• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Dan Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Dan Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA

KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI)

KABUPATEN BOGOR

DEPO PANCA SATRIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

ABSTRAK

DEPO PANCA SATRIA. Analisis Kinerja Dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M BAGA.

Koperasi merupakan lembaga sosial ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Salah satu koperasi pertanian yang ada di Indonesia adalah Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) yang beranggotakan peternak kelinci di Kabupaten Bogor. Tolak ukur keberhasilan suatu koperasi dapat dilihat dari unit usaha dan unit organisasi. Jika dilihat dari unit usaha KOPNAKCI sudah dapat dikatakan berhasil karena didasari terjadinya peningkatan jumlah anggota, peningkatan modal yang berasal dari anggota, peningkatan laba dan volume penjualan. Oleh sebab itu, pengukuran kinerja dalam organisasi KOPNAKCI sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh koperasi. Analisis Kinerja dan partisipasi ini dikaji menggunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan data kuantitatif berdasarkan indikator visi, kapasitas, jaringan kerja dan sumber daya. Dari analisis data dapat diketahui bahwa kinerja koperasi berada dalam kondisi yang baik, Melalui uji korelasi dengan menggunakan Rank Spearman dapat diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota pada bidang organisasi, permodalan, dan unit usaha.

Kata Kunci : Analisis Kinerja dan Partisipasi, Kelinci, Koperasi

ABSTRACT

DEPO PANCA SATRIA. Performance and Member Participation Level Analysis of Rabbit Breeder Cooperative (KOPNAKCI) in Bogor Regency, West Java. Guided by

LUKMAN M. BAGA.

Cooperative is a social-economic institution which has purpose to improve its member welfare. The cooperative success indicator can be seen from its success in conducting its organization and business activities. Cooperative of Rabbit Breeder (KOPNAKCI) is one of agricultural cooperative of which members are the rabbit breeders in Bogor Regency and has been successful in running both its organization and business activities due to the indicators of increasing the number of members, developing the capital from members, and rising the profit and sale volume. This study aimed to analyze the performance and member participation level in the activities of Rabbit Breeder Cooperative (KOPNAKCI) in Bogor Regency, West Java, and to know how far the cooperative progress has been achieved. The performance and member participation level of the cooperative in the form of primary and secondary data were analyzed by using quantitative method through Rank Spearman Correlation Test based on vision indicator, capacity, networking, and resources. The results of data analysis was known that the cooperative performance was in good condition. And through Rank Spearman Correlation Test, it was obtained that there was in line-relationship between economic benefit with the member participation level, capital, and business activity.

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Dan Partisipasi Anggota Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

DEPO PANCA SATRIA NIM H34114025

(5)

ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA

KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI)

KABUPATEN BOGOR

DEPO PANCA SATRIA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Dan Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor

Nama : Depo Panca Satria

NIM : H34114025

Disetujui oleh

Ir Lukman M Baga, MAEc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah koperasi, dengan judul Analisis Kinerja dan Partisipasi Anggota KOPNAKCI Kabupaten Bogor.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta keempat kakak saya yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan, Ir Lukman M Baga, MAEc sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Dr Ir Ratna Winandi, MS sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan banyak saran, keluarga besar KOPNAKCI yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dantelah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

(8)
(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Koperasi 7

Pengembangan Kinerja Koperasi 7

Peranan Partisipasi Anggota dalam Perkembangan Koperasi 8 Manfaat Ekonomi dan Sosial Bagi Anggota Koperasi 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Manfaat Sosial Ekonomi Koperasi 10

Konsep Kinerja Koperasi 11

Konsep Partisipasi Anggota 12

Analisis Kinerja Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) 14

Kerangka Pemikiran Operasional 15

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan dan Analisis Data 20

Analisis Penilaian Tangga Pengembangan Bagi Koperasi 20 Analisis Manfaat Sosial Ekonomi Anggota dan Tingkat Partisipasinya 25 Analisis Korelasi Manfaat Ekonomi TerhadapTingkat Partisipasi

dengan Rank Spearman 26

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 27

Lokasi Perusahaan 28

Struktur Organisasi Koperasi 28

Rapat Anggota Koperasi 31

Keanggotaan Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) 32

Karakteristik Responden 32

Karakteristik Usaha Ternak Responden 34

Identifikasi Tingkat Partisipasi Anggota 35

(10)

Analisis Manfaat Ekonomi 40 Analisis Partisipasi Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) 41 Analisis Kinerja Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci) 35

Kinerja dengan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)/DLA

(Development Leader Assesment) 35

Visi Koperasi 36

Kapasitas 37

Sumber Daya 38

Jaringan kerja 38

SIMPULAN DAN SARAN 45

Simpulan 45

Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 49

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data perkembangan koperasi di Indonesia tahun 2004–2010a 2 Tabel 2 Perkembangan kinerja koperasi di Indonesia tahun 2006-2009a 3 Tabel 3 Tabulasi penilaian tangga perkembangana 23 Tabel 4 Skor penilaian tangga perkembangan (PTP)a 24 Tabel 5 Indikator - indikator penilaian tangga perkembangan (PTP)a 24

Tabel 6 Indikator manfaat ekonomi dan skor 25

Tabel 7 Indikator partisipasi dan skor 26

Tabel 8 Kelompok peternak binaan KOPNAKCIa 28

Tabel 9 Jumlah pertemuan rapat anggota KOPNAKCI tahun 20011-2013a 32 Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamina 32

Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan usiaa 33

Tabel 12 Sebaran responden menurut pendidikan formala 33 Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengalaman beternak 34

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Dimensi partisipasi pada koperasi 13

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana srategis dan operasional usaha kelinci di KOPNAKCI 49 Lampiran 2 Skema operasional usaha pengadaan dan pemasaran kelinci di

KOPNAKCI 50

Lampiran 3 Alat ukur analisis manfaat ekonomi 51

Lampiran 4 Alat ukur analisis partisipasi anggota 52 Lampiran 5 Penilaian tangga perkembangan KOPNAKCI 53

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan dalam pembangunan nasional. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari subsektor pertanian, dimana sektor pertanian memiliki peran strategis terlihat dari berdasarkan data statistik, pertumbuhan PDB Peternakan pada tahun 2009 sebesar 7.9% melebihi tingkat pertumbuhan sektor pertanian 3.5% dan pertumbuhan PDB nasional 5.5%. Pada tahun 2010, pemerintah memberikan anggaran pembangunan peternakan sebesar Rp 7.8 trilyun melebihi anggaran untuk tanaman pangan dan perkebunan dalam mendorong percepatan pembangunan industri peternakan (Yusdja et al. 2006).

Keberhasilan pembangunan nasional berdampak pada perubahan pola konsumsi masyarakat kearah konsumsi daging telur dan susu. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan serta meningkatnya kadar gizi masyarakat dapat menyebabkan permintaan akan produksi ternak semakin meningkat. Dalam menunjang kebutuhan protein hewani yang meningkat, seiring pendapatan dan daya beli masyarakat juga meningkat sehingga permintaan konsumsi naik, membuat kebutuhan daging dalam negeri mengalami kekurangan pasokan. Oleh karena itu pemerintah masih melakukan impor daging dalam menangani masalah kebutuhan daging. Pada tahun 2012 Indonesia terus mengimpor daging sapi yang mencapai 283 000 ekor, hal ini dilakukan bukan hanya mengatasi harga daging sapi yang melambung tinggi, dan untuk mengentaskan masyarakat yang memiliki pendapat yang berada dibawah garis standar yang layak serta mewujudkan ketahanan pangan hewani.

