• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu

Penelitian mengenai analisis pengukuran kinerja koperasi dan tingkat partisipasi anggota koperasi dilaksanakan pada KOPNAKCI, Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa KOPNAKCI merupakan koperasi kelinci di pertama di Bogor bahkan di Indonesia. KOPNAKCI memiliki unit usaha di bidang peternakan kelinci dan pengolahanya serta memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah anggota aktif 60 orang yang menyebar di 11 Kecamatan di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan Februari sampai Juli 2013, sedangkan kegiatan pengumpulan data dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan juni sampai dengan juli 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data langsung yang didapat dari sumber informasi melalui pengamatan langsung, diskusi, wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang disesuaikan untuk menjawab masalah penelitian terhadap pengurus dan anggota KOPNAKCI. Data sekunder merupakan data yang diambil berdasarkan data dari internal laporan tahunan KOPNAKCI, Badan Pusat Statistik, Kementerian Koperasi dan UMKM, artikel, jurnal, internet dan hasil penelitian sebelumnya yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini. Data tersebut digunakan sebagai data pendukung dan pembanding penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi di lapangan, melakukan wawancara dengan narasumber (responden) dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Jenis pertanyaan pada kuesioner tersebut merupakan pertanyaan terstruktur tertutup dan pertanyaan tidak berstruktur untuk memperoleh deskripsi yang jelas mengenai gambaran usaha KOPNAKCI. Kuesioner yang digunakan terlebih dahulu dilakukan uji realibilitas dan uji validitas agar dapat dipercaya dan valid. Menurut Nazir (2005) suatu alat ukur dapat dipercaya apabila alat ukur itu mantap dengan kata lain alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability), dan dapat diramalkan (predictability). Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk menilai suatu alat ukur yang digunakan mampu memberikan pengukuran yang konsisten.

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden sebagai pengujian awal. Jumlah pernyataan awal dari masing-masing aspek partisipasi adalah 16 pernyataan dan kinerja sebesar 24 pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka jumlah pernyataan berjumlah 38

dengan variabel aspek kinerja terdiri dari dua pernyataan. Kuesioner juga digunakan untuk mendapatkan data yang dimiliki peternak dan faktor yang berkorelasi dengannya. Dalam setiap pengisian kuesioner peneliti melakukan pendampingan untuk mengantisipasi adanya kesulitan atau kesalahpahaman dalam mengartikan pertanyaan kuesioner. Pendampingan yang dilakukan dalam setiap pengisian kuesioner juga dimaksudkan untuk mencari informasi lain yang lebih mendalam yang belum tercakup dalam kuesioner

Responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peternak yang tergabung dalam keanggotaan KOPNAKCI yang telah menjadi anggota lebih dari satu tahun. Anggota KOPNAKCI keseluruhan berjumlah 50 orang. Penentuan responden pada penelitian ini dilakukan dengan metode sensus karena dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah keseluruhan dari anggota KOPNAKCI. Responden yang digunakan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) berjumlah 10 orang yang terdiri dari personil senior dari manajemen, ketua koperasi, pengurus koperasi yang berjumlah dua orang, pengawas koperasi, serta lima orang perwakilan anggota koperasi yang dipilih secara acak. Hal ini berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Soedjono (2003) bahwa jumlah responden yang diperlukan pada pengukuran kinerja dengan menggunakan PTP terdiri dari satu orang personil senior dari manajemen, ketua dan sekurang-kurangnya salah seorang pengurus serta pengawas dan sekurang-kurangnya lima orang anggota biasa

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan sikap partisipasi dan manfaat sosial yang ada pada diri peternak kelinci anggota KOPNAKCI Kabupaten Bogor. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis tingkat sikap partisipasi dan manfaat ekonomi serta faktor-faktor yang berkorelasi dengannya. Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah menggunakan software computer Microsoft Excel, dan SPSS for Windows. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan KOPNAKCI pada kondisi saat ini selanjutnya analsisis kuantitatif data diperoleh sebagai berikut:

Analisis Penilaian Tangga Pengembangan Bagi Koperasi

Penilaian tangga Perkembangan Koperasi atau Deveploment Ladder Assesment (DLA) merupakan suatu alat yang disusun dan digunakan oleh Canadian Co-operative Association (CCA) dalam membangun model koperasi sebagai proyek dari Indonesia Coorperative Assistaince Program (INDOCODAP). PTP merupakan suatu metode yang dapat mengumpulkan data dasar (baseline data) mengenai kapasitas kelembagaan dari organisasi sebuah koperasi dengan tetap berpedoman pada ketentuan - ketentuan ilmiah.

