Lampiran 1. Hasil Analisis Awal Contoh Tanah Ultisol
No. Jenis Analisis Nilai Kriteria*
1 pH (H2O) 4.55 Masam
8 Tekstur Tanah Lempung Liat Berpasir
Lampiran 2. Hasil Derajat Infeksi Akar (%) dan Spora (gr) pada Tanaman Inang (Jagung, Kedelai, Setaria, Kacang Tanah)
Lampiran 3. Kriteria Sifat Tanah
CaO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30
MgO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30
MnO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30
K-tukar me/100 <0.10 0.10-0.20 0.30-0.50 0.60-1.00 >1.00
Na-tukar me/100 <0.10 0.10-0.30 0.40-0.70 0.80-1.00 >1.00
Ca-tukar me/100 <2.0 2.0-5.0 6.0-10.0 11.0-20.0 >20.0
Mg-tukar me/100 <0.40 0.40-1.00 1.10-2.00 2.10-8.00 >8.00
KTK (CEC) me/100 <5 5-16 17-24 25-40 >40
Masam Agak Masam Netral Agak
Alkalis
Alkalis
pH H2O <4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 >8.5
pH KCL <2.5 2.5-4.0 --- 4.1-6.0 6.1-6.5 >6.5
Keterangan: ST ( KD ) : Inokulum Setaria + Tanaman Kedelai
KT ( KD ): Inokulum Kacang Tanah + Tanaman Kedelai Lampiran 5. Tinggi Tanaman Masa Akhir Vegetatif (cm)
Ulangan
Lampiran 6.2 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Masa Akhir
Lampiran 7. Berat Basah Tajuk Tanaman Masa Akhir Vegetatif (gr) Ulangan
Lampiran 8.1 Daftar Sidik Ragam Berat Basah Tajuk Tanaman Jagung Masa Akhir Vegetatif
SK db JK KT F Hit F 5% F 1% Ulangan 2 4157.0867 2078.5433 4.8160 tn 5.14 10.92 Perlakuan 3 370.9167 123.6389 0.2865 tn 4.76 9.78 Galat 6 2589.5533 431.5922
Total 11 7117.5567
KK 21.39
Lampiran 8.2 Daftar Sidik Ragam Berat Basah Tajuk Tanaman Kedelai Masa Akhir Vegetatif
Galat 6 376.55 62.76 Total 11 709.21
KK 22.67
Lampiran 9. Berat Kering Tajuk Tanaman Masa Akhir Vegetatif (gr) Ulangan Total 164.99 187.3 191.4 543.69 22.65
Lampiran 10.1 Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung Masa Akhir Vegetatif
SK db JK KT F Hit F 5% F 1% Ulangan 2 124.8050 62.4025 1.2663 tn 5.14 10.92 Perlakuan 3 55.9225 18.6408 0.3783 tn 4.76 9.78 Galat 6 295.6750 49.2792
Total 11 476.4025
KK 25.55
Lampiran 10.2 Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Tanaman Kedelai Masa Akhir Vegetatif
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Perlakuan 3 6.65 2.22 0.95 tn 4.76 9.78
Galat 6 14.00 2.33
Total 11 28.42
KK 8.56
Lampiran 11. Berat Basah Akar Tanaman Masa Akhir Vegetatif (gr) Ulangan
Lampiran 12.1 Daftar Sidik Ragam Berat Basah Akar Tanaman Jagung Masa Akhir Vegetatif
SK Db JK KT F Hit F 5% F 1% Ulangan 2 166.9817 83.4908 1.1628 tn 5.14 10.92 Perlakuan 3 125.6367 41.8789 0.5832 tn 4.76 9.78 Galat 6 430.8183 71.8031
Total 11 723.4367
KK 29.00
Lampiran 12.2 Daftar Sidik Ragam Berat Basah Akar Tanaman Jagung Masa Akhir Vegetatif
Galat 6 19.56 3.26 Total 11 74.68
KK 30.61
Lampiran 13. Serapan N Tanaman (mg/tanaman) Ulangan Total 374.81 431.64 416.47 1222.92 50.96
Lampiran 14.1 Daftar Sidik Ragam Serapan N Tanaman Jagung
SK db JK KT F Hit F 5% F 1% Ulangan 2 484.6976 242.3488 1.149473 tn 5.14 10.92 Perlakuan 3 127.9994 42.66648 0.202369 tn 4.76 9.78 Galat 6 1265.008 210.8347
Total 11 1877.705
KK 26.79
Lampiran 14.2 Daftar Sidik Ragam Serapan N Tanaman Kedelai
Lampiran 15. Serapan P Tanaman (mg/tanaman) Total 28.838 33.847 31.186 93.871 3.91
Lampiran 16.1 Daftar Sidik Ragam Serapan P Tanaman Jagung
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Lampiran 16.2 Daftar Sidik Ragam Serapan P Tanaman Kedelai
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Lampiran 18.1 Daftar Sidik Ragam Kolonisasi Akar Tanaman Jagung SK db JK KT F Hit F 5% F 1% Ulangan 2 316.67 158.33 2.714 tn 5.14 10.92 Perlakuan 3 225.00 75.00 1.286 tn 4.76 9.78 Galat 6 350.00 58.33
Total 11 891.67
KK 9.65
Lampiran 18.2 Daftar Sidik Ragam Kolonisasi Akar Tanaman Kedelai
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Ulangan 2 950.00 475.00 11.40 ** 5.14 10.92
Perlakuan 3 825.00 275.00 6.60 * 4.76 9.78
Galat 6 250.00 41.67
Total 11 2025.00
KK 8.33
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 2. Foto Penelitian di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Usu.
Gambar 4. Pertumbuhan Jagung Dengan Perlakuan Inokulum Jagung
Gambar 6. Pertumbuhan Jagung Dengan Perlakuan Inokulum K.Tanah
Gambar 8. Pertumbuhan Kedelai Dengan Perlakuan Inokulum Kedelai
DAFTAR PUSTAKA
Anas,I. 1990. Hubungan Mikoriza VA dengan Tanaman Kursus VA – Mikoriza Laboratorium Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Hal 11
Anas, I.1989. Biologi Tanah Dalam Praktek. Direktori Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB.
Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Bogor.
Bogdan, A. V. 1977. Pengujian Lapang Inokulum Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Brachiaria humidicola.Skripsi Program Sarjana Fakultas Peternakan IPB,Bogor.
Bolan, N .S 1991.A critical Review on The role of Mychoryrhizae Fungal in The Uptake of by Plant. Plant dan Soil.134 : 189-207.
Chien, S.H., 1995. Seminar on the use of reactive phosphate rock for direct application. Juli 20, 1995. Pengedar Bahan Pertanian Sdn Bhd. Selangor Malaysia.
Daniels, B.A, and J.A Menge ., 1981. Evaluasi of Commercial Plential of the VAM Fungus, Glomus Epigaemus Mycology, New Phytol
Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hidayat,N., M.C. Padaga dan S. Suhartini, 1985. Mikrobiologi Industri. Andi, Yogyakarta.
Gianinazzi-Pearson, V and H. G .Diem. 1982 . Endomycorryhizae in the Tropics. In Y. R Dommergues and H. G Diem (eds) Microbiolpology of Tropical Soils and Plant Productivity. Martinus Nijhoff / Dr W. Junk Pub. London. Pp 37-73.
Hanafiah, A.S, 1992. Mikrobilogi Tanah dan Kepentingannya di bidang Pertanian. Dalam Penataran Penyegaran Mikrobiologi, UMA, Medan. Tanggal 20-25 Juli 1992.Hal 10-16.
___________, 1989. Sifat-Sifat dan Potensi Tanah Gambut Sumatera untuk Pengembangan Pertanian. Prosiding Seminar Tanah Gambut Untuk Perluasan Pertanian.Hal 43-70.