Pengembangan ternak kelinci dianggap sebagai salah satu alternatif dalam penyediaan kebutuhan portein hewani selain daging sapi. Ternak hewani seperti kelinci dapat diandalkan sebagai penyedia daging karena mempunyai kapasitas produksi yang tinggi (sekali melahirkan anakan antara 6-10 ekor), dengan tingkat pertumbuhan cepat, dan membutuhkan pakan yang tidak berkompetisi dengan manusia, serta pemeliharaannya relatif mudah dan murah. Menurut Ditjennak (2012) usaha budidaya ternak kelinci sebagai penghasil daging lebih menguntungkan dibandingan dengan ternak lain, terutama ternak ruminansia karena kelinci merupakan ternak prolifik, dapat bunting dan menyusui, interval beranak cepat dan dapat tumbuh cepat. Selain itu, dalam hal keuntungan ekonomi yang diperoleh dalam usaha kecil dan menengah antara lain: kebutuhan modal tetap dan modal kerja yang relatif kecil, pakan tidak tergantung dengan bahan baku impor dan mampu mengkomsumsi hijauan dan tidak bersaing dengan pakan, mudah beradaptasi terhadap lingkungan dan mudah dibudidayakan, tidak membutuhkan lahan luas, menghasilkan beragam produk seperti daging, kulit, kulit bulu, pupuk organik, kelinci hias, kualitas daging, mengandung protein tinggi dan tidak menyebabkan kolesterol.

(14)

masyarakat pada umunya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berarti koperasi merupakan badan atau lembaga yang sangat peduli terhadap pelayanan dan manfaatnya bagi anggota.

Menurut Baga et.al (2010), Koperasi merupakan kelembagaan sosial - ekonomi dalam agribisnis. Kelembagaan sosial-ekonomi dalam agribisnis adalah kelembagaan yang tidak hanya mementingkan aspek sosial saja dalam pengembanganya tetapi juga memperhatikan aspek-aspek ekonomi. Dalam perkembanganya jumlah koperasi yang aktif di Indonesia dari tahun 2004 – 2010 mengalami peningkatan, namun terdapat juga peningkatan koperasi yang tidak aktif. Data perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data perkembangan koperasi di Indonesia tahun 2004–2010a

Tahun Koperasi aktif

Pengembangan koperasi dapat dijadikan sebagai sebuah wahana yang efektif bagi anggota untuk saling bekerja sama, dengan membuka akses pasar, modal, informasi, teknologi dengan mengoptimalkan potensi, dan memanfaatkan peluang usaha yang terbuka (Nasution 2008). Koperasi yang mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya berarti anggota koperasi tersebut dapat mengatasi permasalahan ekonomi dan sosial yang dihadapinya merupakan bagian koperasi yang telah berhasil. Kesejahteraan bagi anggota melalui pemberian manfaat ekonomi dan sosial dan itu juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ikut bergabung dengan koperasi.

(15)

Peningkatan jumlah anggota koperasi dapat dikarenakan bertambahnya jumlah koperasi yang ada di Indonesia. Data perkembangan kinerja koperasi di Indonesia pada tahun 2006 sampai dengan 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan kinerja koperasi di Indonesia tahun 2006-2009a

Variabel Tahun

Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2009).; bJumlah (unit).; cJumlah (orang).; d

Jumlah (Rp)

Berdasarkan Tabel 2, terdapat variabel yang juga mengalami pertumbuhan yaitu modal sendiri sebesar 68.83% selama periode 2006-2009. Modal yang berasal dari luar juga mengalami peningkatan sebesar 42.79%. Peningkatan modal yang berasal dari luar dapat diakibatkan karena adanya bantuan dana bergulir yang berasal dari pemerintah maupun dana hibah. Permodalan koperasi memang bisa didapatkan dari luar asalkan modal luar tersebut tidak lebih besar dari modal sendiri. Jika proporsi modal luar lebih besar dibandingkan modal sendiri menunjukkan usaha koperasi masih mengandalkan bantuan dari luar, sehingga kemandirian koperasi tidak dapat tercapai. Volume usaha dan sisa hasil usaha (SHU) juga mengalami pertumbuhan sebesar 30.9% dan 64.8%. Namun besarnya volume usaha tidak sebanding dengan SHU yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan modal usaha koperasi yang banyak berasal dari luar. Sehingga koperasi harus membayar cicilan pinjaman yang berasal dari luar. Akibatnya jumlah SHU yang seharusnya dibagikan pada anggota harus terpotong untuk membayar cicilan koperasi.

Salah satu koperasi yang bergerak dibidang peternak kelinci. Koperasi ini fokus mengembangkan usaha agribsinis kelinci. KOPNAKCI merupakan satu-satunya koperasi kelinci rintisan para sarjana membangun desa di wilayah Bogor yang berdiri tanggal 17 Mei 2011 merupakan KOPNAKCI pertama di Indonesia. Saat ini KOPNAKCI memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah anggota aktif 60 orang yang menyebar di 11 kecamatan di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor ini. Model koperasi yang dikembangkan bertujuan untuk mendukung daya saing dalam skala ekonomis usaha ternak kelinci yang relevan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang utama wadah integrasi usaha para peternak kelinci di Bogor. Populasi ternak kelinci di Kabupaten Bogor terus meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun 2009, dan populasinya pada tahun 2011 adalah sebanyak 37 892 ekor.

(16)

Dalam menjalankan usaha sebuah koperasi harus memiliki organisasi yang efisien agar dapat berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi anggotanya. Oleh sebab itu, kinerja koperasi pertanian harus ditingkatkan agar dapat menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Pengukuran kinerja merupakan faktor penting bagi suatu organisasi, khususnya koperasi pertanian untuk mengetahui keefektifan pengembangan koperasi. Dalam pengukuran kinerja dibutuhkan suatu instrumen yang dapat mengukur koperasi tidak hanya dari aspek keuangannya saja namun juga dari aspek non keuangannya sehingga dapat mendorong koperasi pertanian untuk terus melakukan perbaikan baik pada kegiatan unit usaha, pelayanan maupun manajemennya.

Perumusan Masalah

Salah satu koperasi peternakan yang terdapat di Kabupaten Bogor adalah KOPNAKCI. Saat ini KOPNAKCI memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah anggota aktif 60 orang yang menyebar di 11 Kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor. Model koperasi yang dikembangkan bertujuan untuk mendukung daya saing dalam skala ekonomis usaha ternak kelinci yang relevan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang utama wadah integrasi usaha para peternak kelinci di Bogor. Desa Gunung Mulya ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Direktur Budidaya Ternak dan Kesehatan Hewan Departemen Pertanian Republik Indonesia. Penetapan tersebut berdasarkan persyaratan yang sudah ditetapkan diantaranya memiliki jumlah peternak kelinci 40%, memiliki potensi untuk dikembangkan, bukan daerah endemik penyakit serta Desa Gunung Mulya sudah membudidayakan dan memasarkan kelinci sejak Tahun 1990-an sampai sekarang.

Model pemberdayaan peternak kelinci yang dilakukan oleh KOPNAKCI tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam pengembangan sentra produksi berbasis komoditas. Model pemberdayaan yang melibatkan peternak sebagai pemilik sekaligus pelanggan dalam sebuah usaha. Adanya program kerja dan unit usaha yang terkait dengan penyebaran bibit, pelatihan, pusat informasi, penyediaan sapronak dan jaminan pemasaran serta pembagian sisa hasil usaha merupakan indikator dalam sebuah aktivitas dalam sebuah usaha.

(17)

Pada tahun 2011 sampai dengan pada tahun 2012 perkembangan kinerja KOPNAKCI mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada peningkatan jumlah anggota koperasi setiap tahunya yaitu sebanyak 10 kelompok binaan sampai pada Desember 2012 anggota yang bergabung dalam KOPNAKCI sebanyak 28 kelompok tani dimana sebanyak 60 orang. Peningkatan jumlah anggota KOPNAKCI ini bisa diakibatkan karena kesadaran dan kepercayaan yang mulai tumbuh dimasyarakat setempat. Keanggotaan KOPNAKCI terbuka siapa saja yang ingin menjadi anggota koperasi, sepanjang calon anggota tersebut dapat mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh KOPNAKCI. Dampak yang ditimbulkan dengan peningkatan anggota berupa terjadi kenaikan aset keseluruhan. Aset keseluruhan KOPNAKCI mengalami peningkatan cukup pesat dimana pada tahun 2011 sebesar Rp255 487 300 meningkat menjadi Rp 836 738 350. Unit usaha yang dijalankan oleh KOPNAKCI juga mengalami peningkatan penjualan selama periode 2011 sampai dengan tahun 2012. Hal ini membuktikan bahwa koperasi mampu memberikan pelayanan dalam hal pemenuhan anggota sehingga banyak anggota yang terlibat dalam usaha koperasi.

