ANALYSIS OF INFLUENCE FACTORS OF DOMESTIC AND FOREIGN
FACTORS MOVEMENT OF THE JOINT STOCK PRICE INDEX
JANUARY:2007-JUNE:2014
By
ABYANTO SANJAYA SALIM
ABSTRACT
This study describes the influence of domestic and abroad factors to JCI, domestic
factors are variable inflation rate, interest rate BI Rate and Amount of money
supply (M2) while for overseas factors, namely the Dow Jones Industrial avarage,
oil (WTI) and gold (GOLD). Analyzer used in this research is multiple regression
with Ordinary Least Square method, as for the analytical method of calculation
used to
error correction model
(ECM) with a research period January 2007 to
June 2014. Based on the results of Ordinary Least Squares regression, can
partially known that domestic factors are the variable BI
rate
(RBI), inflation
(INF) and m2 had a negative impact on the JCI while on overseas factors DJIA,
WTI and GOLD provide statistically positive influence on JCI.
Based on the estimation results of this study can be seen that jointly and significant
factors in the country of which the M2 variable, while the BI rate (RBI) and
inflation (INF) did not significantly affect the JCI movement. While on factors from
abroad, namely in the DJIA variable, WTI and GOLD significant effect on JCI.
Oleh
ABYANTO SANJAYA SALIM
ABSTRAK
Penelitian ini memaparkan mengenai pengaruh faktor-faktor dalam negeri
dan luar negeri terhadap pergerakan IHSG, faktor faktor dari dalam negeri yaitu
variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga BI Rate dan Jumlah uang beredar (M2)
sedangkan untuk faktor-faktor luar negeri yaitu Dow Jones Industrial Avarage,
minyak dunia (WTI) dan emas dunia(GOLD). Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square,
adapun metode analisis perhitungan yang digunakan untuk mengestimasi model
peneitian adalah
Error correction model
(ECM) dengan periode penelitian Januari
2007-Juni 2014. Berdasarkan hasil regresi Ordinary Least Square, dapat diketahui
bahwa secara parsial faktor-faktor dalam negeri yaitu dengan variabel BI
rate
(RBI), inflasi (INF) dan M2 berpengaruh negatif secara statistik terhadap
pergerakan IHSG sedangkan pada faktor-faktor luar negeri yaitu variabel
DJIA,WTI dan GOLD memberikan pengaruh positif secara statistik terhadap
pergerakan IHSG.
Berdasarkan hasil estimasi pada penelitian ini dapat diketahui bahwa
secara bersama-sama dan signifikan faktor-faktor dari dalam negeri yaitu pada
variabel M2 sedangkan BI
rate
(RBI) dan inflasi (INF) tidak signifikan
berpengaruh terhadap Pergerakan IHSG. Sedangkan pada faktor dari luar negeri
yaitu pada variabel DJIA, WTI dan GOLD berpengaruh signifikan terhadap
pergerakan IHSG.
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR DALAM NEGERI DAN
FAKTOR-FAKTOR LUAR NEGERI TERHADAP PERGERAKAN
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PERIODE 2007:01-2014:06
Oleh
ABYANTO SANJAYA SALIM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
ABYANTO SANJAYA SALIM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Pergerakan DJIA Terhadap IHSG...
6
2. Pergerakan Gold Terhadap IHSG ...
7
3. Pergerakan WTI Terhadap IHSG...
8
4. Pergerakan M2 Terhadap IHSG...
9
5. Pergerakan BI Rate Terhadap IHSG ...
10
6. Pergerakan Inflasi Terhadap IHSG ...
11
Lampiran
Halaman
1. Data IHSG, Inflasi, Bi Rate, M2, DJIA, Minyak Dunia, dan
Gold periode Januari 2007-Juni 2014...
L-1-2. Data IHSG, M2, Minyak Dunia (WTI),DJIA dan Gold di
ubah kedalam bentuk logaritma natural...
L-2-3. Uji Stasioneritas Pada Level Untuk Faktor-Faktor Dalam
Negeri ... L-3-1
4. Uji Stasioneritas Pada Level Untuk Faktor-Faktor Luar
Negeri ... L-3-2
5. Uji Stasioneritas Data Pada First-Difference Untuk
Faktor-Faktor Dalam Negeri ... L-4-1
6. Uji Stasioneritas Data Pada First-Difference Untuk
Faktor-Faktor Luar Negeri ... L-4-2
7. Uji Kointegrasi Pada Faktor-Faktor Dalam Negeri ... L-5-1
8. Uji Kointegrasi Pada Faktor-Faktor Luar Negeri... L-5-2
9. Hasil Estimasi Error Correction Model Pada Faktor-Faktor
10. Hasil Estimasi Error Correction Model Pada Faktor-Faktor
v
Tabel
Halaman
1.
Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak
Dunia, Emas Dunia,Kurs Rupiah,Indeks Nikkei 225, dan DJIA
Terhadap IHSG ...
62
2.
Pengaruh Fluktuasi Kurs Valuta Asing dan Indeks Harga Saham
Luar Negeri Terhadap IHSG di BEI...
63
3.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG di
BEI...
63
4.
Dampak Perubahan Kurs Rupiah dan DJIA di New York Stock
Exchange terhadap IHSG di BEI...
64
5.
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Kurs, dan Pertumbuhan PDB
terhadap IHSG ...
65
6.
Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, RBI dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap IHSG di BEI ...
65
7.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG di BEI
2007-2011 ...
66
8.
Deskripsi Data Input ...
67
9.
Hasil Uji Stasioneritas Metode Augmented Dicky Fuller Test Unit
root pada Ordo Level untuk Semua data yang Digunakan dalam
v i
10. Hasil Uji Stasioneritas Metode Augmented Dicky Fuller Test Unit
root pada Ordo First-Difference Level untuk Semua data yang
Digunakan dalam Penelitian faktor-faktor dalam negeri...
77
11. Hasil Uji Stasionaritas Metode Augmented Dicky Fuller Test Unit
root pada Ordo Level untuk Semua data yang Digunakan dalam
Penelitian faktor-faktor luar negeri...
78
12. Hasil Uji Stasionaritas Metode Augmented Dicky Fuller Test Unit
root pada Ordo First-Difference Level untuk Semua data yang
Digunakan dalam Penelitian faktor-faktor luar negeri ...
79
13. Hasil Estimasi Regresi Pada Pergerakan Faktor-Faktor Dalam
Negeri Terhadap IHSG ...
80
14. Hasil Uji Kointegrasi Metode Engle Pada Pergerakan
Faktor-Faktor Dalam Negeri Terhadap IHSG ...
80
15. Hasil Estimasi Regresi Pada Pergerakan Faktor-Faktor Luar
Negeri Terhadap IHSG ...
81
16. Hasil Uji Kointegrasi Metode Engle Pada Pergerakan
Faktor-Faktor Luar Negeri Terhadap IHSG ...
81
17. Uji F Jangka Pendek ...
86
18. Hasil Uji F Terhadap Faktor-Faktor Luar Negeri...
87
19. Hasil Uji T Statistik Pada Jangka Pendek Terhadap Faktor-Faktor
Dalam Negeri...