Harley, J. L. and M. S. Smith. 1983. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press, Inc.
New York. 483p.(dalam makalah peranan endomikoriza,UNPAD,Jatinangor,(2007).
Hartatik, W. dan J. Sri Adiningsih, 1989. Pembandingan efektivitas dan pengaruh residu P-alam Tunisia pada tanah Podsolik Merah Kuning Rangkasbitung. Dalam Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah. Bogor, 22-24 Agustus 1989.
Intan Ratna Dewi A,2007. Makalah Peran,Prospek dan Kendala Dalam Memproduksi Mikoriza. Program Studi Agronomi. Universitas Padjajaran Jatinangor. 2007
Lambais, M.R dan M.C, Mehdy., 1995. Differential Expressionof Defense Related Genesis Arbuscular Mycorrhyza. Can J Bot.
Moersidi, S. 1999. Fosfat Alam sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor .82p.
Mosse, B.1981. Vesicular – Arbuscular Mycorrhiza Research of Tropical Agriculture. Ress. Bull.Hawai.Inst.Trop.Agric.And Human Resources.82 p.
Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta.
Muzar, A. 2000. Respons Tanaman Jagung (Zea mays L.) Kultivar Arjuna dengan Populasi Tanaman Bervariasi terhadap Mikoriza Vesikula Arbuskular (MVA).
Nuraeni, (1999). Pengaruh Inokulasi Mikoriza-Arbuskular dan Rhizobium japonicum dengan Pem-berian N dan P terhadap Kadar Protein dan Vigor Benih Kedelai. Skripsi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Pattimahu, D.V. 2004. Restorasi lahan kritis pasca tambang sesuai kaidah ekologi. Makalah Mata Kuliah Falsafah Sains, Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor.
Pitojo S, 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius, Jakarta.
Rahmawaty, 2003. Restorasi lahan bekas tambang berdasarkan kaidah ekologi. http: //www.library.usu.ac.id.download/tp/htm-rahmawaty.pdf 24 Januari 2006. Rao, N.S Subha, 1994. Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman. Edisi
Kedua. Penerbit Universitas Indonesia.
Suprapto. 1999. Pengaruh Waktu Sebar Pupuk Sp 36 Terhadap Dinamika Populasi Tunas Ps 80-960 Di Tanah Alluvial Sragi. Berita P3GI No. 26. Pasuruan. Hal 40-43.
Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik Permasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta.
Tan, K. H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
Taiz, L. & E. Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benyamin Cummings Publishing Company, Inc., California.
Wachjar A, Yadi S, Ninin Y. 2002. Pengaruh Inokulasi Dua Spesies Cendawan Mikoriza Arbuskular dan Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Fosfat pada Biit Kelapa Sawit (Elaes quienans). Buletin Agron, Vol3;hal69-74.
Wirawan, G.N.dan M.I.Wahab. 2007. Teknologi Budidaya Jagung.Diakses dari http://.pustaka-deptan.go.id. Tanggal 3 Juli 2012
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Evaluasi Inokulum Mikoriza Arbuskular Dari Berbagai Inang
Sebelum memasuki tahap pengaplikasikan inokulum mikoriza arbuskular
pada tanaman jagung dan kedelai memerlukan suatu tahapan yaitu pembuataan
(pembiakan) inokulum mikoriza arbuskular pada tanaman jagung, kedelai,
setaria, kacang tanah sebagai tanaman inang.
Tabel 1. Hasil Derajat Infeksi Akar (%) dan Spora (gr) pada Tanaman Inang (Jagung, Kedelai, Setaria, Kacang Tanah)
Jumlah spora dari ke 4 inokulum dari tanaman inang yang berbeda berjumlah sangat sedik
dibandingkan inokulum kolonisasi pada akar tanaman inang lainnya. Sementara
kacang tanah merupakan tanaman inang yang memiliki persentase kolonisasi akar
terendah (84%).
Setelah pengujian inokulum mikoriza arbuskular dari 4 jenis inang yakni
Setaria splendida, jagung, kedelai dan kacang tanah dilaksanakan kemudian ke empat inokulum tersebut diaplikasikan ke tanaman jagung dan kedelai.
Tanaman Derajat Infeksi Akar (%) Spora/10 gr tanah
JJ (Jagung) 94 3
KD (Kedelai) 86 3
ST (Setaria) 97 3
Pengaruh Inokulum Mikoriza Arbuskular Dari Berbagai Inang Terhadap Pertumbuhan Dan Serapan Hara Serta Kolonisasi Akar Jagung Dan Kedelai 1. Tinggi Tanaman (cm)
Dari hasil sidik ragam tinggi tanaman (Lampiran 6.1 dan 6.2) diperoleh
faktor perlakuan pemberian berbagai jenis inokulum pada tanaman berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman .
Hasil uji beda rataan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT Taraf
5%) pengaruh perlakuan tunggal pemberian berbagai jenis inokulum terhadap
tinggi tanaman jagung dan kedelai dicantumkan pada Tabel 2 dan 2.1.
Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman Jagung Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angkayang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidakberbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Tabel 2.1 Rataan Tinggi Tanaman Kedelai Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Pada Tabel 2 dan 2.1 dapat dilihat bahwa faktor perlakuan pemberian
berbagai inokulum mikoriza pada tanaman berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman. Pada perlakuan kacang tanah + jagung (KTJ) 131,0 cm sebagai
perlakuan tertinggi sedangkan yang terendah pada perlakuan kacang tanah +
kedelai (KTKD) 75,6 cm. Tinggi tanaman pada perlakuan kacang tanah + kedelai
(KTKD) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya. Perbedaan ini
semata-mata didasarkan oleh jenis tanaman yang diuji. Oleh karena itu dilakukan
uji kontras yang menguji pengaruh inokulum dari berbagai inang dalam satu jenis
tanaman.
Tabel. 3. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Tinggi Tanaman
Jagung.
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Ulangan 2 458.00 229.00 1.832 tn 5.14 10.92
Perlakuan 3 219.00 73.00 0.584 tn 4.76 9.78
J J Vs KD J, ST J, KT J 1 90.75 90.75 0.726 tn 5.99 13.75 KD J, KT J Vs J J, ST J 1 81.00 81.00 0.648 tn 5.99 13.75
ST J Vs KT J 1 55.13 55.13 0.441 tn 5.99 13.75
Galat 6 750.00 125.00
Total 11 1427.00
KK 8.98
Perbedaan inang inokulum mikoriza dengan tanaman yang akan
diaplikasikan debang mikoriza tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap
Tabel. 3.1 Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Tinggi Tanaman
Kedelai.
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Ulangan 2 580.50 290.25 1.5473 tn 5.14 10.92
Perlakuan 3 1262.25 420.75 2.2430 tn 4.76 9.78
KD KD Vs J KD, ST KD, KT
Penggunaan tanaman leguminosa sebagai inang mikoriza tidak
berpengaruh dalam meningkatkan tinggi tanaman yang nyata secara statistic
dibandingkan dengan tanaman inang non leguminosa. Penggunaan tanaman
leguminosa terutama kacang tanah sebagai inang mikoriza berpengaruh nyata
dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai.
2.Berat Basah Tajuk Tanaman (gr)
Dari hasil sidik ragam berat basah tajuk tanaman (Lampiran 8.1 dan 8.2)
di peroleh faktor perlakuan pemberian berbagai jenis inokulum pada tanaman
berpengaruh nyata terhadap meningkatkan berat basah tajuk tanaman
dicantumkan pada Tabel 3.
