• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Instruksional Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) "Anak-Anak Ceria" Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Komunikasi Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada PAUD "Anak-Anak Ceria" Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Instruksional Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) "Anak-Anak Ceria" Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Komunikasi Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada PAUD "Anak-Anak Ceria" Bandung)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: contoh sikap estetis anak paud

(2)

(STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL

MELALUI PERMAINAN EDUKATIF LOGICO PRIMO PADA PAUD “ANAK-ANAK CERIA” BANDUNG)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh ,

STEFANI BUDI HARTANTI NIM. 41808001

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(3)
(4)

iv

Edukatif Logico PrimoPada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung)

Oleh:

STEFANI BUDI HARTANTI NIM :41808001

Skripsi ini dibawah bimbingan: Dra. Kiki Zakiah, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi instruksional pada

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) “Anak-Anak Ceria” Bandung. Peneliti mencoba untuk menganalisis dari spesifikasi isi dan tujuan instruksional, penaksiran perilaku mula, penetapan strategi instruksional, organisasi satuan-satuan instruksional, dan umpan balik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif. Informan penelitian berjumlah 8 (delapan) orang dan informan kunci berjumlah 5 (lima) orang. Sebagian besar data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, internet searching, dan didukung oleh studi pustaka serta triangulasi data. Adapun teknik analisa data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, evaluasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi instruksional pada PAUD Anak-Anak Ceria meliputi proses spesifikasi isi dan tujuan instruksional yaitu persiapan oral yang meliputi tambahan informasi dan persiapan tertulis yang meliputi SKM (Satuan Kegiatan Mingguan) serta materi cadangan.Selanjutnya yaitu strategi instruksional yang berupa penggunaan alat peraga serta penggunaan buku PAUD, buku cerita anak-anak, dan pelacakan informasi melalui internet. Kemudian proses organisasi satuan-satuan instruksional dengan cara pengelolaan pesan dan pengelolaan hambatan dan yang terakhir yaitu umpan balik yang nampak yaitu berupa umpan balik positif dan umpan balik negatif.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa komunikasi instruksional melalui permainan edukatif logico primo pada PAUD Anak-Anak Ceria tidak melalui proses penaksiran perilaku mula dikarenakan siswa yang masih berada pada fase anak awal dan fase keserasian sekolah dimana emosi dan kemampuan siswa masih berada di fase yang belum stabil sehingga sulit untuk dilakukan suatu penaksiran.

Saran yang dapat peneliti berikan adalah dalam melakukan proses komunikasi instruksional khusus bagi sasaran usia dini, sebaiknya guru lebih bersifat fleksibel dan menyesuaikan dengan kondisi siswa baik secara fisik maupun psikologi, penggunaan strategi serta penyampaian pesan pun hendaknya dilakukan dengan cara yang menarik bagi anak-anak seperti penggunaan multimedia.

(5)

iv

LOGICO PRIMO EDUCATIVE GAME OF PAUD “ANAK-ANAK CERIA” BANDUNG

PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung. Researcher try to analyzing the specification content

and instructional purpose, instructional strategy, instructional organization unit, and feed back.

This research used qualitative, with descriptive method. Informants in this research are 5(five) persons and 5 (five) persons as key informants. Most of datas are collected through by participative observation, in depth interview, documentation, internet searching, and supported by book study, and triangulation data. Analyzing data technique are data collecting, data reduction, data display, conclusion and verification.

The result of this research show that instructional communication of PAUD “Anak

-Anak Ceria” Bandung are specification content and instructional purpose process including

oral preparing is information addition and write preparing are SKM and reseve materi, then instructional strategy including use model tools, and user guide PAUD books, children strory book, and internet searching.Then instructional organization unit including with manage the massage and manage the noise. And the last is feed back are positive feedback and negative feed back.

The conclution of this research are instructional communication through Logico Primo Educative Game in PAUD “Anak-Anak Ceria” is not pass through appraising behavior. That is because of the students are still at first phase of Childern and compatible school phase that they still have unstable ability and emotion so that it will be hard to do some appraising for children.

Researcher suggest that in every instructional communication process, specific for children, it will be better if the teacher has flexible way and appropriate with students physic and phisicology condition. Strategy is using with attractive massage communicating for take

children’s attention such as using multimedia as a tools.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Shalom,

Salam Sejahtera..

Puji Tuhan pada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya dan kurnia-Nya

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Dalam skripsi ini peneliti membahas mengenai “Komunikasi Instruksional

Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) “Anak-Anak Ceria” Bandung (Studi

Deskriptif Mengenai Komunikasi Instruksional Melalui Permainan Edukatif

Logico Primo Pada PAUD Anak-Anak Ceria Bandung)”. Peneliti akan membahas

secara rinci gambaran dan penjabaran peristiwa mengenai bagaimana komunikasi

instruksional yang dilakukan Guru PAUD Anak-Anak Ceria Bandung dengan

siswanya ketika guru sedang membimbing siswanya dalam melakukan permainan

edukatif atau yang disebut dengan permainan logico primo.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua

orang tua serta kakak dan adik penulis yang selalu memberikan dukungan baik

secara moril maupun materil dan membantu penulis terutama melalui untaian

doa-doanya.

Penulis sadari sepenuhnya bahwa dalam melakukan penyusunan skripsi

dengan baik tanpa ada dukungan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.

(7)

vii

kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan usulan penelitian.

Secara khusus penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Drs. Manap Solihat. M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia yang telah mengeluarkan

surat-surat sebagai tanda dukungan dan ijin kepada penulis dalam menyusun

usulan penelitian serta memberikan pengarahan dan pandangan selama

proses penyusunan usulan penelitian berlangsung.

2. Dra.Kiki Zakiah, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar hati berkenan memberikan bimbingannya serta membagikan waktunya,

ilmunya dan arahan yang terbaik sebelum dan sesudah penulis

merampungkan usulan penelitian ini.

3. Rismawaty,S.Sos, M.Si selaku Dosenwali yang tak hentinya memberikan arahan serta motivasi dalam proses kelancaran terhadap penulis dalam

penyusunan proposal usulan penelitian ini.

4. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

5. Ratna Widiasti A.md Selaku Sekretaris Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah membantu semua keperluan

administrasi penulis sebelum dan sesudah penulis menyusun proposal

usulan penelitian.

(8)

viii

membantu semua keperluan administrasi penulis sebelum dan sesudah

penulis menyusun proposal usulan penelitian.

7. Mch.Pudji Suhartini,S.Pd selaku kepala sekolah PAUD Anak-Anak Ceria yang telah memberikan ijin, waktu serta ilmu dan pengalaman yang

berharga kepada penulis untuk belajar dan mendapatkan informasi serta

data di tempat serta berkenanan menjadi informan kunci dalam penelitian

ini.

8. Cecilia Trini Lestari, S.Ti selaku staf pengajar PAUD Anak-Anak Ceria Bandung sekaligus pembimbing penulis yang telah memberikan ilmu,

arahan, bimbingan, dan waktunya untuk penulis selama penulis melakukan

pencarian , pengumpulan data dan informasi.

9. Putri Yanti, Siska Rostika, Alna Sari Safrida selaku staf pengajar PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yang telah memberikan waktu dan

pengalaman serta berkenan menjadi objek penelitian serta memberikan

informasinya kepada penulis selama penulis menyusun proposal usulan

penelitian ini.

10. Teti.S, Rida.F, Neneng Sri Dahlia, Mia.M selaku orang tua murid PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yang telah berkenan menjadi objek

penelitian serta memberikan informasinya kepada penulis selama penulis

menyusun proposal usulan penelitian ini.

(9)

ix

lewat tawa dan candanya juga telah berkenan memberikan kelengkapan

informasi pada proposal usulan penelitian ini.

12. Azis , Fany, sahabat terbaik yang tak pernah berhenti menularkan semangat, ilmu, dukungan, perhatian dan bantuannya mulai dari awal

perjuangan hingga akhir.

