• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Kenampakan Kelapa Sawit dan Produktivitasnya Melalui Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Kenampakan Kelapa Sawit dan Produktivitasnya Melalui Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor)"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN

PRODUKTIVITASNYA MELALUI SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS

(Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor)

Oleh :

SAVITRI AGRIANTI

A14070081

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

SAVITRI AGRIANTI. Identifikasi Kenampakan Kelapa Sawit dan Produktivitasnya Melalui Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor). Dibimbing oleh BABA BARUS dan ATANG SUTANDI.

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman komoditas perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Pada tahun 2011 terdapat perkembangan positif industri sawit nasional terutama dari sisi kenaikan produksi, ekspor, dan perkembangan harga. Diperkirakan produksi CPO pada tahun 2011 akan berkisar 23,5 juta ton, dengan ekspor sebesar 16,5 juta ton. Sementara harga rata-rata CPO pada tahun 2011 diperkirakan pada tingkat US $ 1125 per ton. Malaysia pada tahun 2011 memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 5 juta ha. Produksi sawit Malaysia di 2011 naik 11,3% menjadi 18,91 juta ton dari 16,99 juta ton pada 2010 (GAPKI, 2012). Upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas akan berkaitan dengan banyak faktor diantaranya adalah karakteristik lahan dan pengelolaannya. Kurangnya efektivitas pengelolaan perkebunan kelapa sawit juga dapat menurunkan produktivitas kelapa sawit.

Teknologi informasi spasial seperti inderaja dan GIS merupakan sarana yang dapat dipakai untuk mengolah data spasial. Teknologi ini dapat membantu pengelolaan informasi bisnis yang berkaitan dengan identifikasi objek dan pengenalan hubungannya dengan data lain, misalnya identifikasi penggunaan lahan pertanian dan dikaitkan dengan faktor yang terkait. Identifikasi kelapa sawit dengan menggunakan citra tertentu dan pengenalan polanya dapat dilakukan dengan SIG, dan penelitian ini ditujukan untuk melihat produktivitas kebun kelapa sawit dikaitkan dengan pengelolaannya.

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak dalam bidang pengelolaan kelapa sawit. Hasil interpretasi Citra ALOS AVNIR-2 diketahui perkebunan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang memiliki berbagai macam umur tanam kelapa sawit. Hal ini diketahui dari perbedaan warna hijau dan tekstur pada kenampakan citra. Hasil analisis spasial menunjukkan produktivitas yang paling tinggi terdapat di daerah datar, sedangkan produktivitas yang paling rendah terdapat di daerah bergelombang. Produktivitas kelapa sawit yang paling tinggi terdapat pada tanah Aquic Humitropept, sedangkan produktivitas yang paling rendah terdapat pada tanah Typic Haplohumult. Produktivitas kelapa sawit paling tinggi terdapat pada wilayah dengan dosis pemupukan tahun tanam 2005, sedangkan produktivitas paling rendah terdapat pada wilayah dengan dosis pemupukan tahun tanam 2004. Dari hasil uji sidik ragam, variasi dosis pemupukan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas kelapa sawit. Pemberian dosis pemupukan yang tinggi konsekuensinya akan menyebabkan biaya pemupukan yang tinggi pula. Namun hal ini tidak memberikan laba yang maksimal karena produktivitas kelapa sawit tidak berbeda nyata antara pemberian dosis pupuk yang tinggi dengan dosis pupuk yang rendah.

(3)

SUMMARY

SAVITRI AGRIANTI. Identification of Appearance Oil Palm and its Productivity Through Geographic Information System (A Case Study of PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor). Under supervision of BABA BARUS and ATANG SUTANDI.

Oil palm (Elaeis guineensis Jack.) is an important commodity in Indonesia and still has a high development prospects. In 2011 there was a positive development at the national oil palm industry especially from the increase in production, export, and price developments. The CPO production is expected in 2011 around 23.5 million ton, with exports at 16.5 million ton, while the average price of CPO in 2011 is estimated at U.S. $ 1125 per ton. In 2011 Malaysia had reached total 5 million hectares of oil palm plantations. Malaysian oil palm production in 2011 increased 11.3% to 18.91 million tons from 16.99 million tons in 2010 (GAPKI, 2012). The efforts to improve oil palm productivity relate to many factors, such as land characteristics and its management. The lack of effectiveness management of oil palm plantations can decrease productivity of oil palm.

Technologi spatial information like Remote Sensing and GIS is a current technology that may handle spatial data. These technologies can help business management such as object identification and pattern analysis of agricultural system. Identification oil palm can be conducted using a particular image, while GIS may help to analyse its pattern, so that this research’s aim were to recognise oil palm and its productivy regarding to its management.

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang is one of Indonesia State Owned Enterprise engaged in management of oil palm. The results of image interpretation, ALOS AVNIR-2 showed that the PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang had a variety of ages oil palm plant, that reflected from the green color and texture differences in the appearance of image. The spatial analysis result showed the highest productivity was found on the flat areas, while the lowest productivity was found in undulating region. The highest productivity oil palm was located on (Aquic) Humitropept while the lowest productivity of land was located at Typic Haplohumult. The highest productivity of oil palm was occurred at a location with fertilise dosage of 2005, while the lowest productivity was occurred at a location with fertilize dosage of 2004. From the statatistic of variance, the variatian of fertilization rate did not significantly affect the productivity of oil palm. So far, implementing of high rate of fertilization would consequently lead to high costs, but this did not give maximum profit for oil palm productivity as there was no significantly different production between the high rate and low rate of fertilization.

(4)

IDENTIFIKASI KENAMPAKAN KELAPA SAWIT DAN

PRODUKTIVITASNYA MELALUI SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS

(Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang,Bogor)

Oleh :

SAVITRI AGRIANTI

A14070081

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul Penelitian : Identifikasi Kenampakan Kelapa Sawit dan Produktivitasnya Melalui Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor)

Nama : Savitri Agrianti

NRP : A14070081

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. Ir. Atang Sutandi, M. Si. Ph.D. NIP. 19610101 198703 1 004 NIP.19541212 198103 1 010

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. NIP. 19621113 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bagansiapiapi Provinsi Riau pada tanggal 26 Agustus 1989 dari keluarga ayah Nirwan A dan ibu Rusnidar. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Riwayat pendidikan formal penulis dimulai dari jenjang pendidikan TK yang diselesaikan di TK Yayasan Perguruan Wahidin pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD Yayasan Perguruan Wahidin pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) ke Yayasan Perguruan Wahidin dan lulus tahun 2004. Pendidikan selanjutnya ditempuh penulis di SMA Negeri 1 Bangko dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan tahun 2008 masuk dalam Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penlis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penelitian ini berjudul “Identifikasi Kenampakan Kelapa Sawit dan Produktivitasnya Melalui Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang,Bogor)”. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi pertama atas bimbingan, kritik dan saran selama berlangsungnya penelitian.

2. Bapak Ir. Atang Sutandi, M. Si. Ph.D. atas bimbingan, kritik, dan saran selaku pembimbing skripsi kedua.

3. Dr. Khursatul Munibah, M. Sc. selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan karya ilmiah ini.

4. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang telah membiayai dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

5. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di perkebunan kelapa sawit ini.

