IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PENGLAJU DENGAN TUJUAN SEKOLAH DI KOTA BANDUNG
(STUDI KASUS: PELAJAR TINGKAT SLTP DAN SLTA CIMAHI)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Studi Strata Satu pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh:
VIESCA EMIERENSYA GOMIES 1 0 6 0 6 0 0 3
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PENGLAJU DENGAN TUJUAN
SEKOLAH DI KOTA BANDUNG
(STUDI KASUS: PELAJAR TINGKAT SLTP DAN SLTA CIMAHI)
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Strata I Pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Oleh:
VIESCA EMIERENSYA GOMIES 1.06.06.003
Menyetujui, Bandung, Agustus 2010
Pembimbing I, Pembimbing II,
Tatang Suheri, ST. MT
Teguh Widodo.,MTP NIP. 4127 70 17 005
Mengetahui,
Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota,
ABSTRAK
Kota merupakan institusi yang penuh dengan berbagai macm karakteristik manusia serta berbagai macam aktivitas. Suatu kota di harapkan mampu memberikan segala fasilitas sosial yang dibutuhkan oleh masyarakatnya, sehingga bisa mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Salah satu kebutuhan sosial yang harus diperhatikan dalam mewujudkan masyarakat cerdas adalah fasilitas pendidikan. Saat ini banyak kota-kota yang belum mampu memberikan pelayanan fasilitas yang baik kepada masyarakatnya. Salah satu contoh adalah kota Cimahi dimana saat ini masih banyak pelajar yang tinggal di Cimahi tetapi memilih sekolah di kota Bandung dan juga beberapa sekolah di Cimahi terancam ditutup karena kurangnya siswa yang memilih bersekolah di kota Bandung. Berdasarkan sejarah kota Cimahi dulunya termasuk ke dalam Bandung bagian Barat tetapi karena pertumbuhan penduduk yang semakin pesat sehingga Cimahi berubah statusnya menjadi kota Otonom dan juga berdasarkan konteks regional kota Cimahi termasuk dalam BMA sehingga harus mampu meringankan beban kota Bandung sebagai kota Induk. Berdasarkan masalah-masalah tersebut maka perlu adanya penelitian tentang mengidentifikasi karakteristik pelaju dengan tujuan sekolah di kota Bandung dengan sasaran yang dicapai yaitu karakteristik pelajar yang bersekolah di kota Bandung, karakteristik pergerakannya, dan damapak lalu lintas yang ditimbulkan.
oleh pelajar yang akan ke sekolah karena melihat jam berangkat sekolah pelajar, adalah jam-jam sibuk.
Berdasarkan hasil penelitian maka perlu adanya peningkatan mutu dan kualitas sekolah di kota Cimahi sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan secara tidak langsung oleh pelajar yang bersekolah di kota Bandung dan juga perlu diperhatikan pola penyebaran sekolah negeri di kota Cimahi.
Keywords:
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian ... 3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 3
1.4.1Ruang Lingkup Wilayah ... 3
1.4.2Ruang Lingkup Materi ... 5
1.5 Metodologi Penelitian ... 6
1.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 6
1.5.2 Populasi dan Sampel ... 8
A. Populasi ... 8
B. Sampel ... 8
1.5.3 Tahap Analisis Data ... 8
1.6 Kerangka Pemikiran ... 9
1.7 Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bangkitan Pergerakan ... 11
2.2 Eksternalitas ... 13
2.3 Pengertian Fasilitas Pendidikan ... 14
2.4 Penilaian Dampak Kegiatan ... 17
ix
2.6 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Tentang Fasilitas Pendidikan ... 21
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN STUDI 3.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ... 22
3.1.1 Gambaran Umum Kota Cimahi... 22
3.1.1.1 Kondisi Geografis ... 22
3.1.1.2 Aspek Kependudukan ... 24
3.1.1.2 Aspek Pendidikan...27
3.1.2 Gambaran Umum Kota Bandung ... 30
3.1.1.1 Kondisi Geografis ... 30
3.1.1.2 Aspek Kependudukan ... 31
3.1.1.2 Aspek Pendidikan...32
3.2 Gambaran Umum Karakteristik Pelajar Tingkat SLTP dan SLTA yang Tinggal di Cimahi Tetapi Memilih Sekolah di Kota Bandung ... 34
BAB IV ANALISIS PELAJU DENGAN TUJUAN SEKOLAH DI KOTA BANDUNG 4.1 Analisis Identitas Responden ... 36
1 Jenis Kelamin ... 36
2 Umur Pelajar ... 39
3 Uang Saku ... 41
4 Pekerjaan Orang Tua ... 44
5 Penghasilan Orang Tua ... 46
6 Jenis Sekolah ... 49
7 Waktu Sekolah dan Durasi Belajar Selam 1 Minggu ... 51
8 Alasan Memilih Sekolah di Kota Bandung ... 53
9 Informasi Sekolah ... 55
4.2. Analisis Karakteristik Pergerakan ... 61
1 Jam Berangkat dari Rumah ke Sekolah... 61
2 Waktu Tempuh Perjalanan ... 63
3 Rute yang di Lewati ... 64
x
5 Moda yang di Gunakan ... 67
6 Rata-Rata Biaya yang di Keluarka Selama 1 Hari ... 69
7 Jam Pulang dari Sekolah Sampai Rumah ... 70
8 Waktu Tempuh Perjalanan Untuk Sampai ke Rumah ... 71
9 Rute yang di Lewati Untuk Pulang ... 73
10 Tujuan Antara Sebelum Sampai ke Rumah ... 74
11 Moda yang di Gunakan ... 75
4.3. Analisis Dampak Lalu Lintas ... 76
1 Kondisi Lalu Lintas Saat Berangkat ke Sekolah ... 76
2 Ruas Jalan yang Macet Saat Berngkat ke Sekolah ... 77
3 Kondisi Lalu Lintas Saat Pulang Dari Sekolah ... 78
4 Ruas Jalan yang Macet Saat Pulang Dari Sekolah ... 79
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan... 80
5.2 Rekomendasi ... 82 5.3 Kelemahan Studi ... 5.4 Studi Lanjutan ...
1
BAB I PENDAHULUAN
Sebagai pembuka dari penulisan tugas akhir ini, bab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi, manfaat penelitian, metodologi yang digunakan, kerangka pemikiran dalam studi ini serta sistematika pembahasan.
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan institusi yang penuh dengan berbagai macam aktivitas yang bermacam-macam dan selalu mempengaruhi kesejahteraan atau kondisi pihak lain. Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas ini dan tidak terdapat pada tempat tinggalnya maka dibutuhkan transportasi, agar mendekatkan manusia dengan kebutuhannya atau kebutuhan tersebut mendekati manusia. Transportasi merupakan pergerakan orang dan barang. Transportasi merupakan kebutuhan turunan, bukan sebagai kebutuhan pokok.
Salah satu tujuan manusia atau masyarakat dalam menggunakan transportasi adalah untuk kegiatan pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok, karena semua manusia wajib mendapatkan pendidikan yang layak. Berdasarkan tujuan nasional, seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial . Uraian mengenai bidang pendidikan dalam Bab XIII pasal 31 Undang Undang Dasar 1945, memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Sehingga konsekuensinya pemerintah harus mampu menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia.
2
penduduknya juga menjadi wadah aspirasi masyarakat, dengan demikian sudah seharusnya dapat mencerminkan cita-cita penduduknya. Penyediaan fasilitas pendidikan terlihat adanya ketimpangan pendidikan di daerah perkotaan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, selain itu perbedaan mutu pendidikan dalam hal ini kualitas dari sarana pendidikan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi, masih banyak kota kota di Indonsia yang belum mampu untuk memberikan fasilitas pendidikan yang layak kepada masyarakatnya. Salah satu contohnya dapat terlihat pada Kota Cimahi, karena beberapa sekolah tingkat SLTP di kota Cimahi terancam ditutup, karena kurangnya pelajar yang memilih untuk bersekolah di Cimahi dan juga karena banyaknya pelajar yang tinggal di Cimahi yang lebih memilih bersekolah di kota Bandung, padahal berdasarkan konteks regional, Kota Cimahi termasuk dalam Bandung Metropolitan Area yang diarahkan untuk meringankan beban Kota Bandung sebagai Kota Induk. Jika hal seperti ini dibiarkan saja maka pergerakan dengan tujuan sekolah di Kota Bandung akan terus meningkat dan dengan adanya pergerakan tersebut maka beban kota Bandung pun secara tidak langsung akan semakin bertambah.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul Identifikasi Karakteristik Penglaju dengan Tujuan Sekolah di Kota Bandung, dengan studi kasus pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di kota Cimahi tetapi bersekolah di kota Bandung. Disini akan dilihat bagaimana karakteristik penglaju yang dilakukan oleh pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi memilih bersekolah di Kota Bandung.