13. Uchi , Mei , Ade, Icha sahabat seperjuangan yang selalu setia memberi suport,dan membagi ilmu serta tidak pernah berhenti memberikan

semangat, canda-tawa, perhatian, dan doa kepada penulis.

14. Teman-teman seperjuangan khususnya IK1, IKH-3, yang tidak pernah berhenti menularkan semangatnya .Semoga 2012 kita lulus, amin.

15. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama penyusunan proposal penelitian serta orang-orang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Selanjutnya

berharap dan berterima kasih atas segala saran dan masukan dari pembaca. Saran

dan masukan penulis terima dengan hati terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi pihak yang berkepentingan. Amin....

Salam kasih,

Bandung, 22 Juli 2012 Penulis,

(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 8

1.2.1. Pertanyaan Makro ... 8

1.2.2 .Pertanyaan Mikro ... 9

1.3. Maksud dan Tujuan ... 10

1.3.1.Maksud Penellitian ... 10

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teortitis ... 11

(11)

xi

2.1.2. Tujuan Komunikasi ... 15

2.1.3. Fungsi Komunikasi ... 16

2.1.4. Unsur-Unsur dalam Proses Komunikasi ... 17

2.1.5 Tinjauan Komunikasi Antar Persona ... 18

2.1.6. Tinjauan Komunikasi Intrapersona ... 20

2.2. Tinjauan Tentang Komunikasi Pendidikan ... 21

2.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Instruksional ... 22

2.3.1. Pengertian Komunikasi Instruksional ... 22

2.3.2. Fungsi Komunikasi Instruksional ... 24

2.3.3. Proses Komunikasi Instruksional ... 25

2.4 Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 27

2.4.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 27

2.4.2. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 29

2.4.3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) .... 30

2.4.4. Proses Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 31

2.5 Tinjauan Tentang Psikologi Anak ... 35

2.5.1.Faktor-Faktor Pembentukan Kepribadian Anak ... 35

2.5.2.Psikologi Perkembangan Anak ... 37

2.6 Tinjauan Tentang Permainan Edukatif Logico Primo ... 38

(12)

xii

2.7 Kerangka Pemikiran ... 45

2.7.1. Kerangka Teoritis ... 45

2.7.2 Kerangka Konseptual ... 56

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1.Tinjauan Tentang PAUD Anak-Anak Ceria ... 64

3.1.1 Sejarah PAUD Anak-Anak Ceria... 64

3.1.2 Latar Belakang PAUD Anak-Anak Ceria ... 67

3.1.3 Visi PAUD Anak-Anak Ceria ... 68

3.1.4 Misi PAUD Anak-Anak Ceria ... 68

3.1.5 Struktur dan Tugas Pokok Organisasi PAUD Anak-Anak Ceria 68 3.1.6 Program Belajar PAUD Anak-Anak Ceria ... 71

3.1.7 Jadwal Kegiatan Belajar PAUD Anak-Anak Ceria ... 72

3.1.8 Program Kegiatan PAUD Anak-Anak Ceria ... 74

3.1.9. Kalender Pendidikan PAUD Anak-Anak Ceria ... 76

3.2 Metode Penelitian ... 80

3.2.1 Desain Penelitian ... 80

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 82

3.2.2.1. Studi Pustaka ... 82

3.2.2.2. Studi Lapangan ... 83

(13)

xiii

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 95

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 95

3.2.5.1.Tempat Penelitian... 95

3.2.5.2.Waktu Penelitian ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Profil Informan ... 101

4.1.1.Informan Utama ... 102

4.1.2 Informan Kunci ... 111

4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ... 118

4.2.1.Spesifikasi Isi dan Tujuan Melalui Permainan Edukatif Logico PrimoPada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 119

4.2.2.Penaksiran Perilaku Mula Melalui Permainan Edukatif Logico PrimoPada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 138

4.2.3.Penetapan Strategi Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico PrimoPada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 155

4.2.4.Organisasi Satuan-Satuan Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 167

4.2.5.Umpan Balik Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada PAUD “Anak-Anak Ceria” Bandung ... 183

(14)

xiv

5.2.1.Saran Bagi Guru-Guru PAUD “Anak-Anak Ceria Bandung” ... 221

5.2.2.Saran Bagi PAUD “Anak-Anak Ceria Bandung” ... 224

5.2.3.Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 224

DAFTAR PUSTAKA ... 225

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 228

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 305

(15)

xv

Tabel 3.2 Program Kegiatan Anak dan Guru Tahun Ajaran 2011-2012 ... 75

Tabel 3.3Kalender Pendidikan PAUD Anak-Anak Ceria Tahun Ajaran 2011-2012 76 Tabel 3.4 Daftar Informan... 90

Tabel 3.5 Daftar Key Informan ... 92

Tabel 3.6 Schedule Penelitian ... 96

Tabel 4.1 Jadwal Wawancara Informan dan Informan Kunci ... 99

(16)

xvi

Gambar 2.1. Rangkaian Instruksional ... 25

Gambar 2.2 Skema Logico ... 39

Gambar 3.1 Alur Model Analisa Data ... 94

Gambar L.1 Proses Bimbingan Bermain Logico Primo ... 302

Gambar L.2 Pengarahan Aturan Main Pada Siswa ... 302

Gambar L.3 Proses Bermain Logico Primo Pada Siswa ... 302

Gambar L.4 Proses Pengamatan Oleh Guru ... 302

Gambar L.5 Papan Logico Primo TK-A ... 303

Gambar L.6 Proses Komunikasi Instruksional... 303

Gambar L.7 Wawancara Dengan Orang Tua Murid ... 303

Gambar L.8 Wawancara Dengan Orang Tua Murid ... 303

Gambar L.9 Wawancara Dengan Orang Tua Murid ... 304

Gambar L.10 Wawancara Dengan Siswa... 304

Gambar L.11 Wawancara Dengan Guru ... 304

Gambar L.12 Wawancara Dengan Guru ... 304

Gambar L.13 Gedung Sekolah PAUD Anak-Anak Ceria Bandung ... 305

Gambar L.14 Gedung Sekolah PAUD Anak-Anak Ceria Bandung ... 305

Gambar L.15 Paket Lengkap Logico Primo ... 305

Gambar L.16 Wawancara Dengan Kepala Sekolah ... 305

(17)
(18)

xviii

Lampiran 2 : Surat Research ... 229

Lampiran 3 : Surat Balasan Penelitian dari PAUD “Anak-Anak Ceria”... 230

Lampiran 4 : Berita Acara Bimbingan Penelitian... 231

Lampiran 5 : Surat Rekomendasi Pembimbing ... 232

Lampiran 6 : Lembar Revisi Seminar Usulan Penelitian ... 233

Lampiran 7 : Lembar Revisi Skripsi ... 234

Lampiran 8 : Satuan Kegiatan Mingguan PAUD “Anak-Anak Ceria” ... 235

Lampiran 9 : Lembar Identitas Informan dan Informan Kunci ... 236

Lampiran 10 : Pedoman Wawancara ... 248

Lampiran 11 : Transkrip Observasi ... 254

Lampiran 12 : Transkrip Wawancara ... 257

(19)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan pada umumnya dan pada ranah pendidikan anak

usia dini pada khususnya, terdapat suatu penerapan komunikasi instruksional

dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar. Sama halnya dengan salah satu

institusi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Anak-Anak Ceria Bandung yang

menerapkan komunikasi instruksional dalam rangka untuk mempermudah dan

membantu dari pencapaian tujuan yang dikehendaki.

