• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimation of trees economic benefits in residential area based on indoor electric saving (case study: Villa Duta Residential and Taman Yasmin Residential, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimation of trees economic benefits in residential area based on indoor electric saving (case study: Villa Duta Residential and Taman Yasmin Residential, Bogor)"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PENGHEMATAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK

DALAM RUMAH

(Studi Kasus: Perumahan Villa Duta dan Perumahan Taman

Yasmin, Kota Bogor)

NORIL MILANTARA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pendugaan Manfaat Ekonomi Pepohonan pada Kawasan Perumahan Berbasis Penghematan Penggunaan Energi Listrik dalam Rumah (Studi Kasus: Perumahan Villa Duta dan Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

(3)

NORIL MILANTARA, Estimation of Trees Economic Benefits In Residential Area Based On Indoor Electric Saving (Case Study: Villa Duta Residential and Taman Yasmin Residential, Bogor). Under supervision of BAMBANG

SULISTYANTARA and ARISMUNANDAR.

The city surfaces tend to have warmer temperatures than the vegetated areas. Trees around the building are able to cool down the ambient temperature, reduce the electric demand from air conditioning use, and can avoid the emissions in the atmosphere through fossil fuel power plants. The purpose of this study was to calculate the economic value of trees benefits in electrical energy use within the residential, to analyze the value of carbon stored in trees, and to develop energy-efficient housing models of shade trees. The research method was conducted by spatial approach through CITYgreen® software to determine the economic value of trees in each residential. Economic saving per house is affected by the combination of many variables, such as tree canopy, trees position from building, trees distance from residential building, and also affected by number of houses in analysis area. The result shows that Villa Duta Residential has 8,5% trees canopy over 39,25 Ha of total analysis. The average cooling cost is Rp.3.350.000 per year per home, so the reduction equates to a 2,3% overall savings in cooling cost. Villa Duta’s trees provide savings more than Rp.43 million per year. Carbon storage reaches 331 tons which is equivalent tto economic value of Rp.16,5 million, if carbon price per ton is 5$ (assuming 1$=10.000). Taman Yasmin Residential has 71,96 Ha analysis area with 6% trees canopy, contributes an annual saving up to Rp.90 million, with a reduction in annual savings per household at 0,88%. Carbon stored in Taman Yasmin’s trees reached 376 tons or equivalent with Rp.19 million. Landscape on each residential can still be improved to provide greater benefits in electric energy savings by planting various appropriate treee on the right place around the house.

(4)

NORIL MILANTARA. Pendugaan Manfaat Ekonomi Pepohonan pada Kawasan Perumahan Berbasis Penghematan Penggunaan Energi Listrik dalam Rumah (Studi Kasus: Perumahan Villa Duta dan Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor). Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA dan ARIS

MUNANDAR.

Pembangunan perumahan telah menjadi penggunaan lahan tunggal terbesar di kota manapun serta dengan tingkat kebutuhan yang terus meningkat sangat pesat. Pertumbuhan perumahan per tahun di daerah perkotaan rata-rata mencapai 3,5%, dengan kebutuhan rumah baru setiap tahun mencapai 800.000. Permintaan energi listrik untuk kelompok pelanggan rumah tangga pada tahun 2004 mencapai 39% yang menempati urutan kedua setelah sektor industri sebesar 40%. Selain itu, ditemui adanya kecenderungan permintaan energi listrik yang terus meningkat dari tahun ke tahun pada sektor domestik atau rumah tangga. Ini menempatkan sektor rumah tangga/domestik menjadi sumber emisi yang signifikan di Indonesia yang berasal dari konsumsi energi listrik dan pembakaran bahan bakar fosil.

Pepohonan yang tepat pada lokasi yang tepat di sekitar bangunan rumah dapat mendinginkan suhu sekitar dan dapat mengurangi permintaan energi listrik dari penggunaan pendinginan udara (air conditioning), yang secara tidak langsung dapat menghindari terciptanya emisi CO2 di atmosfer melalui proses pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Namun, manfaat yang disediakan oleh pepohonan (lahan bervegetasi) seringkali dianggap remeh karena belum ada alat yang mampu untuk menerjemahkan manfaat yang diperoleh dalam bentuk yang abstrak kedalam nilai fiskal (ekonomi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai ekonomi dari manfaat pepohonan yang terdapat pada perumahan. Secara spesifik penelitian ini dilakukan untuk: (1) Analisis nilai manfaat pepohonan dalam penggunaan energi listrik dalam kawasan perumahan di rumah yang berlantai satu hingga lantai dua, (2) Analisis simpanan karbon pada pepohonan yang terdapat di kawasan perumahan, (3) Menyusun model perumahan hemat energi dari naungan pohon.

Penelitian dilakukan di Kota Bogor pada Perumahan Villa Duta dan Perumahan Taman Yasmin, dengan waktu pengumpulan data di lapang selama 5 bulan dari bulan April hingga Agustus 2010. Metode penelitian dilakukan secara spasial dengan menggunakan perangkat lunak ArcView dan dianalisis dengan perangkat lunak CITYgreen® untuk mengetahui nilai manfaat yang diberikan oleh pepohonan dalam nilai ekonomi.

(5)

Perumahan Villa Duta dikembangkan lebih awal dibandingkan dengan Perumahan Taman Yasmin, sehingga Perumahan Villa Duta memiliki lebih besar kanopi yang lebih per pohon maupun persatuan luas yang sama dibandingkan dengan Perumahan Taman Yasmin. Perumahan Villa Duta dengan persentase kanopi 8,50%, dapat memberikan manfaat tahunan dalam penggunaan energi listrik lebih dari 43 juta rupiah, atau rata-rata persentase penghematan per rumah sebesar 2,30%. Sedangkan pada Perumahan Taman Yasmin yang memiliki kanopi pohon sebesar 6% dari luas keseluruhan memberikan nilai manfaat yang mencapai 90 juta rupiah per tahun, dengan rata-rata persentase penghematan per rumah sebesar 0,88%.

Keberadaan pepohonan juga berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Pepohonan dengan sebaran umur dewasa mampu menyimpan karbon dalam biomasa lebih banyak dibandingkan pada pohon dengan sebaran umur muda, namun pohon muda mampu merosotkan karbon lebih banyak di bandingkan dengan pohon dewasa. Karbon tersimpan per hektar pada Perumahan Villa Duta sebesar 8,43 ton dengan rosot karbon per tahun 111 kg, serta total simpanan karbon sebesar 331 ton dengan rosot karbon melebihi 4 ribu kg per tahun. Sedangkan Perumahan Taman Yasmin termasuk perumahan yang baru berdiri, penyimpanan karbon pada pohon per hektar sebesar 5,23 ton dengan rosot karbon 106 kg per tahun. Karbon total yang tersimpan pada Perumahan Taman Yasmin sebesar 376 ton dengan daya rosot melebihi 7 ribu kg karbon per tahun.

Simulasi dilakukan pada beberapa blok rumah dengan meningkatkan kanopi melalui penambahan sejumlah pohon yang tepat pada posisi yang tepat di sekitar rumah. Pengambilan contoh mengikuti blok jalan yaitu pola grid, cul-de-sac, dan pola loop. Hasil simulasi pada Perumahan Villa Duta dengan pola grid

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK DALAM RUMAH

(Studi Kasus: Perumahan Villa Duta dan Perumahan Taman Yasmin,

Kota Bogor)

NORIL MILANTARA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

dalam Rumah (Studi Kasus: Perumahan Villa Duta dan Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor)

Nama : Noril Milantara NRP : A 251060061

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr Ketua

Dr. Ir. Aris Munandar, MS Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap,

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA.

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB,

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

Alhamdulillah.

Tesis yang berjudul “Pendugaan Manfaat Ekonomi Pepohonan pada Kawasan Perumahan Berbasis Penghematan Penggunaan Energi Listrik dalam Rumah (Studi Kasus: Perumahan Villa Duta dan Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor)” ini merupakan syarat akhir bagi penulis untuk menyelesaikan dan memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Arsitektur Lanskap.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr dan Dr. Ir. Aris Munandar, MS atas bimbingan yang diberikan kepada penulis, serta kepada Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS selaku penguji luar atas masukan dan arahan untuk perbaikan tesis ini.

Terimakasih kepada Mas’Uddin atas motivasi, diskusi, dukungan, dan persahabatan yang terjalin. Terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Program Studi ARL 2006 (Nursalam, Nurfaida, Penny Pujowati, Euis Puspita Dewi, Siti Zulfa Yusni, Wulan Sarilestari, Andi Chairul Achsan, dan Dudun Abdurahim), rekan satu bimbingan (M. Isrok Nugroho). Terimakasih kepada mahasiswa ARL 43 (Esti B, Purwanti L, Dessy BS, Pitty F, dan Prita IP) atas bantuan dalam pengamatan dan pengumpulan data di lapangan.

Terimakasih kepada Tim Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Badge II tahun anggaran 2009 berjudul ”Model RTH Kota Bogor sebagai Solusi Mengatasi Banjir Kota Jakarta” (Fatimah IS, dkk), Fakultas Pertanian – IPB atas bantuan Citra Quickbird Kota Bogor dan perangkat lunak CITYgreen®. Terimakasih juga disampaikan kepada Yayasan Dana Mandiri Sejahtera atas bantuan dana penelitian.

Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Papa, Mama, dan adik atas kasih sayang, motivasi, dan doa tulus yang tidak pernah berhenti, serta kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor. Semoga amalan mereka ini dinilai sebagai suatu bentuk amal kebaikan di sisi Allah SWT.