Hasil uji beda rataan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT Taraf
5%) pengaruh perlakuan tunggal pemberian berbagai jenis inokulum terhadap
Tabel 4. Berat Basah Tajuk Tanaman Jagung Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Tabel 4.1 Berat Basah Tajuk Tanaman Kedelai Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Dari Tabel 4 dan 4.1 dapat dilihat bahwa faktor perlakuan pemberian
berbagai inokulum mikoriza pada tanaman berpengaruh nyata terhadap berat
basah tajuk tanaman. Pada perlakuan kedelai + jagung (KDJ) 104,9 gr sebagai
perlakuan tertinggi sedangkan yang terendah pada perlakuan jagung + kedelai (J
KD) 29,8 gr. Berat basah tajuk pada perlakuan kedelai + jagung (KDJ) nyata lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perbedaan ini semata-mata
didasarkan oleh jenis tanaman inang yang diuji. Oleh karena itu dilakukan uji
kontras yang menguji pengaruh inokulum dari berbagai ianang dalam 1 jenis
tanaman.
Perlakuan Berat Basah Tajuk (gr)
JJ (jagung+jagung) 95,0
KDJ (kedelai+jagung) 104,9
Tabel 5. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Berat Basah Tajuk
Tanaman Jagung.
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Ulangan 2 4157.09 2078.54 4.8160 tn 5.14 10.92
Perlakuan 3 370.92 123.64 0.2865 tn 4.76 9.78
J J Vs KD J, ST J, KT J 1 12.61 12.61 0.0292 tn 5.99 13.75
Perbedaan inang inokulum mikoriza dengan tanaman yang akan
diaplikasikan dengan mikoriza tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan berat basah tajuk tanaman jagung.
Tabel 5.1 Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Berat Basah Tajuk
Tanaman Kedelai.
SK Db JK KT F hit F 5% F 1%
Ulangan 2 1812.20 906.10 2.33 tn 3.74 6.51
Perlakuan 7 23755.76 3393.68 8.72 ** 2.76 4.28
J J Vs KD J, ST J, KT J 1 18.008 18.01 0.05 tn 4.60 8.86
Penggunaan tanaman leguminosa sebagai inang mikoriza tidak
berpengaruh dalam meningkatkan berat basah tajuk tanaman yang nyata secara
statistik dibandingkan dengan tanaman inang non leguminosa.
3. Berat Kering Tajuk Tanaman (gr)
Dari hasil sidik ragam berat kering tajuk tanaman (Lampiran 10.1 dan
10.2) di peroleh faktor perlakuan pemberian berbagai jenis inokulum pada
Hasil uji beda rataan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT Taraf
5%) pengaruh perlakuan tunggal pemberian berbagai jenis inokulum terhadap
berat kering tajuk tanaman jagung dan kedelai dicantumkan pada Tabel 6 dan 6.1.
Tabel 6. Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Tabel 6.1 Berat Kering Tajuk Tanaman Kedelai Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Dari Tabel 6 dan 6.1 dapat dilihat bahwa faktor perlakuan pemberian
berbagai inokulum mikoriza pada tanaman berpengaruh nyata terhadap berat
basah kering tanaman. Pada perlakuan kacang tanah + jagung (KTJ) 30,2 gr
sebagai perlakuan tertinggi sedangkan yang terendah pada perlakuan jagung +
kedelai (JKD) 16,8 gr. Berat kering tajuk pada perlakuan kacang tanah + jagung
(KTJ) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan Berat Kering Tajuk (gr)
JJ (jagung+jagung) 28,1
KDJ (kedelai+jagung) 27,2
STJ (setaria+jagung) 24,2 KTJ (k.tanah+jagung) 30,2
Perlakuan Berat Kering Tajuk (gr)
JKD (jagung+kedelai) 16,8
Tabel 7. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Berat Kering Tanaman Jagung.
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Ulangan 2 4157.09 2078.54 4.8160 tn 5.14 10.92
Perlakuan 3 370.92 123.64 0.2865 tn 4.76 9.78
J J Vs KD J, ST J, KT J 1 12.61 12.61 0.0292 tn 5.99 13.75
Perbedaan inang inokulum mikoriza dengan tanaman yang akan
diaplikasikan dengan mikoriza tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan berat kering tajuk tanaman jagung.
Tabel 7.1 Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Berat Kering Tanaman Kedelai.
SK Db JK KT F Hit F 5% F 1%
Ulangan 2 135.98 67.99 1.0834 tn 5.14 10.92
Perlakuan 3 196.68 65.56 1.0446 tn 4.76 9.78
KD KD Vs J KD, ST KD, KT
Penggunaan tanaman leguminosa sebagai inang mikoriza tidak
berpengaruh dalam meningkatkan berat kering tajuk tanaman yang nyata secara
4. Berat Basah Akar (gr)
Dari hasil sidik ragam berat basah akar tanaman (Lampiran 12.1 dan 12.2)
di peroleh faktor perlakuan pemberian berbagai jenis inokulum pada tanaman
berpengaruh nyata terhadap meningkatkan berat basah akar tanaman .
Hasil uji beda rataan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT Taraf
5%) pengaruh perlakuan tunggal pemberian berbagai jenis inokulum terhadap
berat basah akar tanaman jagung dan kedelai dicantumkan pada Tabel 8 dan 8.1.
Tabel 8. Berat Basah Akar Tanaman Jagung Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Tabel 8.1 Berat Basah Akar Tanaman Kedelai Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Dari Tabel 8 dan 8.1 dapat dilihat bahwa faktor perlakuan pemberian
berbagai inokulum mikoriza pada tanaman berpengaruh nyata terhadap berat
basah akar tanaman. Pada perlakuan jagung + jagung (JJ) 33,8 gr sebagai
perlakuan tertinggi sedangkan yang terendah pada perlakuan jagung + kedelai
(JKD) 3,9 gr dan kacang tanah + kedelai (KTKD) 3,9 gr. Berat basah akar pada Perlakuan Berat Basah Akar (gr)
JJ (jagung+jagung) 33,8
KDJ (kedelai+jagung) 29,4
STJ (setaria+jagung) 24,7 KTJ (k.tanah+jagung) 28,8
Perlakuan Berat Basah Akar (gr)
JKD (jagung+kedelai) 3,9
perlakuan jagung + jagung (JJ) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lainnya.
5. Serapan N (%)
Dari hasil sidik ragam serapan N tanaman (Lampiran 14.1 dan 14.2) di
peroleh faktor perlakuan pemberian berbagai jenis inokulum pada tanaman
berpengaruh tidak nyata terhadap meningkatkan serapan N tanaman.
Hasil uji beda rataan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT Taraf
5%) pengaruh perlakuan tunggal pemberian berbagai jenis inokulum terhadap
serapan N tanaman jagung dan kedelai dicantumkan pada Tabel 9 dan 9.1
Tabel 9. Serapan N Tanaman Jagung Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Tabel 9.1 Serapan N Tanaman Kedelai Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Dari Tabel 9 dan 9.1 dapat dilihat bahwa faktor perlakuan pemberian
berbagai inokulum mikoriza pada tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap
perlakuan jagung + kedelai (JKD) 47,9 mg/tan. Pada perlakuan kedelai + jagung
(KDJ)58,4 mg/tan. Pada perlakuan kedelai + kedelai (KDKD) 52,2 mg/tan. Pada
perlakuan setaria + jagung (STJ) 52,0 mg/tan. Pada perlakuan setaria + kedelai
(STKD) 45,0 mg/tan. Pada perlakuan kacang tanah + jagung (KTJ) 56,1 mg/tan.
Pada perlakuan kacang tanah + jagung (KTJ) 45,3 mg/tan.
Tabel 10. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Serapan N Tanaman Jagung.