Komunikasi instruksional merupakan salah satu bentuk komunikasi sebagai

sub dari komunikasi pendidikan yang secara senderhana dapat diartikan bahwa di

dalam komunikasi pendidikan terdapat aspek komunikasi instruksional, atau

komunikasi pendidikan memiliki kajian bidang yang lebih luas dibandingkan

dengan komunikasi instruksional. Banyak orang mempersepsikan makna instruksi

diartikan sebagai suruhan dari seseorang kepada orang lain. Namun dalam buku

Pawit M. Yusuf yang berjudul “ Komunikasi Instruksional”, Instruksional berasal

dari kata instruction yang artinya pembelajaran atau pengajaran.(Yusuf, 2010 : 6)

Sementara makna komunikasinya sendiri lebih kepada fungsi yang didapatkan

dari suatu proses komunikasi yang berfungsi mendidik (to educate) untuk

mencapai kedewasaan dan kemandirian. Dalam buku “Komunikasi Instruksional”

milik Pawit M.Yusuf (2010:2) tertulis bahwa komunikasi pendidikan sebagai

(20)

merambah atau menyentuh dunia pendidikan dengan segala aspeknya. Sementara

komunikasi instruksional lebih merupakan bagian kecil dari komunikasi

pendidikan karena komunikasi instruksional merupakan komunikasi yang dipola

dan dirancang secara khusus untuk mengubah perilaku sasaran dalam komunitas

tertentu ke arah yang lebih baik. Serta lebih berorientasi pada aspek

operasionalisasi pendidikan terutama aspek membelajarkan sasaran. Perubahan

perilaku dalam komunikasi instruksional merupakan perubahan perilaku pada

aspek kognisi, afeksi dan konasi atau psikomotorik.

Contoh bentuk terjadinya proses komunikasi instruksional yaitu ketika

suasana proses belajar secara formal terjadi antara pengajar dengan sasaran,

dimana pengajar melakukan fungsinya yaitu fungsi mendidik, dan komunikasi

instruksional hanya diterapkan dalam institusi atau lembaga formal yang memiliki

fungsi-fungsi mendidik yaitu lembaga pendidikan seperti TK/PAUD dan

lembaga anak usia dini yang sederajat, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas,

Politeknik, Sekolah Tinggi dan lembaga pendidikan yang sederajat. Dalam

penerapannya komunikasi instruksional dapat diterapkan untuk segala kalangan

dan sasaran dari berbagai umur atau tingkatan pendidikan karena komunikasi

instruksional merupakan sebuah proses mulai dari tahap sebelum pembelajaran

berlangsung hingga pada tahap terakhir pembelajaran. Melihat makna komunikasi

instruksional tersebut, sudah jelas bahwa peristiwa komunikasi instruksional akan

terjadi pada setiap institusi pendididkan formal dan salah satunya yaitu sekolah

(21)

Lahirnya lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia bermula

dari suatau alasan sederhana yaitu adanya kepedulian akan rangsangan pendidikan

di usia dini. Para ahli menyebutkan bahwa usia dini merupakan usia

perkembangan emas dimana anak membutuhkan pendidikan yang sesuai dengan

tahap perkembangan anak. Pendidikan ini hendaknya dilakukan secara bertahap,

berulang, konsisten, dan tuntas sehingga memiliki daya ubah (manfaat) bagi anak.

Seiiring bertambahnya usia, anak-anak membutuhkan rangsangan pendidikan

yang lebih lengkap sehingga memerlukan tambahan layanan pendidikan di luar

rumah yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini atau dikenal

dengan nama PAUD yang kemudian diatur dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun

2003 bahwa terdapat bentukan Satuan PAUD sejenis atau bentuk lain yang

sederajat seperti layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program Bina

Keluarga Balita (BKB) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang selanjutnya

disebut Pos PAUD. Adapun pengertian PAUD yang tertulis dalam buku

“Pedoman Teknis Penyelenggaraan POS PAUD” yang diterbitkan oleh Direktorat

Pendidikan Anak Usia Dini yaitu:

“Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14 UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas)”.

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 (pasal 28) dinyatakan pula bahwa

PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dan PAUD dapat

diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal seperti Taman Kanak-Kanak,

(22)

terselenggara memiliki tiga tujuan program PAUD yang juga harus dimiliki

PAUD-PAUD lainnya yang diantaranya ialah:

1. Memberikan model layanan PAUD yang dapat menjangkau masyarakat luas hingga ke pelosok pedesaan.

2. Memberikan wahana bermain yang mendidik bagi anak-anak usia dini yang tidak terlayani PAUD lainnya.

3. Memberikan contoh kepada orang tua dan keluarga tentang cara-cara pemberian rangsangan pendidikan kepada anak untuk dilanjutkan di rumah. (Depdiknas , 2008:3)

Bertolak dari ketiga tujuan program PAUD di atas terutama pada poin ke

dua, PAUD-PAUD di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan wahana

permainan edukatif yang dapat memberikan rangsangan pendidikan yang sesuai

dengan tahap perkembangan anak. Hal tersebut telah dilakukan oleh PAUD

Anak-Anak Ceria Bandung selaku objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada

proposal penelitian ini. PAUD Anak-Anak Ceria merupakan PAUD yang telah

berkembang sejak 11 September 2004 dengan baik di Bandung. Paud yang kini

dikepalai oleh Pudji Suhartini Spd , kini telah memiliki empat guru tetap dan dua

guru honorer serta telah menerapkan tujuh bidang pengembangan yang terdiri

dari bahasa, kognitif, seni, motorik kasar, motorik halus, budi pekerti dan agama;

Islam dan Khatolik serta tiga ekstrakulikuler yaitu komputer, Bahasa Inggris, dan

Logico Primo.

Selama dua tahun belakangan ini, PAUD Anak-Anak Ceria menyediakan

wahana permainan edukatif sebagai penerapan dari salah satu tiga tujuan program

yang wajib diikuti oleh PAUD-PAUD di Indonesia, yaitu untuk penerapan pada

poin ke dua bahwa PAUD akan memberikan wahana permainan yang mendidik.

(23)

merupakan lembaga pendidikan yang berkecimpung dalam dunia anak. Seperti

tertulis dalam Buletin PADU edisi 5 bahwa dunia anak adalah dunia bermain.

Melalui bermain, anak dapat mengorganisir berbagai pengalaman dan kemampuan

kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan anak. Pentingnya bermain

dalam dunia anak tidak akan terlepas dari pentingnya alat permainan sebagai

penunjang dan bentuk fasilitasi. Alat permainan bagi anak usia dini menjadi

sangat penting karena disamping anak memulai belajarnya dari hal-hal konkrit,

tersedianya alat-alat permainan memungkinkan ditumbuhkannya budaya belajar

mandiri, budaya demokrasi, dasar pembiasaan untuk kehidupan di kemudian hari,

serta menciptakan komunikasi antara anak dengan orang dewasa dan teman

sebaya.

Pemilihan wahana permainan untuk anak usia dini bisa dikatakan cukup

ketat dalam pemilihannya. Bahkan pemerintah mengaturnya dalam Standar Sarana

dan Prasarana dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan diartikan sebagai standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan kriteria minimal tentang tempat bermain dan alat permainan sebagai salah

satu syarat. Maka, PAUD Anak-Anak Ceria terhitung sejak tahun 2010

menyediakan wahana permainan edukatif yaitu Logico primo yang sampai saat ini

masuk ke dalam kegiatan ekstrakulikuler di PAUD Anak-Anak Ceria Bandung.

Logico primo dipilih menjadi wahana permainan edukatif yang masuk ke dalam

ekstrakulikuler di PAUD Anak-Anak Ceria Bandung karena logico primo bukan

merupakan kegiatan bermain biasa melainkan merupakan permainan yang

(24)

tingkat kemampuan siswa. Hal tersebut agar siswa tidak hanya mendapatkan rasa

puas atau senang dalam bermain tapi juga mampu mengembangkan

kemampuannya dengan bermain sambil belajar. Sehingga dalam penerapannya

guru membuat suatu kurikulum atau silabus dan materi yang telah disiapkan

sesuai dengan kemampuan tiap-tiap siswa serta mencatat perkembangan

kemampuan siswa dalam progress chart record (catatan kemajuan siswa).

