• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI PENDEKATAN SAVI DENGAN MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS IVA SDN PETOMPON 02 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI PENDEKATAN SAVI DENGAN MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS IVA SDN PETOMPON 02 SEMARANG"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN

KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA

MELALUI PENDEKATAN SAVI

DENGAN MACROMEDIA FLASH

PADA SISWA KELAS IVA SDN PETOMPON 02

SEMARANG

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Dewi Supadmi

1401409387

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dewi Supadmi NIM : 1401409387

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Melalui Pendekatan SAVIdengan Macromedia Flash Pada Siswa Kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang” benar-benar hasil karya peneliti sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti.

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Dewi Supadmi, NIM 1401409387 dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Melalui Pendekatan SAVI dengan Macromedia Flash Pada Siswa Kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Selasa tanggal : 9 Juli 2013

Semarang, 9 Juli 2013

Menyetujui,

Dosen pembimbing I, Dosen pembimbing II,

Drs. Sukardi, M.Pd. Dra. Hartati, M.Pd.

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Dewi Supadmi, NIM 1401409387, dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa melalui Pendekatan SAVI dengan Macromedia Flash Pada Siswa Kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang” telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Jumat

tanggal : 30 Agustus 2013 Panitia Ujian,

Sekretaris,

Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd, M.Pd NIP. 19850606 200912 2 007

Penguji Utama,

Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd. NIP. 19560405 198103 2 001

Penguji I, Penguji II,

Drs. Sukardi, M.Pd. Dra. Hartati, M.Pd.

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Ikatlah ilmu dengan menulis” (Ali Bin Abi Thalib)

“Menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak

hanya semua pengetahuan, daya, dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan nafas hidupnya.”(Stephen King)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk

1. Kedua orangtuaku Bapak Suparjo dan Ibu Muryani sebagai penyemangat perjalanan hidupku.

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Melalui Pendekatan SAVI dengan Macromedia Flash Pada Siswa Kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang” Skripsi ini disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk menyelesaikan studi. 2. Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah

memberikan surat ijin pelaksanaan penelitian.

3. Dra. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNNES yang telah mendukung pelaksanaan penelitian sekaligus sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.

4. Drs. Sukardi, M.Pd. dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan skripsi.

(7)

vii

6. Wisnu Yuli S. S.Pd. guru kelas IVA yang telah menjadi kolaborator dan membantu pelaksanaan penelitian.

7. Siswa kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang yang telah berpartisipasi dalam penelitian.

8. Orang tuaku dan keluargaku yang senantiasa memberikan doa dan dukungan selama penyusunan skripsi.

9. Saudara Herry Sulistyawan yang senantiasa mendampingi dalam suka dan duka.

10. Sahabat-sahabatku Nita, Ayu, Dewi Rahma, Novi, Myla, Erni, Koyun, Idha, Linda, Anggun, Yani, Tika yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada pembaca.

(8)

viii

ABSTRAK

Supadmi, Dewi. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Melalui Pendekatan SAVI dengan Macromedia Flash Pada Siswa Kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang. Skripsi, Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sukardi, M.Pd. dan Pembimbing II Dra. Hartati, M.Pd. 244 halaman. Pembelajaran aksara Jawa terintegrasi dalam muatan lokal yang dikenal dengan mata pelajaran bahasa Jawa. Porsi waktu untuk pembelajaran aksara Jawa sangat terbatas, mengingat begitu banyak kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran bahasa Jawa. Keadaan di lapangan menunjukkan pembelajaran aksara Jawa di sekolah tidak dapat berjalan secara maksimal, sehingga penguasaan kompetensi baca-tulis aksara Jawa juga sangat terbatas. Berdasarkan pengalaman langsung saat mengajar, observasi dan data dokumen di SDN Petompon 02 Semarang ditemukan permasalahan dalam pembelajaran menulis aksara Jawa di kelas IVA yaitu pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru, guru kurang memberikan variasi dalam pembelajaran, penggunaan media pembelajaran kurang optimal dan 90% siswa tidak mengalami ketuntasan belajar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pendekatan SAVI dengan macromedia flash dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang? Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan tiga siklus, tiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Setiap pertemuan terdiri atas empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang.

Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I, keterampilan guru memperoleh skor 9 dengan kriteria baik, rata-rata aktivitas siswa adalah 8,07 dengan kriteria cukup, ketuntasan hasil belajar klasikal mencapai 36,58%. Pada siklus II keterampilan guru memperoleh skor 11 dengan kriteria baik, aktivitas siswa mencapai 10,08 dengan kriteria baik, ketuntasan klasikal meningkat mencapai 65,85%. Pada siklus III keterampilan guru mencapai 15 dengan kriteria sangat baik, rata-rata aktivitas siswa adalah 13 dengan kriteria sangat baik, ketuntasan belajar klasikal mencapai 87,80% .

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan SAVI dengan macromedia flash dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Saran yang peneliti berikan adalah guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa agar siswa selalu aktif dalam pembelajaran dan perhatian guru harus secara menyeluruh.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN... ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah... ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kajian Teori ... 11

2.1.1 Hakekat Bahasa ... 11

2.1.2 Keterampilan menulis ... 13

2.1.3 Hakikat Menulis... ... 13

2.1.4 Aksara Jawa ... ... 18

2.1.4.1 Hakikat Aksara Jawa ... ... 18

2.1.4.2 Wujud Aksara Jawa ... ... 19

2.1.5 Pembelajaran Bahasa Jawa Di SD ... ... 24

2.1.5.1 Hakikat pembelajaran... 24

2.1.5.2 Pembelajaran Bahasa Jawa Di SD ... ... 26

2.1.6 Keterampilan Guru ... ... 27

(10)

x

2.1.8 Hasil Belajar ... ... 35

2.1.9 Pendekatan SAVI ... ... 37

2.1.9.1 Hakikat Pendekatan ... ... 37

2.1.9.2 Pendekatan SAVI ... ... 38

2.1.10 Media Pembelajaran ... ... 40

2.1.10.1 Hakikat Media Pembelajaran ... ... 40

2.1.10.2 Macromedia Flash ... ... 42

2.1.11 Penerapan Pendekatan SAVI dengan Macromedia Flash ... 43

2.2 Kajian Empiris ... 46

2.3 Kerangka Berpikir ... 50

2.4 Hipotesis Tindakan... 53

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

3.1 Rancangan Penelitian ... 54

3.2 Perencanaan Tahap Penelitian ... 57

3.3 Subjek Penelitian ... 66

3.4 Tempat Penelitian... 66

3.5 Variabel Penelitian ... 66

3.6 Data dan Teknik Pengumpulan Data... 67

3.7 Teknik Analisis Data ... 71

3.8 Indikator Keberhasilan ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1 Hasil Penelitian ... 77

4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus I ... 77

4.1.1.1.Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran Siklus I ... 77

4.1.1.1.1 Observasi ... 77

4.1.1.1.2 Refleksi ... 85

4.1.1.1.3 Revisi ... 87

4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus II ... 89

4.1.2.1 Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran Siklus II... 89

4.1.2.1.1 Observasi ... 89

(11)

xi

4.1.2.1.3 Revisi ... 98

4.1.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus III ... 100

4.1.3.1 Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran Siklus III ... 100