(11)
(12)

DAFTAR TABEL ... xiv

2.1.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman ... 9

2.1.2 Perencanaan dan Permasalahan Perumahan ... 9

2.1.3 Konsep Perencanaan dan Pola Jalan pada Perumahan ... 12

2.2 Manfaat Pepohonan pada Lanskap Perumahan ... 13

2.2.1 Konservasi Energi ... 13

3.4 Analisis Manfaat Pepohonan dengan Perangkat Lunak CITYgreen® ... 29

3.4.1 Analisis Konservasi Energi dari Pepohonan ... 29

3.4.2 Analisis Simpanan dan Rosot Karbon ... 30

3.4.3 Model Pertumbuhan Pohon ... 31

3.4.4 Simulasi Lanskap Perumahan Hemat Energi ... 32

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Manfaat Eksisting Pepohonan ... 34

(13)

4.1.2 Penghematan Energi Listrik dari Bayangan Pohon ... 38

4.1.3 Simpanan dan Rosot Karbon ... 51

4.2 Prediksi Manfaat Pepohonan 10 dan 20 Tahun Mendatang ... 57

4.2.1 Prediksi Struktur Hijau ... 58

4.2.2 Prediksi Penghematan Energi Listrik dari Bayangan Pohon 59 4.2.3 Prediksi Simpanan dan Rosot Karbon ... 64

4.3 Simulasi Penataan Pohon bagi Penghematan Energi ... 72

4.3.1 Perumahan Lama ... 73

4.3.2 Perumahan Baru ... 78

4.3.3 Pedoman Pemilihan Jenis Pohon yang Memiliki EnergyRating Tinggi ... 84

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(14)

Halaman

1 Pembagian kelompok site pada Perumahan Taman Yasmin ... 27

2 Jenis data, sumber data, dan kegunaan penelitian ... 28

3 Faktor pengali untuk simpanan dan rosot karbon ... 31

4 Faktor pertumbuhan diameter dan tinggi pohon ... 32

5 Statistik kedua perumahan ... 34

6 Rangkuman hasil analisis konservasi energi pada site 17 perumahan lama ... 40

7 Statistik per kelompok contoh kanopi pada perumahan baru ... 44

8 Penghematan tahunan pada perumahan lama dan perumahan baru ... 44

9 Karbon statistik pada perumahan lama dan perumahan baru ... 51

10 Substitusi rosot CO2 dengan pengoperasian 1 unit AC (430 watt) selama 1 jam ... 55

11 Perbandingan produksi CO2 dari pemakaian AC dengan rosot CO2 oleh pepohonan pada kedua perumahan ... 56

12 Statistik perumahan lama dan perumahan baru prediksi 10 dan 20 tahun mendatang ... 58

13 Statistik energi pada perumahan lama 10 dan 20 tahun mendatang ... 59

14 Statistik energi pada perumahan baru 10 dan 20 tahun mendatang ... 62

15 Rekapitulasi prediksi statistik karbon dari keberadaan pepohonan untuk tahun ke 10 dan tahun ke 20 pada perumahan lama dan perumahan baru ... 68

16 Substitusi rosot CO2 untuk prediksi pertumbuhan pohon 10 dan 20 tahun mendatang dengan pengoperasian 1 unit AC (430 watt) selama 1 jam ... 70

17 Harga karbon yang tersimpan pada prediksi tahun ke 10 dan tahun ke 20 pada perumahan lama dan perumahan baru ... 71

(15)

19 Statistik site dan konservasi energi pada site contoh pola cul-de-sac

perumahan lama ... 75 20 Jenis, jumlah pohon, dan kanopi yang digunakan pada site contoh pola

grid perumahan lama ... 77 21 Statistik site dan konservasi energi pada site contoh pola grid

perumahan lama ... 78 22 Jenis, jumlah pohon, dan kanopi yang digunakan pada site contoh pola

loop perumahan baru ... 80 23 Statistik site dan konservasi energi pada site contoh pola loop

perumahan baru ... 81 24 Jenis, jumlah pohon, dan kanopi yang digunakan pada site contoh pola

grid perumahan baru ... 82 25 Statistik site dan konservasi energi pada site contoh pola grid

perumahan baru ... 84 26 Nilai kelas naungan untuk beberapa jenis pohon pada program

(16)

Halaman 1 Permintaan energi listrik per kelompok (MVA) pelanggan dari tahun

1994 hingga 2004 ... 3

2 Kerangka pikir penelitian ... 8

3 Lokasi penelitian pada Perumahan Taman Yasmin dan Perumahan Villa Duta, Kota Bogor ... 24

4 Struktur dan jenis-jenis analisis dengan metode CITYgreen® ... 25

5 Pembagian site pengambilan data pada Perumahan Villa Duta ... 26

6 Sebaran kelompok serta lokasi pengambilan data pada Perumahan Taman Yasmin ... 27

7 Pohon flamboyan dan asoka pada jalan utama perumahan lama memiliki tajuk yang lebar ... 35

8 Pohon pinggir jalan dan pekarangan rumah perumahan lama ... 36

9 Site dengan persentase kanopi dibawah 5% perumahan lama ... 36

10 Kondisi jalan utama perumahan baru ... 37

11 Taman pada perumahan baru ... 37

12 Pemanfaatan pekarangan berupa tanaman buah dan tanaman hias pada perumahan baru ... 38

13 Penghematan tahunan per site pada perumahan lama ... 39

14 Contoh layout pengambilan data dan hasil analisis pada site 17 perumahan lama ... 40

15 Sebaran pohon pada site 8, 13, dan 14 dengan persentase kanopi 6%, 4%, dan 3% (warna merah mewakili rumah, hijau mewakili pohon) ... 42

16 Penghematan tahunan rata-rata per kelompok site pada perumahan baru ... 43

17 Perbandingan penghematan tahunan dari bayangan pohon pada perumahan lama dan perumahan baru dalam Rupiah ... 46

(17)

19 Perbandingan manfaat pohon pada perumahan lama dan perumahan baru dalam menyimpan dan merosot karbon ... 52 20 Perbandingan simpanan dan rosot karbon per site pada perumahan

lama ... 53 21 Perbandingan simpanan dan rosot karbon per kelompok site pada

perumahan baru ... 53 22 Sebaran pohon yang hilang pada site 17 perumahan lama (lingkaran

hijau merupakan pohon-pohon saat ini, lingkaran putih menunjukkan pohon yang hilang pada prediksi 10 dan 20 tahun mendatang ... 60 23 Sebaran pohon yang hilang pada site 12 perumahan lama (lingkaran

hijau merupakan pohon-pohon saat ini, lingkaran putih menunjukkan pohon yang hilang pada prediksi 10 dan 20 tahun mendatang) ... 61 24 Pertumbuhan pohon pada site 9 perumahan lama (lingkaran hijau

menunjukkan kanopi pohon saat ini; lingkaran abu-abu dan kuning merupakan prediksi pertumbuhan kanopi pada tahun ke 10 dan 20) .... 62 25 Pertumbuhan pohon pada site C05RLG_S1_04 perumahan baru

(lingkaran hijau menunjukkan kanopi pohon saat ini; lingkaran abu-abu dan kuning merupakan prediksi pertumbuhan kanopi tahun ke 10 dan 20) ... 63 26 Sebaran pohon pada site C15RLG_S2_03 perumahan baru (lingkaran

hijau adalah sebaran pohon saat ini; lingkaran putih merupakan pepohonan yang hilang pada prediksi kanopi 10 dan 20 tahun mendatang) ... 64 27 Perbandingan simpanan dan rosot karbon per site pada perumahan

lama prediksi tahun ke 10 ... 66 28 Perbandingan simpanan dan rosot karbon per site pada perumahan

lama prediksi tahun ke 20 ... 66 29 Perbandingan simpanan dan rosot karbon per site pada perumahan

baru prediksi tahun ke 10 ... 67 30 Perbandingan simpanan dan rosot karbon per site pada perumahan

baru prediksi tahun ke 20 ... 67 31 Perbandingan manfaat pohon pada perumahan lama dan perumahan

baru dalam menyimpan dan merosot karbon (prediksi tahun ke 10 dan 20 tahun mendatang) ... 69 32 Sebaran pohon keadaan sebenarnya pada site yang mewakili rumah

(18)

33 Sebaran pohon hasil simulasi 30% kanopi pada site yang mewakili rumah untuk pola cul-de-sac perumahan lama ... 75 34 Sebaran pohon keadaan sebenarnya pada site yang mewakili rumah

untuk pola grid perumahan lama ... 76 35 Sebaran pohon hasil simulasi 30% kanopi pada site yang mewakili

rumah untuk pola grid perumahan lama ... 77 36 Sebaran pohon keadaan sebenarnya pada site yang mewakili rumah

untuk pola loop perumahan baru ... 79 37 Sebaran pohon hasil simulasi 30% kanopi pada site yang mewakili

rumah untuk pola loop perumahan baru ... 80 38 Sebaran pohon keadaan sebenarnya pada site yang mewakili rumah

untuk pola grid perumahan baru ... 82 39 Sebaran pohon hasil simulasi 30% kanopi pada site yang mewakili

rumah untuk pola grid perumahan baru ... 83 40 Ilustrasi radiasi dan angin yang diterima oleh bangunan pada ruang

(19)

