OKTOBER 2013
I
VOLUME 5
NOMOR2
ISSN 1907-3933JURNAL
LANSKAP INDONESIA
perencanaan
REDAKSI
Ketua Editor
Dewan Editor
Editor Teknis
perancangan
pengelolaan
tanaman
Hadi Susilo Arifin (Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta JPB)
Wahju Qamara Mugnisjah (Oepartemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB)
Andi Gunawan (Departemcn Arsitektur Lanskap, Faperta IPB)
Aris Munandar (Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB)
Nizar Nasrullah (Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta
lPB)
Qodarian Pramukanto (Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB)
Kaswanto (Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB)
Fitriyah Nurul H. Utami (Departemen J\rsitektur Lanskap, Faperta IPB)
Pingkan Nuryanti (Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta JPB)
Rosyidamayanti TM. (Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB)
ALAMAT REDAKSI Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian lnstitut Pertanian Bogor,
JI.
Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor -16680, Telephone/ Fax: 0251-8422415Website: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jli/index E-mail : j.lanskapindonesia@gmail.com
JURNAL LANS.KAP INDONESIA merupakan jurnal ilmiah De partemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian lnstitut Pertanian Bogor dan Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI). Jumal ini dipublikasikan dua kali daJam setahun. Rcdaksi mengundang para pencliti dan praktisi bidang Arsitektur Lanskap dan bidang Jain yang terkait untuk mengirimkan artikel berupa Iaporan hasil peneJjtian maupun pemikiran dan tulisan akademik mengenai perencanaan, perancangan, pengeloJaan dan tanaman dalam lanskap. Artikel yang dikirimkan beJum pcrnah dipublikasikan di jurnal berkala ilm.iah lainnya. Keterangan lebih lanjut mengenai pedoman penuJisan artikel terdapat di bagian akhir jumal dan untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi redaksi.
HARGA BERLANGGANAN per tahun Rp 180.000,00 bagi institusi dan Rp 140.000,00 bagi individual (bclum terrnasuk ongkos kirim jika alamat pelanggan di luar Jabodetabek). Biaya berlangganan dapat ditransfer ke rekening a.n. Departemen Arsitektur Lanskap Bank BNI Bogor No Rek. 007 404 7476.
DAFTAR ISi VOL
5
NO 2, 2013
KAJIAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA DAS CILIWUNG HULU DENGAN
1PENDEKATAN SPASIAL DINAMIK
Study of Ln11d Cover Clin11gi11g
i11Ciliw1111g Upper Streamwith Spatial Dynamic Approacl1
Dedi Ruspendi I Setia Hadi I Omo Rusdiana
KAJIAN PEMBENTUK KARAKTERISTIK LANSKAP MELA YU PADA LANSKAP KOT A
PEKANBARU, RIAU
Study of Mfllay Landscape Clinracteristics
i11Peka11bnm City, Riau
M. Arlhum Artha
I
NurhayaliI
Aris MunandarECO-AESTHETICS GREEN PANEL PADA BANGUNAN RUMAH TJNGGAL
Study of Green Panel Eco-aestl1etics in House 811 ilding
Wiwiek Dwi Serlan
I
Andi GunawanI
Bambang Sulistyantara7
15
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA PESISIR LALONG KOTA LUWUK,
21
SULAWESI TENGAH
Lnndscnpe Planning of Coastal Tourism Area i11 Lalo11g
LuwukCity, Central Sulawesi
Debora Budiyono
I
Siti NurisjahI
Luky AdrianloEV ALUASI KUALITAS VISUAL DAN FUNGSIONAL RUMPUT LAPANGAN
SEPAKBOLA
Evaluation of Visual and Fuctional Qualities of Soccer Field's Grass
E. Junathan Muakhor
I
Nizar NasrullahI
Afra ON Makalew29
KARATERISTIK HABITAT MUSIM DINGIN SIKEP MADU ASIA (PERNIS
37
PTYLORHYNCHUS) DI TALAGA BODAS, JAWA BARAT BERBASIS DATA SATELLITE
TRACKING
Habitat 0 1araderistics of Onental Honey-buzzards (Pernis pthyloryncln1s) Wintering
i11Talaga Bodas, West
Java Based
011Satellite Tracking Data
Presti Ameliawati
I
SyartiniliaI
Yeni A. MulyaniI
Hiroyoshi HiguchjDFSAIN ARTWORK PADA TAMAN PULAU DAN MEDIAN ]ALAN DI JALAN MEDAN
43MERDEKAJAKARTA
Arhuork Design on The Traffic lsland and Street Median in Medan Merdeka Street, Jakarta
Sigit Mulyansyah
I
Dewi Rezalini AnwarPENGANTAR REDAKSI
manusia dan alam. Nilai budaya pada suatu lanskap merupakan salah satu aspek penting yang jika difungsikan secara maksimaJ dapat memberikan banyak manfaat bagi suatu wilayah, baik dari segi fisik, sosiaJ maupun ekonomi. Nilai budaya pada suatu lanskap merupakan salah satu topik studi yang belum banyak digali di Indonesia yang kaya akan keragaman ekosistem dan eb1is. Artikel tentang studi nilai budaya Melayu dengan studi kasus di Riau yang dimuat pada edisi Jurnal Lanskap Indonesia Volume 5 Nomor 2 kali ini diharapkan dapat menjadi contoh pendekatan dalam melakukan kajian tentang lanskap budaya bagi para pemerhati Janskap budaya di Indonesia
Pada edisi ini, perhatian terhadap fungsi tata hijau di perkotaan dimunculkan melalui beberapa artikel tentang perubahan ruang terbuka hijau, serta teknologi rekayasa s uhu melalui penggunaan
green panel.