Selain itu KOPNAKCI juga telah melakukan realisasi beberapa unit usaha yaitu unit pengolahan kabita, unit riset farm, unit pengolahan farm, unit pengolahan kulit, unit pengolahan kompos kampung kelinci, unit pembibitan, unit kelinci hias, unit holding ground, unit kelinci laboraturium, dan unit pembibitan kampoeng kelinci Gunung Malang. Kesepuluh unit usaha ini dibentuk untuk dapat memfasilitasi kegiatan budidaya dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha dan nilai tambah secara ekonomi. Jika dilihat dari segi unit usaha, KOPNAKCI sudah berhasil untuk meningkatkan jumlah anggota, volume penjualan, laba usaha, dan perkembangan bentuk unit usaha. Namun keberhasilan suatu koperasi tidak ditentukan hanya oleh keberhasilan unit usahanya saja melainkan tolak ukurnya pembangunan kinerja dalam suatu organisasi yaitu koperasi dalam hal ini.

(18)

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian kali ini antara lain:

1. Bagaimanakan kinerja KOPNAKCI?

2. Bagaimanakah manfaat ekonomi dan partisipasi anggota pada KOPNAKCI? 3. Bagaimana hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota terhadap

KOPNAKCI?

Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kinerja KOPNAKCI

2. Menganalisis manfaat ekonomi dan partisipasi anggotaa pada KOPNAKCI 3. Menganilisis hubungan antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota

terhadap KOPNAKCI

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Bagi pengurus KOPNAKCI Kabupaten Bogor, memberikan masukan untuk menjadi pertimbangan dalam perencanaan, penetapan strategi dan kebijakan dalam pengembangan koperasi dimasa yang akan datang.

2. Bagi penulis berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisis masalah serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Koperasi

Koperasi merupakan suatu perusahaan yang didirikan bersama tanpa paksaan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Organisasi ini dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi dan sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) koperasi yang menjalankan kegiatannya secara efisien dan produktif yang berlandaskan pada partisipasi anggota dalam aktivitas ekonomi akan mengalami perkembangan yang sesuai dengan prinsip dan tujuan koperasi. Oleh karena itu yang harus diperhatikan koperasi adalah definisi dari koperasi itu sendiri dan membedakannnya dengan lembaga lain. Dimana pelayanan koperasi dilakukan terhadap anggota sehingga anggota tertarik untuk berkontribusi dan koperasi dapat menghadapi persaingan dipasar terhadap pemasaran produk, serta persaingan organisasi seperti lembaga – lembaga lain yang telah memiliki omset tinggi. Maju mundur koperasi dapat dilihat dari partisipasi anggota koperasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Dartiana (2005) bahwa partisipasi anggota mempengaruhi keberhasilan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Kota Bogor, Jawa Barat.

Selain itu juga menurut Dartiana (2005) tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar – besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tujuan tersebut dapat memberikan manfaat baik secara sosial maupun ekonomi. Manfaat sosial merupakan kebutuhan dalam kehidupan berinteraksi dan keamanan. Sedangkan manfaat ekonomi merupakan kebutuhan yang bersifat materil dalam memenuhi pangan dan papan yang dibutuhkan anggota.

Pengembangan Kinerja Koperasi

Penilaian kinerja merupakan ukuran dalam melakukan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh sebuah koperasi. Hal ini dilihat dari manfaat yang akan diperoleh dengan adanya penilaian kinerja seperti dapat mengetahui sejauh mana koperasi berjalan, mengetahui produktivitas koperasi, serta memotivasi personil mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditentukan koperasi sebelumnya. Kinerja yang baik diperlukan untuk mendukung kesejahteraan anggota. Program yang akan dilaksanakan koperasi membutuhkan dukungan dari semua unsur yang ada dalam koperasi termasuk kinerja koperasi.

(20)

untuk meningkatkan kemampuan anggota (Handayani 2011). Koswara (2011) melakukan penilaian kerja secara deskriptif, penilaian kinerja dari segi organisasi dikatakan baik terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai dengan tujuan organisasi, interaksi pengurus dan anggota, dan peningkatan kemampuan anggota melalui penyuluhan dan pembinaan.

Himpuni (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis KUD Sumber Alam, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Data yang diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis rasio. Pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif meliputi analisis terhadap kinerja yang dilakukan oleh koperasi selama ini dan hasilnya. Identifikasi faktor-faktor dan pertimbangan koperasi yang menjadi dasar kegiatan pengukuran kinerja itu sendiri, eksplorasi terhadap strategi bisnis koperasi, pendeskripsian visi dan misi koperasi berdasarkan empat prespektif pengukuran kinerja dalam Balance Score Card (BSC) yaitu prespektif finansial, prespektif keanggotaan, prespektif bisnis internal, dan prespektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011) menggunakan uji Friedman, perbandingan kinerja Koperasi Kelompok Tani (KTT) Lisung Kiwari, gapoktan dan poktan yang dinilai berdasarkan tujuh indikator yaitu pertemuan atau rapat, keterlibatan anggota dalam mengelola, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota, dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. Terlihat dari tujuh indikator yang dinilai ada beberapa indikator merupakan partisipasi dari anggota.

Hal ini menandakan bahwa kinerja koperasi dipengaruhi oleh partisipasi anggota. Kinerja organisasi gapoktan terlihat baik pada indikator keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan kemampuan anggota (Purba 2011). Perbedaan yaitu dalam penelitian ini tidak mengukur kinerja koperasi namun hanya mengetahui dari keempat faktor tersebut, faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja koperasi. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja koperasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu partisipasi anggota sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Purba 2011).

Peranan Partisipasi Anggota dalam Perkembangan Koperasi

(21)

melakukan pembelian terhadap barang yang disediakan oleh koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011) menambahkan partisipasi dalam bidang usaha yaitu keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha raw milk dan pakan konsentrat. Partisipasi dalam bidang permodalan yaitu dilihat dari keaktifan dalam membayar simpanan wajib, simpanan sukarela, dan simpanan lain-lain (Dartiana 2005; Handayani 2011). Partisipasi anggota dapat terlihat jelas dari partisipasi dalam bidang permodalan dengan anggota yang dinilai rendah yaitu terkait dengan partisipasi dalam bidang permodalan yaitu kesadaran dalam hal membayar iuran wajib dan sukarela (Handayani 2011).

Partisipasi anggota timbul karena manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh oleh anggota. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu manfaat ekonomi yang diperoleh anggota yang akan meningkatkan tingkat partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Koswara 2011; Handayani 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial dan ekonomi terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011).

Manfaat sosial memiliki korelasi positif terhadap partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011). Semakin tinggi manfaat sosial yang diperoleh anggota maka keinginan untuk berpartisipasi akan semakin tinggi. Manfaat ekonomi memiliki korelasi yang positif terhadap partisipasi anggota (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011). Manfaat ekonomi lebih memberikan kontribusi terhadap partisipasi anggota daripada manfaat sosialnya (Koswara 2011; Handayani 2011). Dartiana (2005) mengukur manfaat ekonomi terhadap tiga jenis partisipasi yaitu partisipasi dibidang organisasi, usaha, dan permodalan. Manfaat ekonomi memiliki nilai korelasi paling kuat terhadap partisipasi permodalan. Semakin tinggi manfaat ekonomi yang diterima anggota maka semakin tinggi partisipasi permodalan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota pada penelitian ini yaitu manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011). Partisipasi anggota dalam penelitian ini dilihat dari partisipasi di bidang permodalan, organisasi, dan usaha. Partisipasi dalam bidang permodalan dilihat dari simpanan pokok, wajib, dan sukarela. Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam RAT, pemahaman mengenai koperasi, keaktifan dalam meberikan evaluasi dan saran, kesediaan menjadi pengurus, dan keinginan bergabung menjadi anggota koperasi. Partisipasi dalam bidang usaha yaitu pembelian pakan konsentrat, pembelian kebutuhan di Waserda, dan melakukan pinjaman.