6. Kedua orang tua Bapak Nirwan A, SH. dan ibu Rusnidar, SPd., beserta kedua adikku Yuda Ariandi dan Reginald Arya serta seluruh anggota keluarga atas doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang tanpa batas yang diberikan kepada penulis.

7. Andi Kurniawan, SH. atas kasih sayang, motivasi, semangat, kesabaran dan perhatian yang telah diberikan selama ini.

8. Keluarga besar SoilScaper 44 terutama sahabat terbaikku Eni Winarti atas persaudaraan, semangat, dan perhatian selama ini.

(8)

10. Keluarga Rumah Muslimah Aisyah atas persaudaraannya.

11. Semua pihak yang tidak dapat dipersebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini. Namun, penulis berharap semoga karya kecil ini bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, April 2012

(9)

DAFTAR ISI

2.1.6. Aplikasi Remote Sensing dan Sistem Informasi Geografis pada Perkebunan Kelapa Sawit ... 12

2.2. Satelit ALOS AVNIR-2 ... 14

2.2.1. Sensor AVNIR-2(Advanced Visible and Near Infared Radiometer Type-2 ... 16

2.3. Karakteristik Lahan ... 17

2.4. PT. Perkebunan Nusantara VIII ... 18

2.4.1. Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VIII ... 19

2.4.2. Komoditi PT. Perkebunan Nusantara VIII ... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2. Bahan dan Alat Penelitian ... 21

3.3. Metode Penelitian... 22

3.3.1. Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data ... 22

3.3.2. Tahap Pengecekan Lapang ... 22

(10)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 29

4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis ... 29

4.2. Topografi ... 31

4.3. Jenis Tanah ... 32

4.4. Geologi, Fisiografi dan Bahan Induk ... 33

4.5. Penggunaan Lahan ... 33

4.6. Iklim dan Curah Hujan ... 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1. Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ... 36

5.2. Hubungan antara Lereng dengan Produktivitas Kelapa Sawit ... 41

5.3. Hubungan antara Tanah dengan Produktivitas Kelapa Sawit ... 44

5.4. Pengelolaan Kelapa Sawit ... 46

5.5. Analisis Hubungan antara Biaya Pemupukan dengan Produktivitas Kelapa Sawit ... 50

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal

yang Direkomendasikan oleh PPKS ... 11

2. Spesifikasi ALOS AVNIR-2 ... 15

3. Karakteristik ALOS AVNIR-2 ... 17

4. Kategori Dosis Pemupukan (Kg/Pohon) ... 27

5. Kategori Biaya Pemupukan (Rp/Pohon) ... 27

6. Kelas Lereng ... 32

7. Macam tanah PT. Perkebunan Nusantara VIII ... 33

8. Luas Penggunaan Lahan PT. Perkebunan Nusantara VIII ... 34

9. Kunci Interpretasi Kelapa Sawit pada Citra ALOS AVNIR-2 ... 38

10. Uji Sidik Ragam Variabel Kemiringan Lereng ... 43

11. Uji Sidik Ragam Variabel Macam Tanah ... 46

12. Tahun Tanam dan Dosis Pemupukan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ... 47

13. Uji Sidik Ragam Variabel Dosis Pemupukan ... 50

14. Kategori Pemupukan ... 50

Lampiran 1. Hasil Peneraan Umur Tanam Kelapa Sawit ... 60

2. Karakteristik Lahan dan Produktivitas Kelapa Sawit ... 62

3. Dosis Pemupukan dan Produktivitas Kelapa Sawit ... 63

4. Hasil Uji Sidik Ragam ... 64

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Satelit ALOS (JAXA EORC 1997) ……… ... 14

2. Sensor AVNIR-2 (JAXA EORC-1997) ... 16

3. Prinsip Geometri AVNIR-2 (JAXA EORC-1997) ... 16

4. Diagram Alir Penelitian ... 28

5. Peta Administrasi PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ... 29

6. Kondisi Lapang Daerah Penelitian ... 31

7. Grafik Curah Hujan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ... 35

8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 ... 36

9. Kenampakan Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Pada Citra ALOS AVNIR-2 ... 37

10. Hasil Interpretasi Citra ALOS AVNIR-2 ... 39

11. Peta Lereng dan Produktivitas Kelapa Sawit PT.Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ... 41

12. Grafik Hubungan Kemiringan Lereng dengan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ... 43

13. Peta Tanah dan Produktivitas PT.Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ... 44

14. Grafik Hubungan Macam Tanah dengan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ... 45

15. Peta Dosis Pemupukan dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ... 48

16. Grafik Pengaruh Pemupukan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit ... 51

17. Hubungan Pendapatan dengan Kategori Pemupukan ... 52

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman komoditas perkebunan yang penting di Indonesia dan masih memiliki prospek perkembangan yang cerah. Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi 6.000 l/ha biodiesel mentah sehingga sangat menguntungkan. Bagi Indonesia tanaman yang berasal dari Afrika Barat ini mempunyai arti penting karena selain mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat tetapi juga sebagai sumber pendapatan devisa negara.

Pada tahun 2011 terdapat perkembangan positif industri sawit nasional terutama dari sisi kenaikan produksi, ekspor, dan perkembangan harga. Diperkirakan produksi CPO pada tahun 2011 akan berkisar 23,5 juta ton, dengan ekspor sebesar 16,5 juta ton. Sementara harga rata-rata CPO pada tahun 2011 diperkirakan pada tingkat US $ 1.125 per ton. Malaysia pada tahun 2011 memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 5 juta ha. Produksi sawit Malaysia di 2011 naik 11,3% menjadi 18,91 juta ton dari 16,99 juta ton pada 2010 (GAPKI, 2012). Kedua negara ini dapat memenuhi sekitar 80% kebutuhan minyak sawit di dunia. Indonesia saat ini telah menjadi produsen terbesar minyak sawit di dunia, sedangkan permintaan minyak sawit setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

(14)

Proses pengambilan keputusan kegiatan-kegiatan operasional perkebunan akan sangat terbantu dengan adanya sistem informasi yang bereferensi spasial seperti pada proses perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan di perkebunan.

Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Teknologi ini sangat membantu pengelolaan informasi proses bisnis yang berkaitan dengan penyebaran pada letak geografisnya, misalnya penggunaan lahan untuk dunia pertanian. Mengingat perkebunan kelapa sawit juga merupakan salah satu industri yang berkaitan sangat erat dengan lahan atau faktor geografis, maka sebenarnya banyak hal yang dapat terbantu dengan memanfaatkan SIG ini. Hal tersebut mudah dibuktikan, mengingat bahwa sejak dulu pun peta kebun sudah sangat diperlukan di unit-unit usaha untuk proses analisis, perencanaan, pengambilan keputusan, hingga pelaksanaannya.

Hal ini perlu dilakukan agar produktivitas kelapa sawit dapat mencapai angka yang maksimum dengan efisiensi biaya untuk pengelolaan yang minim. Selain itu, kurangnya efektivitas pengelolaan perkebunan kelapa sawit juga dapat menurunkan produktivitas kelapa sawit. Beberapa faktor penting dalam menunjang pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang efektif diantaranya adalah ketersediaan informasi yang akurat dan memadai untuk kegiatan operasional perkebunan.