4.1.3.1.1 Observasi ... 100

4.1.3.1.2 Refleksi ... 107

4.1.3.1.3 Revisi ... 109

4.2 Pembahasan ... 115

4.2.1 Pemaknaan Temuan Hasil Penelitian ... 115

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian... 135

BAB V PENUTUP... 137

5.1 Simpulan... 137

5.2 Saran... 138

DAFTAR PUSTAKA... 139

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aksara Jawa Nglegena ... 20

Tabel 3.1 KKM Bahasa Jawa SDN Petompon 02 Semarang... 73

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru dan Aktivitas Siswa ... 74

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Nilai Keterampilan Guru ... 75

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Nilai Aktivitas Siswa ... ... 75

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... 78

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Keterampilan Aktivitas Siswa Siklus I ... 81

Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 84

Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... 89

Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 92

Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 95

Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... 100

Tabel 4.8 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 103

Tabel 4.9 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III... 106

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 52

Gambar 3.1 Bagan Siklus PTK ... 54

Gambar 4.1 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... 80

Gambar 4.2 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 83

Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 85

Gambar 4.4 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... 91

Gambar 4.5 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 94

Gambar 4.6 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 96

Gambar 4.7 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... 102

Gambar 4.8 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 105

Gambar 4.9 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 107

Gambar 4.10 Diagram Keterampilan Guru Siklus I,II dan III ... 111

Gambar 4.11 Diagram Aktivitas Siswa Siklus I,II dan III ... 111

Gambar 4.12 Diagram Garis Hasil Belajar Siswa Siklus I,IIdan III ... 112

Gambar 4.13 Diagram Prosentase Ketuntasan Klasikal Belajar Siswa ... 112

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman dan Kisi-Kisi Instrumen ... 143

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 150

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 159

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian ... 199

Lampiran 5 Surat-Surat Penelitian ... 240

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2 menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Hal tersebut didukung Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pengembangan kurikulum yang disesuai dengan prinsip potensi daerah. Salah satu muatan dalam kurikulum yang mengacu pada potensi daerah adalah pembelajaran bahasa daerah. Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 33 ayat 2 menyatakan bahwa bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan keterampilan tertentu.

(16)

Menurut Standar Isi pelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar, standar kompetensi yang ada mengarah pada empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa adalah keterampilan menulis, serta salah satu kompetensi dasar dari keterampilan menulis adalah menulis aksara Jawa.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih. Berdasarkan sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif (Doyin, 2009: 12). Adapun tujuan pembelajaran menulis adalah: (1) mendorong siswa menulis dengan jujur dan tanggung jawab; (2) merangsang imajinasi dan daya pikir; (3) menghasilkan tulisan yang organisasinya bagus, tepat, jelas, dan penggunaan bahasanya efektif.

(17)

beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan (wikipedia).

Pembelajaran aksara Jawa terintegrasi dalam muatan lokal yang dikenal dengan mata pelajaran bahasa Jawa. Porsi waktu untuk pembelajaran aksara Jawa sangat terbatas, mengingat begitu banyak kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran bahasa Jawa. Padahal penguasaan kompetensi aksara Jawa memerlukan proses yang cukup panjang. Karena selain harus hafal aksara Jawa mencakup aksara nglegena, angka Jawa, aksara swara, aksara murda, sandhangan, pasangan, dan lain-lain, para siswa juga harus menguasai aturan-aturan penulisannya. Keadaan di lapangan menunjukkan pembelajaran aksara Jawa di sekolah tidak dapat berjalan secara maksimal, sehingga penguasaan kompetensi baca-tulis aksara Jawa juga sangat terbatas (Mulyana, 2008: 244).

(18)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) DIY (2004: 73-74) mengenai kondisi pembelajaran bahasa Jawa di lapangan, didapatkan hasil bahwa 93% guru di SD dan SMP hanya menggunakan metode ceramah dalam setiap penyampaian materi pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran terbatas pada media tradisional seperti gambar dinding dan kaset tembang.

(19)

Terkait dengan permasalahan di atas, peneliti menerapkan pendekatan SAVI dengan macromedia flash untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar menulis aksara Jawa. Peneliti memilih pendekatan SAVI dengan macromedia flash karena pendekatan SAVI mampu memunculkan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif, membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, serta memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara somatik, visual, auditori dan intelektual karena pelajaran tidak hanya cukup dengan ceramah saja, harus ada praktek realnya.

(20)

Menurut beberapa peneliti, penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan pembelajaran, salah satunya adalah Penelitian yang dilakukan oleh

Kurniawan (2012) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa

melalui Pendekatan Somatic Auditory Visualization Intelektually (SAVI) dengan

Media Kartu Kata pada Siswa Kelas IV SDN Tambakaji 03 Semarang”. Penelitian

dilaksanakan 2 siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar menulis aksara Jawa siswa kelas IV SDN Tambakaji 03 semarang melalui pendekatan SAVI dengan media kartu kata mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa melalui Pendekatan SAVI dengan Macromedia Flash Pada Siswa

Kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang”.

1.2.

PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

(21)

b. Apakah pendekatan SAVI dengan macromedia flash dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis aksara Jawa kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang?

c. Apakah pendekatan SAVI dengan macromedia flash dapat meningkatkan hasil belajar menulis aksara Jawa pada siswa kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang?

1.2.2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, peneliti merencanakan pemecahan masalah dengan melakukan tindakan kelas menggunakan pendekatan SAVI dengan macromedia flash pada siswa kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan SAVI dengan macromedia flash sebagai berikut:

a.

