PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN
FINANCIAL INDICATORS TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2011-2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
OLEH :
AGUSSALIM NIM. 7101220001
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(QS. Al Insyirah : 5-8)
Kupersembahkan Skripsi Ini Untuk :
Kedua Orang Tuaku tersayang dan tercinta
Seluruh keluarga besarku, abang, kakak, serta adik-adikku yang
i ABSTRAK
Agussalim, 7101220001. Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan, 2014.
Permasalah dalam penelitian ini apakah ada pengaruh ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, CR, TLTA, ROA, dan TAT berpengaruh secara simultan terhadap kondisi financial distress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, CR, TLTA, ROA, TAT berpengaruh terhadap kondisi financial distress.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sumpling sehingga diperoleh sampel sebanyak 81 untuk data 2011-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa laporan keuangan yang diunduhj dari www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah model regresi logistic yang diuji secara simultan dengan menggunakan SPSS versi 20.
Hasil ini menunjukkan secara simultan ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, CR, TLTA, ROA, dan TAT berpengaruh signifikan (0,000 < 0,05) terhadap kondisi Financial Distress. Artinya semakin efektif dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, CR, TLTA, ROA, dan TAT maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kondisi Financial Distress.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, CR, TLTA, ROA, dan TAT secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kondisi
Financial Distress.
ii ABSTRACT
Agussalim, 7101220001. Effect of Structure Corporate Governance and Financial Distress Financial Condition Indicators Against the Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange. Thesis, Department of Accounting, Faculty of Economics, University of Medan, 2014.
Problems in this study whether there was an effect size of the board of directors, board size, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the size of the audit committee, CR, TLTA, ROA, and TAT simultaneous effect on financial distress. This study aims to determine whether there was an effect size of the board of directors, board size, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the size of the audit committee, CR, TLTA, ROA, TAT effect on financial distress. The population in this study are all companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The sampling method used is purposive method sumpling thus obtained a sample of 81 to the data from 2011 to 2013. The data used in this research is secondary data in the form of financial statements diunduhj of www.idx.co.id. The data analysis technique used is logistic regression models were tested simultaneously by using SPSS version 20. These results demonstrate the simultaneous size of the board of directors, board size, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the size of the audit committee, CR, TLTA, ROA, and TAT significant effect (0.000 <0.05) on the condition of Financial Distress. This means that the effective board of directors, board of directors, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the audit committee, CR, TLTA, ROA, and TAT, the smaller the likelihood of Financial Distress conditions. Based on these results, it can be concluded that the variable size of the board of directors, board size, independent directors, institutional ownership, managerial ownership, the size of the audit committee, CR, TLTA, ROA, and TAT simultaneously significant effect on the condition of Financial Distress.
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 25
Tabel 4.1 Hasil Pengambilan Sampel... 49
Tabel 4.2 Daftar Sampel Perusahaan ... 50
Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 52
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 55
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ... 56
Tabel 4.6 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test ... 57
Tabel 4.7 Hasil Block 0 Nilai -2 Log Likehood ... 58
Tabel 4.8 Hasil Block 1 Nilai -2 Log Likehood ... 59
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisiien Determinasi ... 60
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 61
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabulasi Data
Lampiran 2 Hasil Output SPSS
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Financial Distress merupakan suatu keadaan dimana perusahaan
mengalami masalah kesulitan keuangan, banyak perusahaan di Indonesia yang
mengalami Financial Distress sejak krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir
tahun 1997. Menurut Platt dan Platt (2002) menyebutkan financial distress
didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum
terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.
Ketidakstabilan perekonomian negara, perusahaan yang mengalami
kerugian secara terus-menerus, tata kelola (corporate governance) yang kurang
baik merupakan sebagian penyebab masalah kesulitan keuangan perusahaan.
Perusahaan yang mengalami kondisi financial distrees menyebabkan dampak
yang tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri melainkan bagi lingkungan
perusahaan, terutama bagi karyawan yang dapat mengakibatkan pemutusan
hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan tersebut yang tidak terkendali.
Perusahaan mengalami Financial distress sebelum terjadi kebangkrutan.
Pada umumnya model financial distress ini berfokus pada data kebangkrutan,
dikarenakan data ini mudah diperoleh (Hanifah, 2013). Penelitian yang
menghasilkan bagaimana cara untuk memprediksi financial distress sangat
2
Menurut Almilia (2003) prediksi financial distress bisa dilakukan oleh
pihak internal perusahaan, seperti :
1. Pemberi Pinjaman, kaitannya adalah dalam pengambilan keputusan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
2. Investor, model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu, oleh karena itu diperlukan model prediksi
financial distress untuk mengetahui kesanggupan perusahaan
membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah, prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam antritrust regulation.