(15)

Beberapa penelitian yang mengkaji perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis umumnya menganalisa dari segi pengelolaan perkebunan. Suroso et al (2004) menyatakan bahwa Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk membuat pemodelan dan analisis sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dan akurat, dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Nurmala (2009) telah melakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang dengan melihat hubungan karakteristik lahan dengan produktivitas TBS kelapa sawit, penelitian ini menganalisis dari segi karakteristik lahan dengan melihat umur tanam kelapa sawit, macam tanah dan lereng dan belum menggunakan citra satelit. Penelitian ini juga belum menggunakan analisis statistik, sedangkan pada analisis produktivitas dengan variabel lereng dan macam tanam, peneraan umur tanam untuk menghilangkan faktor umur tanaman kelapa sawit kelapa sawit tidak dilakukan.

Gandharun dan Chen (2010) juga sukses memanfaatkan SIG untuk pemanfaatan informasi tekstur untuk klasifikasi tanaman kelapa sawit menggunakan Citra FORMOSAT-2. Citra resolusi tinggi FORMOSAT-2 dapat digunakan untuk memetakan perbedaan tahap usia tanam kelapa sawit guna mendukung program pengelolaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Beberapa penelitian tersebut hanya mengkaji pengelolan perkebunan tanpa mengkaji hubungannya dengan produktivitas dan karakteristik lahan kelapa sawit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, serta pemilihan pengelolaan yang baik agar produktivitas dan kualitas kelapa sawit optimal.

Dengan adanya SIG ini diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai areal perkebunan kelapa sawit sehingga bermanfaat dan memberikan kemudahan bagi pihak manajemen perkebunan dalam mendapatkan informasi dan mempercepat pengambilan keputusan (Sinaga, 2011).

(16)

Karakteristik lahan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit di suatu daerah antara lain jenis tanah, lereng, elevasi, curah hujan, dan temperatur. Penanaman kelapa sawit yang dilakukan pada karakteristik lahan yang benar dan baik akan menghasilkan produktivitas kelapa sawit yang optimal.

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak dalam bidang pengelolaan kelapa sawit. PT Perkebunan Nusantara VIII Cimulang memiliki komoditas kelapa sawit terdiri dari dua unit kebun, yaitu unit Cindali dan Cimulang. Produktivitas masing-masing unit mencapai 25. 599 Ton/Ha dalam bentuk inti sawit/kernel atau CPO. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit yang memiliki subsistem sarana produksi pertanian (agroindustri hulu), pertanian, industri hilir, dan pemasaran yang dengan cepat akan merangkaikan seluruh subsistem untuk mencapai skala ekonomi.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kenampakan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang dengan menggunakan ALOS AVNIR-2.

2. Mengetahui hubungan antara karakteristik lahan kelapa sawit dengan produktivitasnya.

3. Menganalisis hubungan antara pengelolaan dengan tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 25–30 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Produk utama kelapa sawit adalah CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi bahan baku industri hilir pangan maupun non pangan.

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol. Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar (Sastrosayono, 2003).

2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales

Famili : Palmaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis Guineensis

Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia)

Elaeis melanococca

(18)

2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit

a. Akar

Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping bisa mencapai radius 16 meter. Keadaan ini tergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi tanah. Sistem perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak mudah tumbang.

b. Batang

Pada tahun-tahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit tidak tampak adanya pertumbuhan memanjang. Awalnya terbentuk poros batang dan disekitar poros terbentuk daun-daun yang ukurannya semakin bertambah besar.

Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang. Ketebalan batang tergantung pada kekuatan pertumbuhan daun-daunnya. Tanaman kelapa sawit secara alami bisa mencapai umur 100 tahun. Namun, tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan harus diremajakan sebelum mencapai umur tersebut, karena produksi buahnya sudah menurun.

c. Daun

Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus keatas dan bewarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar.

Kedudukan daun pada batang dapat dirumuskan dengan rumus daun (phylotaxis) 3/8, pada setiap putaran terdapat 8 daun. Setiap tahun, tanaman kelapa sawit bisa mengeluarkan 20-24 lembar daun.

d. Bunga

(19)

Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang terpisah. Namun, adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering. Jika diawetkan, tepung sari bisa mencapai umur 10 minggu. Pengawetan tepung sari bisa dilakukan dengan cara mengeringkannya di dalam oven dengan suhu konstan 60°C selama 24 jam. Tepung sari awetan biasanya digunakan untuk bantuan penyerbukan (assisted pollination). Pada tanaman kelapa sawit muda (sampai umur 6 tahun), bunga betina lebih banyak daripada bunga jantan. Karena itu, kelapa sawit muda membutuhkan bantuan penyerbukan oleh manusia.

e. Buah

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun. Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya juga semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg .

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat berumur 18 bulan setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan persentase limbah (lumpur) banyak. Karenanya, di perkebunan kelapa sawit, bunga-bunga yang tumbuh pada tanaman muda akan dibuang (kastrasi) agar tidak menjadi buah. Buah muda Elaeis guineensis dura, Elaeis guineensis tenera, dan Elaeis guineensis pisifera berwarna ungu tua sampai hitam. Warna ini disebabkan adanya dominasi zat anthocyanin.

2.1.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

(20)

a. Faktor Iklim  Curah Hujan

Jumlah dan curah hujan yang baik untuk kelapa sawit adalah 2000-2500 m/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun (Rambey, 2010). Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga buah atau bunga yang terbentuk relatif lebih sedikit (Setyamidjaja, 2006). Sebaliknya, curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan, pembukaan lahan, pemeliharaan, pemupukan, dan pencegahan erosi (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

 Suhu dan Elevasi

Temperatur yang optimal adalah 24-28°C dan tertinggi 32°C. Diatas atau dibawah selang tersebut, produktivitas akan lebih rendah karena rendahnya proses assimilasi, gagalnya perkembangan bunga dan pematangan buah (Yahya, 1990 dalam Nurmala, 2009). Suhu udara terutama suhu minimum, berhubungan erat dengan elevasi. Di daerah beriklim tropis, secara umum suhu udara bukan merupakan faktor pembatas pada elevasi di bawah 400 m dpl.

Sebaliknya, diatas 400 m dpl meskipun faktor iklim lainnya seperti curah hujan sudah sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit, suhu udara minimum yang terlalu rendah bisa menjadi faktor pembatas, tetapi masih berpotensi untuk budidaya kelapa sawit. Elevasi juga berkaitan dengan penyinaran matahari dan kelembaban udara.

 Kelembaban dan Penyinaran Matahari

Kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari, karena kelembaban yang tinggi akan meransang perkembangan penyakit. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring (Lubis, 1992 dalam

(21)

b. Faktor Edafik

 Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat-sifat fisika dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit secara optimal adalah sebagai berikut:

1. Solum cukup dalam (>80cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu.

2. Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%.

3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, dan permeabilitas sedang.

4. Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal sebaiknya dihindari. Tanah yang berdrainase jelek sebaiknya diberi saluran drainase. 5. Reaksi tanah (pH) 4,0-6,0 dan pH optimal 5,0-5,5. Tanah yang ber-pH

rendah seperti tanah gambut/organosol sebaiknya dilakukan pengapuran. 6. Tanah yang memiliki kandungan hara cukup tinggi (Setyamidjaja, 2006).

2.1.4 Pemelihara Kelapa Sawit a. Pengendalian Gulma

Gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan supaya secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma di perkebunan kelapa sawit akan sangat merugikan. Alasannya, gulma mengganggu dan menghambat jalan para pekerja, gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit.

