• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI DOSIS APLIKASI LIQUID ORGANIC BIOFERTILIZER TERHADAP AGREGAT TANAH PADA DAERAH RIZOSFER PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus) PT GREAT GIANT PINEAPPLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI DOSIS APLIKASI LIQUID ORGANIC BIOFERTILIZER TERHADAP AGREGAT TANAH PADA DAERAH RIZOSFER PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus) PT GREAT GIANT PINEAPPLE"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

PENGARUH BERBAGAI DOSIS APLIKASI LIQUID ORGANIC BIOFERTILIZER TERHADAP AGREGAT TANAH PADA DAERAH

RIZOSFER PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus) PT GREAT GIANT PINEAPPLE

Oleh

AYU DWI LESTARI

Nanas (Ananas comosus) merupakan tanaman buah berupa semak yang dapat

hidup dalam berbagai musim.PT Great Giant Pineapple yang berlokasi di Terbanggi Besar Lampung Tengah merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak dalam industri penanaman dan pengolahan nanas. Masalah yang

dihadapi PT GGP adalah masalah pengelolaan tanahnya. Upaya perbaikan tanah yang dapat dilakukan salah satunya dengan perbaikan sifat tanahnya. Salah satu

upaya yang dilakuakan yaitu dengan memberikan pupuk hayati Liquid Organic Biofertilizer yang diharapkan dapat memperbaiki sifat fisika, kimia maupun

biologi tanahnya untuk meningkatkan hasil produksi.

Penelitian ini bertujuan menguji dosis aplikasi pupuk hayati LOB terhadap

agregat tanah pada daerah rizosfer di PT GGP Terbanggi Besar Lampung Tengah.

Hipotesis yang diajukan yaitu 1.Lahan yang di aplikasi dengan pupuk hayati LOB memiliki nilai kemantapan agregat lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang

(2)

ii

40 Liter/ha akan memiliki kelas kemantapan agregat yang lebih mantap

dibandingkan dengan dosis LOB yang lain. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 dilahan percobaan PT GGP lokasi 196 H.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi linier. Perlakuan dalam penelitian ini adalah perlakuan LOB dosis 8 liter dengan volume air 2000 l/ha;

LOB dosis 16 liter dengan volume air 2000 l/ha; LOB dosis 20 liter dengan volume air 2000 l/ha; LOB dosis 25 liter dengan volume air 2000 l/ha; LOB dosis 30 liter dengan volume air 2000 l/ha; LOB dosis 35 liter dengan volume air

2000 l/ha; LOB dosis 40 liter dengan volume air 2000 l/ha; kontrol.

Penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif menggunakan uji korelasi linier.

Dari percobaan tersebut diperoleh 8 perlakuan percobaan dengan masing-masing perlakuan diambil 3 titik tanah secara acak sehingga diperoleh 24 titik sampel percobaan. Masing masing perlakuan memiliki luasan 1 ha, data yang diperoleh

diuji kualitatif dengan uji korelasi linier.

Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi LOB dengan berbagai dosis semua perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap kemantapan agregat tanah.

Namun semua perlakuan memiliki kemantapan agregat yang baik.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 10 Juli 1993, sebagai anak kedua dari empat

bersaudara, dari pasangan Bapak Efendi dan Ibu Junaidah.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 3 Bumi Waras pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Bandarlampung pada tahun 2007, serta

Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandarlampung pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota Forum Studi Islam (FOSI) Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada

tahun 2011-2012.

Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT. Great Giant

Pineapple (GGP), Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Kemudian Penulis melakukan

(8)

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah SWT,

kupersembahkan karya kecilku untuk:

Keluargaku tercinta

Mama, Papa, Adik-adikku sdan Sahabat-sahabatku yang selalu mendoakan dan mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian, dan dorongan

semangatnya takkan aku lupa.

Teman-temanku

Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai

Serta

Almamater tercinta

FAKULTAS PERTANIAN

(9)

Barang siapa yang ingin mendapatkan mutiara paling indah, maka ia harus

berani terjun ke laut yang paling dalam

- (Bung Karno)

“Siapa yang bersungguh

-sungguh pasti akan berhasil, Siapa yang bersabar akan

beruntung, Siapa yang menanam akan menuai yang ditanam

Pelaut yang handal bukan dilahirkan dilaut yang tenang, tetapi pelaut yang

(10)

iii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan

hidayahnya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikah doa, kasih sayang serta

dukungan moril maupun material,serta kakak dan adik-adikku tersayang (Gress, Amel, Fasha) atas semangat dan dukungannya.

