• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN KULIAH Konstruksi Kayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHAN KULIAH Konstruksi Kayu"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

1

.

.

T

T

E

E

G

G

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

-

-

T

T

E

E

G

G

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

I

I

Z

Z

I

I

N

N

1

1..11 BEBERRAATTJEJENNIISSKAKAYYUUDADANNKKLLAASSKUKUAATTKKAAYYUU

Berat Jenis Kayu ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaan kering udara. Sehingga berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering udara. Berat jenis menentukan kekuatan kayu. Selain berat jenis kekuatan kayu juga ditentukan oleh mutu kayu. Mutu kayu dibedakan dalam 2 (dua) macam, yaitu mutu A dan mutu B yang selanjutnya dapat dibaca pada PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) 1961 (NI-P) pasal 3.

Kekuatan Kayu digolongkan dalam klas kuat I, II, III, IV dan V. Tegangan-tegangan izin untuk kayu mutu A dengan klas kuat tertentu dapat dilihat pada daftar Iia PKKI 1961. Untuk kayu mutu B tegangan-tegangan ijin dalam daftar Iia harus dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75. Apabila diketahui berat-jenis kayu, maka tegangan-tegangan ijin kayu mutu A dapat langsung dihitung dengan rumus seperti terdapat pada daftar IIb PKKI 1961, sbb :

) ((kg/cm g

. 20

) ((kg/cm g

. 40

) ((kg/cm g

. 150

) (kg/cm g

. 170

2 //

2 ds

2 //

tr // ds

2 lt

 

 

   

 

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas harus diberi faktor reduksi sebesar 0,75. Jika suatu kayu diketahui jenisnya maka dengan menggunakan lampiran I PKKI 1961 dapat diketahui berat jenisnya. Dari lampiran I tersebut untuk perhitungan tegangan ijin sebagai berat jenis kayu diambil angka rata-rata dengan catatan bahwa perbedaan antara berat jenis maksimum dengan berat jeins minimum tidak boleh lebih dari 100 % berat jenis minimum, atau

min min

maks Bj Bj

Bj  

Jika perbedaan tersebut lebih dari 100 % harus digunakan berat jenis yang minimum, misalnya kayu keruing dari lampiran I PKKI 1961 no. 22 mempunyai Bjmaks= 1,01 dan Bjmin=

(2)

Dengan cara lain kita dapat langsung menggunakan klas kuat kayu yang terendah dari lampiran I tersebut. Disarankan untuk menggunakan rumus yang ada untuk menghitung tegangan ijin apabila telah diketahui berat jenis kayu.

Kelas kuat kayu juga digunakan untuk menentukan medulus kenyal (elastisitas) kayu sejajar serat (E), yang dapat dilihat pada daftar I PKKI 1961. Jadi apabila telah diketahui berat jenis kayu, maka untuk menentukan modulus kenyal kayu harus diketahui pula klas kuat kayu. Untuk itu hubungan antara klas kuat dan berat jenis kayu didapat sbb :

Kelas Kuat Berat Jenis Kering Udara Kuat Lentur (Kg/cm2)

Kuat Tekan (Kg/cm2)

I II III IV V

0,90 0,60 – 0,90 0,40 – 0,60 0,30 – 0,40

0,30

 1100 1100 – 725

725 – 500 500 – 360

360

650 650 – 425 425 – 300 300 – 215

215

Sumber :Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, 1961

1

1..22 FAFAKKTTOORRREREDDUUKKSSII

Harga tegangan-tegangan ijin dalam daftar IIa PKKI 1961 maupun rumus tegangan yang telah diberikan di atas adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang bersifat tetap dan permanen, serta untuk konstruksi yang terlindung, jadi :

 Untuk sifat pembebanan tetap, faktor reduksi  = 1

 Untuk konstruksi terlindung, faktor reduksi  = 1

Apabila pembebanan bersifat sementara atau khusus dan konstruksi tidak terlindung, maka harga tegangan ijin tersebut harus dikalikan dengan faktor reduksi sbb :

 Untuk konstruksi tidak terlindung, faktor reduksi  = 5/6

 Untuk konstruksi yang selalu basah (terendam air), faktor reduksi  = 2/3

 Untuk pembebanan yang bersifat sementara, faktor reduksi  = 5/4

 Untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran, dll) , faktor reduksi  = 3/2 Faktor reduksi tersebut di atas juga berlaku untuk mereduksi kekuatan alat-alat sambung.

