• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN FINANCIAL INDICATORS TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN FINANCIAL INDICATORS TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN

FINANCIAL INDICATORS TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2011-2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH :

AGUSSALIM NIM. 7101220001

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(QS. Al Insyirah : 5-8)

Kupersembahkan Skripsi Ini Untuk :

Kedua Orang Tuaku tersayang dan tercinta

Seluruh keluarga besarku, abang, kakak, serta adik-adikku yang

(6)
(7)

i ABSTRAK

Agussalim, 7101220001. Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan, 2014.

Permasalah dalam penelitian ini apakah ada pengaruh ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, CR, TLTA, ROA, dan TAT berpengaruh secara simultan terhadap kondisi financial distress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, CR, TLTA, ROA, TAT berpengaruh terhadap kondisi financial distress.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sumpling sehingga diperoleh sampel sebanyak 81 untuk data 2011-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa laporan keuangan yang diunduhj dari www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah model regresi logistic yang diuji secara simultan dengan menggunakan SPSS versi 20.

Hasil ini menunjukkan secara simultan ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, CR, TLTA, ROA, dan TAT berpengaruh signifikan (0,000 < 0,05) terhadap kondisi Financial Distress. Artinya semakin efektif dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, CR, TLTA, ROA, dan TAT maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kondisi Financial Distress.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, CR, TLTA, ROA, dan TAT secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kondisi

Financial Distress.

(8)

ii ABSTRACT

Agussalim, 7101220001. Effect of Structure Corporate Governance and Financial Distress Financial Condition Indicators Against the Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange. Thesis, Department of Accounting, Faculty of Economics, University of Medan, 2014.

Problems in this study whether there was an effect size of the board of directors, board size, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the size of the audit committee, CR, TLTA, ROA, and TAT simultaneous effect on financial distress. This study aims to determine whether there was an effect size of the board of directors, board size, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the size of the audit committee, CR, TLTA, ROA, TAT effect on financial distress. The population in this study are all companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The sampling method used is purposive method sumpling thus obtained a sample of 81 to the data from 2011 to 2013. The data used in this research is secondary data in the form of financial statements diunduhj of www.idx.co.id. The data analysis technique used is logistic regression models were tested simultaneously by using SPSS version 20. These results demonstrate the simultaneous size of the board of directors, board size, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the size of the audit committee, CR, TLTA, ROA, and TAT significant effect (0.000 <0.05) on the condition of Financial Distress. This means that the effective board of directors, board of directors, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the audit committee, CR, TLTA, ROA, and TAT, the smaller the likelihood of Financial Distress conditions. Based on these results, it can be concluded that the variable size of the board of directors, board size, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the size of the audit committee, CR, TLTA, ROA, and TAT simultaneously significant effect on the condition of Financial Distress.

(9)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 25

Tabel 4.1 Hasil Pengambilan Sampel... 49

Tabel 4.2 Daftar Sampel Perusahaan ... 50

Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 52

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 55

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ... 56

Tabel 4.6 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test ... 57

Tabel 4.7 Hasil Block 0 Nilai -2 Log Likehood ... 58

Tabel 4.8 Hasil Block 1 Nilai -2 Log Likehood ... 59

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisiien Determinasi ... 60

Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 61

(10)

xi

DAFTAR GAMBAR

(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabulasi Data

Lampiran 2 Hasil Output SPSS

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Financial Distress merupakan suatu keadaan dimana perusahaan

mengalami masalah kesulitan keuangan, banyak perusahaan di Indonesia yang

mengalami Financial Distress sejak krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir

tahun 1997. Menurut Platt dan Platt (2002) menyebutkan financial distress

didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum

terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.

Ketidakstabilan perekonomian negara, perusahaan yang mengalami

kerugian secara terus-menerus, tata kelola (corporate governance) yang kurang

baik merupakan sebagian penyebab masalah kesulitan keuangan perusahaan.

Perusahaan yang mengalami kondisi financial distrees menyebabkan dampak

yang tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri melainkan bagi lingkungan

perusahaan, terutama bagi karyawan yang dapat mengakibatkan pemutusan

hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan tersebut yang tidak terkendali.