Artikel Jain dengan tema perencanaan ruang terbuka di kota dan area wisata di beberapa tern pat di Indonesia yang dilakukan dengan beragam pendekatan, menunjukkan bahwa kajian tentang pengembangan metode perencanaan Janskap di Indonesia masih terus diperlukan mengingat bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki karakter lanskap yang unik.Redaksi menyampaikan terima kasih kepada para reviewer yang telah mengkaji seluruh artikel yang diterbitkan pada edisi JU Volume 5 Nomor 2 tahun 2013. Redaksi berharap berbagai artikel yang ditampilkan dapat menambah wawasan bagi para arsitek lanskap pada khususnya, dan bagi profesi lain yang terkait dengan bidang ini pada umunmya dalam berkarya untuk menjaga keberlangsungan bentang a lam di seluruh Indonesia.
Redaksi
Cover: Lanskap Permukiman di Kota Pontianak {Aminsyah, 2011).
iv
KARATERISTIK HABITAT MUSIM DINGIN SIKEP MADU ASIA
(PERNIS
PTYL ORHYNCHUS)
DI TALAGA BODAS, JAWA BARAT
BERBASIS DATA SATELLITE TRACKING
H abitat CharacterisNcs of
Oriental Ho11ey-lmzzards (Perttis
pthylonJn cl111s) W iutering ill Ta laga Botlas, W est Java Based
0 11 Satellite Tracking Data
Presti Ameliawati
Alumni Program Studi Arsitektur
Lan<tkap Sekolah Pascasarjana !PB
e-maLI: prestiamehawatie;yahoo.cojcl Syartinilia
Sta( Pengajar [)(>partemen Arsitektur
Ldnskap Fakulras Pertaruan !PB
Yenj A. MuJya ni
Sraf Pengajar Dcpartemen Konservas1
Sumbcrdaya Hu tan dan Ekowisara Fakultas Kehutanan, !PB
Hiroyoshi Higuchi GraJuate School of Media and
Governance, Keio University, Japan.
PENOAHULUAN
Menurut Meyburg& Lobkow (1994),
raptor merupakan pemangsa (top prcd.itor) ya ng berada di puncak
rantai makanan, sehlngga
populasinya tergantung pada
ekosistem dimana mereka tinggal
atau bermigrasi. Raptor cuk up
sensitif terhadap perubahan
ekosistem dan rentan terhadap
polutan. Oleh karena itu, keberadaan mereka telah diakui secara luas
sebagai indikator unluk
keberlanjuta n ekosistem dalam skala g lobal (makro). Menurut Supriatna (2010), Indonesia tercatat mem.iliki 75 jenis raptor. Salah satu raptor tersebut adalah Sikep Madu Asia
(SMA)yang menjadj salah satu
burung yang memiliki data base paling bagus dan lengkap.
Sikep Madu Asia (Pemjs
ptilorhynchus) adalah raptor migran yang hidup di kawasan hutan, lahan
yang terolah dan semi-gurun
(Ferguson dan Christie, 2005). SMA memiliki habitat yang umumnya digunakan untuk tiga tujuan, yaitu
reproduksi (breeding habitat),
ABS fRA CT
Onental Honey 811::.zards (OHBs, Penns ptilorliy11chus) are migratory rnptors w/11d1 hnve w111/eri11g grounds 111 f11dones1n. OHBs' wrnlcring Jw/11/11/s c1111 be drmded mlo
core and edge J111b1tals w1l11 unique landsrnpe cliaractens/1cs, 11'/11d1 influence l1'111len11g s1/r selet /um. Talaga8odasands11rroundmgt1r.'alws fi<•emdcn11fiedas wmleri11g Jwb1tat of OHB based sale/11/e lrackmg data. TI1eob1ertwe of tl11s sludy were to: 1) modeling the cfo:/rrbulion of wintering lwbilal of OHB in Talaga Bodas; 2)
analyzemicro J111bilats of trcget11tionaspecl inTalagaBodas; 3) QューャQ 」。 ャャッQQセ@ of 111111/enng Jiab1talmanagemenl in\ Vesl ]m1a. Main methodology was combining salellile-trackmg data of OHB mi/11 the GIS/mnote sensing datausing logtsl1c regression model. 18 Enmronmenlal 11ariable used in this sludy include nearest distance lo the cil'l•atron (0-300m, 300-500111, 500-700111, 700-1000111, >1000111),slope (0-3%, 3-8%, 8-15%, 15-25%, 25-40%, >40%) and la111lcover (water body, paddy ficlcl,abandon land,settlement,slirub,plantntion,foresl). Only 7 variables were detected as important variable for clmracteririzing Ille d1stnbution of wrntering lwbital. Wintering l111b1/11t dislribution model werepredominanlly influenced by 1) slopt. 25%-40,o, 2) ele1•al1011 0-300 111, 3) elernlion 300-500 m, 4) £'/evation > 1000 m, 5) forest, 6) paddy field and
7) waler body. '171.e results of ll1e vegetation 11nalysis's known Iha/ tire core habitat biodiversity tend lo lim•e less variable than lhe edge Jiabitals. The resulls oftl11s studywillbe usedfonnrmagemenf ofwmlennghabitat for OHB.