1

1..33 PEPENNGGAARRUUHHPEPENNYYIIMMPPAANNGGAANNAARRAAHHGAGAYYAATETERRHHAADDAAPPARARAAHHSSERERAATTKKAAYYUU

Apabila arah gaya yang bekerja pada bagian-bagian konstruksi menyimpang dengan sudut  terhadap arah serat kayu, maka tegangan ijin desak atau tarik kayu harus dihitung sebagai berikut :

  

 

 

ds// ds// ds . sin

(3)

2

2

.

.

E

E

L

L

E

E

M

M

E

E

N

N

-

-

E

E

L

L

E

E

M

M

E

E

N

N

K

K

O

O

N

N

S

S

T

T

R

R

U

U

K

K

S

S

I

I

2

2..11 BABATTAANNGGTATARRIIKK

Didalam menentukan luas tampang batang yang mengalami tarikan harus diperhitungkan berkurangnya luas tampang akibat adanya alat-alat sambung. Untuk itu dalam hitungan selalu digunakan luas tampang netto (Fnt). Besarnya nilai Fntyakni :

br nt c.F

F 

Dimana : c = adalah faktor perlemahan akibat adanya alat sambung Fbr = luas tampang bruto

Besarnya faktor perlemahan dapat diambil seperti di bawah ini :

 10 % untuk sambungan dengan paku

 20 % untuk sambungan dengan baut dan sambungan gigi

 20 % untuk sambungan dengan kokot dan cincin belah

 30 % untuk sambungan dengan pasak kayu

 0 % untuk sambungan dengan perekat

2

2..22 BABATTAANNGGDEDESASAKK

2

2..22..11 BBaattaanngg TTuunnggggaall

(4)

min tk

i l  

Dimana : ltk = panjang tekuk yang tergantung dari sifat-sifat ujung batang yakni sbb :

 Untuk jepit – sendi : ltk 1/2.l. 2  Untuk jepit – bebas : ltk 2.l  Untuk sendi – sendi : ltk l  Untuk konstruksi rangka : ltk l

min

i = jari-jari inersia minimum

br min

F I 

Hubungan antara  dan  dapat dilihat pada daftar III PKKI 1961, selanjutnya tegangan desak yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan desak yang diijinkan.

// ds br ds

F . P 

Untuk merencanakan dimensi batang desak tunggal, sebagai pedoman awal dapat digunakan rumus-rumus sbb :

 Untuk kayu klas kuat I  Imin 40. Ptk .ltk2

 Untuk kayu klas kuat II  Imin 50. Ptk.ltk2

 Untuk kayu klas kuat III  Imin 60. Ptk .ltk2

 Untuk kayu klas kuat IV  Imin 80. Ptk .ltk2

Dimana : Ptk = gaya desak (ton)

tk

l = panjang tekuk (m)

min

I = dalam cm4

2

2..22..22 BBaattaanngg GGaannddaa

Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga maupun empat batang tunggal yang digabungkan dengan diberi jarak antara. Pemberian jarak ini dengan maksud untuk memperbesar momen inersia yang berarti juga memperbesar daya dukung.

Besarnya momen inersia terhadap sumbu bebas bahan dalam hal ini sumbu Y (lihat Gambar 2.1) harus diberi faktor reduksi sehingga besarnya dihitung sbb :

) I . 3 I ( . 4 / 1

Iytg

Dimana : It = momen inersia yang dihitung secara teoritis (apa adanya)

g

I = momen inersia yang dihitung dengan menganggap bagian-bagian ganda menjadi tunggal

(5)
[image:5.595.195.432.85.302.2]

Gambar 2.1 Batang Ganda Terhadap Sumbu Bebas Bahan

Disyaratkan bahwa a ≤ 2.b, jika a > 2.b, maka untuk menghitung It tetap diambil a = 2.b

2

2..33 BABALLOOKKLELENNTTUURR

Pada sebuah balok yang dibebani momen lentur harus dipenuhi syarat batas tegangan lentur dan lendutan. Tengangan lentur yang terjadi tidak boleh melampaui tengangan lentur yang diijinkan.

lt n

max lt

W M

  

Dimana : Wn = c . W

c = adalah faktor perlemahan seperti batang tarik W = Momen tahanan = 1/6 . b . h2

(6)

2

2..44 BABALLOOKKYAYANNGGMMEENNDDUUKKUUNNGG MMOOMMENENDADANNGAGAYAYANONORRMMAALL 2

2..44..11 LLeennttuurraanndadannTaTarriikkaann

Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan tarikan, tegangan yang terjadi tidak diijinkan lebih besar dari tegangan tarik yang disyaratkan, yakni :

// tr n

max nt

tot

W M . F

P

 

Dimana :

lt // tr

   

2

2..44..22 LLeennttuurraanndadannDeDessaakk

Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan desakan, tegangan yang terjadi tidak diijinkan lebih besar dari tegangan desak yang disyaratkan, yakni :

// ds n

max br

tot

W M . .

