▸ Baca selengkapnya: contoh sikap estetis anak paud
(2)(STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL
MELALUI PERMAINAN EDUKATIF LOGICO PRIMO PADA PAUD “ANAK-ANAK CERIA” BANDUNG)
S K R I P S I
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh ,
STEFANI BUDI HARTANTI NIM. 41808001
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
iv
Edukatif Logico PrimoPada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung)
Oleh:
STEFANI BUDI HARTANTI NIM :41808001
Skripsi ini dibawah bimbingan: Dra. Kiki Zakiah, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi instruksional pada
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) “Anak-Anak Ceria” Bandung. Peneliti mencoba untuk menganalisis dari spesifikasi isi dan tujuan instruksional, penaksiran perilaku mula, penetapan strategi instruksional, organisasi satuan-satuan instruksional, dan umpan balik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif. Informan penelitian berjumlah 8 (delapan) orang dan informan kunci berjumlah 5 (lima) orang. Sebagian besar data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, internet searching, dan didukung oleh studi pustaka serta triangulasi data. Adapun teknik analisa data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, evaluasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi instruksional pada PAUD Anak-Anak Ceria meliputi proses spesifikasi isi dan tujuan instruksional yaitu persiapan oral yang meliputi tambahan informasi dan persiapan tertulis yang meliputi SKM (Satuan Kegiatan Mingguan) serta materi cadangan.Selanjutnya yaitu strategi instruksional yang berupa penggunaan alat peraga serta penggunaan buku PAUD, buku cerita anak-anak, dan pelacakan informasi melalui internet. Kemudian proses organisasi satuan-satuan instruksional dengan cara pengelolaan pesan dan pengelolaan hambatan dan yang terakhir yaitu umpan balik yang nampak yaitu berupa umpan balik positif dan umpan balik negatif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa komunikasi instruksional melalui permainan edukatif logico primo pada PAUD Anak-Anak Ceria tidak melalui proses penaksiran perilaku mula dikarenakan siswa yang masih berada pada fase anak awal dan fase keserasian sekolah dimana emosi dan kemampuan siswa masih berada di fase yang belum stabil sehingga sulit untuk dilakukan suatu penaksiran.
Saran yang dapat peneliti berikan adalah dalam melakukan proses komunikasi instruksional khusus bagi sasaran usia dini, sebaiknya guru lebih bersifat fleksibel dan menyesuaikan dengan kondisi siswa baik secara fisik maupun psikologi, penggunaan strategi serta penyampaian pesan pun hendaknya dilakukan dengan cara yang menarik bagi anak-anak seperti penggunaan multimedia.
iv
LOGICO PRIMO EDUCATIVE GAME OF PAUD “ANAK-ANAK CERIA” BANDUNG
PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung. Researcher try to analyzing the specification content
and instructional purpose, instructional strategy, instructional organization unit, and feed back.
This research used qualitative, with descriptive method. Informants in this research are 5(five) persons and 5 (five) persons as key informants. Most of datas are collected through by participative observation, in depth interview, documentation, internet searching, and supported by book study, and triangulation data. Analyzing data technique are data collecting, data reduction, data display, conclusion and verification.
The result of this research show that instructional communication of PAUD “Anak
-Anak Ceria” Bandung are specification content and instructional purpose process including
oral preparing is information addition and write preparing are SKM and reseve materi, then instructional strategy including use model tools, and user guide PAUD books, children strory book, and internet searching.Then instructional organization unit including with manage the massage and manage the noise. And the last is feed back are positive feedback and negative feed back.
The conclution of this research are instructional communication through Logico Primo Educative Game in PAUD “Anak-Anak Ceria” is not pass through appraising behavior. That is because of the students are still at first phase of Childern and compatible school phase that they still have unstable ability and emotion so that it will be hard to do some appraising for children.
Researcher suggest that in every instructional communication process, specific for children, it will be better if the teacher has flexible way and appropriate with students physic and phisicology condition. Strategy is using with attractive massage communicating for take
children’s attention such as using multimedia as a tools.
vi
KATA PENGANTAR
Shalom,
Salam Sejahtera..
Puji Tuhan pada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya dan kurnia-Nya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Dalam skripsi ini peneliti membahas mengenai “Komunikasi Instruksional
Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) “Anak-Anak Ceria” Bandung (Studi
Deskriptif Mengenai Komunikasi Instruksional Melalui Permainan Edukatif
Logico Primo Pada PAUD Anak-Anak Ceria Bandung)”. Peneliti akan membahas
secara rinci gambaran dan penjabaran peristiwa mengenai bagaimana komunikasi
instruksional yang dilakukan Guru PAUD Anak-Anak Ceria Bandung dengan
siswanya ketika guru sedang membimbing siswanya dalam melakukan permainan
edukatif atau yang disebut dengan permainan logico primo.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua serta kakak dan adik penulis yang selalu memberikan dukungan baik
secara moril maupun materil dan membantu penulis terutama melalui untaian
doa-doanya.
Penulis sadari sepenuhnya bahwa dalam melakukan penyusunan skripsi
dengan baik tanpa ada dukungan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.
vii
kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan usulan penelitian.
Secara khusus penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Drs. Manap Solihat. M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia yang telah mengeluarkan
surat-surat sebagai tanda dukungan dan ijin kepada penulis dalam menyusun
usulan penelitian serta memberikan pengarahan dan pandangan selama
proses penyusunan usulan penelitian berlangsung.
2. Dra.Kiki Zakiah, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar hati berkenan memberikan bimbingannya serta membagikan waktunya,
ilmunya dan arahan yang terbaik sebelum dan sesudah penulis
merampungkan usulan penelitian ini.
3. Rismawaty,S.Sos, M.Si selaku Dosenwali yang tak hentinya memberikan arahan serta motivasi dalam proses kelancaran terhadap penulis dalam
penyusunan proposal usulan penelitian ini.
4. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
5. Ratna Widiasti A.md Selaku Sekretaris Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah membantu semua keperluan
administrasi penulis sebelum dan sesudah penulis menyusun proposal
usulan penelitian.
viii
membantu semua keperluan administrasi penulis sebelum dan sesudah
penulis menyusun proposal usulan penelitian.
7. Mch.Pudji Suhartini,S.Pd selaku kepala sekolah PAUD Anak-Anak Ceria yang telah memberikan ijin, waktu serta ilmu dan pengalaman yang
berharga kepada penulis untuk belajar dan mendapatkan informasi serta
data di tempat serta berkenanan menjadi informan kunci dalam penelitian
ini.
8. Cecilia Trini Lestari, S.Ti selaku staf pengajar PAUD Anak-Anak Ceria Bandung sekaligus pembimbing penulis yang telah memberikan ilmu,
arahan, bimbingan, dan waktunya untuk penulis selama penulis melakukan
pencarian , pengumpulan data dan informasi.
9. Putri Yanti, Siska Rostika, Alna Sari Safrida selaku staf pengajar PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yang telah memberikan waktu dan
pengalaman serta berkenan menjadi objek penelitian serta memberikan
informasinya kepada penulis selama penulis menyusun proposal usulan
penelitian ini.
10. Teti.S, Rida.F, Neneng Sri Dahlia, Mia.M selaku orang tua murid PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yang telah berkenan menjadi objek
penelitian serta memberikan informasinya kepada penulis selama penulis
menyusun proposal usulan penelitian ini.
ix
lewat tawa dan candanya juga telah berkenan memberikan kelengkapan
informasi pada proposal usulan penelitian ini.
12. Azis , Fany, sahabat terbaik yang tak pernah berhenti menularkan semangat, ilmu, dukungan, perhatian dan bantuannya mulai dari awal
perjuangan hingga akhir.