Manfaat Ekonomi dan Sosial Bagi Anggota Koperasi

(22)

economic of scale sehingga dapat menetapkan harga yang bersaing dipasar dan peran koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota antara lain jaminan pemasaran dan harga produk yang dihasilkan, kemudahan memperoleh sarana produksi pertanian, dan kepuasan harga input (Dartiana 2005 Handayani 2011). Manfaat ekonomi lainnya yang dirasakan anggota yaitu peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011). Dartiana (2005) menambahkan bahwa manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota adalah kepuasan terhadap bantuan kredit sapi perah dan kemudahan pembayaran harga input. Hasil penelitian yang dilakukan Dartiana (2005) adalah keberadaan koperasi dirasakan anggota terutama sebagai wadah pengumpul dan pemasaran hasil pertanian.

Koperasi dalam dimensi sosial dilihat dari seluruh kegiatan yang dilakukan dengan adanya hubungan baik dengan berbagai pihak yang berada didalam organisasi ini. Hubungan tersebut terjadi antara anggota dengan pengurus, dan sesama anggota. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) manfaat sosial yang dirasakan anggota adalah adanya pola pertukaran atau resiprocity antar anggota dalam bentuk proses jual beli, mendidik anggota koperasi untuk memiliki semangat sesuai kemampuan demi terwujudnya tatanan sosial yang adil dan beradab, mendorong terbentuknya tatanan sosial yang didasarkan atas kekeluargaan dan persaudaraan, mendorong suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi, dan turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis juga merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian dan dapat dijadikan acuan untuk menjawab permasalahan. Teori-teori dalam penelitian ini mencakup manfaat sosial ekonomi koperasi peternak kelinci, kinerja anggota koperasi, dan partisipasi anggota.

Manfaat Sosial Ekonomi Koperasi

(23)

dilihat dari kebutuhan sosial dan kebutuhan ekonomi. Kebutuhan sosial yang diinginkan oleh anggota koperasi dilihat dari seluruh kegiatan yang dilakukan dengan adanya hubungan baik dengan berbagai pihak yang berada di koperasi. Hubungan tersebut terjadi antara anggota dengan pengurus, dan sesama anggota. Selain itu kebutuhan sosial dilihat pelayanan pengurus terhadap koperasi. Manfaat sosial yang dirasakan anggota koperasi tinggi, akan menunjukan terjalinnya hubungan kekeluargaan dan gotong royong di dalam lembaga tersebut.

Selain manfaat sosial, terdapat manfaat yang bersifat ekonomi merupakan alasan dasar masyarakat bergabung menjadi anggota dalam koperasi (Hendar dan Kusnadi 2002). Manfaat ekonomi yang dapat dirasakan anggota koperasi, yaitu pengadaan dan penyediaan sarana produksi peternakan, jaminan harga beli komoditas kelinci berserta poduk olahannya, terjadinya peningkatan pendapatan, jaminan pemasaran hasil produksi peternakan dan bantuan kredit. Sementara itu, dalam hal manfaat sosial yang dapat dirasakan anggota koperasi berupa hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota. Manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh anggota koperasi akan menentukan tingkat partisipasinya terhadap kegiatan yang akan dilakukan dalam KOPNAKCI.

Konsep Kinerja Koperasi

Kinerja adalah hasil pekerjaaan atau kegiatan yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika 2008). Unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja antara lain, pertama hasil-hasil pekerjaan atau kegiatan, kedua pencapaian tujuan atau target organisasi dan dan ketiga periode waktu tertentu. Penilaian terhadap kinerja terhadap koperasi sangat penting dilakukan. Hal ini dilihat dari manfaat yang akan diperolah dengan adanya penilaian kinerja seperti dapat mengetahui sejauh mana koperasi berjalan, mengetahui produktivitas koperasi, serta memotivasi personel mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditentukan koperasi sebelumnya. Penilaian kinerja juga dapat menjadi ukuran dalam melakukan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh koperasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategi, program dan anggaran koperasi (Himpuni 2009). Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemberian motivasi karyawan secara maksimum seperti promosi, transfer, dan pemberhentian, mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan, menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerjanya, dan menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan, sedangkan dalam menentukan indikator kinerja koperasi menurut Soedjono (2003) terdiri dari dua segi yaitu segi usaha dan segi organisasi.

(24)

a. Peningkatan jumlah anggota didasarkan pada adanya rasa manfaat di koperasi melalui pelaksanaan proses pelayanan sehingga membuat anggota baru lebih tertarik berpartisipasi dan mengundang masyarakat untuk bergabung dan berkontribusi di dalam koperasi.

b. Peningkatan modal koperasi yang berasal dari anggota dengan melalui simpanan pokok dan simpanan wajib. Peningkatan modal koperasi yang dimaksud merupakan modal sendiri koperasi bukan modal luar koperasi. Oleh karena itu, modal yang berasal dari anggota harus lebih besar jumlahnya agar menimbulkan kemandirian bagi anggota koperasi untuk terlibat dari aktivitas modal tersebut.

c. Peningkatan jumlah dan volume usaha yang dapat diakibatkan beragamnya kegiatan, barang, dan jasa yang dapat dihasilkan atau dilakukan oleh koperasi sehingga terjadi peningkatan pelayanan kepada anggota baik fisik, kuantitas maupun kualitas.

d. Peningkatan pelayanan kepada anggota. Pada dasarnya pelayanan kepada anggota sulit diukur secara kuantitatif namun langkah yang harus dilakukan oleh koperasi adalah menempatkan koperasi sebagai kebutuhan bagi anggota secara bermanfaat.Pelayanan yang diberikan kepada anggota sesuai dengan kebutuhan anggota sehingga membuat anggota memiliki tingkat kepuasan yang tinggi terhadap koperasi dan secara tidak langsung mengundang non anggota untuk bergabung. Dalam pelayanan tidak hanya memberikan kepuasan melainkan pembinaan secara terus menerus mengenai koperasi.

e. Peningkatan kesejahteraan para anggota yang dapat diukur dari pendapatan dengan pembagian SHU dan analisis keuangan, kemudahan mendapatkan kebutuhan hidup dengan harga murah, akses pasar, dan bantuan modal. Indikator yang digunakan dari peningkatan kesejahteraan dilihat dari keuangan atau pendapatan yang diperoleh (SHU). Berdasarkan segi organisasi, penilaian koperasi dapat dilakukan dengan menunjukkan dampak keberhasilan koperasi yang dirasakan oleh anggota dan masyarakat. Keberhasilan koperasi dilihat pada terpenuhinya kebutuhan anggota dan kemampuannya dalam mengelola keuangan. Serta mengetahui jati diri yang dihadapi koperasi sebagai lembaga sosial ekonomi.

Konsep Partisipasi Anggota

Partisipasi merupakan bentuk nyata anggota koperasi untuk ikut berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan koperasi, baik kegiatan ekonomi maupun sosial. Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) dalam Dartiana (2006), secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikut sertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukkan peran serta seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu.

(25)

atau sekelompok orang. Dilihat dari sifatnya, partisipasi anggota terdiri dari partisipasi yang dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (voluntary). Dimensi partisipasi pada koperasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : Hendar dan Kusnadi, 2002

Gambar 1 Dimensi partisipasi pada koperasi

Partisipasi yang dipaksakan terjadi apabila manajemen dalam pengambilan keputusan memaksa anggota untuk berpartisipasi dan mendukung keputusan tersebut. Partisipasi sukarela terjadi jika manajemen memulai gagasan tertentu dan para bawahan menyetujui untuk berpartisipasi dan mendukung gagasan tersebut. Partisipasi berdasarkan sifatnya yang sesuai dengan koperasi adalah partisipasi sukarela. Dengan sifat kesukarelaan dalam ikut berpartisipasi maka melakukan kegiatan koperasi lebih baik dan sesuai dengan prinsip koperasi. Dimensi partisipasi berdasarkan bentuknya, partisipasi dapat bersifat formal dan dapat pula bersifat informal. Partisipasi yang bersifat formal biasanya dalam setiap kegiatannya dan pengambilan keputusan dilakukan secara formal yang diatur dalam manajemen koperasi.