88
20. Hasil Uji T Statistik Pada Jangka Pendek Terhadap Faktor-Faktor
v ii
22. Estimasi Regresi ECM pada Persamaan Faktor-Faktor Luar Negeri
“Anda tidak bisa mengubah orang lain, Anda harus menjadi perubahan yang Anda
harapkan dari orang lain”
(Mahatma Gandhi)
" Sungguh bersama kesukaran dan keringanan. Karna itu bila kau telah selesai
(mengerjakan yang lain). Dan kepada Tuhan, berharaplah”.
(Q.S Al Insyirah : 6-8)
“Jangan pernah malu untuk maju, karena malu menjadikan kita takkan pernah
mengetahui dan memahami segala sesuatu hal akan hidup ini”
(Abyanto Sanjaya Salim)
“ Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah:
PERSEMBAHAN
Alhamdulillhirrabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT.
Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku
kepada :
1.
Papa, Mama dan Ibu yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan
semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan segenap daya upaya serta
kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan kesehatan kepada Ayah dan Ibu tercinta.
2.
Serta Adik-adikku tercinta, Leonaldi Salim, Amelia Salim, Yoshua Salim.
Terimakasih atas perhatian, serta keceriaan yang selalu memotivasiku.
3.
Almamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Penulis bernama Abyanto Sanjaya Salim lahir pada tanggal 07 Desember 1991 di
Metro, Provinsi Lampung. Penulis lahir sebagai anak sulung dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Aryanto Salim dan Puji Astuti.
Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 02 Metro Timur, Metro,
yang diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 02 Metro dan tamat pada tahun
2006. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 dan tamat pada tahun 2009.
Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada
jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi yang sekarang berganti nama
menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pada tahun 2013 penulis mengikuti
kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa Pancawarna Kecamatan Way
Serdang Kabupaten Mesuji dan KKL (Kuliah Kunjung Lapangan) di Bank
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
I . PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Kerangka Pemikiran ... 13
E. Hipotesis ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 16
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 17
A. IHSG ... 17
B. DJIA ... 23
C. Minyak Dunia ... 25
D. Emas Dunia ... 29
E. Inflasi ... 31
F. BI Rate ... 36
G. Jumlah Uang Beredar ... 41
H. Teori Permintaan Aset ... 43
I. Teori Investasi... . 45
J. Teori Reksadana ... 47
K. Teori Saham ... 52
L. Hubungan Antar Variabel ... 58
ii
B. Definisi Operasional Variabel ... 68
C. Uji Stasioneritas ... 70
D. Uji Kointegrasi ... 72
E. ECM ... 73
F. Uji Hipotesis ... 75
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 77
A. Uji Stasioneritas (Unit root Test) ... ..77
B. Uji Kointegrasi ... 80
C. Hasil Estimasi ECM ... 83
D. Hasil Uji Hipotesis ... 87
E. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 92
IV. SIMPULAN DAN SARAN ... 98
A. Simpulan ... 98
B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Luar Negeri dan Faktor-Faktor Dalam
Negeri Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Tahun
2007:01-2014:06” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2.
Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
3.
Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
penyelesaian skripsi.
5.
Hj. Nelly Aida, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik.
6.
Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu
dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
7.
Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan. Mas Kuswara, Mas feri,
Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman dan Mas Ma’ruf
serta
para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8.
Orang tuaku Tercinta, Papa ku tersayang Aryanto Salim, Mama ku tersayang
Puji astuti, dan Adik-adikku tersayang Leonaldi Salim, Amelia Salim dan
Yosua Salim beserta keluarga besarku terima kasih atas semua limpahan
kasih sayang, dukungan doa, dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
9.
Teman terbaik Muhammad Sandi, S,E. Terima kasih atas waktu serta bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat A108 yang telah berjuang bersama-sama. Sandi, Yanu,
Rendy, Bolang, Denis, Hasby, Ega, Abah Yogi, Alex, Wowok, Onal, Kevray,
Hadi, Andhyka, Irfan, Ade, Brama Terima kasih untuk segalanya. Percayalah
segala usaha yang telah kita lakukan selama ini kelak akan berbuah manis.
11. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2010. Nurul Husna,
Cpew, Ata, Gege, Angga, Arizal, Febry, Dwi Adi, Rangga, Dede, Dicky
Wong, Dimas, Dhani, Fida, Eci, Nia, Virgie, Moza, Princes, Citra, Astri,
Darus, Fany dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
12. Teman-teman satu Bimbingan. Andhika Wowok, Alek Kanstal, Dhani
Darmawan, Dimas dan Denis. Terimakasih telah berjuang bersama-sama
dalam proses penyelesaian skripsi.
13. Sahabat-sahabat kosan Beno, Pian, Berlan, Gepeng, Tommy dan Levy.
Terima kasih untuk dukungannya selama ini.
14. Teman-teman Metro.Rizki Kadut, Tyo Galer, Yoga, Bangkit, Aldo, Gb,
Sonny, Toddy dan Ridho Keling. Terima kasih untuk waktu yang kalian
luangkan.
15. Pacar Dian Permata Sari terkasih, terima kasih atas motivasi dan dukunganya
selama ini.
16. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 25 Juni 2015
Penulis,
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara,
karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana
jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Selain
itu, pasar modal juga merupakan representasi untuk menilai kondisi perusahaan di
suatu negara, karena hampir semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar
modal. Pasar modal yang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan
terlihat dari naik turunnya harga harga saham yang tercatat yang tercermin melalui
suatu pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak
krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan
dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG pada mengalami
peningkatan hingga 400% dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti
nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi
merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang
2
telah mendorong jatuhnya nilai IHSG sebesar 50% dalam kurun waktu yang
relatif singkat (satu tahun). Krisis yang berasal dari Amerika Serikat telah
melesukan perekonomian di benua Eropa dan Asia, khususnya negara
berkembang.
Indeks Harga Saham Gabungan dapat berfluktuasi seiring dengan faktor
–
faktor
eksternal seperti pada krisis ekonomi global yang mempunyai dampak terhadap
perkembangan pasar modal di Indonesia. Dampak krisis keuangan dunia atau
lebih dikenal dengan krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika berpengaruh
terhadap Indonesia. Salah satu faktornya adalah emas dunia, minyak dunia dan
Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang mengakibatkan Indeks Harga Saham
Gabungan berfluktuasi. Dan faktor
–
faktor internal seperti inflasi, BI rate dan
jumlah uang beredar yang mempunyai hubungan dengan pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan yang bergerak fluktuatif.
Faktor eksternal yang mempengaruhi IHSG, yaitu Indeks Dow Jones Industrial
Average (DJIA) yang merupakan indeks pasar saham tertua di Amerika Serikat
dan merupakan representasi dari kinerja industri terpenting di Amerika Serikat
(witjaksono, 2010). Perusahaan yang tercatat di DJIA pada umumnya merupakan
perusahaan multinasional. Kegiatan operasi mereka terbesar di seluruh dunia.