13. Uchi , Mei , Ade, Icha sahabat seperjuangan yang selalu setia memberi suport,dan membagi ilmu serta tidak pernah berhenti memberikan
semangat, canda-tawa, perhatian, dan doa kepada penulis.
14. Teman-teman seperjuangan khususnya IK1, IKH-3, yang tidak pernah berhenti menularkan semangatnya .Semoga 2012 kita lulus, amin.
15. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama penyusunan proposal penelitian serta orang-orang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Selanjutnya
berharap dan berterima kasih atas segala saran dan masukan dari pembaca. Saran
dan masukan penulis terima dengan hati terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pihak yang berkepentingan. Amin....
Salam kasih,
Bandung, 22 Juli 2012 Penulis,
x
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah... 8
1.2.1. Pertanyaan Makro ... 8
1.2.2 .Pertanyaan Mikro ... 9
1.3. Maksud dan Tujuan ... 10
1.3.1.Maksud Penellitian ... 10
1.3.2. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Kegunaan Penelitian ... 11
1.4.1 Kegunaan Teortitis ... 11
xi
2.1.2. Tujuan Komunikasi ... 15
2.1.3. Fungsi Komunikasi ... 16
2.1.4. Unsur-Unsur dalam Proses Komunikasi ... 17
2.1.5 Tinjauan Komunikasi Antar Persona ... 18
2.1.6. Tinjauan Komunikasi Intrapersona ... 20
2.2. Tinjauan Tentang Komunikasi Pendidikan ... 21
2.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Instruksional ... 22
2.3.1. Pengertian Komunikasi Instruksional ... 22
2.3.2. Fungsi Komunikasi Instruksional ... 24
2.3.3. Proses Komunikasi Instruksional ... 25
2.4 Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 27
2.4.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 27
2.4.2. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 29
2.4.3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) .... 30
2.4.4. Proses Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 31
2.5 Tinjauan Tentang Psikologi Anak ... 35
2.5.1.Faktor-Faktor Pembentukan Kepribadian Anak ... 35
2.5.2.Psikologi Perkembangan Anak ... 37
2.6 Tinjauan Tentang Permainan Edukatif Logico Primo ... 38
xii
2.7 Kerangka Pemikiran ... 45
2.7.1. Kerangka Teoritis ... 45
2.7.2 Kerangka Konseptual ... 56
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1.Tinjauan Tentang PAUD Anak-Anak Ceria ... 64
3.1.1 Sejarah PAUD Anak-Anak Ceria... 64
3.1.2 Latar Belakang PAUD Anak-Anak Ceria ... 67
3.1.3 Visi PAUD Anak-Anak Ceria ... 68
3.1.4 Misi PAUD Anak-Anak Ceria ... 68
3.1.5 Struktur dan Tugas Pokok Organisasi PAUD Anak-Anak Ceria 68 3.1.6 Program Belajar PAUD Anak-Anak Ceria ... 71
3.1.7 Jadwal Kegiatan Belajar PAUD Anak-Anak Ceria ... 72
3.1.8 Program Kegiatan PAUD Anak-Anak Ceria ... 74
3.1.9. Kalender Pendidikan PAUD Anak-Anak Ceria ... 76
3.2 Metode Penelitian ... 80
3.2.1 Desain Penelitian ... 80
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 82
3.2.2.1. Studi Pustaka ... 82
3.2.2.2. Studi Lapangan ... 83
xiii
3.2.4 Teknik Analisa Data ... 95
3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 95
3.2.5.1.Tempat Penelitian... 95
3.2.5.2.Waktu Penelitian ... 95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Profil Informan ... 101
4.1.1.Informan Utama ... 102
4.1.2 Informan Kunci ... 111
4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ... 118
4.2.1.Spesifikasi Isi dan Tujuan Melalui Permainan Edukatif Logico PrimoPada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 119
4.2.2.Penaksiran Perilaku Mula Melalui Permainan Edukatif Logico PrimoPada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 138
4.2.3.Penetapan Strategi Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico PrimoPada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 155
4.2.4.Organisasi Satuan-Satuan Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 167
4.2.5.Umpan Balik Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 183
xiv
5.2.1.Saran Bagi Guru-Guru PAUD “Anak-Anak Ceria Bandung” ... 221
5.2.2.Saran Bagi PAUD “Anak-Anak Ceria Bandung” ... 224
5.2.3.Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 224
DAFTAR PUSTAKA ... 225
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 228
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 305
xv
Tabel 3.2 Program Kegiatan Anak dan Guru Tahun Ajaran 2011-2012 ... 75
Tabel 3.3Kalender Pendidikan PAUD Anak-Anak Ceria Tahun Ajaran 2011-2012 76 Tabel 3.4 Daftar Informan... 90
Tabel 3.5 Daftar Key Informan ... 92
Tabel 3.6 Schedule Penelitian ... 96
Tabel 4.1 Jadwal Wawancara Informan dan Informan Kunci ... 99
xvi
Gambar 2.1. Rangkaian Instruksional ... 25
Gambar 2.2 Skema Logico ... 39
Gambar 3.1 Alur Model Analisa Data ... 94
Gambar L.1 Proses Bimbingan Bermain Logico Primo ... 302
Gambar L.2 Pengarahan Aturan Main Pada Siswa ... 302
Gambar L.3 Proses Bermain Logico Primo Pada Siswa ... 302
Gambar L.4 Proses Pengamatan Oleh Guru ... 302
Gambar L.5 Papan Logico Primo TK-A ... 303
Gambar L.6 Proses Komunikasi Instruksional... 303
Gambar L.7 Wawancara Dengan Orang Tua Murid ... 303
Gambar L.8 Wawancara Dengan Orang Tua Murid ... 303
Gambar L.9 Wawancara Dengan Orang Tua Murid ... 304
Gambar L.10 Wawancara Dengan Siswa... 304
Gambar L.11 Wawancara Dengan Guru ... 304
Gambar L.12 Wawancara Dengan Guru ... 304
Gambar L.13 Gedung Sekolah PAUD Anak-Anak Ceria Bandung ... 305
Gambar L.14 Gedung Sekolah PAUD Anak-Anak Ceria Bandung ... 305
Gambar L.15 Paket Lengkap Logico Primo ... 305
Gambar L.16 Wawancara Dengan Kepala Sekolah ... 305
xviii
Lampiran 2 : Surat Research ... 229
Lampiran 3 : Surat Balasan Penelitian dari PAUD “Anak-Anak Ceria”... 230
Lampiran 4 : Berita Acara Bimbingan Penelitian... 231
Lampiran 5 : Surat Rekomendasi Pembimbing ... 232
Lampiran 6 : Lembar Revisi Seminar Usulan Penelitian ... 233
Lampiran 7 : Lembar Revisi Skripsi ... 234
Lampiran 8 : Satuan Kegiatan Mingguan PAUD “Anak-Anak Ceria” ... 235
Lampiran 9 : Lembar Identitas Informan dan Informan Kunci ... 236
Lampiran 10 : Pedoman Wawancara ... 248
Lampiran 11 : Transkrip Observasi ... 254
Lampiran 12 : Transkrip Wawancara ... 257
1 1.1Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan pada umumnya dan pada ranah pendidikan anak
usia dini pada khususnya, terdapat suatu penerapan komunikasi instruksional
dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar. Sama halnya dengan salah satu
institusi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Anak-Anak Ceria Bandung yang
menerapkan komunikasi instruksional dalam rangka untuk mempermudah dan
membantu dari pencapaian tujuan yang dikehendaki.