SK Db JK KT F Hit F 5% F 1%
Ulangan 2 484.70 242.35 1.1495 tn 5.14 10.92
Perlakuan 3 128.00 42.67 0.2024 tn 4.76 9.78
J J Vs KD J, ST J, KT J 1 49.47 49.47 0.2346 tn 5.99 13.75 KD J, KT J Vs J J, ST J 1 85.70 85.70 0.4065 tn 5.99 13.75
ST J Vs KT J 1 18.36 18.36 0.0871 tn 5.99 13.75
Galat 6 1265.01 210.83
Total 11 1877.71
KK 26.79
Perbedaan inang inokulum mikoriza dengan tanaman yang akan
diaplikasikan dengan mikoriza tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap serapan
Tabel 10.1 Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Serapan N Tanaman Kedelai.
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Ulangan 2 45.86 22.93 1.3309 tn 5.14 10.92
Perlakuan 3 108.27 36.09 2.0946 tn 4.76 9.78
KD KD Vs J KD, ST KD, KT KD 1 69.91 69.91 4.0577 tn 5.99 13.75
Penggunaan tanaman leguminosa sebagai inang mikoriza tidak
berpengaruh dalam meningkatkan serapan N tanaman yang nyata secara statistik
dibandingkan dengan tanaman inang non leguminosa.
6. Serapan P (%)
Dari hasil sidik ragam serapan P tanaman (Lampiran 16.1 dan 16.2) di
peroleh faktor perlakuan pemberian berbagai jenis inokulum pada tanaman
berpengaruh tidak nyata terhadap meningkatkan serapan P tanaman.
Hasil uji beda rataan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT Taraf
5%) pengaruh perlakuan tunggal pemberian berbagai jenis inokulum terhadap
serapan P tanaman jagung dan kedelai dicantumkan pada Tabel 10 dan 10.1.
Tabel 11. Serapan P Tanaman Jagung Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Perlakuan Serapan P (mg/tan)
JJ (jagung+jagung) 3,7
KDJ (kedelai+jagung) 4,4
Tabel 11.1 Serapan P Tanaman Kedelai Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Dari Tabel 11 dan 11.1 dapat dilihat bahwa faktor perlakuan tunggal
pemberian berbagai inokulum mikoriza pada tanaman tidak berpengaruh nyata
terhadap serapan P tanaman. Pada perlakuan jagung + jagung (JJ) 3,7 mg/tan.
Pada perlakuan jagung + kedelai (JKD) 3,5 mg/tan. Pada perlakuan kedelai +
jagung (KDJ) 4,4 mg/tan. Pada perlakuan kedelai + kedelai (KDKD) 3,3 mg/tan.
Pada perlakuan setaria + jagung (STJ) 3,8 mg/tan. Pada perlakuan setaria +
kedelai (STKD) 4,2 mg/tan. Pada perlakuan kacang tanah + jagung (KTJ) 4,6
mg/tan. Pada perlakuan kacang tanah + jagung (KTJ) 3,4 mg/tan.
Tabel 12. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Serapan P Tanaman
Jagung.
SK Db JK KT F hit F 5% F 1%
Ulangan 2 216.47 108.24 0.90 tn 3.74 6.51
Perlakuan 7 487.56 69.65 0.58 tn 2.76 4.28
Perbedaan inang inokulum mikoriza dengan tanaman yang akan
diaplikasikan dengan mikoriza tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap serapan
P tanaman jagung.
Tabel 12.1 Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Serapan P Tanaman
Kedelai.
Penggunaan tanaman leguminosa sebagai inang mikoriza tidak
berpengaruh dalam meningkatkan serapan P tanaman yang nyata secara statistik
dibandingkan dengan tanaman inang non leguminosa.
7. Kolonisasi Akar (%)
Dari hasil sidik ragam kolonisasi akar tanaman (Lampiran 18.1 dan 18.2)
di peroleh faktor perlakuan pemberian berbagai jenis inokulum pada tanaman
berpengaruh nyata terhadap meningkatkan berat kolonisasi akar tanaman .
Hasil uji beda rataan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT Taraf
5%) pengaruh perlakuan tunggal pemberian berbagai jenis inokulum terhadap
Tabel 13. Kolonisasi Akar Tanaman Jagung Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Tabel 13.1 Kolonisasi Akar Tanaman Kedelai Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)
Keterangan : Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Dari Tabel 13 dan 13.1 dapat dilihat bahwa faktor perlakuan tunggal
pemberian berbagai inokulum mikoriza pada tanaman berpengaruh nyata terhadap
kolonisasi akar tanaman. Pada perlakuan kedelai + jagung (KDJ)83,3 %, kedelai
+ kedelai (KDKD)83,3 %, setaria + jagung (STJ)83,3 %, kacang tanah + kedelai
(KTKD)3,3 % sebagai perlakuan tertinggi sedangkan yang terendah pada
perlakuan jagung + kedelai (JKD)63,3 %. Kolonisasi akar pada perlakuan kedelai
+ jagung (KDJ), kedelai + kedelai (KDKD), setaria + jagung (STJ), kacang tanah
+ kedelai(KTKD) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Perbedaan ini semata-mata didasarkan oleh jenis tanaman inang yang diuji. Oleh
karena itu dilakukan uji kontras yang menguji pengaruh dari berbagai inang dalam
satu jenis tanaman.
Perlakuan Kolonisasi Akar (%)
JJ (jagung+jagung) 76,6
KDJ (kedelai+jagung) 83,3
STJ (setaria+jagung) 83,3 KTJ (k.tanah+jagung) 73,3
Perlakuan Kolonisasi Akar (%)
JKD (jagung+kedelai) 63,3
Tabel 14. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Kolonisasi Akar
Tanaman Jagung.
SK db JK KT F Hit F 5% F 1%
Ulangan 2 3.54 1.77 2.1939 tn 5.14 10.92
Perlakuan 3 1.75 0.58 0.7218 tn 4.76 9.78
J J Vs KD J, ST J, KT J 1 0.48 0.48 0.5893 tn 5.99 13.75
Perbedaan inang inokulum mikoriza dengan tanaman yang akan
diaplikasikan dengan mikoriza tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap
kolonisasi akar tanaman jagung.
Tabel 14.1 Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Kolonisasi Akar
Tanaman Kedelai.
Penggunaan tanaman leguminosa sebagai inang mikoriza tidak
berpengaruh dalam meningkatkan kolonisasi akar tanaman yang nyata secara
Pembahasan
Pemberian Berbagai Jenis Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
Perlakuan inokulum mikoriza dari berbagai inang tidak berpengaruh nyata
terhadap kemampuan tanaman dalam penyerapan unsur hara di wilayah perakaran
tanaman. Derajat infeksi akar jagung (J) 94% ,kedelai (KD) 86%, kacang tanah
(KT) 84% dan setaria sp (ST) 97% pada inokulum yang dipersiapkan untuk
penelitian selanjutnya sebesar 10 gr dalam membantu pertumbuhan tanaman.
Pemberian berbagai jenis inokulum menunjukkan pengaruh sangat nyata
terhadap berat basah tajuk, tinggi tanaman, berat kering tajuk. Hal ini dapat terjadi
karena ada perbedaan jenis tanaman yang diuji, namun pengaruh inokulum
diinang berbeda terhadap tinggi tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk,
pada tanaman sama tidak berbeda nyata yang diperlihatkan dari hasil uji kontras
pada tanaman jagung. Sementara pada tanaman kedelai, penggunaan setaria dan
tanaman leguminosae sebagai inang inokulum mikoriza tidak nyata dalam
meningkatkan tinggi tanaman,berat basah tajuk,berat kering tajuk, berat basah
akar,serapan N dan P.
Pemberian berbagai jenis inokulum terhadap berat kering tajuk tanaman
dan berat basah akar berbeda nyata disebabkan oleh tanaman yang berbeda
(jagung dan kedelai) pengaruh suatu inang inokulum terhadapa suatu parameter
tersebut tidak menyatu. Muara (2010) pada parameter berat kering tajuk didapat
nilai rataan tertinggi 26,80 gr (25% SP-36 & 75% Titonia ) sedangkan nilai rataan
tertinggi pada perlakuan kacang tanah + jagung (KTJ) 30,2 gr. Terlihat perbedaan
beda perlakuan menunjukkan mikoriza efektif dalam meningkatkan berat kering
tajuk tanaman dan berat basah akar, lebih baik dibandingkan tanpa mikoriza.
