• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LUWES SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LUWES SISWA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR LUWES SISWA

Oleh

DIAN EKA SARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran in-kuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan ber-pikir luwes siswa. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMAN 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIA5 sebagai kelas kontrol dan XI MIA3 sebagai kelas eksperi-men. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Posttest) Control-Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing adalah 0,23 dan 0,63. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa.

(2)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR LUWES SISWA

Oleh

DIAN EKA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 05 Januari 1992 sebagai puteri pertama dari empat bersaudara buah hati Bapak Anshoruddin Lidinillah dan Ibu Yusdiana.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1997 di TK Cendrawasih Tanjung Karang dan diselesaikan pada tahun 1998, SD Negeri 1 Kampung Sawah Lama Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 2004, SMP Negeri 5 Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2007, dan SMA Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur tes SNMPTN.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada:

Ayah dan mamak tercinta,

Doa yang terlantun untukku siang dan malam,

jerih payah, kerja keras, dan perjuangan kalian,

menjadi semangat untuk keberhasilanku.

Adik-adikku tercinta, Ahmad Syaiful Bahri, Ockta Kurnia Wati,

dan Aprilia Fitri Ningsih,

Senyum dan tawa kalian menjadi semangat untukku.

Almamater tercinta,

(8)

MOTO

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Keberuntungan adalah

sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan.

(Thomas Alfa Edision)

“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin”

(Dian Eka Sari)

“Tidak ada

perjuangan yang sia-

sia”

(9)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Konstruktivisme ... 8

B. Model Inkuiri Terbimbing ... 9

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 13

D. Konsep ... 15

E. Kerangka Pemikiran ... 21

F. Anggapan Dasar ... 22

(10)

vii

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

B. Data Penelitian ... 24

C. Metode dan Desain Penelitian ... 24

D. Variabel Penelitian ... 24

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ... 25

F. Pelaksanaan Penelitian ... 26

G. Teknik Analisis Data ... 29

H. Uji Hipotesis ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian dan Analisis Data ... 35

B. Pembahasan ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator ... 54

2. Silabus (Eksperimen) ... 63

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Eksperimen) ... 80

4. Lembar Kerja Siswa (Eksperimen) ... 111

5. Kisi-kisi Pretes dan Postes Laju Reaksi ... 119

6. Soal Pretes-Postes ... 129

7. Rubrikasi Soal Pretes- Postes ... 134

8. Lembar Observasi Kinerja Guru (Eksperimen) ... 147

9. Lembar Observasi Afektif Siswa Kelas Eksperimen ... 157

10.Lembar Observasi Afektif Siswa Kelas Kontrol ... 161

(11)

viii

12.Lembar Observasi Psikomotor Siswa (Eksperimen)... 167

13.Lembar Observasi Psikomotor Siswa (Kontrol) ... 168

14.Data Pemeriksaan Jawaban Siswa (Eksperimen) ... 170

15.Data Pemeriksaan Jawaban Siswa (Kontrol) ... 174

16.Perolehan Nilai Pretes, Nilai Postes, dan n-Gain Keterampilan Berpikir Luwes Siswa pada Materi Laju Reaksi ... 178

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ... 12

2. Prilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif... 13

3. Indikator kemampuan berpikir kreatif ... 14

4. Analisis konsep materi laju reaksi ... 17

5. Desain penelitian ... 24

6. Hasil uji normalitas nilai pretes keterampilan berpikir luwes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 36

7. Hasil uji homogenitas nilai pretes keterampilan berpikir luwes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 37

8. Hasil uji-t nilai pretes keterampilan berpikir luwes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 37

9. Hasil uji normalitas n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 39

10.Hasil uji homogenitas n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 40

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mem-pelajari mengenai komposisi, struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi tersebut. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, dan teori pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus memper-hatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk dan sikap (Fadiawati, 2011).