Komunikasi instruksional merupakan salah satu bentuk komunikasi sebagai
sub dari komunikasi pendidikan yang secara senderhana dapat diartikan bahwa di
dalam komunikasi pendidikan terdapat aspek komunikasi instruksional, atau
komunikasi pendidikan memiliki kajian bidang yang lebih luas dibandingkan
dengan komunikasi instruksional. Banyak orang mempersepsikan makna instruksi
diartikan sebagai suruhan dari seseorang kepada orang lain. Namun dalam buku
Pawit M. Yusuf yang berjudul “ Komunikasi Instruksional”, Instruksional berasal
dari kata instruction yang artinya pembelajaran atau pengajaran.(Yusuf, 2010 : 6)
Sementara makna komunikasinya sendiri lebih kepada fungsi yang didapatkan
dari suatu proses komunikasi yang berfungsi mendidik (to educate) untuk
mencapai kedewasaan dan kemandirian. Dalam buku “Komunikasi Instruksional”
milik Pawit M.Yusuf (2010:2) tertulis bahwa komunikasi pendidikan sebagai
merambah atau menyentuh dunia pendidikan dengan segala aspeknya. Sementara
komunikasi instruksional lebih merupakan bagian kecil dari komunikasi
pendidikan karena komunikasi instruksional merupakan komunikasi yang dipola
dan dirancang secara khusus untuk mengubah perilaku sasaran dalam komunitas
tertentu ke arah yang lebih baik. Serta lebih berorientasi pada aspek
operasionalisasi pendidikan terutama aspek membelajarkan sasaran. Perubahan
perilaku dalam komunikasi instruksional merupakan perubahan perilaku pada
aspek kognisi, afeksi dan konasi atau psikomotorik.
Contoh bentuk terjadinya proses komunikasi instruksional yaitu ketika
suasana proses belajar secara formal terjadi antara pengajar dengan sasaran,
dimana pengajar melakukan fungsinya yaitu fungsi mendidik, dan komunikasi
instruksional hanya diterapkan dalam institusi atau lembaga formal yang memiliki
fungsi-fungsi mendidik yaitu lembaga pendidikan seperti TK/PAUD dan
lembaga anak usia dini yang sederajat, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas,
Politeknik, Sekolah Tinggi dan lembaga pendidikan yang sederajat. Dalam
penerapannya komunikasi instruksional dapat diterapkan untuk segala kalangan
dan sasaran dari berbagai umur atau tingkatan pendidikan karena komunikasi
instruksional merupakan sebuah proses mulai dari tahap sebelum pembelajaran
berlangsung hingga pada tahap terakhir pembelajaran. Melihat makna komunikasi
instruksional tersebut, sudah jelas bahwa peristiwa komunikasi instruksional akan
terjadi pada setiap institusi pendididkan formal dan salah satunya yaitu sekolah
Lahirnya lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia bermula
dari suatau alasan sederhana yaitu adanya kepedulian akan rangsangan pendidikan
di usia dini. Para ahli menyebutkan bahwa usia dini merupakan usia
perkembangan emas dimana anak membutuhkan pendidikan yang sesuai dengan
tahap perkembangan anak. Pendidikan ini hendaknya dilakukan secara bertahap,
berulang, konsisten, dan tuntas sehingga memiliki daya ubah (manfaat) bagi anak.
Seiiring bertambahnya usia, anak-anak membutuhkan rangsangan pendidikan
yang lebih lengkap sehingga memerlukan tambahan layanan pendidikan di luar
rumah yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini atau dikenal
dengan nama PAUD yang kemudian diatur dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun
2003 bahwa terdapat bentukan Satuan PAUD sejenis atau bentuk lain yang
sederajat seperti layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program Bina
Keluarga Balita (BKB) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang selanjutnya
disebut Pos PAUD. Adapun pengertian PAUD yang tertulis dalam buku
“Pedoman Teknis Penyelenggaraan POS PAUD” yang diterbitkan oleh Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini yaitu:
“Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14 UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas)”.
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 (pasal 28) dinyatakan pula bahwa
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dan PAUD dapat
diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal seperti Taman Kanak-Kanak,
terselenggara memiliki tiga tujuan program PAUD yang juga harus dimiliki
PAUD-PAUD lainnya yang diantaranya ialah:
1. Memberikan model layanan PAUD yang dapat menjangkau masyarakat luas hingga ke pelosok pedesaan.
2. Memberikan wahana bermain yang mendidik bagi anak-anak usia dini yang tidak terlayani PAUD lainnya.
3. Memberikan contoh kepada orang tua dan keluarga tentang cara-cara pemberian rangsangan pendidikan kepada anak untuk dilanjutkan di rumah. (Depdiknas , 2008:3)
Bertolak dari ketiga tujuan program PAUD di atas terutama pada poin ke
dua, PAUD-PAUD di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan wahana
permainan edukatif yang dapat memberikan rangsangan pendidikan yang sesuai
dengan tahap perkembangan anak. Hal tersebut telah dilakukan oleh PAUD
Anak-Anak Ceria Bandung selaku objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada
proposal penelitian ini. PAUD Anak-Anak Ceria merupakan PAUD yang telah
berkembang sejak 11 September 2004 dengan baik di Bandung. Paud yang kini
dikepalai oleh Pudji Suhartini Spd , kini telah memiliki empat guru tetap dan dua
guru honorer serta telah menerapkan tujuh bidang pengembangan yang terdiri
dari bahasa, kognitif, seni, motorik kasar, motorik halus, budi pekerti dan agama;
Islam dan Khatolik serta tiga ekstrakulikuler yaitu komputer, Bahasa Inggris, dan
Logico Primo.
Selama dua tahun belakangan ini, PAUD Anak-Anak Ceria menyediakan
wahana permainan edukatif sebagai penerapan dari salah satu tiga tujuan program
yang wajib diikuti oleh PAUD-PAUD di Indonesia, yaitu untuk penerapan pada
poin ke dua bahwa PAUD akan memberikan wahana permainan yang mendidik.
merupakan lembaga pendidikan yang berkecimpung dalam dunia anak. Seperti
tertulis dalam Buletin PADU edisi 5 bahwa dunia anak adalah dunia bermain.
Melalui bermain, anak dapat mengorganisir berbagai pengalaman dan kemampuan
kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan anak. Pentingnya bermain
dalam dunia anak tidak akan terlepas dari pentingnya alat permainan sebagai
penunjang dan bentuk fasilitasi. Alat permainan bagi anak usia dini menjadi
sangat penting karena disamping anak memulai belajarnya dari hal-hal konkrit,
tersedianya alat-alat permainan memungkinkan ditumbuhkannya budaya belajar
mandiri, budaya demokrasi, dasar pembiasaan untuk kehidupan di kemudian hari,
serta menciptakan komunikasi antara anak dengan orang dewasa dan teman
sebaya.
Pemilihan wahana permainan untuk anak usia dini bisa dikatakan cukup
ketat dalam pemilihannya. Bahkan pemerintah mengaturnya dalam Standar Sarana
dan Prasarana dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan diartikan sebagai standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan kriteria minimal tentang tempat bermain dan alat permainan sebagai salah
satu syarat. Maka, PAUD Anak-Anak Ceria terhitung sejak tahun 2010
menyediakan wahana permainan edukatif yaitu Logico primo yang sampai saat ini
masuk ke dalam kegiatan ekstrakulikuler di PAUD Anak-Anak Ceria Bandung.