Perusahaan seperti Coca
–
Cola, Exxon mobil, Citigroup, Procter, dan Gamble
adalah salah satu contoh perusahaan yang tercatat di DJIA dan beroperasi di
Indonesia. Perusahaan tersebut pada umumnya beroperasi secara langsung di
Indonesia. Indeks DJIA yang bergerak naik, maka menandakan kinerja
Dengan kondisi perkonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran
modal yang masuk baik investigasi langsung maupun melalui pasar modal
(Witjaksono, 2010). Aliran modal yang masuk melalui pasar modal tentu akan
memiliki pengaruh terhadap perubahan IHSG.
Selain DJIA faktor
–
faktor eksternal lainya seperti minyak dunia juga memegang
salah satu peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Fluktuatif harga
minyak mentah dunia juga merupakan suatu indikasi yang mempengaruhi pasar
modal suatu negara, secara tidak langsung kenaikan harga minyak mentah dunia
akan berimbas pada sektor ekspor dan impor suatu negara. Bagi negara
pengekspor minyak, kenaikan harga minyak dunia merupakan keuntungan
tersendiri bagi perusahaan. Karena harga minyak dunia yang mengalami kenaikan
membuat para investor cenderung menginvestasikan dananya ke berbagai sektor
komoditi minyak, namun jika harga minyak sedang turun para investor cenderung
melakukan aksi ambil untung dengan cara menjual sahamnya.
Selain minyak, emas merupakan salah satu komoditi penting yang dapat
mempengaruhi pergerakan bursa saham. Hal ini didasari bahwa emas merupakan
salah satu alternatif investasi yang cenderung aman dan bebas resiko (Sunariyah,
2006). Kenaikan harga emas akan mendorong penurunan indeks harga saham
karena investor yang semula berinvestasi di pasar modal akan mengalihkan
dananya untuk berinvestasi di emas yang relatif lebih aman daripada berinvestasi
4
Faktor internal yang mempengaruhi IHSG adalah inflasi akan memberikan
dampak negatif terhadap IHSG, ketika peredaran dan perputaran barang lebih
cepat di masyarakat sehingga produksi barang
–
barang bertambah, dan keuntungan
perusahaan bertambah, sehingga bila dilihat dari segi perusahaan, inflasi dapat
meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya faktor
produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat menikmati oleh
perusahaan, profitabilitas akan menurun yang akan mengakibatkan dampak yang
signifikan terhadap pendapat dividen yang harus diterima oleh investor, pada saat
investasi pada saham di pasar modal menjadi hal yang kurang menarik. Pada
akhirnya investor akan berpindah ke jenis investasi yang lain, yang memberikan
return yang lebih baik dalam hal ini bunga yang tinggi seperti deposito
(Sunariyah,2006)
Faktor internal lainnya yang mempengaruhi IHSG adalah BI rate, Witjaksono
(2010) menyatakan, di Indonesia kebijakan tingkat suku bunga dikendalikan
secara langsung oleh Bank Indonesia melalui BI rate. BI rate merupakan respon
bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran
yang telah ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan di
pasar saham Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu
penurunan tingkat suku bunga kredit maupun deposito. Bagi para investor, dengan
penurunan tingkat suku bunga deposito, akan mengurangi tingkat keuntungan
yang diperoleh bila dana yang mereka miliki diinvestasikan dalam bentuk
deposito. Selain itu dengan penurunan suku bunga kredit, biaya modal akan
menjadi kecil, ini dapat mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan
Peningkatan produktivitas akan mendorong peningkatan laba, hal ini dapat
menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal.
Faktor internal yang terakhir yang mempengaruhi IHSG adalah jumlah uang
beredar, jumlah uang beredar yaitu uang kartal dan giral yang biasa disebut M2
yang terkait dengan peranan vital indikator moneter di dalam perekonomian,
maka untuk memperkirakan kondisi perekonomian para investor perlu
memperhatikan kemungkinan perubahan jumlah uang beredar.
Menurut Samsul (2006), jika jumlah uang yang beredar meningkat maka tingkat
bunga akan menurun dan harga saham naik sehingga pasar menjadi naik. Jika
tingkat bunga naik, harga saham akan turun dan pasar modal dapat mengalami
penurunan. Namun demikian, besarnya dampak kenaikan atau penurunan bunga
6
Sumber :Yahoofinance
Gambar 1. Pergerakan DJIA terhadap pergerakan IHSG
Pada Gambar 1, pergerakan DJIA terhadap pergerakan IHSG cenderung
mengalami peningkatan. Pada mei 2008 DJIA turun sebesar 1.288 point dari
bulan sebelumnya dan pada bulan yang sama di tahun yang sama IHSG
mengalami kenaikan sebesar 104 point, hal ini terjadi dikarenakan krisis ekonomi
global yang terjadi di Amerika Serikat. Pada bulan selanjutnya pergerakan DJIA
dan IHSG bergerak secara searah dapat dilihat ketika DJIA naik maka IHSG pun
akan mengikutinya. Jumlah DJIA tertinggi terjadi pada Februari 2014 yaitu
dengan level 16.322 Point naik 623 Point dari bulan sebelumnya, sedangkan point
IHSG tertinggi dengan level 5.059 point naik 35 point dari tahun sebelumnya, dan
jumlah DJIA terendah terjadi pada Februari 2009 yaitu sebesar 7.063 Point,
sedangkan nilai terendah IHSG terjadi pada November 2008 yaitu sebesar 1.242
Sumber :Yahoofinance
Gambar 2. Pergerakan Harga Emas Dunia (GOLD) Terhadap Pergerakan
IHSG
Pada Gambar 2, pergerakan Gold terhadap pergerakan IHSG pada periode diatas
bergerak secara berlawanan, hal ini dapat terlihat pada Juni 2009 harga Gold
sebesar 945 Dollar/troy ons turun sebesar 17 Dollar/troy ons dari bulan
sebelumnya, hal ini berlawanan dengan pergerakan IHSG pada periode yang sama
mengalami kenaikan sebesar 110 point. Jumlah Gold tertinggi terjadi pada
September 2011 yaitu dengan nilai sebesar 1771.88 point naik 16.07 Dollar per
troy ons dari bulan sebelumnya, sedangkan point IHSG tertinggi dengan level
5.059 point per lembar naik 35 point dari tahun sebelumnya. Dan jumlah Gold
terendah terjadi pada Januari 2007 yaitu sebesar 631.17 dollar per troy ons,
sedangkan nilai terendah IHSG terjadi pada November 2008 yaitu sebesar 1.242
8
Sumber : yahoofinance
Gambar 3. Pergerakan Harga Minyak Dunia (WTI) Terhadap Pergerakan
IHSG
Pada Gambar 3, pergerakan WTI terhadap IHSG pada periode diatas bergerak
secara searah, hal ini dapat terlihat pada Juli 2007 harga WTI sebesar 74
Dollar/barrel naik sebesar 7 Dollar/barrel dari bulan sebelumnya, hal ini diikuti
dengan pergerakan IHSG pada periode yang sama mengalami kenaikan sebesar
209 point. Jumlah minyak dunia tertinggi terjadi pada Juni 2008 yaitu dengan
nilai sebesar 133.88 dollar per barrel naik 8.48 dollar per barrel dari bulan
sebelumnya, sedangkan point IHSG tertinggi dengan level 5.059 point naik 35
point dari tahun sebelumnya. Dan jumlah minyak dunia terendah terjadi pada Juni
2007 yaitu sebesar 54.51 dollar per barrel, sedangkan nilai terendah IHSG terjadi
Sumber :Yahoofinance dan kemendag
Gambar 4. Pergerakan M2 terhadap IHSG
Pada Gambar 4, pergerakan M2 terhadap pergerakan IHSG pada periode diatas
bergerak secara berlawanan, hal ini dapat terlihat pada kenaikan M2 pada
september 2008 sebesar 92.819 miliar dari bulan sebelumnya, hal ini berlawanan
dengan pergerakan IHSG pada periode yang sama mengalami penurunan sebesar
333 point. Jumlah M2 tertinggi terjadi pada Juni 2014 yaitu dengan nilai sebesar
3.861.659 miliar rupiah naik 76.798 miliar rupiah dari bulan sebelumnya,
sedangkan point IHSG tertinggi dengan level 5.059 point naik 35 point dari tahun
sebelumnya. Dan jumlah M2 terendah terjadi pada Januari 2007 yaitu sebesar
1.363.907, sedangkan nilai terendah IHSG terjadi pada November 2008 yaitu
10
[image:31.595.114.478.84.303.2]Sumber :Yahoofinance dan BI
Gambar 5. Pergerakan BI Rate terhadap IHSG
Pada Gambar 5, pergerakan BI Rate terhadap pergerakan IHSG pada periode
diatas bergerak secara berlawanan, hal ini dapat terlihat pada penurunan BI Rate
pada Maret 2009 sebesar 0.25% dari bulan sebelumnya, hal ini berlawanan
dengan pergerakan IHSG pada periode yang sama mengalami peningkatan sebesar
149 point. Jumlah BI rate tertinggi terjadi pada September
–
Oktober 2008 yaitu
dengan nilai 9,50% naik sebesar 0,25% dari bulan sebelumnya, sedangkan point
IHSG tertinggi dengan level 5.059 point naik 35 point dari tahun sebelumnya.