Menurut Soedjono (2003) PTP merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja khususnya dalam kapasitas kelembagaan koperasi. Kegiatan PTP ini menjadi dua bagian terpisah yaitu bagian kualitatif dan kuatitatif. Bagian kualitatif ini berhubungan dengan konsep-konsep yang bersifaat subjektif seperti menilai visi koperasi. Bagian kuantitatif merupakan bagian yang

paling besar digunakan dalam PTP seperti dalam menentukan perbaikan mengenai kapasitas manajemen dari koperasi, sumber daya koperasi dan upaya koperasi dalam mengembangkan jaringan kerja. PTP terdiri dari empat indikator utama yaitu visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja.

1. Visi Koperasi

Secara umum visi yang berada di koperasi merupakan realisasi hubungan antara manajemen koperasi dengan anggota. Kapasitas dalam PTP dilihat dari tingkat struktur organisasi, tingkat retensi tenaga staf, syarat-syarat pelayanan bagi staf tenaga kerja, pelatihan tenaga staf, langkah atau teknologi untuk mengurangi biaya-biaya, sistem operasi dan pengaturan keuangan, tiga tahun laporan audit, dan pemberian pelayanan terhadap anggota (Soedjono 2003)

2. Kapasitas Koperasi

Kapasitas terkait dengan manajemen organisasi koperasi yaitu dilihat dari tingkat struktur dan staf sudah memenuhi persyaratan, pelayanan yang sesuai kebutuhan anggota, dan langkah-langkah yang dilakukan koperasi untuk menurunkan biaya operasional serta pemeliharaan sistem operasi dan pengaturan koperasi. Penentuan kapasitas dilakukan dengan melihat respon staf pengurus dan anggota terhadap kinerja, kebijakan yang ditetapkan, serta kemampuannya dalam mengelola sumberdaya. Respon staf memiliki perbedaan dengan anggota sehingga diperlukan cara yang untuk memberikan kesimpulan yang sesuai dengan kondisi di koperasi. Cara tersebut dengan melakukan penelitian atau survei mengenai kegiatan- kegiatan yang dilakukan koperasi. Sehingga dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai kapasitas dari manajemen koperasi.

3. Sumber Daya Koperasi

Pada PTP ini sumber daya yang diteliti adalah terkait mengenai pengelolaan sumberdaya keuangan untuk anggota seperti kebijakan simpan pinjam dan kebijakan pembagian SHU. Menurut Soedjono (2003), sumberdaya yang dimiliki koperasi dilihat dari kecukupan modal, pertumbuhan aset, manajemen aset, kebijakan perkreditan, dan kebijakan anggaran. Kecukupan modal koperasi didapatkan berdasarkan perhitungan permodalan koperasi dikatakan kuat jika M > 20 %. Dimana aset jauh melebihi dari pada kewajiban koperasi. Permodalan dapat dikatakan cukup jika M> 5 %. Apabila M < -25 % maka dapat dikatakan bahwa permodalan koperasi tidak mencukupi yang artinya kewajiban jauh melebihi aset koperasi. Pertumbuhan koperasi dikatakan positif tinggi apabila terjadi pertumbuhan aset sebesar 5 % terus menerus selama tiga tahun berturut-turut. Pertumbuhan koperasi dikatakan negatif tinggi apabila pertumbuhan aset koperasi -5 % setiap tahun selama tiga tahun. Berdasarkan indikator sumberdaya keuangan juga dapat diketahui apakah koperasi sudah dapat melindungi ekuitinya dan mengelola aset yang dimiliki oleh koperasi secara menguntungkan.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat pengembalian (Rate of Return) koperasi yaitu sebagai berikut koperasi dapat dikatakan telah mengelola organisasi dengan sangat baik apabila ekuiti positif, SHU koperasi positif dan terdapat cadangan modal selamatiga tahun. Apabila ekuiti dan SHU negatif karena inflasi lebih dari -3% maka koperasi dapat dikategorikan sebagai koperasi

yang dikelola dengan sangat buruk. Indikator sumberdaya juga dapat menilai mengenai keefektifan kebijakan - kebijakan yang ditetapkan oleh koperasi menyangkut prosedur dalam perkreditan. Kinerja koperasi dapat sangat efektif apabila terdapat kebijakan tertulis mengenai perkreditan dengan tingkat tunggakan > 15% maka dapat dikatakan bahwa kinerja koperasi dalam hal perkreditan sangat tidak efektif. Dikarenakan tidak terdapat kebijakan untuk melakukan pengambilan tunggakan anggota. 4. Jaringan Kerja