Key words:logrstfr regress1011, orieula/ honey-buzzards, satelille tracJ..i11g, talaga bodas, wi11ler111g li11bitat
persinggahan (stop-over habita t), dan tinggal sementara pada waktu musim dingm (wintering habitat). SMA sering mengunjungi bukit berhutan dan mempunyai kebiasaan mengambil sarang tawon dan lebah. Sayangnya, beberapa ancaman telah
menghancurkan habitat mereka
karena degradasi huta n yang parah, perburuan liar telah mengancam raptor-raptor penting di Indonesia
(Syartinilia dan Tsuyuki 2008).
Perburuan ilegal juga diakui sebagai salah satu ancaman bcsar yang masih d itemukan d i beberapa Jokasi
di Indonesia meskipun semua
spesies raptor dilindungi oleh
Undang-Undang No 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No 7 & 8
tahun 1999.0leh ka rena 1tu,
diperlukan sebuah model yang
dapat memprediksi daerah
penyebaran/ distribusi habitat
musim dingin bagi SMA.
Data satellite-tracking sangat
berguna untuk mengetahui
distribusi dan karakteristik habitat musi m d ingin SMA di Ka li mantan (Syartinilia ct al 2013). Selain itu satellite tracking merupakan alat
yang ampuh untuk mengetahui pergerakan satwa terutama ketika
satwa tersebut melakukan
pcrgcrakan pada ska la
globaljbermigrasi (Cohn 1999,
Webster et al. 2002).Melalui satellite tracking ini, telah diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu lokasi penting untuk habitat musim dinginSMA.
Sebanyak 49 SMA telah berhasil
dilacak oleh satelit sejak tahun 2003,
dimana salah satu habitat musim
dingin SMA berada di Jawa Baral,
tepatnya di daerah Talaga
Bodas(Syartinilia et al, 2008). Talaga
Bodas merupakan core habitat
(habitat inti)dari SMA. Core habitat adalah habitat utama SMA dan memiliki tingkat perlindungan yang
cukup tiJiggi, terutama dari
gangguan seperti bising, angin,
rad1asi surya, dan peningkatan
predator (Tietje, 2000). Core habitat
memiliki bagian terluar atau bagian
penyangga yang ctisebut edge
habitat (habitat pinggir). Edge
habitat SMA berada dikawasan sekitar Talaga Bodas. Kurangnya
infom1asi dan minimnya data
.
AMELIAWATI. SYARTINILIA MULYANI, HIGUCHI
d1slribus1 habitat musim dingin Sl\IA telah memberikan dampak degradasi lahan dan pembangunan liar dibeberapa kawasan disck1tar Talaga Bodas.Oleh karena itu, infonnasi mengenai distribusi habitat musim dingin habitat bagi SM/\ di Jawa Baral benar-benar diperlukan karena kerusakan habitat menjadi sangat tinggi.
Permasalahan ya ng dikaji adalah belum diketahuin ya distnbusi spasial habitat musim dingin SMA yang merupakan prasyarat untuk memahami ekologi, karakteristik lanskap, serta pengelolaan habitat raptor migran pada umumnya dan habitat musim dinginSMA pada khus usnya. Untuk mengetahu1 hal tersebut perlu diidentifikasi komponen penting yang membentuk karakter habitat musim dingin SMA. Olch karena itu studi ini memiliki tujuan diantaranya adalah; l)
membangun model distribusi habitat musim dingin SMA berdasarkan data satellite tracking di Talaga Bod as dan sekitamya; 2) menganalisis habitat mikro khusus aspek vegetasi dj Talaga Sodas; 3) menyusun implikasi pengelolaan habitat musim dingin SMA d1 Jawa Sa rat.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Talaga Sodas dan sekitamya. Secara adm inis tratif, Talaga Sodas merupakan daerah yang berlokasi ditengah - tengah Tasikmalaya dan
Garut, Jawa Baral Sedangkan model
distribusi habitat dieks trakpolasi di kawasan Jawa Barat.Penelitian ini telah berlangsung pada bulan September 2012 dan diakhiri sampai bu Ian Oktober 2013.
Prosedur Analisis Data
Ana lisis dilakukan dalam dua tahap yang berbeda. Tahap pembuatan model distribusi habitat musim ding.in dan tahap analisis vegetasi di kawasan core dan edge habitat di Talaga Bodas. Pada tahap pertama dilakukan berbagai kegiatan antara lain pembuatan pela penutupan lahan, pengumpuJan data presence
dan pseudo-absence, pernbuatan peta variabel lingkungan, pembuatan model regresi logistik dan validasi model. Ta hap kedua dilakukan perhitungan lndeks Nilai Penting (1NP) dan tingkat keanekaragaman vcgct,1si pada fase pohon, tiang, pancang dan semai di core dan edge habitat di Talaga Sodas.