1.2 Rumusan Masalah
3
dan juga sekolah sekolah SLTP di Kota Cimahi terancam ditutup. Hal ini menyebabkan pelaju yang berasal dari pemilihan fasilitas pendidikan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas maka muncul pertanyaan penelitian yaitu:
a. Bagaimana karakteristik pelajar SLTP dan SLTA yang tinggal di Kota Cimahi tetapi memilih bersekolah di Kota Bandung?
b. Bagaimana karakteristik pergerakan pelajar dengan tujuan ke sekolah?
c. Bagaimana persepsi pelajar terhadap kondisi lalu lintas saat berangkat dan pulang sekolah
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik pelaju dengan tujuan sekolah di kota Bandung dengan studi kasus pelajar SLTP dan SLTA yang tinggal di Kota Cimahi tetapi bersekolah di Kota Bandung.
Adapun Sasaran studi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan studi yang diharapkan adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik pelajar SLTP dan SLTA yang memilih bersekolah di kota Bandung.
2. Mengidentifikasi karakteristik pergerakan pelajar tingkat SLTP dan SLTA dengan tujuan sekolah di kota Bandung.
3. Mengidentifikasi persepsi pelajar terhadap kondisi lalu lintas saat berangkat dan pulang sekolah.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup studi yang akan dibahas mencangkup dua bahasan, yaitu ruang lingkup wilayah studi yang menjelaskan mengenai cakupan wilayah yang menjadi kajian dan ruang lingkup materi yang menjelaskan mengenai materi materi yang terkait dengan kajian studi.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
4
Ruang wilayah studi di Kota Cimahi memiliki luas 40,2 Km² yaitu kecamatan Cimahi Selatan, kecamatan Cimahi Tengah dan kecamatan Cimahi Utara. kecamatan Cimahi Selatan terdiri dari 5 kelurahan, kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 kelurahan dan kecamatan Cimahi Utara terdiri dari 4 kelurahan, dengan jumlah penduduk kota Cimahi yaitu 551.216 jiwa, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel I.1.
Tabel I.1
Kecamatan, Kelurahan, dan Luas Wilayah di Kota Cimahi Tahun 2008
Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah Kecamatan Cimahi Utara 13,3 km²
Kelurahan Pasirkaliki Kelurahan Cibabat Kelurahan Citeureup Kelurahan Cipageran
Kecamatan Cimahi Tengah
10,00 km²
Kelurahan Cigugurtengah Kelurahan Karang Mekar Kelurahan Setiamanah Kelurahan Padasuka Kelurahan Cimahi Kelurahan Melong
Kecamatan Cimahi Selatan
16,9 km²
Kelurahan Cibeureum Kelurahan Utama Kelurahan Leuwigajah Kelurahan Cibeber
(Sumber: Kota Cimahi dalam angka Tahun 2009, BPS Kota Cimahi)
5
Tabel 1.2
Wilayah Pengembangan,Kecamatan, dan Luas Wilayah di Kota Bandung Tahun 2008
Wilayah Pengembangan Kecamatan Luas Wilayah Wilayah Bojonegara Kec. Andir Kec. Sukasari Kec. Cicendo Kec. Sukajadi 2.330,28 403,16 656,94 716,77 554,41 Wilayah Cibeunying Kec. Cidadap Kec. Coblong Kec. Bandung Wetan Kec. Cibeunying Kidul Kec. Cibeunying Kaler Kec. Sumur Bandung
2.933,28 619,67 754,99 355,08 409,54 451,04 342,96 Wilayah Tegallega
Kec. Astana Anyar Kec. Bojongloa Kidul Kec. Bojongloa kaler Kec. Babakan Ciparay Kec. Bandung Kulon
2.707,07 295,26 622,93 326,81 735,32 726,75 Wilayah Karees Kec. Regol Kec. Lengkong Kec. Batununggal Kec. Kiaracondong 2.107,09 441,30 576,89 467,59 621,31 Wilayah Ujungberung Kec. Cicadas Kec. Arcamanik Kec. Ujungberung Kec. Cibiru 4.050,16 902,28 914,83 1.104,28 1.128,77 Wilayah Gedebage
Kec. Bandung Kidul Kec. Margacinta Kec. Rancasari 2.602,12 436,58 859,58 1.305,96
(Sumber: Kota Bandung dalam angka Tahun 2009, BPS Kota Bandung)
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik penglaju dengan tujuan sekolah di kota Bandung. Pelajar yang melakukan penglaju ini di batasi pada pelajar tingkat SLTP dan SLTA. Ruang lingkup materi dari studi ini adalah sebagai berikut:
a. Definisi Penglaju
6
c. Pengertian fasilitas pendidikan d. crosstab
e. Kerangka dampak dari fasilitas pendidikan f. Eksternalitas
g. Penilaian dampak kegiatan pendidikan
1.5 Metodologi Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian ini yaitu metode pengumpulan data, pengambilan sampel dan metode analisis yang akan diuraikan sebagai berikut:
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Observasi untuk mangukur fakta dan fenomena di lapangan sehingga dapat mendeskripsikannya dengan baik.
b. Metode survey primer dan sekunder.
Data primer berupa data yang diperoleh secara langsung atau dari pengamatan di lokasi studi. Metode data primer dilakukan dengan 2 cara, yaitu metode wawancara dan metode penyebaran kuesioner. Daftar data primer untuk kebutuhan perencanaan dapat dilihat pada Tabel I.3.
Tabel I.3
Kebutuhan Data Pada Survei Primer
No Aspek Kebutuhan Data Jenis/Bentuk Data
Sumber 1. Identitas
Responden
Umur, Jenis
kelamin,alamat,sekolah
Primer Kuesioner
2. Karakteristik sekolah dan pemilihan sekolah
Tingkat sekolah, jenis sekolah, waktu sekolah, durasi sekolah, dan alasan memilih sekolah
Primer Kuesioner
3. Informasi sekolah Nama sekolah, Alamat sekolah
Primer Kuesioner
4. Karakteristik Pergerakan dan Aksesibilitas Saat Pergi Sekolah
Jam berangkat sekolah, Tujuan antara, Moda yang digunakan, Kondisi lalu lintas, Rute jalan, Rata-rata
7
biaya
5. Karakteristik Pergerakan dan Aksesibilitas Saat Pulang Sekolah
Jam pulang sekolah, Tujuan antara, Moda yang
digunakan, Kondisi lalu lintas, Rute jalan, Rata-rata biaya
Primer Kuesioner
6. Transportasi Batas Antara Kota Cimahi dan Bandung
Nama jalan, Kondisi lalulintas, Titik daerah kemacertan
Primer Observasi Lapangan
Data sekunder berupa data yang diperoleh secara tidak langsung seperti data dari instansi, literature dan Koran. Metode ini merupakan langkah untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan studi yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Daftar data sekunder untuk kebutuhan perencanaan dapat dilihat pada Tabel I.4.
Tabel I.4
Kebutuhan Data Pada Survei Sekunder
No Aspek Kebutuhan Data Jenis/Bentuk Data
Sumber 1. Kependudukan Jumlah Penduduk di
Kota Cimahi
Sekunder BPS Kota Cimahi Jumlah Penduduk
menurut kecamatan di Kota Cimahi
Sekunder BPS Kota Cimahi
Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur
Sekunder BPS Kota Cimahi
Jumlah SLTP dan siswa SLTP di Kota Cimahi
Sekunder BPS Kota Bandung
2. Peta Peta Kota Cimahi Sekunder BAPPEDA Kota Bandung
Peta Kota Bandung Sekunder BAPPEDA Kota Bandung
8
1.5.2 Populasi dan Sampel A. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi bersekolah di Kota Bandung. Dengan demikian pelajar tersebut akan menjadi responden.