Perusahaan mengalami Financial distress sebelum terjadi kebangkrutan.

Pada umumnya model financial distress ini berfokus pada data kebangkrutan,

dikarenakan data ini mudah diperoleh (Hanifah, 2013). Penelitian yang

menghasilkan bagaimana cara untuk memprediksi financial distress sangat

(13)

2

Menurut Almilia (2003) prediksi financial distress bisa dilakukan oleh

pihak internal perusahaan, seperti :

1. Pemberi Pinjaman, kaitannya adalah dalam pengambilan keputusan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.

2. Investor, model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran pokok dan bunga.

3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu, oleh karena itu diperlukan model prediksi

financial distress untuk mengetahui kesanggupan perusahaan

membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.

4. Pemerintah, prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam antritrust regulation.

5. Auditor, model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.

6. Manajemen, apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan).

Corporate Governance adalah suatu tata kelola perusahaan yang bisa

menggambarkan ataupun menjelaskan suatu hubungan berbagai partisipan di

dalam sebuah perusahaan yang dapat menentukan arah serta tujuan perusahaan

tersebut. Tata kelola (corporate governance) merupakan hal yang penting dalam

sebuah perusahaan dikarenakan suatu perusahaan harus benar-benar memiliki tata

kelola yang baik agar perusahaan tetap berjalan dengan baik dan bisa terhindar

dari kondisi financial distress.

Pada umumnya penelitian mengenai kebangkrutan atau kegagalan maupun

financial distress menggunakan indikator kinerja keuangan dalam memprediksi

(14)

3

Indikator kinerja keuangan perusahaan dapat diperoleh dengan menggunakan

analisis rasio- rasio keuangan diantaranya rasio likuiditas, rasio profitabilitas,

rasio laverage, yang biasanya dicantumkan dalam laporan perusahaan yang go

public. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja, serta perubahan

posisi keuangan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan

yang tepat (Almilia, 2003).

Terdapat berbagai cara untuk melakukan pengujian bahwa suatu

perusahaan mengalami financial distress menurut Platt dan Platt (dalam Hanifah,

2013) seperti :

1. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau tidak melakukan pembayaran dividen (Lau, 1987; Hill et al., 1996)

2. Interest coverage ratio (Asquith, Gertner dan Scharfstein, 1994)

3. Arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini (Whitaker, 1999)

4. Laba bersih operasi (net operating income) negatif (Hofer, 1980; Whitaker, 1999)

5. Adanya perubahan harga ekuitas (John, Lang dan Netter, 1992)

6. Perusahaan dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan restrukturisasi (Tirapat dan Nittayagasetwat,1999)

7. Perusahaan mengalami pelanggaran teknis dalam hutang dan diprediksi perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang akan datang (Wilkins, 1997)

8. Mempunyai Earning Per Share (EPS) negatif (Eliomi dan Gueyle, 2001)

Elloumi dan Gueyie (dalam Agusti, 2013) mengkategorikan perusahaan

mengalami financial distress jika perusahaan mempunyai Earning per Share

(EPS) negatif. Wardhani (2006) menggunakan Interest Coverage Ratio (ICR).

Almila (2003) menggunakan pengukuran financial distress yaitu perusahaan

(15)

4

Mekanisme Corporate Governance yang pertama adalah ukuran dewan

komisaris dan ukuran dewan direksi. Wardhani (2006) menyatakan dalam hasil

penelitiannya bahwa terdapat pengaruh negatif ukuran dewan komisaris terhadap

financial distress dan ukuran dewan direksi berpengaruh positif. Sebaliknya hasil

penelitian Nasution dan Setiawan (dalam Hanifah, 2013) menyatakan bahwa

terdapat pengaruh positif ukuran dewan komisaris terhadap financial distress dan

Emrinaldi (2007) menyatakan ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap

financial distress.

Penelitian terdahulu lainnya yang berkaitan dengan penerapan corporate

governance antara lain pernah dilakukan oleh Parulian (2007) yang meneliti

mengenai hubungan struktur kepemilikan, komisaris independen dan kondisi

financial distress menunjukkan bahwa komisaris independen memiliki hubungan

signifikan dan positif terhadap kondisi financial distress. Perbedaan terjadi pada

hasil penelitian Emrinaldi (2007) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

signifikan dan negatif antara variabel komisaris independen dengan variabel

kesulitan keuangan.. Semakin banyak jumlah komisaris independen dalam suatu

perusahaan maka semakin kecil potensi terjadinya kesulitan keuangan.