Jaringan kerja dalam PTP dilihat dari hubungan dengan organisasi puncak (apex) dan hubungan dengan pihak-pihak lain. Jaringan kerja menurut PTP terdapat dua sifat yaitu jaringan kerja intern dan jaringan kerja eksternal. Jaringan kerja internal merupakan hubungan dalam menetapkan kebijakan dengan anggota sehingga terdapat kontribusi anggota terhadap koperasi. Jaringan eksternal merupakan hubungan dengan pihak luar seperti pemerintah, koperasi induk, koperasi lain, dan distributor. Sifat dari jaringan kerja eksternal memiliki perbedaan dimana hubungan dengan pemerintah bersifat insentif, dengan koperasi induk dan koperasi lain bersifat sharing atau bersaing, dengan distributor adalah kerja sama dalam penyediaan barang-barang di koperasi.

Berdasarkan indikator PTP menempatkan kinerja koperasi pada tiga zona yaitu zona hijau, kuning, dan merah. Penetapan zona tersebut dilihat dari tingkat kumulatif penilaian terhadap komponen - komponen kinerja yang disesuaikan di koperasi dan membaginya ke dalam tiga zona. Penentuan zona tersebut dilihat dari pemberian rentang skala nilai dari keseluruhan skor setiap variabel. Zona hijau merupakan koperasi yang kinerjanya baik dengan adanya manajemen yang efektif dengan pemberian pelayanan yang memuaskan. Zona kuning menunjukkan kinerja koperasi memuaskan namun harus diperhatikan dari segi manajemen ataupun pelayanan anggota. Zona merah menunjukkan koperasi berada dalam kesulitan baik dari segi pelayanan anggota atau organisasi dan usaha.

Analisis Kinerja pada Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) berdasarkan visi, kapasitas, sumberdaya, dan jaringan kerja. Dari berbagai indikator tersebut terdapat komponen-komponen yang disesuaikan dengan kondisi kinerja KOPNAKCI. Variabel penelitian dalam analisis kinerja koperasi dengan menggunakan PTP terdapat berbagai indikator (Soedjono 2003). Indikator untuk menentukan visi, kapasitas, sumberdaya, dan jaringan kerja didasarkan pada tabulasi dengan pemberian nilai untuk setiap variabel, dimana hal tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3 Tabulasi penilaian tangga perkembangana

No Indikator Skor

A VISI 1-5

1 Pemerataan pemanfaatan anggota 1-5

2 Keefektifan komunikasi dengan anggota 1-5

3 Komitmen tentang pengembangan bisnis 1-5

4 Keefektifan kepemimpinan dan manajemen pengurus 1-5

5 Komitmen terhadap pengembangan social 1-5

6 Keefektifan rencana strategic 1-5

7 Mekanisme penyelesaian sengketa 1-5

Sub total Dari 35

B KAPASITAS 1-5

8 Struktur organisasi pada keberhasilan koperasi 1-5

9 Retensi (dipertahankannya tenaga staf) 1-5

10 Syarat-syarat pelayanan bagi tenaga staf 1-5

11 Pelatihan tenaga staf 1-5

12 Langkah, teknologi untuk mengurangi biaya 1-5

13 Sistem operasi dan pengaturan keuangan 1-5

14 3 tahun laporan audit 1-5

15 Pemberian pelayanan kepada anggota 1-5

Sub total Dari 40

C SUMBER DAYA

16 Kecukupan modal (M) 1-5

17 Pertumbuhan asset (T) 1-5

18 Manajemen asset (P) 1-5

19 Kebijakan perkreditan (Tg) 1-5

Sub total Dari 40

D JARINGAN KERJA

20 Kebijakan anggaran/fiscal 1-5

21 Hubungan dengan organisasi puncak 1-5

22 Hubungan dengan pihak lain 1-5

Sub total Dari 20/35

a

Sumber : Soedjono (2003) dalam LSP21(2003)