B. Sampel
Dalam penentuan sampel yang akan dijadikan responden adalah pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi bersekolah di Kota Bandung, metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan Snowball sampling. Teknik ini merupakan teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel (responden) mengajak para sahabatnya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin membengkak jumlahnya seperti (bola salju yang sedang mengelinding semakin jauh semaki besar).
Pembagian jumlah responden dibatasi yaitu 100 responden yang pembagiannya yaitu 50 responden pelajar tingkat SLTP dan 50 responden pelajar tingkat SLTA.
1.5.3 Tahap Analisis Data
9
1.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran studi ini diperlukan guna memberikan kemudahan dalam melakukan pengkajian terhadap semua pembahasan secara garis besar dalam lingkup studi ini.
Kota Cimahi sebagai kota Otonom sehingga harus mampu
menyediakan pelayanan fasilitas perkotaan yang dibutuhkan
Jumlah murid SLTP dan SLTA di Cimahi mengalami penurunan dan banyak yang memilih sekolah di kota Bandung
Dalam konteks regional cimahi termasuk dalam BMA yang fungsinya meringankan beban kota Bandung sebagai kota Induk.
Identifikasi karakteristik penglaju dengan tujuan sekolah di kota Bandung
SASARAN
- Mengidentifikasi karakteristik pelajar SLTP dan SLTA yang memilih bersekolah di kota Bandung.
- Mengidentifikasi karakteristik pergerakan penglaju pelajar tingkat SLTP dan SLTA dengan tujuan sekolah di kota Bandung.
- Mengidentifikasi persepsi pelajar terhadap kondisi lalu lintas saat berangkat dan pulang sekolah
Analisis karakteristik pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi bersekolah di kota Bandung
Analisis karakteristik pergerakan penglaju pelajar tingkat SLTP dan SLTA dengan tujuan sekolah di kota Bandung
Analisis Persepsi pelajar terhadap kondisi lalu lintas saat berangkat dan pulang sekolah
10
1.7 Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi laporan ini, maka sub bab ini menjelaskan tentang sistematika pembahasan, seperti pada uraian dibawah ini
BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, serta ruang lingkup dan rumusan masalah mengenai issu yang dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini, dan dengan kerangka pemikiran yang merupakan ringkasan dari sub bab ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan dalam bab ini adalah menganai literature-literatur yang berkaitan tentang bangkitan pergerakan dan dampak yang terjadi serta kebijakan yang terkait.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Pembahasan dalam bab menjelaskan gambaran secara umum kota Cimahi dan kota Bandung beserta peta dan batas-batas administrasinya, kemudian aspek kependudukan, aspek pendidikan ke dua kota tersebut dan karakteristik pelajar yang melakukan pergerakn komuter dengan tujuan sekolah di kota Bandung. BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK PENGLAJU DENGAN TUJUAN SEKOLAH DI KOTA BANDUNG
Pembahasan dalam bab ini menjelaskan mengenai analisis yang berkaitan dengan hasil penyebaran kuesioner, dimana analisis tersebut terdiri dari analisis karakteristik pelajar tingkat SLTP dan SLTA, analisis pergerakan dengan tujuan sekolah dan analisis dampak lalu lintas yang ditimbulkan oleh pergerakan komuter dengan tujuan sekolah.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teortis sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Bab ini dimaksudkan untuk memaparkan landasan teoritis maupun kebijakan yang mendukung studi ini.
2.1 Definisi Penglaju dan Bangkitan Pergerakan
Penglaju (berasal dari bahasa Inggris Commuter; dalam bahasa Indonesia juga disebut penglaju atau penglajo) adalah seseorang yang bepergian ke suatu kota untuk bekerja dan kembali ke kota tempat tinggalnya setiap hari, biasanya dari tempat tinggal yang cukup jauh dari tempat bekerjanya.
Bangkitan pergerakan (trip generation) adalah tahapan pemodelan transportasi yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan. Model bangkitan pergerakan mencakup:
- Jumlah lalulintas yang meninggalkan suatu lokasi (trip production) - Jumlah lalulintas yang menuju atau tiba pada suatu lokasi (trip attraction)
Menurut Suwardjoko (1990 : 112), ada beberapa faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan, antara lain:
Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga merupakan cirri khas yang berkaitan dengan perjalanan seeorang dimana faktor ini merupakan peubah kontinu walaupun terdapat beberapa golongan pendapatan, tingkat pendapatan keluarga berkaitan erat dengan jumlah kepemilikan kendaraan.
Pemilikan Kendaraan
Ciri khas sosial lain ini merupakan peubah kontinu. Pemilikan kendaraan berkaitan erat dengan perjalanan perorangan ( per unit rumah) dan juga dengan kepadatan penduduk, tingkat pendapatan keluarga, serta jarak perjalanan.
12
Faktor yang satu ini merupakan faktor yang berkaitan dengan perilaku pergerakan individu di mana faktor ini berkaitan erat dengan faktor faktor tingkt pendapatan keluarga, tipe perumahan / rumah, kepadatan penduduk, kepemilikan kendaraan, tujuan dan maksud perjalanan
Nilai Lahan dan Kepadatan Daerah Permukiman
Nilai lahan dan kepadatan daerah permukiman hanya sering dipakai untuk tujuan kajian mengenai zona.
Maksud Perjalanan
Maksud perjalanan merupakan ciri khas sosial suatu perjalanan sekelompok orang yang melakukan perjalanan bersama sama bisa jadi mempunyai tujuan yang sama, tetapi maksud mereka mungkin berbeda, misalnya yang hendak bekerja, berbelanja, dan berwisata. Jadi maksud perjalanan merupakan faktor yang tidak sama rata dalam sau kelompok perjalanan.
Waktu Perjalanan
Faktor ini merupakan peubah kontinu dimana faktor ini memegang peranan penting dalam menentukan volume lalu lintas selama 24 jam selama hari kerja dan menentukan presentasi volume lalu lintas tertentu pada jam padat.
Moda Perjalanan
Moda perjalanan dapat dikatakan sebagai sisi lain dari maksud perjalanan yang sering digunakan untuk mengelompokan macam perjalanan. Peubah ini merupakan faktor fisik dan tidak kontinu, serta menggunakan fungsi dari peubah lain.
Jarak Perjalanan
Faktor jarak ini merupakan peubah kontinu yang berlaku bagi lalu lintas orang maupun kendaraan. Faktor ini berkaitan erat dengan kepadatan penduduk dan kepemilikan kendaraan
Luas Lahan
13
Selanjutnya menurut Suwardjoko, dikatakan bahwa faktor faktor utama yang mempengaruhi produksi perjalanan dan bangkitan pergerakan:
1. Kepemilikan kendaraan
2. Tingkat pendapatan penduduk / keluarga 3. Struktur ukuran keluarga
Tujuan orang melakukan pergerakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: - Berdasarkan tujuan pergerakan, untuk pergerakan berbasis rumah tangga
terdapat lima kategori yang sering dilakukan, yaitu pergerakan ke tempat kerja, ke sekolah atau universitas (pendidikan), ke tempat belanja, untuk kepentingan sosial dan rekreasi, untuk keperluan lain-lain. Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) merupakan tujuan pergerakan utama yang menjadi keharusan untuk dilakukan sehari-hari, sedangkan untuk tujuan lainnya bersifat pilihan dan tidak rutin dilakukan. - Berdasarkan waktu, dibedakan menjadi dua, yaitu pergegrakan pada jam
sibuk (pagi dan sore) dan pergerakan pada jam tidak sibuk.
- Berdasarkan jenis orang, biasanya dibedakan berdasarkan tingkat pendapatan, kepemilikan kendaraan, ukuran dan struktur rumah tangga.
2.2 Eksternalitas
Dalam kondisi perekonomian yang berkembang saat ini, setiap aktivitas memiliki keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya tersebut tidak akan menimbulkan masalah jika dilaksanakan dengan suatu sistem atau mekanisme pasar. Namun, banyak pula keterkaitan antarkegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar sehingga menimbulkan berbagai masalah. Keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak dilaksanakan melalui mekanisme pasar inilah yang disebut dengan eksternalitas.
