dan mereka berhubungan dengan teman-temannya dan bukan dengan orang-orang dalam minoritas.

b) Siswa tipe observasi reflektif suka mengobservasi dengan teliti sebelum melakukan tindakan.

c) Siswa tipe konseptualisasi abstrak lebih suka bekerja dengan sesuatu dan simbol-simbol dari pada dengan manusia. Mereka lebih suka bekerja dengan teori dan melakukan analisis sistematis.

d) Siswa tipe ekperimentasi aktif lebih suka belajar dengan melakukan praktek proyek dan melalui kelompok diskusi (Herpratiwi, 2009: 22).

Sedangkan, teori kognitif sering mendapatkan kritik karena lebih dekat kepada psikologi dari pada teori belajar sehingga aplikasinya dalam pembelajaran tidak mudah. Menurut Gagne dalam Sanjaya, (2010: 233-234) terdapat delapan tingkat dalam belajar sebagai berikut.

Berdasarkan pada 8 tingkatan belajar tersebut, belajar dengan stimulust respon learning sangat relevan dengan penggunaan media film kartun. Impliksi teori perkembang kongnitif piaget dalam pembelajaran dengan media belajar film kartun sebagai berikut.

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

(42)

4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tarap perkembangannya. 5. Di dalam kelas, ana-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan

diskusi dengan teman temannya (Sanjaya, 2010: 28-248) 2.1.4 Teori Belajar Kontruktivisme

Lebih dua dasawarsa terahir ini, dunia pendidikan mendapat sumbangan pemikiran dari teori konstruktivisme sehingga banyak negara mengadakan perubahan-perubahan secara mendasar terhadap sistem dan praktik pendidikan mereka, termaksut kurikulum. Herpratiwi, (2009: 71) mengatakan bahwa dalam teori konstruktivisme siswa harus menemukan sendiri dari mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agak benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya.

Prinsip-prinsip kontruktivisme adalah pengetahuan dibina secara aktif oleh siswa, siswa bukan menerima pasif pengetahuan, siswa pembina aktif struktur pengetahuan, siswa mencoba membuat pemahaman tentang pengalaman baru mereka dan fenomena dengan cara membentuk/membina makna tentang perkara tersebut. Prinsip konstruktivisme memandang bahwa pembelajaran dilihat sebagai pengubah ide, pembinaan dan penerimaan ide baru dan penstrukturan semula ide yang sudah tersedia. Pandangan konstruktivisme melihat bahwa siswa membina dan bukan menerima ide tersebut siswa menjalankan secara aktif makna dari pada setiap satu pengalaman yang dilalui.

(43)

pendekatan kontruktivisme. Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan, dengan bantuan struktur kognitif ini, subjek penyusunan pengertian relaitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subjek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekontruksi.

Siswa memiliki kemampuan untuk mengkontruksi kembali pengetahuan yang telah dimiliki, sehingga pembelajaran kontruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mendesain sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri siswa masing-masing. Siswa akan mengkaitkan materi mata pelajaran baru dengan materi pelajaran lama yang telah ada.

Ahli teori belajar konstruktivisme memandang belajar sebagai hasil kontruksi dari mental. Siswa belajar dengan cara mencocokan informasi yang baru diterima bersama-sama dengan apa yang telah diketahui sebelumnya. Siswa akan dapat belajar dengan baik jika siswa mampu mengaktifkan konstruksi pemahaman mereka sendiri. Teori konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menayatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anal secara aktif membangunsistem arti dan pemahaman realita melalui pengalamn dan interaksi mereka (Trianto, 2007: 27).

(44)

agar siswa dapat menemukan pengetahuannya melalui pengalaman dengan berinteraksi bersama teman-temannya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivisme menghendaki pengetahuan dibentuk sendiri oleh peserta didik. Peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya untuk memperoleh pengetahuannya. Untuk itu perlu disediakan sarana belajar seperti bahan ajar, media pembelajaran, alat-alat, dan fasilitas lainnya, apabila dikaitkan dengan media film kartun, pendekatan kontruktivisme ini relevan pada proses belajar mandiri peserta didik menggunakan media film kartun tersebut.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

(45)

Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes ahir catur wulan dan sebagainya.

Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran cukup beragam, ada faktor yang dapat diubah (seperti cara mengajar, mutu rancangan, model evaluasi, dan lain-lain), adapula faktor yang harus diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, gaji, lingkungan sekolah, dan lain-lain) Suhardjono dalam Arikunto, (2006: 55). Keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas beberapa tingkatan taraf sebagai berikut.

a)Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa. b)Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai

76%-99%

c)Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%.

d)Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%. (Djamarah, 2006: 107).