Halaman 1 Pedoman evaluasi kesehatan pohon CITYgreen® ... 97 2 Peta pembagian site pengambilan data di lapangan pada perumahan

lama ... 100 3 Peta pembagian site pengambilan data di lapangan pada perumahan

baru ... 101 4 Contoh lay out site 17 perumahan lama untuk pengumpulan data

attribut kanopi dilapangan ... 102 5 Tally sheet pengambilan data attribut pohon dilapangan ... 103 6 Contoh laporan analisis pada site 17 perumahan lama ... 104 7 Laporan analisis blok contoh pola cul-de-sac pada perumahan lama

(kondisi sebenarnya) ... 105 8 Laporan analisis blok contoh pola cul-de-sac pada perumahan lama

(simulasi 30% kanopi) ... 106 9 Laporan analisis blok contoh pola grid pada perumahan lama (kondisi

sebenarnya) ... 107 10 Laporan analisis blok contoh pola grid pada perumahan lama

(simulasi 30% kanopi) ... 108 11 Laporan analisis blok contoh pola loop pada perumahan baru (kondisi

sebenarnya) ... 109 12 Laporan analisis blok contoh pola loop pada perumahan baru (simulasi

30% kanopi) ... 110 13 Laporan analisis blok contoh pola grid pada perumahan baru (kondisi

sebenarnya) ... 111 14 Laporan analisis blok contoh pola grid pada perumahan baru (simulasi

(20)

1.1 Latar Belakang

Permukaan kota yang terdiri dari aspal dan beton umumnya lebih panas pada siang hari dibandingkan dengan daerah yang bervegetasi. Permukaan buatan manusia ini sangat efisien untuk menyimpan energi surya, mengubahnya menjadi energi panas, dan melepaskannya pada malam hari, menciptakan suatu wilayah dengan udara yang panas di sekitar kota yang dikenal sebagai heat island (pulau bahang). Perbedaan suhu udara antara daerah yang terkena urban heat island

(UHI) dan daerah yang bervegetasi dapat mencapai 6oC (Akbari et al 1992 dalam

Boulder Water Conservation 2002). Beberapa faktor yang dapat menciptakan UHI pada daerah perkotaan diantaranya berupa derajat panas bahan bangunan, tinggi dan jarak antar bangunan, serta tingkat polusi udara. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan lebih besar energi matahari yang ditangkap, diserap, dan disimpan pada permukaan kota dibandingkan dengan permukaan desa pada siang hari, serta lebih sedikit energi yang dilepaskan pada malam hari, menghasilkan suhu udara yang lebih tinggi di perkotaan. Ditambah sedikitnya penguapan berakibat dalam mengeringkan permukaan kota, dengan berkurang kesejukan. Pada akhirnya, daerah perkotaan juga menjadi sumber pemanasan dari besarnya penggunaan energi dalam kota. Semua energi ini, digunakan dalam bangunan dan untuk transportasi, berakhir sebagai panas (Davies et al. 2008).

(21)

perkotaan seperti pepohonan dan semak-belukar ikut menyumbang terjadinya efek UHI. Pepohonan dapat membuat udara sekitar menjadi lebih dingin melalui evapotranspirasi (Sailor 1998). Ketiga, UHI juga dipengaruhi oleh kelembaban yang minim karena banyaknya area perkerasan pada daerah perkotaan, aliran permukaan terjadi dengan begitu cepat yang dapat mengurangi efek pendinginan dari penguapan (Sailor 1998).

Pembangunan perumahan telah menjadi penggunaan lahan tunggal terbesar di kota manapun serta dengan tingkat kebutuhan yang terus meningkat sangat pesat. Pertumbuhan perumahan per tahun di daerah perkotaan rata-rata mencapai 3,5%, dengan kebutuhan rumah baru setiap tahun mencapai 800.000 unit (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman 2009). Seo dan Hwang (2001) membagi pembangunan perumahan kedalam empat proses yang masing-masing memanfaatkan energi yang besar dalam tiap proses dan memberikan konstribusi pada sebaran emisi CO2 di udara, yaitu proses produksi (manufaktur material), proses konstruksi, proses penggunaan (tahap hunian), dan proses demolisi (penghancuran). Lebih jauh Seo dan Hwang menulis bahwa emisi CO2 tertinggi terjadi pada tahap hunian yang mencapai 87,5-96,9% dari total emisi CO2 dalam kegiatan pemanfaatan energi. Priatman (2002) menyebutkan bahwa 50% konsumsi energi fosil dunia adalah berhubungan dengan kebutuhan energi bangunan, berarti 50% gas buang karbon dioksida yang menimbulkan kontaminasi udara, atau 25% dari seluruh gas greenhouse berasal dari bangunan. Pada tahap hunian sektor rumah tangga cenderung menggunakan sumber energi dalam jumlah yang besar untuk mendapatkan kenyamanan. Sejauh ini ketergantungan energi berasal dari bahan bakar dan turunannya. Sektor perumahan di Indonesia diperkirakan menggunakan 11% energi listrik untuk kebutuhan penghawaan atau penggunaan AC.

(22)

kedua setelah sektor industri sebesar 40%. Selain itu, ditemui adanya kecenderungan permintaan energi listrik yang terus meningkat dari tahun ke tahun pada sektor domestik atau rumah tangga seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Permintaan energi listrik per kelompok (MVA) pelanggan dari tahun 1994 hingga 2004.

Pertumbuhan penduduk di Kota Bogor mengalami peningkatan yang mencapai 3,18% per tahun dalam kurun waktu 2000-2009. Data BPS Kota Bogor (2010) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2000 adalah 714.711 jiwa dan mengalami peningkatan menjadi 946.204 jiwa pada tahun 2009. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ini mengakibatkan terjadi peningkatan kebutuhan pada lahan terbangun semakin tinggi terutama lahan untuk aktivitas sosial dan ekonomi seperti pemukiman, pusat perdagangan dan jasa, dan berbagai fasilitas sosial dan umum, dan sebagainya. Peningkatan lahan terbangun mengakibatkan berkurangnya ruang terbuka hijau. Data penggunaan lahan menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas ruang terbuka hijau sebesar 1,81% selama periode 2000-2005 yaitu dari 5.657 ha (47,73%) pada tahun 2000 menjadi 5.442 (45,92%) pada tahun 2005 (Bappeda Kota Bogor 2007). Penelitian oleh Suryadi (2008) menunjukkan penurunan luas ruang tebuka hijau di Kota Bogor sebesar 15,64% dari tahun 1972-2005.

0

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

M

V

A

Tahun

Rumah Tangga Industri Bisnis

(23)

Penurunan luas ruang terbuka hijau disertai dengan penggunaan energi yang tinggi untuk kegiatan domestik, transportasi dan lainnya sebagainya menjadi pemicu penurunan kualitas lingkungan suatu kota. Ditambah dengan perubahan iklim secara global, bentuk penurunan kualitas lingkungan yang jelas terjadi adalah meningkatnya suhu udara di Kota Bogor atau UHI. Kota Bogor mengalami peningkatan suhu dari tahun 2001 dengan suhu 26,73oC menjadi 27,04oC pada tahun 2005. Peningkatan suhu ini dapat menjadi salah satu pemicu permintaan energi listrik untuk kebutuhan pendingin ruangan yang juga sekaligus menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat terjadinya UHI.

Terdapat dua strategi utama untuk menghindari terciptanya UHI pada pembangunan perumahan. Pendekatan pertama adalah dengan menggunakan permukaan yang berwarna yang lebih terang (atau beralbedo tinggi) yang dapat memantulkan pada pengembangan perumahan baru serta mengganti permukaan yang berwarna hitam dengan yang lebih terang pada perumahan lama. Tapi penggunaan warna atap yang lebih terang hanya bermanfaat pada perumahan yang memiliki rasio permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan volume bangunan (Akbari 1997). Penggunaan permukaan dengan albedo tinggi juga memiliki kelemahan yang dapat meningkatkan radiasi ultraviolet yang memiliki pengaruh buruk bagi kesehatan manusia (Heisler dan Grant 2000 dalam Solecki et al. 2005).

(24)

Pepohonan secara tidak langsung menurunkan suhu melalui proses evapotranspirasi, proses dalam membentuk kelembaban dari tanah melalui akar dan melepaskannya ke atmosfer sebagai respirasi atau pernafasan pohon. Pembebasan air atau disebut sebagai evaporasi (penguapan), akan mendinginkan udara pada proses tersebut. Lahan bervegetasi memiliki suhu lebih mantap (kisaran suhu siang dan malam hari yang kecil) jika dibandingkan lahan yang jarang atau tidak bervegetasi. Keberadaan pepohonan juga dapat meningkatkan kelembaban relatif lingkungan yang dinaunginya dan diperlukan untuk memberikan keteduhan yang dapat menurunkan suhu lingkungan (Laurie 1990).

Pepohonan sebagai elemen lanskap memberikan pengaruh yang signifikan dalam upaya mereduksi CO2 di atmosfer serta efisiensi dalam pemanfaatan energi. Ruang terbuka hijau seluas 1 hektar mampu menyerap 2,5 ton CO2 per tahun dan memproduksi 0,6 ton O2, serta mampu menurunkan suhu 5 hingga 8 derajat celcius. Hutan kota dapat menurunkan CO2 di atmosfer melalui dua cara. Melalui pertumbuhan pohon, pepohonan dapat merosotkan sejumlah CO2 dalam ukuran yang besar melalui fotosintesis, memisahkan atom karbon dari oksigen, dan melepaskan oksigen ke atmosfir. Dalam hal ini, pepohonan menyimpan karbon yang besar dalam strukturnya. Pepohonan yang tepat pada lokasi yang tepat di sekitar bangunan rumah dapat mendinginkan suhu sekitar dan dapat mengurangi permintaan energi listrik dari penggunaan pendinginan udara (air conditioning), yang secara tidak langsung dapat menghindari terciptanya emisi CO2 di atmosfer melalui proses pembangkit listrik berbahan bakar fosil (Nowak 1994; McPherson 1998).