Mikoriza membentuk hifa internal dan hifa eksternal. Pada hifa eksternal
akan terbentuk spora, yang merupakan bagian penting dari mikoriza yang berada
diluar akar. Fungsi utama hifa eksternal adalah menyerap fosfor dalam tanah.
Adanya hifa eksternal ini penyerapan hara terutama fosfor menjadi besar
dibandingkan dengan tanaman yang tidak terinfeksi mikoriza.
Pemberian berbagai jenis inokulum menunjukkan pengaruh yang tidak
nyata terhadap serapan N tanaman jagung. Hal ini dapat terjadi karena sangat
rendahnya ketersediaan hara pada tanah, jenis tanah, pH, dan bahan organik
tanah. Sebagai penunjang perkembangan mikoriza didalam tanah. Mikoriza tidak
menyediakan unsu-unsur hara pada tanah yang diaplikasikan melainkan
mmembantu tanaman untuk dapat mempunyai kemampuan menyerap unsur-unsur
hara yang dibutuhkan didalam tanah. Daerah akar bermikoriza tetap aktif dalam
mengadsorbsi hara untuk jangka waktu yang lebih lama dibandingkan akar yang
tidak bermikoriza.
Pengaruh tanaman yang diuji sangat mempengaruhi bobot kering tanaman,
namun serapan haran N pada tanaman jagung tidak berbeda nyata dengan tanaman
kedelai. Lebih menarik lagi bahwa serapan N pada tanaman yang diberikan
inokulum mikoriza arbuskluar dengan tanaman leguminosae memiliki serapan N
yang lebih tinggi dibandingkan inang inokulum yang bukan legiminosae.
Melihat bobot kering tanaman jagung lebih berat dari pada bobot kering
tanaman kedelai yaitu sekitar 1,4 – 1,8 kali. Seharusnya dari serapan N dari
tanaman jagung dan kedelai yang diberi inokulum yang menggunakan tanaman
inangnya leguminosae lebih tinggi dari non leguminosae kemungkinan dalam
inokulum tanaman inang leguminosae mengandung unsur hara N lebih baik yang
berasal dari fikasasi N.
Pemberian berbagai jenis inokulum menunjukkan pengaruh yang tidak
nyata terhadap serapan P tanaman jagung. Hal ini didasari oleh analisis awal
sampel tanah maka didapati nilai pH (H2O) 4,55 (masam) C-organik 0,78%
(sangat rendah) N-total 0,03% (sangat rendah) P-Bray II 6, 35 ppm (sangat
rendah) tekstur (lempung liat berpasir). Dari hasil penghitungan spora yakni 3
spora/ 10 gr tanah nilai ini dikatakan rendah jumlah normal adalah 9-10 spora/ 10
gr tanah. Hal ini diduga sbagai tidak efektifnya penyerapan P selain faktor
ketersediaan unsur hara P itu sendiri ditanah.
Perlu diketahui bahwasanya mikoriza hanya membantu dalam proses
penyerapan unsur hara melalui hifa eksternal dan internal. Bukan menyediakan
unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan. Tanaman yang bermikoriza
tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab utama adalah
mikroza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro maupun
mikro. Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara
dalam bentuk terikat yang tidak yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas, 1997).
Pemberian berbagai jenis inokulum menunjukkan pengaruh yang tidak
nyata terhadap kolonisasi akar tanaman jagung. Kolonisasi akar tertinggi terdapat
pada perlakuan kedelai + kedelai (KDKD), kedelai + jagung (KDJ),setaria +
jagung (STJ), kacang tanah + kedelai (KTKD) yaitu sebesar 83,3%. Sedangkan
ini dapat terjadi karena ukuran akar inang jagung yang lebih besar jika
dibandingkan akar tanaman inang lainnya, menyebabkan pada pencacahan akar
jumlah potongan akar jagung jauh lebih sedikit dari tanaman lainnya.
Pemberian berbagai jenis inokulum menunjukan pengaruh yang nyata
terhadap kolonisasi akar tanaman kedelai. Pengaruh yang nyata terdapat pada uji
kontras kombinasi KD KD, KT KD Vs J KD, ST KD. Hal ini kemungkinan
bentuk pengaruh kombinasi antara tanaman leguminosae vs non-leguminosae.
Tanaman leguminosae membutuhkan unsur P untuk mempercepat proses fikasasi
N dalam tanah sesuai dengan pernyataan Susetyo (1985) Unsur P dibutuhkan
tanaman legume untuk proses fiksasi N, selain itu unsur fosfor (P) berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan akar maupun pada bagian atas tanaman seperti batang
dan daun. Kemampuan leguminosae memfikasasi N secara alami memungkinkan
pengaruh yang nyata pada kolonisasi akar pada tanaman kedelai.
Inokulum yang diberikan sebanyak 20 gr/polibag tidak memiliki akar
terinfeksi yang merata seperti pada inang lainnya. Sementara dari hasil
pengamatan jumlah spora dan derajat infeksi inokulum ( Tabel 1) menunjukkan
bahwa akar terinfeksi lah yang potensial sebagai bahan inokulum dibandingkan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari peranan inang inokulum
mikoriza (setaria,jagung,kedelai,kacang tanah) terhadap tinggi tanaman, berat
basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, serapan hara N, serapan hara P,
kolonisasi karena tanaman yang diberikan inokulum dari inang leguminosae lebih
baik. Hasil tanaman jagung tidak sesuai menggunakan tanaman inang inokulum
untuk diaplikasikan ke pertanaman kedelai.
Saran
Sebaiknya perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai aplikasi mikoriza
yang berasal dari inang berbeda terhadap tanaman pangan lainnya sampai
TINJAUAN PUSTAKA
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)
Istilah mikoriza seringkali digunakan untuk menjelaskan hubungan saling
ketergantungan antara tanaman inang yang menerima hara mineral dan cendawan
yang memperoleh senyawa karbon hasil dari fotosintesis tanaman inang. Asosiasi
yang saling menguntungkan antara cendawan dari glomales (zygomicetes) dengan
tanaman inang disebut dengan arbuskular atau cendwan vesicular arbuskular,
yang paling banyak terjadi pada spesies tanaman karena penting dan sangat
berperan dapat meningkatkan suatu unsur hara yang terbatas,khususnya fosfat
(Lambais dan Mehdi,1995).
Secara umum tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari pada
tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat
meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro.
Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unusur hara dalam
bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman (Anas,1990).
Berdasarkan struktur dan cara jamur menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokan menjadi Ektomikoriza (jamur yang menginfeksi tidak masuk ke
dalam sel akar tanaman dan hanya berkembang diantara dinding sel jaringan
korteks, akar yang terinfeksi membesar dan bercabang), Endomikoriza (Jamur
yang menginfeksi masuk ke dalam jaringan selkorteks dan akar yang terinfeksi
tidak membesar).
Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuan nya dalam membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara Phosphates (P).
cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman sama-sama
memperoleh unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Di lain
pihak,cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (Karbohidrat dan
keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inangnya (Hanafiah,1992).
Hampir semua tanaman akarnya terinfeksi cendawan mikoriza. Graminae
dan Leguminosa umumnya bermikoriza. Jagung merupakan contoh tanaman yang
terinfeksi hebat oleh mikoriza. Tanaman pertanian yang telah di laporkan
terinfeksi vesicular-arbuskular adalah kedelai, barley, bawang, kacang tunggak,
nenas, padi gogo, papaya, selada, singkong dan sorgum. Tanaman perkebunan
yang telah dilaporkan akarnya terinfeksi mikoriza adalah tebu, teh, tembakau,
palem, kopi, karet, kapas, jeruk, kakao,apel, anggur (Bolan, 1991).