Hasil pengajaran dikatakan betul-betul baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

b) Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya (Sardiman, 2008: 49).

(46)

atas prilaku yang diinginkan dan mereka mendapatkan bahwa prilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan prilaku yang sekarang dengan yang diinginkan.

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi adalah nilai atau hasil yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran ekonomi berdasarkan pada kriteria penilaian yang ditetapkan. Adapun hasil belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah nilai ujian semester ganjil yang dicapai oleh siswa kelas X (sepuluh) SMA Negeri 1 Buay Bahuga Way Kanan pada mata pelajaran ekonomi tahun pelajaran 2013/2014 dalam bentuk angka.

Hasil belajar ekonomi dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru. Nilai tersebut terutama dilihat dari aspek kognitifnya, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk mengetahui penguasaan pengetahuan yang dijadikan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa.

2.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah pendidikan ilmu pengetahuan sosial dalam penyelengaraan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu pengetahuan sosial merupakan padanan dari “Social Studies” dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat.

(47)

PIPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan disiplin ilmu seyogyanya memiliki landasan dalam pengembangan, baik sebagai mata peljaran maupun pendidikan disiplin ilmu. Landasan-landasan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu menurut (Sapriya, 2009: 16-17) sebagai berikut.

1) landasan filosofis

landasan filosofis memberikan gagasan pemikiran mendasar yang digunakan untuk menentukan apa objek kajian atau domain apa saja yang menjadi kajian pokok dan dimensi ilmu (aspek ontologis), bagaimana cara, proses, atau metode membangun dan mengembangankan pendidikan IPS hingga menentukan pengetahuan manakah yang dianggap benar, sah, valid atau terpercaya aspek epistimologis), apa tujuan pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu ini dibangun dan dikembangkan serta digunakan atau apakah manfaat dari PIPS ini (aspek aksiologis).

2) Landasan ideologis

Landasan ideologis dimaksutkan sebagai sistem gagasan mendasar untuk memberi pertimbangan dan menjawab pertanyaan bagaimana keterkaitan antara das sein PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan das sollen pendidikan IPS dan bagaimana keterkaitan antara teori-teori pendidikan dengan hakikat dan praktis etika, moral, politik dan norma-norma perilaku dan mengembangkan pendidikan IPS.

3) Landasan sosilogis

Landasan sosiologis memberikan gagasan mendasar untuk menentukan cita-cita, kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan masa depan melalui interaksi sosial yang akan membangun teori-teori atau prinsip-prinsip pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu. Landasan ini akan dan telah memberikan dasar-dasar sosiologis terhadap pranata dan instutusi pendidikan dalam proses perubahan sosial yang konstruktif.

4) Landasan antropologis

Landasan antropologis memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar dalam menentukan pola, sistem dan struktur pendidikan disiplin ilmu sehingga relevan dengan pola, sistem dan struktur kebudayaan bahkan dengan pola, sistem dan struktur perilaku manusia yang kompleks.

5) Landasan kemanusiaan

Landasan kemanusiaan memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan karakteristik ideal manusia sebagai sasaran proses pendidikan. 6) Landasan psikologis

Landasan psikologis memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan cara-cara PIPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya, baik dalam tataran personal maupun komunal berdasarkan entitas-entitas psikologisnya.

7) Landasan religius

(48)

Program pendidikan IPS yang kompherensif adalah program yang mencangkup empat dimensi sebagai berikut.

1) Dimensi pengetahuan

Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Ada yangberpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi dilingkungan masyarakat tertentu. Adapula yang mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencangkup keyakinan-keyakinan dan pengelaman belajar siswa. Secara konseptual pengetahuan hendaknya mencangkup fakta, konsep, dan generalisasi yang dipahami oleh siswa.

2) Dimensi keterampilan siswa (skills)

Dimensi IPS sangat memerhatikan dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, berikut diuraikan sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran.

3) Dimensi nilai dan sikap

Pada hakikatnya, nilai merupakan suatu yang berharga. Nilai yang dimaksut disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang yang terungkap ketika berfikir atau bertindak. Umumnya nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari orang-rang yang satu tujuan.