Logico primo dipilih menjadi wahana permainan edukatif yang masuk ke dalam
ekstrakulikuler di PAUD Anak-Anak Ceria Bandung karena logico primo bukan
merupakan kegiatan bermain biasa melainkan merupakan permainan yang
tingkat kemampuan siswa. Hal tersebut agar siswa tidak hanya mendapatkan rasa
puas atau senang dalam bermain tapi juga mampu mengembangkan
kemampuannya dengan bermain sambil belajar. Sehingga dalam penerapannya
guru membuat suatu kurikulum atau silabus dan materi yang telah disiapkan
sesuai dengan kemampuan tiap-tiap siswa serta mencatat perkembangan
kemampuan siswa dalam progress chart record (catatan kemajuan siswa).
Logico merupakan permainan edukatif dengan sistem belajar baru, yang
dikembangkan di Jerman sejak tahun 1993 oleh Finken-Verlag. Perangkat
permainan ini terdiri atas papan dan lembar-lembar gambar beraneka warna yang
menarik. Logico secara khusus dikembangkan untuk anak-anak pra-sekolah
hingga anak-anak sekolah dasar. Permainan edukatif ini memiliki prinsip dimana
dalam penerapannya tetap sama tetapi alat-alat dan seri pelatihannya berbeda
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia. Permainan edukatif ini memiliki empat
jenis paket permainan yang disesuaikan dengan umur serta jenjang pendidikannya
yang terdiri dari Logico Primo, Logico Piccolo, Logiko Maximo, dan Logico
Rondo. Sementara Logico yang sampai saat ini diterapkan oleh PAUD
Anak-Anak Ceria Bandung yaitu Logico Primo karena klasifikasi umur yang
disesuaikan dengan siswa-siswi PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yaitu untuk
umur 4-6 tahun atau dengan jenjang pendidikan playgroup dan Taman
Kanak-Kanak.
Melalui penerapan Logico Primo inilah terjadi peristiwa komunikasi
instruksional antara para pengajar PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yang terdiri
komunikasi instruksional, dengan peserta didik PAUD Anak-Anak Ceria Bandung
yang merupakan sasarannya. Proses komunikasi instruksional terjadi melalui
kegiatan Logico Primo karena komunikasi instruksional merupakan bentuk
komunikasi dalam suatu kegiatan belajar-mengajar pada kegiatan tatap muka
maupun pada kegiatan instruksional lainnya. Sementara Logico Primo dimainkan
dengan bantuan peran komunikasi secara tatap muka antara komunikator dengan
komunikan.
PAUD Anak-Anak Ceria Bandung memilih Logico Primo sebagai wahana
permainan edukatif andalan mereka karena manfaat yang bisa diperoleh oleh
siswa PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yang tertulis dalam modul Logico yang
berjudul “ Learning Is Most Effective When I’ts Fun” yaitu:
1. Mendukung perkembangan kognitif anak 2. Mengembangkan disiplin belajar yang baik
3. Mengutamakan pendekatan holistik pada pendidikan
4. Memotivasi anak untuk belajar mandiri maupun belajar bersama 5. Mengembangkan kemampuan membedakan secara visual auditif
6. Mengembangkan kemampuan berfikir secara logis dan kritis, dan dedukatif sekaligus kemampuan memecahkan masalah
7. Melatih anak berkomunikasi. (Depdiknas, 2000:8)
Ketika proses komunikasi instruksional berlangsung dalam kegiatan
permainan Logico Primo, terjadi pula suatu peristiwa komunikasi secara
intrapersona dan antarpersona. Komunikasi intrapersona terjadi karena terdapat
proses dimana seseorang berpikir, mempersepsi, mengingat dan mengindra.
Sementara peristiwa komunikasi antarpersona terjadi karena proses dari adanya
ide atau gagasan informasi seseorang kepada orang lain dimana hanya terlibat
sasarannya. Peristiwa komunikasi instruksional dapat terlihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 1.1
Proses Kegiatan Logico Primo Antara Guru Dengan Peserta Didik
Sumber: Peneliti , 2012
Dalam skripsi ini, peneliti akan memfokuskan penelitiannya pada
komunikator yaitu Guru PAUD Anak-Anak Ceria sebagai pelaku komunikasi
dalam proses komunikasi instruksional, namun tidak juga meninggalkan
komunikan yaitu siswa PAUD Anak-Anak Ceria sebagai penerima pesan. Hal
tersebut karena penelitian ini pun akan menggambarkan umpan balik yang terjadi
dimana komunikan yaitu siswa yang akan memberikan umpan balik dalam proses
komunikasi instruksional.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan kajian komunikasi
instruksional melalui permainan edukatif logico primo karena peneliti tertarik
untuk mengamati lebih dalam penerapan komunikasi instruksional yang
merupakan proses komunikasi pembelajaran dengan suasana formal, namun dapat
diterapkan dalam proses bermain. Selain itu, peneliti tertarik dengan jenis
permainan itu sendiri yaitu permainan edukatif logico primo yang bukan
merupakan permainan dengan proses bermain biasa, melainkan suatu permainan
berada pada level yang lebih sulit, sehingga dalam kegiatannya diperlukan suatu
interaksi yang komunikatif antara guru dengan siswa.
1.2Rumusan Masalah
1.2.1.Pertanyaan Makro
Dari uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah di
atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkatnya.Adapun rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu“ Bagaimana komunikasi
instruksional pada “Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) “
Anak-Anak Ceria” Bandung (studi deskripstif mengenai komunikasi instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada PAUD
“Anak-Anak Ceria” Bandung)
1.2.2.Pertanyaan Mikro
Untuk langkah selanjutnya,peneliti merinci secara jelas , tegas dan
khusus bertolak dari rumusan masalah pada pertanyaan makro di atas,
dengan menggunakan beberapa rincian yang relevan dan sesuai dengan
fokus penelitian serta relevan dengan teori yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Peneliti menyajikan lima pertanyaan mikro yang
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana spesifikasi isi dan tujuan instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria
2. Bagaimana penaksiran perilaku mula melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung”?
3. Bagaimana penetapan strategi instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung”?
4. Bagaimana organisasi satuan-satuan instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria
Bandung”?
5. Bagaimana umpan balik melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung” ?
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1.Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan,
menjelaskan , menjawab, menganalisa, dan menceritakan tentang
komunikasi instruksional yang dilakukan “PAUD Anak-Anak Ceria
Bandung” melalui permainan edukatif Logico Primo
1.3.2 Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan yang telah teridentifikasi dalam
identifikasi masalah, tujuan peneliti melakukan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui spesifikasi isi dan tujuan instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak
2. Untuk mengetahui penaksiran perilaku mula melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung”.
3. Untuk mengetahui penetapan strategi instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria
Bandung”.
4. Untuk mengetahui organisasi satuan-satuan instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak
-Anak Ceria Bandung”.
5. Untuk mengetahui umpan balik melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung” .
1.4.Kegunaan Penelitian
1.4.1.Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian yang dibuat oleh peneliti secara teoritis berguna
sebagai pengembangan ilmu komunikasi secara umum yaitu mengenai
komunikasi instruksional pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Anak-Anak Ceria Bandung.
1.4.2.Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan hasil penelitian ini secara praktis diharapkan
dapat membantu mengantisipasi masalah yang ada dalam objek yang
diteliti dan sebagai masukan untuk diaplikasikan dan dijadikan bahan
Peneliti agar dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam
pengembangan suatu studi ilmu yang telah dipelajari secara
teori dan sebagai pembelajaran dalam mengaplikasikan teori
kedalam suatu permasalahan yang harus dipecahkan khususnya
mengenai “komunikasi instruksional pada Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) Anak-Anak Ceria Bandung.”