2. Bapak Dr.Ir. Henrie Bukhari,M.Si., selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan saran, dukungan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr.Ir.Afandi, M.P., atas motifasi , gagasaan dan bimbingannnya serta

bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof.Dr.Ir. K E S Manik, M.S., selaku pembahas atas segala petunjuk, saran, serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Ir.Niar Nurmauli,M.S., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak Dr.Ir. Kuswanta futas, M.P., selaku ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas

(11)

iv

7. Bapak Prof. Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

8. Seluruh dosen-dosen Jurusan Agroteknologi fakultas pertanian pada umumnya

yang telah memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan kepada penulis. 9. Manager dan Staf PT Great Giant Pineapple, Bapak Purwanto, Bapak Priyo,

Bapak Didik, Bapak Maman yang telah memberi kesempatan dan membantu

penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Sahabatku Indah, Ika dan Cindy terimakasih atas dukungan dan hari-hari yang

terindah selama ini.

11. Teman-temanku Widya,Tofik, Aji,Roki, Bang Tofik, Nana, Yani serta

teman-teman angkatan 2010 semoga cerita kita terus terukir di masa depan. Amin.

Bandarlampung, Februari 2015

(12)
(13)

vi

4.1.2 Kerapatan Isi Tanah ... 26

4.2 Pembahasan ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

PUSTAKA ACUAN ... 34

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perhitungan kemantapan agregat ... 23

2. Interpretasi data hasil analisis pengayakan Basah-Kering ... 24

3. Nilai tengah pengaruh aplikasi Liquid Organic Biofertilizer terhadap kemantapan agregat tanah pada daerah Rizosfer ... 25

4. Nilai tengah pengaruh aplikasi Liquid Organic Biofertilizer terhadap kerapan isi tanah ... 26

5. Data hasil analisis sampel daun aplikasi LOB ... 28

6. Data hasil analisis sampel tanah aplikasi LOB ... 28

7. Analisis kematantapan agregat tanah ... 38

8. Tabel pengamatan kemantapan agregat tanah ... 42

9. Tabel pengamatan kerapatan isi tanah ... 43

10.Analisis tekstur tanah ... 43

11.Uji korelasi linier kemantapan agregat terhadap dosis LOB ... 44

12.Uji korelasi linier... 44

13.Uji korelasi linier kerapatan isi tanah terhadap LOB ... 44

14.Uji korelasi linier... 44

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta percobaan Liquid Organic Biofertilizer ... 20

2. lokasi aplikasi Liquid Organic Biofertilizer ... 46

3. Pengambilam sampel tanah bongkah ... 46

4. Sampel tanah yang diambil dari lokasi pecobaan ... 46

5. Analisis agregat tanah dengan metode ayakan kering dan ayakan basah, ayakan yang disusun yaitu ayakan 8mm ; 4,75mm ; 2,83mm ; 2mm ; 0,5mm... 47

6. Sampel tanah diletakkan di atas ayakan 8mm dan ditumbuk dengan lumpang sampai lolos ayakan 8mm ... 47

(16)

1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol

menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol

membawa nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15 (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara.

Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.

PT GGP yang berlokasi di Terbanggi Besar Lampung Tengah merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri penanaman dan pengolahan nanas. Produk

yang dihasilkan di ekspor ke Amerika, Eropa, Asia dan Timur Tengah. Seperti halnya perusahaan pada umumnya, PT GGP juga berorientasi pada keuntungan,

(17)

2

Dengan menerapkan sistem dan teknik budidaya serta metode pengolahan hasil

pertanian yang moderen yang berwawaskan lingkungan maka PT GGP mampu menjadi salah satu perusahaan besar berskala international.

Oleh karena itu, perlu pengelolaan budidaya tanaman yang baik guna meningkatkan kualitas tanaman maupun kualitas media tanam agar menghasilkan produksi yang

lebih tinggi dan berkualitas. Salah satu upaya peningkatan produksi nanas di PT GGP yaitu dengan pembenahan media tanam nanas yaitu tanahnya, yang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman dan juga agar tanaman berdiri dengan kokoh.

Salah satu perbaikan tanah yang dapat dilakukan salah satunya dengan perbaikan sifat tanah. Upaya yang dilakukan PT GGP yaitu memberi masukan dari luar yaitu

pemberian pupuk hayati Liquid Organik Biofertilizer (LOB).

Pupuk LOB bekerja pada daerah rizosfer, yang diharapkan dapat memperbaiki perakaran tanaman nanas. Sehingga mikroorganisme yang berada pada daerah

perakaran dapat berperan dalam siklus energi, unsur hara , pembentukan agregat dan menentukan kesehatan tanah.

Percobaan aplikasi pupuk hayati LOB diharapkan dapat memperbaiki agregat tanah

(18)

3

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dosis aplikasi pupuk hayati LOB terhadap agregat tanah pada daerah rizosfer di PT GGP Terbanggi Besar Lampung Tengah.