KJasifikasi citrd pcnutupan Jahan dihasilkan dari s uperv ised classification dengan menggu nakan metode maximum likelihood yang menggunakan arf'a latihan (training area) ya ng diperoleh dari hasil survei lapang. Penutupan Jahan yang diperoleh kemudian diuji akurasinya menggunakan accuracy assesment. Tingkat akurasi yang bisa dipercaya adalah minimal 75%
untuk akurasi keseluruhan (Ariya nty, 2011). Klasifikasi ini terbagi menjadi tujuh kelas penutupan lahan.
Dalam pembuatan model distribusi d iperlukan data presence(titik keberadaan SMA) dan pseudo-absence (titik ketidak adaan SMA). Data presence didapal dari titik satellite tracking berjumlah 250 titik. Sedangkan data pseudo-absence didapat dari titik sampling dengan bantuan random sampleplug-in Hawths Tools pada software ArcGIS sebanyak 250 titik.
Untuk melihat variabel yang mempengaruhi habitat musim dingin SMA, maka perlu membuat
18 variabel lingkungan (euclidean distance} yang digunakan di dalam penelitian ini (Tabet 1). Ana lisis dilakukan berdasarkan pada perbandingan peubah-peubah lingkunga n yang terdapat pada lokasi perjumpaan SMA dan lokasi yang diduga tidak adanya SMA.
Untuk mengetahui variabel yang membentuk karakteristik habitat musim dingin SMA perlu dilakukan analisis regresi logistik dengan metode s tepwise forward. Metode
ini mampu mengeliminasi variabel-variabel yang kurang mempengaruhi habitat musim dingin SMA. Sebanyak 250 titik
38 JURNAL LANSKAP INDONESIA I VOL S NO 2 2013
absenre dan 360 titik satellite akan digunakan. Dimana 250 titik satellite menjad1 data presence yangdigunakan dalam analisis regresi logistik (70%) dan sisanya
no
titiks<itellite akan digunakan untuk validcls1 model (30%). Rumus yang digunakan untuk menggambarkan fungs1 rt>gr('Si logistik sebagai berikut.pゥ ]MMMMMMM M MMセ@
I
+exp[+•+
t.P,xp
)]
Keterangan:
adaldh peluang perjumpaan dengan Sit...ep \fadu Asia, adalah variabel/peubah bebas (covanate), i adalah pixel, , adalah koefisien hasil pengukuran dan k adalah jumlah peubah.
Uj i kclayakan model menilai bagaimuna sebuah model dapat menggambarkan variabel terikat. Untuk melakukan uji kelayakan model, maka digunakan uji Hosmer-Lemeshow (>0,05 model dinyatakan layak). Uji ini cocok untuk model yang terdiri dari beberapa variabeI bebas baik yang bemilai kontinu atau kategorik (Hosmer et al, 1997). Sedangkan koefisien detem1inasi ditentukan dengan menggunakan model Nagelkerke R2 yang analog dengan R2 pada metode kuadrat terkecil untuk fungsi regresi linear berganda (Piorecky dan Prescott,
2006).
label I Vanabel Lmg}.ungJ11
セッ@ Parameter \'ariabel 1.ingkungan Singkalan Sumber I Elevasi Jarak Tcrdd .. a1 kc rJevasi 0-300 me1er HF! B .. siraksi dan
-2 --:i'Wik 1 crdcka1 kc [lcvasi 300-500 meter JTl'2 ASTER DEM yang
-3 hrak I trdekat kc Hcva,i 500-700 meter JTEJ d1bua1 4 Jarak 1 crdckal kc (Je,asi 700- 1000 mc1er hセT@ mcnjadi pc1a
is-
Jarak I crdck•I kc Hcva>1 > 1000 meter J1 ES セQQ」ャゥ、・ュQ@I
distnnCt!
-6 Kemiringan Jaral.. 'Jerdckat ke Kcminngan Laban 0-3 .. JTKl Ocstraksi dari
-7 Lahan Jarak l crdckat kc Keminngan Laban J-8• • HK2 ASTER DEM yang
-8 Jarak lcrdekat kc Kcminngan Laban 8-15% Jl K3 d1bua1
9
Jarak Terdekat kc Kemiringan Lahan 15-25% JrK4 menjadi petaIO Jarak 'lcrdcknt ke Kem1ringan lahan 25-40"/o H'K5 e11clidea11
II Jara!.. Tcrdcka1 le l...cm1ringan Wan ^ TセN@ fl K6 d1s1m1ce
-12 Pcnutupan Jarak r cnlckat kc Badan Atr JTBA Ekstraksi pet.a 13 Lahan Jarak Tcrdckat le Sawah セ@ pcnutupan
セ@
14 Jarak fl:f1lckat kc Laban Kering JTLK lahan yang
-IS Jarak ·1 erdckat ke Pennuk1man JTPK d1buat menjadi
- -
16 Jarnk rcrdckm kc Scmak Belukar JTSl3 pcta eric/idemr17 Jarak lerdcka1 ke Kebun
18 Jarak Terdckat kc I lutan
[image:8.618.43.543.31.796.2]hadir. Sedangkan untuk ekstrapolasi model, diJakukan di wilayah Jawa Barat. Hal ini memberikan gambaran mengenai bagian kawasan yang SC'suai untuk habil.,it musim dingin SMA dan penyebaran di Jawa Barat. Gambar 2 merupakan bagan alir dari penelitian ini.