Logico merupakan permainan edukatif dengan sistem belajar baru, yang

dikembangkan di Jerman sejak tahun 1993 oleh Finken-Verlag. Perangkat

permainan ini terdiri atas papan dan lembar-lembar gambar beraneka warna yang

menarik. Logico secara khusus dikembangkan untuk anak-anak pra-sekolah

hingga anak-anak sekolah dasar. Permainan edukatif ini memiliki prinsip dimana

dalam penerapannya tetap sama tetapi alat-alat dan seri pelatihannya berbeda

sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia. Permainan edukatif ini memiliki empat

jenis paket permainan yang disesuaikan dengan umur serta jenjang pendidikannya

yang terdiri dari Logico Primo, Logico Piccolo, Logiko Maximo, dan Logico

Rondo. Sementara Logico yang sampai saat ini diterapkan oleh PAUD

Anak-Anak Ceria Bandung yaitu Logico Primo karena klasifikasi umur yang

disesuaikan dengan siswa-siswi PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yaitu untuk

umur 4-6 tahun atau dengan jenjang pendidikan playgroup dan Taman

Kanak-Kanak.

Melalui penerapan Logico Primo inilah terjadi peristiwa komunikasi

instruksional antara para pengajar PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yang terdiri

(25)

komunikasi instruksional, dengan peserta didik PAUD Anak-Anak Ceria Bandung

yang merupakan sasarannya. Proses komunikasi instruksional terjadi melalui

kegiatan Logico Primo karena komunikasi instruksional merupakan bentuk

komunikasi dalam suatu kegiatan belajar-mengajar pada kegiatan tatap muka

maupun pada kegiatan instruksional lainnya. Sementara Logico Primo dimainkan

dengan bantuan peran komunikasi secara tatap muka antara komunikator dengan

komunikan.

PAUD Anak-Anak Ceria Bandung memilih Logico Primo sebagai wahana

permainan edukatif andalan mereka karena manfaat yang bisa diperoleh oleh

siswa PAUD Anak-Anak Ceria Bandung yang tertulis dalam modul Logico yang

berjudul “ Learning Is Most Effective When I’ts Fun” yaitu:

1. Mendukung perkembangan kognitif anak 2. Mengembangkan disiplin belajar yang baik

3. Mengutamakan pendekatan holistik pada pendidikan

4. Memotivasi anak untuk belajar mandiri maupun belajar bersama 5. Mengembangkan kemampuan membedakan secara visual auditif

6. Mengembangkan kemampuan berfikir secara logis dan kritis, dan dedukatif sekaligus kemampuan memecahkan masalah

7. Melatih anak berkomunikasi. (Depdiknas, 2000:8)

Ketika proses komunikasi instruksional berlangsung dalam kegiatan

permainan Logico Primo, terjadi pula suatu peristiwa komunikasi secara

intrapersona dan antarpersona. Komunikasi intrapersona terjadi karena terdapat

proses dimana seseorang berpikir, mempersepsi, mengingat dan mengindra.

Sementara peristiwa komunikasi antarpersona terjadi karena proses dari adanya

ide atau gagasan informasi seseorang kepada orang lain dimana hanya terlibat

(26)

sasarannya. Peristiwa komunikasi instruksional dapat terlihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 1.1

Proses Kegiatan Logico Primo Antara Guru Dengan Peserta Didik

Sumber: Peneliti , 2012

Dalam skripsi ini, peneliti akan memfokuskan penelitiannya pada

komunikator yaitu Guru PAUD Anak-Anak Ceria sebagai pelaku komunikasi

dalam proses komunikasi instruksional, namun tidak juga meninggalkan

komunikan yaitu siswa PAUD Anak-Anak Ceria sebagai penerima pesan. Hal

tersebut karena penelitian ini pun akan menggambarkan umpan balik yang terjadi

dimana komunikan yaitu siswa yang akan memberikan umpan balik dalam proses

komunikasi instruksional.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan kajian komunikasi

instruksional melalui permainan edukatif logico primo karena peneliti tertarik

untuk mengamati lebih dalam penerapan komunikasi instruksional yang

merupakan proses komunikasi pembelajaran dengan suasana formal, namun dapat

diterapkan dalam proses bermain. Selain itu, peneliti tertarik dengan jenis

permainan itu sendiri yaitu permainan edukatif logico primo yang bukan

merupakan permainan dengan proses bermain biasa, melainkan suatu permainan

(27)

berada pada level yang lebih sulit, sehingga dalam kegiatannya diperlukan suatu

interaksi yang komunikatif antara guru dengan siswa.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1.Pertanyaan Makro

Dari uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah di

atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkatnya.Adapun rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu“ Bagaimana komunikasi

instruksional pada “Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) “

Anak-Anak Ceria” Bandung (studi deskripstif mengenai komunikasi instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada PAUD

“Anak-Anak Ceria” Bandung)

1.2.2.Pertanyaan Mikro

Untuk langkah selanjutnya,peneliti merinci secara jelas , tegas dan

khusus bertolak dari rumusan masalah pada pertanyaan makro di atas,

dengan menggunakan beberapa rincian yang relevan dan sesuai dengan

fokus penelitian serta relevan dengan teori yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Peneliti menyajikan lima pertanyaan mikro yang

diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana spesifikasi isi dan tujuan instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria

(28)

2. Bagaimana penaksiran perilaku mula melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung”?

3. Bagaimana penetapan strategi instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung”?

4. Bagaimana organisasi satuan-satuan instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria

Bandung”?

5. Bagaimana umpan balik melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung” ?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1.Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan,

menjelaskan , menjawab, menganalisa, dan menceritakan tentang

komunikasi instruksional yang dilakukan “PAUD Anak-Anak Ceria

Bandung” melalui permainan edukatif Logico Primo

1.3.2 Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan yang telah teridentifikasi dalam

identifikasi masalah, tujuan peneliti melakukan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui spesifikasi isi dan tujuan instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak

(29)

2. Untuk mengetahui penaksiran perilaku mula melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung”.

3. Untuk mengetahui penetapan strategi instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria

Bandung”.

4. Untuk mengetahui organisasi satuan-satuan instruksional melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak

-Anak Ceria Bandung”.

5. Untuk mengetahui umpan balik melalui permainan edukatif Logico Primo pada “PAUD Anak-Anak Ceria Bandung” .

1.4.Kegunaan Penelitian

1.4.1.Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian yang dibuat oleh peneliti secara teoritis berguna

sebagai pengembangan ilmu komunikasi secara umum yaitu mengenai

komunikasi instruksional pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Anak-Anak Ceria Bandung.

1.4.2.Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan hasil penelitian ini secara praktis diharapkan

dapat membantu mengantisipasi masalah yang ada dalam objek yang

diteliti dan sebagai masukan untuk diaplikasikan dan dijadikan bahan

(30)

 Peneliti agar dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam

pengembangan suatu studi ilmu yang telah dipelajari secara

teori dan sebagai pembelajaran dalam mengaplikasikan teori

kedalam suatu permasalahan yang harus dipecahkan khususnya

mengenai “komunikasi instruksional pada Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) Anak-Anak Ceria Bandung.”

 Akademik yaitu mahasiswa Universitas Komputer Indonesia

secara umum, dan terutama bagi mahasiswa ilmu komunikasi

secara khusus yang ingin melakukan studi literatur dan

pencarian informasi dalam melakukan penelitian dengan kajian

yang sama.