Dan jumlah BI rate terendah terjadi pada Januari 2012
–
April 2013 yaitu sebesar
5,75%, sedangkan nilai terendah IHSG terjadi pada November 2008 yaitu sebesar
Sumber :Yahoofinance dan BI
Gambar 6. Pergerakan Inflasi terhadap IHSG
Pada gambar 6, pergerakan Inflasi terhadap pergerakan IHSG pada periode diatas
bergerak secara berlawanan, hal ini dapat terlihat pada penurunan Inflasi pada
Maret 2009 sebesar 0.68% dari bulan sebelumnya, hal ini berlawanan dengan
pergerakan IHSG pada periode yang sama mengalami peningkatan sebesar 149
point.Jumlah inflasi tertinggi terjadi pada September 2008 yaitu dengan nilai
12,14% naik sebesar 0,29% dari bulan sebelumnya, sedangkan point IHSG
tertinggi dengan level 5.059 point naik 35 point dari tahun sebelumnya. Dan
jumlah inflasi terendah terjadi pada November 2009 yaitu sebesar 2,41%,
sedangkan nilai terendah IHSG terjadi pada November 2008 yaitu sebesar 1.242
point.
12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah antara
lain :
1. Bagaimana pengaruh faktor
–
faktor dari luar negeri yaitu Harga Emas Dunia
(Gold), Harga Minyak Dunia (WTI) dan Dow Jones Industrial Avarage
(DJIA) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun
2007 : 01-2014 : 06?
2. Bagaimana pengaruh faktor
–
faktor dari dalam negeri yaitu BI rate, M2 dan
Inflasi terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun
2007 : 01-2014 : 06?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh faktor
–
faktor dari luar negeri yaitu Harga Emas
Dunia (Gold), Harga Minyak Dunia (WTI) dan Dow Jones Industrial Avarage
(DJIA) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun
2007 : 01-2014 : 06.
2. Untuk menganalisis pengaruh faktor
–
faktor dari dalam negeri yaitu BI rate,
M2 dan Inflasi terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
D. Kerangka Pemikiran Teoritis
Pergerakan IHSG dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktor
–
faktor dari dalam
negeri dan luar negeri, faktor
–
faktor dari dalam negeri sendiri yaitu dengan
Inflasi, M2 dan BI rate yang berhubungan dengan pergerakan IHSG ini sendiri,
ketika M2 naik maka inflasi akan naik sehingga Bank Indonesia akan menaikan
suku buka BI rate untuk menekan M2 dan inflasi, ketika BI rate naik maka para
investor cenderung lebih memilih menginvestasikan dananya ke dalam BI rate
yang lebih menguntungkan dibandingkan menginvestasikan dananya ke IHSG.
Sedangkan dari faktor
–
faktor luar negeri sendiri dengan Gold, WTI dan DJIA
sendiri pun berpengaruh terhadap pergerakan IHSG, kenaikan harga emas akan
mendorong penurunan IHSG karena investor yang semula berinvestasi di pasar
modal akan mengalihkan dananya untuk berinvestasi di emas yang relatif lebih
aman daripada berinvestasi di IHSG. Lalu ketikaWTI akan naik, bagi negara
pengimpor minyak kenaikan WTI adalah suatu kerugian, karena jika minyak
dunia akan naik maka investor akan menginvestasikan dana mereka ke komoditi
minyak dibandingkan menginvestasikan dananya ke saham, dan dengan naiknya
kurs maka akan menaikan harga impor barang, apabila sebagian besar bahan baku
perusahaan menggunakan bahan impor,maka perusahaan yang tergabung di DJIA
di indonesia pun akan mengalami dampak kenaikan harga barang impor tersebut
sehingga membuat harga akan naik yang menyebabkan para investor lebih
memilih menanamkan dananya ke investasi berjangka lainya daripada
14
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Teoritis
Faktor dalam
negeri:
•
Inflasi
•
BI Rate
•
Jumlah
uang
beredar
Faktor luar
negeri:
•
DJIA
•
Gold
•
Minyak
Dunia
E. Hipotesis
1. Diduga variabel harga emas dunia(Gold) berpengaruh negatif terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2007 : 01-2014 : 06.
2. Diduga variabel DJIA berpengaruh positif terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) tahun 2007 : 01-2014 : 06.
3. Diduga variabel harga minyak dunia (WTI) berpengaruh positif terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2007 : 01-2014 : 06.
4. Diduga variabel BI rate berpengaruh negatif terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) tahun 2007 : 01-2014 : 06.
5. Diduga variabel M2 berpengaruh negatif terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) tahun 2007 : 01-2014 : 06.
6. Diduga variabel Inflasi berpengaruh negatif terhadap pergerakan Indeks Harga
16
F. Sistematika Penulisan
Bab I.
Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan
penelitian, hipotesis, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan
Bab II.
Tinjauan Pustaka dan penelitian terdahulu. Berisikan teori-teori ekonomi
yang memiliki kaitan dengan penelitian ini serta penelitian terdahulu yang
menjadi rujukan serta acuan dalam penelitian ini
Bab III.