Peranan penting FMA dalam pertumbuhan tanaman adalah
kemampuannya untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Selain itu
akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat
dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal pada mikoriza dapat
menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah menjadi senyawa
polifosfat.(Intan,2007)
Suatu simbiosis terjadi apabila cendawan masuk ke dalam akar atau
melakukan infeksi. Proses infeksi dimulai dengan perkecambahan spora didalam
tanah. Hifa yang tumbuh melakukan penetrasi ke dalam akar dan berkembang di
dalam korteks. Pada akar yang terinfeksi akan terbentuk arbuskul, vesikel
intraseluler, hifa internal diantara sel-sel korteks dan hifa eksternal. Penetrasi
proses diferensiasi dan proses pertumbuhan hifa berkembang tanpa merusak sel
(Anas, 1998).
Cendawan ini membentuk spora di dalam tanah dan dapat berkembang
bika jika berassosiasi dengan tanamn inang. Sampai saat ini berbagi usaha telah
dilakukan unutk menumbuhkan cendawan ini dalam media buatan, akan tetapi
belaum berhasil. Faktor ini merupakan suatu kendala yang utama sampai saat ini
yang menyebabkan FMA belum dapat dipoduksi secar komersil dengan
menggunakan media buatan, walaupun pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman sangat mengembirakan. Spora cendawan ini sangat bervariasi dari
sekitar 100 m sampai 600 m. Oleh karena ukuranya yang cukup besar inilah
maka spora ini dapat dengan mudah diisolasi dari dalam tanah dengan
menyaringnya (Pattimahu, 2004).
Tanah Ultisol
Ultisol merupakan tanah mineral yang berada pada daerah temprate
sampai tropika. Mempunyai horison argilik atau kandik atau fragipan dengan
lapisan liat tebal (Munir 1996). Darmawijaya (1997) menyebutkan bahwa tanah
ultisol merupakan tanah masam yang telah mengalami pelindian hebat (highly
leached) sehingga memiliki tingkat kesuburan yang rendah dengan warna kelabu
cerah sampai kekuningan. Di atas horizon akumulasi yang bertekstur relatif berat
berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal, agregat kurang stabil dan
permeabilitas rendah.
Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang
tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di
Pada umumnya ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah atau
disebut juga dengan Podsolik Merah Kuning (PMK). Tekstur tanah ini adalah liat
hingga liat berpasir, bulk density antara 1.3-1.5, dan permeabilitas lambat hingga
sedang (Hardjowigeno, 1993). Tanah Ultisol memiliki kemantapan agregat yang
tidak mantap (massive). Menurut Prasetyo et al. (2005) yaitu bahwa reaksi tanah Ultisol pada umumnya berkisar antara 3.1−5.0 atau masam hingga sangat masam.
Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah
permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran
permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah
ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini
karena kesuburan tanah ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan
organik pada lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin
bahan organik dan hara. Tekstur ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan
induk tanahnya. Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya
mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir, sedangkan ultisol dari batu
kapur, batuan andesit dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti
liat dan liat halus. Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat,
dengan bentuk gumpal bersudut (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Pembentukan tanah berjalan cepat didaerah yang beriklim humid dengan
suhu tinggi dan curah hujan tinggi. Seperti halnya di Indonesia ultisol telah
mengalami pencucian yang sangat intensif menyebabkan ultisol memiliki
kejenuhan basa yang rendah dan pelapukan mineral yang rendah. Tanah ultisol
memiliki kepadatan tanah 1,10-1,35 g/cm3, tingkat permeabilitas, infiltrasi dan
KTK rendah, kandungan N, P,dan K rendah sehingga ultisol miskin secara fisik
dan kimia. Pelapukan yang telah lanjut pada ultisol membentuk liat oksida
hodrous Fe dan Al dalam jumlah yang tinggi dan dapat bereaksi dengan P
membentuk sederetan P yang sukar larut, sehingga kurang tersedia bagi tanaman
(Tan, 1992).
Dikarenakan tanah ultisol memiliki hara yang sangat rendah dan pH yang
rendah maka digunakanlah Rock phosfat yang memiliki kandungan P2O5 28% dan
harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk buatan
(anorganik) SP18 yang relatif mahal. Disamping Rock phophate yang memiliki
kandungan P2O5 yang tinggi juga bermanfaat untuk meningkatkan proses
granulasi sehingga tanahnya lebih mudah diolah dan tidak lengket, kelarutan dan
ketersediaan hara P untuk tanaman meningkat, meningkatkan pH tanah sehingga
memperbaiki lingkungan perakaran tanaman, dan yang terpenting memiliki efek
pengapuran (Moersidi, 1999). Kelarutan fosfat alam pada tanah netral sangat
rendah atau lambat melarut (slow release), tetapi akan meningkat bila diaplikasikan pada tanah masam seperti ultisol (Chien et al., 1995).
Penelitian Hartatik dan Adiningsih (1989) menunjukkan bahwa P-alam
memiliki efek residu yang lebih baik dibanding TSP pada tanah kering masam
untuk tanaman kedelai dan jagung.
Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
Susunan morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan
buah (Wirawan dan Wahab, 2007).
Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar
utama,akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut
berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang
terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak
diperlukan dan alat pernapasan. Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang
dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m.
Pada tanaman yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang
bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Suprapto, 1999).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gadum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan
jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak
bercabang. Panjang batang jagung umumnya berkisar antara 60-300 cm,
tergantung tipe jagung. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin (Rukmana, 1997).
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada pula yang berambut. Setiap stoma
dikelilingi oleh sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Wirawan dan
Tanaman Kedelai
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang
lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar
cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemak bebas (N2) dari udara yang kemudian
dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian yang terpenting dari poros
janin ialah : hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros hipokotil
akar. Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan perkembangan
plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo pertama dari
batang utama tergantung pada reaksi genotipe terhadap panjangnya hari dan dari tipe
tumbuh, determinan atau indeterminan(Hidayat, 1985 dalam Somaatmadja, dkk)
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia
kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai
daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa
perkecambahan. Umumnya, bentuk dan daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan
lancip (lanceolate). Kedelai bentuk tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik
(Adisarwanto, 2005).
Tanaman Kacang Tanah
Kacang tanah, kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang
tuban, kacang kole, kacang banggala (bahasa Yunani: Arachis hypogaea L., bahasa Inggris: peanut, groundnut) merupakan tanaman polong-polongan atau legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang
tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30
Tanaman ini adalah salah satu diantara dua jenis tanaman budidaya selain
kacang bogor, Voandziea subterranae yang buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses
pematangan biji targanggu akar tunggang.
Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut : yang
pertama adalah mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi
sebagai alat penghisap. Kacang tanah memiliki akar serabut yang tunbuh kebawah
sepanjang + 20 cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang)
yang tumbuh kesamping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapat akar
serabut, fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara.
Pada akar lateral terdapat bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri
rhizobium, kegunaannya pengikat zat nitrogen dari udara. Bunga kacang tanah
tunggal, terletak di ketiak daun, tabung kelopak berbentuk lan sel, mahkota
berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. Bunga kacang tanah mulai muncul
dari ketiak daun pada bagian bawah yang berumur antara 4-5 minggu dan
berlangsung hingga umur 80 hari setelah tanam.
Tanaman Rumput Setaria
Rumput setaria sering juga disebut sebagai rumput setaria lampung.
Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m,
berdaun halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna
merah keungu-unguan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal
batang tersusun seperti kipas.