F

P

 

Dimana :

lt // ds

(7)

3

3

.

.

S

S

A

A

M

M

B

B

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

D

D

A

A

N

N

A

A

L

L

A

A

T

T

-

-

A

A

L

L

A

A

T

T

S

S

A

A

M

M

B

B

U

U

N

N

G

G

3

3..11 SASAMMBBUUNNGGAANNDDEENNGGAANNBABAUUTT

Garis tengah (diameter) baut paling kecil harus 10 mm (3/8”), sedangkan untuk sambungan baik bertampang satu maupun bertampang dua dengan tebal kayu lebih besar dari pada 8 cm, harus dipakai batu berdiameter paling kecil 12,7 mm (1/2”). Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 (tiga) golongan menurut kekuatan kayu yaitu golongan I, II dan III. Agar sambungan dapat memberikan hasil kekuatan yang sebaik mungkin, hendaknya b= b/d yang diambil dari angka-angka yang tercantum dibawah ini.

a. Golongan I untuk kayu klas kuat I (Kayu Rasamala)

 Sambungan bertampang satu : P = 50 . l . d . (1 – 0,60 . sin ) atau b= 4,8 P = 240 . d2. (1 – 0,35 . sin)

 Sambungan bertampang dua : P = 125 . m . d . (1 – 0,60 . sin) atau b= 3,8 P = 250 . l . d . (1 – 0,60 . sin)

P = 480 . d2. (1 – 0,35 . sin)

b. Golongan II untuk kayu klas kuat II (Kayu Jati)

 Sambungan bertampang satu : P = 40 . l . d . (1 – 0,60 . sin ) atau b= 5,4 P = 215 . d2. (1 – 0,35 . sin)

 Sambungan bertampang dua : P = 100 . m . d . (1 – 0,60 . sin) atau b= 4,3 P = 200 . l . d . (1 – 0,60 . sin)

P = 430 . d2. (1 – 0,35 . sin)

c. Golongan III untuk kayu klas kuat III

 Sambungan bertampang satu : P = 25 . l . d . (1 – 0,60 . sin ) atau b= 6,8 P = 170 . d2. (1 – 0,35 . sin)

(8)

atau b= 5,7 P = 120 . l . d . (1 – 0,60 . sin)

P = 340 . d2. (1 – 0,35 . sin)

Dimana :

P = kekuatan ijin baut dalam kg yang diambil yang terkecil;  = sudut penyimpangan arah gaya terhadap arah serat kayu; l = tebal kayu tepi dalam cm;

m = tebal kayu tengah dalam cm;

d = garis tengah (diameter) baut dalam cm;

Hasil kekuatan ijin baut yang diambil harus dikalikan dengan faktor reduksi seperti dalam pembahasan sub bab 1.2 diatas, yakni :

  P. . Pr

Dengan demikian dapat dihitung jumlah baut (n) yang akan direncanakan dengan persamaan :

r

P P n

(9)
[image:9.595.93.531.81.279.2]

Gambar 3.1 Penempatan Jarak-Jaak Baut

Arah gaya membentuk sudut  (0o  90o) dengan arah serat kayu seperti gambar diatas, maka antara sumbu baut dan tepi kayu yang dibebani dalam arah gaya ditentukan dengan meninterpolasi linier diantara harga 5.d dan 6.d.

Contoh misalkan arah gaya membentuk sudut  45 dengan perumpamaan  0o untuk jarak 5.d dan  90ountuk jarak 6.d dengan meninterpolasi linier maka akan diperoleh jarak 5,5.d.

3

3..22 SASAMMBBUUNNGGAANNDDEENNGGAANNPAPAKKUU

Kekuatan paku untuk sambungan tampang satu dapat dilihat pada daftar Va (PKKI 1961, hal. 26). Apabila pada sambungan digunakan paku yang memenuhi syarat untuk sambungan tampang dua, maka kekuatan paku dalam daftar Va dapat dikalikan dua.