1.3 Kerangka Pemikiran

Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang mengandung dan menopang

kehidupan atau mampu sebagai media tumbuh tanaman. Kualitas tanah yang rendah diakibatkan oleh fenomena alam ataupun oleh sifat alami tanahnya, namun kerusakan tanah tidak sedikit diakibatkan oleh campur tangan manusia seperti pengelolaan tanah

yang terus menerus dan tidak tepat. Pengelolaan tanah yang terus menerus atau sistem pengelolaan intensif akan merusak agregat tanah yang merupakan tempat

hidup mikroorganisme tanah yang membantu proses pertumbuhan tanaman.

Agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat, oksida besi atau almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena

flokulasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi (Muslimin dkk., 2012).

Tanah dengan agregat yang tidak stabil mempunyai struktur yang peka terhadap daya rusak air, mekanisme mekanik dan kombinasinya. Kemper dan Rosenau (1986)

(19)

4

Agregat yang baik akan menjadikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Pada tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan menghambat

pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas menjadi lambat. Untuk itu tanah yang merupakan media tumbuh dan merupakan sumber air bagi tanaman harus dioptimalkan pengolahannya . Salah satu caranya

adalah dengan penambahan pupuk hayati kedalam tanah.

Pupuk hayati adalah pupuk organik mengandung isolat berupa mikroba seperti

mikroba penambat nitrogen (N2), mikroba pelarut fosfat (P) atau mikroba perombak selulosa yang diberikan kepada biji, tanah maupun kompos dengan tujuan

meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Penggunaan pupuk hayati memanfaatkan mikroba dalam mempercepat proses mikrobiologi untuk meningkatkan ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan

oleh tanaman, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah dan menghasilkan substansi aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Tombe, 2008). Keuntungan dari mikroba tersebut salah satunya adalah peningkat

ketersediaan hara serta pemantap agregat tanah.

PT GGP telah membuat pupuk hayati berupa LOB dengan berbagai dosis perlakuan,

(20)

5

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang dapat di ambil dalam penelitian ini adalah :

1. Lahan yang di aplikasi dengan pupuk hayati LOB memiliki nilai kemantapan

agregat lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang tidak di aplikasi.

2. Lahan yang di aplikasi dengan pupuk LOB dengan dosis LOB 40 liter/ha akan memiliki kelas kemantapan agregat yang lebih mantap dibandingkan dengan

(21)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Nanas

Ashari (1995) menyatakan bahwa tumbuhan nanas dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi lebih dari 200-800 m di atas permukaan laut. Jenis

tanah yang paling ideal adalah tanah yang mengandung pasir, subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah yang cocok adalah

5 -5.6. Nanas tumbuh dan berproduksi pada kisaran curah hujan yang cukup luas yaitu dari 600 sampai diatas 3500 mm/tahun dengan curah hujan optimum untuk pertumbuhan yaitu 1000 -1500 mm/tahun.

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya nanas. Laju pertumbuhan dan perkembangan berhubungan positif dengan kenaikan suhu sampai 290 C, pada suhu yang tinggi ukuran tanaman dan daun lebih besar, dan

lebih lentur, teksturnya halus dan warnanya gelap, ukuran buah lebih besar dan kandungan asamnya lebih rendah. Pada suhu yang rendah dan daerah dataran

tinggi tanaman nanas mempunyai ukuran yang lebih pendek, daunnya sempit dengan tekstur yang cukup keras, ukuran buah kecil (kurang dari 1.8 kg), warna daging buah kuning pucat, kandungan asam cukup tinggi (± 1 %), kandungan gula

(22)

7

menonjol. Pada suhu yang sedang tanaman lebih besar dan datar, daging buah lebih

kuning, kandungan gula lebih tinggi, kandungan asam lebih rendah daripada buah dataran tinggi. Suhu yang optimim untuk pertumbuhan akar yaitu 290 C

pertumbuhan daun 320 C dan untuk pemasakan buah yaitu 250 C ( Nakasone dan Paull, 1999).

Nakasone dan Paull (1999) memaparkan bahwa nanas biasanya dibudidayakan di

daerah dengan kelembaban cukup tinggi, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mengurangi kehilangan air dari daun melalui transpirasi. Hal penting lainnya yaitu jumlah penyinaran matahari yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

dan kualitas buah nanas. Awan dapat menghambat pertumbuhan sehingga ukuran tanaman dan buah menjadi lebih kecil dengan kandungan asam yang lebih tinggi dan

gula lebih rendah.

2.2 Sifat Fisika Tanah

Proses pembentukan tanah berlangsung terus menerus setelah pelapukan awal batuan

dan mineral. Sifat awal bahan diubah dengan terbentuknya mineral-mineral sekunder dan pertumbuhan organisme yang berperan terhadap bahan organik dan menghasilkan

sejumlah reaksi kimia-fisika dan biokimia. Proses perkembangan tanah mencapai puncak pada pembentukan sifat profil tanah (Hillel, 1982).

Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda serta aliran

(23)

8

yaitu: partikel-partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Perbandingan keempat

komponen tersebut sangat bervariasi berdasarkan jenis tanah, lokasi dan kedalaman.

Sifat fisik tanah terbentuk akibat proses degregasi mineral batuan oleh asam-asam

organik-anorganik. Degredasi mineral batuan merupakan proses perubahan permukaan bumi karena terjadi penyingkiran mineral batuan oleh proses fisika,

kimia, dan biologi. Proses ini termasuk dalam proses eksogenik yang terdiri dari pelapukan, erosi dan pergerakan massa. Pelapukan berperan menyediakan bahan mentah tanah. Erosi berpengaruh dominan menghilangkan tanah yang telah

terbentuk, serta pergerakan massa mampu menjalankan fungsi pelapukan dan erosi.

Mineral yang paling banyak menyusun batuan dikerak bumi adalah mineral primer

(pembentuk batuan ). Mineral-mineral tersebut terdiri dari mineral yang termasuk dalam grup silikat, yang mempunyai satuan dasar yang sama yaitu silikat tetrahedon, tetapi berbeda pada pola penyusunan satuan dasar tersebut (struktur). Perbedaan

struktur yang menyebabkan perbedaan rumus dan komposisi kimia, ikatan kimia, dan ketahanan terhadap pelapukan. Mineral silikat kecuali kuarsa memiliki sifat seperti senyawa basa karena memiliki pH diatas 7,0. Asam-asam organik yang

berperan dalam pelapukan bagian dari bahan organik, merupakan hasil kegiatan jasad hidup yang terdapat didalam maupun permukaan batuaan. Senyawa ini umumnya

(24)

9

dapat membentuk senyawa kompleks dengan kation-kation pada tepi mineral atau

kation yang terlepas dari mineral.

Pelapukan kimia dialam hanya dapat berlangsung di air, tetapi keberadaan asam-asam

mampu mempercepat pelapukan mineral batuan pada tanah atau batuan paling atas yang merupakan lingkungan biologi, peranan organik dalam pelapukan dari pada

asam-asam organiknya.

Pengaruh asam-asam organik dalam pelapukan mineral batuan berupa reaksi pelarutan. Proses pelarutan ini merupakan reaksi terbaginya zat padat, mineral

kedalam air atau larutan asam organik. Reaksi kimia yang utama pada pelarutan adalah hidrolisis, kemudian hidrolisis yang dipacu dengan adanya asam yaitu

asidolisis dan kompleksolisis. Reaksi asidolisis lebih menekankan pada peran ion H+ yang berasal dari pemprotonan asam dan kompleksolisis menekankan peran sisa

asam atau anion organik.

Pelapukan dan genesis tanah menyebabkan batuan lapuk, mineral yang terdapat dalam batuan hancur. Mineral tersebut hancur membentuk zarah yang ukurannya beragam, mulai dari pasir (2,00-0,05 mm), debu (0,05-0,002 mm), sampai lempung

(< 0,002 mm). Ketiga partikel tersebut mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti: tekstur, struktur, agregat tanah, permeabilitas, aerasi dan sifat fisik tanah lainnya

(25)

10

2.3 Struktur dan Agregat Tanah

Menurut Utomo (1985), struktur merupakan susunan partikel-partikel dalam tanah yang membentuk agregat-agregat serta agregat satu dengan yang lainnya dibatasi oleh bidang alami yang lemah. Struktur tanah sangat dipengaruhi oleh perubahan

iklim, aktivitas biologi, proses pengolahan tanah dan sangat pekat terhadap gaya-gaya perusak mekanis dan fisika-kimia.

Syarief (1989) berpendapat bahwa struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang

penting, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, mempengaruhi sifat dan keadaan tanah seperti: gerakan air dan aerasi, tata air, pernafasan akar tanaman serta

penetrasi akar tanaman ditentukan oleh struktur tanah. Tanah yang berstruktur baik akan mampu membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal, sedangkan tanah yang bertekstur tidak baik menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan tanaman.

Notohadiprawiro (1999) mengemukakan bahwa struktur tanah merupakan susunan keruangan yang membentuk pola keruangan. Menurut Hillel (1980), struktur tanah merupakan penyusunan dan organisasi partikel dalam tanah. Tiga hal penting yang

harus diperhatikan dalam struktur, yaitu : partikel tanah, ruang pori, dan bahan penyemen.

Buol dkk., (1980) menyatakan bahwa struktur tanah memiliki sembilan bentuk, yaitu

(26)

11

(granular); dan remah (crumb). Sedangkan Hillel (1980) membagi struktur tanah

menjadi tiga bentuk, yaitu: butir tunggal jika partikel tanah tidak saling terikat atau lepas; masif jika partikel tanah terikat kuat pada suatu massa tanah kohesif yang

besar; dan agregat (ped) jika partikel tanah terikat tidak terlalu kuat satu sama lain. Struktur agregat merupakan struktur terbaik untuk tanah-tanah pertanian. Pengolahan tanah dilakukan untuk mendapatkan kondisi struktur tanah dengan tipe agregat.