14
eksternalitas positif atau (Mankiw, 2000). Dalam mekanisme pasar, adanya eksternalitas menyebabkan kepentingan masyarakat atas hasil-hasil suatu pasar akan lebih dari sekedar kesejahteraan pembeli dan penjual, melainkan juga kesejahteraan pihak-pihak lain (di luar pembeli dan penjual). Para pembeli dan penjual biasanya mengabaikan dampak-dampak tindakan mereka dalam memutuskan berapa permintaan dan penawaran mereka, maka eksternalitas akan selalu timbul dan keberadaannya yang mengakibatkan pasar dalam kondisi ekuilibrium pun tidak efisien lagi. Jadi, dengan adanya eksternalitas tersebut, ekulibrium pasar tidak akan mampu memaksimalkan kesejahteraan total bagi suatu masyarakat secara keseluruhan.
Definisi lain dari eksternalitas menurut Hymann (1993) adalah biaya dan keuntungan dari transaksi pasar yang tidak dimasukkan dalam harga. Ketika eksternalitas tersebut muncul, pihak ketiga selain pembeli dan penjual barang dipengaruhi oleh proses produksi atau konsumsinya. Keuntungan atau biaya yang ditanggung oleh pihak ketiga tidak dipertimbangkan dengan baik oleh pembeli maupun penjual dari suatu barang yang produksi atau penggunaannya menimbulkan eksternalitas (Hymann, 1993). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan eksternalitas adalah pengaruh kepada pihak ketiga (pihak luar) tanpa adanya kompensasi apapun dari transaksi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, atau produsen dan konsumen
Berdasarkan konsep yang telah dibahas, dampak yang tergolong dalam eksternalitas adalah berbagai dampak yang memberikan pengaruh terhadap pihak ketiga yaitu pihak-pihak yang tidak terlibat atau tidak berkepentingan terhadap transaksi/kegiatan yang terjadi di dalam fasilitas pendidikan ataupun kegiatan yang berkembang di sekitarnya. Pengaruh yang dirasakan oleh pihak ketiga tersebut mungkin ada yang menguntungkan dan juga merugikan tergantung dari persepsi pihak-pihak yang merasakannya secara langsung.
2.3 Fasilitas Pendidikan
15
Fasilitas, dari bahasa Belanda, faciliteit, adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu. Fasilitas bisa pula dianggap sebagai suatu alat. fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-perusahaan ataupun organisasi tertentu.contoh: fasilitas kantor, seperti mobil,motor dll
Dalam Kamus Tata ruang, fasilitas dapat diartikan sebagai: Bangunan atau ruang terbuka
Istilah umum yang dipakai untuk menunjukan kepada suatu unsur penting dalam aset pemerintahan atau pemberian pelayanan jasa pada umumnya. Jaringan dan atau bangunan yang member pelayanan dengan fungsi tertentu kepada masyarakat maupun perorangan berupa kemudahan kehidupan masyarakat dan pemerintah
Menunjang kebutuhan masyarakat.
Dimana fasilitas dikota lebih rumit dan diluar kota lebih langka.
Pembagian fasilitas atau jenis fasilitas pelayanan masyarakatnya (Aurora dkk, 1996:25), adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas kelembagaan
Kantor pemerintahan, lembaga Hankam, perkantoran dan balai kota b. Fasilitas pelayanan kesejahteraan
Peribadatan, kesehatan, pendidikan, keamanan c. Fasilitas ekonomi
Warung, took, pasar lingkungan, pusat perdagangan, dan lain-lain d. Fasilitas rekreasi
Tempat bermain, gedung kesenian, bioskop, dan lain-lain e. Fasilitas perangkutan
Terminal dan sub terminal
16
yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama. Pendidikan adalah usaha sadara dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial dan keterampilan yang diperlukan dirinya, msyarakat bangsa dan negara (Sisdiknas, 2001 dalam Rubiyanto, 2003).
Fasilitas pendidikan adalah salah satu modal utama dalam mewujudkan kecerdasan bangsa salah satu indikator dalam meningkatkan status sosial masyarakat yang meliputi Taman Kanak Kanak(TK), Skolah Dasar (SD), Sekolah Lantujan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Menurut Harahap dalam Agustin (2006), fasilitas pendidikan adalah aktivitas ataupun materi yang dapat melayani kebutuhan masyarakat akan kebutuhan yang bersifat memberi kepuasan sosial, mental dan spiritual melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan.
Pemerintah kota harus dapat menyediakan fasilitas pendidikan minimum yang diperlukan dalam suatu kota untuk melayani kebutuhan pendidikan sampai tingkat pendidikan menengah. Fasilitas pendidikan dapat disediakan oleh pemerintah ataupun pihak swasta yang berbentuk yayasan pendidikan.
17
Perumahan Sederhana Tidak Bersusun di Daerah Perkotaan. Standar tersebut mengatur lokasi dan jarak yang optimum pelayanan fasilitas pendidikan, dan luas lahan minimum berdasarkan tingkatan sekolah. Standar lain mengenai fasilitas pendidikan adalah Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Standar tersebut mengatur berbagai sarana dan prasarana minimum yang harus dipenuhi sekolah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar agar berjalan dengan lancar. Standar yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat (Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat Nomor 420/SK.5923 Bina Program/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Propinsi Jawa Barat) mengatur standar minimum yang harus dimiliki oleh suatu fasilitas pendidikan. Standar tersebut mengatur luas lahan yang dibutuhkan, daya tampung maksimum setiap 1 rombongan belajar, fasilitas yang harus dimiliki oleh sarana pendidikan, persyaratan murid dan guru, pembiayaan serta peran serta masyarakat dalam pemeliharaan fasilitas pendidikan.
Standar-standar tersebut hanya mengatur ketentuan lokasi fasilitas pendidikan dan sarana yang dibutuhkan oleh setiap unit fasilitas pendidikan. Sarana yang diatur terbatas pada sarana internal untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar, sehingga belum mengatur sarana pendukung lainnya, seperti kantin. Standar-standar tersebut juga tidak mengatur kondisi di luar sekolah yang diperlukan tapi tidak berkaitan langsung dengan kegiatan belajar mengajar, seperti tempat parkir atau tempat tunggu bagi orang tua yang menjemput anaknya.
18
Dalam 2 buah Neighborhood Unit terdapat 1 buah SMP yang jarak tempuhnya tidak lebih dari 1 mil (1600 meter), dan dalam 4 buah Neighborhood Unit terdapat 1 buah SMA yang jarak tempuhnya tidak melebihi 1½ mil (2400 meter).
2.4 Penilaian Dampak Kegiatan
Dampak besar dan penting menurut Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Munn (1979) juga memberikan pengertian yang hampir sama, yaitu perubahan yang terjadi sebagai akibat kegiatan yang dilakukan oleh manusia Dalam konteks fasilitas pendidikan, dampak didefinisikan sebagai perubahan yang muncul karena adanya kegiatan-kegiatan yang terjadi baik di dalam maupun di sekitar fasilitas pendidikan sehingga dapat mengurangi ataupun menambah kualitas lingkungan sekitarnya. Batasan dari dampak pembangunan menurut Munn (1979) ada 2 (dua) jenis, yaitu: - Perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang
diperkirakan ada setelah pembangunan
- Perbedaan antara kondisi lingkungan yang diprakirakan akan ada tanpa adanya pembangunan dan yang diprakirakan akan ada setelah adanya pembangunan.
Besarnya dampak dari suatu kegiatan dapat diketahui dengan melakukan penilaian terhadap dampak, yang disebut juga dengan impact assessment. Menurut EDIAS (2008), Impact assessment adalah proses mengidentifikasi pencegahan atau penanganan dampak nyata dari suatu pembangunan yang mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan. Pengertian lain dari impact assessment
dalam konteks politik seperti yang dikemukakan oleh European Commision
19
Dampak biasanya dibedakan dalam tiga kategori yaitu dampak ekonomi, sosial dan lingkungan. Pada beberapa kasus, impact assessment fokus hanya pada satu kategori, misalnya Environmental Impact Assessment atau penilaian dampak-dampak berbahaya terhadap lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Impact assessment juga dapat fokus pada hal-hal yang lebih spesifik lagi, misalnya penilaian dampak kegiatan yang berpengaruh terhadap kesehatan, kemiskinan atau kebijakan. Selain itu, dampak juga dapat dianalisis dari beberapa tingkatan, misalnya penilaian dampak terhadap kegiatan yang dilakukan oleh individu, rumah tangga, komunitas atau institusi.