Persiapan (timbulnya minat); guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada siswa.

b.

Penyampaian, guru menampilkan macromedia flash mengenai aksara Jawa dan memberikan contoh cara menulis aksara Jawa menggunakan sandhangan.

c.

Pelatihan, guru memberikan lembar kerja siswa berupa kata atau kalimat yang harus disalin siswa dengan menggunakan aksara Jawa.

d.

Penampilan hasil, siswa mempresentasikan hasil diskusi
(22)

pendekatan SAVI dalam pembelajaran. Tiga komponen tersebut adalah: (1) masyarakat belajar; (2) permodelan; (3) penilaian autentik.

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian meliputi:

a. Meningkatkan keterampilan guru kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang dalam pembelajaran menulis aksara Jawa melalui pendekatan SAVI dengan macromedia flash.

b. Meningkatkan aktivitas siswa kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang dalam pembelajaran menulis aksara Jawa melalui pendekatan SAVI dengan macromedia flash.

(23)

1.4.

MANFAAT PENELITIAN

Apabila terbukti bahwa penerapan pendekatan SAVI dengan macromedia flash dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar menulis aksara Jawa maka penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan bahasa Jawa baik secara teoretis maupun praktis.

1.4.1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pendekatan SAVI dengan macromedia flash sehingga dapat memperkaya khasanah ilmu khususnya disiplin ilmu pendidikan. Dan penelitian ini dapat ditindaklanjuti berdasarkan temuan-temuan sebagai hasil penerapan pendekatan SAVI dengan macromedia flash.

1.4.2. Manfaat praktis.

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti.

a.

Siswa

Siswa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jawa khususnya menulis aksara Jawa. Sehingga hasil belajar dan aktivitas siswa dapat meningkat dengan maksimal.

b.

Guru
(24)

c.

Sekolah

Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, membantu sekolah dalam mengatasi permasalahan dan hambatan dalam hal pembelajaran.

d.

Peneliti
(25)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

KAJIAN TEORI

2.1.1. Hakikat Bahasa

Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran. Sesuai pendapat Kridalaksana (dalam Chaer, 2007: 32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk

bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Bahasa akan membantu anggota kelompok sosial atau masyarakat untuk lebih mudah berkomunikasi dan bekerja sama sehingga mereka tidak akan kesulitan dalam menyampaikan pesan atau gagasan yang ingin mereka ungkapkan.

Menurut Webster‟s New Collegiate Dictionary, bahasa adalah sebuah alat

untuk mengkomunikasikan gagasan atau perasaan secara sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak atau tanda-tanda yang disepakati, yang memiliki makna yang dipahami. Sebagaimana pendapat Halliday (dalam Solchan, 2009: 1.3) bahasa adalah salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk budaya manusia dalam berkomunikasi. Bahasa adalah sejumlah sistem makna yang disampaikan menggunakan tanda, suara, gerak atau tanda-tanda yang disepakati untuk memudahkan komunikasi tersebut.

(26)

yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk berkomunikasi, bekerja sama dan berinteraksi dimana dalam ungkapan tersebut terkandung makna.

Bahasa sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia mempunyai tiga fungsi pokok, yakni fungsi emotif, fungsi afektif, dan fungsi simbolik.

a. Fungsi emotif menonjolkan pada komunikasi estetik, pencurahan perasaan akan keindahan, kekaguman, dan bahkan rasa takut.

b. Fungsi afektif tampak jelas ketika bahasa itu dipakai untuk menimbulkan efek psikologis terhadap orang lain dan sebagai akibatnya mempengaruhi atau mendorong mereka untuk bertindak atau bersikap tertentu seperti yang diinginkan.

c. Fungsi simbolik menonjolkan dalam komunikasi ilmiah, simbol-simbol bukan hanya untuk menyatakan fakta saja, melainkan juga untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk saling menyapa, saling mempengaruhi, saling bermusyawarah, dan bekerjasama. Menurut Halliday fungsi bahasa secara khusus adalah:

a. Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan pendapat, pikiran, sikap atau perasaan pemakainya.

b. Fungsi regulator, yaitu penggunaan bahasa untuk mempengaruhi sikap atau pikiran pendapat orang lain.

c. Fungsi interaksional, yaitu penggunaan bahasa untuk menjalin kontak dan menjaga hubungan sosial.

d. Fungsi informatif, yaitu penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi, ilmu pengetahuan atau budaya.

e. Fungsi heuristik, yaitu penggunaan bahasa untuk belajar atau memperoleh informasi.

f. Fungsi imajinatif, yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi dan menyalurkan rasa estetis (indah).

(27)

Fungsi-fungsi bahasa tersebut pada praktiknya jarang berdiri sendiri. Antara satu fungsi dengan fungsi yang lain saling terkait dan saling mendukung. Dengan demikian, suatu tindakan berbahasa dapat mengandung lebih dari satu fungsi (Solchan, 2009: 1.7-1.8).

2.1.2. Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa. Menurut Tarigan (2008: 18) keterampilan bahasa terdiri dari empat aspek. Keempat aspek tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang bersifat alamiah. Artinya, kedua keterampilan berbahasa tersebut didapatkan oleh seseorang melalui peniruan yang bersifat alamiah dan langsung dalam proses komunikasi. Menyimak dan berbicara digunakan dalam komunikasi langsung dan tatap muka. Keterampilan membaca dan menulis diperoleh secara sengaja melalui proses belajar. Oleh karena itu sering disebut juga dengan keterampilan berbahasa literer. Kedua keterampilan berbahasa tersebut digunakan dalam komunikasi tertulis secara tidak langsung.

Keempat keterampilan berbahasa saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Orang tidak akan dapat berbicara kalau tidak dapat menyimak. Demikian pula, orang tidak akan dapat menulis tanpa terlebih dahulu dapat membaca. Keterampilan berbicara dan menulis sebagai keterampilan yang produktif didukung oelh keterampilan menyimak dan membaca sebagai keterampilan yang reseptif. Karena erat hubungan keempat keterampilan berbahasa tersebut, keempatnya sering disebut sebagai catur tunggal. Artinya, keempat keterampilan tersebut merupakan bentuk kompetensi bahasa (Doyin 2009: 11-12).