Sedangkan partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya terdapat pada persetujuan lisan antara atasan dan bawahan. Kedua bentuk tersebut dapat terjadi dalam manajemen koperasi sesuai dengan kondisi dan situasi serta aturan yang berlaku di dalam koperasi. Dari dimensi pelaksanaannya, partisipasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi secara langsung dapat terjadi ketika anggota mengungkapkan apa pendapatnya serta apa yang diinginkan oleh anggota dalam meningkatkan kinerja koperasi. sedangkan partisipasi secara tidak langsung terbentuk ketika ada salah satu orang yang mewakili aspirasi sekelompok anggota.

Berdasarkan kepentingannya, partisipasi anggota dapat berupa partisipasi kontributif dan partisipasi insentif. Partisipasi kontributif artinya dalam kedudukan sebagai pemilik para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan peningkatan kontribusi dalam hal keuangan seperti penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, atau dana-dana pribadi

Dipaksakan Sukarela

Formal Informal

Langsung Tidak langsung Sifatnya Bentuknya Pelaksanaannya

a Dimensi Partisipasi

Kepentingannya

(26)

yang diinvestasikan pada koperasi. sedangkan partisipasi insentif dapat berupa pengawasan terhadap jalannya koperasi, penetapan tujuan, serta pembuat keputusan.

Manajemen koperasi tidak terlepas dari tingkat partisipasi anggota dalam melakukan kinerjanya. Adanya tingkat partisipasi yang tinggi dari anggota koperasi akan terbentuk suatu informasi mengenai kebutuhan dan kepentingan yang sesuai dengan anggota sehingga koperasi dapat menyediakan semua kebutuhan tersebut (high associations). Jika tujuan koperasi tercapai dengan hubungan yang tinggi namun pelayanan masih kurang dilakukan terhadap kebutuhan atau kepentingan anggota akan berdampak pada partisipasinya kurang (moderately high associations). Hubungan di dalam koperasi tidak terjadi sehingga tidak ada anggotanya berkontribusi merupakan kondisi koperasi yang tidak baik (low associations).

Selain itu, dengan adanya partisipasi dalam hal penyediaan serta pembelian akan membuat koperasi memperoleh keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota. Manfaat ekonomi maupun organisasi yang dirasakan oleh anggota akan membuat anggota terus berkontribusi bahkan menarik orang lain untuk menjadi anggota koperasi. Partisipasi anggota koperasi sangat dipengaruhi oleh kepentingannya atau tujuannya di dalam koperasi. Dimana partisipasi anggota koperasi berdasarkan kepentingannya dilihat dari kewajiban dan hak anggota. Kewajiban anggota dalam melakukan pembayaran simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Selain itu kewajiban anggota dalam bidang usaha dan jasa dengan adanya aktivitas pembelian atau pemanfaatan terhadap barang-barang dan jasa yang disediakan koperasi.

Analisis Kinerja Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)

PTP atau Development Leader Assesment (DLA) bagi koperasi merupakan metode yang dapat mengukur dampak dan hasil pembandingan antar waktu yang memungkinkan bagi siapapun untuk membahas dengan kepastian tentang keefektifan pengembangan koperasi menurut (Soedjono 2003).

Komponen - komponen dalam PTP antara lain adalah visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja dari koperasi yang dipilih. Namun komponen tersebut disesuaikan dengan kondisi yang terdapat pada Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI).

(27)

Penentuan visi dilihat dari cita-cita yang diinginkan koperasi selama waktu tertentu dengan melihat komitmennya dalam memberikan pelayanan kepada anggota. Visi tersebut didukung dengan misi dalam lembaga ini yaitu melakukan kegiatan usaha yang ada kaitan dengan anggota, meningkatkan potensi anggota dan sumber daya yang dimiliki, dan memberikan hasil yang optimal dalam usahanya. Secara umum visi yang berada di koperasi merupakan realisasi hubungan antara manajemen koperasi dengan anggota. Kapasitas dalam PTP dilihat dari tingkat struktur organisasi, tingkat retensi tenaga staf, syarat-syarat pelayanan bagi staf tenaga kerja, pelatihan tenaga staf, langkah atau teknologi untuk mengurangi biaya-biaya, sistem operasi dan pengaturan keuangan, tiga tahun laporan audit, dan pemberian pelayanan terhadap anggota (Soedjono 2003).

Penentuan kapasitas dilakukan dengan melihat respon staf pengurus dan anggota terhadap kinerja, kebijakan yang ditetapkan, serta kemampuannya dalam mengelola sumber daya. Respon staf memiliki perbedaan dengan anggota sehingga diperlukan cara yang untuk memberikan kesimpulan yang sesuai dengan kondisi dikoperasi.

Jaringan kerja dalam PTP dilihat dari hubungan dengan organisasi puncak dan hubungan dengan pihak-pihak lain. Jaringan kerja menurut PTP terdapat dua sifat yaitu jaringan kerja intern dan jaringan kerja eksternal. Jaringan kerja internal merupakan hubungan dalam menetapkan kebijakan dengan anggota sehingga terdapat kontribusi anggota terhadap koperasi. Jaringan eksternal merupakan hubungan dengan pihak luar seperti pemerintah, koperasi induk, koperasi lain, dan distributor. Sifat dari jaringan kerja eksternal memiliki perbedaan dimana hubungan dengan pemerintah bersifat insentif, dengan koperasiinduk dan koperasi lain bersifat sharing atau bersaing, dengan distributor adalah kerjasama dalam penyediaan barang-barang di koperasi.

Berdasarkan indikator PTP menempatkan kinerja koperasi pada tiga zona yaitu zona hijau, kuning, dan merah. Penetapan zona tersebut dilihat dari tingkat komulatif penilaian terhadap komponen - komponen kinerja yang disesuaikan di koperasi dan membaginya ke dalam tiga zona. Penentuan zona tersebut dilihat dari pemberian rentang skala nilai dari keseluruhan skor setiap variabel. Zona hijau merupakan koperasi yang kinerjanya baik dengan adanya manajemen yang efektif dengan pemberian pelayanan yang memuaskan. Zona kuning menunjukkan kinerja koperasi memuaskan namun harus diperhatikan dari segi manajemen ataupun pelayanan anggota. Zona merah menunjukkan koperasi berada dalam kesulitan baik dari segi pelayanan anggota atau organisasi dan usaha. Dengan penilaian kinerja PTP tersebut dapat memberikan alternatif bagi koperasi dalam memperbaikinya.

Kerangka Pemikiran Operasional

(28)

Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI)

Kinerja KOPNAKCI

Pengukuran Kinerja KOPNAKCI Menggunakan Penilaian Tangga Pengembangan (PTP)

VISI KAPASITAS SUMBER DAYA JARINGAN

Output KOPNAKCI ( Progam Bagi Anggota )

1. Kemudahan Akses terhadap Sapronak. 2. Peningkatan

Pendapatan 3. Jaminan Harga

1. Pendidikan 2. Kepedulian Lingkungan 3. Hubungan Sosial

Manfaat Ekonomi Manfaat Sosial Partisipasi Anggota

1. Partisipasi dalam

bidang Usaha

2. Partisipasi dalam

bidang Organisasi

3. Partisipasi dalam

bidang Permodalan

Analisis Hubungan Rank Spearman

Analisis Kebijakan Bagi Pengembangan Koperasi

(29)

KOPNAKCI merupakan koperasi yang bergerak di bidang peternakan dan hampir semua anggotanya merupakan peternak kelinci. Dalam perkembangan usaha peternakan kelicinya KOPNAKCI dituntut untuk dapat meningkatkan produksi yang dihasilkan. Dalam upaya peningkatan produksinya tersebut, KOPNAKCI terus meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan peternak anggota koperasi. Pemberian dan pemenuhan kebutuhan dalam pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada peternak anggota koperasi dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas daging yang dihasilkan. Hal ini dilakukan digunakan mampu memenuhi permintaan pasar daging kelinci sehingga koperasi mengalami peningkatan jumlah anggota dan permodalan. Meningkatnya jumlah anggota dan permodalan belum dapat menunjukkan tingkat partisipasi tinggi dalam koperasi.