Mekanisme yang berikutnya adalah struktur kepemilikan (kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional). Kepemilikan manajerial merupakan

proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajemen (direksi atau komisaris). Pada

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Emrinaldi (2007) menyatakan bahwa

terdapat hubungan signifikan dan negatif antara kepemilikan manajerial dengan

(16)

5

peningkatan kepemilikan institusional dalam perusahaan akan mendorong

semakin kecilnya potensi kesulitan keuangan. Sedangkan hasil yang berbeda

dinyatakan dalam penelitian Masruddin (dalam Hanifah, 2013) yang menunjukkan

bahwa kepemilikan institusi tidak berpengaruh signifikan terhadap financial

distress.

Mekanisme Corporate Governance selanjutnya dalam penelitian ini adalah

komite audit. Penelitian Emrinaldi (2007) menunjukkan bahwa ukuran komite

audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi financial distress.

Namun dalam penelitian Iskandar dan Saleh (dalam Hanifah, 2013) menunjukkan

hasil berbeda yaitu ukuran komite audit tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap financial distress.

Variabel financial indicators yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

rasio likuditas, laverage, profitabilitas, dan operating capacity karena rasio- rasio

keuangan ini dianggap bisa menggambarkan hasil kinerja keuangan serta efisiensi

perusahaan secara keseluruhan agar bisa memprediksi terjadinya financial

distress. Rasio keuangan yang dipakai dalam indikator kinerja keuangan yang

pertama yaitu rasio likuiditas. Current ratio digunakan karena rasio ini yang

paling sering digunakan serta bisa dikatakan yang lebih efektif menggambarkan

kemampuan perusahaan membayar kewajibannya.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2003) menunjukkan

bahwa current ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan untuk memprediksi

(17)

6

Widarjo dan Setiawan (dalam Hanifah, 2013) menyatakan bahwa current ratio

tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan.

Financial Indicators selanjutnya adalah rasio leverage yaitu merupakan

rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang (jangka

pendek dan jangka panjang). Rasio leverage yang biasa digunakan adalah rasio

hutang (debt-asset ratio) yaitu total hutang dibagi dengan total aktiva.

Penelitian yang dilakukan oleh Jiming dan WeiWei (2011) di China

menunjukkan bahwa leverage (debt asset ratio) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kondisi financial distress. Namun berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Almilia (2003) menunjukkan bahwa total liabilities to total assets

tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress.

Rasio lain yang digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress

adalah rasio profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Rasio yang digunakan

Return on Assets (ROA). Penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2004)

menunjukkan bahwa NITA atau ROA berpengaruh terhadap terjadinya kondisi

financial distress. Penelitian lainnya dilakukan oleh Salehi (2009) yang

menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap terjadinya

kesulitan keuangan.

Financial Indicators perusahaan yang terakhir adalah Operating capacity

mengukur semua perputaran aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung

dengan total asset turnover yaitu membandingkan total penjualan dengan total

(18)

7

terhadap kondisi financial distress yang dilakukan oleh Salehi (2009)

menunjukkan hasil bahwa Sales/TA atau total asset turnover berpengaruh positif

dan signifikan terhadap financial distress. Hasil penelitian berbeda ditunjukkan

oleh Jiming dan Weiwei (2011) yang menunjukkan rasio total assets turnover

berpengaruh negatif, berarti semakin tinggi rasio total assets turnover (Sales/TA)

semakin rendah kemungkinan terjadinya financial distress.

Penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda, dengan adanya

perbedaan dan fenomena yang terjadi pada PT Dynaplast Tbk tahun 2011, maka

peneliti tertarik melakukan pengujian kembali pengaruh variabel keuangan dan

non keuangan terhadap kondisi financial distress. Penelitian ini menggunakan

variabel keuangan karena mengacu pada manfaat yang diberikan berupa rasio

keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan rasio keuangan dalam

memprediksi kondisi financial distress.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Hanifah

(2013) yang berjudul “ Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial

Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011)”, tetapi

penulis melakukan penelitian pada perusahaan Manufaktur periode 2011-2013.