Tanah-tanah yang memiliki struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan-pukulan air hujan sehingga tahan terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang tidak mantap sangat mudah hancur oleh pukulan air hujan menjadi butiran-butiran

halus sehingga menutupi pori-pori tanah dan menyebabkan infiltrasi terhambat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang dipengaruhi oleh tekstur, bahan

organik dan zat kimia seperti karbonat di dalam tanah.

2.4 Kemantapan Agregat Tanah

Nedler dkk., (1996) mendefinisikan kemantapan agregat sebagai kemampuan agregat

untuk tidak rusak ketika dipengaruhi oleh kekuatan pengganggu, memelihara keutuhan ukuran dengan kekuatan ikatan antar agregat.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat : 1. Bahan Induk

Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat

(27)

12

permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat.

Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangkan kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.

2. Bahan organik tanah

Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian.

Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.

3. Tanaman

Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah.

Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserap oleh tanaman tersebut.

4. Organisme tanah

Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkan tanaman. Secara tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah

dipergunakan akan dikeluarkan lagi menjadi bahan pengikat tanah.

5. Waktu

(28)

13

6. Iklim

Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan dan pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

pembentukan agregat tanah.

Kemantapan agregat menggambarkan kemampuan agregat untuk dapat bertahan

terhadap faktor-faktor perusak. Kemantapan agregat terbagi dua menurut faktor perusak yaitu kematapan agregat kering adalah kemampuan agregat bertahan terhadap daya perusak yang berasal dari gaya-gaya mekanis sedangkan kemantapan

agregat basah (Agregat Water Stability) merupakan manifestasi ketahanan agregat terhadap daya rusak air (Utomo, 1985).

Agregat tanah terbentuk karena proses flokulasi dan fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian

bergabung membentuk agregat. Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam

keadaan pasif, kemudian terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih kecil.

Kemper & Rosenau (1986) mengatakan bahwa makin stabil suatu agregat tanah, makin rendah kepekaannya terhadap erosi (erodibilitas tanah).

2.5 Liquid Organic Biofertilizer

Menurut Simanungkalit (2001), pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup yang

(29)

14

Pupuk biofertilizer merupakan pupuk yang mengandung 9 konsorsium mikroba dan

bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman agar menjadi lebih baik. Mikroba yang digunakan yaitu (1) bakteri fiksasi Nitrogen non simbiotik Azotobacter sp. dan

Azospirillum sp.; (2) bakteri fiksasi Nitrogen simbiotik Rhizobium sp.; (3) bakteri pelarut Fosfat Bacillus megaterium dan Pseudomonas sp.; (4) bakteri pelarut Fosfat Bacillus subtillis; (5) mikroba dekomposer Cellulomonas sp.; (6) mikroba

dekomposer Lactobacillus sp.; dan (7) mikroba dekomposer Saccharomyces cereviceae (Suwahyono, 2011).

Mikroorganisme yang menguntungkan ini secara garis besar keuntungannya dapat dibagi menjadi sebagai berikut (Gunalan, 1996) :

1. Penyedia hara

2. Peningkat ketersediaan hara

3. Pengontrol organisme pengganggu tanaman

4. Mengurangi bahan organik dan membentuk humus 5. Pemantap agregat tanah

6. Perombak persenyawaan agrokimia

Menurut Simanungkalit (2001), pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi

(30)

15

Komposisi yang terdapat didalam pupuk hayati LOB ini adalah :

1. Bakteri Pelarut Fosfat

Penggunaan mikroba pelarut P sebagai pupuk hayati mempunyai keunggulan

antara lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan, mampu membantu meningkatkan kelarutan P yang terjerap, menghalangi terjerapnya P pupuk untuk

unsur - unsur penjerap dan mengurangi toksisitas Al3+, Fe3+ dan Mn2+ terhadap tanaman pada tanah masam. Pada jenis-jenis tertentu, mikroba pelarut P dapat memacu pertumbuhan tanaman karena menghasilkan zat pengatur tumbuh, serta

menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba yang cepat mengkolonisasi akar dan menghasilkan senyawa anti biotik (elfiati, 2005).

2. Bakteri Penambat Nitrogen

Bakteri penambat N di daerah perakaran seperti Azotobacter yang mampu menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin dan asam indol

asetat sehingga pemanfaatannya dapat memacu pertumbhan akar

(Alexander,1977). Populasi azotobater di dalam tanah dipengaruhi oleh pemupukan dan jenis tanaman.