Menurut soedjono (1997) dalam Baga et al.2009 keberhasilan suatu koperasi dapat dilihat dari aspek makro dan aspek mikro. Keberhasilam aspek makro dapat dilihat dari perekonomian nasional. Sedangkan dalam aspek mikro dapat dilihat dari peran koperasi memenuhi kebutuhan anggota sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. Keberhasilan koperasi dalam aspek mikro terbagi atas dua unit yaitu unit usaha dan unit organisasi. Jika dilihat dari unit usaha KOPNAKCI sudah dapat dikatakan berhasil karena didasari terjadinya peningkatan jumlah anggota, peningkatan modal yang berasal dari anggota, peningkatan laba dan volume penjualan. Menurut Baga et al.2009 terdapat koperasi yang berhasil secara unit usaha tapi tidak memiliki kekuatan organisasi. Sehingga untuk melihat perkembanganya secara keseluruhan juga dilihat dari segi organisasinya. Untuk mengetahui perkembangan organisasi koperasi dapat dilihat dari kinerja manajemen KOPNAKCI dalam menjalankan kegiatan yang terbentuk didalamnya.

Pengukuran kinerja koperasi sangat diperlukan karena dapat digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas koperasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga dapat diketahui apakah pencapaian kinerja KOPNAKCI sudah sesuai dengan harapan anggota. Kuantitas koperasi dapat dilihat berdasarkan target kerja yang sudah dicapai oleh koperasi. Sedangkan kualitas kinerja koperasi dapat dilihat kesempurnaan pekerjaan yang telah dilakukan manajemen koperasi. Langkah yang akan dilakukan oleh KOPNAKCI harus dilihat bagaimana kinerja koperasi dari berbagai sisi baik produksi, sumberdaya manusia, keuangan dan sisi lainnya yang harus diketahui oleh koperasi itu sendiri. Instrumen yang digunakan dalam pengukuran KOPNAKCI adalah penilaian Penilaian Tangga Perkembangan (PTP).

(30)

perusahaan sehingga diperlukan indikator yang berorientasi pada kapasitas manajemen koperasi.

Melalui manajemen yang efektif, koperasi dapat mengembangkan dirinya sebagai sebuah organisasi yang dapat mengelola bisnisnya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi anggota. Indikator sumberdaya dipilih karena tidak dapat dipungkiri koperasi memiliki dua dimensi yaitu sosial dan ekonomi, sedangkan indikator jaringan kerja digunakan sebagai sebuah organisasi koperasi dituntut untuk dapat memiliki daya saing. Daya saing tersebut dapat dilakukan menggunakan analisis jaringan kerja. Pengukuran kinerja tersebut dapat diharapkan diketahui apakah output yang dihasilkan oleh KOPNAKCI sudah dengan harapan anggota. Karena dalam organisasi bersama ini dibutuhkan kesesuaian antara anggota, manajemen, dan program koperasi.

Manajemen koperasi tidak terlepas dari tingkat partisipasi anggota dalam melakukan kinerjanya. Adanya tingkat partisipasi yang tinggi dari anggota koperasi akan terbentuk suatu informasi mengenai kebutuhan dan kepentingan yang sesuai dengan anggota sehingga koperasi dapat menyediakan semua kebutuhan tersebut (high associations). Selain itu, partisipasi anggota akan timbul jika koperasi memberikan manfaat bagi anggota dengan pelayanan dan pengelolaan yang baik dari koperasi. Manfaat yang dirasakan oleh anggota adalah manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Manfaat sosial dilihat dari hubungan, pelayanan, dan pelatihan dengan adanya partisipasi dalam hal penyediaan serta pembelian akan membuat koperasi memperoleh keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota.

Partisipasi anggota koperasi yang dilihat dari kegiatan RAT dan kegiatan pembelian. Partisipasi usaha dilihat dari kegiatan pembelian terhadap koperasi, sedangkan partisipasi permodalan dilihat berdasarkan kewajibannya melakukan simpanan wajib dan sukarela. Oleh karena itu KOPNAKCI melakukan berbagai kegiatan atau langkah. Semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi dalam meningkatkan pelayanan kepada anggotanya masih terdapat berbagai kendala. Kendala-kendala yang dihadapi oleh adalah mengkoordinasikan kepada seluruh anggota dan distribusi pemasaran terhadap anggotanya.

Oleh karena itu diperlukan berbagai analisis terhadap anggota dan manajemen dari koperasi sendiri. Hal ini sesuai denggan prinsip koperasi yaitu pengendalian secara demokratis oleh anggota. Tingkat partisipasi anggota pada KOPNAKCI dapat dilihat dari partisipasi dalam bidang organisasi, partisipasi dalam bidang permodalan, dan partisipasi dalam kegiatan unit usaha. Partisipasi anggota koperasi dalam bidang organisasi yaitu bentuk kehadiran anggota dalam rapat anggota tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan pendapat dan saran kepada manajemen koperasi. Partisipasi anggota dalam bidang permodalan yaitu dalam bentuk keaktifan anggota untuk membayar simpanan yang telah ditetapkan oleh koperasi yaitu simpanan wajib, dan sukarela.

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian mengenai analisis pengukuran kinerja koperasi dan tingkat partisipasi anggota koperasi dilaksanakan pada KOPNAKCI, Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa KOPNAKCI merupakan koperasi kelinci di pertama di Bogor bahkan di Indonesia. KOPNAKCI memiliki unit usaha di bidang peternakan kelinci dan pengolahanya serta memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah anggota aktif 60 orang yang menyebar di 11 Kecamatan di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan Februari sampai Juli 2013, sedangkan kegiatan pengumpulan data dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan juni sampai dengan juli 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data langsung yang didapat dari sumber informasi melalui pengamatan langsung, diskusi, wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang disesuaikan untuk menjawab masalah penelitian terhadap pengurus dan anggota KOPNAKCI. Data sekunder merupakan data yang diambil berdasarkan data dari internal laporan tahunan KOPNAKCI, Badan Pusat Statistik, Kementerian Koperasi dan UMKM, artikel, jurnal, internet dan hasil penelitian sebelumnya yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini. Data tersebut digunakan sebagai data pendukung dan pembanding penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi di lapangan, melakukan wawancara dengan narasumber (responden) dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Jenis pertanyaan pada kuesioner tersebut merupakan pertanyaan terstruktur tertutup dan pertanyaan tidak berstruktur untuk memperoleh deskripsi yang jelas mengenai gambaran usaha KOPNAKCI. Kuesioner yang digunakan terlebih dahulu dilakukan uji realibilitas dan uji validitas agar dapat dipercaya dan valid. Menurut Nazir (2005) suatu alat ukur dapat dipercaya apabila alat ukur itu mantap dengan kata lain alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability), dan dapat diramalkan (predictability). Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk menilai suatu alat ukur yang digunakan mampu memberikan pengukuran yang konsisten.

(32)

dengan variabel aspek kinerja terdiri dari dua pernyataan. Kuesioner juga digunakan untuk mendapatkan data yang dimiliki peternak dan faktor yang berkorelasi dengannya. Dalam setiap pengisian kuesioner peneliti melakukan pendampingan untuk mengantisipasi adanya kesulitan atau kesalahpahaman dalam mengartikan pertanyaan kuesioner. Pendampingan yang dilakukan dalam setiap pengisian kuesioner juga dimaksudkan untuk mencari informasi lain yang lebih mendalam yang belum tercakup dalam kuesioner

Responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peternak yang tergabung dalam keanggotaan KOPNAKCI yang telah menjadi anggota lebih dari satu tahun. Anggota KOPNAKCI keseluruhan berjumlah 50 orang. Penentuan responden pada penelitian ini dilakukan dengan metode sensus karena dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah keseluruhan dari anggota KOPNAKCI. Responden yang digunakan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) berjumlah 10 orang yang terdiri dari personil senior dari manajemen, ketua koperasi, pengurus koperasi yang berjumlah dua orang, pengawas koperasi, serta lima orang perwakilan anggota koperasi yang dipilih secara acak. Hal ini berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Soedjono (2003) bahwa jumlah responden yang diperlukan pada pengukuran kinerja dengan menggunakan PTP terdiri dari satu orang personil senior dari manajemen, ketua dan sekurang-kurangnya salah seorang pengurus serta pengawas dan sekurang-kurangnya lima orang anggota biasa

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan sikap partisipasi dan manfaat sosial yang ada pada diri peternak kelinci anggota KOPNAKCI Kabupaten Bogor. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis tingkat sikap partisipasi dan manfaat ekonomi serta faktor-faktor yang berkorelasi dengannya. Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah menggunakan software computer Microsoft Excel, dan SPSS for Windows. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan KOPNAKCI pada kondisi saat ini selanjutnya analsisis kuantitatif data diperoleh sebagai berikut:

Analisis Penilaian Tangga Pengembangan Bagi Koperasi

Penilaian tangga Perkembangan Koperasi atau Deveploment Ladder Assesment (DLA) merupakan suatu alat yang disusun dan digunakan oleh Canadian Co-operative Association (CCA) dalam membangun model koperasi sebagai proyek dari Indonesia Coorperative Assistaince Program (INDOCODAP). PTP merupakan suatu metode yang dapat mengumpulkan data dasar (baseline data) mengenai kapasitas kelembagaan dari organisasi sebuah koperasi dengan tetap berpedoman pada ketentuan - ketentuan ilmiah.