Menurut Dahar (Susiwi, 2009) kimia sebagai proses meliputi kegiatan mengamati (observasi), menafsirkan (interpretasi), meramalkan, menggunakan alat dan ba-han, menerapkan konsep (aplikasi), merencanakan penelitian, mengkomunikasi-kan dan mengajumengkomunikasi-kan pertanyaan. Karakteristik kimia sebagai proses dalam pem-belajarannya di sekolah, dapat digunakan untuk melatihkan Higher Order Think-ing Skills (HOTS). HOTS dijelaskan didalamnya termasuk berpikir kritis, logis, reflektif, metakognisi dan berpikir kreatif (King,dkk, 2011).

(14)

2

Secara eksplisit, keterampilan berpikir kreatif juga menjadi salah satu Standar Kompetensi Lulusan SMA pada kurikulum 2013 yaitu pada pembelajaran kimia, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir dan bertindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Tim penyusun, 2013a).

Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir kreatif ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi

yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian”.

Menurut Munandar (2008) keterampilan berpikir kreatif memiliki lima indikator keterampilan, yaitu indikator keterampilan berpikir lancar (fluency), indikator ke-terampilan berpikir luwes (flexibility), indikator keke-terampilan berpikir orisinil (originality), dan indikator keterampilan berpikir elaboratif (elaboration), dan in-dikator keterampilan berpikir evaluatif (evaluation).

Keterampilan berpikir luwes adalah keterampilan yang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, dan mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran. Adapun indikator pada keterampilan berpikir luwes yaitu dapat mem-berikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah, dapat menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda, dan jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikannya (Munandar, 2008).

(15)

3

mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan. Pada KD 4.7 yaitu merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi (Tim penyusun, 2013b). Untuk mencapai kompetensi tersebut diper-lukan pembelajaran yang relevan, yaitu siswa diajak untuk melihat keeratan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan fakta dalam kehidupan sehari- hari, seperti untuk reaksi yang berlangsung sangat cepat contohnya yaitu pem-bakaran kertas, meledakkan bom, kembang api/ petasan, sedangkan untuk reaksi yang berlangsung lambat yaitu perkaratan besi. Melalui pembelajaran itu, siswa akan terpacu untuk berpikir kreatif. Namun yang terjadi selama ini adalah pada materi laju reaksi dalam pembelajaran kimia di SMA guru lebih memilih utamakan memberi informasi langsung kepada siswanya, akibatnya siswa meng-alami kesulitan untuk menghubungkan ilmu yang didapat dalam pembelajaran dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran materi laju reaksi.

(16)

4

penafsiran dan jawaban yang bervariasi terhadap suatu cerita, gambar atau masalah dalam pembelajaran kimia masih sangat jarang dilatihkan. Kegiatan pembelajaran seperti ini siswa cenderung kurang aktif dalam pembelajaran dan bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajar-nya sehingga prestasi belajar serta keterampilan berpikir kreatif khususbelajar-nya keterampilan berpikir luwes siswa rendah.

Untuk melatihkan keterampilanberpikir luwes siswa, diperlukan model pembel-ajaran yang dapat melatih siswa untuk menemukan sendiri konsep secara aktif dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih meningkatkan

keterampilan berpikir luwes siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Penelitian yang menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa yaitu hasil penelitian Susanti (2014) yang meneliti efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid dalam meningkatkan keterampilan berpikir fleksibel. Dari analisis n-Gain menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir fleksibel.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri konsep dari materi yang

(17)

5

guru memberikan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data untuk meyakinkan bahwa hipotesisnya tersebut benar, tepat dan rasional; langkah terakhir menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam Trianto, 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Laju Reaksi dalam

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes Siswa”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa?

C. Tujuan Penelitian

(18)

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam me-mecahkan masalah kimia dan meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa khususnya pada materi laju reaksi.

2. Bagi guru dan calon guru

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes.

3. Bagi sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Dalam penelitian ini penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dika-takan efektif meningkatkan keterampilan berpikir luwes apabila menunjukkan adanya perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(19)

7

terdiri dari 5 fase, yaitu; mengajukan pertanyaan atau permasalahan (fase 1), merumuskan hipotesis (fase 2), mengumpulkan data (fase 3), menganalisis data (fase 4), dan menarik kesimpulan (fase 5).

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget (Sanjaya, 2008) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.