3. Mikoriza

Cendawan mikoriza merupakan cendawan obligat, dimana kelangsungan

hidupnya berasosiasi akar tanaman dengan sporanya. Spora berkecambah dengan membentuk apressoria sebagai alat infeksi, dimana infeksinya biasa terjadi pada zone elongation. Proses ini dipengaruhi oleh anatomi akar dan umur tanaman

(31)

16

dan terbatas pada lapisan korteks, dan tidak sampai pada stele. Hifa yang

berkembang diluar jaringan akar, maka berperan terhadap penyerapan unsur hara tertentu dan air. (Mosse, 1981) melaporkan bahwa cendawan mikoriza

mempunyai sifat dapat berkolonisasi dan berkembang secara simbiosis mutualistik dengan akar tanaman, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, serta membantu menekan perkembangan beberapa patogen tanah.

4. Dekomposer / Bahan Organik

Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen,

fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman.

Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro.

2.6 Rizosfer

Rizosfer dicirikan oleh lebih banyaknya kegiatan mikrobiologis dibandingkan

kegiatan di dalam tanah yang jauh dari perakaran tanaman (Rao, 1994). Intensitas aktivitas semacam ini tergantung dari panjangnya jarak tempuh yang dicapai oleh eksudasi sistem perakaran. Pengaruh keseluruhan perakaran tanaman terhadap

mikroorganisme tanah disebut sebagai efek rizosfer. Beberapa faktor seperti tipe tanah, kelembaban tanah, pH, temperatur, umur dan kondisi tanaman mempengaruhi

(32)

17

Menurut Elfiati (2005) dalam Dwi (2008), eksudat akar mengandung triptophan atau

senyawa serupa yang dapat digunakan oleh mikroorganisme tanah untuk memproduksi asam indol asetat. Beberapa bakteri pelarut fosfat dapat berperan

(33)

18

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman nanas PT GGP Terbanggi Besar Lampung Tengah. Penanaman nanas dilakukan pada tanggal 15 juli 2012. Aplikasi LOB dilakukan 7 kali, Aplikasi terakhir dilaksanakan pada 15 Oktober

2013 dan dilakukan oleh perusahaan PT. GGP. Pengambilan sampel tanah dan analisis dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.

Analisis agregat tanah dan sifat fisika tanah yang lain dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Unversitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah air dengan volume 2.000 liter/ha. Tanah diambil sekitar daerah rizosfer yang di aplikasikan dengan pupuk LOB. Alat yang

digunakan antara lain: boom sprayer dengan kapasitas 16.000 Liter/ha dengan masing-masing kapasitas boom sprying sayap kanan kiri 8.000 Liter/ha. Satu set ayakan (8; 4.75; 2.8; 2; 0.5 mm), cangkul dan alat-alat pendukung untuk

(34)

19

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kontrol

2. LOB dosis 8 l/ha 3. LOB dosis 16 l/ha 4. LOB dosis 20 l/ha

5. LOB dosis 25 l/ha 6. LOB dosis 30 l/ha

7. LOB dosis 35 l/ha 8. LOB dosis 40 l/ha

Perlakuan LOB masing-masing di larutkan dalam 2000 liter air dan menggunakan

boom sprayer. Aplikasi LOB dilakukan oleh perusahaan PT GGP Sebanyak 7 kali yaitu pada umur tanaman 4 bulan, 5 bulan, 7 bulan, 8 bulan, 11 bulan dan 15

bulan.

Penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif menggunakan uji korelasi linier. Dari percobaan tersebut diperoleh 8 perlakuan percobaan dengan masing-masing

perlakuan diambil 3 titik tanah secara acak sehingga diperoleh 24 titik sampel percobaan. Masing masing perlakuan memiliki luasan 1 ha, data yang diperoleh

(35)

20

Peta Percobaan

Keterangan:

= Dosis 8 Liter/Ha = Dosis 30 Liter/Ha = Dosis 16 Liter/Ha = Dosis 35 Liter/Ha

= Dosis 20 Liter/Ha = Dosis 40 Liter/Ha = Dosis 25 Liter/Ha = Kontrol

Gambar 1. Peta percobaan aplikasi LOB

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Alat

Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam pengambilan sampel tanah seperti cangkul, arit, kantung pelastik, alat tulis, spidol dan alat-alat lain yang

(36)

21

3.4.2 Pengambilan Contoh Tanah

Contoh tanah diambil disekitar akar tanaman (rizosfer) dari setiap petak

percobaan secara acak, kemudian dimasukkan kedalam kantung plastik, diberi

label dan pada setiap ulangan di kompositkan.