(25)

Perkembangan tekonologi dewasa ini telah mampu menunjukkan manfaat yang lebih akurat dan penilaian yang komprehensif dari manfaat yang mampu diberikan oleh hutan kota. Terdapat beberapa perangkat lunak yang telah dikembangkan dalam menilai suatu sistem alami baik yang komersil maupun yang dapat diunduh secara gratis. CITYgreen® merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh American Forest ekstensi, untuk ArcView GIS. CITYgreen® menyediakan fasilitas untuk memetakan, mengukur, menampilkan, dan menganalisis manfaat sistem alami pada suatu kawasan kedalam nilai ekonomi. CITYgreen® memiliki empat kategori dalam menilai manfaat ekologi pada tingkat lokal maupun regional, yaitu: Air Quality, Carbon Storage and Sequestration, Residential Cooling Effects, dan Stormwater Control.

Perangkat lunak CITYgreen® sebagai alat untuk mengukur manfaat green infrastructure mendapat sambutan yang baik dan telah digunakan di banyak negara di Amerika sejak tahun 1998. Pengguna perangkat lunak ini tidak hanya dari tingkat akademik namun juga oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Penelitian yang dilakukan oleh American Forest dengan CITYgreen® pada San Antonio tahun 2002 menunjukkan nilai penghematan listrik yang diberikan oleh bayangan pohon pada perumahan yang berlantai satu dan dua yang mencapai $76 per rumah per tahun, dengan manfaat total dari perumahan San Antonio sebesar $17,6 juta dari bayangan langsung pepohonan (American Forest 2002b). Penelitian pada kota di Colorado mendapatkan hasil penghematan energi $50 per rumah dengan penghematan total tahunan sebesar $4,5 juta (American Forest 2001).

(26)

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung manfaat yang diberikan dari keberadaan pepohonan pada kawasan perumahan. Secara spesifik penelitian ini dilakukan untuk:

1. Menganalisis manfaat pepohonan dalam kawasan perumahan untuk penghematan energi dan simpanan karbon.

2. Membuat dan menilai simulasi rumah hemat energi dari naungan pohon.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi penghuni untuk mendapatkan manfaat maksimal dari pepohonan pada penghematan energi listrik dalam rumah dengan memperhatikan jenis dan posisi penanaman di sekitar bangunan rumah. Bagi pengembang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membangun kawasan perumahan hijau yang hemat energi dengan lebih memperhatikan aspek vegetasi (pepohonan).

1.4 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang sering ditemui pada daerah perkotaan berupa urban heat island (UHI) akibat dari pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini diperparah dengan tidak mampunya hutan kota bersaing dengan berbagai kepentingan ekonomi, karena tidak adanya nilai yang nyata dalam bentuk Rupiah yang bisa dihitung dari manfaat yang diberikan oleh hutan kota. Salah satu penyebab UHI berupa perilaku masyarakat yang konsumtif terhadap penggunaan energi, yang dapat dipicu oleh kawasan perumahan yang kurang mampu memberikan manfaat optimal pada penghematan energi listrik dalam rumah.

(27)

Gambar 2 Kerangka pikir penelitian.

Pembangunan Perumahan (Seo dan Hwang 2001)

Urbanisasi

Perkerasan: aliran permukaan tinggi dan mengurangi kelembaban (Sailor 1998) Vegetasi minim mengurangi penguapan (Sailor 1998, Goward 1985)

Permukaan kota ber-albedo rendah dan menyerap radiasi surya tinggi (Taha 1997)

Urban Heat Island

Analisis nilai ekonomi manfaat pepohonan sekarang

Nilai ekonomi sistem alami (pepohonan) rendah

Konservasi energi dari naungan pohon (Sekarang) Simpanan dan rosot karbon

(sekarang) Nilai ekonomi manfaat pepohonan pada perumahan ???

Perangkat lunak berbasis SIG CITYgreen 5.4

Simpanan dan rosot karbon (prediksi)

Kawasan Perumahan Berbasis Penghematan Penggunaan Energi Listrik Dalam Rumah

Permukiman

Mitigasi UHI (Akbari dan Konopacki 2005)

Penanaman pohon yang mampu menaungi dan vegetasi Penggunaan atap & perkerasan yang ber-albedo tinggi 1

2

Meningkatkan radiasi ultraviolet (Heisler dan Grant 2000 dalam

(28)

2.1 Perumahan dan Permukiman

2.1.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 33/permen/m/2006 tentang pedoman tatacara penunjukan badan pengelola kawasan siap bangun dan penyelenggara lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri memberi definisi tentang perumahan, permukiman dan kawasan permukiman. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Sedangkan kawasan permukiman disebut sebagai kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan fungsi utama untuk permukiman.

Prasarana lingkungan yang merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, seperti jalan, drainase, limbah, dan persampahan. Begitupun sarana lingkungan yang merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas pemerintahan, pendidikan, pelayanan kesehatan, perbelanjaan, tempat ibadah, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka, serta ruang terbuka hijau.

2.1.2 Perencanaan dan Permasalahan Perumahan

(29)

berupa vandalisme pada struktur bangunan yang kosong. Harga tanah merosot, dan penghuni setempat pindah jika mereka mampu. Hal tersebut akan terjadi lagi kemanapun mereka memulai lagi yang baru, apabila pembangunan perumahan tanpa adanya perencanaan dan regulasi yang lebih baik. Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam perencanaan pembangunan perumahan, yaitu:

- Monoton: Seringkali pengembangan pada daerah suburban dengan meratakan hutan, pepohonan ditebang, dan menghancurkan flora dan fauna lokal. Flora eksotik baru ditanam pada perumahan tersebut.

- Tidak Efisiensi: Perencanaan perumahan yang baik seharusnya berfungsi seperti mekanisme yang efisien, yang berarti bahwa aliran energi dan materi dapat dihemat dan menghindari terjadinya kehilangan secara percuma.

- Kondisi Yang Tidak Sehat: Mens sana in corpore sano. Kondisi mental penghuni dipengaruhi oleh sikap dan tindakan yang rasional. Saat berada dalam kondisi yang tidak rasional; dimana pengalaman sehari-hari adalah frustasi, kegelisahan, atau rasa muak, akan sulit untuk menjaga pemikiran yang positif.

- Bahaya: Tingkat bahaya umumnya berasal pada jalan yang memotong jalan besar, tidak adanya pemisahan antara orang dan kendaraan, polusi udara, dan lain sebagainya.

Dalam perencanaan lingkungan yang sesuai bagi kebutuhan manusia faktor pertama yang menjadi pertimbangan adalah iklim. Prinsip iklim mikro yang dapat diaplikasikan dalam merencanakan lingkungan yang cocok untuk dihuni, diantaranya adalah (Simonds dan Starke 2006):

- Memilih tapak yang tepat, perencanaan tata ruang, orientasi bangunan, dan membentuk ruang yang responsive terhadap iklim untuk menghindari panas yang berlebihan, dingin, kelembaban, dan pergerakan.

- Menyediakan struktur untuk melindungi ketidaknyamanan dari radiasi matahari, presipitasi, angin, dan dingin.

(30)

Perencanaan perumahan hendaknya memperhatikan faktor kenyamanan, keselamatan bangunan, dan kerusakan bangunan. Lippsmeier (1997) menulis bahwa pada daerah tropis termasuk di Indonesia faktor kenyamanan dipengaruhi oleh radiasi matahari, presipitasi, kelembaban udara, gerakan udara. Pada bangunan tropis lembab tanpa pengkodisian udara sangat tegantung pada jendela-jendela yang besar yang akan menjadi media pergantian udara pengap di dalam bangunan dengan udara yang lebih segar dari luar bangunan (Mediastika 2002).

Perubahan penutupan lahan memberikan pengaruh pada permukaan fisik dan biologi bumi, yang merubah reflektansi permukaan bumi dan menyebabkan pendinginan atau pemanasan lokal. Dalam kondisi alami radiasi surya yang sampai di bumi akan dipantulkan sekitar sepertiga, sedangkan sisanya diserap di serap oleh permukaan dan sedikit oleh atmosfir (Solomon et al. 2007). Perkembangan kota yang didominasi oleh elemen perkerasan cenderung memiliki reflektifitas dan konduktivitas yang rendah, seperti beton, aspal, batu bata, dan bangunan. Alih fungsi lahan ini menimbulkan suatu bentuk urban heat islands

yang juga dipicu oleh keberadaan gas CO2 dari kendaraan bermotor maupun industri.

(31)

2.1.3 Konsep Perencanaan dan Pola Jalan pada Perumahan

Konsep perencanaan dan pola jalan merupakan dua hal utama dalam perencanaan realestat. Terdapat 3 (tiga) konsep perencanaan yang berkaitan dengan pembagian lahan atau subdivision yaitu konsep neotradisional atau konvensional, cluster dan Planned Unit Development (PUD). Kwanda et al

(2002) menjabarkan lebih jauh.