Metode penelitian. Membahas tentang tahapan penelitian, data dan
sumber data, batasan variabel, alat analisis serta pengujian hipotesis
Bab IV.
Hasil Perhitungan dan pembahasan. Berisikan analisis hasil perhitungan
secara kuantitatif dan kualitatif
Bab V.
Simpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu
peristiwa dibandingkan dengan suatu peristiwa lainnya. Angka Indeks Harga
Saham adalah angka
–
angka yang menjadi ukuran situasi pasar modal, yang
dapat digunakan untuk membandingkan peristiwa dan sebagai alat analisis. Indeks
Harga Saham Gabungan adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur
kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek. Maksud dari
gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam
perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut (Sunariyah, 2006).
Menurut Sunariyah (2006) Indeks harga saham gabungan menggambarkan suatu
rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh
saham, sampai pada tanggal tertentu.
IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI. IHSG
BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan
mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan
pertama kali pada tanggal 01 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk
memantau pergerakan saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun
8
Menurut Ana Ocktavia (2007), di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 5 (lima)
jenis indeks, sebagai berikut:
1. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor.
Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan)
sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI yang
disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification).
2. Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa
kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari
saham-saham tersebut.
3. Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham
yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk
jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah.
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta
Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan
saham preferen yang tercatat di BEI.
5. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk
masing-masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya. Dari berbagai jenis indeks
harga saham tersebut, dalam penelitian ini hanya menggunakan indeks harga
saham gabungan (IHSG) sebagai obyek penelitian karena IHSG merupakan
proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat
tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta baik saham biasa maupun saham preferen.
Dalam menghitung IHSG ada dua metode yang dapat digunakan, kedua metode
tersebut yaitu:
1. Metode rata
–
rata (Average Method)
Metode ini menggunakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk
dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi
tertentu.
Rumus IHSG dengan metode rata
–
rata adalah:
IHSG =
IHSG
= Indeks Harga Saham Gabungan.
= Harga saham pasar
Divisor = Suatu nilai pembagi
Divisor ini merupakan suatu faktor pembagi, dimana faktor pembagi ini harus
dapat beradaptasi terhadap perubahan harga saham secara teoritis karena aksi
emitem seperti right issue, stock split dan lain
–
lain. Ada yang menggunakan
divisor dengan rumus:
Divisor =
✄ ☎
Disini divisor merupakan total dari seluruh harga dasar
(base price) saham
–
saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan. IHSG ditentukan sebesar
100% pada suatu tanggal tertentu. Tanggal tersebut hari dasar perhitungan indeks.
Pada hari dasar inilah harga dasar disamakan dengan harga pasar, sehingga
menghasilkan IHSG adalah 100%.
2.
Metode Tertimbang (weighted average method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks
harga pasar saham dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam
perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada
dua ahli yang mengemukakan metode perhitungan indeks secara tertimbang,
yaitu:
a. Metode Paasche
Menurut Paasche jumlah saham yang dikeluarkan oleh emiten saham yang
bersangkutan pada saat perhitungan indeks akan memberikan hitungan yang lebih
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Sebab banyak saham yang dikeluarkan
sangat berpengaruh terhadap likuiditas suatu saham yang likuid akan memberikan
pengaruh besar terhadap pasar bursa efek secara keseluruhan. Rumus Paasche
adalah sebagai berikut :
IHSG =
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
= Harga pasar saham
= Harga dasar Saham
Dalam rumus Paasche tersebut diatas,
merupakan rumus dari market
capitalization
(kapitalisasi pasar). Jadi disini merupakan jumlah dari kapitalisasi
pasar seluruh saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan. Sedangkan
merupakan rumus dari
base value
(nilai dasar). Jadi disini berarti
jumlah seluruh
base value
dari saham-saham yang tergabung dalam indeks yang
bersangkutan. Jadi rumus Paasche ini memperbandingkan kapitalisasi pasar
seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam suatu
indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan
memberikan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham
yang bersangkutan.
b. Metode Laspeyers
Perbedaan rumus Paasche dengan rumus Laspeyeres terletak pada jumlah
sahamnya. Laypeyeres menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari
dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.
Sedangkan, Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah/bertambah jika
ada pengeluaran saham baru. Rumus Laspeyers adalah sebagai berikut:
IHSG =
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
= Harga pasar saham
✞✞
= Harga dasar Saham
Pendekatan lain yang digunakan dengan menggabungkan kedua metode tersebut
adalah :
a. Pendekatan Drobish
Menurut Drobish, rata
–
rata dari kedua metode tersebut merupakan metode
terbaik, sehingga Drobish menggabungkan kedua rumus tersebut seperti berikut :
IHSG =
b. Pendekatan Irving Fisher
Sedangkan menurut Irving Fisher, akar kuadrat dari perkalian kedua metode
tersebut merupakan pendekatan yang terbaik.
B. Dow Jones Industrial Average (DJIA)
Teori dari Dow yang memuat pergerakan harga saham adalah suatu bentuk
analisis teknis yang mencakup beberapa aspek rotasi sektor. Teori ini berasal dari
255 Wall Street Journal editorial yang ditulis oleh Charles H. Dow (1851-1902).
Dua tahun sesudah Charles Dow dan partnernya Edward Jones mendirikan Dow
Jones & Company pada 1882, tepatnya pada 3 Juli 1884, Dow menerbitkan
rata-rata harga saham gabungan yang terdiri atas sebelas saham (Sembilan perusahaan
kereta api dan dua perusahaan manufaktur). Kala itu Dow merasa bahwa
kesebelas perusahaan ini bisa memberikan indikasi tentang kondisi ekonomi AS.
Pada tahun 1897, Dow memutuskan bahwa dua indeks yang terpisah akan lebih
baik lagi dalam mengindikasikan kondisi ekonomi AS, dan dibuatlah Industrial
Index yang terdiri ataas 12 saham, dan railroad index yang terdiri atas 20 saham.
Memasuki 1928, telah berkembang menjadi 30 saham, dan hingga kini dikenal
dengan sebutan Dow Jones Industrial Average (DJIA). Pada tahun 1922, William
Peter Hamilton (associate Charles Dow dan penerusnya di Wall Street Journal)
memilih dan menerbitkan prinsip Dow dalam bukunya yang berjudul The Stock
Market Barometer. Pada 1932, Robert Rhea kemudian mengembangkan teori
tersebut lebih jauh dalam bukunya yang berjudul Dow Theory.
Saat ini The Dow Jones Industrial Average (DJIA) masih merupakan barometer
yang sangat penting untuk mengukur kinerja Pasar Modal. Saat ini DJIA terdiri
dari 30 perusahaan, di mana penambahan jumlah saham itu merefleksikan
perkembangan dan perubahan ekonomi Amerika. Misalnya pada tahun 1999,
✡ ☛
intel (simbol: INTC) perusahaan pembuat micro processor ditambahkan ke dalam
index, sebagai cerminan dari meningkatnya pengaruh industri berbasis teknologi
tinggi pada pasar modal Amerika. Seorang investor dapat menggunakan index
untuk mengukur perubahan nilai saham perusahaan anggota index dengan cara
membandingkan kinerja hari ini dengan kinerja sebelumnya (bisa kemarin, bulan
lalu, tahun lalu, dan seterusnya).