3.4.3 Pengamatan A. Variabel Utama

Variabel utama yang diamati yaitu kematapan agregat dengan metode ayakan kering dan ayakan basah, metode ayakan kering dan ayakan basah merupakan

suatu cara untuk menetapkan kemantapan agregat secara kuantitatif di

laboratorium. Dasar metode ini adalah mencari perbedaan rata-rata berat diameter

agregat pada pengayakan kering dan pengayakan basah (Sitorus dkk, 1980)

Tahapan metode ayakan kering dan ayakan basah yaitu (Afandi, 2004) :

1. Pengayakan Kering

Ayakan disusun berturut-turut dari atas kebawah : 8; 4.75; 2.8; 2; 0.5 mm. diambil 500 gram agregat tanah dan masukan di atas ayakan 8 mm. Ditumbuk

tanah dengan penumbuk kayu sampai semua tanah lolos ayakan 8 mm. Kemudian diayak dengan tangan sebanyak 5 kali. Dilepas masing-masing ayakan dan

kemudian ditimbang agregat yang tertinggal disetiap ayakan.

2. Pengayakan Basah

(37)

22

dimasukkan dalam cawan/cawan petri. Diteteskan air sampai kapasitas lapang

dari buret setinggi 30 cm. Ditutup cawan dengan kertas dan tempatkan ditempat yang sejuk (tidak terkena sinar matahari langsung) selama 12 jam agar air tersebut

tersebar merata. Dipindahkan tiap agregat dari cawan keayakan dengan agregat ukuran 8 mm diatas ayakan 4,75 mm ;4,75mm pada ayakan 2,8 mm; dan ukuran

2,8 mm pada ayakan 2 mm. Di bawah ayakan-ayakan tersebut, dipasangkan juga ayakan dengan ukuran 0,5 mm. Diisi ember dengan air setinggi susunan ayakan. Dimasukan ayakan kedalam ember yang berisi air tadi, dan ayak naik turun

selama 5 menit dengan sekitar 35 ayunan/menit. Dipindahkan agregat pada masing-masing ayakan kecawan logam dengan cara disemprot melewati corong.

Gunakan selang kecil dari air ledeng agar lebih mudah. Dibuang kelebihan air dari cawan dan dipanaskan dengan oven selama lebih kurang 4 jam pada suhu

1300 C, setelah kering dinginkan dan timbang.

B. Variabel Pendukung

Variabel pendukung yang diamati dalam penelitian ini adalah :

a. Kerapatan isi tanah dianalisis dengan menggunakan metode klot, di

lakukan di laboratorium ilmu tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

b. Tekstur (liat, debu, dan pasir) (%) dianalisis dengan metode Hydrometer di lakukan di laboratorium ilmu tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(38)

23

3.4.5 Analisis Hasil Kemantapan Agregat

Untuk mengetahui indeks kemantapan agregat data yang didapat di masukkan kedalam tabel dibawah ini :

Tabel 1. Perhitungan kemantapan agregat

No

1. Rerata berat diameter kering (RBD kering) dihitung hanya untuk persentase agregat ukuran > 2 mm, dengan urutan sebagai berikut :

3.5 Mengitung persentase agregat ukuran > 2 mm

D/H x 100 % = X; E/H x 100 % = Y; F/H x 100 % = Z.

3.6 Hasil pada a dikalikan dengan rerata diameter dan jumlahkan dan dibagi

dengan 100 , seperti pada persamaan:

RBD kering

2. Rerata berat diameter basah (RBD basah)

a. Menghitung semua persentase agregat, yaitu :

(39)

24

b. Masing-masing hasil pada nomor 1 dikalikan dengan rerata diameter dan

jumlahkan dan dibagi dengan 100, seperti pada persamaan :

RBD basah

3. Perhitungan indeks kemantapan agregat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kemantapan Agregat

x 100%

Setelah data indeks kemantapan agregat tanah diperoleh, maka data tersebut

diklasifikasikan berdasarkan tabel 2.

Tabel 2. Kurnia Undang dkk., (2006) Klasifikasi indeks kemantapan agregat tanah .

Harkat Kemantapan Agregat

> 200 sangat mantap sekali

80—200 sangat mantap

61—80 Mantap

50—60 agak mantap

40—50 kurang mantap

(40)

33

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan pupuk

hayati Liquid Organic Biofertilizer yang diaplikasikan dengan berbagai dosis yaitu LOB 8 liter/ha dengan volume air 2000 l/ha; LOB 16 liter/ha dengan volume air 2000 l/ha; LOB 20 liter/ha dengan volume air 2000 l/ha; LOB 25 liter/ha

dengan volume air 2000 l/ha; LOB 30 liter/ha dengan volume air 2000 l/ha; LOB 35 liter/ha dengan volume air 2000 l/ha; LOB 40 liter/ha dengan volume air 2000

l/ha dan kontrol tidak berpengaruh terhadap kemantapan agregat tanah

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakuakan maka penulis menyarankan penelitian ini tidak perlu dilakuakan penelitian lanjutan karena dosis yang paling tinggi yaitu LOB 40 l/ha tidak memberikan pengaruh terhadap kemantapan

(41)

34

PUSTAKA ACUAN

Afandi. 2004. Metode Analisis Fisika Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandarlampung.