2.1.3. Hakikat Menulis

(28)

sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif (Doyin, 2009: 12).

Menulis sering diartikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan atau komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Komunikasi atau pesan yang disampaikan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan tersebut merupakan lambang atau simbol bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya.

Pesan atau komunikasi yang disampaikan oleh penulis melibatkan empat unsur, yaitu: (1) penulis sebagai penyampai pesan; (2) pesan atau isi tulisan; (3) saluran atau media berupa tulisan; dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.

Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa yang lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Manfaat yang dapat dipetik dari menulis antara lain: (1) peningkatan kecerdasan; (2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; (3) penumbuhan keberanian; dan pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

(29)

adalah: (1) mendorong siswa menulis dengan jujur dan tanggung jawab; (2) merangsang imajinasi dan daya pikir; (3) menghasilkan tulisan yang organisasinya bagus, tepat, jelas, dan penggunaan bahasanya efektif.

Sehubungan dengan “tujuan” penulisan sesuatu tulisan, Hartig (dalam

Tarigan, 2008: 25-26) merangkumnya sebagai berikut:

a. Assignment purpose (tujuan penugasan), tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.

b. Altruistic purpose (tujuan altruistik), bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c. Persuasive purpose (tujuan persuasif), bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada pembaca.

e. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca. f. Creative purpose (tujuan kreatif), bertujuan mencapai nilai artistik,

nilai-nilai kesenian yang ideal.

g. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), bertujuan untuk menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri untuk memecahkan permasalahan.

Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang erat hubungannya dengan ide atau gagasan yang dituangkan oleh penulis dalam bentuk tulisan. Tulisan yang dibuat oleh penulis memiliki tujuan-tujuan sendiri sesuai dengan ide yang dituangkan oleh penulis. Menurut Semi (jaririndu.blogspot.com) membagi tujuan menulis sebagai berikut:

a. Memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu, misalnya petunjuk cara menggunakan mesin, merangkai bunga, dan sebagainya.

(30)

c. Menceritakan kejadian, yakni memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu, misalnya menceritakan tentang perjuangan Sultan Hasanuddin.

d. Meringkaskan, yakni membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat, misalnya dari 150 halaman menjadi 10 halaman, maupun ide pokoknya tidak hilang.

e. Meyakinkan, yakni tulisan berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau sependapat dengannya. Barangkali tujuan menulis yang paling umum digunakan adalah tujuan meyakinkan ini.

Menurut Tarigan (2008: 3-4) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak akan datang dengan secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Ada lima tingkatan menulis, tingkatan tersebut meliputi:

1. Timbulnya pemahaman baca tulis, anak mulai menyadari adanya kegiatan

baca tulis, anak mulai menyenangi jika ada orang melakukan baca tulis.

Semula anak hanya memandangi tapi lama kelamaan ia akan mencoba

menirukan. Anak mulai memegang pensil,kemudian mencoret-coret pada

kertas atau media lain. Tulisan yang dihasilkan pada tahap ini memang belum

bermakna, tetapi pada diri anak sudah timbul rasa menyenangi kegiatan

tersebut.

2. Menulis permulaan, kegiatan ini biasa disebut dengan hand writing, yaitu cara

merealisasikan simbol- simbol bunyi dan cara menulisnya dengan

baik.Tingkatan ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan

(31)

3. Pembinaan kelancaran menulis, pada tahap ini simbol-simbol bunyi bahasa

misalnya huruf-huruf yang telah dikenali secara konkret mulai

dihubung-hubungkan lebih lanjut menjadi kesatuan yang lebih besar dan memiliki

makna

4. Menulis untuk kesenangan dan belajar, sudah timbul kesenangan pada diri

anak akan perlunya menulis, pada tahap ini anak melakukan kegiatan menulis

dengan tujuan-tujuan tertentu yang disengaja misalnya mencatat pelajaran,

mencatat kegiatan dibuku harian,menulis surat untuk teman dan sebagainya.

Pada tingkatan ini anak sudah dapat menikmati kegiatan menulisnya

5. Menulis matang, pada tahap ini anak sudah mampu menuangkan dan mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui tulisan dengan baik ia telah

mampu memilih kata dengan tepat, menyusun kalimat dengan runtut,dan

mengembangkan paragraf dengan baik,tahap inilah yang memberikan

kebebasan berekspresi pada anak untuk menghasilkan tulisan-tulisan kreatif

yang sangat mencengangkan hasilnya

Keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya. Hal itu menuntut latihan yang cukup dan teratur serta pendidikannya yang terprogram. Program-program dalam bahasa tulis direncanakan untuk mecapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

(32)

b. Mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan;

c. Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis;

d. Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas. (Peck dan Schulz, dalam Tarigan, 2008: 9).

Keterampilan menulis di sekolah dasar pada pelajaran bahasa Jawa salah satunya adalah keterampilan menulis aksara Jawa. Untuk mengembangkan keterampilan tersebut banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, motivasi yang diberikan guru, media atau alat peraga yang membantu siswa mempermudah memahami materi pembelajaran.

Berdasarkan faktor-faktor di atas guru harus memiliki potensi-potensi dan keterampilan-keterampilan yang lebih untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan mereka khususnya keterampilan menulis sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dengan maksimal.

2.1.4. Aksara Jawa

2.1.4.1.Hakikat Aksara Jawa

(33)

Bentuk aksara Jawa yang sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi atau dikenal dengan Aksara Jawa Kuno yang juga merupakan abugida yang digunakan sekitar abad ke-8 sampai abad ke-16. Aksara ini juga memiliki kedekatan dengan aksara Bali.

Bentuk asli aksara Jawa yaitu hanacaraka ditulis menggantung (di bawah garis), seperti aksara Hindi. Aksara hanacaraka Jawa memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf "utama" (aksara murda, ada yang tidak berpasangan), 8 pasangan huruf utama, lima aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa

sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan (wikipedia).

2.1.4.2.Wujud Aksara Jawa

2.1.4.2.1. Aksara Jawa Nglegena

Aksara nglegena adalah aksara yang belum mendapat “sandhangan” atau

(34)
[image:34.595.120.508.139.411.2]

Tabel 2.1 Aksara Jawa Nglegena Aksara Nglegena

Ha Na Ca Ra Ka

Da Ta Sa Wa La

Pa Dha Ja Ya Nya

Ma Ga Ba Tha Nga

2.1.4.2.2. Sandhangan

a. Sandhangan Swara

Sandhangan swara disebut juga sandhangan sastra Jawa. Fungsi sandhangan swara adalah jika disandhangkan atau dipasangkan pada huruf nglegena akan mengubah bunyi vokalnya. Sandhangan swara ada 5 jenis yaitu:

1) Wulu (... ...)