(33)

paling besar digunakan dalam PTP seperti dalam menentukan perbaikan mengenai kapasitas manajemen dari koperasi, sumber daya koperasi dan upaya koperasi dalam mengembangkan jaringan kerja. PTP terdiri dari empat indikator utama yaitu visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja.

1. Visi Koperasi

Secara umum visi yang berada di koperasi merupakan realisasi hubungan antara manajemen koperasi dengan anggota. Kapasitas dalam PTP dilihat dari tingkat struktur organisasi, tingkat retensi tenaga staf, syarat-syarat pelayanan bagi staf tenaga kerja, pelatihan tenaga staf, langkah atau teknologi untuk mengurangi biaya-biaya, sistem operasi dan pengaturan keuangan, tiga tahun laporan audit, dan pemberian pelayanan terhadap anggota (Soedjono 2003)

2. Kapasitas Koperasi

Kapasitas terkait dengan manajemen organisasi koperasi yaitu dilihat dari tingkat struktur dan staf sudah memenuhi persyaratan, pelayanan yang sesuai kebutuhan anggota, dan langkah-langkah yang dilakukan koperasi untuk menurunkan biaya operasional serta pemeliharaan sistem operasi dan pengaturan koperasi. Penentuan kapasitas dilakukan dengan melihat respon staf pengurus dan anggota terhadap kinerja, kebijakan yang ditetapkan, serta kemampuannya dalam mengelola sumberdaya. Respon staf memiliki perbedaan dengan anggota sehingga diperlukan cara yang untuk memberikan kesimpulan yang sesuai dengan kondisi di koperasi. Cara tersebut dengan melakukan penelitian atau survei mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan koperasi. Sehingga dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai kapasitas dari manajemen koperasi.

3. Sumber Daya Koperasi

Pada PTP ini sumber daya yang diteliti adalah terkait mengenai pengelolaan sumberdaya keuangan untuk anggota seperti kebijakan simpan pinjam dan kebijakan pembagian SHU. Menurut Soedjono (2003), sumberdaya yang dimiliki koperasi dilihat dari kecukupan modal, pertumbuhan aset, manajemen aset, kebijakan perkreditan, dan kebijakan anggaran. Kecukupan modal koperasi didapatkan berdasarkan perhitungan permodalan koperasi dikatakan kuat jika M > 20 %. Dimana aset jauh melebihi dari pada kewajiban koperasi. Permodalan dapat dikatakan cukup jika M> 5 %. Apabila M < -25 % maka dapat dikatakan bahwa permodalan koperasi tidak mencukupi yang artinya kewajiban jauh melebihi aset koperasi. Pertumbuhan koperasi dikatakan positif tinggi apabila terjadi pertumbuhan aset sebesar 5 % terus menerus selama tiga tahun berturut-turut. Pertumbuhan koperasi dikatakan negatif tinggi apabila pertumbuhan aset koperasi -5 % setiap tahun selama tiga tahun. Berdasarkan indikator sumberdaya keuangan juga dapat diketahui apakah koperasi sudah dapat melindungi ekuitinya dan mengelola aset yang dimiliki oleh koperasi secara menguntungkan.

(34)

yang dikelola dengan sangat buruk. Indikator sumberdaya juga dapat menilai mengenai keefektifan kebijakan - kebijakan yang ditetapkan oleh koperasi menyangkut prosedur dalam perkreditan. Kinerja koperasi dapat sangat efektif apabila terdapat kebijakan tertulis mengenai perkreditan dengan tingkat tunggakan > 15% maka dapat dikatakan bahwa kinerja koperasi dalam hal perkreditan sangat tidak efektif. Dikarenakan tidak terdapat kebijakan untuk melakukan pengambilan tunggakan anggota. 4. Jaringan Kerja

Jaringan kerja dalam PTP dilihat dari hubungan dengan organisasi puncak (apex) dan hubungan dengan pihak-pihak lain. Jaringan kerja menurut PTP terdapat dua sifat yaitu jaringan kerja intern dan jaringan kerja eksternal. Jaringan kerja internal merupakan hubungan dalam menetapkan kebijakan dengan anggota sehingga terdapat kontribusi anggota terhadap koperasi. Jaringan eksternal merupakan hubungan dengan pihak luar seperti pemerintah, koperasi induk, koperasi lain, dan distributor. Sifat dari jaringan kerja eksternal memiliki perbedaan dimana hubungan dengan pemerintah bersifat insentif, dengan koperasi induk dan koperasi lain bersifat sharing atau bersaing, dengan distributor adalah kerja sama dalam penyediaan barang-barang di koperasi.

Berdasarkan indikator PTP menempatkan kinerja koperasi pada tiga zona yaitu zona hijau, kuning, dan merah. Penetapan zona tersebut dilihat dari tingkat kumulatif penilaian terhadap komponen - komponen kinerja yang disesuaikan di koperasi dan membaginya ke dalam tiga zona. Penentuan zona tersebut dilihat dari pemberian rentang skala nilai dari keseluruhan skor setiap variabel. Zona hijau merupakan koperasi yang kinerjanya baik dengan adanya manajemen yang efektif dengan pemberian pelayanan yang memuaskan. Zona kuning menunjukkan kinerja koperasi memuaskan namun harus diperhatikan dari segi manajemen ataupun pelayanan anggota. Zona merah menunjukkan koperasi berada dalam kesulitan baik dari segi pelayanan anggota atau organisasi dan usaha.

(35)

Tabel 3 Tabulasi penilaian tangga perkembangana

No Indikator Skor

A VISI 1-5

1 Pemerataan pemanfaatan anggota 1-5

2 Keefektifan komunikasi dengan anggota 1-5

3 Komitmen tentang pengembangan bisnis 1-5

4 Keefektifan kepemimpinan dan manajemen pengurus 1-5

5 Komitmen terhadap pengembangan social 1-5

6 Keefektifan rencana strategic 1-5

7 Mekanisme penyelesaian sengketa 1-5

Sub total Dari 35

B KAPASITAS 1-5

8 Struktur organisasi pada keberhasilan koperasi 1-5

9 Retensi (dipertahankannya tenaga staf) 1-5

10 Syarat-syarat pelayanan bagi tenaga staf 1-5

11 Pelatihan tenaga staf 1-5

12 Langkah, teknologi untuk mengurangi biaya 1-5

13 Sistem operasi dan pengaturan keuangan 1-5

14 3 tahun laporan audit 1-5

15 Pemberian pelayanan kepada anggota 1-5

Sub total Dari 40

C SUMBER DAYA

16 Kecukupan modal (M) 1-5

17 Pertumbuhan asset (T) 1-5

18 Manajemen asset (P) 1-5

19 Kebijakan perkreditan (Tg) 1-5

Sub total Dari 40

D JARINGAN KERJA

20 Kebijakan anggaran/fiscal 1-5

21 Hubungan dengan organisasi puncak 1-5

22 Hubungan dengan pihak lain 1-5

Sub total Dari 20/35

a

Sumber : Soedjono (2003) dalam LSP21(2003)

(36)

Tabel 4 Skor penilaian tangga perkembangan (PTP)a

Keterangan skor Skala

Nilai

Kemajuan secara konsisten atau baik 5

Kamajuan terjadi sejak penilaian terakhir 4

Kerja naik turun 3

Dalam keadaan yang terbaik, bukti yang ada tidak sempurna/berbeda dalam daripencapaian

2

Sedikit atau tidak ada pembuktian tentang pencapaian selama periode terakhir 1

a

Sumber : Soedjono (2003) dalam LSP2I 2003

Penelitian ini dilakukan dua kali dengan skala satu bulan sekali. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. Hasil dari penelitian PTP ini dibagi menjadi tiga zona yaitu hijau, kuning, dan merah. Keterangan mengenai tiga zona tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 5.