1. Konvesional merupakan penataan kawasan perumahan dengan pembagian batas kapling yang jelas dan bentuk kapling yang elatif sama besar secara merata pada keseluruhan lahan.

2. Cluster merupakan penataan beberapa rumah yang dikelompokkan ke dalam ruang bersama untuk mendapatkan kepadatan yang tinggi pada suatu area, sehingga lahan lainnya dapat dimanfaatkan untuk ruang terbuka.

3. Planned Unit Development (PUD) adalah suatu pengembangan multi fungsi yang fleksibel pada kawasan perumahan yang sangat luas sehingga pembangunannya dapat dilakukan secara bertahap.

Selain konsep perencanaan, pola jalan yang diterapkan pada kawasan perumahan saat ini juga telah berkembang. Secara umum ada 3 (tiga) pola jalan yaitu pola kotak (straight strut/gridiron), pola putaran (loop), dan pola cul-de-sac. Pola jalan ini akan mempengaruhi bentuk penyusunan blok bangunan rumah. Penerapkan pola grid dilakukan karena praktis dan efisien dalam penataan kapling, dengan pola ini akan diperoleh bentuk kapling empat persegi dengan pemanfaatan lahan yang maksimal untuk bangunan. Sedangkan pola cul-de-sac

(32)

2.2 Manfaaat Pepohonan Pada Lanskap Perumahan

2.2.1 Konservasi Energi

Perencanaan lanskap seringkali diabaikan hingga proses pembangunan perumahan selesai. Desain lanskap merupakan bagian dari proses desain yang luas, sebuah hubungan antara orientasi bangunan, desain bangunan, kondisi tapak, dan usulan pengembangan lanskap. Tahap ini merupakan kesempatan terbaik untuk memaksimalkan manfaat pada rumah dan penghuninya. Vegetasi daerah perkotaan merupakan cara yang paling efektif dan ekonomis untuk mengurangi biaya dan konsumsi energi (Solecki et al. 2005), vegetasi juga cara yang paling mudah dan murah untuk memperindah dan menaikkan nilai tanah, dan sebagai penyekat bagi privasi penghuni. Naungan dari pohon pada atap dan/atau jendela dapat mengurangi suhu dalam ruangan antara 6-12oC pada musim panas. Lanskap dapat didesain dengan sedemikian rupa untuk memodifikasi suhu didalam dan sekitar rumah (Sustainability Victoria Australia 2002).

Lahan bervegetasi menjadi pengendali urban heat islands dan menjadikan pohon sebagai tempat penyimpanan bahang yang diterimanya. Vegetasi menyerap radiasi matahari dalam proses transpirasi. Radiasi yang sampai ke permukaan tanah akan digunakan untuk evaporasi. Lahan bervegetasi memiliki suhu lebih mantap (kisaran suhu siang dan malam hari yang kecil) jika dibandingkan lahan yang jarang atau tidak bervegetasi (Martono 1996). Keberadaan pepohonan juga meningkatkan kelembaban relatif lingkungan yang dinaunginya dan diperlukan untuk memberikan keteduhan yang dapat menurunkan suhu lingkungan (Laurie 1990). Carpenter et al. (1975) menulis bahwa vegetasi dapat menjadi pengontrol iklim mikro dengan menyerap panas dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya sehingga dapat menurunkan suhu, fungsi vegetasi sebagai pengendali iklim mikro antara lain; kontrol radiasi matahari dan suhu, kontrol/pengendali angin, kontrol presipitasi dan kelembaban, pengendali suara, dan penyaring udara.

Terdapat perbedaan suhu yang signifikan antara lahan bervegetasi dengan lahan terbuka. Sulistyantara et al. (1998) melakukan penelitian terkait dengan pola

(33)

penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya proporsi penutupan aspal terhadap daerah thermoscape, maka proporsi daerah dengan suhu yang tinggi dalam thermoscape juga akan meningkat, sebaliknya peningkatan proporsi struktur hijau (rumput, tanaman penutup tanah, semak, pohon), akan diikuti dengan meningkatnya proporsi daerah thermoscape yang bersuhu rendah.

Suhu tajuk pohon dalam keadaan terbuka terhadap sinar matahari mencapai 32-33oC sedangkan bagian ternaungi oleh tajuk memiliki nilai suhu 28-29oC, dalam hal ini jenis pohon memiliki perbedaan yang kecil. Pada blok konkret (beton) dan aspal menunjukkan suhu yang melebihi 42oC. Permukaan lahan yang ditumbuhi oleh tanaman penutup tanah memiliki kisaran suhu 35-36oC, pada lahan dengan elemen semak dan rumput masing-masing memiliki suhu 28-33oC dan 34-36oC. Suhu yang dimiliki tajuk pohon dalam keadaan terbuka terhadap sinar matahari mencapai 32-33oC dan suhu pada bagian yang ternaungi oleh tajuk pohon memiliki nilai 28-29oC, dalam hal ini jenis pohon memiliki perbedaan yang kecil. Sedangkan pada area dengan perkerasan oleh blok konkret (beton) dan aspal menunjukkan suhu yang melebihi 42oC.

Menambahkan vegetasi pada lingkungan perkotaan dengan penanaman pohon yang tepat pada tempat yang strategis atau dengan menggabungkan vegetasi pada atap dapat mengurangi efek UHI, mengurangi penggunaan energi, dan meningkatkan kualitas udara. Hutan kota memodifikasi iklim mikro dan penggunaan energi dalam bangunan melalui: 1) naungan yang mengurangi jumlah energi radiasi yang diserap dan disimpan oleh permukaan terbangun, 2) evapotranspirasi yang mengubah air dalam tanaman menjadi uap dan menyejukkan udara sekitar, 3) mengurangi kecepatan angin yang dapat mengurangi masuknya udara dari luar (Simpson 1998, 2002; McPherson et al.

1994).

(34)

pada 460 rumah di Sacramento, California, sementara pohon sebelah utara rumah meningkatkan penggunaan energi listrik sebesar 55 kWh (1,5%).

Satu pohon pada perumahan di San Diego dengan ketinggian 25 kaki (sekitar 7 meter) mampu mengurangi biaya tahunan untuk pemanasan dan pendinginan pada rumah sebesar 8 hingga 12 persen atau setara US$10-25 (McPherson 1993). Meningkatkan kanopi pohon sebesar 10% (dengan rata-rata tiga pohon per rumah di Chicago) dapat mengurangi biaya pemanasan dan pendinginan sebesar 5 hingga 10 persen atau US$5-10 (McPherson et al. 1994). Penelitian lain oleh McPherson dan Simpson (2003) pada perumahan di California dengan sekitar 177,3 juta pohon telah menghemat US$485,8 juta per tahun atau menurunkan 2,5% dari penggunaan pendingin udara.

Dari segi biaya, penanaman pohon merupakan cara yang paling efektif untuk menghemat penggunaan energi. Penelitian di Amerika oleh Lawrence Barkeley Laboratory menghitung bahwa biaya untuk mengurangi permintaan beban puncak energi 1 kilowatt-hour (kWh) dengan meningkatkan efisiensi peralatan listrik sekitar $0.025, sementara biaya dengan penghematan pada kWh yang sama melalui penanaman pohon hanya $0.01. Biaya untuk memproduksi 1 kWh pada pembangkit listrik baru sebesar $0.10 (US DOE 1993 dalam Boulder Water Conservation 2002).

2.2.2 Simpanan dan Rosot Karbon

Gas rumah kaca berfungsi sebagai penyaring dan penyekat bagi bumi. Pada bagian atas atmosfer, lapisan gas ini menghentikan berbagai bentuk radiasi surya yang berbahaya yang akan mencapai permukaan bumi serta tetap menjaga energi panas; dua fungsi ini dapat mempertahankan bumi tetap sebagai lingkungan yang layak untuk dihuni. Sumber alami gas CO2 berasal dari letusan gunung api, perombakan bahan organik, dan respirasi tumbuhan serta hasil pernafasan manusia (Dahlan 2007). Pepohonan yang mati dan membusuk akan melepaskan kembali karbon yang tersimpan ke atmosfir, walaupun karbon tertahan dalam tanah (Nowak 2002).

(35)

menunjukkan adanya korelasi positif antara peningkatan industri dengan kosentrasi gas karbon di atmosfir terutama karbon dioksida (CO2). Hampir seabad terakhir manusia telah memproduksi gas rumah kaca ke atmosfir melebihi kemampuan proses alami mampu merosotkan CO2. Nowak (2002) mengutip dari Hamburg et al. (1997) dan Schneider (1989) bahwa meningkatnya CO2 di amtosfir sangat dipengaruhi oleh pembakaran dari bahan bakar fosil (sekitar 80% hingga 85%) serta dari deforestasi (penebangan hutan). Peningkatan karbon di atmosfer diperkirakan sebesar 2,6 miliar metrik ton (2,9 miliar ton) per tahun (Sedjo 1989 dalam Nowak 2002). Emisi gas CO2 di perkotaan disumbang dari kegiatan tranpostasi, penelitian di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa terjadi peningkatan emisi karbon di atmosfer yang sangat signifikan dari tahun 2000 sebesar 4,35 x 106 ton menjadi 15,36 x 106 ton pada tahun 2007 (Syakuroh 2004

dalam Dahlan 2007).