Beberapa index dikhususkan untuk mencerminkan kinerja berbagai sektor
tertentu, dan beberapa index dikhususkan untuk mencerminkan kinerja
perusahaan-perusahaan terbesar, seperti The Dow Jones Industrial Average
(DJIA), sering kali disebut Dow 30, karena index ini terdiri dari 30 saham.
Dengan naiknya Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berarti kinerja
perekonomian Amerika Serikat ikut membaik, sebagai salah satunya negara
tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun
aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal
C
.
Minyak Dunia
Minyak Bumi yang belum dikelolah dikenal pula sebagai minyak mentah dan
banyak ditemukan di dasar laut dan batuan, minyak mentah terbentuk dari
penguraian tanaman dan hewan selama berjuta tahun yang terjadi di bawah
permukaan bumi, minyak mentah adalah senyawa hidrokarbon yang merupakan
cairan yang mudah terbakar dan berwarna hitam yang keluar dari sumur minyak
yang terlebih dahulu di bor. Minyak mentah memiliki karakteristik dan kekentalan
yang bervariasi, hal ini terlihat dari perbedaan dalam warna, bau, sifat, struktur
molekul dan kualitas yang disebabkan oleh lokasi yang berbeda dari ladang
minyak seluruh dunia, dan kualitas yang berbeda ini yang membuat suatu jenis
minyak mentah hanya cocok diproses menjadi produk tertentu seperti bensin,
solar dan lainnya.
Minyak mentah atau
crude oil
merupakan salah satu energi yang sangat vital saat
ini. Hal ini dikarenakan hasil olahan minyak mentah merupakan sumber energi.
Jenis-jenis minyak tersebut seperti
West Texas Intermediate
(WTI) atau lebih
dikenal dengan
light-sweet, Brent Bland, OPEC Basket price
dan
Russian Export
Blend.
Harga minyak mentah dunia diukur dari harga spot pasar minyak dunia, pada
umumnya yang digunakan menjadi standar adalah
West Texas Intermediate
atau
Brent. Minyak mentah yang diperdagangkan di
West Texas Intermediate
(WTI)
adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi. Minyak mentah tersebut berjenis
light-weight
dan memiliki kadar belerang yang rendah. Minyak jenis ini sangat
✍6
patokan bagi perdagangan minyak di dunia. Harga minyak mentah di WTI pada
umumya lebih tinggi lima sampai enam dolar daripada harga minyak OPEC dan
lebih tinggi satu hingga dua dolar dibanding harga minyak
Brent.
Harga minyak mentah dunia diukur dari harga spot pasar minyak dunia. Saat ini
patokan harga minyak mentah yang umum digunakan adalah
West Texas
Intermediate
(WTI) atau
light-sweet. Minyak mentah yang diperdagangkan di
West Texas Intermediate
(WTI) adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi.
Hal ini dikarenakan minyak mentah tersebut memiliki kadar belerang yang rendah
dan sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar, sehingga harga minyak ini
dijadikan patokan bagi perdagangan minyak di dunia. Harga minyak mentah di
WTI pada umumya lebih tinggi lima sampai enam dolar daripada harga minyak
OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dolar dibanding harga minyak
Brent
(useconomy.about.com). Hal inilah yang menjadi alasan harga minyak WTI
menjadi ukuran standar bagi perdagangan minyak di Amerika.
Harga minyak
Brent
merupakan campuran dari 15 jenis minyak mentah yang
dihasilkan oleh 15 ladang minyak yang berbeda di Laut Utara. Kualitas minyak
mentah
Brent
tidak sebaik minyak mentah WTI, meskipun begitu masih tetap
bagus untuk disuling menjadi bahan bakar. Harga minyak mentah
Brent
menjadi
patokan di Eropa dan Afrika. Harga minyak
Brent
lebih rendah sekitar satu hingga
dua dolar dari harga minyak WTI, tetapi lebih tinggi sekitar empat dolar dari
harga minyak OPEC (en.wikipedia.org).
Dalam penelitian ini satuan ukuran minyak mentah yang digunakan adalah barel.
Serikat. Salah satu alasan pemilihan dolar AS sebagai alat tukar minyak adalah
karena mata uang dolar AS dikenal hampir diseluruh dunia
Harga minyak OPEC merupakan harga minyak campuran dari negara-negara yang
tergabung dalam OPEC, seperti Algeria, Indonesia, Nigeria, Saudi Arabia, Dubai,
Venezuela, dan Mexico. OPEC menggunakan harga ini untuk mengawasi kondisi
pasar minyak dunia. Harga minyak OPEC lebih rendah karena minyak dari
beberapa negara anggota OPEC memiliki kadar belerang yang cukup tinggi
sehingga lebih susah untuk dijadikan sebagai bahan bakar.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi harga minyak dunia antara lain :
1) Penawaran minyak dunia, terutama kuota suplai yang ditentukan oleh OPEC.
2) Cadangan minyak Amerika Serikat, terutama yang terdapat di kilang
–
kilang
minyak Amerika Serikat dan yang tersimpan dalam cadangan makanan
strategis.
3) Permintaan minyak dunia, ketika musim panas, permintaan minyak
diperkirakan dari perkiraan jumlah permintaan oleh maskapai penerbangan
untuk perjalanan wisatawan. Sedangkan ketika musim dingin, diramalkan
dari ramalan cuaca yang digunakan untuk memperkirakan permintaan
potensial minyak untuk penghangat ruangan.
Saat ini transaksi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia didominasi oleh
perdagangan saham sektor pertambangan. Kenaikan harga minyak sendiri secara
✑8
disebabkan karena dengan peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan
harga bahan tambang secara umum. Ini tentu mengakibatkan perusahaan
pertambangan berpotensi untuk meningkatkan labanya. Kenaikan harga saham
pertambangan tentu akan mendorong kenaikan IHSG.
Seiring dengan munculnya negara-negara industri baru maka kebutuhan minyak
mentah akan semakin tinggi. Dengan naiknya permintaan minyak mentah secara
langsung akan mempengaruhi harga minyak mentah dunia. Hal ini jika dikaitkan
dengan aktivitas perekonomian maka harga minyak akan berpengaruh terhadap
perekonomian suatu negara. Tingkat volatilitas saham-saham dari sektor
pertambangan pada 2012 tercatat paling tinggi dibandingkan saham-saham dari
sektor lainnya.
Witjaksono (2010) mengemukakan bahwa kenaikan harga minyak secara umum
akan mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini disebabkan
karena dengan peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan harga bahan
tambang secara umum. Hal ini mengakibatkan perusahaan pertambangan
berpotensi untuk meningkatkan labanya. Kenaikan harga saham pertambangan
D. Harga Emas Dunia
Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh dunia adalah harga
emas berdasarkan standar pasar emas London (en.wikipedia.org). Sistem ini
dinamakan London Gold Fixing. London Gold Fixing adalah prosedur dimana
harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja di pasar London oleh lima
anggota Pasar London Gold Fixing Ltd (www.goldfixing.com). Kelima anggota
tersebut adalah :
1. Bank of Nova Scottia
2. Barclays Capital
3. Deutsche Bank
4. HSBC
5. Societe Generale
Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima member tersebut.