(22)

b. Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut Pahan (2008), pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Upaya mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan. Selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian, keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tak terkendali atau terduga.

Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya kumbang tanduk, ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus, dan Apogonia, serta babi hutan. Penyakit utama kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit, penyakit antraknosa dan bercak daun. Konsep yang digunakan dalam pengendalian hama, penyakit, dan gulma di perkebunan kelapa sawit adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Integrated Pest Management

(IPM) (PPKS, 2006).

Berbagai cara yang dilakukan dalam PHT diantaranya adalah: 1. Hama ulat (Tasea asigna, Stora nitens, dan Darnarima sp.) dikendalikan

dengan menyemprotkan Dipterex atau Bayrusil.

2. Hama kumbang (Apogania sp. dan Oryctes rhinoceros) dikendalikan dengan menyemprotkan larutan Azodrin yang bersifat sistemik.

3. Hama tikus dikendalikan dengan racun Tomorin, Warfarin, atau Racumin. Penyakit pada tanaman kelapa sawit hingga saat ini, belum ditemukan cara pemberantasan yang efektif, sehingga hanya dapat dilakukan pembatasan penyebaran penyakit. Caranya, menebang tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit ini, pangkal batang dan sisa-sisa akar dibakar di tempat tersebut (Sastrosayono, 2003).

c. Pemupukan

(23)

Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat adalah meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang kurang menguntungkan. Pupuk yang umum digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk anorganik (buatan) dan pupuk organik.

Pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap perkembangan tanaman, yaitu pada tahap pembibitan dan TBM yang mengacu pada dosis baku, tahap TM yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor-faktor dasar, serta konsep neraca hara (nutrient balance).

Tabel 1. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal yang Direkomendasikan oleh PPKS

Hara Pupuk Spesifikasi

N Urea

Za

46% N

21% N, 23% S

K MOP (KCL) K2O : 60%

Mg Kieserit MgO : 26%, S :21%

MgO : min 18%

CaO : min 30%

Al2O3 + Fe2O3 : maks 3%

SiO2 : maks 5%

Kadar air : maks 5%

Ni : maks 5 ppm

Kehalusan (lolos saringan 100 mesh)

(24)

2.1.5 Pemanenan pada Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat mulai dipanen pada umur 30 bulan. Dalam keadaan normal, 90-100% dari seluruh pokok sudah matang panen. Tandan yang cukup besar dan siap untuk diolah adalah yang padat isinya dan beratnya sekitar 3 kg. Kriteria panen yang digunakan yaitu dua brondolan artinya sudah ada 2 buah lepas dari tandannya atau jatuh kepiringan pohon. Untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg, dipakai 1 brondolan yang jatuh ketanah. Kapasitas pemanenan tergantung pada produksi/ha yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon dan intensif.

2.1.6 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis pada Perkebunan Kelapa Sawit

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Sedangkan, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu perangkat yang memiliki kemampuan penuh untuk pengumpulan, penyimpanan, pemanggilan, transformasi, dan penampilan data digital keruangan dari suatu wilayah untuk kegunaan tertentu.

Produk teknologi penginderaan jauh adalah berupa citra satelit dengan resolusi spasial yang tinggi, memberikan visual permukaan bumi sangat detail. Citra satelit merupakan suatu gambaran permukaan bumi yang direkam oleh sensor (kamera) pada satelit pengideraan jauh yang mengorbit bumi, dalam bentuk image (gambar) secara digital.

(25)

Umur tanaman kelapa sawit dapat diteliti dengan menggunakan penginderaan jauh karena tanaman kelapa sawit memiliki pola penanaman yang teratur, yaitu pengelompokan penanaman dalam setiap blok secara teratur berdasarkan tahun tanam yang sama (Sitoms, 2004).

Selain itu, Lukman dan Poeloengan (1996) dalam Laju dan Chen (2011) sukses memanfaatkan citra satelit Landsat TM (Tematic Mapper) dan SPOT

(Satellite Pour Observation de la Terre) untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah tumbuh kelapa sawit dan memetakan perbedaan usianya pada masa awal pertumbuhan.

Haryani et al (2005) menggunakan data penginderaan jauh Landsat 7 ETM Tahun 2005 dan SIG untuk kajian potensi dan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan input kesesuaian lahan, kerapatan vegetasi, dan penggunaan lahan diperoleh arahan

pengembangan tanaman komoditas kelapa sawit di Kabupaten Rokan Hilir.

Dalam penelitiannya Sinaga (2011), merancang SIG untuk areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara yang disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, dan peta. Tulisan disini berupa informasi umum mengenai penjelasan Provinsi Sumatera Utara dan informasi tentang kelapa sawit sehingga bermanfaat dan memberikan kemudahan bagi pihak manajemen perkebunan dalam mendapatkan informasi dan mempercepat pengambilan keputusan. Tabel menyajikan data luas lahan dan produksi perkebunan pada tahun 2009 dan 2010, sedangkan peta memberikan gambaran mengenai letak lokasi perkebunan tiap kabupaten.

(26)

Penggunaan Citra ALOS AVNIR-2 dalam pemetaan kelapa sawit karena citra ALOS AVNIR-2 memiliki biaya yang lebih murah dalam operasional, ataupun dapat digunakan untuk tujuan analisis lain khususnya jika digabungkan dengan data lain baik yang ada dalam sistem data base maupun setelah dilakukan penggabungan dengan data lain dari sumber berbeda. Secara lebih lengkap Satelit ALOS AVNIR-2 dibahas dalam sub bab selanjutnya.

2.2. Satelit ALOS AVNIR-2

Satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) merupakan satelit generasi lanjutan dari JERS-1 dan ADEOS milik Jepang (Gambar 1). JAXA di

Tanagashima Space Center Jepang yang diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006 dengan menggunakan roket H-IIA. Satelit ini merupakan satelit penginderaan jauh (inderaja) terbesar yang dibangun oleh Jepang untuk pengamatan daratan. Satelit ini memiliki periode kunjungan ulang (revisiting period) 46 hari. Akan tetapi, untuk kepentingan pemantauan bencana alam atau kondisi darurat satelit ALOS ini mampu melakukan observasi dalam waktu dua hari. ALOS dapat digunakan untuk kartografi, observasi regional, pemantauan bencana dan peninjauan sumberdaya.

Gambar 1. Satelit ALOS (JAXA EORC,1997)

Satelit ALOS mempunyai 5 misi utama, yaitu:

(27)

4. Untuk memberikan kontribusi terhadap penelitian sumberdaya alam. 5. Untuk meningkatkan teknologi pengamatan daratan (pengembangan

teknologi).