Tahap kedua dilakukan perhitungan
lndeks Nilai Penting (JNP) dan
tingkat keanekaragaman veget:asi
pada fase pohon, tiang, pancang,
s<>mai di core dan edge habitat di Talaga Bodas. Tahap kcdua ini dilakukan untuk mengetahui habitat mikro pada habitat musim dingin SMA. Adapun indeks nilai penting
(JNP) dapat dituliskan dengan
rumus sebagai berikut:
INP = KR + FR + CR
INP-i
=
KR-i + FR-i + CR-iKeterangan :
INP: Indeks Nilai Penting
INP-i : Indeks Nilai Penting untuk Spesies ke-i
JTKO dis1nnce
JHlr
KR : Kerapatan Relatif
KR-i : Kerapatan Rekatif
untuk Spesies ke-i
FR : Frekuensi Relatif
FR-i Frekuensi Relatif
untuk Spesies ke-i
CR : Luas Penutupan Relatif
CR-i : Luas Penutupan
Relatif untuk Spesies ke-i
Sedangkan untuk mengetahui
keanckaragaman spesies dilakukan dengan metode Shannon-Wiener, yang dapal dituliskan dengan rumus sebagai berikut :
H'
= -
l: Pi In Pi dimana Pi=
.E Ni / NTotalKetcrangan:
H' lndeks Keragaman
Shannon-W iencr
Pi : Jumlah individu suatu
spesies/jumlah total seluruh spesies
Ni : Jumlah individu spesies
ke-i
N total : Jumlah total individu
AMEUAWATI, SYARTINIUA. MULYANI, HIGUCHI
Nilai perh1tungan indeks keragam (H') tersebut menun1ukkan bahwa jika:
H'>3 : Keragaman spesies tinggi
1 <I I' <3: Kcragaman spcsics sedang
H' <I : Keragaman spesies rend ah
haセldanpembahasan@
Model Habitat Musim Dingin
Hasil uji T-Test menunjukkan bahwa dari seluruh variabel lingkungan yang diuji, hanya sebelas variabcl
yang signifikan terhadaparea
presence dan pseudo-absenceSMA
(f abel 2). Hal ini menunjukkan
bahwa variabel lingkungan tersebut berbeda nyata ant:ara area presence dan pseudo-absence. Variabel yang signifikan ini kemudian dilanjulkan dengan analisis regresi Jogislik dan
dihasilkan tujuh variabel yang
signifikansebagai variabelpenting
bagikarakteristik habitat musim
dingin SMA. Ketujuh variabel
penting itu terdiri dari JTK5, JTE1, JTE2, ]TES,
JTHT,
JTSHdan JTBA(fabel 3). Hasil penelitian inj sejalan dengan penelitian yang dilakukan Syartinilia et al (2013) mengenai hdbitat musim dingin SMA di Kalimantan dengan menggunakan
Principal Component Analisys
(PCA) dimana ketujuh variabel masuk kedalam komponen penling pertama dan kedua.
Validasi model menunjukan bahwa model ini memiliki commision error
danomission errorsebesar
20,34%.Dari model tersebut terlihat bahwa variabel yang terpilih lerkait
dengan elevasi, kemiringan
lahandan penutupan lahan berupa sawah dan hutan. Elevasi dan kemiringan lahan merupakan fitur
pembentuk lahan yang
mempengaruhi angin thermal yang
dibutuhkan oleh SMAuntuk
prilakusoaring.(Syartinilia et al,
2013). Kombinasi kedua fitur ini
besertapengaruh cuaca akan
menghasilkan angin termal
(ARRCN, 2012). Angin termal yaitu angin yang bergerak karena panas cuaca dari matahari, sehlngga udara
AMELIAWATI, SYARTINILIA. MUl YANI, HIGUCHI
Tabcl 2 Ha,11 u11 T-test untul 18 VJriable I ゥョセッャNオョァ。ョ@
Paramc1er 1-1e'1 fo1 Fquality of Means l(cterangan
I
Air (JI BA) 3.987
1987
Hutan(JTHT> t Gセ@
'344
Kebun (HKB) .J 880 \ !1110
Lahan Kcring (JTLK) 3 709 .3 709
Permuk11nan (l 1 PK) -0 105 0 105
Sawah UTSH) '548
2.548
Seniak IJTSB) 0 452 ·0452
Slope 0%-3% (JTK I) 0870 0870
Slope 3• .. Xセ@ (Jl "-2> 0525 0 525
Slope XBQNM QUセN@ (J TIO) 0921
0921
Slope 15%-25% (JTK4) • i.21 1 -1.2 11
Slope RUセNMTPB@ • IJTK5) -3.323
. JJ23
Slope >40"/o (JT K 5 J I 637
1 637
Elevasi 0-300 (JTEI) -2004 -2004
Elevast JOQ.500 (JTE2) 9 469 -9.469
Elcvasi SOQ.700 (JTEJ ) .5310
-5 310
Elev as a 700-1000 (JTE4) ·5.917
-5 917 Ekvasi > 1000 (JI E5) -6 758 -6 758
akan naik dan menimbulkan angin yang mengarah ke atas.