Development impact assessment atau penilaian dampak pembangunan melibatkan proses untuk mengevaluasi secara komprehensif berbagai konsekuensi dari suatu pembangunan dalam satu komunitas (Edwards, 2005). Proses penilaian tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses perencanaan yang menyediakan informasi yang lebih luas untuk mengantisipasi berbagai dampak ekonomi, fiskal, lingkungan, sosial dan transportasi sebagai satu bagian dari pembangunan dalam suatu komunitas. Edwards (2005) juga mengatakan bahwa proses penilaian dampak pembangunan membuat informasi yang tersedia lebih berguna untuk memperkirakan berbagai dampak potensial dari suatu pembangunan yang akan direncanakan. Penilaian terhadap dampak fiskal meliputi perkiraan terhadap biaya dan keuntungan dari pelayanan publik yang terkait dengan pembangunan. Penilaian terhadap dampak fiskal ini memegang peranan penting dalam menentukan apakah suatu pembangunan dapat dilakukan atau tidak oleh karenanya analasis dampak fiskal merupakan komponen penting dalam penilaian dampak pembangunan.
2.5 Kerangka Dampak Fasilitas Pendidikan
20
- Adanya pihak-pihak yang terpengaruh.
- Adanya kegiatan yang berkembang di sekitar sekolah untuk memenuhi kebutuhan pengguna sekolah. Adanya kemacetan lalu lintas di sekitar kawasan. - Besarnya proporsi konsumen yang merupakan pelaku pada kegiatan
pendidikan. Besarnya proporsi omset/pendapatan yang berasal daripelauk kegiatan pendidikan.
- Adanya sekolah menjadi alasan pemilihan lokasi.
- Menurunnya kondisi lingkungan mencakup kenyamanan, kebersihan, keindahan dan keamanan lingkungan.
21
Gambar 2.1
22
BAB III
GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan kota Bandung, aspek pendidikan kota cimahi, aspek pendidikan kota Bandung, dan gambaran umum karakteristik pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang melakukan pergerakan penglaju dengan tujuan sekolah di kota Bandung.
3.1 Gambaran Umum Wilayah Studi 3.1.1 Gambaran Umum Kota Cimahi 3.1.1.1 Letak Geografis
Kota Cimahi merupakan kota Otonom, berdasarkan konteks regional kota Cimahi merupakan Bandung Metropolitan Area, sehingga kota Cimahi harus meringankan beban kota Bandung. Berdasarkan kondisi geografis Kota Cimahi terletak diantara 1070 30 30 BT 1070 34 30 dan 60 50 00 60 56 00 Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Cimahi 40,2 Km2 menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan
Ngamprah Kabupaten Bandung
Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Andir Kota Bandung
Sebelah Selatan : Kecamatan Marga Asih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung dan Kulon Kota Bandung
Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung
23
Kecamatan Cimahi Selatan terdiri dari 5 Kelurahan. Dengan jumlah Rukun Kampung/Warga sebanyak 307 dan Rukun Tetangga 1.717.
[image:30.595.124.526.189.600.2]Berikut ini dapat dilihat peta wilayah studi kota Cimahi Gambar 3.1 dibawah ini:
Gambar 3.1 Peta Kota Cimahi
3.1.1.2 Aspek Kependudukan
Wilayah Kota Cimahi memliki luas 40,2 km2 yang tersebar di tiga kecamatan yaitu kecamatan Cimahi Selatan, Cimahi Utara dan Cimahi Tengah. Diantara ketiga kecamatan tersebut Cimahi Selatan merupakan daerah terluas yaitu seluas 16,9 km2 dengan penduduk sebanyak 235.409 jiwa, dan yang luasnya
PETA KOTA CIMAHI
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia
24
terkecil adalah Cimahi Tengah yaitu seluas 10,00 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 172.790 jiwa. Secara keseluruhan pada tahun 2008 Kota Cimahi memiliki penduduk sebanyak 551.216 jiwa, Hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 2,7 % di banding tahun sebelumnya.
Berikut ini dapat dilihat jumlah penduduk Kota Cimahi, kepadatan penduduk dan luas wilayah menurut kecamatan pada Tabel III-1.
Tabel III-1
Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Luas Wilayah Kota Cimahi Menurut Kecamatan
Tahun 2008
No Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2) 1. Kecamatan Cimahi
Selatan 16,9 235.409 13.930
2. Kecamatan Cimahi
Tengah 10,00 172.790 17.279
3. Kecamatan Cimahi
Utara 13,3 143.017 10.753
Total 40,2 551.216 13.712 (Sumber: Kota Cimahi dalam angka Tahun 2009, BPS Kota Cimahi)
Tingkat kepadatan Kota Cimahi tahun 2008 adalah 13.712 jiwa/km2, dimana kecamatan Cimahi Tengah memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan dua kecamatan lainnya yaitu mencapai 17.279 jiwa/km2. Hal ini terjadi disebabkan oleh mobilitas penduduk yang cukup tinggi karena penduduk lebih terkonsentrasi di pusat perkotaan Cimahi dengan keanekaragamannya. pusat kota Cimahi terdapat di Kecamatan Cimahi Tengah. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan atau sex ratio di Kota Cimahi adalah 107,53 Ini berarti untuk setiap 100 perempuan terdapat 107 laki-laki.
25
Tabel III-2
Jumlah Penduduk Kota Cimahi Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2008
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk
Cimahi Selatan 117.300 112.337 229.637
Cimahi Tengah 88.461 81.023 169.484
Cimahi Utara 72.084 65.538 137.622
Total 277.845 258.898 536.743
(Sumber: Kota Cimahi dalam angka Tahun 2009, BPS Kota Cimahi)
Tabel III-3
Jumlah Penduduk Kota Cimahi Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2008
(Sumber: Kota Cimahi dalam angka Tahun 2009, BPS Kota Cimahi)
Berdasarkan tabel III-3 jumlah penduduk menurut kelompok umur yang ada di kota Cimahi dengan jumlah 49.559 orang pada kelompok umur 10-14 dan 46.606 pada kelompok umur 15-19 (Sumber: BPS Kota Cimahi Tahun 2008). Dimana kedua kelompok umur ini merupakan kelompok umur yang mewakili usia pelajar SLTP yaitu 12-15 dan usia pelajar SLTA yaitu 15-17.
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan L+P
0-4 27.202 26.033 53.235
5-9 28.087 25.739 53.826
10-14 26.103 23.456 49.559
15-19 24.178 22.428 46.606
20-24 25.270 25.187 50.457
25-29 25.949 27.572 53.521
30-34 27.220 26.991 54.211
35-39 24.635 21.741 46.376
40-44 20.176 17.377 37.553
45-49 16.308 14.129 30.437
50-54 12.807 10.669 23.476
55-59 9.291 7.686 16.977
60-64 6.547 5.619 12.166
65-69 4.931 4.353 9.284
70-74 3.489 3.252 6.741
75+ 3.418 3.373 6.791
26
[image:33.595.119.548.102.560.2]
3.1.1.3 Aspek Pendidikan
Gambar 3.2
Peta Sebaran Sekolah Negeri dan Swasta Tingkat SLTP dan SLTA di Kota Cimahi
Jika dilihat pada gambar 3.2, yaitu peta sebaran pendidikan tingkat SLTP dan SLTA dapat terlihat bahwa sekolah tingkat SLTP dan SLTA negeri tidak menyebar secara merata di tiap kecamatan dan jumlah sekolah negeri masih sangat minim, sedangkan untuk sekolah tingkat SLTP negeri dan swasta sudah menyebar hampir di setiap kecamatan.
Pada tahun ajaran 2007/2008, rasio perbandingan jumlah murid terhadap jumlah guru untuk Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
PETA SEBARAN SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA TINGKAT SLTP DAN SLTA
DI KOTA CIMAHI
LEGENDA
SMP, MTs SMA,SMK,MA NEGERI SWASTA
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer
Indonesia Bandung
2010
27
lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) serta Sekolah Menengah Umum (SMU) adalah sebagai berikut 13,83, 22,94, 14,89 dan 13,85.
Tabel III.4
Jumlah TK,SD,SLTP dan SLTA dan Jumlah Siswa Kota Cimahi Tahun 2008
No. Kecamatan
TK SD SLTP SLTA Jml J.
Siswa Jml
J.