Tabel 2. Spesifikasi ALOS

No Tipe Karakteristik

1 Bobot 4 ton

2 Jangka Waktu 3-5 Tahun

3 Ketinggian Orbit 691, 65 Km (di khatulistiwa)

4 Periode Orbital 98,7 menit

Sumber : http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS (diakses 14 Agustus 2011)

Untuk pencapaian misi, satelit ALOS dilengkapi dengan tiga buah sensor penginderaan jauh dengan kemampuan pandangan sisi (side looking). Tiga buah sensor tersebut terdiri dari dua buah sensor optik yaitu sensor PRISM

(28)

2.2.1 Sensor ALOS AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infared Radiometer Type-2)

Tujuan utama dari satelit ALOS AVNIR-2 adalah untuk pemetaan penutup lahan, pemantauan bencana alam dan untuk pemantauan lingkungan regional. Sensor ALOS AVNIR-2 adalah suatu pencitraan multispektral dengan 4 kanal spektral pada daerah tampak dan inframerah dekat untuk pengamatan daratan dan zona garis pantai. Lebar liputan satuan citra sebesar 70 km dengan resolusi spasial 10 meter. Dengan kemampuan side looking dari sensor, dan kemampuan sensor untuk melakukan pandangan menyilang jejak satelit (cross track) (+/- 44°), pengamatan daerah-daerah bencana dalam waktu pengulangan 2 hari dapat dilakukan, dan lebar liputan dapat mencapai 1500 Km.

Dengan karakteristik teknis ALOS AVNIR-2, maka tujuan utama dari AVNIR-2 untuk pemetaan penutup lahan dan pemantauan bencana alam akan dapat dicapai. Citra hasil pengamatan AVNIR-2 akan efektif digunakan untuk menghasilkan peta-peta penutup lahan dan peta klasifikasi tata guna lahan untuk pemantauan lingkungan regional.

Gambar 2. Sensor ALOS AVNIR-2 (JAXA EORC-1997)

(29)

Karakteristik umum sensor ALOS AVNIR-2 disajikan pada Tabel 2, namun demikian sensor ALOS AVNIR-2 tidak dapat mengamati daerah-daerah di luar 88, 4° Lintang Utara dan 88, 5° Lintang Selatan.

Tabel 3. Karakteristik ALOS AVNIR-2

Sumber : http://www.eorc.jaxa.jp/ALOS (diakses 14 Agustus 2011)

2.3 Karakteristik Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat

kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan

(performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan

tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land

characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara

langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik

(30)

Karakteristik lahan (land characteristics) mencakup faktor-faktor lahan

yang dapat diukur atau ditaksir besarnya seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah,

air tersedia, dan sebagainya. Satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh

terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat

berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah tidak tanahnya diolah, kepekaan

erosi, dan lain-lain. Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam

evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena adanya interaksi dari beberapa

karakteristik lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

2.4 PT. Perkebunan Nusantara VIII

Dalam upaya mengkonsolidasi peran Perusahaan Negara (BUMN) sektor perkebunan dalam kerangka pembangunan nasional dan pembangunan ekonomi serta menyiapkan diri menghadapi gerakan ekonomi global, maka pihak pemerintah bersama Departemen Pertanian melakukan program konsolidasi bagi semua Perkebunan Negara.

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun Kamil, S.H., No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C2-8336.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996.

(31)

Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Kegiatan usaha perusahaan meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan/produksi, dan penjualan komoditi perkebunan teh, karet, kelapa sawit, kina, dan kakao.

2.4.1. Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VIII

Perusahaan perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama.

Antara tahun 1957 – 1960 dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan perkebunan eks milik swasta Belanda/Asing (antara lain : Inggris, Perancis dan Belgia) dibentuk PPN-Baru cabang Jawa Barat.

Dalam periode 1960 – 1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam lingkup PPN-Lama dan PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN Kesatuan Jawa Barat II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat IV dan PPN Kesatuan Jawa Barat V.

Selanjutnya selama periode 1963 – 1968 diadakan reorganisasi dengan tujuan agar pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka Tanaman VII, PPN Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN Aneka Tanaman X, yang mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN Aneka Tanaman XI dan PPN Aneka Tanaman XII yang mengelola tanaman karet. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, pada periode 1968 – 1971, PPN yang ada di Jawa Barat diciutkan menjadi tiga Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) meliputi 68 kebun, yaitu :

 PNP XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan), meliputi

(32)

 PNP XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII, sebagian eks PPN Aneka Tanaman VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII;  PNP XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX, dan PPN Aneka Tanaman X.

Sejak tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (Persero). Dalam rangka restrukturisasi BUMN Perkebunan mulai 1 April 1994 sampai dengan tanggal 10 Maret 1996, pengelolaan PT Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII digabungkan di bawah manajemen PTP Group Jabar. Selanjutnya sejak tanggal 11 Maret 1996, PT Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

2.4.2. Komoditi PT. Perkebunan Nusantara VIII

PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan BUMN yang bergerak pada sektor perkebunan dengan kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan, dan penjualan komoditi perkebunan seperti teh, karet, dan sawit sebagai komoditi utamanya, serta kakao dan kina sebagai komoditi pendukungnya. PTPN VIII mengusahakan komoditi teh, karet, kina, kakao, sawit dan gutta percha dengan areal konsesi seluas 118.510,12 hektar.

Budidaya teh diusahakan pada areal seluas 25.981,67 ha, karet 27.245,06 ha, kina 4.305,18 ha, kakao 4.335,64 ha, sawit 5.056,69 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri ditambah inti, PTPN VIII juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 8.479,28 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 6.033,28 ha dan karet 2.446 ha.

Jawa Barat menyumbang 60% dari produksi teh nasional dan 80% nya berasal dari teh produksi PTPN VIII. Sampai saat ini, PT Perkebunan Nusantara VIII mengelola 41 kebun dan 1 unit rumah sakit. yang tersebar di 11 kabupaten/kota di Jawa Barat dan 2 kabupaten di Propinsi Banten (PTPN VIII, 2011).

(33)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2011 - Februari 2012. Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pengelolaan kelapa sawit. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang terletak di Desa Cimulang, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, PT. Perkebunan Nusantara VIII terletak pada koordiant 106° 42 00” - 106° 44 00 BT dan 06° 2930- 06° 32 30LS. Proses pengolahan data dan analisis spasial dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

(34)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian secara umum terdiri dari beberapa tahapan pengerjaan, yaitu : 1) tahap persiapan dan pengumpulan data, 2) survei lapang, dan 3) tahap pengolahan dan analisis data

3.3.1. Persiapan dan Pengumpulan Data

Pada tahap persiapan dilakukan studi pustaka dan pengumpulan data baik yang berasal dari penelitian sebelumnya dan data penunjang lain (berbagai jurnal ilmiah, prosiding seminar, artikel ilmiah, dan buku teks yang terkaitan dengan penelitian) untuk memahami metode yang telah berkembang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, dilakukan eksplorasi perangkat lunak (software) ArcGIS versi 9.3 dan Arc View 3.3. Selain itu, dilakukan juga proses identifikasi lokasi penelitian dengan menggunakan Citra Satelit yaitu ALOS AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infared Radiometer Type-2) dan software ArcGIS versi 9.3 dan Arc View 3.3 daerah-daerah mana saja yang pada citra terdapat perkebunan kelapa sawit sehingga dapat dilakukan pencocokan koordinat ataupun sebagai acuan dengan menjadikan peta kerja hasil dari pengidentifikasi Citra Satelit yaitu ALOS AVNIR-2 tersebut. Peta kerja adalah peta yang digunakan sebagai acauan ataupun sebagai petunjuk dalam melakukan proses pengecekan lapang sehingga ketika di lapangan atau berada di lokasi penelitian tinggal mencocokkan apa yang sudah diidentifikasi dengan keadaan di lapangan. Peta kerja ini digunakan sebagai acuan dalam tahap pengecekan lapang.