Pada setiap awal tiap periode perdagangan, Presiden London Gold Fixing Ltd
akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian kelima anggota tersebut
akan mengabarkan harga tersebut kepada dealer. Dealer inilah yang berhubungan
langsung dengan para pembeli sebenarnya dari emas yang diperdagangkan
tersebut. Posisi akhir harga yang ditawarkan oleh setiap dealer kepada anggota
Gold London Fixing merupakan posisi bersih dari hasil akumulasi permintaan dan
penawaran klien mereka. Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila
permintaan lebih banyak dari penawaran, secara otomatis harga akan naik,
✔ ✕
tercapainya titik keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan
mengakhiri rapat dan mengatakan “There are no flags, and we're fixed”.
Proses penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul 10.30
(harga emas Gold A.M) dan pukul 15.00 (harga emas Gold P.M). Harga emas
ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, Poundsterling Inggris, dan
Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai harga penutupan pada hari
perdagangan dan sering digunakan sebagai patokan nilai kontrak emas di seluruh
dunia.
Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas resiko
(Sunariyah,2006). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena
nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Dan
lagi, emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap
terjadi setiap tahunnya. Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih investasi
yang memiliki tingkat imbal balik tinggi dengan resiko tertentu atau tingkat imbal
balik tertentu dengan resiko yang rendah. Investasi di pasar saham tentunya lebih
berisiko daripada berinvestasi di emas, karena tingkat pengembaliannya yang
secara umum relatif lebih tinggi dari emas, Kenaikan harga emas akan mendorong
investor untuk memilih berinvestasi di emas daripada di pasar modal. Sebab
dengan resiko yang relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik
yang baik dengan kenaikan harganya. Ketika banyak investor yang mengalihkan
portofolionya investasi kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan
mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang bersangkutan karena
E. Inflasi
Salah satu fenomena moneter yang sangat penting dan yang sering dijumpai di
hampir semua negara di dunia adalah inflasi, secara ringkas definisi inflasi adalah
kecenderungan dari meningkatnya harga-harga yang terus menerus. Adapun
pengertian inflasi adalah suatu proses ketidakseimbangan yang dinamis yaitu,
tingkat harga yang terus-menerus mengalami kenaikan selama periode tertentu
(Nasution, 2006).
Pakar ekonomi Milton Friedman menyatakan bahwa inflasi merupakan bagian
dari ekonomi moneter, seperti dijelaskanya dalam tulisan bahwa ìinflasi selalu dan
di manapun merupakan fenomena moneterî (Mankiw, 200).
Inflasi merupakan suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara
terus-menerus sepanjang waktu (Venieris dan Sebold; 1978 dalam Nanga. 2001).
Berhubungan dengan pengertian inflasi ini, mereka membedakan tingkat inflasi
dan indeks harga. Tingkat inflasi adalah persentase perubahan di dalam tingkat
harga, sedangkan indeks harga itu sendiri adalah mengukur biaya dari sekelompok
barang tertentu sebagai persentasi dari kelompok yang sama pada periode awal.
Secara umum, dikenal ada tiga indeks harga (Nanga, 2001), yaitu:
1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index atau CPI)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah suatu indeks harga yang mengukur biaya
✘ ✙
2. Indeks Harga Produsen (Producer Price Index
atau PPI)
Indeks Harga produsen (IHP) adalah suatu indeks dari harga bahan-bahan baku
(raw material), produk antara (intermediate products), dan peralatan modal dan
mesin yang dibeli oleh sektor bisnis atau perusahan.
3. GNP Deflator
GNP deflator adalah suatu indeks yang merupakan perbandingan antara GNP
nominal dan GNP riil dikaitkan dengan 100. GNP riil adalah nilai barang-barang
dan jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian, yang di peroleh ketika output
dinilai dengan menggunakan harga tahun dasar. Oleh karena itu, GNP riil juga
sering disebut GNP berdasarkan tahun dasar, sedangkan GNP nominal adalah
GNP yang dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku.
Dalam beberapa literatur disebutkan versi yang berbeda, di mana aliran inflasi
dibagi menjadi; Klasik, Keynesian, Monetaris, dan Ekspektasi. Teori Inflasi
Klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang beredar,
yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai mata uang dengan jumlah
uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari
pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan
harga.
Menurut Klasik, Inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak
kredit dibandingkan dengan volume transaksi (Gilarso, 1986). Pendapat Klasik
Inflasi
= f ( Jumlah uang yang beredar, kredit )
Teori Klasik mengenai inflasi dapat dianalisis dalam kerangka teoritis kuantitas
uang dengan mengunakan persaman pertukaran (aquation of exchange),MV = PY.
Kaum Klasik mengasumsikan bahwa perekonomian berada dalam tingkat
kesempatan kerja penuh (full employment), yang berarti variabel Y dalam
persaman pertukaran adalah tetap. Selain itu, kaum klasik juga mengasumsikan
variabel V adalah konstan. Dengan asumsi V dan Y yang tetap, maka kaum
Klasik lebih jauh mengatakan bahwa kenaikan di dalam jumlah uang beredar (Ms)
akan menyebabkan perubahan yang proposional dalam variabel tingkat harga (P).
Penyebab timbulnya inflasi atau kenaikan harga menurut kaum Klasik adalah
karena kenaikan atau pertumbuhan jumlah uang beredar. Dengan kata lain, inflasi
menurut mereka gejala atau fenomena moneter. Hal yang serupa juga
dikemukakan oleh kaum Monetaris yang mengklaim inflasi tu sebagai fenomena
moneter dan bahkan variabel kecepatan perputaran uang (V) itu adalah stabil dan
konstant. Tetapi kaum monetaris berbeda dengan kaum Klasik di mana mereka
mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar (Ms) tersebut juga
berpengaruh terhadap output dan kesempatan kerja. Jadi tidak berpengaruh
terhadap tingkat harga (P) sebagaimana dikemukakan oleh kaum Klasik (Nanga,
✛ ✜
Teori inflasi Keynes menyatakan bahwa kecepatan perputaran uang (V),
merupakan sesuatu yang bersifat dapat berubah-ubah. Hal ini berbeda dengan
kaum Klasik dan Monetaris yang menyatakan konstan. Karena V dapat
berubah-ubah, maka apabila terjadi kenaikan jumlah uang yang beredar (Ms) tidak akan
menyebabkan perubahan di dalam tingkat harga (P). Penekanan Keynes
variabiltas output dan jangka pendek juga memberi kontribusi terhadap
pandangan bahwa inflasi bukanlah murni sebagai fenomena moneter.