Meningkatnya jumlah kosentrasi karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya (metan, nitro oksida, chloroflurocarbons,dan O3) menjadi pemicu dalam meningkatnya suhu permukaan bumi dengan memerangkap gelombang radiasi tertentu dalam atmosfir (Nowak et al. 2002). Pohon di perkotaan merupakan suatu metode alami untuk mencegah terjadi peningkatan kosentrasi karbon di atmosfir. Karena pohon menyimpan karbon kedalam strukturnya dan menyerap karbon pada proses pertumbuhannya, pepohonan bertindak sebagai wadah yang sangat besar untuk menyimpan karbon yang diproduksi oleh masyarakat indutri kita.

Pepohonan di perkotaan mengurangi karbon di atmosfir melalui dua cara. Pertama, secara langsung seiring dengan pertumbuhan, tingkat rosot CO2 melalui fotosintesis lebih besar dari kemampuan pohon melepaskan melalui pernafasan. Kedua, penempatan pohon yang tepat pada lokasi yang tepat di sekitar bangunan dapat mengurangi permintaan energi pada pemanas dan pendingin udara, yang akan mengurangi emisi dari produksi energi berbahan bakar fosil (Nowak 1993, 1994; McPherson 1998, 1999).

(36)

atmosfer. Dalam melakukan hal ini, pohon menyimpan karbon dalam jumlah yang besar pada tiap strukturnya, dan pertumbuhan tahunan meningkat seiring dengan bertambah jumlah karbon dalam strukturnya. Laju fotosintesis dipengaruhi oleh banyak faktor, Dahlan (2007) telah merangkum dari banyak penelitian sebelumnya beberapa faktor penting yang mempengaruhi laju fotosintesis, yaitu: jenis tumbuhan, umur daun, letak daun, fase pertumbuhan, intensitas cahaya matahari, kosentrasi CO2, suhu udara, ketersediaan air tanah dan kelembaban udara, kesehatan daun, dan polutan udara.

Pepohonan merosot dan menyimpan karbon dalam jaringan pada tingkat dan jumlah yang berbeda berdasarkan beberapa faktor seperti ukuran pohon saat dewasa, masa hidup, dan tingkat pertumbuhan (Nowak et al. 2002). Pada umumnya, pohon terdiri atas 45% karbon, 50% air, dan 5% mineral, tapi tergantung pada spesies. Tanah dibawah vegetasi memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menyimpan karbon dibandingkan vegetasi itu sendiri; tanah menyimpan dua hingga tiga kali volume karbon diatas permukaan dalam bentuk bahan organik mati, atau humus. Pohon kota juga membantu dalam mengurangi atau menghindari erosi tanah karena akar pepohonan dapat menembus jauh kedalam tanah dan menjaga agar tanah tetap pada tempatnya, yang juga menyimpan karbon dalam jumlah yang besar (Boulder Water Conservation 2002).

Dengan menaungi rumah dan mengurangi penggunaan listrik oleh pendingin udara, pepohonan membantu menghindari terciptanya emisi CO2 di atmosfer pada proses pembangkit listrik yang berasal dari bahan bakar fosil. Proses ini dapat dijelaskan secara sederhana bahwa keberadaan pohon memberikan manfaat menurunkan suhu di sekitar rumah yang selanjutnya berdampak pada penurunan pemakaian energi listrik untuk mendinginkan ruangan, dengan berkurangnya penggunaan energi listrik bagi penggunan Air Conditioner berarti terjadi penurunan produksi listrik pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Sehingga emisi CO2 yang tercipta dari proses penyediaan listrik juga berkurang.

(37)

Simpson 1999). Rasio 1:3 dihasilkan dari kota hutan kota Sacramento (McPherson 1993), namun pada studi lain terdapat perbandingan CO2 yang dihindari:dibuang sebesar 15:1 dan 4:1 untuk program penanaman hutan kota nasional. Perbandingan terkecil dilaporkan di kota Chicago dengan nilai 1:28 (Nowak 1994).

2.3 Nilai Manfaat Pepohonan

2.3.1 Nilai Ekonomi Pepohonan

Penentuan nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka. Munasinghe (1994) dalam Roslinda (2002) berpendapat bahwa penilaian kontribusi fungsi ekosistem bagi kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang sangat kompleks, mencakup faktor-faktor nilai sosial politik. Contohnya adalah nilai suatu kawasan hutan sangat ditentukan oleh aturan-aturan manajemen yang berlaku untuk areal tersebut, maksudnya adalah nilai kawasan tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor fisik, biotik, dan ekonomi tetapi juga oleh kelembagaan yang dibangun untuk mengelola sumberdaya tersebut.

Pohon merupakan komponen utama pembentuk lanskap, baik lanskap yang alami maupun yang binaan (man made) serta ruang terbuka hijau (RTH) suatu kota, yang memiliki fungsi, peranan serta manfaat yang penting dalam mengendalikan dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Nurisyah (2001) menulis bahwa pendugaan penilaian terhadap pohon-pohon di kawasan perkotaan ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan terutama bila dikaitkan dengan tujuan penelitian. Diketahui tiga pendekatan utama baik penilaian langsung maupun tidak langsung, yaitu berdasarkan:

1. Pendekatan ekonomi yaitu yang terkait dengan nilai moneternya, 2. Pendekatan biofisik atau konservasi hayati yaitu dengan menggunakan

keuntungan alami yang bisa didapatkan dari keberadaannya,

(38)

Hamdri (2010) menyatakan bahwa ketersediaan RTH maupun ruang terbuka biru (RTB) berperan sebagai pengungkit (leverage) nilai lahan (land value) pada kawasan perumahan. Sehingga harga tanah juga terdorong naik seiring dengan aspek estetika, kenyamanan, dan fungsi ekologis yang diperoleh setelah adanya RTH dan RTB. Harga tanah ini dapat dideteksi dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) maupun dari harga pasar.

2.3.2 CITYgreen®: Menghitung Manfaat Sistem Alami

CITYgreen® merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh American Forest ekstensi untuk ArcView GIS. CITYgreen® menyediakan fasilitas untuk memetakan, mengukur, menampilkan, dan secara statistik menganalisis jasa lingkungan yang diberikan oleh pepohonan dan vegetasi serta menghitung manfaat ekonomi (dalam dollar) berdasarkan kondisi tapak. CITYgreen® mulai dikembangkan sejak tahun 1996, yang merupakan perangkat lunak pertama yang komprehensif, mudah digunakan dalam membuat keputusan keuangan untuk hutan kota. CITYgreen® dikembangakan dengan mewakili kolaborasi antara pihak akademik dan profesional konservasi kota, berdasarkan pandangan science yang

up-to-date. CITYgreen® merupakan hasil gabungan yang didasari dari hasil penelitian yang telah diadakan sebelumnya oleh U.S. Forest Service dan Lawrence Livermore Laboratory. Para peneliti yang telah memberi dasar terbentuknya CITYgreen® adalah Nowak, McPherson, serta Akbari, dan beberapa peneliti lainnya (Longcore 2004).

CITYgreen® memiliki empat kategori untuk menilai manfaat ekosistem pada tingkat lokal maupun regional berdasarkan representasi dari geografis wilayah studi, yaitu: (1) Air Quality yang mendeskripsikan seberapa besar jumlah polutan yang mampu dibuang dari atmosfer; (2) Carbon Storage and Sequestration yang mendeskripsikan nilai karbon tersimpan dan rosot per tahun; (3) Residential Cooling Effects mendeskripsikan energi listrik yang mampu dihemat dengan mengurangi jumlah penggunaan energi dalam rumah; (4)

(39)

membuat sebuah model atau skenario manfaat pepohonan pada lingkup ketetanggaan hingga perkotaan dengan lebih efisien (American Forest 2002a).

Analisis dalam CITYgreen® merupakan hasil dari penelitian dasar yang telah berlangsung dari beberapa dekade. Model konservasi energi menghitung penghematan energi dari bayangan langsung pada bangunan rumah (terutama dari

air conditioner dan jendela). Bayangan pohon mengurangi kebutuhan energi untuk mendinginkan bangunan rumah pada musim panas, sementara pemecah angin dari pepohonan mengurangi biaya pemanasan pada musim dingin (McPherson 1994). Pada musim panas dengan meningkatnya bayangan menurunkan pendinginan dari berkurangnya sirkulasi udara akibat pepohonan (Huang et all. 1987). Penelitian pada wilayah ini telah berlangsung dilakukan pada bangunan perumahan kecil (Huang et al. 1987; Akbari et al. 1993). Model penelitian dan pengukuran manfaat pendinginan pada perumahan seluas 2.000 kaki persegi dan berlantai satu atau dua.

Model CITYgreen® ini menaksir pepohonan membuang karbon dari atmosfer melalui fotosintesis (rosot) dan total jumlah karbon yang berhasil disimpan (simpanan) berdasarkan penelitian oleh Nowak (Rowntree dan Nowak 1991; Nowak 1993, 1994). Model ini bekerja dengan cara yang sederhana dengan mengklasifikasikan pepohonan pada suatu wilayah penelitian sebagai distribusi muda (Tipe 1), dewasa (Tipe 2), atau distribusi seimbang (Type 3) berdasarkan diameter pohon setinggi dada. Setiap kelas diasosiasikan dengan faktor pengali, dan mengkombinasikan ukuran site dan penutupan kanopi untuk menghitung simpanan dan penyerapan karbon.