3.3.2. Tahap pengecekan lapang

(35)

Pada tahap pengecekan lapang ini juga dilakukan tahap pengambilan data-data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini. Data-data-data yang diperoleh berupa data produksi, data pengelolaan, dan data curah hujan dari lokasi penelitian. Pengamatan daerah sekitar lokasi pengambilan titik koordinat juga dilakukan seperti pengamatan vegetasi, pengamatan pengelolaan yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII, serta pengamatan kehidupan sosial masyarakat di sekitar lokasi penelitian PT. Perkebunan Nusantara VIII.

3.3.3. Tahap pengolahan dan Analisis Hasil

Proses analisis dimulai dengan mencocokkan penggunaan lahan perkebunan kelapa sawit pada saat pengecekan lapang dengan identifikasi perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang dikenampakan Citra ALOS AVNIR-2. Apabila terjadi ketidak cocokan antara hasil interpretasi pada Citra ALOS AVNIR-2 dengan hasil pengamatan di lapangan maka akan diganti record yang salah pada data atribut di Citra ALOS AVNIR-2. Data yang telah terkumpul baik dari data sekunder (peta tematik dan data demografi) maupun data primer kemudian dianalis dengan Sistem Informasi Geografis sehingga dapat diperoleh peta lereng dan produktivitas kelapa sawit, peta tanah dan produktivitas kelapa sawit, dan peta dosis pemupukan dan produktivitas PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. Peta-peta tersebut diperoleh dari hasil peta kelas lereng, peta blok kebun, peta tanah, data produktivitas, dan pemupukan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang.

Koreksi Geometrik

(36)

GCP diperoleh dengan menggunakan titik koordinat yang sudah ada pada peta tersebut. Akurasi koreksi geometri dapat dinilai dengan melihat nilai

RMS-error (root mean square-error) yang merupakan tingkat ketepatan pengambilan titik terhadap peta rupa bumi yang berfungsi sebagai referensi. Semakin kecil nilai RMS-error (RMS<1), ketepatan titik GCP semakin tinggi.

Onscreen digitizing

Onscreen digitizing merupakan suatu proses untuk mengubah data spasial dari format raster (peta yang sudah disiam) menjadi format vektor untuk memudahkan proses analisis dalam SIG. Onscreen digitizing menangkap data dari gambar atau peta yang sudah disiam dengan menggunakan mouse dan menciptakan layer peta dengan tema tertentu, misal batas administrasi daerah atau kemiringan lereng. Penambahan informasi dilakukan juga pada proses ini, yang tergantung jenis data vektor yang digunakan, seperti poligon, garis, atau titik.

Kemudian dilakukan proses digitasi, tujuan dilakukan digitasi adalah untuk memperoleh peta digital dengan struktur data vector dan memiliki informasi spasial seperti koordinat. Setelah digitasi selesai, langkah selanjutnya adalah pengisian data atribut. Data atribut dapat dikategorikan data non spasial, karena peranannya tidak menunjukkan posisi tetapi keterangan mengenai informasi suatu wilayah. Data atribut ini berupa kemiringan lereng, no blok kebun, peta tanah, data produktivitas, pemupukan kelapa sawit, dan informasi-informasi lain yang dibutuhkan.

Proses tumpang tindih (overlay) dilakukan pada peta. Proses overlay ini dilakukan dengan menggunakan fungsi irisan (intersect two themes), proses ini menyimpan feature yang berada didalam area spasial dalam kedua tema. Tema yang digunakan untuk proses ini adalah peta kelas lereng dengan peta blok kebun dan peta tanah dengan blok kebun dari lokasi penelitian.

(37)

Sedangkan, peta lereng adalah peta yang menggambarkan kelas lereng atau topografi suatu daerah dan biasanya dibagi kedalam kelas-kelas lereng. Blok-blok kebun yang dihasilkan ini kemudian dianalisis berupa analisis data atribut. Tujuan dilakukan analisis data atribut adalah untuk mengetahui pengaruh antara karakteristik lahan terhadap produktivitas dan pengelolaan kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang.

Faktor Peneraan Umur Tanam Kelapa Sawit

Analisis ini dilakukan secara statistitik terhadap produktivitas kelapa sawit untuk menghilangkan faktor umur tanaman kelapa sawit (faktor peneraan). Faktor peneraan dilakukan untuk menganalisis hubungan antara produktivitas kelapa sawit dengan faktor lereng, tanah, dan pemupukan tanpa memperhitungkan faktor umur tanaman kelapa sawit. Umur tanam kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang terdiri dari berbagai macam, sehingga untuk melihat hubungan antara produktivitas kelapa sawit dengan faktor lereng, tanah, dan pemupukan peneraan umur tanaman perlu dilakukan (hasil perhitungan berdasarkan peneraan umur tanam kelapa sawit disajikan pada Tabel Lampiran 1). Rumus faktor peneraan umur tanam kelapa sawit :

Yt = Ῡ+ (Ya-Ŷ)

Yt : Produktivitas kelapa sawit dengan peneraan umur tanam Ῡ : Rata-Rata Produksi

Ya : Hasil analisis regresi umur tanam kelapa sawit

Ŷ : Rata-rata produksi ditambah produksi dan dikurang umur tanam kelapa sawit

Analisis One-Way Anova

Analisis One-Way Anova adalah analisis yang digunakan untuk menguji perbandingan rata-rata antara beberapa kelompok data. Pada analisis ini hanya terdapat satu variabel dependen dan variabel independen. Data dependen yaitu data produktivitas kelapa sawit dengan tipe data kuantitatif.

(38)

Prosedur One-Way Anova adalah yang digunakan untuk menguji hipotesis kesamaan rata-rata antara dua grup variabel atau lebih yang tidak berbeda.Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal, yaitu: tingkat signifikansi atau probabilitas (α) dan tingkat kepercayaan atau confidence interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai dengan 0,1. Yang dimaksud dengan tingkat signifikansi adalah probabilitas melakukan kesalahan tipe I, yaitu kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis tersebut benar. Tingkat kepercayaan pada umumnya ialah sebesar 95%, yang dimaksud dengan tingkat kepercayaan ialah tingkat dimana sebesar 95% nilai sample akan mewakili nilai populasi dimana sample berasal. Jika setelah dilakukan proses analisis variabel pemupukan nilai signifikansi >0,05 maka variabel pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit.

Analisis Ekonomi Pengelolaan Kelapa Sawit

Jenis pupuk yang diberikan untuk kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah Pupuk N (urea), pupuk Mg (dolomit), pupuk N.P.K, dan pupuk Kalium phosphate. Dosis pupuk pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang pemberiannya didasarkan pada tahun tanam kelapa sawit dan disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian Kelapa sawit.

(39)

Tabel 4. Kategori Dosis Pemupukan (Kg/Pohon)

Analisis ekonomi dilakukan dengan membagi dosis pemupukan kelapa sawit menjadi empat kategori berdasarkan dosis pemupukan yang paling sedikit diberikan sampai dosis pemupukan yang paling banyak diberikan. Kemudian dilakukan asumsi harga 1 Kg keempat jenis pupuk yang diberikan dengan 1Kg pupuk urea seharga Rp 3.500, harga 1kg pupuk dolomit seharga Rp 1.000, harga 1Kg pupuk NPK seharga Rp 6.000, dan harga 1Kg pupuk Kalphos seharga Rp 5.000 setelah itu dikalikan dengan dosis pemupukan.