Akademik yaitu mahasiswa Universitas Komputer Indonesia
secara umum, dan terutama bagi mahasiswa ilmu komunikasi
secara khusus yang ingin melakukan studi literatur dan
pencarian informasi dalam melakukan penelitian dengan kajian
yang sama.
Lembaga pendidikan yaitu PAUD Anak-Anak Ceria Bandung
sebagai referensi dan tambahan informasi yang dapat
digunakan oleh seluruh warga PAUD Anak-Anak Ceria
Bandung pada umumnya dan secara khusus dapat berguna
dalam penerapan komunikasi instruksional melalui permainan
edukatif Logico Primo agar dapat diterapkan secara tepat dan
optimal sehingga menghasilkan suatu proses komunikasi yang
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi
Seluruh kegiatan manusia seluruhnya memerlukan kegiatan
komunikasi. Komunikasi merupakan topik yang banyak di sebutkan, dibahas
dan dipermasalahkan. Hal itu terjadi karena komunikasi merupakan komponen
yang memberikan banyak peran dalam lingkaran kehidupan. Maka terdapat
istilah bahwa “We cannot not communicate”. Istilah tersebut muncul karena
komunikasi sudah merupakan kebutuhan bagi manusia dimana kebutuhan lain
dapat terpenuhi dengan mengikut sertakan komunikasi dalam setiap
pemenuhan kebutuhannya termasuk kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap
lingkungannya. Kebutuhan tersebut memaksa manusia untuk berkomunikasi
karena komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental.
Besarnya peranan komunikasi dapat terbukti dengan adanya
permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi dikarenakan oleh ketidak
cakapan seseorang dalam berkomunikasi baik dalam hal mengkomunikasikan
sesuatu ataupun menerima apa yang telah dikomunikasikan. Banyak
masyarakat percaya bahwa seseorang yang tidak pernah berkomunikasi
dengan orang lain akan terisolasi dari masyarakatnya. Maka dari itu, tak
merumuskannya dengan membuat teknik komunikasi ataupun strategi
komunikasi guna mencapai komunikasi yang baik dan efektif.
2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communis atau
communico, atau communication yang memiliki arti sama atau
communicare yang memiliki arti membuat sama. Berdasarkan
pengertian tersebut, komunikasi secara ringkas mengartikan bahwa
suatu pikiran, makna dan pesan berorientasi pada adanya kesamaan.
Terdapat berbagai definisi mengenai komunikasi dan ilmunya karena
komunikasi mempunyai makna yang luas, hal tersebut dapat meliputi
energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, serta sistem atau
organisme.
Beberapa ahli dari berbagai latar belakang keilmuan dapat
mendefinisikan arti dari komunikasi. Sama halnya dengan yang
dikemukakan oleh Raymond S.Ross dalam buku “Psikologi
Komunikasi”yang mendefinisikan komunikasi sebagai:
“Proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang-lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.(a transacsional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source). (Rakhmat,2009:3)
Adapun pakar Rogers dan Lawrence Kincaid yang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam. (Cangara, 1998:19)
Sementara secara sempit komunikasi dapat diartikan sebagai
penyampaian pesan melalui media eletktronik. Adapun pengertian
komunikasi secara luas bahwa komunikasi adalah interaksi antara dua
makhluk hidup atau lebih. (Mulyana,2007:46)
2.1.2 Tujuan Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang yang dilakukan
karena memiliki suatu tujuan. Dalam buku “Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi” disebutkan bahwa komunikasi memiliki empat fungsi
yang diantaranya ialah:
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
2. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
3. Mengubah perilaku ( to change the behavior)
4. Mengubah masyarakat ( to change the society). (Effendy,2003:55)
Keempat tujuan komunikasi di atas merupakan tujuan yang
dapat dilakukan secara bertahap. Komunikasi yang bertujuan untuk
mengubah sikap merupakan tujuan komunikasi dengan tataran paling
rendah dan paling mudah dibandingkan dengan tujuan lainnya.
Komunikasi secara persuasif mampu mengubah sikap seseorang. Bila
komunikasi persuasif tersebut efektif, maka seorang individu akan
proses komunikasi tersebut secara mendalam mampu mengubah
perilaku hingga ke tatanan yang paling kompleks yaitu mengubah
masyarakat, maka tujuan komunikasi serta prosesnya yang efektif telah
tercapai.
2.1.3 Fungsi Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu peristiwa yang memiliki berbagai
macam fungsi. Walaupun para pakar komunikasi mengemukakan
fungsi yang berbeda-beda, namun fungsi-fungsi tersebut juga
berkaitan dengan fungsi lainnya. Dalam hal ini, peneliti mengambil
fungsi komunikasi berdasarkan buku susunan Onong Uchjana Effendy
yang berjudul “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” dimana fungsi
komunikasi terdiri dari empat fungsi yaitu:
1. Menginformasikan ( to inform) 2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi ( to influence). (Effendy,2003:55)
Adapun tiga fungsi komunikasi menurut Harold D.Lasswell yang
tertulis dalam buku “Sistem Komunikasi Indonesia” milik Nurudiin.
Ketiga fungsi tersebut diantaranya ialah:
1. Penjagaan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment)
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environment) 3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi
Berdasarkan beberapa fungsi-fungsi yang telah dijelaskan di atas,
memiliki arti bahwa komunikasi memberikan manfaat bagi setiap
kehidupan manusia.
2.1.4 Unsur-unsur Dalam Proses Komunikasi
Dalam proses komunikasi, human communication atau
komunikasi manusia akan bisa terjadi bila komunikasi tersebut
memiliki pesan untuk disampaikan dan didukung oleh komponen atau
elemen komunikasi. Menurut David K Berlo elemen yang juga disebut
unsur-unsur komunikasi secara sederhana terdiri dari : Source
(pengirim), message (pesan), channel (saluran media) dan receiver
(penerima). Adapun Melvin D Fleur menambahkan unsur umpan balik
(feed back) sebagai unsur pelengkap.
Maka secara lengkap dari unsur-unsur yang telah
dikemukakan oleh para pakar di atas, unsur-unsur komunikasi tersebut
yaitu:
1. Sumber
Pengirim atau komunikator. Sumber dapat terdiri dari satu orang atau lebih seperti dalam bentuk partai, organisasi atau lembaga. 2. Pesan
Informasi yang disampaikan dari pengirim kepada penerima, atau dapat pula simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai gagasan atau maksud sumber tadi.
3. Media
Alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Media dapat juga disebut dengan saluran yang berupa saluran secara verbal maupun saluran non verbal.
4. Penerima
dapat juga disebut dengan tujuan (destination), komunikate (communicate), penyandi balik (decoder), atau khalayak (audience), pendengar (listener) atau penafsir (interpreter).
5. Efek
Perbedaan antara apa yang dipikirkan , dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Atau dapat pula diartikan sebagai sesuaru yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.
6. Umpan balik
Proses tautan antara perilaku komunikator dengan komunikan, atau dapat pula diartikan bahwa umpan balik yaitu tanggapan komunikan atau efek tanggapan kepada perilaku komunikator.
Dalam buku “Human Communication” Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss, diartikan bahwa umpan balik yaitu balasan atas perilaku yang anda perbuat. (Tubbs,2008:13)
2.1.5 Tinjauan Komunikasi Antar Persona
Dalam buku “Komunikasi Instruksional” Pawit M.Yusuf (2010:53)
dipaparkan bahwa proses komunikasi instruksional sebagai komunikasi
yang dalam dunia pendidikan sebagian besar akan terjadi karena proses
komunikasi baik secara antarpersona atau intrapersona.