Dengan berbagai perbedaan dari hasil penelitian- penelitian yang

sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelititan “ Pengaruh

struktur Corporate Governance dan Financial Indicators terhadap kondisi Financial Distress pada perusahaan manufaktur di Indonesia pada periode

(19)

8

perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Perusahaan

manufaktur dipilih karena perusahaan tersebut mencakup segala bentuk usaha dan

produk sehingga sampel yang dipilih lebih beragam dan cakupannya lebih luas

dan menyeluruh.

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, identifikasi

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Financial Distress?

2. Apakah Kepemilikan Manajerial dapat mengurangi kepentingan pribadi

manajer yang bisa menyebabkan terjadinya Financial Distress?

3. Apakah Ukuran Dewan Direksi berpengaruh terhadap kondisi Financial

Distress?

4. Apakah Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kondisi Financial

Distress?

5. Apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap kondisi Financial

Distress?

6. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap kondisi Financial

Distress?

7. Apakah Kepemilikan Instutisional berpengaruh terhadap kondisi Financial

Distress?

8. Apakah Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap kondisi Financial

Distress?

(20)

9

10.Apakah Laverage berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress?

11.Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress?

12.Apakah Operating Capacity berpengaruh terhadap Financial Distress?

1.3Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada 6 variabel non keuangan dan 4 rasio keuangan.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh ukuran dewan

direksi, ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, ukuran komite audit, dan rasio likuiditas

(current ratio), Laverage (debt asset ratio), Profitabilitas ( return on asset), dan

Operating Capacity (total asset turn over) terhadap kondisi Financial Distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Ukuran Deewan Direksi,

Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Ukuran Komite Audit, Likuiditas, Profitabilitas, Laverage,

Operating Capacity secara simultan berpengaruh terhadap Financial Distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.5 Tujuan Penelitian

Untuk menguji dan menganalisis Ukuran Deewan Direksi, Dewan

Komisaris, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

(21)

10

Operating Capacity terhadap Financial Distress pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan serta

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka manfaat yang dapat diambil

adalah:

1. Bagi UNIMED, sebagai tambahan literature tentang kondisi Financial

Distress

2. Bagi Peneliti menambah pengetahuan tentang kondisi Financial Distress,

sehingga jika dimasa yang akan datang peneliti tertarik berinvestasi, peneliti

dapat memilih perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai referensi penelitian selanjutnya yang

diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris berhubungan dengan

(22)

72

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan pembahasa, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa hasil pengujian yang menggunakan regresi logistik

menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya bahwa faktor

ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen,

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, current

ratio, total liabilities to total asset, return on asset, dan total asset turnover

berpengaruh secara simultan (keseluruhan) terhadap kondisi financial distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

2011-2013.

Hasil penelitian ini sesuai dengan logika teori yang mengatakan bahwa

kondisi financial distress dipengaruhi oleh faktor ukuran dewan direksi, ukuran

dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, ukuran komite audit, current ratio, total liabilities to total asset,

return on asset, dan total asset turnover. Hasil penelitian ini menerima hipotesis

(Ha) yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris,

komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran

komite audit, current ratio, total liabilities to total asset, return on asset, dan total

asset turnover secara simultan berpengaruh terhadap kondisi financial distress.

(23)

73

semakin tinggi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit

yang efektif, tingginya current ratio, total liabilities to total asset yang rendah,

semakin tinggi return on asset, dan semakin tinggi total asset turnover maka

semakin kecil kemungkinan terjadinya kondisi financial distress. Penelitian ini

juga sesuai dengan logika toeri agenci dimana pihak manajemen dalam hal ini

agen akan lebih efektif dalam pengambilan keputusan secara efektif sehingga

penggunaan uang sesuai dengan keperluan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Adapun yang menjadi keterbatasan pada penelitian ini adalah periode

penelitian hanya dilakukan selama tiga tahun yaitu tahun 2011- 2013. Sehingga

belum bisa melihat pengaruh variabel terhadap kondisi financial distress dalam

jangka waktu yang lebih panjang.