Tabel 5. Kategori Biaya Pemupukan (Rp/Pohon) Pemupukan Urea

(40)
(41)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang pengelolaan kelapa sawit. Awalnya PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang merupakan perkebunan teh kemudian menjadi perkebunan karet dan akhirnya menjadi perkebunan kelapa sawit pada tahun 2005. Untuk saat ini di Perkebunan Cikasungka belum memiliki unit Pengolahan Kelapa Sawit sendiri. Hasil panen dari Perkebunan Cikasungka Bagian Cimulang berupa Tandan buah Sawit Segar (TBS) setiap hari dikirim ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN VIII Kertajaya di Kabupaten Lebak Banten. Selanjutnya bahan baku tersebut diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan PalmKernel Oil (PKO).

(42)

PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang terletak di wilayah Desa Cimulang, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat berjarak 20 Km dari Kota Bogor dan 34 Km dari Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Secara geografis, PT. Perkebunan Nusantara VIII terletak pada koordiant 106° 42 00” - 106° 44 00 BT dan 06° 29 30- 06° 32 30 LS. PT. Perkebunan Nusantara VIII memiliki areal yang terletak meliputi bagian dari delapan desa yaitu Desa Candali, Cimulang, Bantarsari, Bantarjaya, Pasirgaok, Pabuaran, Bojong, dan Kemang. Delapan desa ini terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Kemang dan Kecamatan Rancabungur (Gambar 5).

(43)

Gambar 6. Kondisi Lapang Daerah Penelitian

A B

C D

Gambar 6. A. kondisi jalan di areal perkebunan kelapa sawit; B. kondisi kebun kelapa sawit; C. kondisi permukaan lokasi gawangan perkebunan kelapa sawit; D. kondisi permukaan lokasi piringan perkebunan kelapa sawit

4.2. Topografi

(44)

Semakin curam lereng, maka lahan semakin tidak sesuai untuk pertanaman dan semakin tinggi biaya pengelolaannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Untuk penelitian di PT. Perkebunan Nusantara VIII kelas lereng dibagi menjadi sebanyak empat kelas yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kelas Lereng

Kelas Kelas lereng bentuk wilayah

A 0-8 % datar

B 8-15% berombak

C 15-25% bergelombang

D 25-40% berbukit

(Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)

4.3 Jenis tanah

PT. Perkebunan Nusantara VIII memiliki 8 macam tanah yaitu Oxic Dystopept, Aquic Humitropept, Oxic Humitropept, Tropeptic Eutrorthox, Typic Haplohumult, Orthoxic Palehumult, Epiaquic Palehumult, Humoxic Tropohumult, dan Typic Tropohumult. Tanah yang paling banyak ditemukan penyebarannya adalah macam tanah Typic Haplohumult dan Typic Tropohumult.

(45)

Tabel 7. Macam tanah PT. Perkebunan Nusantara VIII

(Sumber : PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang)

4.4 Geologi, Fisiografi dan Bahan Induk

Berdasarkan Hasil Studi Kelayakan Tahap 1 Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Tahun 2002, unit kebun Cimulang masuk dalam formasi kuarter vulkanik dengan fisiografi dataran vulkanik dan bahan induk berupa tufa batu apung pasiran.

4.5 Penggunaan Lahan

PT. Perkebunan Nusantara VIII memiliki areal produktif dan areal non produktif. Areal produktif digunakan untuk lahan tanaman, kebun campuran, jalan dan bangunan yang meliputi perumahan, sekolah, dan kantor. PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan kebun inti dan tidak mempunyai kebun plasma dan pabrik pengolahan hasil. Kebun inti adalah perusahaan perkebunan besar (milik swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah) yang telah memiliki legalitas hukum yang bergerak dibidang perkebunan, sedangkan kebun plasma adalah pekebun atau petani yang tergabung dalam koperasi yang bekerjsama dengan perusahaan perkebunan.

Macam tanah Luas (ha)

Oxic Dystopept 141,34

Aquic Humitropept 71,84

Tropeptic Eutrorthox 77,05

Typic Haplohumult 237,47

Orthoxic Palehumult 118,46 Epiaquic Palehumult 20,58 Humoxic Tropohumult 147,05

Typic Tropohumult 190,54

(46)

Untuk saat ini di Perkebunan Cikasungka belum memiliki unit Pengolahan Kelapa Sawit sendiri. Hasil panen dari Perkebunan Cikasungka Bagian Cimulang berupa Tandan Buah Sawit (TBS) segar setiap hari dikirim ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN VIII Kertajaya di Kabupaten Lebak Banten. Pabrik ini berkapasitas olah 30 ton TBS/jam. Selanjutnya bahan baku tersebut diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan PalmKernel Oil (PKO).

Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan PT. Perkebunan Nusantara VIII Penggunaan lahan Luas (ha)

Kebun sawit 1.004,33

Jalan kebun 38,05

Jalan aspal 0,93

Lapangan olahraga 3,05

Emplacement 7,40

Makam 2,05

Sekolah 1,61

Mesjid 0,18

Rumah penduduk 0,22

Total 1050,42

(Sumber : Nurmala, 2009)

(47)

4.3 Iklim dan Curah hujan

Salah satu syarat tumbuh untuk kelapa sawit adalah iklim dan curah hujan, pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang hanya terdapat satu stasiun pengamatan curah hujan. Hal ini mengakibatkan curah hujan di lokasi penelitian tidak bervariasi dan juga diakibatkan oleh luasan daerah yang sempit. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang beriklim basah (bulan kering 2-3 bulan sekitar bulan Maret sampai Mei dan bulan basah 9-10 bulan sekitar bulan Juni sampai Februari) dengan curah hujan rata-rata pertahun diatas 3000 mm, jumlah hari hujan rata-rata 158 hari, bersuhu 27-32°C dengan suhu rata-rata 29,5°C, intensitas penyinaran matahari rata-rata sekitar 5-7 jam per hari. Rerata curah hujan tahunan dan hari hujan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang ini tergolong tinggi, tetapi penyebaran hujannya kurang merata dan sedikitnya jumlah hari pada bulan-bulan tertentu. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson berada pada tipe A dengan menggunakan nilai Q=Jumlah bulan kering/Jumlah bulan basah x 100. Hasil dari pengamatan dapat dilihat sebagai rekaman curah hujan.

(48)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang

Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 03 Agustus 2009 seperti yang tampak pada Gambar 8. Untuk dapat memberikan gambaran citra yang alami kenampakannya, maka perlu dibuat citra komposit (kombinasi tiga band). Adapun kombinasi band yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara Band 3, Band 2, dan Band 1 yang masing-masing dimasukkan dalam band merah, hijau, dan biru secara berturut-turut yang menghasilkan kenampakan alami (natural colour). Gambar 8 merupakan hasil komposit alami dari kombinasi band tersebut:

(49)

Analisis kenampakan perkebunan kelapa sawit menggunakan SIG dan

Remote Sensing ini diperlukan untuk menganalisis kenampakan perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang melalui citra satelit. Perkebunan kelapa sawit juga merupakan salah satu industri yang berkaitan sangat erat dengan lahan atau faktor geografis, maka banyak hal yang dapat terbantu dengan memanfaatkan SIG ini. Kelapa sawit dalam pertumbuhannya akan mengalami perubahan fisik sehingga dapat dipantau dengan data dari citra satelit, yaitu dengan mengamati umur tanaman menggunakan citra satelit dengan melihat tekstur, warna, dan pola yang ada pada Citra ALOS AVNIR-2.