4) Dimensi tindakan

Tindakan sosial merupakan dimensi pendidikan IPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pun dapat belajar berlatih secara kongkret dan praktis. Dengan belajar dari apa yang diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimanapun caranya, para siswa belajar menjadi warga negara yang efektif dimasyarakat Sapriya, (2009: 56).

(49)

Tujuan dari pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mendidik dan memberi bekal, minat, kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagi bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tujuan utama pendidikan ilmu pengetahuan sosial (Etin dan Raharjo, 2009: 61).

Tujuan ilmu pengetahuan sosial, menurut Sapriya, (2009: 12) ditingkat sekolah adalah untuk mempersiapkan kemampuan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Ilmu pengetahuan sosial sebagai disiplin ilmu akan mengkaji dan dikembangkan secara ontologis, dan aksiologis diperguruan tinggi, baik pada jenjang sarjana, pascasarjana maupun tingkat doktoral. Istilah ilmu-ilmu sosial menurut Norman dikutip dari Sapriya, (2009: 21) adalah semua disiplin akademik yang berkaitan dengan manusia dalam konteks sosial.

(50)

politik, psikologi dan sosilogi. Pada hakekatnya, semua disiplin ilmu-ilmu sosial tersebut memilki objek kajian yang sama yaitu mempelajari tentang manusia.

Kontribusi ilmu-ilmu sosial dalam pengembangan ilmu pengetahuan sosial dalam kurikulum sekolah tidak diragukan lagi sebagimana pentingnya teori dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial. Pendidikan IPS di Indonesia pada tingkat sekolah semakin berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran tentang IPS (Social studies) di negara-negara maju dan tingkat permasalahan sosial semakin kompleks. Ada lima tradisi dalam IPS, yakni: 1) IPS sebagai transmisi kewarganegaraan 2) IPS sebagai ilmu-ilmu sosial, 3) IPS sebagai penelitian mendalam, 4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial, dan 5) IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Sapriya, 2009: 13). Kelima tradisi tersebut tidak saling menguntungkan secara eksklusif, melainkan saling melengkapi.

IPS sebagai program pendidikan di sekolah harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kehidupan keseharian siswa. Kurikulum IPS sebagai program pendidikan pendidikan IPS dapat diorganisir secara terpadu atau integratif dengan ilmu-ilmu sosial lainnya dan perlu berpijak pada sifat-sifat: 1) keingintahuan alamiah siswa berbeda dari pada sifat keingintahuan ilmiah pakar, 2) pengalaman belajar siswa sendiri dari pada pengalaman belajar pada pakar/ahli, dan 3) berbasis pada kemampuan dasar sesuai jenjang dan satuan pendidikannya (Pargito, 2010: 35).

(51)

memiliki pengetahuan tentang ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu sosial yang banyak berkontribusi pada pendidikan IPS adalah ilmu sosilologi, sejarah, geografi, ekonomi/akuntansi, ilmu hukum, ilmu politik, tatanegara dll. Program pendidikan ditingkat perguruan tinggi harus menyesuaikan kebutuhan pendidikan ditingkat sekolah. Guru untuk tingkat SD dan SMP pendidikan IPS terpadu, guru tingkat SMA/MA/SMK berupa pendidikan bidang studi sendiri-sendiri.

2.4 Pembelajaran Ekonomi di Tingkat SMA/MA

IPS dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang terus menerus. Pengertian IPS pada tingkat sekolah menengah atas ada dua yaitu IPS berarti salah satu jenis program studi dan IPS berarti sejumlah mata pelajaran yang termaksut ke dalam disiplin ilmu-ilmu sosial (Sapriya, 2009: 20). Mata pelajaran yang termaksut kelompok IPS pada tingkat SMA meliputi, tatanegara, sosiologi, antropologi, ekonomi, geografi dan sejarah.

(52)

Depdikbud dalam Pargito, (2010: 8) menjelaskan, untuk jenjang pendidikan menengah pendidikan ilmu pengetahuan sosial dimaksutkan untuk mempersiapkan siswa melanjutkan kejurusan atau bidang ilmu pengetahuan sosial, baik dalam bidang akademik maupun bidang profeional. Siswa diberi bekal kemampuan, secara langsung untuk bekerja dimasyarakat. Dengan demikian, untuk jenjang pendidikan menengah, dikenal mata pelajaran antropologi, sosilogi, geografi, sejarah, ekonomi dan pendidikan kewarganegaraan.