Dalam ranah komunikasi instruksional, komunikasi antarpersona
dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi yang berproses dari adanya ide
atau gagasan informasi seseorang kepada orang lain. (Yusuf, 2010 :53)
Sementara secara umum komunikasi antarpersona adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara
verbal maupun nonverbal. (Mulyana,2007:81) Dalam komunikasi
antarpersona komunikator sebagai penyalur pesan cenderung bersifat
independen dan pesan itu sendiri bersifat terbatas dan pribadi. Saluran
tersebut dapat secara individu. Karena komunikasi antarpersona hanya
melibatkan dua orang saja, maka umpan balik yang diterima oleh sasaran
akan didapatkan dengan segera.
Proses komunikasi antarpersona sering dikaitkan dengan adanya
persepsi baik dari pihak komunikator maupun pihak sasaran. Hal tersebut
karena persepsi dianggap menjadi salah satu aspek yang akan
mempengaruhi kualitas komunikasi maupun hubungan secara antapersona.
Terdapat beberapa faktor personal yang dianggap dapat mempengaruhi
persepsi interpersonal yaitu:
1. Pengalaman
Pengalaman merupakan faktor yang bisa didapatkan tanpa harus selalu
lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui
rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.
2. Motivasi
Dikenal motif personal yang dapat mempengaruhi persepsi
interpersonal yaitu kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil
(need to bealive in a just world). Orang sukses sering dipercaya bahwa
orang tersebut baik sementara orang yang gagal cenderung dipersepsi
sebagai orang yang berkelimpahan dosa. Dalam hal ini, jelas motif
dunia adil sering mendistorsi persepsi kita.
Ego merupakan salah satu kepribadian yang dimiliki manusia. Ego
merupakan salah satu cara pertahanan akan dirinya sendiri, dalam
psikoanalisis dikenal istilah proyeksi. Proyeksi adalah:
“Mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ad pada dirinya, yang tidak disenanginya. Orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat dalam menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya”. (Rakhmat,2009:89)
2.1.6 Tinjauan Komunikasi Intrapersona
Dalam ranah komunikasi instruksional, komunikasi
intrapersonal diartikan sebagai kejadian berfikir, mempersepsi,
mengingat, dan mengindra. (Yusuf,2010:53) Deddy Mulyana dalam
buku “Ilmu Komunikasi” mengartikan komunikasi intrapribadi secara
sederhana sebagai komunikasi dengan diri sendiri. Contohnya yaitu
berfikir.
“Komunikasi intrapribadi merupakan landasan dari bentuk-bentuk komunikasi lain, dimana sebelum berkomunikasi dengan orang lain, manusia pasti akan berkomunikasi dulu dengan dirinya sendiri”. (Mulyana, 2007:81)
Dalam buku “Psikologi Komunikasi” Jalaluddin Rakhmat,
komunikasi intrapersonal diartikan sebagai proses pengolahan
informasi dari orang menerima informasi, mengolahnya,
menyimpannya, dan menghasilkannya kembali . (Rakhmat, 2009:49)
Komunikasi intrapersonal pun memiliki beberapa aspek yang di
1. Sensasi, proses menangkap stimuli. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam menerima informasi. Sensasi diidentikan
dengan alat indera karena sensasi berasal dari kata “sense”. Proses sensasi terjadi ketika alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf dengan bahasa yang dapat dipahami oleh otak kemudian tahap selanjutnya terjadilah proses sensasi.
2. Persepsi, merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan proses dimana sensasi merupakan bagian dari persepsi.
3. Memori. Schlessinger dan Groves dalam buku Jalaluddin
Rakhmat “Psikologi Komunikasi” mendefisnisikan memori sebagai sistem yang sangat berstruktur , yang menyebabkan organism sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Memori merupakan tahap yang sangat penting dalam proses komunikasi intrapersonal karena memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berfikir.
4. Berfikir. Berfikir merupakan tahap terakhir dalam rangkaian proses komunikasi intrapersona. Aniota Taylor mendefinisikan berfikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Bertolak dari definisi tersebut, maka berfikir memiliki beberapa tujuan yaitu untuk pengambilan keputusan, memecahkan masalah, dan menghasilkan yang baru. (Rakhmat,2009:49)
2.2 TinjauanTentang Komunikasi Pendidikan
Komunikasi pendidikan adalah aspek komunikasi dalam dunia
pendidikan atau komunikasi yang terjadi pada bidang pendidikan.
(Yusuf,2010:50) Komunikasi pendidikan ditujukan untuk suatu
pencapaian tujuan pendidikan mulai dari yang bertingkat nasional,
institutional, kurikuler, dan instruksional. Dalam konteks komunikasi
pendidikan, suasana pendidikan yang tercipta bisa bernuansa formal
maupun informal, selagi masih berada dalam kondisi pendidikan, maka
proses komunikasi yang memiliki tujuan mendidik merupakan suatu
komunikasi yang luas, maka dalam komunikasi pendidikan terdapat
cakupan yang lebih khusus yaitu komunikasi instruksional.
Sebuah contoh peristiwa kecil mengenai komunikasi pendidikan
yaitu suasana dialogis antara ayah dengan anaknya yang sedang
membicarakan kehidupan di masa depan. Hal tersebut sudah merupakan
komunikasi pendidikan.
Komunikasi pendidikan merupakan komunikasi dengan kajian
yang lebih luas. Maka dalam komunikasi pendidikan, terdapat cakupan dan
kajian yang lebih khusus yaitu komunikasi instruksional.
2.3.Tinjauan Tentang Komunikasi Instruksional 2.3.1 Pengertian Komunikasi Instruksional
Peristiwa komunikasi merupakan suatu proses yang tidak akan
pernah lepas dalam setiap kegiatan dalam hidup manusia. Dalam buku
“Psikologi Komunikasi” yang ditulis pada kata pengantar oleh
Jalaluddin Rakhmat pun dinyatakan bahwa komunikasi ada
dimana-mana, di rumah, ketika anggota-anggota keluarga berbincang di meja
makan, di kampus ketika mahasiswa-mahasiswa mendiskusikan hasil
tentamen, ketika muballigh berkotbah, di DPR ketika wakil-wakil
rakyat memutuskan nasib bangsa, juga di taman-taman ketika seorang
pencinta mengungkapkan rindu dendamnya. Komunikasi mampu
menyentuh segala aspek kehidupan kita. Begitupun dalam berbagai
komunikasi pendidikan yang memiliki sub bidang lain yaitu komunikasi
instruksional.
Pawit M.Yusuf menyatakan bahwa :
“Komunikasi instruksional lebih merupakan bagian kecil dari komunikasi pendidikan. Ia merupakan proses komunikasi yang dipola dan dirancang secara khusus untuk mengubah perilaku sasaran dalam komunitas tertentu ke arah yang lebih baik”. (Yusuf,2010:2)
Untuk lebih memahami pengertian mengenai komunikasi
instruksional, terdapat beberapa contoh turunan dalam memahami
komunikasi instruksional yaitu:
1) Komunikasi yang berlangsung dalam suasana kerumunan dapat terjadi suatu komunikasi yang tidak terkendali atau tidak beraturan namun jenis komunikasi ini bersifat netral, artinya tidak mempunyai maksud-maksud tertentu secara khusus. 2) Disamping itu, adapun komunikasi yang dapat terjadi dalam
suasana tertentu seperti suasanan pendidikan dimana kondisi yang tercipta tidak lagi bebas, melainkan terkendali dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Komunikasi pendidikan dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, yaitu dalam rangka upaya mendewasakan anak manusia supaya bisa hidup mandiri di kemudian hari. 3) Turunan yang lebih sempit dari komunikasi pendidikan yaitu
komunikasi instruksional dimana situasi, kondisi, lingkungan, metode dan termasuk bahasa yang digunakan oleh komunikator sengaja dipersiapkan secara khusus untuk mencapai efek perubahan perilaku pada diri sasaran. (Yusuf, 2010 :4)
Secara sederhana, instruksional berasal dari kata instruction
yang memiliki arti pembelajaran atau pengajaran. Webster’s Third
International Dictionary of The English Language mencantumkan
kata instruksional (dari kata instruct) dengan arti:memberikan
pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih
dalam berbagai bidang seni atau spesialisasi tertentu.