Sandhangan wulu dipakai untuk mengubah huruf vokal i. Sandhangan wulu ditulis diatas huruf yang disandhangi.

(35)

2) Suku (... )

Sandhangan suku dipakai untuk mengubah huruf vokal u. Sandhangan suku ditulis dengan disambungkan pada kaki belakang huruf yang disandhangi.

Contoh: Tuku

3) Taling ( ...)

Sandhangan taling dipakai untuk mengubah vokal e. Sandhangan taling ditulis di depan huruf yang disandhangi dan segaris dengan hurufnya.

Contoh: Sate

4) Taling tarung ( ... )

Sandhangan taling tarung dipakai untuk mengubah vokal o. Sandhangan taling tarung ditulis didepan dan dibelakang huruf yang disandhangi (mengapit hurufnya).

Contoh: Loro

5) Pepet (...)

Sandhangan pepet dipakai untuk mengubah vokal “e”. Vokal “ E “ disini

diucapkan seperti e pada kata “sepet”. Sandhangan pepet ditulis di atas huruf yang

(36)

Contoh: Sega

b. Sandhangan Panyigeg Wanda

Sandhangan panyigeg wanda adalah sandhangan untuk menghentikan wanda atau suku kata (sigeg = berhenti). Ada empat jenis sandhangan panyigeg wanda, yaitu:

1) Cecak ( ... )

Sandhangan cecak digunakan jika kata/wanda berakhiran dengan huruf nga = diganti dengan ( ). Sandhangan cecak ditulis di atas huruf yang di sigeg atau yang diberi sandhangan itu, bentuknya seperti koma.

Contoh: kacang bawang

2) Layar (... ....)

Sandhangan layar dapat digunakan jika suku kata/ wanda berakhiran huruf ra = diganti ( ). Sandhangan layar ditulis di atas huruf yang disigeg atau huruf yang diberi sandangan, bentuknya garis miring ke kanan.

Contoh:

Kabar anyar

(37)

Sandhangan wignyan dapat digunakan jika suku kata/ wanda berakhiran huruf ha = diganti ( ). Sandhangan wignyan ditulis segaris dan berada

dibelakang huruf yang disigeg atau huruf yang diberi sandhangan.

Contoh:

Gemah ripah

4) Pangkon ( )

Sandhangan pangkon dapat dugunakan jika suku kata berakhiran huruf selain ha, ra, dan nga, agar suku kata itu dapat mati/berhenti diberi pangkon ( )

Contoh: Pitik

Jalak

c. Sandhangan Pambukaning Wanda

Sandhangan pambukaning wanda disebut juga sandhangan “wiyanjana”, merupakan sandhangan yang diucapkan bersama huruf yang dirangkap. Ada tiga jenis sandhangan pambukaning wanda, yaitu:

1) Pengkal ( )

Sandhangan pengkal berfungsi sebagai pengganti huruf “ya”. Sandhangan

pengkal ditulis segaris dengan huruf yang akan diberi sandhangan. Contoh:

(38)

2) Cakra (... )

Sandhangan cakra berfungsi sebagai huruf “ra”. Sandhangan cakra

dibawah huruf yang akan diberi sandhangan. Contoh:

Krama

3) Keret (... )

Sandhangan keret berfungsi sebagai pengganti huruf ra pepet atau” re”. Sandhangan keret ditulis dibawah huruf yang akan diberi sandhangan.

Contoh: Kreteg

2.1.5. Pembelajaran Bahasa Jawa Di SD

2.1.5.1. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.

(39)

pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya (Suprijono, 2012: 13). Jadi pembelajaran adalah upaya guru untuk mengorganisir lingkungan dan menyedikan fasilitas belajar bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.

Berdasarkan pengertian pembelajaran dari para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya atau seperangkat peristiwa yang dilakukan oleh peserta didik yang melibatkan pengetahuan profesional guru dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) menarik perhatian, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari, (4) menyampaikan materi pelajaran, (5) memberikan bimbingan belajar, (6) memperoleh kinerja/penampilan siswa, (7) memberikan balikan, (8) menilai hasil belajar, (9) memperkuat retensi dan transfer belajar.

(40)

melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional.

Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan konsep materi pembelajaran, dan rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.

2.1.5.2. Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Berdasarkan SK Gubernur No. 895.5/01/2005 yang merupakan penegasan dari Keputusan Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Jawa Tengah Nomor 271a/IO3/1994, Bahasa Jawa pada Muatan Lokal Wajib mulai tingkat SD, SMP/MTs, dan SMA/STM/MA, adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) beban pengembangan kurikulum lebih diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, termasuk di dalamnya dalam hal menentukan struktur kurikulum. Guru bidang studi bahasa Jawa mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulumnya.

(41)

tersebut. Pelestarian aksara Jawa hendaknya dimulai sejak tingkat pendidikan awal yaitu SD.

Pembelajaran bahasa Jawa meliputi dua aspek, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Setiap aspek meliputi empat keterampilan, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pada keterampilan menulis dapat dikategorikan 2 macam. Pertama, keterampilan menulis huruf latin yang didalamnya diajarkan cara menulis huruf lepas dan menulis tegak bersambung. Kedua, adalah keterampilan menulis aksara Jawa.

Materi pembelajaran menulis dengan menggunakan huruf latin, tidak ada kesulitan bagi siswa. Namun, ketika siswa berhadapan dengan materi menulis aksara Jawa, kebanyakan mereka merasa kesulitan. Seolah-olah mereka berhadapan dengan huruf dari negara asing. Padahal sebenarnya, aksara Jawa inilah yang sudah lebih dahulu turun temurun dipelajari dan digunakan oleh Bangsa Indonesia, khususnya di daerah Jawa.

2.1.6. Keterampilan Guru

Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan professional (Rusman, 2011: 80). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk

menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah “melatih”.