Pendidikan IPS mengandung unsur nilai-nilai, termaksut ekonomi berkontribusi dalam menanamkan nilai-nilai yang baik guna mengalokasikan sumberdaya untuk manusia dan pengelolaannya. Keberadaan ekonomi sebagai suatu disiplin ilmu sangat diperlukan karena manusia selalu dihadapkan untuk membuat pilihan dalam kehidupannya. Peran ekonomi yang lebih luas adalah membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat, negara maupun dunia internasional.

(53)

Mulai Tahun Ajaran 2014/2015, SMA yang ditunjuk sebagai penyelengara kurikulum 2013 akan memberlakukan sistem pembelajaran semi perkuliahan. Salah satunya, penjurusan minat sejak proses pendaftaran. Kebijakan ini ditetapkan agar siswa lebih fokus mempelajari bidang studi sesuai minat dan bakat. Sistem ini semi kuliah tetapi tanpa SKS dan di kelas IPA ada mata pelajaran pilihan IPS begitu juga sebaliknya, sehingga dikelas IPS juga akan dipelajari pelajaran IPA. Meskipun mirip dengan sistem seleksi di tingkat pendidikan tinggi, ada sejumlah pengecualian yang akan dipertimbangkan. Contohnya, siswa yang akhirnya merasa tidak cocok dengan peminatan awal setelah memulai pelajaran dapat mimilih peminatan lain.

Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan pandangan bahwa semua disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya. Nama kelompok minat diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan sebagai nama kelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai pertentangan filosofis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada nama disiplin ilmu.

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata Pelajaran Wajib

Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib sebagai berikut.

Alokasi Waktu Belajar Per Minggu X XI XII Kelompok Wajib

1. Pendidikan Agama 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matematika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

(54)

36

8. Prakarya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan

2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib per minggu

23 23 23 Kelompok Peminatan

Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA) 20 20 20 Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi

(SMK)

28 28 28

Sumber: Dokumen kurikulum 2013Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Tabel 2.2 Kompetensi Inti Ekonomi dan Kompetensi Dasar SMA Kelas X, Berdasarkan Kurikulum 2013

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya

(55)

37 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan masalah ekonomi dan cara mengatasinya

(56)

Tabel 2.3 Kompetensi Inti Ekonomi dan Kompetensi Dasar SMA Kelas XI, Berdasarkan Kurikulum 2013

(57)

39

3.11 Menganalisis kerjasama ekonomi internasional 4.8 Menyajikan hasil analisis

peran pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia

4.9 Menyimulasikan

mekanisme perdagangan saham dan investasi di pasar modal

4.10 Mengevaluasi dampak kebijakan perdagangan internasional

4.11 Menyajikan hasil analisis kerjasama ekonomi internasional

(58)

Tabel 2.4 Kompetensi Inti Ekonomi dan Kompetensi Dasar SMA Kelas XII, Berdasarkan Kurikulum 2013

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 1. Menghayati dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya

1.1 Mensyukuri manfaat akuntansi sebagai sistem informasi keuangan 2. Menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, (damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1Bersikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, responsif dan proaktif dalam melakukan tahapan akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan dagang

(59)

2.5Media Pembelajaran

Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Proses komunikasi menurut Sanjaya, (2008: 162) selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengiriman pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menjelaskan konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak menjadi nyata sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa yang menjurus kearah terjadinya proses pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran sangat dianjurkan, karena dengan memanfaatkan media yang sesuai dengan materi pembelajaran akan lebih efektif dengan langsung memperagakan dan melakukan percobaan.

Hamalik, (2004: 16-18) menjelaskan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga membantu siswa meingkatkan pemahaman untu mencapai kemampuan menguasai metodologi media pengajaran tersebut.

2.5.1 Pengertian, Landasan, dan Ciri-ciri Media

(60)

mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru (Fathurrohman, 2011: 66).

Media memegang peranan penting dalam pembelajaran. Media digunakan untuk memperlancar proses interaksi antara guru dan siswa, dalam hal ini dapat membantu siswa belajar lebih optimal. Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Proses komunikasi menurut Sanjaya, (2010: 162) selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengiriman pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menjelaskan konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak menjadi nyata sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhtian dan minat siswa yang menjurus kearah terjadinya proses pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran sangat dianjurkan, karena dengan memanfaatkan media yang sesuai dengan materi pelajaran akan lebih efektif dengan langsung memperagakan dan melakukan percobaan.

(61)

pendidikan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.