Panjang paku untuk sambungan tampang satu biasanya diambil sebagai berikut :

muka) kayu

tebal (l

l . 5 , 2

lp  

Sedangkan untuk sambungan tampang dua biasanya diambil sebagai berikut :

tengah) kayu

tebal (m

l m . 5 , 2

lp   

Dari daftar Va tampak bahwa tebal kayu muka tempat awal paku masuk dibatasi 2 – 4 cm. Sehingga apabila tebal kayu lebih dari 4 cm, maka kekuatan paku tidak dapat dihitung berdasarkan daftar Va tersebut. Jadi apabila tidak menggunakan daftar V, kekuatan paku dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(10)

 Sambungan bertampang dua : P = m . d . kd untuk m7.d P = 7 . d2. kd untuk m7.d

[image:10.595.85.540.194.384.2]

Harga kd (kokoh desak kayu) dapta dilihat pada daftar Va sesuai dengan Bj kayu yang bersangkutan. Dalam perencanaan, sambungan dengan alat sambung paku harus memperhatikan syarat-syarat dalam PKKI 1961.

Gambar 3.2 Penempatan Jarak Paku

3

3..33 SASAMMBBUUNNGGAANNDDEENNGGAANNPAPASSAAKK

Pasak adalah alat penyambung yang dimasukkan ke dalam takikan-takikan di dalam kayu yang akan dibebani oleh tekanan dan gesekan. Pasak hanya boleh dibuat dari kayu keras (lihat daftar IV, PKKI hal. 20), besi atau baja. Pasak kayu keras yang mempunyai tampang persegi empat panjang, memasangnya harus sedemikian sehingga serat-seratnya terletak sejajar dengan serat-serat batang kayu yang disambung.

3

3..33..11 SSaammbbuunnggaanndedennggaannPPaassaakkKaKayyuuPPeerrsseeggii

Sambungan dengan pasak kayu hanya digunakan untuk sambungan tampang 2 (dua) saja. Arah serat kayu pada pasak dibuat sejajar dengan arah serat kayu pada batang yang disambung (batang asli). Ukuran-ukuran pasak itu harus diambil sebagai berikut :

Tinggi pasak (2t) : t  1,5 cm

Panjang pasak (a) : a  5.t dengan syarat : 10 cm a 15 cm

Tegangan tekan yang diijinkan untuk kayu di dalam sambungan ini dapat diambil dari daftar II (PKKI 1961, hal. 6) dengan mengigat jenis muatannya, kemudian tegangan tekan yang diijinkan tersebut harus dikalikan dengan faktor direduksi.

(11)
[image:11.595.86.536.84.272.2]

Gambar 3.3 Penempatan Jarak Pasak Kayu Persegi

3

3..33..22 SSaammbbuunnggaanndedennggaannPaPassaakkKaKayyuuBuBullaattKuKubblleerr

Alat sambungan ini dapat digunakan untuk sambungan tampang dua atau lebih, kekuatan pasak kubler dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Kekuatan Pasak Kubler untuk Kayu dengan Bj = 0,6

Diameter

Pasak t

Garis Tengah P Lebar

Kayu min.

Jarak antara

pasak

Kayu Muka

d Baut

(cm) (cm) (cm) (cm) (ton) (cm) (cm) (cm)

6

8

10

2,6

3

4

1,6

1,6

1,6

1,27

1,27

1,27

1,0

1,5

1,7

8

10

12

14

18

20

14

18

20

Untuk Bj lainnya maka angka-angak pada tabel diatas harus diberi faktor pengkali sebanding dengan Bj-nya, yaitu Bj/0,6.

Apabila arah gaya membentuk sudut  terhadap arah serat kayu, maka kekuatan pasak berkurang sebagai berikut :

) sin . 25 , 0 1 ( . P

P//  

[image:11.595.85.540.397.558.2]
(12)
[image:12.595.87.534.85.279.2]

Gambar 3.4 Penempatan Jarak Pasak Kayu Bulat Kubler

3

3..44 SASAMMBBUUNNGGAANNDDEENNGGAANNCICINNCCIINNBBEELALAHH KKRREEUUGGEERRSS

Cincin belah sebaiknya digunakan untuk sambungan tampang 2 (dua) atau lebih dan pada satu sambungan dibatasi maksimal ada 3 (tiga) pasang cincin belah. Kekuatan cincin belah kreugers perpasangan untuk kayu dengan berat jenis 0,6 dapat dilihat pada Tabel 3.2. Untuk Bj-lain harus diberi faktor pengkali sebanding dengan Bj-nya. Cincin belah ini sebaiknya digunakan untuk sambungan tampang dua atau lebih dan pada satu sambungan dibatasi maksimal ada 3 (tiga) pasang cincin belah.