(42)

lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajakan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2010: 82) tugas guru dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar optimal yang dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Bila pengelolaan pembelajaran dapat dikerjakan secara optimal maka proses belajar berlangsung secara optimal pula. Tetapi bila tidak dilakukan secara optimal, tentu saja akan menimbulkan gangguan terhadap belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan guru dalam melatih aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan yang dipengaruhi oleh komponen-komponen dalam proses belajar-mengajar.

(43)

dan perorangan; (6) keterampilan mengelola pembelajaran; (7) keterampilan memberi penguatan; (8) keterampilan menggunakan variasi. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengkaji empat keterampilan dari delapan keterampilan yang dikemukakan oleh Hasibuan dan Moedjiono. Keterampilan tersebut meliputi: a. Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.

Menurut Hasibuan (2010) ada beberapa tujuan dari keterampilan bertanya, antara lain: (1) merangsang kemampuan berpikir siswa; (2) membantu siswa dalam belajar; (3) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri; (4) meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi; (5) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan.

Indikator keterampilan bertanya dalam penelitian ini antara lain: (1) mengajukan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi yang akan dipelajari; (2) memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa; (3) memberikan waktu berpikir; (4) memberikan pertanyaan yang mudah dipahami siswa.

b. Keterampilan menjelaskan

(44)

diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan, tergantung kepada keperluan; (2) penjelasan dapat diselingi tanya jawab; (3) penjelasan harus relevan dengan tujuan pelajaran; (4) penjelasan dapat diberikan bila ada pertanyaan dari siswa atau direncanakan oleh guru; (5) materi penjelasan harus bermakna bagi siswa; (6) penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.

Indikator keterampilan menjelaskan dalam penelitian ini antara lain: (1) menjelaskan materi pelajaran; (2) menjelaskan penggunaan media pembelajaran; (3) menampilkan media aksara Jawa; (4) memberikan contoh menulis aksara Jawa

c. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan masalah. Komponen dalam keterampilan membimbing dikusi kelompok kecil antara lain: (1) pemusatan perhatian; (2) memperjelas permasalahan; (3) menganalisa pandangan siswa; (4) meningkatkan urunan pikiran siswa; (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi; (6) menutup diskusi.

Indikator keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil meliputi: (1) membimbing siswa mengerjakan LKS; (2) mendengarkan pendapat siswa ketika berdiskusi; (3) menanggapi pertanyaan yang diajukan siswa ketika berdiskusi; (4) menutup diskusi.

(45)

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan-nya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remidial.

Beberapa prinsip yang harus diperhatkan dalam melaksanakan komponen keterampilan mengelola kelas adalah: (1) kehangatan dan keantusiasan; (2) penggunaan bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar siswa; (3) perlu mempertimbangkan penggunaan variasi media, gaya belajar, dan pola interaksi; (4) diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah starategi mengajarnya untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul; (5) penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal negatif; (6) mendorong siswa untuk mengambangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.

Indikator keterampilan mengelola kelas dalam penelitian ini antara lain: (1) pengadaan penguatan (verbal maupun nonverbal); (2) pengunaan media pembelajaran; (3) membimbing diskusi kelompok; (4) pengkondisian kelas.

Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan atau kecakapan yang harus dimiliki guru dalam membimbing para siswa dalam hal pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku yang lebih baik agar berjalan secara efektif dan efisien.

(46)

Kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar adalah salah satu kegiatan yang penting bagi siswa. Siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah porelahan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pembelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.

Menurut Thorndike (dalam Dimyati, 2006: 45) mengemukakan keaktifan

siswa dalam belajar dengan hukum “low of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan

prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar

yang aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie, 1976: 230 dari Gredler MEB

terjemahan Munandir, 1991: 105)

Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan yang terjadi dalam satu konteks perencanaan untuk mencapai suatu perubahan tertentu serta menggunakan seluruh potensi individu sehingga akan terjadi perubahan perilaku tertentu (Rusman, dkk. 2012:19).

(47)

Menurut Hamalik, (2008: 170-171) Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang ada pada siswa perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang tanpa terjadi penyimpangan perkembangan dari tujuan yang telah ditentukan.

Aktualisasi diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan cara bertanya. Bertanya sangat biasa dilakukan siswa dalam tiap kesempatan, untuk itu guru harus mampu memfasilitasi kemampuan bertanya siswa untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pertanyaan harus diberikan secara bergiliran agar tidak didominasi oleh beberapa siswa saja, hal ini dapat menyebabkan kecemburuan siswa, maka dari itu guru harus memberikan pertanyaan kepada siswa secara menyeluruh agar tidak terjadi kecemburuan antar siswa (Rusman, 2011: 82-83).

Dierich (dalam Hamalik, 2008: 172) membagi kegiatan belajar dalam delapan kelompok, yaitu: kegiatan-kegiatan visual, kegiatan-kegiatan oral, kegiatan-kegiatan mendengarkan, kegiatan-kegiatan menulis, kegiatan-kegiatan menggambar, kegiatan matrik, kegiatan mental, kegiatan-kegiatan emosional.

a. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

(48)

mendengarkan radio. Indikator kegiatan mendengarkan meliputi: (1) siswa menyimak penjelasan guru; (2) siswa menyimak media pembelajaran aksara Jawa; (3) siswa mendengarkan pertanyaan dari siswa lain; (4) siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik.

b. Kegiatan-kegiatan menulis

Komponen-komponennya: menulis cerita, menulis laporan, mengerjakan tes, menulis rangkuman dan mengisi angket. Indikator kegiatan menulis meliputi: (1) siswa berani memberikan contoh menulis aksara Jawa di depan kelas; (2) siswa menulis hasil diskusi di lembar jawab; (3) siswa menulis hasil diskusi di depan kelas; (4) siswa mencatat materi di buku catatan masing-masing.

c. Kegiatan-kegiatan mental

Komponen-komponennya: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan. Indikator kegiatan mental meliputi: (1) siswa mengerjakan LKS; (2) siswa mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas; (3) siswa mengeluarkan pendapat ketika diskusi berlangsung; (4) siswa menanggapi pendapat dalam diskusi.

d. Kegiatan-kegiatan visual

(49)

ditampilkan; (4) siswa mengamati hasil diskusi yang dituliskan kelompok di depan kelas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengembangkan instrumen aktivitas siswa mengacu pada teori Dierich yang meliputi (1) mendengarkan penjelasan guru (kegiatan mendengarkan), (2) menulis aksara Jawa (kegiatan menulis), (3) berdiskusi dalam kelompok (kegiatan mental), (4) mengamati gambar yang di tampilkan guru di depan kelas (kegiatan visual). Indikator pengamatan aktivitas siswa yang akan diamati oleh peneliti hanya mengambil empat dari delapan aktivitas siswa menurut Dierich karena disesuaikan dengan langkah pembelajaran menulis aksara Jawa melalui pendekatan SAVI.