Belajar akan berhasil bila proses belajarnya melibatkan kemampuan intelektual siswa secara optimal. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, keempat faktor itu adalah siswa, guru, sarana dan prasarana serta penilaian. Media pembelajaran yang unik dan menarik dapat membuat siswa merasa tertarik dan nyaman dalam proses pembelajaran. Sedangkan bagi guru, media dapat membantu aktifitas dan efisiensi penyampaian materi. Bagi guru, media merupakan suatu alat. Menurut Daryanto, (2010: 8-9) alat bantu mengajar dapat jelas sebagai berikut.

1. Media pendidikan atau alat peraga dapat membantu kemudahan belajar bagi siswa an kemudahan bagi guru.

2. Melalui alat bantu mengajar konsep/tema pelajaran yang abstrak dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit.

3. Dengan alat perga, pelajaran tidak membosankan atau monoton.

4. Dengan menggunakan alat peraga segala indera atau dapat diaktifkan dan turut berdialog/berproses sehingga kelemahan dalam satu indra dapat diimbangi dengan kekuatan indra lain.

(62)

massage, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.

Menurut Sudjana, (2003: 68) bahwa perkembangan konsep teknologi pembelajaran dari komunikasi audio visual menuju pendekatan sistem, disebabkan oleh adanya pemikiran yang memandang teknologi pendidikan sebagai suatu pendekatan sistem di dalam proses belajar mengajar yang dipesatkan pada desain, implementasi dan evaluasi terhadap proses mengajar dan belajar. Mulyasa, (2004: 148) mengemukakan bahwa pembaharuan pembelajaran tidak harus disertai dengan pemakaian perlengkapan yang serba hebat. Dalam rangka pembangunan pendidikan guru dan pengembangan karir pendidikan seperti diatas perlu ditekankan pentingnya pengembangan cara-cara baru yang efektif dan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.

Kriteria pemeliharaan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwasanya media merupakan komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya harus dipertimbangkan (Ely dalam Arief, 2003: 83).

Daryanto, (2010: 12-16) memaparkan ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran sebagai berikut.

a) Landasan filosofis

(63)

yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetapi menggunakan pendekatan humanis.

b) Landasan psikologis

Dengan memperhatikan komplek dan uniknya proses pembelajaran, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, disamping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif.

c) Landasan teknologis

Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah, mencari ide pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi desain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap.

d) Landasan empiris

Temuan-temuan penelitian menunjukan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan medapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih mudah memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

2.5.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

(64)

dipesatkan pada desain, implementasi dan evaluasi terhadap proses belajar dan mengajar.

Media dalam proses pembelajaran memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa), sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantara gambar, potret, slide, film, vidio, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang beda/peristiwa.

2. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang.

3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil.

4. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung.

5. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati.

6. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. 7. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. 8. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu objek

secara serempak.

9. Dapat belajar sesuai kemampuan, minat, dan temponya masing masing (Daryanto, 2010: 10-11).

Gambar

Tabel 1.1  Nilai Ujian Semester Genap Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata Pelajaran                 Wajib
Tabel 2.2 Kompetensi Inti Ekonomi dan Kompetensi Dasar SMA Kelas X,                   Berdasarkan  Kurikulum 2013
Tabel 2.3 Kompetensi Inti Ekonomi dan Kompetensi Dasar SMA Kelas XI,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Titik impas ( Break even point ) adalah jumlah penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total yaitu jumlah penjualan output yang akan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode korelasional, metode ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel

Telang ( Clitoria Ternatea L. ) Sebagai Serbuk Pewarna Alami Dengan Metode Pengeringan Cabinet Dryer dan Freeze Dryer ” ini tidak terdapat karya yang pernah

Konseling adalah percakapan tatap muka dua arah antara peserta KB dengan petugas konseling (konselor) yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada peserta KB tentang bagaimana

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantatif, Kualitatif Dan R&D) , hlm 317.. 52 karya-karya monumental dari seseorang.3 Teknik dokumentasi ini akan

Berdasarkan hasil koefisien korelasi tersebut dapat diketahui bahwa korelasinya bersifat positif, artinya ada pengaruhnya antara terpaan iklan A Mild Go Ahead dengan Motif

Hubungan antara variabel konsentrasi maltodekstrin dengan waktu kelarutan santan kelapa bubuk pada pelaksanaan penelitian ini memberikan hasil bahwa sampel yang

Tugas perpustakaan umum membangun lingkungan pembelajaran ( learning environment ) dimana anggota komunitas pemakainya termotivasi untuk terus belajar dan