Bruner (Trianto, 2010) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pen-carian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi ha-sil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prisip-prinsip, agar mereka memperoleh pengalaman dan melalui eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Suparno (Trianto, 2010) mengungkapkan prinsip-prinsip dasar pandangan kons-truktivis adalah sebagai berikut:

(21)

9

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa menalar, siswa aktif mengkonstrukdi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah; dan

3. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.

Dari berbagai pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisa-sikan pengalaman, mengecek informasi baru dengan pengalaman lama, dan mere-visinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Pembelajaran ini dipusatkan pada siswa (student center learning) sehingga siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran, sebagai jalan siswa mengekspresikan ide-idenya, keterampilan, dan kepribadiannya. Sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilisator dan mediator (learning coordinator) yang banyak berinteraksi dengan siswa, memiliki

pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa.

B. Model Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran inkuiri selaras dengan pendekatan konstruktivisme. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap perta-nyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses un-tuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

(22)

10

siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan. Oleh sebab itu, guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang baik.

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri pe-nemuannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri ter-bimbing adalah :

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau per-masalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan

hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi per-masalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan per-masalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

(23)

11

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Model inkuiri menitikberatkan kepada aktivitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengem-bangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti meng-ajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka. Dalam pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat mening-katkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda, 2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prin-sip-prinsip ilmiah seperti:

1. Jujur terhadap data,

2. Rasa ingin tahu yang tinggi,

3. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. Ulet dan tidak cepat putus asa,

5. Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris, dan

6. Dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.

(24)

12

Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing.

No Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Siswa mengidentifi-kasi masalah dan siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing. 2. Membuat

hipotesis

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan

memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan me-nentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan.

3. Mengumpulkan data

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur.

Siswa melakukan percobaan maupun telaah literatur untuk mendapatkan data-data atau informasi. 4. Menganalisis data Guru memberi kesempatan

pada tiap siswa untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan.

(25)

13

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir diver -gen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragam-an jumlah dkeragam-an kesesuaikeragam-an”.

Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan ke-efektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat (Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan pemikiran dalam mendapatdilaku-kan ide-ide yang baru, ke-mungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.

Secara operasional, kreativitas dirumuskan sebagai kemampuan yang mencermin-kan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta ke-mampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan merinci) su-atu gagasan (Mariati, 2006).

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif.

Perilaku Arti

1) Berpikir Lancar (fluency)

a. Menghasilkan banyak

gagasan/jawaban yang relevan; b. Arus pemikiran lancar.

2) Berpikir Luwes (fleksibel)

(26)

14

Perilaku Arti

b. Mampu mengubah cara atau pendekatan;

c. Arah pemikiran yang berbeda. 3) Berpikir Orisinil

(originality)

Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.

4) Berpikir Terperinci (elaborasi)

a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan; b. Memperinci detail-detail; c. Memperluas suatu gagasan.

Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif.

Pengertian Perilaku

BerpikirLancar(Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah

jawa-ban jika ada.

c. Mempunyai banyak gagasan me-ngenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain. f. Dapat dengan cepat melihat

kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi. Berpikir Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 2) Dapat melihat suatu masalah dari

sudut pandang yang berbeda. 3) Mencari banyak alternatif atau arah

yang berbeda.

4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

c. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikan-nya.

(27)

15

Pengertian Perilaku

Berpikir Orisinil (Originality)

1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

2) Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3) Mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

c. Memilih cara berpikir lain dari pa-da yang lain.

Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1) Mampu memperkaya dan

me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.

2) Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau

memperka-ya gagasan orang lain.

c. Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sen-diri atau gambar orang lain. Berpikir Evaluatif (Evaluation)

1) Menentukan kebenaran suatu per-tanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.

2) Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka.

3) Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.

c. Mempunyai alasan yang dapat di-pertanggungjawabkan.

d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir luwes.

D. Konsep

(28)

16

mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron et al. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru da-lam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk.

(29)

17 Tabel 4. Analisis konsep materi laju reaksi

Analisis Konsep

KD. 3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan.