Berikut merupakan gambaran PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor yang dipotong dari Citra ALOS AVNIR-2 dengan berbagai macam skala untuk melihat kenampakan warna, tekstur, dan pola sebagai dasar identifikasi umur tanam kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang (Gambar 9).

A

B C

(50)

Tabel 9. Kunci Interpretasi Kelapa Sawit pada Citra ALOS AVNIR-2

Berdasarkan hasil interpretasi pada Tabel 9 teridentifikasinya perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang pada Citra ALOS AVNIR-2 adalah berdasarkan pada kunci interpretasi tekstur, warna, dan pola. Hal ini terlihat dari warna hijau tanaman kelapa sawit dan tekstur yang cenderung kasar akibat tajuk tanaman kelapa sawit dan penanaman kelapa sawit yang ditanam dengan pola yang sama. Perkebunan ini memiliki berbagai macam umur tanam kelapa sawit, hal ini diketahui dari perbedaan warna hijau pada kenampakan citra. Tekstur dan warna pada citra untuk tanaman kelapa sawit yang tahun tanamnya lebih tua adalah cenderung lebih kasar dan memiliki warna hijau tua. Hal ini dikarenakan tajuk tanaman kelapa sawit telah berkembang lanjut dan memiliki luas daun yang lebih besar dari tanaman kelapa sawit yang lebih muda (Gambar 9B).

Mayoritas tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam yang lebih tua terlihat mendominasi di sebelah barat dari perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. Bagian tengah dan timur perkebunan kelapa sawit ini warna hijau tua tidak mendominasi karena terdapat berbagai macam tahun tanam kelapa sawit. Warna hijau yang lebih muda dari kenampakan citra di sebelah timur diidentifikasi tanaman kelapa sawit yang tahun tanamnya lebih muda (Gambar 9C).

Menurut Sitoms (2004) umur tanaman kelapa sawit dapat diteliti dengan menggunakan penginderaan jauh karena tanaman kelapa sawit memiliki pola penanaman yang teratur, yaitu pengelompokan penanaman dalam setiap blok secara teratur berdasarkan tahun tanam yang sama.

(51)

Pola penanaman kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah berdasarkan blok dengan tahun tanam kelapa sawit yang sama. Sehingga kenampakan pola kelapa sawit pada citra ALOS AVNIR-2 adalah pola tanaman yang teratur.

Infrastruktur jalan di kawasan perkebunan ini sudah cukup baik, hal ini terlihat dengan adanya garis-garis lurus teratur yang ada pada citra. Garis ini diidentifikasi sebagai jalan utama dan jalan setapak. Jalan-jalan ini dapat memudahkan dalam proses penggangkutan hasil panen kelapa sawit.

Gambar 10. Hasil Interpretasi Citra ALOS AVNIR-2

(52)

Tahun tanam 2002 merupakan tahun tanam yang paling tua sedangkan tahun tanam 2005 merupakan tahun tanam yang paling muda pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang (Gambar 10).

Hasil interpretasi antara Citra ALOS AVNIR-2 dengan peta tahun tanam kelapa sawit dapat membantu dalam identifikasi umur tanam kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, karena terdapat beberapa blok kebun yang tidak dapat diidentifikasi langsung dengan hanya melihat citra ALOS AVNIR-2.

Hal ini terlihat pada tahun tanam 2002, 2003, 2004, dan 2005 yang terletak dengan blok kebun yang berdekatan sehingga menyulitkan dalam identifikasi umur tanam kelapa sawit. Hal ini disebabkan, kenampakan kelapa sawit di citra yang memiliki warna dan tekstur kenampakan yang hampir sama, karena umur tanam kelapa sawit yang tidak berbeda jauh. Kenampakan ini terlihat dibagian tengah lokasi perkebunan kelapa sawit yang dalam satu wilayah memiliki blok-blok kebun dengan tahun tanam 2003, 2004, dan 2005 yang letaknya berdekatan. Kelapa sawit dengan tahun tanam 2002 dan 2005 dapat diidentifikasikan secara langsung tanpa menggunakan hasil interpretasi antara peta tahun tanam dengan Citra ALOS AVNIR-2 karena perbedaan warna, tekstur, dan pola yang lebih berbeda yang disebabkan perbedaan tahun tanam yang cukup jauh. Selain itu, letak blok kebun dengan tahun tanam 2002 hanya terletak di bagian barat perkebunan sehingga bisa langsung dapat diidentifikasi.

Penggunaan Remote Sensing yang memanfaatkan foto udara dari satelit, juga dapat memberikan gambaran tentang kondisi tanaman pada suatu saat, sehingga dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa sawit. Pada kebun tanaman kelapa sawit, penggunaan foto udara akan memungkinkan melihat satu per satu tegakan pohon, sehingga jumlah tanaman yang masih memerlukan pemupukan, akan dapat terhitung nyata.

(53)

5.2 Hubungan antara Lereng dengan Produktivitas Kelapa Sawit

Menurut Hartanto (2011) bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang akan mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, serta efektivitas pemupukan. Bentuk wilayah yang cocok untuk kelapa sawit adalah bentuk wilayah datar sampai berombak. Untuk wilayah bergelombang sampai berbukit kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang berada pada wilayah dengan topografi kemiringan lereng 0-<40%. Kemiringan lereng ini dibagi menjadi empat kelas lereng yaitu datar (0-8 %), berombak (>8-<15%), bergelombang (>15-<25%), dan berbukit (>25-<40%).

Gambar 11. Peta Lereng dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang

Gambar

Gambar 5. Peta Administrasi PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang
Gambar 6. Kondisi Lapang Daerah Penelitian
Gambar 8 merupakan hasil komposit alami dari kombinasi band tersebut:
Gambar 9. A. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang; B. Blok kebun dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pengabdian ini melibatkan 32 orang guru-guru Sekolah Dasar terdiri dari 4 orang laki laki dan 28 orang perempuan yang sedang kuliah di UPBBJJ Pekanbaru,

Nur Aini Umi Mardiyati, (123111316), Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an, Skripsi: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Kadar AST serum tinggi dapat ditemukan setelah terjadi infark miokardium ( MI ) akut dan kerusakan hati. Pada penderita infark jantung akut, SGOT / AST akan meningkat setelah 6 -

As generally in Indonesia, batik industry is currently still a class of small and medium enterprises (SMEs). One of the quite popular in Indonesia is Bantul batik. Of

Pihak produsen harus bisa menciptakan produk kartu perdana yang memiliki keunggulan dan kelebihan dibanding produk kartu perdana lainnya dan juga menciptakan kualitas

Dari pelaksanaan pre-tes yang dilakukan peneliti yang bertindak mengajar dan meneliti pada materi pelajaran ruang lingkup kearsipan diperoleh data sebagai berikut:

Adat dan kepercayaan di daerah Bugis Bone terhadap rumah tradisionalnya Beberapa wasiat yang menjadi perhatian terhadap rumah tradisional, baik dalam proses pembuatan rumah yang