Tabel 5 Indikator - indikator penilaian tangga perkembangan (PTP)a

Indikator Skala nilai menurut

Hijau = visi yang diterapkan baik Kuning = visi pada umumnya baik namun harus diperhatikan lagi Merah = visi yang diterapkan tidak Sesuai

Hjau = sumber daya yang dimiliki baik

Sumber : Soedjono dalam Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LPSP2I

2003)

(37)

indikator. Secara umum PTP dilakukan penempatan pada tiga zona yaitu hijau yang artinya kinerja yang dilakukan baik dimana kegiatan dalam pemanfaatan sumberdaya, kapasitas, dan jaringan kerja sesuai dengan visi di KOPNAKCI. Analisis Manfaat Sosial Ekonomi Anggota dan Tingkat Partisipasinya

Analisis ini menunjukan persentase jawaban KOPNAKCI terhadap manfaat yang diberikan KOPNAKCI baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial. Manfaat ekonomi terdiri dari jaminan pemasaran usaha kelinci, jaminan harga jual kelinci yang ditetapkan oleh KOPNAKCI, peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota, kemudahan memperoleh sapronak dalam hal ini pakan konsentrat dan bantuan peralatan budidaya. Manfaat sosial terdiri dari hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota. Pengukuran manfaat dilakukan dengan cara pemberian nilai dengan tujuan untuk mempermudah pengukuran secara kuantitatif. Hasil dari jawaban responden mengenai manfaat ekonomi yang dirasakan anggota dilakukan pemberian skor untuk mengetahui kesimpulan umum. Indikator - indikator dari manfaat ekonomi dan pemberian skor dapat dijelaskan pada Tabel 6.

Tabel 6 Indikator manfaat ekonomi dan skor

No Indikator manfaat ekonomi Skor manfaat Total

skor

Kategori manfaat

1a 2a 3a

1 Jaminan pemasaran dan hasil

produksi anggota

2 Jaminan harga

3 Peningkatan pendapatan

4 Jaminan memperoleh sapronak

5 Penerimaan bantuan kredit

a

Skor 1 : Tidak memuaskan, 2 : Kurang memuaskan, 3 : Memuaskan

Pemberian skor bertujuan untuk mengetahui tingkat manfaat yang dirasakan responden misalnya tidak merasakan manfaat ekonomi dikarenakan tidak adanya transaksi pembelian dan tidak merasakan adanya pendapatan didalam koperasi. Kemudian dilihat dari manfaat sosial yang dirasakan anggota koperasi adalah terjalinnya hubungan baik dengan sesama anggota maupun pengurus, kepuasan terhadap pelayanan koperasi, serta pembinaan dan pelatihan usaha yang diadakan oleh KOPNAKCI.

(38)

Tabel 7 Indikator partisipasi dan skor

No Indikator partisipasi Skor manfaat Total skor Kategori

Partisipasi

1a 2a 3a

1 Partisipasi organisasi

Kehadiran RAT Saran dalam RAT

2 Partisipasi usaha

Pembelian barang agribisnis Pembelian non agribisnis

3 Partisipasi permodalan

Simpanan wajib Simpanan sukarela Simpanan manasuka a

Skor 1 : Tidak aktif, 2: Kurang aktif, 3: Aktif

Analisis Korelasi Manfaat Ekonomi TerhadapTingkat Partisipasi dengan Rank Spearman

Korelasi rank spearman dalam penelitian ini digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non parametric khususnya untuk data ordinal yaitu data yang mempunyai skala pengukuran yang berjenjang. Korelasi rank spearman dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat partisipasi (Y) dengan manfaat ekonomi (X) yang dirasakan oleh anggota peternak dan non peternak. Selain itu, dapat mengetahui tingkat partisipasi dengan manfaat sosial yang dirasakan oleh peternak dan non peternak. Dimana tingkat partisipasi merupakan variabel Y dan manfaat sosial variabel X. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program aplikasi software SPSS 15,0 for windows (Sugiyono 2007):

(39)

( Xib – XiO) Range =

Banyaknya Skala Pengukuran Dimana :

Xib = Nilai terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban merasakan manfaat (skor 3) terhadap setiap unsur i dari aspek manfaat yang diperoleh anggota (3x50=150). Xik = Nilai terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua

responden memberikan jawaban tidak merasakan manfaat (skor 1) terhadap setiap unsur i aspek manfaat yangdiperoleh anggota (1x50=50). Maka besarnya range untuk tiap kelas yang diteliti adalah :

Range = = (150-50) = 33,33 = 33 3

Sehingga pembagian kelas berdasarkan pengukuran manfaat yang diperoleh adalah :

a) 50 – 83 : Kategori rendah b) 84 – 117 : Kategori sedang c) 118 – 151 : Kategori tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

KOPNAKCI berdiri secara resmi tanggal 17 Mei 2011. KOPNAKCI telah memiliki 23 kelompok peternak di Kabupaten Bogor (tabel 4) dengan anggota aktif sebanyak 50 orang. Berdasarkan SK Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, KOPNAKCI memiliki 8 daerah pengembangan, yaitu Tenjolaya, Ciomas, Dramaga, Tamansari, Cibungbulang, Ciampea, Cijeruk, dan Kemang.

KOPNAKCI dibentuk dengan dasar pertimbangan :

1. Komoditas ternak kelinci saat ini sudah diandalkan sebagai substitusi penghasil protein hewani (daging) dalam peningkatan kualitas SDM masyarakat Indonesia, dan sudah menjadi perhatian dan dicanangkan pemerintah dalam program pengembangan dan realisasinya.

2. Untuk mencapai skala usaha ekonomis dan kapasitas produksi yang besar, maka diperlukan wadah sebagai payung bersama dalam menjalankan kegiatan usaha ternak kelinci, pusat informasi, akses pemasaran dan pembinaan atau pemberdayaan kelembagaan usaha tani ternak kelinci.

3. Koperasi merupakan wadah yang tepat, selain sedang digalakan gerakan sadar koperasi berbasis komoditas (one village, one product) oleh pemerintah, kelembagaan koperasi.

Gambar

Tabel 2  Perkembangan kinerja koperasi di Indonesia tahun 2006-2009a
Gambar 1  Dimensi partisipasi pada koperasi
Gambar 2 Kerangka pemikiran analisis kinerja dan partisipasi KOPNAKCI
Tabel 3  Tabulasi penilaian tangga perkembangana
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Formulir permohonan registrasi penambahan petugas pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib diotorisasi yang dilakukan dengan penandatanganan oleh Profesi

Proses plating nir elektrik nikel dalam suasana basa telah dicobakan untuk melapisi. beberapa bahan non konduktor dengan menggunakan komposisi larut.an

Seluruh staf pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara khususnya program studi DIII Teknik Informatika yang telah benyak memberikan

Jika perbandingan antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1V harus dianggap sebagai beban horisontal

Presensi kehadiran diisi hari itu juga Tugas-tugas beserta foto atau Video diisi hari itu juga Kegiatan Akhir 11.30 ~ 12.30 12.30 ~ 13.00 13.30 ~ 14.00 Refleksi..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit kelapa kopyor berumur 4 bulan baik yang telah memiliki akar lengkap maupun bibit dengan sedikit akar ataupun tanpa akar

36 dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Makassar, dengan sengaja melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya

Penelitian uji tanah penting dilakukan dengan tujuan: (a) membuat status hara K tanah yang berbeda pada tanah Andisol, (b) menguji beberapa metode ekstraksi K