No Nama / Label Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Super

ordinat Ordinat Sub Ordinat

1 Laju reaksi Laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk tiap satuan waktu

Abstrak Laju berkurang nya pereaksi

Reaksi lambat

Pita Mg dengan

Semua faktor yang dapat

Abstrak Mengendalikan laju reaksi

Mempercepat reaksi

 Memperlambat reaksi

Komposisi Pengaruh Perubahan

Laju meluruhnya batu pualam

dalam HCl

3 Luas permukaan Semakin besar luas permukaan suatu

(30)

18

No Nama / Label Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Super

ordinat Ordinat Sub Ordinat

kecil luas permukaan suatu zat, lajunya semakin lambat

lambat matang

4 Konsentrasi pereaksi

Semakin besar konsentrasi pereaksi, maka laju reaksinya semakin

(31)

19

No Nama / Label Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Super

ordinat Ordinat Sub Ordinat

dengan suhu rendah 6 Katalis Penambahan katalis

dapat mempercepat kamar hingga sulit teramati sehingga dengan laju reaksi yang dinyatakan

9 Orde reaksi Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi ditentukan melalui

Orde negative

10 Orde Nol Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu

pereaksinya apabila tidak ada hubungan

(32)

20

No Nama / Label Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Super

ordinat Ordinat Sub Ordinat

antara konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksinya 11 Orde satu Reaksi dikatakan

berorde satu terhadap salah satu pereaksinya apabila lurus antara laju reaksi dengan terhadap salah satu pereaksinya apabila laju reaksi

merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi

(33)

21

E. Kerangka Pemikiran

Model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktivitas siswa dalam proses belajar. Model ini mampu menciptakan sua-sana belajar siswa yang aktif serta memupuk kerjasama antar siswa karena siswa dihadapkan pada masalah yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan dengan bimbingan guru, kemudian siswa berdiskusi untuk memecah-kan masalah dari suatu hipotesis yang mereka buat sendiri sehingga dapat melatih keterampilan berpikir kreatif diantaranya keterampilan berpikir luwes.

Tahap awal model inkuiri terbimbing adalah guru memberikan permasalahan kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan ter-sebut dibawah bimbingan guru. Pada tahap ini, siswa akan termotivasi untuk ber-tanya, menemukan berbagai kemungkinan jawaban termasuk jawaban yang unik dan jarang diberikan oleh orang lain atas permasalahan yang diberikan oleh guru. Setelah permasalahan diungkapkan, siswa mengembangkan jawabannya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Pada tahap ini siswa dilatihkan keterampilan berpikir luwes yaitu kemampuan memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu cerita, gambar atau masalah serta menghasilkan gagasan atau jawaban yang bervariasi.

(34)

22

Pada tahap ini, siswa dilatihkan keterampilan berpikir luwes. Tahap kelima yaitu membuat kesimpulan, pada tahap ini siswa diminta menyampaikan banyak gaga-san dalam membuat kesimpulan dari masalah yang telah diberikan oleh guru pada awal pembelajaran, kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk mendapatkan ke-simpulan yang relevan.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembel-ajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dapat meningkatkan keteram-pilan berpikir luwes siswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa terjadi karena perbeda-an perlakuperbeda-an dalam proses belajar mengajar.

2. Faktor-faktor lain diluar perlakuan pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Umum

(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMAN 5 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 berjumlah 148 siswa yang terdiri dari lima kelas. Siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester ganjil. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa diajar dengan kurikulum yang sama (Kurikulum 2013), dan jumlah jam belajar yang sama (empat jam pelajaran dalam setiap minggu).

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009).

(36)

24

B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil tes sebelum pembel-ajaran (pretes) dan data hasil tes setelah pembelpembel-ajaran (postes). Serta data pen-dukung yaitu, data afektif siswa, data psikomotor siswa, dan data kinerja guru.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non Eqiuvalent (Pretest and Posttest) Control-Group Design (Creswell, 1997) yang ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

Sebelum diterapkan perlakuan, kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1) Kemudian, pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran model pembelajaran inkuiri terbimbing (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran

konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).

D. Variabel Penelitian

(37)

25

pembelajaran konvensional, sedangkan variabel terikatnya yaitu keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi.