Siswa Jml J. Siswa Jml
J. Siswa 1. Cimahi
Selatan
32 1.895 53 20.906 15 8.677 8 5.241
2. Cimahi Tengah
31 2.137 58 20.403 16 9.080 15 8.801
3. Cimahi Utara 29 1.081 42 13.027 14 5.323 17 8.393
Total 92 5.113 153 54.336 45 23.080 40 22.435 (Sumber: Kota Cimahi dalam angka Tahun 2009, BPS Kota Cimahi)
28
[image:35.595.160.465.83.339.2]Gambar 3.3
Diagram Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Cimahi
Dari gambar 3.3 menunjukan adanya sebuah fenomena yaitu pada kecamatan Cimahi utara dan Cimahi Tengah terlihat adanya kelebihan jumlah fasilitas, apabila berorientasi pada jumlah SLTP yang ada (14 buah dan 16 buah) harusnya terdapat sekitar 11 SLTA di Kecamatan Cimahi Utara dan 13 SLTA di Kecamatan Cimahi Tengah. Sedangakan untuk kecamatan Cimahi Selatan terlihat adanya kekurangan pada penyediaan fasilitas pendidikan tingkat SLTA jika berorientasi pada jumlah SLTP yang ada (15 buah) sehingga jumlah fasilitas yang seharusnya disediakan di Cimahi Selatan adalah 12 SLTA dengan demikian ada kecenderungan pelajar yang tinggal di Cimahi Selatan lebih memilih fasilitas pendidikan di luar kecamatannya bahkan di luar kota Cimahi.
3.1.2 Gambaran Umum Kota Bandung 3.1.2.1 Kondisi Geografis
29
a. Barat-timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara
b. Utara-selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (subang dan pengalengan)
Kota Bandung merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang sekaligus menjadi ibukota Provinsi, yang terbagi dalam 6 Wilayah Pengembangan, 26 Kecamatan, 139 Kelurahan. Secara adminsistartif, kota Bandung terletak sebagai berikut:
Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian 1.050 meter dan terendah di sebelah selatan 675 meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan sampai lajur lintasan kereta api, permukaan tanah relative datar sedangkan di wilayah kota bagian utara berbukit-bukit. Dari wilayah perbukitan bandung utara inilah orang dapat menyaksikan bentuk dan panorama keseluruhan Kota Bandung.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya lapisan alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta di bagian timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol.
30
[image:37.595.114.538.88.408.2]Gambar 3.4 Peta Kota Bandung
3.1.2.2 Aspek Kependudukan
Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung 13.927,48 jiwa/Km², dilihat dari segi kepadatan penduduk per Kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk 39.240,26 jiwa/Km². Salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk mengurangi tingkat kepadatan penduduk adalah dengan Program Transmigrasi ke daerah luar Pulau Jawa, diantaranya ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.
Berikut ini dapat dilihat jumlah penduduk kota Bandung dan luas wilayah menurut kecamatan pada tabel III-6 dibawah ini:
PETA
KOTA BANDUNG
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia
31
Tabel III.6
Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2008
Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk (jiwa)
Bandung Kulon 6,46 125.369
Babakan Ciparay 7,47 137.392
Bojong Loa Kaler 3,03 118..898
Bojong Kidul 6,26 79.478
Astana Anyar 2,89 70.648
Regol 4,30 83.713
Lengkong 5,90 72.059
Bandung Kidul 6,06 50.109
Marga Cinta 10,87 112.325
Rancasari 13,17 72.309
Cibiru 10,81 89.201
Ujungberung 10,34 84.931
Aracamanik 8,80 68.860
Cicadas 8,66 108.245
Kiaracondong 6,12 128.121
Batununggal 5,03 122.345
Sumur Bandung 3,40 39.383
Andir 3,71 103.975
Cicendo 6,86 99.425
Bandung Wetan 3,39 31.714
Cibeunying Kidul 5,25 110.012
Cibeunying Kaler 4,50 68.145
Coblong 7,35 124.121
Sukajadi 4,30 100.244
Sukasari 6,27 76.671
Cidadap 6,11 52.209
Total 167,29 2.329.928 (sumber: Kota Cimahi dalam angka Tahun 2009, BPS Kota Bandung\
3.2.2.3 Aspek Pendidikan
32
[image:39.595.165.458.151.554.2]Tabel III.7
Banyak Sekolah Menurut Kecamatan dan Tingkatan Sekolah Di Kota Bandung
Tahun 2008
Kecamatan Jumlah fasilitas Sekolah TK SD SLTP SLTA
Bandung Kulon 15 55 4 3
Babakan Ciparay 14 51 5 1
Bojong Loa Kaler 13 23 8 7
Bojong Kidul 9 26 5 5
Astana Anyar 18 45 6 6
Regol 16 46 13 14
Lengkong 20 33 12 24
Bandung Kidul 9 14 3 10
Marga Cinta 28 76 6 8
Rancasari 20 18 2
Cibiru 21 36 9 10
Ujungberung 23 31 10 4
Aracamanik 44 34 6 3
Cicadas 21 40 5 4
Kiaracondong 20 53 8 12
Batununggal 14 38 7 2
Sumur Bandung 15 31 8 12
Andir 11 46 20 18
Cicendo 22 49 17 16
Bandung Wetan 18 22 13 9
Cibeunying Kidul 16 52 7 6
Cibeunying Kaler 15 24 6 10
Coblong 20 48 14 17
Sukajadi 15 45 3 4
Sukasari 20 34 10 5
Cidadap 8 18 6 4
Total 473 888 213 214 (Sumber: Kota Bandung dalam angka Tahun 2009, BPS Kota Bandung)
33
BAB IV
ANALISIS KARAKTERISTIK PELAJU DENGAN TUJUAN SEKOLAH DI KOTA BANDUNG
Dalam bab ini menjelaskan hasil pengolahan data kuesioner yang selanjutnya dianalisis untuk mengetahui permasalahannya. Dimana analisis ini terdiri dari analisis karakteristik responden yang terdiri dari; analisis karakteristik sekolah dan pemilihan sekolah, analisis informasi sekolah, analisis pergerakan dengan tujuan sekolah yang terdiri dari; analisis pergerakan dan aksesibilitas pada saat pergi ke sekolah dan aksesibilitas saat pulang sekolah, serta analisis dampak lalulintas yang terjadi.
4.1 Analisis Karakteristik Pelajar Yang Tinggal di Cimahi Tetapi Sekolah di Kota Bandung
Dalam bahasan ini menjabarkan mengenai variabel pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi memilih sekolah di kota Bandung. Yang terdiri atas jenis kelamin, umur, uang saku, pekerjaan orang tua, waktu sekolah, durasi belajar di sekolah selama satu minggu, alasan memilih sekolah di kota Bandung. Materi tersebut dianalisis dengan memunculkan frekuensi hasil jumlah kuesioner, presentase dari frekuensi jumlah kuesioner dan digambarkan dengan chart agar lebih jelas dalam penjabaran analisisnya.
1. Jenis Kelamin
Berikut Tabel IV-1 dan gambar 4.1 yang menerangkan jenis kelamin pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi memilih sekolah di kota Bandung:
Tabel IV-1
Jenis Kelamin Pelajar Yang Tinggal Di Cimahi Tetapi Bersekolah Di Kota Bandung
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 52 52%
Perempuan 48 48%
Total 100 100%
34
Gambar 4.1
Persentase Jenis Kelamin Pelajar
Berdasarkan tabel IV-1 dan gambar 4.1 dapat terlihat bahwa secara keseluruhan pelajar tingkat SLTP dan tingkat SLTA yang paling banyak melakukan pergerakan komuter dengan tujuan sekolah adalah pelajar dengan jenis kelamin laki-laki yaitu dengan jumlah persentase 52% dan yang paling sedikit adalah pelajar yang berjenis kelamin perempuan yaitu 48%. Jumlah persentase antara pelajar yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh selisihnya hanya 4%.