 Lembaga pendidikan yaitu PAUD Anak-Anak Ceria Bandung

sebagai referensi dan tambahan informasi yang dapat

digunakan oleh seluruh warga PAUD Anak-Anak Ceria

Bandung pada umumnya dan secara khusus dapat berguna

dalam penerapan komunikasi instruksional melalui permainan

edukatif Logico Primo agar dapat diterapkan secara tepat dan

optimal sehingga menghasilkan suatu proses komunikasi yang

(31)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

Seluruh kegiatan manusia seluruhnya memerlukan kegiatan

komunikasi. Komunikasi merupakan topik yang banyak di sebutkan, dibahas

dan dipermasalahkan. Hal itu terjadi karena komunikasi merupakan komponen

yang memberikan banyak peran dalam lingkaran kehidupan. Maka terdapat

istilah bahwa “We cannot not communicate”. Istilah tersebut muncul karena

komunikasi sudah merupakan kebutuhan bagi manusia dimana kebutuhan lain

dapat terpenuhi dengan mengikut sertakan komunikasi dalam setiap

pemenuhan kebutuhannya termasuk kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap

lingkungannya. Kebutuhan tersebut memaksa manusia untuk berkomunikasi

karena komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental.

Besarnya peranan komunikasi dapat terbukti dengan adanya

permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi dikarenakan oleh ketidak

cakapan seseorang dalam berkomunikasi baik dalam hal mengkomunikasikan

sesuatu ataupun menerima apa yang telah dikomunikasikan. Banyak

masyarakat percaya bahwa seseorang yang tidak pernah berkomunikasi

dengan orang lain akan terisolasi dari masyarakatnya. Maka dari itu, tak

(32)

merumuskannya dengan membuat teknik komunikasi ataupun strategi

komunikasi guna mencapai komunikasi yang baik dan efektif.

2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communis atau

communico, atau communication yang memiliki arti sama atau

communicare yang memiliki arti membuat sama. Berdasarkan

pengertian tersebut, komunikasi secara ringkas mengartikan bahwa

suatu pikiran, makna dan pesan berorientasi pada adanya kesamaan.

Terdapat berbagai definisi mengenai komunikasi dan ilmunya karena

komunikasi mempunyai makna yang luas, hal tersebut dapat meliputi

energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, serta sistem atau

organisme.

Beberapa ahli dari berbagai latar belakang keilmuan dapat

mendefinisikan arti dari komunikasi. Sama halnya dengan yang

dikemukakan oleh Raymond S.Ross dalam buku “Psikologi

Komunikasi”yang mendefinisikan komunikasi sebagai:

“Proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang-lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.(a transacsional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source). (Rakhmat,2009:3)

Adapun pakar Rogers dan Lawrence Kincaid yang

(33)

atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan

satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling

pengertian yang mendalam. (Cangara, 1998:19)

Sementara secara sempit komunikasi dapat diartikan sebagai

penyampaian pesan melalui media eletktronik. Adapun pengertian

komunikasi secara luas bahwa komunikasi adalah interaksi antara dua

makhluk hidup atau lebih. (Mulyana,2007:46)

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses yang yang dilakukan

karena memiliki suatu tujuan. Dalam buku “Ilmu, Teori dan Filsafat

Komunikasi” disebutkan bahwa komunikasi memiliki empat fungsi

yang diantaranya ialah:

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

3. Mengubah perilaku ( to change the behavior)

4. Mengubah masyarakat ( to change the society). (Effendy,2003:55)

Keempat tujuan komunikasi di atas merupakan tujuan yang

dapat dilakukan secara bertahap. Komunikasi yang bertujuan untuk

mengubah sikap merupakan tujuan komunikasi dengan tataran paling

rendah dan paling mudah dibandingkan dengan tujuan lainnya.

Komunikasi secara persuasif mampu mengubah sikap seseorang. Bila

komunikasi persuasif tersebut efektif, maka seorang individu akan

(34)

proses komunikasi tersebut secara mendalam mampu mengubah

perilaku hingga ke tatanan yang paling kompleks yaitu mengubah

masyarakat, maka tujuan komunikasi serta prosesnya yang efektif telah

tercapai.

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu peristiwa yang memiliki berbagai

macam fungsi. Walaupun para pakar komunikasi mengemukakan

fungsi yang berbeda-beda, namun fungsi-fungsi tersebut juga

berkaitan dengan fungsi lainnya. Dalam hal ini, peneliti mengambil

fungsi komunikasi berdasarkan buku susunan Onong Uchjana Effendy

yang berjudul “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” dimana fungsi

komunikasi terdiri dari empat fungsi yaitu:

1. Menginformasikan ( to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi ( to influence). (Effendy,2003:55)

Adapun tiga fungsi komunikasi menurut Harold D.Lasswell yang

tertulis dalam buku “Sistem Komunikasi Indonesia” milik Nurudiin.

Ketiga fungsi tersebut diantaranya ialah:

1. Penjagaan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment)

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environment) 3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi

(35)

Berdasarkan beberapa fungsi-fungsi yang telah dijelaskan di atas,

memiliki arti bahwa komunikasi memberikan manfaat bagi setiap

kehidupan manusia.

2.1.4 Unsur-unsur Dalam Proses Komunikasi

Dalam proses komunikasi, human communication atau

komunikasi manusia akan bisa terjadi bila komunikasi tersebut

memiliki pesan untuk disampaikan dan didukung oleh komponen atau

elemen komunikasi. Menurut David K Berlo elemen yang juga disebut

unsur-unsur komunikasi secara sederhana terdiri dari : Source

(pengirim), message (pesan), channel (saluran media) dan receiver

(penerima). Adapun Melvin D Fleur menambahkan unsur umpan balik

(feed back) sebagai unsur pelengkap.

Maka secara lengkap dari unsur-unsur yang telah

dikemukakan oleh para pakar di atas, unsur-unsur komunikasi tersebut

yaitu:

1. Sumber

Pengirim atau komunikator. Sumber dapat terdiri dari satu orang atau lebih seperti dalam bentuk partai, organisasi atau lembaga. 2. Pesan

Informasi yang disampaikan dari pengirim kepada penerima, atau dapat pula simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai gagasan atau maksud sumber tadi.

3. Media

Alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Media dapat juga disebut dengan saluran yang berupa saluran secara verbal maupun saluran non verbal.

4. Penerima

(36)

dapat juga disebut dengan tujuan (destination), komunikate (communicate), penyandi balik (decoder), atau khalayak (audience), pendengar (listener) atau penafsir (interpreter).

5. Efek

Perbedaan antara apa yang dipikirkan , dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Atau dapat pula diartikan sebagai sesuaru yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

6. Umpan balik

Proses tautan antara perilaku komunikator dengan komunikan, atau dapat pula diartikan bahwa umpan balik yaitu tanggapan komunikan atau efek tanggapan kepada perilaku komunikator.

Dalam buku “Human Communication” Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss, diartikan bahwa umpan balik yaitu balasan atas perilaku yang anda perbuat. (Tubbs,2008:13)

2.1.5 Tinjauan Komunikasi Antar Persona

Dalam buku “Komunikasi Instruksional” Pawit M.Yusuf (2010:53)

dipaparkan bahwa proses komunikasi instruksional sebagai komunikasi

yang dalam dunia pendidikan sebagian besar akan terjadi karena proses

komunikasi baik secara antarpersona atau intrapersona.

Dalam ranah komunikasi instruksional, komunikasi antarpersona

dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi yang berproses dari adanya ide

atau gagasan informasi seseorang kepada orang lain. (Yusuf, 2010 :53)

Sementara secara umum komunikasi antarpersona adalah komunikasi

antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara

verbal maupun nonverbal. (Mulyana,2007:81) Dalam komunikasi

antarpersona komunikator sebagai penyalur pesan cenderung bersifat

independen dan pesan itu sendiri bersifat terbatas dan pribadi. Saluran

(37)

tersebut dapat secara individu. Karena komunikasi antarpersona hanya

melibatkan dua orang saja, maka umpan balik yang diterima oleh sasaran

akan didapatkan dengan segera.

Proses komunikasi antarpersona sering dikaitkan dengan adanya

persepsi baik dari pihak komunikator maupun pihak sasaran. Hal tersebut

karena persepsi dianggap menjadi salah satu aspek yang akan

mempengaruhi kualitas komunikasi maupun hubungan secara antapersona.