Alexander ,M. 1977. Introduction to Soil Mycrobiologi.2nd Ed.Jhon Wileyadnd sons.New York.467 p.

Anonim .2010. Pupuk Berbasis Mikroba untuk Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian.

Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. 485 p

Baver, L.D., W.H. Gardner and W.R. Gardner. 1972. Soil Physics. Jhon Wiley, New York.

Buol, S. W., F. D. Hole, and R. J. Mc Craken. 1980. Soil Genesis and Clasification. The Lowa State University Press: 157 pp.

Dwi, A. 2008. Uji Efektivitas Pupuk Organik Hayati (Bio-Organic Fertilizer) Dalam Mensubstitusi Kebutuhan Pupuk Pada Tanaman Caisin (Brassica chinensis), Skripsi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Elfiati Deni.2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Tanaman. jurusan kehutanan fakultas pertanaian Sumatra utara. Gunalan. 1996. Penggunaan Mikroba Bermanfaat Pada Bioteknologi Tanah

Berwawasan Lingkungan. Majalah Sriwijaya Vol.32. No. 2. Universitas Sriwijaya.

Hillel, D. 1980. Fundamental of Soil Physic. Academik Press. New York. 476 pp. Hillel, D. 1982. Pengantar Fisika Tanah. Diterjemahkan oleh Robiyanto dan

H.R.Purnomo. Universitas Sriwijaya Press. Palembang. 463 hlm Hillel, 1981. Fundamental of Soil Physics. Academic Press, New York. Ismangil dan Eko Hanudin. 2005. Degredasi Miniral Batuan Oleh Asam-Asam

(42)

35

Kemper WD dan Rosenau RC. 1986. Aggregate stability and Size Distribution, Di dalam: Klute A. editor. Methods of Soil Analysis, Part 1: Physical and Mineralogical Methods) (Monograph No. 9. 2nd edition). ASA. Madison. Wis. America.

Kurnia U, Fahmuddin Agus, Abdurrachman dan Ai dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah Dan Metode Analisisnya. Balai penelitian dan pengembangan pertanian, Departemen Pertanian

Mosse, B. 1981. Vesicular-Arbuscular Mycorrhizal Research for Tropical Agriculture. Res. Bull. 82p.

Muslimin, M., Asmita, A., Muh Ansar, Masyhur, S. 2012. Hibah Penulisan Buku Ajar Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makasar.

Nadler, A., E. Perfect, and B.D. Kay. 1996. Effect of Polycylaminde Application on The Stability of Dry and Wet Agregat. Soc. Am. J. 60:551-561.

Nakasone, H. Y dan R. E. Paull. 1999. Tropical Fruits. Cab. International. London. Notohadiprawiro, T.1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan dan

Kebudayaan.

Rao, S.M.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI Press. Jakarta. Edisi ke dua.

Richards, B. N. 1974. Introduction to the Soil Ecosystem. Longman Inc. New York Simanungkalit, R. D. M., 2001, Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu

Pendekatan Terpadu, Buletin AgroBio 4(2) : 56-61.

Simanungkalit, R.D.M and R. Saraswati 1993. Pupuk Organic dan Pupuk Hayatis Application of Biotechnology on Biofertilizer Production in Indonesia. pp. 45-57. In S. Manuwoto,

Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S., Wiwik, H., 2006, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Organic Fertilizer and Biofertilizer, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jawa Barat. Suwahyono, U., 2011, Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif

dan Efisien. Penebar Swadaya, Jakarta

(43)

36

Tombe, M. 2008. Teknologi Aplikasi Mikroba Pada Tanaman.

http://www.google//sekilas pupuk hayati. html [ 20 Januari 2014 pukul 21.32 WIB]

Utomo, W.H. 1985. Ilmu Tanah. Universitas Brawijawa. Malang. 196 hlm. Watt M, McCully ME, Jeffree CE. 1993. Plant and Bacterial Mucilages of The

Maize Rhizosphere: Comparison of Their Soil Binding Properties and Histochemistry in a Model System. Plant Soil. 151(2):151–165.

Gambar

Tabel                                                                                                        Halaman
Gambar 1. Peta percobaan aplikasi LOB
Tabel 1.  Perhitungan kemantapan agregat
Tabel  2.  Kurnia Undang dkk., (2006) Klasifikasi indeks kemantapan agregat tanah .

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tanah yang dirotasi dengan tanaman singkong mempengaruhi sifat fisik tanah struktur tanah remah, tekstur tanah

simphylid paling banyak terdapat pada lokasi satu dengan jumlah perolehan 172 ekor dimana pada lokasi satu memeiliki sifat fisik tanah yang baik yaitu dengan