(Yusuf,2010:57)
2.3.2 Fungsi Komunikasi Instruksional
Kita mengenal bahwa ilmu komunikasi secara umum memiliki
empat fungsi utama yang diantaranya ialah untuk memberikan informasi
(to inform), untuk menghibur (to entertaint), untuk memberikan
pendidikan (to educate) dan sebagai kontrol social (to influence). Dengan
demikian, tidak jauh halnya dengan fungsi komunikasi instruksional yang
berada pada ranah pendidikan sehingga, komunikasi instruksional
memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1. Fungsi edukatif
Sebagai fungsi edukasi, komunikasi instruksional bertugas mengelola proses-proses komunikasi yang secara khusus dirancang unutk tujuan memberikan nilai tambah bagi pihak sasaran, atau setidaknya untuk memberikan perubahan-perubahan dalam kognisi, afeksi, dan konasi atau psikomotorik di kalangan masyarakat, khususnya yang sudah dikelompokkan ke dalam ranah sasaran pada komunikasi instruksional.
2. Fungsi manajemen instruksional
Fungsi manajemen instruksional merupakan fungsi yang bersifat teknis. Fungsi manajemen instruksional merupakan fungsi pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel. 3. Fungsi pengembangan instruksional
Sama halnya dengan fungsi manajemen instruksional, fungsi ini bersifat teknis. Fungsi pengembangan instruksional mempunyai fungsi riset-teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi, logistik, pemanfaatan, dan penyebaran. (Yusuf,2010:10)
Ketiga fungsi di atas pada dasarnya sengaja diarahkan dalam
rangka optimalisasi pemanfaatan komponen sumber informasi edukasi
2.3.3 Proses Komunikasi Instruksional
Kita mengenal bahwa peristiwa komunikasi merupakan suatu
proses dimana secara keseluruhan berorientasi tidak hanya kepada hasil
namun sejak peristiwa itu mulai terjadi hingga akhir peristiwa. Sama
halnya dengan komunikasi instruksional yang memiliki proses yang
bersifat khas. Proses hubungan komunikasi sebagai urutan instruksional
memiliki gambaran yang digambarkan oleh Scott dan McCroscey dikutip dari H Thomas Hurt, Scott Michael P, dan James Mc.Croscey
dalam buku “Communication in the Classroom” sebagai berikut:
Gambar 2.1 Rangkaian Instruksional
Sumber: “Komunikasi Instruksional” Pawit M.Yusuf (2010:70)
Gambar di atas menjelaskan dimana komunikasi instruksional merupakan
suatu proses yang didalamnya terdapat seperangkat langkah-langkah berangkaian
yaitu:
sebelum melaksanakan tugasnya di lapangan. Disni, komunikator diharapkan mampu menyampaikan suatu isi dari rincian informasi secara lebih jelas dengan apa yang dimaksudkannya. Untuk mencapai tujuan dalam hal memola perilaku komunikasi, komunikator pun harus mampu mengkhususkan isi dan tujuan-tujuan instruksionalnya.
2. Penaksiran perilaku mula (assessment of entering behavior), merupakan tahap dimana komunikator melakukan perkiraan mula yang perlu diperhatikan, misalnya dengan memahami situasi dan kondisi pihak sasaran, termasuk kemampuan awal yang telah dimilikinya. Hal tersebut perlu dilakukan oleh seorang komunikator dengan tujuan untuk tindakan selanjutnya. Tahap ini diperlukan dalam suatu proses komunikasi instruksional karena dengan melakukan penaksiran, maka akan semakin banyak kita dalam mengenal kondisi sehingga semakin besar pula perilaku komunikasi kita sesuai dengan harapan. Dengan begitu akan lebih mudah untuk kita mengetahui segala sesuatu mengenai sasaran sejak awal.
3. Penetapan strategi instruksional, merupakan langkah dimana komunikator mulai menetapkan startegi yang tepat dan cocok bagi sasaranya. Strategi yang digunakan oleh komunikator banyak ditentukan oleh situasi dan kondisi medan. Dalam komunikasi instruksional, dikenal dua macam strategi yaitu strategi ekspository, dan strategi inkuiri. Strategi ekspository merupakan strategi dengan pemaparan yang sistematis, dengan menggunakan strategi ini, diharapkan informasi yang diberikan komunikator akan lebih meresap diterima sasaran.Sementara startegi inkuiri merupakan strategi penemuan dengan menggunakan alat-alat dan sarana tertentu sebagai percobaan dengan tujuan untuk menemukan suatu kesimpulan berdasarkan hasil percobaan atau penelitian tadi.
4. Organisasi satuan-satuan instruksional, merupakan langkah dimana mulai dirumuskan pengelolaan satuan-satuan instruksional yang banyak bergantung pada isi yang akan disampaikan. Informasi yang disampaikan haruslah dipecah ke dalam unit-unit kecil dengan sistematika yang berurutan. Pesan-pesan informasi dikelompokkan sehingga tersusun secara runtut dan hirarkis. Penyajiannya pun harus runtut dan tidak boleh melompat dimulai dari yang paling sederhana, merumit, hingga ke tahap yang kompleks.
2.4 Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2.4.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dengan pasal 1
angka 14 mengenai Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
“Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendiidkan lebih lanjut”.
Dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak
Usia Dini Terpadu” yang dikeluarkan Kementrian Pendidikan
Nasional, Undang undang tersebut terbit berdasarkan suatu kajian
mengenai salah satu kebijakan strategis dalam pembangunan
sumber daya manusia yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Usia dini merupakan masa keemasan (the golden age)
namun sekaligus sebagai periode yang sangat kritis
dalam tahap perkembangan manusia. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa sampai usia 4 tahun tingkat
kapabilitas kecerdasan anak telah mencapai 50%. Pada
usia 8 tahun mencapai 80%, dan sisanya sekitar 20%
2. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini
sangat menentukan derajat kualitas kesehatan,
intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas
manusia pada tahap berikutnya. Dengan demikian
pengembangan anak usia dini merupakan investasi
sangat penting bagi sumber daya manusia yang
berkualitas.
Berkenaan dengan perkembangan PAUD, pada akhir tahun
2009 dari sekitar 28,8 juta anak usia dini yaitu terhitung mulai usia
0-6 tahun yang terlayani PAUD baru sekitar 53,70%, baik yang
terlayani melalui PAUD formal seperti Taman Kanak-Kanak
maupun PAUD nonformal seperti Tempat Penitipan Anak,
Kelompok Bermain, dan satuan PAUD sejenis. Rendahnya akses
layanan PAUD tersebut disebabkan oleh belum optimalnya
pemanfaatan berbagai lembaga PAUD yang ada untuk memberikan
layanan bagi anak usia dini karena lembaga-lembaga yang berdiri
umumnya masih bersifat parsial antara satu lembaga PAUD
dengan lembaga PAUD lainnya. Berkaca dari kondisi tersebut,
dirasakan perlunya pembinaan PAUD secara terpadu dan
terkordinasi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36
tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Pendidikan Nasional menetapkan bahwa pembinaan Pendidkan
PAUD nonformal dalam hal pembinaanya menjadi kewenangan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini.