(40)

Perangkat lunak CITYgreen® sebagai alat untuk mengukur manfaat green infrastructure mendapat sambutan yang baik dan telah digunakan pada banyak kota di Amerika. Kebanyakan pengguna dari pemerintah setempat menemukan bahwa analisis CITYgreen® menjadi satu cara kuantitatif yang dibutuhkan untuk memperkuat pendapat mereka dan merasionalkan sesuatu yang sering diperdebatkan secara emosional. Model CITYgreen® dapat membantu mengkomunikasikan gagasan yang komplek kedalam cara yang lebih efektif dan mudah untuk dipahami (American Forest 2002a). CITYgreen® dipromosikan menjadi sebuah alat yang dapat mempengaruhi kebijakan publik tentang ruang hijau perkotaan terutama pohon. CITYgreen® telah membantu memandu kebijakan pada infrastruktur hijau kota. Program ini telah meningkatkan perhatian pada hilangnya hutan kota, dan membimbing perubahan kebijakan pada beberapa daerah dan negara di Amerika. American Forest bersama CITYgreen® telah berhasil meningkatkan nilai hutan kota dan kerugian secara ekonomi apabila hutan kota tersebut hilang (Longcore 2004).

CITYgreen® telah membantu berbagai kalangan memahami nilai pepohonan bagi lingkungan lokal (Johnson & Lachman 2001).

- Para profesional bidang perencanaan dan sumberdaya alam menggunakan perangkat lunak untuk menguji kebijakan lanskap, evaluasi perencanaan tapak, dan model skenario pengembangan yang menghitung manfaat pepohonan.

- Para insinyur dapat menaksir dampak yang akan terjadi dengan hilangnya pepohonan dari biaya pengendalian banjir.

- Perencana Hutan Kota menjadikan CITYgreen sebagai alat untuk meningkatkan pemeliharaan, penanaman, dan preservasi.

- Pendidik mengajarkan ilmu kehutanan, ilmu lingkungan, lanskap arsitektur, dan perencana kota.

- Pengembang dapat menghemat uang dari kontrol erosi dan pengelolaan banjir.

(41)

American Forest telah melaporkan manfaat ekosistem pada banyak negara bagian sejak tahun 1996 hingga sekarang dengan menggunakan CITYgreen®. Hasil-hasil penelitian dari American Forest telah dipublikasikan dalam bentuk laporan Urban Ecosystem Analysis untuk masing-masing negara. Manfaat eksositem yang dilaporkan oleh American Forest dengan CITYgreen® pada San Antonio tahun 2002 menunjukkan nilai penghematan listrik yang diberikan oleh bayangan pohon pada perumahan yang berlantai satu dan dua mencapai $76 per rumah per tahun, dengan manfaat total dari perumahan San Antonio sebesar $17,6 juta dari bayangan langsung pepohonan. Dengan kanopi sebesar 20% dari total area 788.000 acres (318.893,56 ha), hutan kota di San Antonio menyimpan karbon lebih dari 7 juta ton dengan penyerapan karbon tahunan sebesar 56 ribu ton (American Forest 2002b). Penelitian pada kota di Colorado mendapatkan hasil penghematan energi $50 per rumah dengan penghematan total tahunan sebsar $4,5 juta.

(42)

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kotamadya Bogor pada dua perumahan, yaitu: Perumahan Villa Duta Kec. Bogor Timur, dan Perumahan Taman Yasmin Kec. Bogor Barat. Pemilihan lokasi yang sama dalam Kotamadya Bogor diharapkan tidak memberikan pengaruh perbedaan cuaca yang signifkan. Sedangkan pemilihan perumahan berdasarkan pada perbedaan umur perumahan yang mempengaruhi perbedaan luas penutupan lahan oleh kanopi pohon pada kedua perumahan. Perumahan Taman Yasmin termasuk perumahan yang baru dikembangkan, sedangkan Perumahan Villa Duta adalah perumahan lama yang memiliki sejumlah besar pohon-pohon dewasa dalam kawasan pengembangannya. Dalam penelitian ini Perumahan Villa Duta akan disebut sebagai perumahan lama, dan Perumahan Taman Yasmin sebagai perumahan baru.

Waktu pengamatan dan survei untuk pengumpulan data ini ialah 5 bulan, dimulai pada bulan April hingga Agustus 2010. Peta orientasi masing-masing perumahan dalam Kota Bogor yang dipilih sebagai lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa citra satelit Quickbird, dan peta kawasan perumahan. Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer, perangkat lunak ArcView 3.3, CITYgreen® extension 5.4, ArcPad, Microsoft Office Excel 2003, dan kamera digital.

3.3 Tahapan Penelitian

(43)

Kotamadya Bogor

Propinsi Jawa Barat, Indonesia

Perumahan Taman Yasmin, Kec. Bogor Barat

Perumahan Villa Duta, Kec. Bogor Timur Gambar 3 Lokasi penelitian pada Perumahan Taman Yasmin dan Perumahan

(44)

Peta Penutupan

Aliran Permukaan Konservasi Energi Karbon Fiksasi

Gambar 4 Struktur dan jenis-jenis analisis dengan metode CITYgreen®.

CITYgreen® memiliki empat kategori untuk menilai manfaat ekosistem pada tingkat lokal maupun regional berdasarkan representasi dari geografis wilayah studi, yaitu: (1) Air Quality (kualitas udara) yang menduga seberapa besar jumlah polutan yang mampu dibuang dari atmosferdari keberadaan vegetasi pada suatu kawasan; (2) Carbon Storage and Sequestration (simpanan dan rosot karbon) yang dapat nilai jumlah karbon tersimpan dan kemampuan pohon dalam merosotkan karbon per tahun; (3) Residential Cooling Effects (konservasi energi) yang memberikan nilai penghematan dalam rumah dari penggunaan energi listrik tahunan; (4) Stormwater Control (aliran permukaan) mendeskripsikan jumlah aliran permukaan yang mampu diserap dan menghindari aliran ke badan air.

Selain itu, CITYgreen® juga mampu memprediksi pertumbuhan pohon hingga 50 tahun mendatang, serta mampu membuat sebuah model atau skenario manfaat pepohonan pada lingkup ketetanggaan hingga perkotaan dengan lebih efisien. Dari hasil prediksi dan/atau skenario yang telah dibuat, kemudian dapat dinilai manfaat yang diberikan dengan menggunakan CITYgreen®.

(45)

3.3.1 Pembuatan Theme Pada Tiap Site

Proses ini dilakukan pada citra satelit yang telah di register dengan mendigitasi tiga theme pada perangkat lunak ArcView 3.3 untuk site yang akan di analisis. Pertama, digitasi Theme Batas yang menjadi batasan wilayah analisis tiap site pada masing-masing perumahan. Kedua, digitasi Theme Canopy yang berisi informasi spasial pohon dalam suatu site. Dan ketiga, digitasi Theme NonCanopy yang berisi informasi spasial blok rumah dalam suatu site.

Untuk mempermudah pengambilan, pengolahan dan analisis data pada masing perumahan dibagi kedalam beberapa site. Batas untuk masing-masing site ditentukan berdasarkan batas dalam trotoar jalan dengan asumsi bahwa batas jalan terebut telah memenuhi persyaratan untuk jarak terjauh dari rumah yaitu 10 meter (American Forest 2002a). Analisis CITYgreen® pada Perumahan Villa Duta dilakukan dengan membagi kedalam 18 site. Hasil pembagian 18 site tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

(46)

Perumahan Taman Yasmin memiliki lahan yang luas sehingga pengambilan data dilakukan pada beberapa lokasi yang mewakili kelompoknya. Pembagian kelompok mempertimbangkan persentase luas penutupan kanopi pohon. Lokasi pengambilan tersebar secara acak, pada 34 site dari 78 site yang telah dikelompokkan, dengan luas total pengambilan contoh 37,12 hektar dari 71,96 hektar luas total wilayah penelitian. Lokasi pengambilan data ditampilkan pada gambar 6, sedangkan Tabel 1 merupakan pembagian kelompok site.

Gambar 6 Sebaran kelompok serta lokasi pengambilan data pada Perumahan Taman Yasmin.

Tabel 1 Pembagian kelompok site pada Perumahan Taman Yasmin

Kelompok Total Contoh Keterangan

Site Luas (Ha) Site Luas (Ha)

C05RB_Sx_xx 1 1,46 1 1,47 - CO5 = Kanopi 0-5% C05RDG_Sx_xx 14 13,07 7 5,04 - C10 = Kanopi 5-10% C05RLG_Sx_xx 19 16,02 7 5,68 - C15 = Kanopi 10-15% C10RDG_Sx_xx 7 10,22 4 4,91 - RB = Roof Black

C10RLG_Sx_xx 18 14,60 8 10,24 - RDG = Roof Dark Gray

C15RB_Sx_xx 1 0,70 1 0,7 - RLG = Roof Light Gray

C15RDG_Sx_xx 5 4,16 2 2,58 - Sx = Sektor ke x C15RLG_Sx_xx 9 11,73 4 6,50 - xx = Nomor Urut Tapak

(47)

Data yang dikumpulkan dalam Theme Canopy hanya berupa jenis-jenis pohon dalam site yang akan di analisis, pohon merupakan tumbuhan berkayu yang mempunyai sebuah batang utama dengan dahan atau ranting jauh di atas tanah (Kamus Kehutanan 1990). Sedangkan data untuk Theme NonCanopy hanya berisi tentang informasi spasial blok rumah yang hanya berlantai satu atau dua.

3.3.2 Pengumpulan Data

Tahapan ini merupakan tahapan pengumpulan semua data atibut untuk keperluan analisis konservasi energi, simpanan dan rosot karbon, serta model pertumbuhan pohon. Data yang dikumpulkan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis data, sumber data, dan kegunaan penelitian

No. Jenis Data Klass Kriteria Sumber

Data untuk analisis konservasi energi.