Selama migrasi, sebagian besar
raptor bergerak meluncur dengan menggunakan angin termal untuk menghemat energi (Panuccio 2011). Bildstein (2006) menyebutkan bahwa
angin termal dipengaruhi oleh
variasi permukaan medan dan
radiasi matahari. Hal ini mungkin
menjelaskan mengapa kemiringan dan elevasi menjadi variabel yang berpengaruh bagi habitat musim dingin SMA.
Tidak hanya kemiringan clan elevasi, habitat musim dingin bagi SMA juga dipengaruhi oleh jarak terdekat
dengan hutan ()TI-IT). Hal uu
dibuktikan olch Petit (2000), Moore dan Abom (2000) yang menyatakan
bahwa habitat raptor migran
dipengaruhi oleh kelimpahan
makanan lokal dan adanya pesaing.
lni bisa berkaitan dengan
ketersediaan pangan di hut.an Talaga Bodas. Oleh karena itu, mencari
df Sig (2-1a1led) 5R4 .0 7.54E 00
Signifikan
434 4 7.84[•()() 584.0 0 000li79
317.5 0000925 S1g111filan 584 0 0.000116
Sign11il3n 431 7 0000120
584.0 o.ooo:m
Sigmfikan 491.0 0000231
584 0 0.916090
'I 1dnk Signifilan 333.9 0.916117
584 () 001109:?
S1g111filan 576 !I 0.0 11 095
584 0 0 651396
l 1dJk Sigmlilan 541.5 0.651409
584 () 0.384907
Tidak Signifikan 582 I 0.384908
584 0 0 599594
I 1dak Sign1fikan 578.6 0.5995116
584 0 0 357628
l 1dak Sign1filan 581 7 0.357629
584 0 PNRR V SGNAセ@
T1dak Sigr11fokan 574 9 0.226333
584.0 0000945 Sib'll1fikan 569.6 0.000947
584 0 0 102146
ridak Signifikan 560.3 0 102169
584 0 0.045481
Sigrnlikan 3287 0.045840
584 0 6.88E-15
Signifikan 335. 1 5.22F 14
584 0 t.56E..02
3969 l.83E..02 Sigmfikan 584.0 5.58E-04
Signitikan 442.6 6.56E-04
584.0 3,39E-06
Signilikan 438 9 4.46E-06
tempat dengan kelimpahan
makanan cenderung menjadi habitat musim dingin SMA. Dari pcnelitian
Yamaguchi et aJ. (2008) juga
diketahui bahwa pemilihan habitat musim dingin SMA akan tergantung
pada preferensi habitat lebah,
terutama lokasi pohon dengan
koloni sarang lebah sebagai sumber
pakannya. Oalam penelitiannya
diketahui bahwa koloni lebah dan tawon sebagian be.sar membangun sarang di hutan dan makan di sekitar lahan pertanian/sawah. Hal ini mendukung hasil analisis yang menunjukan bahwa jarak terdekal dengan sawah GISH) adalah salah satu variabel pembentuk habitat musim dingin bagi SMA.
Habitat Mikro Aspek Vegetasi di Talaga Bodas
Hasil analisis vegetasi dan survei
Japang qiketahui bahwa hutan
Talaga Bodas yang merupakan core habitat bagi SMA di Jawa Baral memiliki jenis tanaman penghasil
40 JURNAL LANSKAP INOONESIA I VOL 5 NO 2 2013
madu ya ng lebih tinggi dari edge habitat. b・「・イNセー。@ vegetasi penghasil madu yang mendominasi k.awasan ini adalah kaliandra (Calliandra
callothyrsus), kelapa (Cocos
nucifera), cass1cl (Cassia sp), dan aren
(Arenga pinnata), kapuk randu
(Ceiba pent.lndra), kelengkeng
(Dimocarpus longan), rambutan
(Ne phelium sp,). karet (Hevea
brasiliensis Muell), mangg.1
(Mangifera Jndica), kopi (Coffea sp),
mahoni (Swietenia mahoghany),
bahkan tanaman jagung (Zea mays L). Tabel 4 menunjukan bahwa
core
habitat cenderung memiliki
J...eanekaragaman hayati sedikit Jebih rendah daripada edge habitat. Tapi
k.awasan ini memiliki tanaman
penghasil madu yang lebih banyak (dominan) dibanding edge habitat karena didominasi oleh kaliandra. Kaliandraadalah tanaman penghasil madu yang banyak dipanen olch masyarakat sekitar Talaga Bodas.