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia yang menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi sejumlah enam LKS, soal pretes dan postes yang terdiri dari enam butir soal uraian untuk mengukur keterampilan ber-pikir luwes siswa, lembar observasi afektif siswa, lembar observasi psikomotor siswa, dan lembar observasi kinerja guru.

2. Validitas

(38)

26

unsur-unsur itu terdapat kesesuaian maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si. dan Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si. selaku dosen pembimbing untuk mengujinya.

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah- langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Pra penelitian

a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 5 Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.

b. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas XI untuk mendapatkan informasi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, dan pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah serta sarana-prasarana di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Melakukan observasi pada saat guru kimia kelas XI MIA sedang mengajar di dalam kelas untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dan suasana belajar mengajar.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

(39)

27

2) Membuat perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses

pembelajaran di kelas, antara lain analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksana-an PembelajarPelaksana-an (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal pretes dPelaksana-an postes, lembar observasi afektif siswa, lembar observasi psikomotor, dan lembar observasi kinerja guru.

3) Melakukan validasi perangkat pembelajaran dan instrumen tes yang dilakukan oleh dosen pembimbing.

b. Tahap pelaksanaan penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian adalah:

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran materi laju reaksi menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan pada kelas kontrol.

3) Melakukan postes dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Analisis data

(40)

28

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian 1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah. 2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah. 3. Melakukan observasi.

P

2. Membuat instrumen penelitian 3. Validasi perangkat pembelajaran dan

instrument tes

Pembahasan dan simpulan

(41)

29

G. Teknik Analisis Data

Langkah- langkah teknik analisis data pada penelitian ini adalah: 1. Mengubah skor menjadi nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan berpikir luwes siswa secara operasional dirumuskan sebagai berikut:

2. Perhitungan n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam me-ningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi, maka dila-kukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk menge-tahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Menurut Meltzer besarnya perolehan dihitung dengan rumus normalized gain, yaitu:

H. Uji Hipotesis

1. Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah kedua sampel pada penelitian memiliki kemampuan kognitif awal yang sama pada materi laju reaksi.

100 x maksimal

skor Jumlah

diperoleh yang

jawaban skor

Jumlah siswa

Nilai 

n- Gain = nilai postes- nilai pretes

(42)

30

Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata yaitu: a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) hipotesis untuk uji normalitas yaitu:

H0 : kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

keterangan:

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan Kriteria uji:

Terima H0 jika 2 < 2(1-α)(k-3) atau 2 hitung < 2Tabel dengan taraf nyata 0,05. b. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian yang diban-dingkan memiliki varians homogen. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 = 12 22 (kedua sampel mempunyai variansi yang homogen) H1 = 12 22 (kedua sampel mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

F = VarianTerbesar

(43)

31

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians Kriteria uji:

Terima H0 jika F < F ½ (1,2) atau Fhitung < Ftabel dengan taraf nyata 0,05. c. Uji kesamaan dua rata-rata (Uji-t)

Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t (Sudjana, 2005).

Hipotesis:

H0 : µ1x = µ2x : Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir luwes siswa di kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretes keterampilan ber-pikir luwes siswa di kelas kontrol pada materi laju reaksi.

H0 : µ1x ≠ µ2x : Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir luwes siswa di kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir luwes siswa di kelas kontrol pada materi laju reaksi. Keterangan :

µ1 : Rata-rata nilai pretes (x) pada materi laju reaksi kelas eksperimen. µ2 : Rata-rata nilai pretes (x) pada materi laju reaksi kelas kontrol. x : Keterampilan berpikir luwes.

Menurut Sudjana (2005) untuk uji t, digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

thitung = Kesamaan dua rata-rata.

= Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir luwes kelas eksperimen.

= Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir luwes kelas kontrol. = Simpangan baku gabungan.

(44)

32

= Jumlah siswa pada kelas kontrol.

= Simpangan baku siswa kelas eksperimen. = Simpangan baku siswa kelas kontrol. Kriteria uji :

Terima H0 jika t ˂ t(1-½α) atau thitung < ttabel dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan taraf nyata 0,05.