5. Auditor, model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
6. Manajemen, apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan).
Corporate Governance adalah suatu tata kelola perusahaan yang bisa
menggambarkan ataupun menjelaskan suatu hubungan berbagai partisipan di
dalam sebuah perusahaan yang dapat menentukan arah serta tujuan perusahaan
tersebut. Tata kelola (corporate governance) merupakan hal yang penting dalam
sebuah perusahaan dikarenakan suatu perusahaan harus benar-benar memiliki tata
kelola yang baik agar perusahaan tetap berjalan dengan baik dan bisa terhindar
dari kondisi financial distress.
Pada umumnya penelitian mengenai kebangkrutan atau kegagalan maupun
financial distress menggunakan indikator kinerja keuangan dalam memprediksi
3
Indikator kinerja keuangan perusahaan dapat diperoleh dengan menggunakan
analisis rasio- rasio keuangan diantaranya rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
rasio laverage, yang biasanya dicantumkan dalam laporan perusahaan yang go
public. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu
sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan
yang tepat (Almilia, 2003).
Terdapat berbagai cara untuk melakukan pengujian bahwa suatu
perusahaan mengalami financial distress menurut Platt dan Platt (dalam Hanifah,
2013) seperti :
1. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau tidak melakukan pembayaran dividen (Lau, 1987; Hill et al., 1996)
2. Interest coverage ratio (Asquith, Gertner dan Scharfstein, 1994)
3. Arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini (Whitaker, 1999)
4. Laba bersih operasi (net operating income) negatif (Hofer, 1980; Whitaker, 1999)
5. Adanya perubahan harga ekuitas (John, Lang dan Netter, 1992)
6. Perusahaan dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan restrukturisasi (Tirapat dan Nittayagasetwat,1999)
7. Perusahaan mengalami pelanggaran teknis dalam hutang dan diprediksi perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang akan datang (Wilkins, 1997)
8. Mempunyai Earning Per Share (EPS) negatif (Eliomi dan Gueyle, 2001)
Elloumi dan Gueyie (dalam Agusti, 2013) mengkategorikan perusahaan
mengalami financial distress jika perusahaan mempunyai Earning per Share
(EPS) negatif. Wardhani (2006) menggunakan Interest Coverage Ratio (ICR).
Almila (2003) menggunakan pengukuran financial distress yaitu perusahaan
4
Mekanisme Corporate Governance yang pertama adalah ukuran dewan
komisaris dan ukuran dewan direksi. Wardhani (2006) menyatakan dalam hasil
penelitiannya bahwa terdapat pengaruh negatif ukuran dewan komisaris terhadap
financial distress dan ukuran dewan direksi berpengaruh positif. Sebaliknya hasil
penelitian Nasution dan Setiawan (dalam Hanifah, 2013) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh positif ukuran dewan komisaris terhadap financial distress dan
Emrinaldi (2007) menyatakan ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap
financial distress.
Penelitian terdahulu lainnya yang berkaitan dengan penerapan corporate
governance antara lain pernah dilakukan oleh Parulian (2007) yang meneliti
mengenai hubungan struktur kepemilikan, komisaris independen dan kondisi
financial distress menunjukkan bahwa komisaris independen memiliki hubungan
signifikan dan positif terhadap kondisi financial distress. Perbedaan terjadi pada
hasil penelitian Emrinaldi (2007) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
signifikan dan negatif antara variabel komisaris independen dengan variabel
kesulitan keuangan.. Semakin banyak jumlah komisaris independen dalam suatu
perusahaan maka semakin kecil potensi terjadinya kesulitan keuangan.
Mekanisme yang berikutnya adalah struktur kepemilikan (kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional). Kepemilikan manajerial merupakan
proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajemen (direksi atau komisaris). Pada
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Emrinaldi (2007) menyatakan bahwa
terdapat hubungan signifikan dan negatif antara kepemilikan manajerial dengan
5
peningkatan kepemilikan institusional dalam perusahaan akan mendorong
semakin kecilnya potensi kesulitan keuangan. Sedangkan hasil yang berbeda
dinyatakan dalam penelitian Masruddin (dalam Hanifah, 2013) yang menunjukkan
bahwa kepemilikan institusi tidak berpengaruh signifikan terhadap financial
distress.
Mekanisme Corporate Governance selanjutnya dalam penelitian ini adalah
komite audit. Penelitian Emrinaldi (2007) menunjukkan bahwa ukuran komite
audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi financial distress.
Namun dalam penelitian Iskandar dan Saleh (dalam Hanifah, 2013) menunjukkan
hasil berbeda yaitu ukuran komite audit tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap financial distress.