lmpHkasi Pengelolaan Habitat
Musim Dingin SMA
Hasil studi menggambarkan
distribusi dan karakter dari habitat musim dingin SMA. Hasil studi ini akan digunakan untuk perencanaan dan pengelolaan habitat musim dingin SMA. Beberapa implikasi hasil studi ini adalah: 1) dari model yang dihasilkan dan telah divalidasi
maka dapat digunakan unluk
menjadi infom1asi dasar dalam mempelajari karakteristik habitat musim dingin di habitat musim dingin lainnya yang ada di seluruh
Indonesia;2) dari hasil analisis
habitat mikro pada aspek vegetasi,
dapat diketahui bahwa untuk
menjaga agar Talaga Bodas tetap berfungsi sebagaicore habitat SMA perlu dilakukan pemeliharaan pada
tanaman kaliandra (Calliandra
callolhyrsus)dan pm us (Pin us
merkusii Jungh) karena tanaman ini
diduga sebagai faktor penting dalam pemilihan habitat musim dingin SMA. Hal ini didasari dari hasil analisis vegetasi yang menunjukan
bahwa kaliandra (Calliandra
callothyrsus)dan pinus {Pinus
merkusii Jungh) hampir
rat>CI 4. Vci;ctasi yang menJom1nas1 i..a ... Nin Talaga Boda' J1 core dan edge l1abi1a1
Nama l,okal f\am:. Latin I NP II'
Core llabiiat
Pohon Pr nus. Pir.ttr mt•1-!11Ui JunRh. 84
is• ..
Kclapa. Coco., nuritera. UUNTS セ@•.
Vl•honi SH il1wnitt macroph l'llo 4 l.60°'•
TillJI{? "ahandra. Cal/1ar1<lr<J call0<lr1rsru. 91.9s• •.
fkw!11 hta\1/iensis, 34.69•1 •.
Mangga Many.1/m1 lndtur STNVYセN@
Panrani Kaliandra. Collwn.lro call<Xlrirms. YQNVTセN@ m・イ。ャャャゥセィN@ So1eu <p. WSNWRセセN@
Cassia G1ss1111p 43.01%
Semai Kaliandra. Co/Iran.Im .-oll01h_1rr1«. VYNPGイNᄋセN@ 1.97
j。セ@ \1erah. Lmgtlw ipp. 42.44%.
Teremang Comp111>.tpem spp 42.44°/o F..dge Habttal
Pohon Kelapa. Cocos 11rN.:1/er<1. 61.9S•., 2.35
Mahoni. Su1t1ama mahogaru, 32.30'1 ••
Manga Mangosp 30.73"/o
Tiang Cassia. Co,Sjjasp.
so.is• •.
1.72 K.aliandra, Calliandm cal/01hyrs1u, 54,03%,Tcrentang Compnospem spp 56.00%
Af'f'nJIO pinn111a. 80.07"/., 1.1S
Rambulan. ,\ephelitllft sp. TVLVsセ セ@
Pala M.mwca ヲイ。 Nセ イョョウ@ 46.6s•;.
Sema1 Kaliandra. Calltandru col/Olhyrsm. XXNWUセ@ .. l,JJ Kelapa. Cocos r111ofera.
Kopi Coffeu sp
SIMPULAN
Dari 18 variabel lingkungan diperoleh 7 variabel yang terdeteksi sebagai variabel penting bagi karaktenslik distribusi habitat musim dingin SMA. Model habitat musim dingin ini dipengaruhi oleh variable jarak terdekat dari kemiringan 25%-40% OTK5), jarak terdekat dari elevasi 0-300 m (JTE1),
jarak terdekat dari elevasi 300-500 m
(JTE2), jarak terdekat dari elevasi>
1000 m OTES), jarak terdekat dari hutan
on
IT), jarak terdekat dari sawah (JTSH) dan jarak terdekat dari badan air (]TBA). Sebelum model regresi logistik di ektrapolasi di Jawa Barat, telah divalidasi sebelumnya. Hasil validasi menunjukan bahwa model memiliki ommission error sebesar 20,34%. Untuk menjaga agar Talaga Bodas tetap berfungsi sebagai88,1S%.
60.25%
core habitat SMA perlu dilakukan pemeliharaan pada tanaman kaliandra (Calliandra callothyrsus) karena tanaman ini diduga menjadi alasan mengapa SMA sering berada di Talaga Bodas. Hal ini didasari dari hasil analisis vegetasi yang menunjukan bahwa kaliandra (Calliandra callothyrsus) hampir mendominasi di semua fase vegetasi pada core habitat, yaitu sebesar
91,95% untuk fase tiang, 91,64%
untuk fase pancang dan 69,07% untuk fase semai. Tidak hanya tanaman dominan tersebut, masih terdapat juga tanaman pinus {Pinus merkusii Jungh) dengan INP sebesar
84,15% sebagai tanaman yang perlu
dilestarikan. Hasil studi ini akan digunakan sebagai saran untuk pengelolaan habitat musim dingin SMA.
AMELIAWATI, SYARTINILIA, MULYANI, HIGUCHI
UCAPAN TERIMA I<ASIH
Ungkapan terima kasih disampaikan 1-..epada Prof t hroyoshi Higuchi (Prof Keio University, Jepang) atas kcsediaannya memberil-..an 1zm kepada penulis untuk menggunakan data Satellite Tracking dari individu Sikep セ。、オ@ Asia (SMA).Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian dalam kerjasama peneliti yang berjudul "I libah Kerjclsama Lua r Negeri dan Publikasi Jntemasional No.