2. Uji perbedaan dua rata-rata

Untuk menentukan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam me-ningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi berlaku pada keseluruhan populasi, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Langkah-langkah uji perbedaan dua rata-rata yaitu:

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis untuk uji normalitas yaitu: H0 : kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

keterangan:

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan Kriteria uji:

(45)

33

b. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian yang diban-dingkan memiliki varians homogen. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 = 2 2

1 2

  (kedua sampel mempunyai variansi yang homogen)

H1 = 12 22 (kedua sampel mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians

Terima H0 jika F < F ½ (1,2) atau Fhitung < Ftabel dengan taraf nyata 0,05. c. Uji perbedaan dua rata-rata

Hipotesis uji yaitu:

H0 µ1x ≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes pada materi laju reaksi pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H1 µ1x > µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes pada materi laju reaksi pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain F = VarianTerbesar

(46)

34

keterampilan berpikir luwes pada kelas yang diterapkan pembel-ajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi laju reaksi pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing.

µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi laju reaksi pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

x : Keterampilan berpikir luwes.

Menurut Sudjana (2005) untuk uji-t, digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

thitung = Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-rata n-Gain kemampuan berpikir luwes pada materi laju reaksi yang diterapkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing.

= Rata-rata n-Gain kemampuan berpikir luwes pada materi laju reaksi yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing.

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

model inkuiri terbimbing.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kriteria uji:

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi ke-las yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari-pada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa kelas yang diterap-kan pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Inkuiri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi laju reaksi karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Arifin. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Creswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches.

Thousand Oaks-London-New. Sage Publications. New Delhi. Dahar, R. W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta

Evans, J. R. 1991. Berpikir Kreatif, dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Jakarta. Bumi Aksara.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Ibrahim, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press

Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies, Australia: social science press. King, FJ.,dkk. 2011. Higher Order Thinking Skills. Center for Advancement of

Learning and Assessment. (Online)

(http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf)

Mariati. 2006. Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pertanyaan Divergen pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. LIPI. Jakarta.

(49)

52

Munandar. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Nuraeni, N.dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Skripsi. UPI-Bandung. Bandung

Sanjaya, W. 2008. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jakarta. Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Susanti,N. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi

Koloid dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Fleksibel. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Susiwi, dkk. 2009. Analisis Proses Sains Siswa SMA pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H. Jurnal MIPA. Bandung.

Syaodih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Tim Penyusun. 2013a. Rasional Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta. ______. 2013b. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD). Kemendikbud. Jakarta.

______. 2013c. Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemendikbud. Jakarta. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Gambar

Tabel 1.  Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing.
Tabel 2.  Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif.
Tabel 2. (lanjutan)
Tabel 3. (lanjutan)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan paket aerodynamic parts maupun dengan modifikasi bentuk kendaraan truk tangki bertujuan untuk memperoleh penurunan koefisien tahanan yang terjadi pada bagian-bagian

Manusia berhakekat sebagai makhluk sosial, maka kelompok berperan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain yang memiliki kesamaan latar

umum yang dilakukan adalah membuat fungsi basis dapat beradaptasi dengan data pembelajaran, dan menetapkan data pembelajaran tersebut sebagai pusat fungsi basis. Selanjutnya,

224/MP/1961, dan berjanji pula bahwa saya akan menghindarkan diri dari perbuatan tercela baik sebagai pegawai/Pelajar maupun sebagai anggota masyarakat (misalnya

Didalam penelitian ini ditemukan beberapa kendala. Kendala tersebut adalah sebagai berikut. Data yang diperoleh dari Perusahaan BRT transmusi adalah data operasional bus

Lembre-se de que, assim como em uma loja física, será preciso escolher os fornecedores e parceiros do e-commerce, não só para distribuição, mas também para suprimento de

Maksudnya dalam penerapan admistrasi negara memiliki otoritas istimewa untuk mempengaruhi orang atau badan lain untuk menjalankan perintah atau

Untuk itu kami akan mengulas tentang penyakit wasir atau ambeien dan cara pengobatannya dengan produk herbal dengan nama ambejoss dan salep salwa dari de