Variabel financial indicators yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
rasio likuditas, laverage, profitabilitas, dan operating capacity karena rasio- rasio
keuangan ini dianggap bisa menggambarkan hasil kinerja keuangan serta efisiensi
perusahaan secara keseluruhan agar bisa memprediksi terjadinya financial
distress. Rasio keuangan yang dipakai dalam indikator kinerja keuangan yang
pertama yaitu rasio likuiditas. Current ratio digunakan karena rasio ini yang
paling sering digunakan serta bisa dikatakan yang lebih efektif menggambarkan
kemampuan perusahaan membayar kewajibannya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2003) menunjukkan
bahwa current ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan untuk memprediksi
6
Widarjo dan Setiawan (dalam Hanifah, 2013) menyatakan bahwa current ratio
tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan.
Financial Indicators selanjutnya adalah rasio leverage yaitu merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang (jangka
pendek dan jangka panjang). Rasio leverage yang biasa digunakan adalah rasio
hutang (debt-asset ratio) yaitu total hutang dibagi dengan total aktiva.
Penelitian yang dilakukan oleh Jiming dan WeiWei (2011) di China
menunjukkan bahwa leverage (debt asset ratio) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kondisi financial distress. Namun berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Almilia (2003) menunjukkan bahwa total liabilities to total assets
tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress.
Rasio lain yang digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress
adalah rasio profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Rasio yang digunakan
Return on Assets (ROA). Penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2004)
menunjukkan bahwa NITA atau ROA berpengaruh terhadap terjadinya kondisi
financial distress. Penelitian lainnya dilakukan oleh Salehi (2009) yang
menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap terjadinya
kesulitan keuangan.
Financial Indicators perusahaan yang terakhir adalah Operating capacity
mengukur semua perputaran aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung
dengan total asset turnover yaitu membandingkan total penjualan dengan total
7
terhadap kondisi financial distress yang dilakukan oleh Salehi (2009)
menunjukkan hasil bahwa Sales/TA atau total asset turnover berpengaruh positif
dan signifikan terhadap financial distress. Hasil penelitian berbeda ditunjukkan
oleh Jiming dan Weiwei (2011) yang menunjukkan rasio total assets turnover
berpengaruh negatif, berarti semakin tinggi rasio total assets turnover (Sales/TA)
semakin rendah kemungkinan terjadinya financial distress.
Penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda, dengan adanya
perbedaan dan fenomena yang terjadi pada PT Dynaplast Tbk tahun 2011, maka
peneliti tertarik melakukan pengujian kembali pengaruh variabel keuangan dan
non keuangan terhadap kondisi financial distress. Penelitian ini menggunakan
variabel keuangan karena mengacu pada manfaat yang diberikan berupa rasio
keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan rasio keuangan dalam
memprediksi kondisi financial distress.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Hanifah
(2013) yang berjudul “ Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial
Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011)”, tetapi
penulis melakukan penelitian pada perusahaan Manufaktur periode 2011-2013.
Dengan berbagai perbedaan dari hasil penelitian- penelitian yang
sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelititan “ Pengaruh
struktur Corporate Governance dan Financial Indicators terhadap kondisi Financial Distress pada perusahaan manufaktur di Indonesia pada periode
8
perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Perusahaan
manufaktur dipilih karena perusahaan tersebut mencakup segala bentuk usaha dan
produk sehingga sampel yang dipilih lebih beragam dan cakupannya lebih luas
dan menyeluruh.
1.2Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, identifikasi
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Financial Distress?
2. Apakah Kepemilikan Manajerial dapat mengurangi kepentingan pribadi
manajer yang bisa menyebabkan terjadinya Financial Distress?
3. Apakah Ukuran Dewan Direksi berpengaruh terhadap kondisi Financial
Distress?
4. Apakah Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kondisi Financial
Distress?
5. Apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap kondisi Financial
Distress?
6. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap kondisi Financial
Distress?
7. Apakah Kepemilikan Instutisional berpengaruh terhadap kondisi Financial
Distress?
8. Apakah Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap kondisi Financial
Distress?
9
10.Apakah Laverage berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress?
11.Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress?
12.Apakah Operating Capacity berpengaruh terhadap Financial Distress?
1.3Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada 6 variabel non keuangan dan 4 rasio keuangan.