Indikator-indikator dalam PTP sudah sesuai dengan indikator yang terdapat di dalam koperasi. Setiap indikator terdapat berbagai variabel yang menunjukkan tujuan koperasi sebagai lembaga sosial ekonomi. Indikator – indikator yang telah diberi skor dilakukan penjumlahan dari setiap variabel. Penjumlahan skor untuk setiap indikator dilakukan secara mean dan ditentukan rentang skala nilai. Skor PTP/DLA menurut Soedjono (2003) dalam LSP2I (2003) dapat dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4 Skor penilaian tangga perkembangan (PTP)a

Keterangan skor Skala

Nilai

Kemajuan secara konsisten atau baik 5

Kamajuan terjadi sejak penilaian terakhir 4

Kerja naik turun 3

Dalam keadaan yang terbaik, bukti yang ada tidak sempurna/berbeda dalam daripencapaian

2

Sedikit atau tidak ada pembuktian tentang pencapaian selama periode terakhir 1

a

Sumber : Soedjono (2003) dalam LSP2I 2003

Penelitian ini dilakukan dua kali dengan skala satu bulan sekali. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. Hasil dari penelitian PTP ini dibagi menjadi tiga zona yaitu hijau, kuning, dan merah. Keterangan mengenai tiga zona tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 5.

Tabel 5 Indikator - indikator penilaian tangga perkembangan (PTP)a

Indikator Skala nilai menurut

Indikator

Keterangan

Visi Hijau (35-22)

Kuning (21-12) Merah (11-0)

Hijau = visi yang diterapkan baik Kuning = visi pada umumnya baik namun harus diperhatikan lagi Merah = visi yang diterapkan tidak Sesuai

Kapasitas Hijau (40-26)

Kuning (25-13) Merah (12-(-5)

Hijau = kapasitas organisasi baik Kuning = kapasitas organisasi baik namun harus diperhatikan lagi Merah = kapasitas organisasi semakin sulit

Sumber Daya Hijau (40-28)

Kuning (27-15) Merah (7-0)

Hjau = sumber daya yang dimiliki baik

Kuning = sumber daya yang dimiliki baik namun harus diperhatikan

Merah = sumber daya mengalami Kesulitan

Jarianga kerja (tanpa

wawancara tambahan)

Hijau (20-15) Kuning (14-8) Merah (7-0)

Hijau = jaringan kerja koperasi baik

Kuning = jaringan kerja baik namun harus diperhatikan

Merah = jaringan kerja mengalami Kesulitan

a

Sumber : Soedjono dalam Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LPSP2I

2003)

Indikator-indikator tersebut telah menjadi ketentuan untuk semua koperasi di Indonesia yang terdapat pada PTP dengan rentang atau jarak yang memungkinkan dari setiap indikator antara lain hijau rentang (150-(-5) = 145-98, kuning rentang (97-52), merah rentang (51-(-5). Perolehan rentang tersebut didapat dari tabulasi setiap indikator dengan penjumlahan dari setiap skala

indikator. Secara umum PTP dilakukan penempatan pada tiga zona yaitu hijau yang artinya kinerja yang dilakukan baik dimana kegiatan dalam pemanfaatan sumberdaya, kapasitas, dan jaringan kerja sesuai dengan visi di KOPNAKCI. Analisis Manfaat Sosial Ekonomi Anggota dan Tingkat Partisipasinya

Analisis ini menunjukan persentase jawaban KOPNAKCI terhadap manfaat yang diberikan KOPNAKCI baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial. Manfaat ekonomi terdiri dari jaminan pemasaran usaha kelinci, jaminan harga jual kelinci yang ditetapkan oleh KOPNAKCI, peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota, kemudahan memperoleh sapronak dalam hal ini pakan konsentrat dan bantuan peralatan budidaya. Manfaat sosial terdiri dari hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota. Pengukuran manfaat dilakukan dengan cara pemberian nilai dengan tujuan untuk mempermudah pengukuran secara kuantitatif. Hasil dari jawaban responden mengenai manfaat ekonomi yang dirasakan anggota dilakukan pemberian skor untuk mengetahui kesimpulan umum. Indikator - indikator dari manfaat ekonomi dan pemberian skor dapat dijelaskan pada Tabel 6.