2.1.8. Hasil Belajar

Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar. Perubahan perilaku hasil belajar itu merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pengajaran. Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, tergantung dari tujuan pembelajarannya (Purwanto, 2009: 44).

Menurut Purwanto (2013: 46) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

(50)

a. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasi-kan, merencana(mengorganisasi-kan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). b. Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan

respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization

(karakterisasi).

c. Domain psikomotor meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual. Sedangkan menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Menurut pemikiran Gagne (Suprijono, 2012: 5-6), hasil belajar berupa: a. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analistis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

b. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

c. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

(51)

aspek potensi kemampuan saja yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penelitian ini, peneliti mengevaluasi hasil belajar pada aspek kognitif. Hasil belajar aspek kognitif meliputi mengidentifikasi jenis aksara

panyigeg wanda dan panyigeg wyanjana, menulis kata dan kalimat beraksara Jawa yang menggunakan sandhangan panyigeg wanda dan sandhangan panyigeg wyanjana.

2.1.9. Pendekatan SAVI

2.1.9.1. Hakikat Pendekatan

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Penerapan pendekatan dalam pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (mtk2012unindra.blogspot.com).

(52)

Pendekatan pembelajaran biasanya dibangun atas dasar posisi pemahaman tertentu tentang apa hakikat, fokus yang dipentingkan, bagaimana cara-cara utama pencapaiannya serta asumsi-asumsi penerapannya. Fungsi pendekatan pembelajaran adalah memberikan suatu pemahaman tentang sesuatu atau cara pembelajaran yang dianggap efektif dan memberi panduan yang dapat diuji kecocokannya dengan kondisi nyata.

Menurut Surya (www.vilila.com, 2011) memberikan penjelasan secara praktis mengenai fungsi pendekatan seperti berikut :

a. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran b. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai

c. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul

d. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan 2.1.9.2. Pendekatan SAVI

Pendekatan SAVI adalah suatu pendekatan pembelajaran yang merupakan pengembangan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran berdasar masalah. Pendekatan SAVI merupakan suatu bentuk pendekatan pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran (Meire, 2003: 91). Ada empat unsur dalam pendekatan SAVI, yaitu: a. Somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat)

b. Auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar) c. Visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan)

(53)

Keempat Unsur-unsur dalam pembelajaran SAVI harus ada dalam proses pembelajaran agar pembelajaran berlangsung optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

1) Somatis (belajar bergerak dan berbuat)

Somatic”berasal dari Bahasa Yunani “soma” yang berarti tubuh. Jadi belajar somatic berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh ketika belajar. Untuk merangsang pikiran-tubuh, perlu diciptakan suasana belajar yang membuat siswa bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua proses pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan cara berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, dan guru dapat membantu belajar siswa dalam prose pembelajaran.

2) Belajar auditory

Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita menangkap dan menyimpan informasi auditori bahkan tanpa kita sadari. Peran guru dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, dapat dilakukan dengan cara mengajak peserta didik membicarakan apa yang mereka pelajari. Ajak peserta didik berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai kemampuan, menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.

(54)

Peserta didik lebih mudah belajar jika dapat “melihat” apa yang dibicarakan penceramah, buku, atau program komputer. Pembelajar visual belajar visual paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, gambar, dan gambaran segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Untuk mendapatkan kemampuan visual yang kuat, peserta didik mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkannya.

4) Belajar intelektual

Intelektual adalah menciptakan makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar (Meire, 2003: 99). Intelektual menghubungkan pengalaman fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Jadi Intelektual adalah sarana merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna.

Sebuah proses pembelajaran akan optimal jika keempat unsur SAVI terdapat dalam satu proses pembelajaran secara utuh. Siswa dapat belajar sesuatu dengan cara menyaksikan (V), tetapi mereka dapat belajar lebih, jika siswa dapat melakukan sesuatu ketika proses pembelajaran berlangsung (S), membicarakan sesuatu yang sedang siswa pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi yang dipelajari siswa dalam menyelesaikan pekerjaan siswa (I).

2.1.10. Media Pembelajaran

(55)

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti

“tengah”, “Perantara”, atau “pengantar”. Arysad (2011: 3) mengatakan bahwa

media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Media yang dapat membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran disebut media pembelajaran.

Menurut Kemp & Dayton (dalam Arsyad, 2011: 19) media pembelajaran memiliki tiga fungsi utama yang digunakan untuk perorangan atau kelompok, yaitu: (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Sedangkan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa menurut Sudjana (2011: 24), meliputi: (1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa; (3) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan memerankan.

Berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

(56)

siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga; (4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan. 2.1.10.2.Macromedia Flash

Adobe flash atau macromedia flash adalah salah satu perangkat lunak komputer yang merupakan produk unggulan adobe systems. Adobe flash digunakan untuk membuat gambar vektor maupun animasi gambar tersebut. Berkas yang dihasilkan dari perangkat lunak ini mempunyai file extension .swf dan dapat diputar di penjelajah web yang telah dipasangi adobe flash player. Flash menggunakan bahasa pemrograman bernama action script yang muncul pertama kalinya pada flash 5 (alfianx2smk.blogspot.com).

(57)

animasi, banner, menu interaktif, interaktif form isian, e-card, screen saver dan pembuatan aplikasi-aplikasi web lainnya (bintang-agusta-lesmana.blogspot.com).

Keunggulan yang dimiliki oleh flash ini adalah ia mampu diberikan sedikit code pemograman baik yang berjalan sendiri untuk mengatur animasi yang ada didalamnya atau digunakan untuk berkomunikasi dengan program lain seperti HTML, PHP, dan database dengan pendekatan XML, dapat dikolaborasikan dengan web, karena mempunyai keunggulan antara lain kecil dalam ukuran file outputnya.