Terdapat beberapa faktor personal yang dianggap dapat mempengaruhi

persepsi interpersonal yaitu:

1. Pengalaman

Pengalaman merupakan faktor yang bisa didapatkan tanpa harus selalu

lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui

rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.

2. Motivasi

Dikenal motif personal yang dapat mempengaruhi persepsi

interpersonal yaitu kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil

(need to bealive in a just world). Orang sukses sering dipercaya bahwa

orang tersebut baik sementara orang yang gagal cenderung dipersepsi

sebagai orang yang berkelimpahan dosa. Dalam hal ini, jelas motif

dunia adil sering mendistorsi persepsi kita.

(38)

Ego merupakan salah satu kepribadian yang dimiliki manusia. Ego

merupakan salah satu cara pertahanan akan dirinya sendiri, dalam

psikoanalisis dikenal istilah proyeksi. Proyeksi adalah:

“Mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ad pada dirinya, yang tidak disenanginya. Orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat dalam menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya”. (Rakhmat,2009:89)

2.1.6 Tinjauan Komunikasi Intrapersona

Dalam ranah komunikasi instruksional, komunikasi

intrapersonal diartikan sebagai kejadian berfikir, mempersepsi,

mengingat, dan mengindra. (Yusuf,2010:53) Deddy Mulyana dalam

buku “Ilmu Komunikasi” mengartikan komunikasi intrapribadi secara

sederhana sebagai komunikasi dengan diri sendiri. Contohnya yaitu

berfikir.

“Komunikasi intrapribadi merupakan landasan dari bentuk-bentuk komunikasi lain, dimana sebelum berkomunikasi dengan orang lain, manusia pasti akan berkomunikasi dulu dengan dirinya sendiri”. (Mulyana, 2007:81)

Dalam buku “Psikologi Komunikasi” Jalaluddin Rakhmat,

komunikasi intrapersonal diartikan sebagai proses pengolahan

informasi dari orang menerima informasi, mengolahnya,

menyimpannya, dan menghasilkannya kembali . (Rakhmat, 2009:49)

Komunikasi intrapersonal pun memiliki beberapa aspek yang di

(39)

1. Sensasi, proses menangkap stimuli. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam menerima informasi. Sensasi diidentikan

dengan alat indera karena sensasi berasal dari kata “sense”. Proses sensasi terjadi ketika alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf dengan bahasa yang dapat dipahami oleh otak kemudian tahap selanjutnya terjadilah proses sensasi.

2. Persepsi, merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan proses dimana sensasi merupakan bagian dari persepsi.

3. Memori. Schlessinger dan Groves dalam buku Jalaluddin

Rakhmat “Psikologi Komunikasi” mendefisnisikan memori sebagai sistem yang sangat berstruktur , yang menyebabkan organism sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Memori merupakan tahap yang sangat penting dalam proses komunikasi intrapersonal karena memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berfikir.

4. Berfikir. Berfikir merupakan tahap terakhir dalam rangkaian proses komunikasi intrapersona. Aniota Taylor mendefinisikan berfikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Bertolak dari definisi tersebut, maka berfikir memiliki beberapa tujuan yaitu untuk pengambilan keputusan, memecahkan masalah, dan menghasilkan yang baru. (Rakhmat,2009:49)

2.2 TinjauanTentang Komunikasi Pendidikan

Komunikasi pendidikan adalah aspek komunikasi dalam dunia

pendidikan atau komunikasi yang terjadi pada bidang pendidikan.

(Yusuf,2010:50) Komunikasi pendidikan ditujukan untuk suatu

pencapaian tujuan pendidikan mulai dari yang bertingkat nasional,

institutional, kurikuler, dan instruksional. Dalam konteks komunikasi

pendidikan, suasana pendidikan yang tercipta bisa bernuansa formal

maupun informal, selagi masih berada dalam kondisi pendidikan, maka

proses komunikasi yang memiliki tujuan mendidik merupakan suatu

(40)

komunikasi yang luas, maka dalam komunikasi pendidikan terdapat

cakupan yang lebih khusus yaitu komunikasi instruksional.

Sebuah contoh peristiwa kecil mengenai komunikasi pendidikan

yaitu suasana dialogis antara ayah dengan anaknya yang sedang

membicarakan kehidupan di masa depan. Hal tersebut sudah merupakan

komunikasi pendidikan.

Komunikasi pendidikan merupakan komunikasi dengan kajian

yang lebih luas. Maka dalam komunikasi pendidikan, terdapat cakupan dan

kajian yang lebih khusus yaitu komunikasi instruksional.

2.3.Tinjauan Tentang Komunikasi Instruksional 2.3.1 Pengertian Komunikasi Instruksional

Peristiwa komunikasi merupakan suatu proses yang tidak akan

pernah lepas dalam setiap kegiatan dalam hidup manusia. Dalam buku

“Psikologi Komunikasi” yang ditulis pada kata pengantar oleh

Jalaluddin Rakhmat pun dinyatakan bahwa komunikasi ada

dimana-mana, di rumah, ketika anggota-anggota keluarga berbincang di meja

makan, di kampus ketika mahasiswa-mahasiswa mendiskusikan hasil

tentamen, ketika muballigh berkotbah, di DPR ketika wakil-wakil

rakyat memutuskan nasib bangsa, juga di taman-taman ketika seorang

pencinta mengungkapkan rindu dendamnya. Komunikasi mampu

menyentuh segala aspek kehidupan kita. Begitupun dalam berbagai

(41)

komunikasi pendidikan yang memiliki sub bidang lain yaitu komunikasi

instruksional.

Pawit M.Yusuf menyatakan bahwa :

“Komunikasi instruksional lebih merupakan bagian kecil dari komunikasi pendidikan. Ia merupakan proses komunikasi yang dipola dan dirancang secara khusus untuk mengubah perilaku sasaran dalam komunitas tertentu ke arah yang lebih baik”. (Yusuf,2010:2)

Untuk lebih memahami pengertian mengenai komunikasi

instruksional, terdapat beberapa contoh turunan dalam memahami

komunikasi instruksional yaitu:

1) Komunikasi yang berlangsung dalam suasana kerumunan dapat terjadi suatu komunikasi yang tidak terkendali atau tidak beraturan namun jenis komunikasi ini bersifat netral, artinya tidak mempunyai maksud-maksud tertentu secara khusus. 2) Disamping itu, adapun komunikasi yang dapat terjadi dalam

suasana tertentu seperti suasanan pendidikan dimana kondisi yang tercipta tidak lagi bebas, melainkan terkendali dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Komunikasi pendidikan dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, yaitu dalam rangka upaya mendewasakan anak manusia supaya bisa hidup mandiri di kemudian hari. 3) Turunan yang lebih sempit dari komunikasi pendidikan yaitu

komunikasi instruksional dimana situasi, kondisi, lingkungan, metode dan termasuk bahasa yang digunakan oleh komunikator sengaja dipersiapkan secara khusus untuk mencapai efek perubahan perilaku pada diri sasaran. (Yusuf, 2010 :4)

Secara sederhana, instruksional berasal dari kata instruction

yang memiliki arti pembelajaran atau pengajaran. Webster’s Third

International Dictionary of The English Language mencantumkan

kata instruksional (dari kata instruct) dengan arti:memberikan

pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih

(42)

dalam berbagai bidang seni atau spesialisasi tertentu.

(Yusuf,2010:57)

2.3.2 Fungsi Komunikasi Instruksional

Kita mengenal bahwa ilmu komunikasi secara umum memiliki

empat fungsi utama yang diantaranya ialah untuk memberikan informasi

(to inform), untuk menghibur (to entertaint), untuk memberikan

pendidikan (to educate) dan sebagai kontrol social (to influence). Dengan

demikian, tidak jauh halnya dengan fungsi komunikasi instruksional yang

berada pada ranah pendidikan sehingga, komunikasi instruksional

memiliki tiga fungsi utama yaitu:

1. Fungsi edukatif

Sebagai fungsi edukasi, komunikasi instruksional bertugas mengelola proses-proses komunikasi yang secara khusus dirancang unutk tujuan memberikan nilai tambah bagi pihak sasaran, atau setidaknya untuk memberikan perubahan-perubahan dalam kognisi, afeksi, dan konasi atau psikomotorik di kalangan masyarakat, khususnya yang sudah dikelompokkan ke dalam ranah sasaran pada komunikasi instruksional.