Tabel 6 Indikator manfaat ekonomi dan skor

No Indikator manfaat ekonomi Skor manfaat Total

skor

Kategori manfaat

1a 2a 3a

1 Jaminan pemasaran dan hasil

produksi anggota

2 Jaminan harga

3 Peningkatan pendapatan

4 Jaminan memperoleh sapronak

5 Penerimaan bantuan kredit

a

Skor 1 : Tidak memuaskan, 2 : Kurang memuaskan, 3 : Memuaskan

Pemberian skor bertujuan untuk mengetahui tingkat manfaat yang dirasakan responden misalnya tidak merasakan manfaat ekonomi dikarenakan tidak adanya transaksi pembelian dan tidak merasakan adanya pendapatan didalam koperasi. Kemudian dilihat dari manfaat sosial yang dirasakan anggota koperasi adalah terjalinnya hubungan baik dengan sesama anggota maupun pengurus, kepuasan terhadap pelayanan koperasi, serta pembinaan dan pelatihan usaha yang diadakan oleh KOPNAKCI.

Tingkat partisipasi anggota koperasi dilihat dari partisipasi organisasi, usaha, dan permodalan. Partisipasi anggota dalam organisasi dilihat dari kehadiran anggota dalam RAT dan keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus dan manajemen koperasi. Partisipasi anggota dalam permodalan dilihat dari keaktifan anggota dalam membayar simpanan wajib, simpanan pokok, dan simpanan sukarela. Sedangkan dalam bidang usaha dilihat dari keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha agribisnis koperasi yaitu saprotan dan pinjaman dapat dijelaskan pada Tabel 7.

Tabel 7 Indikator partisipasi dan skor

No Indikator partisipasi Skor manfaat Total skor Kategori

Partisipasi

1a 2a 3a

1 Partisipasi organisasi

Kehadiran RAT Saran dalam RAT

2 Partisipasi usaha

Pembelian barang agribisnis Pembelian non agribisnis

3 Partisipasi permodalan

Simpanan wajib Simpanan sukarela Simpanan manasuka a

Skor 1 : Tidak aktif, 2: Kurang aktif, 3: Aktif

Analisis Korelasi Manfaat Ekonomi TerhadapTingkat Partisipasi dengan Rank Spearman

Korelasi rank spearman dalam penelitian ini digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non parametric khususnya untuk data ordinal yaitu data yang mempunyai skala pengukuran yang berjenjang. Korelasi rank spearman dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat partisipasi (Y) dengan manfaat ekonomi (X) yang dirasakan oleh anggota peternak dan non peternak. Selain itu, dapat mengetahui tingkat partisipasi dengan manfaat sosial yang dirasakan oleh peternak dan non peternak. Dimana tingkat partisipasi merupakan variabel Y dan manfaat sosial variabel X. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program aplikasi software SPSS 15,0 for windows (Sugiyono 2007):

Berdasarkan nilai korelasi, kriteria pengujian hubungan observasi dilakukan pada taraf nyata (α = 5%). Pengambilan keputusan dapat dilihat dari kuat lemahnya hubungan dengan ditunjukkan pada nilai korelasi rank Spearman (Sarwono 2006). Nilai korelasi yang positif menunjukkan adanya hubungan searah antar variabel tersebut. Sedangkan nilai korelasi negatif menunjukkan adanya hubungan berlawanan arah diantara variabel tersebut. Dimana nilai rentang nilai korelasi jika > 0.5 memiliki hubungan kuat dan < 0.5 memiliki hubungan yang lemah. Pengukuran manfaat dilakukan dengan cara pemberian nilai dengan tujuan untuk mempermudah pengukuran secara kuantitatif. Responden yang merasakan manfaat diberi nilai tiga, kurang merasakan diberi nilai dua dan kategori tidak merasakan diberi nilai satu. Menurut Nazir (2005), nilai responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total nilai, dan total nilai inilah ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala likert.

( Xib – XiO) Range =

Banyaknya Skala Pengukuran Dimana :

Xib = Nilai terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban merasakan manfaat (skor 3) terhadap setiap unsur i dari aspek manfaat yang diperoleh anggota (3x50=150). Xik = Nilai terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua

responden memberikan jawaban tidak merasakan manfaat (skor 1) terhadap setiap unsur i aspek manfaat yangdiperoleh anggota (1x50=50). Maka besarnya range untuk tiap kelas yang diteliti adalah :

Range = = (150-50) = 33,33 = 33 3

Sehingga pembagian kelas berdasarkan pengukuran manfaat yang diperoleh adalah :

a) 50 – 83 : Kategori rendah b) 84 – 117 : Kategori sedang c) 118 – 151 : Kategori tinggi

Dokumen terkait