Untuk lebih jelas dalam melihat persentase jenis kelamin pelajar berdasarkan pembagian tingkat sekolah SLTP dan SLTA dapat dilihat pada tabel IV-2 dan gambar 4.2 berikut:
Tabel IV-2
Jenis Kelamin Pelajar Berdasarkan Tingkat Sekolah SLTP dan SLTA
(Sumber: Hasil Survey 2010) Jenis Kelamin
Tingkat Sekolah
SLTP SLTA
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Laki-Laki 31 62% 21 42%
Perempuan 19 38% 29 58%
[image:41.595.140.483.84.326.2]35
[image:42.595.132.493.86.304.2]Gambar 4.2
Presentase Jenis Kelamin Pelajar Berdasarkan Tingkat Sekolah SLTP dan SLTA
Berdasarkan Tabel IV-2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pelajar SLTP yang melakukan pergerakan komuter dengan tujuan sekolah di Kota Bandung lebih didominasi oleh pelajar yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah persentase sebesar 62% dan pelajar yang perempuan sebesar 38%, sedangkan untuk pelajar tingkat SLTA sebaliknya didominasi oleh pelajar yang berjenis kelamin perempuan yaitu dengan persentase 58%.
36
2. Umur Pelajar
[image:43.595.144.482.233.692.2]Berikut Tabel IV-3 dan gambar 4.3 yang menerangkan umur pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi memilih sekolah di kota Bandung:
Tabel IV-3
Umur Pelajar Yang Tinggal Di Cimahi Tetapi Bersekolah Di Bandung
Umur Responden Frekuensi Persentase
12 3 3%
13 13 13%
14 20 20%
15 18 18%
16 22 22%
17 7 7%
18 7 7%
19 10 10%
Total 100 100%
(Sumber: Hasil Survey 2010)
Gambar 4-3
37
Berdasarkan tabel IV-3 dan gambar 4.3, maka dapat terlihat bahwa jumlah pelajar yang tinggal di Cimahi tetapi memilih sekolah di Kota Bandung lebih banyak yang berusia 16 tahun dengan persentasenya sebesar 22%, kemudian diikuti oleh pelajar dengan usia 14 tahun yaitu dengan jumlah persentase sebesar 20%, selanjutnya oleh usia 15 tahun sebesar 18%, usia 13 tahun sebesar 13%, 19 tahun sebesar 10%, sedangkan untuk pelajar yang berusia 17 dan 18 tahun sebesar 7% dan untuk usia pelajar yang jumlah persentasenya paling kecil adalah 12 tahun dengan jumlah presentase sebesar 3%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, pelajar yang paling banyak melakukan pergerakan komuter dengan tujuan pendidikan dari Cimahi ke Kota Bandung adalah pelajar tingkat SLTA dan yang paling sedikit adalah pelajar tingkat SLTP. Hal ini dikarenakan usia 16 tahun merupakan usia yang setaraf dengan kelompok usia pelajar tingkat SLTA dan usia 12 tahun merupakan usia yang setaraf dengan kelompok usia pelajar tingkat SLTP.
Untuk lebih jelas dalam melihat persentase umur pelajar berdasarkan pembagian tingkat sekolah SLTP dan SLTA dapat dilihat pada tabel IV-4 dan gambar 4.4 berikut:
Tabel IV-4
Umur Pelajar Berdasarkan Tingkat Sekolah SLTP dan SLTA
(Sumber: Hasil Survey 2010) (Sumber: Hasil Survey 2010)
Umur Responden
Tingkat Sekolah
SLTP SLTA
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
12 3 6% 0 0%
13 13 26% 0 0%
14 19 38% 1 2%
15 13 26% 5 10%
16 2 4% 20 40%
17 0 0% 7 14%
18 0 0% 7 14%
19 0 0% 10 20%
38
Gambar 4.4
Presentase Umur Pelajar Berdasarkan Tingkat Sekolah SLTP dan SLTA
Pada Tabel IV-4 dan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pada pelajar tingkat SLTP, yang paling banyak melakukan pergerakan komuter dengan tujuan sekolah adalah pelajar dengan usia 14 tahun dan yang paling sedikit adalah pelajar dengan usia 16 tahun .Sedangkan untuk pelajar tingkat SLTA, pelajar usia 16 tahun merupakan usia yang paling banyak atau paling besar jumlah persentasenya yaitu 40% sedangkan yang paling sedikit adalah usia 14 tahun dengan persentase 2%.
3. Pekerjaan Orang Tua
[image:45.595.171.493.79.298.2]Berikut Tabel IV-7 dan gambar 4.7 yang menerangkan pekerjaan orang tua pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi memilih sekolah di kota Bandung:
Tabel IV-7
Pekerjaan Orang Tua Pelajar
Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Persentase
PNS 16 16%
Pegawai Swasta 27 27%
Wiraswasta 40 40%
TNI/Polri 14 14%
Lainnya 3 3%
Total 100 100%
39
Gambar 4.7
Persentase Pekerjaan Orang Tua Pelajar
Pada Tabel IV-7 dan gambar 4.7 dapat dilihat bahwa orang tua pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang melakukan pergerakan komuter dengan tujuan sekolah di Kota Bandung paling banyak adalah Wiraswata dengan jumlah persentase 40%, kemudian diikuti oleh pegawai swasta dengan jumlah persentase sebesar 27%, kemudian PNS dengan persentase sebesar 16%, selanjutnya oleh TNI/Polri persentasenya sebesar 14% dan yang paling kecil jumlah persentasenya adalah lainnya yaitu 3% berdasarkan data yang diperoleh, pekerjaan orang tua yang termasuk dalam kategori lainnya yaitu buruh.
Untuk lebih jelas dalam melihat persentase pekerjaan orang tua pelajar berdasarkan pembagian tingkat sekolah SLTP dan SLTA dapat dilihat pada tabel IV-8 dan gambar 4.8 berikut:
Tabel IV-8
Pekerjaan Orang Tua Pelajar Berdasarkan Tingkat Sekolah SLTP dan SLTA
Pekerjaan Orang Tua
Tingkat Sekolah
SLTP SLTA
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
PNS 5 10% 11 22%
Pegawai Swasta 14 28% 13 26%
Wiraswasta 21 42% 19 38%
40
Lainnya 3 6% 0 0%
Total 50 100% 50 100%
(Sumber: Hasil Survey 2010)
Gambar 4.8
Presentase Pekerjaan Orang Tua Pelajar Berdasarkan Tingkat Sekolah SLTP dan SLTA
Berdasarkan tabel IV.8 dan gambar 4.8 dapat terlihat bahwa pada pelajar tingkat SLTP dan SLTA pekerjaan orang tua didominasi oleh wiraswasta yaitu dengan persentase pelajar SLTP sebesar 42% dan pelajar tingkat SLTA sebesar 38%, kemudian diikuti oleh pegawai swasta dengan persentase pada pelajar tingkat SLTP sebesar 28% dan tingkat SLTA 26%, kemudian pada pelajar tingkat SLTP TNI/Polri dengan jumlah persentase 14%, sedangkan untuk pelajar tingkat SLTA adalah PNS dengan jumlah persentase 22%. PNS untuk pelajar tingkat SLTP mempunyai persentase sebesar 10% dan yang paling kecil jumlah persentasenya yaitu pekerjaan yang termasuk kategori lainnya yaitu buruh dengan jumlah persentase sebesar 6%. Sedangkan untuk pelajar tingkat SLTA, orang tua yang memiliki jumlah persentase terkecil adalah TNI/Polri yaitu sebesar 14%.
41
4. Penghasilan Orang Tua
Berikut Tabel IV-9 dan gambar 4.9 yang menerangkan penghasilan orang tua pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi memilih sekolah di kota Bandung:
Tabel IV-9
Penghasilan Orang Tua Pelajar
Penghasilan Orang Tua Frekuenasi Persentase Rp.1.000.000,- 21 21%
Rp. 1.000.000,- s/d Rp.2.000.000,- 29 29%
Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,-
43 43%
Rp.3.000.000,- s/d Rp. 4.000.000,- 5 5%
Rp.4.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,- 1 1% Rp. 5.000.000,- 1 1%
Total 100 100% (Sumber: Hasil Survey 2010)
Gambar 4.9
Persentase Penghasilan Orang Tua Pelajar
Pada tabel IV-9 dan gambar 4.9 dapat terlihat bahwa penghasilan orang tua pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang melakukan pergerakan komuter dengan tujuan pendidikan yang paling banyak yaitu Rp. 2.000.000,-s/d Rp. 3.000.000,- dengan jumlah persentase sebesar 43%, kemudian diikuti oleh Rp. 1.000.000,- s/d
42
4.000.000,- sebesar 5% dan yang paling sedikit yaitu Rp.4.000.000,-s/d Rp. 5.000.000,- dan Rp.5.000.000,- yaitu dengan jumlah persentase masing-masing 1%.