203/SP2H/ PL/Dit.Litabmas/ IV /201
2 Tahun Anggaran 2012 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTl) dengan ketua tim Dr Syartinilia SP, MSi.
DAFfAR PUSTAKA
Anvanty M. 2011. Monitoring
Peruba-
hanPcnutupanLahandt>ngan-Mengguna kanSisteml
nformaSJ-Geografi (SIG)
danPenginderaan-Jauh (StudiKasus
:KawasanPuncak, Kabupataen
Bogor, )awa Ba.rat).
FakuJtasPer-tanian. lnstitutPertaruan Bogor.
ARRCN. 2012 Field Guide to Raptors of
Asia Vol. I : Migratory Raptors of
Oriental Asia.Jepang : Asian
Rap-to rs Research and Conservation
Network
B1ldstein K L. 2006. Migrating Raptor of
the World: their Conservation
and Ecology. Cornell University,
NewYort...
Cohn). 1999. Tracking wild.life: high-tech devices help biologists trace the
movement of animals through
sky am.I sea. BioScience 49, 12-17.
Ferguson J, Chnstie D. 2005.Raptors of
the World.London : Black
Pub-lishers.
Forman R 'I and Gordon M.
1986.LanJscape Ecology.USA :
University of Minnesota
Higuchi H and Pierre J P. 2005. Satellite
tracking and avian conservation
in Asia.International Consortium
of Landscape and F.cological En-gineering and Springer.Verlag Tot.. yo
I losmer D, I losmre T, Le Cessie S, Lemt>-show S. 1997. A comparison of goocioc'SS-Of-fit tests for the
logis-tic regression modt>l.Statistic in
Medicine. Vol. 16 pp.
Meyburg B U and E G Lobkow. 1994.
Satellite tracking of a juvenile
Steller' s sea eagleHaliaeetuspela-. gicuseagleHaliaeetuspela-. Ibis, 136: 105-106.
Moore FR and Abom DA. 2000. Mechan-isms of en route habitat selection:
How domig.rants make habitat
'
AMELIAWATI. SYARTINIUA. MULYANI. HIGUCHI
dCCJMons during stopover. Stu-dies in Avian B1nlogy 20. Panuccio M. 2011. Acro<,c, and around
bamer: migration 501 ecology of raptors in the l\lcJ1tcranean
ba-1>1n. ScientificaAcla 5, No. 1, EEG 27-36.
Petit D R. 2000. Habitat U!>l' by landbirdc, along セ・。イ」エQ」MnャGoエイッーゥ」。ャ@
mi-gration roult>s Implications for
conservation of '>topover habitats. Studies in Avian Biology 20. Pion.>cky MD and pョセッャャ@ DRC. 2006.
Multiple spatial <,e,11<' logistic anu autologistic habitat selection models for norllwrn pygmy owb,
along the eac.tcm !>lopes of
Albcr-ta' s Rocky Mountams. Biological
Conservation l '19, pp. 360-371. Supriatna A. 2010. Diurnal raptor
(bu-rungpemangs.i) d.1 lnuonesia;
Sta-tus
dankonserva-s1 .Scminartentangpenebtiandank
onscrvasirnptor d1 I nuo11cs1a, 6 Maret 2010. Bogor.
Syartinilia, Afra DN, Yeru A M, I
ltroyo-!>lu H. 2013. LandSCiljX'
characte-ristics of Wintering Hab1t.1ts Used by Oriental Hoey-bu1.1.ards in
BornL'O Derived frnrn Satellite
Tracking Data.Landc,cape and Ecolog1cal Engtnl'l'rtng.001 10.1007 / i.11355-013-02"\i-t
Syartinilia and Tsuyuki S. 2008 GIS-bac;ed modeling of Javan I lilwk-Eagle Distribution Using Lng1c,tic and Autologistic Regrec,sinn Models. Biological Conservahon J..11, pp.
756-769.
Tietje W. 2CXX>. land-Use Plaimmg m Oak
Woodland: Applying the Con-cepts of Landscape Ernlogy Us-ing GIS Technology .1nd the CDF Oak Woodland m。ーセ N@ &rkeley : University of Califom1<1.
42 JURNAL LANSKAP INDONESIA I VOL S NO 2 2013
w・ィセエ・イ@ M, Marr,, P, Haig S, Bensch S, Holmes R. 2002 Links between
worlds unravelmg migratory
C01U1ectiv1ty. Trends Ecol. Fvol.
17, 76...g3.
Yamaguchi N, Tol..ita K-1. u」ュ。エセオ@ A, Kuno K, S.1cJ..1 M, Hmioka E, Uchida K, HottaM,Nakayama F,
Takahashi \1, Nakamura H,
H1-gucru H 2008. The large-scalroctourcd migration route and the :.h.1fting pattem of migra-tion in Oriental honcybunards
breeding in Japan. ). of 7oology
276: 5.J-62.
Ldlle!> J I and bゥャ、セエ・QQQ@ K L 2000 Raptor
watch: a global dJrectory of rap-tor migralion sites. Cambridge,