5.3 Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian diatas, maka saran yang dapat

diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Dalam penelitian ini menggunakan 6 faktor non keuangan dan 4 faktor

keuangan, maka sebaiknya peneliti selanjutnya diharapkan dapat memilih

variabel yang lebih efektif terkait dengan non keuangan maupun

keuangan yang diperkirakan dapat mempengaruhi kondisi financial

(24)

74

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih

banyak, bukan hanya perusahaan manufaktur, tetapi seluruh perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta periode penelitian yang lebih

panjang, karena dalam penelitian regresi logistik harus menggunakan

(25)

75

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, Chalendra P. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kemungkinan

Terjadinya Financial Distress. 2013. Semarang .Universitas Dipenogoro.

Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi. 2003. Analisis Rasio Keuangan Untuk

Memprediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 17, No. 2, Hal 183-206.

Anggraini, Tifani Vota. 2010. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap

Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

Bodroastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap

Financial Distress. Semarang. Universitas Diponegoro.

Emiraldi, Nur DP. 2007. Analisis Pengaruh Tata Kelola Perusahaan (Corporate

Governance) terhadap Kesulitan Keuangan Perusahaan (Financial Distress): Suatu Kajian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.9, No.1,

h. 88-108.

Fakultas Ekonomi. 2013. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Medan : Medan

Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanifah, Oktita E. 2013. Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan

Financial Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011.

Hanifah, Oktita E & Purwanto A. 2013. Pengaruh Struktur Corporate

Governance Dan Financial Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress. Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 2, No. 2, Tahun 2013,

Hal. 1, ISSN (Online) : 2337-3806.

Ikhsan & Misri. 2012. Metodologi Penelitian. Bandung : Citapustaka Media Perintis.

Iramani, Rr. 2007. Ownership Structure And Industry Relative Ratios As

Predictor Variable In The Financial Distress Model. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol 1 (1), hal 1-13.

Jiming, Li dan Weiwei, Du. 2011. An Empirical Study on the Corporate Financial

(26)

76

Manufacturing Industry. International Journal of Digital Content Technology Vol.5 No.6.

Parulian, Safrida Rumondang. 2007. “Hubungan Struktur Kepemilikan,

Komisaris Independen dan Kondisi Financial Distress Perusahaan Publik”.

Integrity, Vol 1, No. 3 pp 263-274.

Platt, Harlan D. Dan Marjorie B. Platt. 2002. Predicting Corporate Financial

Distress: Reflection on Ccoice-Based Sample Bias. Journal of Economic and Finance 26. Summer: 184-199.

Triwahyuningtias, Meilinda. 2012. “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan,

Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas dan Leverage Terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010).Skripsi,

Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan

yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi IX.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “ hubungan Antara Pola Asuh Authoritative Dengan Tingkat Disiplin Anak pada Anak TK BA Aisyiyah Mertasari Kecamatan Purwanegara Kabupaten

Hal ini mengindikasikan ciri-ciri dari zona overpressure, dimana suatu fluida terperangkap didalam suatu formasi batuan inpermeable dan tidak bisa keluar sampai

Sistem memiliki validitas yang cukup bagus karena saat dilakukan pengujian dengan menggunakan prioritas kriteria yang diberikan penyeleksi, tingkat akurasi berada di

Permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah mengenai hubungan antara suku bunga Bank Indonesia, kurs dolar terhadap rupiah dan inflasi dengan menggunakan

Hal ini membuktikan bahwa dengan laju alir yang kecil maka karbon aktif akan mengadsorpsi gas pengotor semakin banyak dibandingakan dengan laju alir yang tinggi

2.1 Be able to respond to the meaning on the monolog text using spoken language varieties accurately, fluently, and acceptably in the daily life context in form of: report,

Hasil dari penelitian ini adalah dihasilkannya satu aplikasi yang diharapkan fungsi yang berhasil sesuai dengan keinginan dan Aplikasi ini dapat

Permasalahan utama dalam industri karet adalah adanya kandungan nitrosamin dan protein alergen yang terdapat pada produk karet alam karena proses vulkanisasi secara konvensional