Untuk lebih jelas dalam melihat persentase penghasilan orang tua pelajar berdasarkan pembagian tingkat sekolah SLTP dan SLTA dapat dilihat pada tabel IV-10 dan gambar 4.10 berikut:
Tabel IV-10
Penghasilan Orang Tua Pelajar Berdasarkan Tingkat Sekolah SLTP dan SLTA
Penghasilan Orang Tua
Tingkat Sekolah
SLTP SLTA
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Rp.1.000.000,- 12 24% 9 18%
Rp. 1.000.000,- s/d Rp.2.000.000,-
15 30% 13 26%
Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,-
21 42% 22 44%
Rp.3.000.000,- s/d Rp. 4.000.000,-
1 2% 5 10%
Rp.4.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,-
1 2% 0 0%
Rp. 5.000.000,- 0 0% 1 2%
Total 50 100% 50 100%
(Sumber: Hasil Survey 2010)
Gambar 4.10
[image:49.595.110.515.275.723.2]43
Berdasarkan tabel IV-10 dan gambar 4.10 dapat dilihat bahwa untuk penghasilan orang tua pelajar tingkat SLTP dan SLTA di dominasi oleh penghasilan orang tua dengan nominal Rp. 2.000.000,-s/d Rp. 3.000.000,- yaitu dengan persentase 42% untuk pelajar tingkat SLTP dan 44% untuk pelajar tingkat SLTA.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelajar yang memilih sekolah di kota Bandung bervariasi mulai dari kalangan atas, menengah dan bawah. Hal ini dikarenakan jenis pekerjaan orang tua yang bervariasi sehingga menyebabkan jumlah penghasilan yang bervariasi juga.
5. Jenis Sekolah
Berikut Tabel IV-11 dan gambar 4.11 yang menerangkan jenis sekolah pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi memilih sekolah di kota Bandung:
Tabel IV-11 Jenis Sekolah Pelajar
Jenis Sekolah Frekuensi Persentase SMP 47 47%
MTs 3 3%
SMU 37 37%
SMK 5 5%
MA 8 8%
44
Gambar 4.11 Persentase Jenis Sekolah
Berdasarkan Tebel IV-11 dan gambar 4.11 dapat disimpulakan bahwa persentase pelajar yang memilih bersekolah di kota Bandung lebih di dominasi pelajar SMP yaitu dengan jumlah persentase 47% dan yang paling sedikit jumlah persentasenya adalah Mts yaitu 5%. Hasil ini merupakan hasil dari penjumlahan responden pelajar tingkat SLTP, sedangkan untuk pelajar tingkat SLTA jenis sekolah yang paling banyak jumlah persentasenya adalah SMU sebesar 37% kemudian diikiuti MA dengan jumlah persentase 8% dan yang paling kecil SMK yaitu 5%.
[image:51.595.181.444.82.328.2]Untuk lebih jelas dalam melihat persentase jenis sekolah pelajar berdasarkan pembagian tingkat sekolah dapat dilihat pada tabel IV-12 dan gambar 4.12 berikut:
Tabel IV-12
Jenis Sekolah Pelajar Berdasarkan Tingkat Sekolah SLTP dan SLTA
Jenis Sekolah
Tingkat Sekolah
SLTP SLTA
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase SMP 47 94% 0 0%
MTs 3 6% 0 0%
SMU 0 0% 37 74%
45
MA 0 0% 8 16%
[image:52.595.119.507.85.367.2]Total 50 50% 50 50% (Sumber: Hasil Survey 2010)
Gambar 4.12
Presentase Jenis Sekolah Berdasarkan Tingkat Sekolah SLTP dan SLTA
Pada Tabel IV-12 dan gambar 4.12 dapat dilihat bahwa pelajar tingkat SLTP yang melakukan pergerakan komuter dengan tujuan sekolah, lebih banyak memilih jenis sekolah SMP dengan persentase sebesar 94% sedangkan MTs hanya 6% dan untuk pelajar tingkat SLTA, lebih banyak memilih jenis sekolah SMU yaitu dengan persentase sebesar 74% kemudian diikuti oleh MA sebesar 16% dan yang paling sedikit jumlah persentasenya adalah SMK dengan jumlah persentase sebesar 10%.
46
6. Waktu Sekolah dan Durasi Belajar Selama 1 Minggu
[image:53.595.129.498.170.536.2]Berikut Tabel IV-13 dan gambar 4.13 yang menerangkan waktu sekolah, pelajar tingkat SLTP dan SLTA yang tinggal di Cimahi tetapi memilih sekolah di kota Bandung:
Tabel IV-13 Waktu Sekolah
Waktu Sekolah Frekuensi Persentase
Pagi 90 90%
Siang 10 10%
Total 100 100% (Sumber: Hasil Survey 2010)
Gambar 4.13
Persentase Waktu Sekolah
Pada tabel IV-13 dan gambar 4.13 dapat terlihat bahwa pelajar yang melakukan pergerakan komuter dengan tujuan sekolah lebih banyak yang yang bersekolah pagi yaitu dengan persentase sebesar 90% sedangkan yang bersekolah siang hanya 10%.
47
Tabel IV-14
Durasi Sekolah Pelajar Selama 1 Minggu
Waktu Sekolah Frekuensi Persentase Senin-Jumat 18 18%
Senin-Sabtu 82 82%
[image:54.595.133.497.102.449.2]Total 100 100% (Sumber: Hasil Survey 2010)
Gambar 4.14
Persentase Durasi Sekolah Selama 1 Minggu
Pada Tabel IV.14 dan gambar 4.14 dapat terlihat bahwa lebih banyak pelajar yang bersekolah mulai dari hari senin-sabtu yaitu dengan persentase sebesar 82% dan yang paling sedikit adalah hari senin-jumat yaitu dengan persentase sebesar 18%.
Berdasarkan tabel waktu sekolah dan durasi sekolah selama 1 minggu pelajar tingkat SLTP dan SLTA lebih banyak yang bersekolah pagi dengan durasi waktu sekolah senin-sabtu.
7. Alasan Memilih Sekolah di Kota Bandung
48
Tabel IV-15
Alasan Memilih Sekolah di Kota Bandung
Alasan Memilih Sekolah Frekuensi Persentase Akreditasi Sekolah 66 33%
Dekat Dengan Tempat kerja Orang Tua 3 1,5%
Biaya Pendidikan Lebih Ringan 26 13%
Kualitas Pelajaran dan Pengajaran yang Lebih Baik
42 21%
Sarana dan Prasarana yang Memadai 34 17%
Lulusan dari Bandung dapat Masuk Perguruan Tinggi Negeri
21 10,5%
Dekat dengan Rumah 8 4%
Dekat dengan Pusat Perbelanjaan 0 0%
Lainnya 0 0%
Total 200 100% (Sumber: Hasil Survey 2010)
Berdasarkan tabel IV-15 dapat dilihat bahwa frekuensi total pelajar yang memilih alasan sekolah di kota Bandung adalah 200, hal ini di karenakan dari 100 responden yang mengisi kuesioner dapat memilih lebih dari satu alasan.
Berdasarkan data yang diperoleh, alasan pelajar tingkat SLTP dan SLTA memilih sekolah dikota Bandung daripada di Cimahi adalah alasan pertama yaitu akreditasi sekolah yaitu sebesar 33%, yang kedua adalah kualitas pelajaran dan pengajaran yang lebih baik dengan jumlah pesentase sebesar 21%, yang ketiga adalah sarana dan prasarana sekolah yang lebih baik dengan jumlah persentase sebesar 17% , yang keempat adalah biaya pendidikan yang lebih ringan yaitu sebesar 13%,alasan yang kelima lulusan dari Bandung dapat masuk perguruan tinggi negeri 10,5% dan alasan yang paling sedikit jumlah persentasenya adalah dekat dengan tempat kerja orang tua yaitu sebesar 1,5 %.
49
kota Bandung mengingat salah satu ciri kota Bandung adalah kota Pendidikan. Sedangkan untuk masalah biaya berdasarkan hasil wawancara uang sekolah (SPP) pelajar tin