Apabila arah gaya yang membentuk sudut  terhadap arah serat kayu maka kekuatan cincin belah berkurang sebagai berikut :

) sin . 30 , 0 1 ( . P

P//  

Cara memilih cincin belah tersbut berturut-turut dengan memperhatikan lebar kayu minimum, tebal kayu tengah minimum, tebal kayu tepi minimum dan jarak kayu muka yang direncanakan.

Penempatan jarak sambungan dengan cincin belah kreugers sama halnya dengan Penempatan Jarak Pasak Kayu Bulat Kubler hanya saja sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

3

3..55 SASAMMBBUUNNGGAANNDDEENNGGAANNKOKOKKOOTTBUBULLLLDDOOGG

Kekuatan kokot bulldog dapat dilihat padaTabel 3.3 untuk kayu dengan Bj = 0,5. Untuk Bj-lain harus diberi faktor pengkali sebanding dengan Bj-nya. Apabila arah gaya membentuk sudut  terhadap arah serat kayu, maka kekuatan kokot bulldog berkurang sbb :

) sin . 25 , 0 1 ( . P

P//  

(13)
[image:13.595.87.538.112.727.2]

Tabel 3.2 Kekuatan Cincin Belah Kreugers untuk Kayu dengan BJ = 0,6

Tanda Cincin Belah 100/19 100/25 100/31 125/25 125/31 125/37 150/31 150/37 150/43

a b c d e f g h i

Garis tengah cincin belah, D (mm)

Tinggi cincin belah, H (mm)

Tebal cincin belah, S (mm)

Berat cincin belah, (gram)

Garis tengah baut, d (mm)

Cincin tutup

Lebar kayu min. h (mm)

Tebal kayu tengah min, m (mm)

Tebal kayu tepi min, l (mm)

Kayu muka min, (mm)

Jarak antar baut (mm)

Pper pasang cincin belah dengan kayu muka

100 19 2,0 95 16 65 65 x 6

125 37 31 75 150 100 25 2,0 125 16 65 65 x 6

125 50 37 75 150 100 31 2,0 155 16 65 65 x 6

125 62 50 75 150 125 25 2,5 190 16 65 65 x 6

150 50 37 100 200 125 31 2,5 240 16 65 65 x 6

150 62 50 100 200 125 37 2,5 290 16 65 65 x 6

150 75 62 100 200 150 31 3,1 19 75 75 x 9

175 62 50 125 250 150 37 3,0 19 75 75 x 9

175 75 62 125 250 150 43 3,0 19 75 75 x 9

(14)

Tabel 3.3 Kekuatan Kokot Bulldog untuk Kayu dengan Bj = 0,5 Bulldog Ukuran Standard Bulat 2” (4,8 cm) Dengan gigi tinggi 2,5” (6,2 cm) Bulat 2,5” (6,2 cm) Bulat 3” (7,5 cm) Tinggi/tebal, mm Lubang Baut, mm

Ukuran terkecil kayu, in/cm

Jarak antara ujung kayu sampai baut, cm (in)

Jarak antar baut, cm (in)

12 17

2,5” x 0,75” 6,35 x 1,905

4 (1,5”)

7 (3”)

16 21

2,75” x 7/8” 6,985 x 2,22

6 (2,5”)

9 (3,5”)

16 21

3” x 1” 7,62 x 2,54

5,5 (2,25”)

9 (3,5”)

19 23

3,5” x 1” 8,89 x 2,54

7 (3”)

11 (4,5”)

Diameter Baut, in mm Beban maximum per-Bulldog, ton 3/8 10 0,2 1/2 12 0,3 5/8 16 0,5 3/8 10 0,4 1/2 12 0,5 5/8 16 0,6 3/8 10 0,4 1/2 12 0,5 5/8 16 0,6 3/4 20 0,6 3/8 10 0,5 1/2 12 0,7 5/8 16 0,8 Tabel Sambungan Bulldog Ukuran Standard Bulat 3,75 (9,5 cm) Bulat 4,5” (11,7 cm) Persegi 4” x 4” (10 x 10 cm)