2.4.2 Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Sebagai lembaga yang lahir atas kepentingan masyarakat dan terbit
atas peraturan pemerintah, patut adanya bila penyelenggaraan PAUD
didasari oleh prinsip-prinsip yang mengakar dalam tubuh PAUD itu
sendiri. Maka, dirumuskan pula prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia
Dini yang juga tertulis lengkap dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu” sebagai berikut:
1. PAUD merupakan bagian dari upaya pemenuhan hak anak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, berkembang, dan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
2. Pelaksanaan PAUD bersifat menyeluruh dan terpadu yang
mencakup aspek layanan kesehatan dasar, peningkatan gizi,
pengasuhan, dan rangsangan pendidikan.
3. PAUD dilaksanakan bagi semua anak Indonesia secara adil tanpa
memandang perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, warna kulit,
agama, dan status sosial anak.
4. Anak-anak dengan kelainan fisik dan atau perkembangan mental
berhak memperoleh layanan PAUD, baik dalam bentuk pendidikan
5. PAUD menempatkan anak sebagai individu yang memiliki
kebutuhan dan kemampuan diri untuk tumbuh dan berkembang
melalui lingkungan yang disiapkan secara sadar dan terencana.
6. Pelaksanaan PAUD mengakar pada nilai-nilai moral serta budaya
lokal dan nasional.
7. Pelaksanaan PAUD meruoakan tanggung jawab keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.
2.4.3 Tujuan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki landasan untuk apa
pembelajaran dilakukan. Landasan tersebut dirumuskan ke dalam suatu
tujuan-tujuan tertulis sebagai program agar pada saat di lapangan nanti
pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Begitupun
dengan Pendiidkan Anak Usia Dini yang memiliki tujuan pembelajaran
secara seragam yang juga harus diikiti oleh PAUD-PAUD lainnya di
Indonesia. Terdapat dua tujuan pembelajaran dalam PAUD yang tertulis
dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Terpadu” yaitu:
1. Tujuan umum
Pembelajaran bertujuan mengembangkan berbagai potensi
anak sejak dini sebagai persiapan untuk masa depannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Anak mampu mengenal dan percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, melakukan ibadah, mengenal ciptaan Tuhan dan
mencintai sesama.
Anak memiliki nilai moral, sikap, dan budi pekerti yang
baik.
Anak mampu mengelola dan mengontrol keterampilan
tubuh termasuk gerakan halus dan gerakan kasar serta
mampu menerima rangsangan sensorik (panca indera)
Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman
bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang
bermanfaat untuk berfikir dan belajar.
Anak mampu berfikir kreatif, logis, kritis, memberi alasasn,
memecahkan dan menemukan sebab akibat.
Anak memiliki keterampilan hidup (life skill) untuk
membentuk kemandirian anak.
Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan
sosial, masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan
budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, rasa
memiliki dan sikap positif terhadap belajar.
Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama,
berbagai bunyi, bertepuk tangan serta menghargai hasil
karya yang kreatif.
Pendidikan Anak Usia Dini memiliki standar tersendiri dalam
menentukan dan merancang suatu proses pembelajaran. Hal tersebut
karena dalam pembelajaran PAUD memiliki orientasi-orinetasi tertentu
yang harus dipertimbangkan dalam memberikan asupan pembelajaran agar
sesuai dengan porsinya sebagai anak-anak. Terdapat empat langkah proses
pembelajaran yang telah ditetapkan yang tertulis lengkap dalam buku
“Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu” yaitu:
1. Persiapan Pembelajaran
a) Perencanaan pembelajaran Program PAUD Terpadu dapat
dilaksanakan berdasarkan atas tema-tema yang dekat dengan
kehidupan anak. Dikembangkan dalam silabi atau satuan kegiatan
(mingguan atau harian) dengan menggunakan pendekatan
menyeluruh dan terpadu.
b) Satuan kegiatan mingguan dan harian disusun oleh pendidik yang
mengacu pada acuan menu pembelajaran yang berdasarkan
aspek-aspek perkembangan anak sesuai dengan usia dan kemampuan
anak.
c) Pembelajaran program PAUD Terpadu dapat menggunakan
berbagai metode pembelajaran, tetapi harus mengacu pada
prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini.
d) Kegiatan Main
1) Kegiatan main untuk anak usia 2-3 tahun mencakup main
2) Kegiatan main untuk anak usia 4-6 tahun mencakup main
sensomotor, main peran dan main pembangunan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Program PAUD Terpadu dapat mengacu pada
kalender Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Dinas pendidikan
Kab/Kota setempat.
Terdapat lima hal yang ditetapkan dalam kegiatan bermain, yaitu:
Kegiatan bermain yang dimainkan anak didik.
a) Alat permainan edukatif (APE) yang akan dimainkan anak
didik.
b) Waktu untuk menyelenggarakan kegiatan bermain.
c) Tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermain.
d) Tenaga pendidik yang bertugas mendampingi anak bermain.
3. Evaluasi Pembelajaran
a) Tujuan Evaluasi Pembelajaran
1) Untuk mengetahui status pertumbuhan dan tahap
perkembangan anak.
2) Untuk mengetahui efektivitas materi, metode, sumber
belajar, dan media untuk pencapaian proses dan hasil
pembelajaran.
3) Untuk menyusun perencanaan pembelajaran lebih lanjut.
4) Untuk menyusun laporan pertumbuhan dan perkembangan
5) Untuk memberikan informasi pada orang tua wali tentang
kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak.
b) Prinsip evaluasi pembelajaran
1) Menyeluruh
Evaluasi mencakup seluruh aspek pertumbuhan dan
perkembangan dalam proses kegiatan pembelajaran anak.
2)Berkesinambungan
Evaluasi dilakukan secara terencana, bertahap dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari
hasil pembelajaran
3)Mendidik
Hasil evaluasi dan pelaporan digunakan untuk membina
dan memberikan dorongan kepada pendidik atau orang tua
utuk memberikan proses pembelajaran (interaksi,
lingkungan dan alat) kepada anak agar dapat mencapai
tahapan perkembangan secara lebih optimal.
4)Kebermaknaan
Hasil evaluasi dan pelaporan harus bermakna bagi anak,
pendidik, dan orang tua serta pihak lain yang memerlukan
instrument evaluasi.
4. Pelayanan Bimbingan
Pelayanan bimbingan di lembaga PAUD Terpadu mencakup
A) Bimbingan kepada anak
Mencakup pelayanan bimbingan kepada anak didik, guna
membantu mengenal lingkungannya, memahami bakat dan
minatnya, membantu mengenal kemampuan dirinya sendiri dan
lain-lain.
B) Bimbingan kepada orang tua anak didik
1) Memberikan informasi yang diperklukan orang tua
berkenaan dengan keadaan anaknya, memberikan bantuan
cara mengatasi masalah anak, membantu memahami
keseluruhan kegiatan bermain di lembaga yang
bersangkutan.
2) Memahami informasi yang diperlukan orang tua tentang
proses pembelajaran di PAUD Terpadu.
3) Pembinaan kepada orang tua anak didik mengenai tumbuh
kembang anak, gizi anak dan program pembelajaran di
lembaga PAUD Terpadu
2.5.Tinjuan Tentang Psikologi Anak
2.5.1.Faktor-Faktor Pembentukan Kepribadian Anak
Berdasarkan ilmu psikologi, masa anak-anak merupakan masa
pembentukan kepribadian yang dipengaruhi oleh beberapa pengaruh