2

Data untuk analisis simpanan dan rosot karbon.

3

Data untuk model pertumbuhan pohon.

(48)

���= ��������� (���)����� (��) � 365 ℎ���������ℎ������ (��. )

���������������ℎ���ℎ����������

Nilai ACC sulit untuk diamati di lapangan karena tidak mendapatkan ijin dari pengelola perumahan maupun ijin dari tiap RW/RT pada masing-masing perumahan, dengan alasan untuk menjaga privasi penghuni. Sehingga nilai ACC didapat dengan pendekatan asumsi serta secara kualitatif dengan melihat jumlah rata-rata unit AC yang terpasang pada tiap rumah dilapangan. Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) pemakaian AC per rumah selama 12 jam per hari, (2) per unit AC memiliki ½ PK atau sekitar 430 watt, (3) rata-rata jumlah unit AC per rumah adalah 2, (4) rata-rata per rumah termasuk pada golongan R2 dengan TDL = Rp.890kWh, dan (5) nilai $1 setara dengan Rp.10.000. Sehingaa didapat nilai rata-rata ACC sebesar $335.

3.3.3 Input Data Atribut

Tahap ini merupakan tahap terakhir sebelum dilakukan analisis manfaat pohon. Pada tahap ini dilakukan input data pohon kedalam file atribut Theme Canopy dan data bangunan kedalam Theme NonCanopy file atribut. Pemasukkan data dapat dilakukan satu persatu di perangkat lunak ArcView 3.3 melalui ekstensi CITYgreen® atau dengan bantuan perangkat lunak Ms. Office Excel 2003 untuk memasukkan data secara keseluruhan pada tiap file *.dbf.

3.4 Analisis Manfaat Pepohonan dengan Perangkat Lunak CITYgreen®

3.4.1 Analisis Konservasi Energi dari Pepohonan

(49)

pada bagian barat rumah dan menaungi air conditioner atau jendela akan diberikan nilai energy rating hampir maksimum.

Masing-masing pohon memiliki energy rating yang dapat mengurangi tagihan tahunan listrik dalam persen, yang berbeda tergantung iklim daerah studi. Sebagai contoh, pohon dengan energy rating 3 pada satu kota mampu mengurangi tagihan untuk pendingin udara sebesar 1,2%, tapi pada kota di bagian utara satu pohon dengan energy rating yang sama dapat mengurangi tagihan hanya 1%. Persentase penghematan yang dihasilkan dari tiap pohon sekitar rumah dikalikan dengan rata-rata tahunan penggunan energi untuk pendingin udara yang dimasukkan oleh pengguna. CITYgreen® menambahkan semua hasil untuk menilai penghematan per rumah, yang akan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai manfaat per site. Metode teknis dalam pemberian energy rating pada masing-masing pohon yang telah dilakukan diinventarisasi dan diverifikasi lapang berdasarkan kriteria: (1) jarak dari bangunan, (2) orientasi relatif dari bangunan, (3) kemampuan menaungi jendela dan/atau airconditioner.

Batasan penelitian: (1) penghematan energi dari bayangan pohon hanya mampu mempengaruhi penghematan energi pada rumah berlantai satu dan dua. (2) pohon dengan jarak lebih dari 10 meter dari bangunan dan/atau tinggi kurang dari 6 meter diasumsikan tidak mampu mempengaruhi penghematan energi dalam bangunan (McPherson dan Simpson 1999; American Forest 2002a).

3.4.2 Analisis Simpanan dan Rosot Karbon

(50)

Tabel 3 Faktor pengali untuk simpanan dan rosot karbon

Tipe 1 (populasi muda) 0,3226 0,00727

Tipe 2 (populasi dewasa 10-20 thn) 0,4423 0,00077 Tipe 3 (distribusi umur seimbang) 0,5393 0,00153 Rata-rata (distribusi rata-rata) 0,4303 0,00335

Progam ini menduga kemampuan pohon membuang tahunan, dan simpanan karbon saat ini dalam satuan ton. Estimasi simpanan dan rosot karbon pada area penelitian didapat melalui rumus berikut:

�������������� =����������������������������������������

�����������=����������������������������������������

Penilaian kemampuan rosot dan simpanan CO2 pada pepohonan oleh CITYgreen® tidak dihitung kedalam nilai ekonomi. Dalam penelitian ini nilai ekonomi didapat melalui: (1) substitusi rosot karbon dioksida pada masing-masing perumahan dengan penggunaan energi listrik untuk oleh AC, dan (2) menghitung harga karbon dioksida yang tersimpan pada pepohonan dalam kawasan dengan harga karbon internasional.

3.4.3 Model Pertumbuhan Pohon

(51)

Tabel 4 Faktor pertumbuhan diameter dan tinggi pohon

Pohon pertumbuhan rendah 0,10 1,00

Pohon pertumbuhan sedang 0,25 1,50

Pohon pertumbuhan tinggi 0,50 3,00

Model pertumbuhan pohon dilakukan untuk tahun ke 10 dan tahun ke 20. Setelah didapat hasil pertumbuhan pada tahun tersebut, kemudian dilakukan analisis hasil pemodelan ini untuk mengetahui manfaat yang diberikan oleh pepohonan pada konservasi energi dan simpanan dan rosot karbon.

3.4.4 Simulasi Penataan Pohon Bagi Penghematan Energi

Lanskap melibatkan pengaturan secara spasial dan temporal dari berbagai material tanaman dan komponen tidak hidup (Motloch 2001 dalam Lorenzo et al. 2004). Komposisi dan pengaturan spesies menentukan kualitas dan kuantitas manfaat yang didapatkan. CITYgreen® sebagai alat yang dapat menggambarkan, menghubungkan, dan mendidik terdapat pada kemampuannya dalam membuat skenario. Model CITYgreen® mampu memberikan penjelasan yang meyakinkan untuk penanaman pohon yang strategis dan program konservasi yang lain. Program ini dapat menunjukkan manfaat jangka panjang investasi finansial secara cepat pada ruang hijau atau membantu evaluasi efektivitas kebijakan baru lanskap. Prosedur ini digunakan untuk membantu dalam membuat keputusan skenario desain lanskap perumahan yang dapat memberikan manfaat maksimal dalam konservasi energi.

(52)

mencapai tingkat kedewasaan tertentu. Observasi secara langsung bukanlah caranya yang praktis untuk menghitung pengaruh dari perubahan vegetasi pada lingkungan lokal. Simulasi merupakan suatu teknik untuk memahami lingkungan alami yang kompleks.

Simulasi menitikberatkan pada penambahan dan penempatan pohon di sekitar bangunan rumah yang dapat memberikan manfaat dalam penghematan energi dari penggunaan AC. Simulasi hanya dilakukan pada beberapa blok rumah saja yang mewakili rumah lainnya berdasarkan pola perumahan yaitu: pola grid,

cul-de-sac, dan loop. Hasil digitasi ini kemudian di analisis dengan menggunakan perangkat lunak CITYgreen® untuk menduga manfaat yang diberikan oleh skenario atau model suatu lanskap perumahan.

(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manfaat Eksisting Pepohonan

4.1.1 Struktur Hijau pada Kedua Perumahan

Berdasarkan citra satelit tahun 2006 dan survei lapang pada kedua perumahan. Perumahan lama memiliki 567 rumah dengan rata-rata 14 rumah per hektar, persentase penutupan lahan oleh kanopi sebesar 8,50% atau 3,71 hektar dari 39,26 hektar luas total pengambilan data. Sedangkan dari hasil pengambilan contoh pada beberapa lokasi pada perumahan baru, menunjukkan rata-rata persentase penutupan lahan oleh kanopi sebesar 6% yang setara dengan 4,65 hektar dari luas total 71,96 hektar, dengan 2.148 jumlah pohon dan 1.571 unit rumah. Statistik masing-masing perumahan di rangkum pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Statistik kedua perumahan

Statistik Perumahan Perumahan lama Perumahan Baru

Luas lahan analisis (Ha) 39,26 71,96

Total jumlah pohon 1.699 2.148

Total jumlah rumah 567 1571

Luas kanopi (%) 8,50 6,00

Luas kanopi (Ha) 3,71 4,65

Jumlah pohon/rumah 3,00 1,37

Jumlah pohon/Ha 43,28 57,87

Densitas Rumah (per Ha) 14,44 42,32

Perumahan lama telah dikembangkan pada tahun 1980, perumahan ini memiliki sejumlah pohon-pohon yang telah dewasa dengan diameter batang yang besar dan tajuk yang lebar. Jalan-jalan utama didominasi oleh pohon dari jenis Flamboyan (Delonix regia) dan Asoka (Saraca indica) dengan ukuran diameter batang dan tajuk yang lebar (Gambar 7). Keberadaan pohon-pohon besar ini menyebabkan daerah sekitar ternaungi oleh kanopinya sehingga memberikan rasa nyaman dan teduh bagi penghuni dan orang-orang yang melewatinya.

Gambar

Gambar 3 Lokasi penelitian pada Perumahan Taman Yasmin dan Perumahan  Villa Duta, Kota Bogor
Gambar 4 Struktur dan jenis-jenis analisis dengan metode CITYgreen®.
Gambar 5 Pembagian site pengambilan data pada Perumahan Villa Duta.
Gambar 8 Pohon pinggir jalan dan pekarangan rumah perumahan lama.
+7

Referensi

Dokumen terkait