Rumput setaria merupakan jenis rumput perenial. Rumput ini tumbuh
Tinggi rumput dapat mencapai 1,5 – 3,5 m dengan daun lebar dari sereceae.
Panjang daun mencapai 70 cm dengan lebar daun 12-20 mm. Malai lebih panjang
berwarna coklat tua dan bulir dikelilingi oleh bulu kasar (Bogdan, 1977).
Rumput setaria sangat cocok ditanam di tanah yang mempunyai ketinggian
1200 m dpl, dengan curah hujan tahunan 750 mm atau lebih, dapat tumbuh di
berbagai jenis tanah, dan tahan terhadap genangan air. Pembiakan dapat dilakukan
dengan memisahkan rumpun dan menanamnya dengan jarak 60 x 60 cm.
Pemupukan di lakukan pada tanaman berumur kurang lebih dua minggu, dengan
pupuk urea 100 kg/hektar lahan, dan sebulan sekali ditambah dengan 100 kg
urea/hektar.
Kekurangan air pada tanaman akan dapat menghambat pembentukan dan
perkembangan sel sehingga menyebabkan pertumbuhan akar tanaman terhambat
dan penyebaran akar relatif sempit akibatnya absorbsi air dan unsur hara menurun
sehinggga metabolisme karbohidrat, protein dan zat pengatur tumbuh terganggu
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan
akar tanaman. Rao (1994) mengemukakan bahwa lebih dari 80% tanaman dapat
bersimbiosis dengan fungi mikoriza arbuskular (FMA) serta dapat pada sebagian
besar ekosistem alam dan pertanian serta memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan tanaman, kesehatan dan produktifitas tanaman .
Banyak penelitian telah melaporkan peranan FMA dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Muzar (2000) menggunakan FMA dengan dosis 15 gr
inokulum FMA per lubang tanam diperoleh hasil terbaik pada tahun 2000.
Tanaman yang bersimbiosis dengan mikoriza juga dapat bertahan hidup
pada kondisi tercekam kekeringan,tanah salin, pada tanah-tanah yang mengalami
kekahatan fosfor. Mikoriza tidak hanya menguntungkan pertumbuhan tanaman,
tetapi juga menekan kebutuhan pupuk P sampai 20-30% (Sutanto, 2002).
Penggunaan inokulasi mikoriza arbuskular pada tanaman kedelai (
Glycine max) sebanyak 10gr inokulum mikoriza arbuskular per polibag menunjukan bahwa inokulasi FMA selain meningkatkan pertumbuhan kedelai
juga meningkatkan hasil biji dan kadar protein masing-masing 1,7 ton/ha dan
36,69% (Nuraeni,1999).
Proses pembuatan inokulum FMA memerlukan tanaman inang, sebab
FMA tidak dapat hidup pada media buatan. Untuk itu peranan perakaran tanaman
Perumusan Masalah
Dalam menyediakan inokulum mikoriza di perlukan tanaman inang. Jenis
tanaman selama ini yang digunakan adalah Setaria splendida. Mikoriza
merupakan salah satu pupuk hayati yang perkembangannya dipengaruhi oleh
ekosistem keadaan lingkungannya. Maka perbedaan inang/tanaman akan
memberikan pengaruh yang berbeda. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji
respon pertumbuhan mikoriza pada berbagai inang.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk menguji kualitas inokulum
mikoriza dengan berbagai jenis tanaman inang yang menggunakan ultisol sebagai
media tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai di tanah ultisol.
Hipotesis Penelitian
Tanaman inang yang memiliki volume akar seperti setaria splendida
merupakan inang yang terbaik untuk memproduksi inokulum FMA pada media
tanah ultisol.
Kegunaan Penelitian
1. Untuk mengetahui potensi tanaman yang terbaik sebagai inang dalam
memproduksi inokulum mikoriza arbuskular pada media tanah ultisol.
2. Agar dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan sbagai sumber
informasi bagi pihak yang membutuhkan tentang pembuatan inokulum
mikoriza khususnya.
3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Abstrak
Doli Saputra Hasibuan : potensi berbagai tanaman sebagai inang inokulum mikoriza arbuskular dan efeknya terhadap pertumbuhan tanaman
jagung dan kedelai di tanah ultisol simalingkar. Dibimbing T. Sabrina dan Alida Lubis.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas inokulum mikoriza dari berbagai jenis tanaman inang yang menggunakan ultisol sebagai media tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai di tanah ultisol. Penelitian ini dilakukan di rumah kasa dan laboratorium Bioteknologi Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Untuk dapat mencapai tujuan penelitian maka
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
non-Faktorial. Dengan perlakuan J J (Tanaman jagung di beri inokulum mikoriza dari tanaman jagung), KD J (Tanaman jagung di beri inokulum mikoriza dari tanaman kacang kedelai), ST J (Tanaman jagung di beri inokulum mikoriza dari tanaman rumput setaria), KT J (Tanaman jagung di beri inokulum mikoriza dari tanaman kacang tanah), J KD (Tanaman kedelai di beri ikokulum mikoriza dari tanaman jagung), KD KD (Tanaman kedelai di beri ikokulum mikoriza dari tanaman kedelai), ST KD (Tanaman kedelai di beri ikokulum mikoriza dari tanaman rumput setaria), KT KD (Tanaman kedelai di beri ikokulum mikoriza dari tanaman kacang tanah).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulum mikoriza dari tanaman jagung, kedelai, kacang tanah dan rumput setaria pada tanaman Jagung dan Kedelai berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, berat basah tajuk tanaman, berat kering tajuk tanaman, berat basah akar tanaman dan derajat infeksi akar, namun tidak berpengaruh nyata pada serapan N dan serapan P tanaman secara signifikan.
POTENSI BERBAGAI TANAMAN SEBAGAI INANG INOKULUM MIKORIZA ARBUSKULAR DAN EFEKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI DI TANAH
ULTISOL SIMALINGKAR
SKRIPSI
OLEH :
DOLI SAPUTRA HASIBUAN 070303052
ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi :Potensi Berbagai Tanaman Sebagai Inang Inokulum Mikoriza Arbuskular dan Efeknya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung dan Kedelai Pada Ultisol Simalingkar
Nama : Doli Saputra Hasibuan
NIM : 070303052
Departemen : Agroekoteknologi
Minat : Bioteknologi
Disetujui, Komisi Pembimbing :
(Dr.Ir. Sabrina.M.Agr. Sc.) Ketua
(Ir. Alida Lubis.MS) Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
POTENSI BERBAGAI TANAMAN SEBAGAI INANG INOKULUM MIKORIZA ARBUSKULAR DAN EFEKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI DI TANAH
ULTISOL SIMALINGKAR
SKRIPSI
OLEH :
DOLI SAPUTRA HASIBUAN 070303052
ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Abstrak
Doli Saputra Hasibuan : potensi berbagai tanaman sebagai inang inokulum mikoriza arbuskular dan efeknya terhadap pertumbuhan tanaman
jagung dan kedelai di tanah ultisol simalingkar. Dibimbing T. Sabrina dan Alida Lubis.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas inokulum mikoriza dari berbagai jenis tanaman inang yang menggunakan ultisol sebagai media tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai di tanah ultisol. Penelitian ini dilakukan di rumah kasa dan laboratorium Bioteknologi Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Untuk dapat mencapai tujuan penelitian maka
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non-Faktorial. Dengan perlakuan J J (Tanaman jagung di beri inokulum mikoriza
dari tanaman jagung), KD J (Tanaman jagung di beri inokulum mikoriza dari tanaman kacang kedelai), ST J (Tanaman jagung di beri inokulum mikoriza dari tanaman rumput setaria), KT J (Tanaman jagung di beri inokulum mikoriza dari tanaman kacang tanah), J KD (Tanaman kedelai di beri ikokulum mikoriza dari tanaman jagung), KD KD (Tanaman kedelai di beri ikokulum mikoriza dari tanaman kedelai), ST KD (Tanaman kedelai di beri ikokulum mikoriza dari tanaman rumput setaria), KT KD (Tanaman kedelai di beri ikokulum mikoriza dari tanaman kacang tanah).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulum mikoriza dari tanaman jagung, kedelai, kacang tanah dan rumput setaria pada tanaman Jagung dan Kedelai berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, berat basah tajuk tanaman, berat kering tajuk tanaman, berat basah akar tanaman dan derajat infeksi akar, namun tidak berpengaruh nyata pada serapan N dan serapan P tanaman secara signifikan.