Alasan peniliti menggunakan macromedia flash karena macromedia flash dapat meningkatkan ingatan siswa dalam menghafal dan menulis bentuk-bentuk aksara Jawa. Macromedia flash hampir sama dengan media audio visual, media ini membantu siswa dalam pembelajaran dengan mendengarkan dan melihat apa yang ditampilkan oleh guru sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan.

2.1.11. Penerapan pendekatan SAVI dengan Macromedia Flash dalam Pembelajaran Menulis Aksara Jawa

(58)

sendiri dengan umpan balik; (5) emosi positif sangat membantu pembelajaran; (8) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Menurut Meire (2003: 91-92) pendekatan SAVI memiliki empat karakteristik utama, yaitu Somatic (belajar dengan bergerak dan berbuat),

Auditory (belajar dengan berbicara dan mendengar), Visualization (belajar dengan mengamati dan menggambarkan), dan Intelectually (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung). Dalam penerapan pendekatan SAVI pada pembelajaran menulis aksara Jawa, peneliti memadukan pendekatan SAVI dengan pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran aktif. Pembelajaran ini berpusat pada keaktifan peserta didik. Belajar merupakan aktivitas penerapan pengetahuan. Pembelajaran kontekstual memusatkan pada proses dan hasil, sehingga assesmen dan evaluasi memegang peranan penting untuk mengetahui pencapaian standar akademik dan standar kinerja.

Komponen pembelajaran kontekstual terdiri dari tujuh komponen antara lain: (1) konstruktivisme, (2) inkuiri, (3) bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) permodelan, (6) refleksi, dan (7) penilaian autentik (Suprijono, 2012: 85). Dalam penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran peneliti mengambil tiga dari tujuh komponen yang ada dalam pembelajaran kontekstual yaitu (1) masyarakat belajar, (2) permodelan; (3) penilaian autentik.

(59)

pengetahuan atau keterampilan baru); (4) penampilan hasil (penerapan pengetahuan dan keterampilan baru pada situasi dunia nyata). Adapun langkah-langkah pembelajarannya, meliputi:

a. Guru menyiapkan media dan sumber belajar serta mengkondisikan siswa; b. Guru melakukan apersepsi;

c. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai materi menulis aksara Jawa dan memberikan contoh cara menulis aksara jawa;

d. Siswa mendengarkan penjelasan guru (Auditory);

e. Siswa mengamati cara menulis aksara Jawa melalui contoh dari guru kemudian nantinya siswa menirukan cara menulis aksara Jawa (Visualization/somatic);

f. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berupa kata dan kalimat yang harus disalin dengan menggunakan aksara jawa;

g. Siswa diminta untuk menyelesaikan LKS dengan (Intelectually);

h. Beberapa siswa diminta untuk menuliskan pekerjaannya ke depan kelas; i. Guru memberikan reward atau penghargaan kepada kelompok yang terbaik; j. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari;

k. Guru memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran l. Guru menutup pelajaran.

(60)

a. Guru menyiapkan media dan sumber belajar serta mengkondisikan siswa; b. Guru melakukan apersepsi;

c. Guru menampilkan media macromedia flash di depan kelas.

d. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai materi menulis aksara Jawa dan memberikan contoh cara menulis aksara Jawa (permodelan);

e. Siswa mendengarkan penjelasan guru (Auditory);

f. Siswa mengamati cara menulis aksara Jawa melalui macromedia flash maupun contoh dari guru kemudian nantinya siswa menirukan cara menulis aksara Jawa (Visualization/somatic);

g. Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok (masyarakat belajar); h. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada masing-masing

kelompok yang berupa kata dan kalimat yang harus disalin dengan menggunakan aksara jawa;

i. Siswa diminta untuk menyelesaikan LKS berupa kata dan kalimat yang harus disalin dengan menggunakan aksara jawa dengan cara berdiskusi (Intelectually);

j. Perwakilan kelompok diminta untuk menuliskan hasil diskusi ke depan kelas; k. Guru memberikan reward atau penghargaan kepada kelompok yang terbaik; l. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi

yang belum dipahami;

m. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari;

(61)

2.2.

KAJIAN EMPIRIS

Penelitian Carito (2012) dengan judul “Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Kreativitas Dalam Pembelajaran Matematika Volume Bangun Ruang pada siswa kelas V SD Negeri

2 Bolong Kecamatan Karanganyar”. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas

yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan penerapan pendekatan Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual (SAVI) dalam pembelajaran Matematika volume bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas

Gambar

Tabel 2.1 Aksara Jawa Nglegena
Gambar 2.1. Bagan kerangka berpikir
Gambar 3.1 Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal Bahasa Jawa SDN Petompon 02 Semarang
+7

Referensi

Dokumen terkait

จากสมการพยากรณ์ที่ดีที่สุด พบว่า ตัวแปรพยากรณ์ของความผูกพันต่อโรงเรียนของ ข้าราชการครู ได้แก่ ปัจจัยลักษณะของงาน X3 ปัจจัยด้านองค์การแห่งการเรียนรู้ X4 และปัจจัย

SISTEM TRANSAKSI KARTU ATM DAN SMS BANKING PADA PT BANK SUMUT CAPEM MEDAN SUKA RAMAI..

 Tugas - Mengumpulkan data (gambar, berita, artikel) tentang keberhasilan- keberhasilan yang dicapai pada bani Umayyah di Damaskus, perkembangan peradaban dan ilmu

Salah satu ciri pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah..A. Pembelajaran lebih cenderung

(Memahami berbagai ragam teks tulis dalam bentuk gagasan atau dialog sederhana, baik fiksi dan atau non fiksi melalui kegiatan membaca, menganalisis dan menemukan pokok

Ilmu Tafsir Ulumul Qur’an Dan Cabang-Cabangnya, Sejarah Ilmu Tafsir, Metodologi Penelitian Tafsir, Madzahib Tafsir, Hermeneutika Al-Qur’an, Penguasaan Terhadap

Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Dari daftar nilai pada mata pelajaran PKn kelas V semester II tentang kebebasan berorganisasi, diketahui bahwa dari 12 siswa, siswa yang

The greatest praise and thank to Allah who has blessed the writer to finish his research paper, entitled “ IMPROVING VOCABULARY MASTERY BY USING SONGS ( A CLASSROOM

Pengertian ‘Allah tidak membutuhkan bantuan makhluk lain’ tercantum dalam surat ….. Allah tidak mungkin rusak/binasa karena Allah