2. Fungsi manajemen instruksional

Fungsi manajemen instruksional merupakan fungsi yang bersifat teknis. Fungsi manajemen instruksional merupakan fungsi pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel. 3. Fungsi pengembangan instruksional

Sama halnya dengan fungsi manajemen instruksional, fungsi ini bersifat teknis. Fungsi pengembangan instruksional mempunyai fungsi riset-teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi, logistik, pemanfaatan, dan penyebaran. (Yusuf,2010:10)

Ketiga fungsi di atas pada dasarnya sengaja diarahkan dalam

rangka optimalisasi pemanfaatan komponen sumber informasi edukasi

(43)

2.3.3 Proses Komunikasi Instruksional

Kita mengenal bahwa peristiwa komunikasi merupakan suatu

proses dimana secara keseluruhan berorientasi tidak hanya kepada hasil

namun sejak peristiwa itu mulai terjadi hingga akhir peristiwa. Sama

halnya dengan komunikasi instruksional yang memiliki proses yang

bersifat khas. Proses hubungan komunikasi sebagai urutan instruksional

memiliki gambaran yang digambarkan oleh Scott dan McCroscey dikutip dari H Thomas Hurt, Scott Michael P, dan James Mc.Croscey

dalam buku “Communication in the Classroom” sebagai berikut:

Gambar 2.1 Rangkaian Instruksional

Sumber: “Komunikasi Instruksional” Pawit M.Yusuf (2010:70)

Gambar di atas menjelaskan dimana komunikasi instruksional merupakan

suatu proses yang didalamnya terdapat seperangkat langkah-langkah berangkaian

yaitu:

(44)

sebelum melaksanakan tugasnya di lapangan. Disni, komunikator diharapkan mampu menyampaikan suatu isi dari rincian informasi secara lebih jelas dengan apa yang dimaksudkannya. Untuk mencapai tujuan dalam hal memola perilaku komunikasi, komunikator pun harus mampu mengkhususkan isi dan tujuan-tujuan instruksionalnya.

2. Penaksiran perilaku mula (assessment of entering behavior), merupakan tahap dimana komunikator melakukan perkiraan mula yang perlu diperhatikan, misalnya dengan memahami situasi dan kondisi pihak sasaran, termasuk kemampuan awal yang telah dimilikinya. Hal tersebut perlu dilakukan oleh seorang komunikator dengan tujuan untuk tindakan selanjutnya. Tahap ini diperlukan dalam suatu proses komunikasi instruksional karena dengan melakukan penaksiran, maka akan semakin banyak kita dalam mengenal kondisi sehingga semakin besar pula perilaku komunikasi kita sesuai dengan harapan. Dengan begitu akan lebih mudah untuk kita mengetahui segala sesuatu mengenai sasaran sejak awal.

3. Penetapan strategi instruksional, merupakan langkah dimana komunikator mulai menetapkan startegi yang tepat dan cocok bagi sasaranya. Strategi yang digunakan oleh komunikator banyak ditentukan oleh situasi dan kondisi medan. Dalam komunikasi instruksional, dikenal dua macam strategi yaitu strategi ekspository, dan strategi inkuiri. Strategi ekspository merupakan strategi dengan pemaparan yang sistematis, dengan menggunakan strategi ini, diharapkan informasi yang diberikan komunikator akan lebih meresap diterima sasaran.Sementara startegi inkuiri merupakan strategi penemuan dengan menggunakan alat-alat dan sarana tertentu sebagai percobaan dengan tujuan untuk menemukan suatu kesimpulan berdasarkan hasil percobaan atau penelitian tadi.

4. Organisasi satuan-satuan instruksional, merupakan langkah dimana mulai dirumuskan pengelolaan satuan-satuan instruksional yang banyak bergantung pada isi yang akan disampaikan. Informasi yang disampaikan haruslah dipecah ke dalam unit-unit kecil dengan sistematika yang berurutan. Pesan-pesan informasi dikelompokkan sehingga tersusun secara runtut dan hirarkis. Penyajiannya pun harus runtut dan tidak boleh melompat dimulai dari yang paling sederhana, merumit, hingga ke tahap yang kompleks.

(45)

2.4 Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2.4.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dengan pasal 1

angka 14 mengenai Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah

“Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendiidkan lebih lanjut”.

Dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak

Usia Dini Terpadu” yang dikeluarkan Kementrian Pendidikan

Nasional, Undang undang tersebut terbit berdasarkan suatu kajian

mengenai salah satu kebijakan strategis dalam pembangunan

sumber daya manusia yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Usia dini merupakan masa keemasan (the golden age)

namun sekaligus sebagai periode yang sangat kritis

dalam tahap perkembangan manusia. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa sampai usia 4 tahun tingkat

kapabilitas kecerdasan anak telah mencapai 50%. Pada

usia 8 tahun mencapai 80%, dan sisanya sekitar 20%

(46)

2. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini

sangat menentukan derajat kualitas kesehatan,

intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas

manusia pada tahap berikutnya. Dengan demikian

pengembangan anak usia dini merupakan investasi

sangat penting bagi sumber daya manusia yang

berkualitas.

Berkenaan dengan perkembangan PAUD, pada akhir tahun

2009 dari sekitar 28,8 juta anak usia dini yaitu terhitung mulai usia

0-6 tahun yang terlayani PAUD baru sekitar 53,70%, baik yang

terlayani melalui PAUD formal seperti Taman Kanak-Kanak

maupun PAUD nonformal seperti Tempat Penitipan Anak,

Kelompok Bermain, dan satuan PAUD sejenis. Rendahnya akses

layanan PAUD tersebut disebabkan oleh belum optimalnya

pemanfaatan berbagai lembaga PAUD yang ada untuk memberikan

layanan bagi anak usia dini karena lembaga-lembaga yang berdiri

umumnya masih bersifat parsial antara satu lembaga PAUD

dengan lembaga PAUD lainnya. Berkaca dari kondisi tersebut,

dirasakan perlunya pembinaan PAUD secara terpadu dan

terkordinasi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36

tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian

Pendidikan Nasional menetapkan bahwa pembinaan Pendidkan

(47)

PAUD nonformal dalam hal pembinaanya menjadi kewenangan

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini.

2.4.2 Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Sebagai lembaga yang lahir atas kepentingan masyarakat dan terbit

atas peraturan pemerintah, patut adanya bila penyelenggaraan PAUD

didasari oleh prinsip-prinsip yang mengakar dalam tubuh PAUD itu

sendiri. Maka, dirumuskan pula prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia

Dini yang juga tertulis lengkap dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan

Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu” sebagai berikut:

1. PAUD merupakan bagian dari upaya pemenuhan hak anak atas

kelangsungan hidup, tumbuh, berkembang, dan perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi.

2. Pelaksanaan PAUD bersifat menyeluruh dan terpadu yang

mencakup aspek layanan kesehatan dasar, peningkatan gizi,

pengasuhan, dan rangsangan pendidikan.

3. PAUD dilaksanakan bagi semua anak Indonesia secara adil tanpa

memandang perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, warna kulit,

agama, dan status sosial anak.

4. Anak-anak dengan kelainan fisik dan atau perkembangan mental

berhak memperoleh layanan PAUD, baik dalam bentuk pendidikan

(48)

5. PAUD menempatkan anak sebagai individu yang memiliki

kebutuhan dan kemampuan diri untuk tumbuh dan berkembang

melalui lingkungan yang disiapkan secara sadar dan terencana.

6. Pelaksanaan PAUD mengakar pada nilai-nilai moral serta budaya

lokal dan nasional.