RIWAYAT HIDUP
DOLI SAPUTRA HASIBUAN, Dilahirkan di Labuhan Batu pada
Tanggal 9 Juni 1989 anak dari Ayahanda Muhammad Saleh Umar Hasibuan dan
Ibunda Saripah Nasution. Penulis merupakan anak Pertama dari Tiga Bersaudara.
Adapun riwayat pendidikan yang pernah ditempuh adalah tahun 2001 tamat
sekolah SD Negeri 112188 Labuhan Batu. Tahun 2004 lulus SMP IKAL Medan
dan pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Panca Budi Medan. Penulis masuk
Universitas Sumatera Utara pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Adapun kegiatan yang diikuti selama berada difaklutas Pertanian adalah
anggota organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA). Mengikuti kegiatan
Pekan Ilmiah Ilmu Tanah Nasional (PILMITANAS) di Universitas Gajah Mada
pada tahun 2009. Ketua Pengajian Al-Bayan Departemen Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian USU Periode 2010-2011. Panitia kegiatan mahasiswa ilmu tanah
Pengkaderan Ilmu Tanah Nasional (PENGKANAS) di Universitas Sumatera
Utara pada tahun 2010. Simpatisan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
(GMNI) 2011. Asisten Laboratorium Kesuburan Tanah pada tahun 2009-2010.
Mengikuti Seminar Nasional “Paradoks Pemanfaatan Lahan di Indonesia Antara
Pertumbuhan ekonomi Melalui Alih Fungsi Lahan dengan Kelestarian
Lingkungan” di Auditorium Prof.Harjono Danoesastro UGM , Yogyakarta 14
November 2009. Mengikuti Soil Judging Contest “Optimalisasi Penggunaan
Kaliurang, Yogyakarta 15-18 November. Mengikuti seminar “The Secret of
Public Speaking and Presentation Skills” di Gedung Peradilan Semu Lt. 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Adapun judul dari skripsi ini yaitu “Potensi Berbagai Tanaman Sebagai
Inang Inokulum Mikoriza Arbuskular dan Efeknya Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung dan Kedelai Di Tanah Ultisol Simalingkar” yang
merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh Gelar Sarjana di
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Ir.T. Sabrina M.Agr.Sc.PhD selaku Ketua Komisi Pembimbing dan ibu
Ir.Alida Lubis MS selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberi
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya
Ayahanda H.Mhd.Saleh Umar Hasibuan dan Ibunda Hj.Syarifah yang telah
memberikan semangat dan mendoakan saya sampai saat ini, dan adik-adikku
Alam dan Rani yang kusayangi serta kepada Yani yang telah banyak membantu
proses penelitian selama ini. Kepada sahabat-sahabatku Joyo, Fauzan, Mirza,
Heri, Sukma, Edi, Ivan, Pepeng, Rino, Timbul dan soil 2007 khususnya dan adik
juniorku 2008-2010 dan seluruh pihak yang tidak dapat aku sebutkan namanya
yang telah membantu dan mendoakan penulis selama ini.
Medan, oktober 2012
DAFTAR ISI Pelaksanaan Penelitian ... Parameter Penelitian ...
Pertumbuhan dan Serapan Hara Serta Kolonisasi Akar Jagung dan Kedelai ... Tinggi Tanaman ... Berat Basah Tajuk Tanaman ... Berat Kering Tajuk Tanaman ... Berat Basah Akar ... Serapan N ... Serapan P ... Kolonisasi
Akar...
Pembahasan ... Pemberian Berbagai Jenis Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah)Terhdap Pertumbuhan Tanaman ...
KESIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Derajat Infeksi Akar dan Spora Pada Tanaman Inang
(Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah) ...
Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah) ...
Tabel 2.1. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Tinggi Tanaman Jagung ...
Tabel 2.2. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Tinggi
Tanaman Kedelai ...
Tabel 3. Rataan Berat Basah Tajuk Tanaman Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah) ...
Tabel 3.1. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Berat Basah Tajuk Tanaman Jagung ...
Tabel 3.2. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Berat Basah Tajuk Tanaman Kedelai ...
Tabel 4. Rataan Berat Kering Tajuk Tanaman Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah) ...
Tabel 4.1. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung ...
Tabel 4.2. Nilai Uji Kontras Pengujian Inokulum Terhadap Berat Kering Tajuk Tanaman Kedelai ...
Tabel 5. Rataan Berat Basah Akar Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah) ...
Tabel 6. Rataan Serapan N Tanaman Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah) ...
Tabel 7. Rataan Serapan P Tanaman Dengan Berbagai Inokulum (Jagung,Kedelai,Setaria,Kacang Tanah) ...
Tabel 8.1 Nilai Uji Kontras Pengujian Terhadap Kolonisasi Akar Tanaman Jagung ...
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1. Foto Penelitian di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Usu ...
Gambar 2. Foto Penelitian di Rumah Kasa Fakuktas Pertanian Usu ...
Gambar 3. Pertumbuhan Jagung Dengan Perlakuan Inokulum Setaria ...
Gambar 4. Pertumbuhan Jagung Dengan Perlakuan Inokulum Jagung ...
Gambar 5. Pertumbuhan Jagung Dengan Perlakuan Inokulum Kedelai ...
Gambar 6. Pertumbuhan Jagung Dengan Perlakuan Inokulum K.Tanah ...
Gambar 7. Pertumbuhan Kedelai Dengan Perlakuan Inokulum Jagung ...
Gambar 8. Pertumbuhan Kedelai Dengan Perlakuan Inokulum Kedelai ...
Gambar 9. Pertumbuhan Kedelai Dengan Perlakuan Inokulum Setaria ...
Gambar 11. Foto Sampel Akar Jagung Yang Terinfeksi Hifa Mikoriza ...
Gambar 12. Foto Sampel Akar Kedelai Yang Terinfeksi Hifa Mikoriza ...
Gambar 13. Foto Ke 4 Tanaman Inang Mikoriza Arbuskular ...
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Awal Contoh Tanah Ultisol ...
Lampiran 2. Hasil Derajat Infeksi Akar dan Spora Pada Tanaman Inang ...
Lampiran 3. Kriteria Sifat Tanah ...
Lampiran 4. Bagan Penilitian ...
Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman Akhir Vegetatif (cm) ...
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Vegetatif ...
Lampiran 7. Data Berat Basah Tajuk Tanaman Vegetatif (gr) ...
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Berat Basah Tajuk Tanaman Vegetatif ...
Lampiran 9. Data Berat Kering Tajuk Tanaman Vegetatif (gr) ...
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Tanaman Vegetatif ...
Lampiran 11. Data Berat Basah Akar Tanaman Vegetatif (gr) ...
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Berat Basah Akar Tanaman Vegetatif ...
Lampiran 13. Data Berat Kering Tajuk Tanaman Vegetatif (gr) ...
Lampiran 14. Data Sarapan N Tanaman (mg/tanaman) ...
Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Serapan N Tanaman...
Lampiran 16. Data Serapan P Tanaman (mg/tanaman) ...
Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Serapan P Tanaman ...
Lampiran 18. Data Kolonisasi Akar (%) ...