Berbeda dengan kaum Klasik yang mengasumsikan perekonomian selalu dalam
kondisi
ful employment. Keynes sebaliknya mengatakan bahwa penganguran
dapat saja terjadi pada jangka panjang. Dengan adanya pengangguran, maka
kenaikan dalam jumlah uang yang beredar (Ms) kecuali dalam kasus ekstrim akan
menyebabkan tingkat harga maupun tingkat output mengalami kenaikan. Dengan
kenaikan output tersebut, kenaikan tingkat harga akan menjadi lebih kecil dari
kenaikan di dalam jumlah uang beredar, meskipun kecepatan perputaran uang
beredar itu konstan.
Di dalam model Keynesian, jumlah uang yang beredar (Ms) hanyalah salah satu
faktor penentu tingkat harga. Namun di dalam jangka pendek, terdapat banyak
faktor lain menurut Keynesian yang mempengaruhi tingkat harga seperti
pengeluaran konsumsi rumah tanga (C), pengeluaran pemerintah (G), pengeluaran
investasi (I), dan pajak (T).
Seperti halnya dengan kaum Klasik dan Monetaris, para ahli ekonomi Keynesian
kontemporer percaya bahwa inflasi merupakan fenomena moneter sehingga
sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingkat inflasi. Teori ekspektasi,
menurut Dornbusch (194) bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju
inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Aliran Ekspektasi
Rasional (Rational Expectation atau Ratex)
adalah ramalan optimal mengenai
masa depan dengan mengunakan semua informasi yang ada.
Pengertian rasional adalah satu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan
berdasarkan informasi yang ada, artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat
dinotasikan menjadi:
Inflasi sendiri didefinisikan sebagai kondisi apabila tingkat harga-harga dan
biaya-biaya umum naik, harga bahan bakar minyak, dan sebagainya. Kebalikanya,
adalah deflasi di mana harga-harga dan biaya-biaya secara umum menurun
✤6
F. BI Rate
1. Pengertian BI Rate.
Sebagaimana yang disebutkan dalam
Inflation Targeting Framework
bahwa BI
Rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance)
dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI Rate adalah suku bunga instrumen
sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur)
triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali
ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama. Dari pengertian
tersebut terlihat jelas bahwa BI Rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan
moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa
respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak
berubahnya BI Rate tersebut.
Sedangkan menurut Dahlam Siamat dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Lembaga Keuangan Kebijakan moneter dan Perbankan menyebutkan bahwa
BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank
Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai
sinyal (stance) kebijakan moneter.(Dahlan siamat, 2005:139)
Dari pengertian yang dikeluarkan oleh Dahlan Siamat tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa Bi Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk
mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1 bulan hasil lelang OPT
(Operasi Pasar Terbuka) berada disekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga SBI-1
(PUAB), suku bunga deposito dan kredit serta suku bunga jangka waktu yang
lebih panjang.
2. Mekanisme Penetapan BI Rate.
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Dewan
Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Dalam
kondisi tertentu, jika dipandang perlu, Bi Rate dapat disesuaikan dalam RDG pada
bulan-bulan yang lain. Pada dasarnya perubahan BI Rate menunjukkan penilaian
Bank Indonesia terhadap perkiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran
Inflasi yang ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian
Bank Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan dilakukan,
antara lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang disampaikan secara
triwulanan dan
press
release bulanan.
Operasi Moneter dengan BI Rate dilakukan melalui lelang mingguan dengan
mekanisme variabel rate tender dan multiple price allotments.(Dahlan
Siamat,2005:140), Dengan demikian sinyal respon kebijakan moneter melalui BI
Rate yang ditetapkan oleh Bank indonesia akan diperkuat melalui berbagai
transaksi keuangan di pasar keuangan. Untuk meningkatkan efektifitas
pengendalian likuiditas di pasar, Bank Indonesia akan memperkuat operasi
moneter harian melalui instrumen
Fine-Tune Operations
(FTO) dengan
underlying instrument SBI dan SUN.(Dahlan Siamat, 2005;140)
Proses Penetapan respon kebijakan moneter dalam hal ini BI Rate:
✧8
2. Respon kebijakan moneter diharapkan untuk periode satu triwulan kedepan.
3. Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dengan memperhatikan efek
tunda (Lag) kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi.
4. Dalam kondisi yang luar biasa, penetapan respon kebijakan moneter dapat
dilakukan dalam RDG bulanan. (Bank Indonesia dalam
Inflation Targeting
Framework)
Selain itu yang menjadi pertimbangan dalam penetapan respon kebijakan tersebut
adalah :
1. BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar
dapat tetap berada pada sasaran yang telah dirtetapkan. Perubahan BI Rate
dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi terhadap targetnya dipandang
telah bersifat permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya.
2. BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secrara diskresi dengan
mempertimbangkan :
a. Rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam
model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.
b. Berbagai informasi lainnya seperti
leading indocators, expert opinion, asesmen
faktor resiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan
3. Strategi Komunikasi BI Rate.
Untuk lebih memudahkan masyarakat memahami tentang kebijakan moneter
Bank Indonesia yang dilihat dari perubahan BI Rate, maka dilakukan berbagai
strategi komunikasi terhadap masyarakat Tujuan strategi komunikasi ini menurut
Dahlan Siamat adalah untuk membantu secara bertahap menurunkan dan
mengarahkan ekspektasi inflasi di masyarakat ke sasaran inflasi yang ditetapkan.
Hal ini menjadi sangat penting karena di Indonesia pengaruh dari ekspetasi inflasi
sebagai faktor penyebab inflasi, disamping dampak administered prices, volatile
foods dan pengaruh langsung nilai tukar (direct exchange rate pass-trough).
Selain melalui press release dan konferensi pers yang secara reguler
mengumumkan keputusan RDG, penguatan strategi komunikasi tersebut
dilakukan melalui penerbitan Laporan Kebijakan moneter secara triwulanan. Di
dalamnya akan memuat assesmen menyeluruh Bank Indonesia mengenai
perkembangan terkini makroekonomi, inflasi, kondisi moneter, prakiraan inflasi
kedepan, dan respon kebijakan moneter yang diperlukan untuk membawa inflasi
ke arah sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Strategi komunikasi lain yang lazim dipraktekan oleh bank-bank sentral yang
menerapkan ITF (Inflation Targeting Framework) adalah dengan
penjelasan-penjelasan Dewan Gubernur mengenai kebijakan moneter di berbagai kesempatan
maupun publikasi dan penjelasan mengenai kerangka kebijakan moneter yang
baru, proses inflasi di Indonesia, proses perumusan kebijakan moneter,
model-model prakiraan ekonomi, maupun operasi operasi moneter. Selain itu juga
✪ ✫
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan
oleh Bank Indonesia adalah melalui :
1.
Press Realease.
2.
Laporan Kebijakan moneter secara triwulanan.
3.
Publikasi dan penjelasan Dewan Gubernur.
4.
Media elektronik.
5.
Situs resmi Bank Indonesia.
Selain strategi komunikasi terhadap masyarakat, diperlukan juga koordinasi
dengan pemerintah agar kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
dapat sejalan dengan kebijakan umum pemerintah.
Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di
negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan
menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang
yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi
masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini
tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan
mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan
G. Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. M1
M1 sering disebut sebagai uang dekat (near money), meliputi uang kartal dan
uang giral atau demand deposits. Uang kartal digunakan masyarakat untuk<