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh ukuran dewan
direksi, ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, ukuran komite audit, dan rasio likuiditas
(current ratio), Laverage (debt asset ratio), Profitabilitas ( return on asset), dan
Operating Capacity (total asset turn over) terhadap kondisi Financial Distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Ukuran Deewan Direksi,
Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Ukuran Komite Audit, Likuiditas, Profitabilitas, Laverage,
Operating Capacity secara simultan berpengaruh terhadap Financial Distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.5 Tujuan Penelitian
Untuk menguji dan menganalisis Ukuran Deewan Direksi, Dewan
Komisaris, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
10
Operating Capacity terhadap Financial Distress pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan serta
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka manfaat yang dapat diambil
adalah:
1. Bagi UNIMED, sebagai tambahan literature tentang kondisi Financial
Distress
2. Bagi Peneliti menambah pengetahuan tentang kondisi Financial Distress,
sehingga jika dimasa yang akan datang peneliti tertarik berinvestasi, peneliti
dapat memilih perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai referensi penelitian selanjutnya yang
diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris berhubungan dengan
72
72 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan pembahasa, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hasil pengujian yang menggunakan regresi logistik
menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya bahwa faktor
ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, current
ratio, total liabilities to total asset, return on asset, dan total asset turnover
berpengaruh secara simultan (keseluruhan) terhadap kondisi financial distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2011-2013.
Hasil penelitian ini sesuai dengan logika teori yang mengatakan bahwa
kondisi financial distress dipengaruhi oleh faktor ukuran dewan direksi, ukuran
dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, ukuran komite audit, current ratio, total liabilities to total asset,
return on asset, dan total asset turnover. Hasil penelitian ini menerima hipotesis
(Ha) yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris,
komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran
komite audit, current ratio, total liabilities to total asset, return on asset, dan total
asset turnover secara simultan berpengaruh terhadap kondisi financial distress.
73
semakin tinggi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit
yang efektif, tingginya current ratio, total liabilities to total asset yang rendah,
semakin tinggi return on asset, dan semakin tinggi total asset turnover maka
semakin kecil kemungkinan terjadinya kondisi financial distress. Penelitian ini
juga sesuai dengan logika toeri agenci dimana pihak manajemen dalam hal ini
agen akan lebih efektif dalam pengambilan keputusan secara efektif sehingga
penggunaan uang sesuai dengan keperluan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Adapun yang menjadi keterbatasan pada penelitian ini adalah periode
penelitian hanya dilakukan selama tiga tahun yaitu tahun 2011- 2013. Sehingga
belum bisa melihat pengaruh variabel terhadap kondisi financial distress dalam
jangka waktu yang lebih panjang.
5.3 Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian diatas, maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini menggunakan 6 faktor non keuangan dan 4 faktor
keuangan, maka sebaiknya peneliti selanjutnya diharapkan dapat memilih
variabel yang lebih efektif terkait dengan non keuangan maupun
keuangan yang diperkirakan dapat mempengaruhi kondisi financial
74
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih
banyak, bukan hanya perusahaan manufaktur, tetapi seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta periode penelitian yang lebih
panjang, karena dalam penelitian regresi logistik harus menggunakan
75
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, Chalendra P. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kemungkinan
Terjadinya Financial Distress. 2013. Semarang .Universitas Dipenogoro.
Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi. 2003. Analisis Rasio Keuangan Untuk
Memprediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 17, No. 2, Hal 183-206.
Anggraini, Tifani Vota. 2010. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap
Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Bodroastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap
Financial Distress. Semarang. Universitas Diponegoro.
Emiraldi, Nur DP. 2007. Analisis Pengaruh Tata Kelola Perusahaan (Corporate
Governance) terhadap Kesulitan Keuangan Perusahaan (Financial Distress): Suatu Kajian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.9, No.1,
h. 88-108.
Fakultas Ekonomi. 2013. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Medan : Medan
Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanifah, Oktita E. 2013. Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan
Financial Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011.
Hanifah, Oktita E & Purwanto A. 2013. Pengaruh Struktur Corporate
Governance Dan Financial Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress. Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 2, No. 2, Tahun 2013,
Hal. 1, ISSN (Online) : 2337-3806.
Ikhsan & Misri. 2012. Metodologi Penelitian. Bandung : Citapustaka Media Perintis.
Iramani, Rr. 2007. Ownership Structure And Industry Relative Ratios As
Predictor Variable In The Financial Distress Model. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol 1 (1), hal 1-13.
Jiming, Li dan Weiwei, Du. 2011. An Empirical Study on the Corporate Financial
76
Manufacturing Industry. International Journal of Digital Content Technology Vol.5 No.6.
Parulian, Safrida Rumondang. 2007. “Hubungan Struktur Kepemilikan,
Komisaris Independen dan Kondisi Financial Distress Perusahaan Publik”.
Integrity, Vol 1, No. 3 pp 263-274.
Platt, Harlan D. Dan Marjorie B. Platt. 2002. Predicting Corporate Financial
Distress: Reflection on Ccoice-Based Sample Bias. Journal of Economic and Finance 26. Summer: 184-199.
Triwahyuningtias, Meilinda. 2012. “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas dan Leverage Terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010).” Skripsi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan
yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi IX.