Persegi 5” x 5” (13 x 13 cm)

Lonjong 3” x 5” (7 x 13 cm) Tinggi/tebal, mm

Lubang Baut, mm

Ukuran terkecil kayu, in/cm

Jarak antara ujung kayu sampai baut, cm (in)

Jarak antar baut, cm (in)

24 33

4” x 1,25” 10,16 x 3,175

9 (3,5”)

14 (5,5”)

30 50

6” x 2” 15,24 x 5,08

9 (3,5”)

14 (5,5)

16 40 x 40

4,5” x 1,5” 11,43 x 3,81

11 (4,5”)

17 (7”)

20 52 x 52

6” x 2” 15,24 x 5,08

15 (6”)

23 (9”)

38 26,5

4” x 2” 10,16 x 5,08

12 – 9 cm

18 – 12 cm

[image:14.595.83.543.108.730.2]
(15)

4

4

.

.

S

S

A

A

M

M

B

B

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

G

G

I

I

G

G

I

I

4

4..11 SASAMMBBUUNNGGAANNGGIIGGII

Sambungan gigi berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya desak, sambungan ini dapat dibuat dalam 3 (tiga) keadaan, yakni :

[image:15.595.147.479.386.619.2]

1. Gigi tegak lurus pada batang mendatar; 2. Gigi tegak lurus pada batang diagonal; 3. Gigi menurut garis bagi sudut luar;

Gambar 4.1 Sambungan Gigi Menurut Garis Bagi Sudut Luar

Kedalaman gigi (tv) dapat dihitung dengan rumus sebagai beriktu :

Keadaan 1

  

. b

(16)

Keadaan 2     . b Cos . P tv Keadaan 3     . 2 / 1 2 v . b . 1/2 Cos . P t

Dari ketiga keadaan tersebut yang paling baik dan sering dipakai adalah keadaan 3. Apabila

o

o 60

20    maka untuk menghitung tv pada keadaan 3 dapat menggunakan rumus praktis sebagai berikut :

Kayu klas kuat I :

b . 112

P tv

Kayu Jati :

b . 93

P tv

Kayu klas kuat II :

b . 73

P tv

Kayu klas kuat III :

b . 50

P tv

Kayu klas kuat IV :

b . 37

P tv

Untuk ketiga keadaan tersebut juga harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

 Kedalaman gigi (t )v

o

50 

  tv  1/4 . h

50o 

  tv  1/6 . h

60

50o    o  tv harus diinterpolasi linier

 Kayu muka (l )v

// v . b H l 

 dimana : H = P . cos 

cm 15 lv

Apabila terdapat tv atau lv yang terlalu besar sehingga tidak memungkinkan untuk menyambung di tempat yang bersangkutan, maka ada beberapa cara untuk mengatasinya :

1. Dipakai gigi rangkap

Gambar

Gambar 2.1Batang Ganda Terhadap Sumbu Bebas Bahan
Gambar 3.1Penempatan Jarak-Jaak Baut
Gambar 3.2Penempatan Jarak Paku
Tabel 3.1Kekuatan Pasak Kubler untuk Kayu dengan Bj = 0,6
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ditanda tanganinya Surat Perjanjian ini oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, maka seluruh ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal perjanjian ini dan seluruh ketentuan

Berdasarkan informasi dari data kuisioner yang dianalisis secara statistik menunjukkan bahwa masyarakat lokal di Sumatera Utara tepatnya Desa Bogak Kabupaten Batu Bara

Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pola asuh orangtua dengan status identitas diri remaja kepada 87 responden di SMAN 6 Pekanbaru dapat

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Muhammad Sahlan, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Analisis Permasalahan Aset Tetap pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi

a. Surat Tugas dan dokumen penugasan lainnya. Laporan Rekapitulasi Pertanggungjawaban Penggunaan Jam Penugasan Kegiatan Pengawasan. Surat keterangan lembur sesuai dengan format

Aniza (2013) yang telah mengembangkan formulasi rincian biaya kualitas yang berhubungan dengan total biaya manufaktur dimana biaya yang terlibat didalamnyaadalah

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chrussiawanti yang menyebutkan bahwa remaja merupakan salah satu segmen terbesar penyumbang kecelakaan

Reog Panca Tunggal dalam permainannya menggunakan waditra/alat musik perkusi berupa 4 ketipung yang disebut Reog (terdiri dari:tilingtingti, tong, deng-deng dan