7. Pelaksanaan PAUD meruoakan tanggung jawab keluarga,

masyarakat, dan pemerintah.

2.4.3 Tujuan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki landasan untuk apa

pembelajaran dilakukan. Landasan tersebut dirumuskan ke dalam suatu

tujuan-tujuan tertulis sebagai program agar pada saat di lapangan nanti

pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Begitupun

dengan Pendiidkan Anak Usia Dini yang memiliki tujuan pembelajaran

secara seragam yang juga harus diikiti oleh PAUD-PAUD lainnya di

Indonesia. Terdapat dua tujuan pembelajaran dalam PAUD yang tertulis

dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

Terpadu” yaitu:

1. Tujuan umum

Pembelajaran bertujuan mengembangkan berbagai potensi

anak sejak dini sebagai persiapan untuk masa depannya dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(49)

 Anak mampu mengenal dan percaya kepada Tuhan Yang

Maha Esa, melakukan ibadah, mengenal ciptaan Tuhan dan

mencintai sesama.

 Anak memiliki nilai moral, sikap, dan budi pekerti yang

baik.

 Anak mampu mengelola dan mengontrol keterampilan

tubuh termasuk gerakan halus dan gerakan kasar serta

mampu menerima rangsangan sensorik (panca indera)

 Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman

bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang

bermanfaat untuk berfikir dan belajar.

 Anak mampu berfikir kreatif, logis, kritis, memberi alasasn,

memecahkan dan menemukan sebab akibat.

 Anak memiliki keterampilan hidup (life skill) untuk

membentuk kemandirian anak.

 Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan

sosial, masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan

budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, rasa

memiliki dan sikap positif terhadap belajar.

 Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama,

berbagai bunyi, bertepuk tangan serta menghargai hasil

karya yang kreatif.

(50)

Pendidikan Anak Usia Dini memiliki standar tersendiri dalam

menentukan dan merancang suatu proses pembelajaran. Hal tersebut

karena dalam pembelajaran PAUD memiliki orientasi-orinetasi tertentu

yang harus dipertimbangkan dalam memberikan asupan pembelajaran agar

sesuai dengan porsinya sebagai anak-anak. Terdapat empat langkah proses

pembelajaran yang telah ditetapkan yang tertulis lengkap dalam buku

“Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu” yaitu:

1. Persiapan Pembelajaran

a) Perencanaan pembelajaran Program PAUD Terpadu dapat

dilaksanakan berdasarkan atas tema-tema yang dekat dengan

kehidupan anak. Dikembangkan dalam silabi atau satuan kegiatan

(mingguan atau harian) dengan menggunakan pendekatan

menyeluruh dan terpadu.

b) Satuan kegiatan mingguan dan harian disusun oleh pendidik yang

mengacu pada acuan menu pembelajaran yang berdasarkan

aspek-aspek perkembangan anak sesuai dengan usia dan kemampuan

anak.

c) Pembelajaran program PAUD Terpadu dapat menggunakan

berbagai metode pembelajaran, tetapi harus mengacu pada

prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini.

d) Kegiatan Main

1) Kegiatan main untuk anak usia 2-3 tahun mencakup main

(51)

2) Kegiatan main untuk anak usia 4-6 tahun mencakup main

sensomotor, main peran dan main pembangunan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Program PAUD Terpadu dapat mengacu pada

kalender Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Dinas pendidikan

Kab/Kota setempat.

Terdapat lima hal yang ditetapkan dalam kegiatan bermain, yaitu:

Kegiatan bermain yang dimainkan anak didik.

a) Alat permainan edukatif (APE) yang akan dimainkan anak

didik.

b) Waktu untuk menyelenggarakan kegiatan bermain.

c) Tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermain.

d) Tenaga pendidik yang bertugas mendampingi anak bermain.

3. Evaluasi Pembelajaran

a) Tujuan Evaluasi Pembelajaran

1) Untuk mengetahui status pertumbuhan dan tahap

perkembangan anak.

2) Untuk mengetahui efektivitas materi, metode, sumber

belajar, dan media untuk pencapaian proses dan hasil

pembelajaran.

3) Untuk menyusun perencanaan pembelajaran lebih lanjut.

4) Untuk menyusun laporan pertumbuhan dan perkembangan

(52)

5) Untuk memberikan informasi pada orang tua wali tentang

kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak.

b) Prinsip evaluasi pembelajaran

1) Menyeluruh

Evaluasi mencakup seluruh aspek pertumbuhan dan

perkembangan dalam proses kegiatan pembelajaran anak.

2)Berkesinambungan

Evaluasi dilakukan secara terencana, bertahap dan terus

menerus untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari

hasil pembelajaran

3)Mendidik

Hasil evaluasi dan pelaporan digunakan untuk membina

dan memberikan dorongan kepada pendidik atau orang tua

utuk memberikan proses pembelajaran (interaksi,

lingkungan dan alat) kepada anak agar dapat mencapai

tahapan perkembangan secara lebih optimal.

4)Kebermaknaan

Hasil evaluasi dan pelaporan harus bermakna bagi anak,

pendidik, dan orang tua serta pihak lain yang memerlukan

instrument evaluasi.

4. Pelayanan Bimbingan

Pelayanan bimbingan di lembaga PAUD Terpadu mencakup

(53)

A) Bimbingan kepada anak

Mencakup pelayanan bimbingan kepada anak didik, guna

membantu mengenal lingkungannya, memahami bakat dan

minatnya, membantu mengenal kemampuan dirinya sendiri dan

lain-lain.

B) Bimbingan kepada orang tua anak didik

1) Memberikan informasi yang diperklukan orang tua

berkenaan dengan keadaan anaknya, memberikan bantuan

cara mengatasi masalah anak, membantu memahami

keseluruhan kegiatan bermain di lembaga yang

bersangkutan.

2) Memahami informasi yang diperlukan orang tua tentang

proses pembelajaran di PAUD Terpadu.

3) Pembinaan kepada orang tua anak didik mengenai tumbuh

kembang anak, gizi anak dan program pembelajaran di

lembaga PAUD Terpadu

2.5.Tinjuan Tentang Psikologi Anak

2.5.1.Faktor-Faktor Pembentukan Kepribadian Anak

Berdasarkan ilmu psikologi, masa anak-anak merupakan masa

pembentukan kepribadian yang dipengaruhi oleh beberapa pengaruh

Gambar

Gambar 2.1 Rangkaian Instruksional
Skema Gambar 2.2 LOGICO
Tabel 3.1 Bagan Struktur PAUD Anak-Anak Ceria
Tabel 3.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana mengembangkan permainan edukatif dengan metode pendekatan sentra untuk pendidikan anak usia dini menggunakan teknologi Augmented reality. Bagaimana anak usia

Kesimpulan dari penelitian ini adalah alat permainan edukatif dapat meningkatkan kreativitas anak pada kelompok B di KBI-RA Taqiyya Kartasura. Kata kunci : Kreativitas, Alat

Lampung?”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses guru dalam mengembangkan kognitif anak melalui permainan tradisional jamuran anak usia dini di Paud

PAUD Aisyiyah 02 pati merupakan salah satu jalur pendidikan formal yang proses pembelajarannya sekarang ini sudah menerapkan penggunaan alat permainan edukatif roulette,

Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kemampuan fisik motorik kasar anak melalui alat permainan edukatif di

Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang dinilai pada persepsi (sikap) orang tua terhadap pendidikan anak usia dini di PAUD Ceria meliputi Pendidikan anak usia dini

Abstrak : Alat permainan edukatif adalah alat yang dirancang dan dibuat, untuk menjadi sumber belajar anak-anak usia dini agar mereka mendapatkan pengalaman belajar yang

43 | Alat Permainan Edukatif Sebagai Sarana Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini/ cahniyo.wijaya@radenintan.ac.id Suratno menyatakan bahwa kegiatan menggunting membutuhkan