Pengujian Alat Catu daya
AN 7805 220V
3A
12V
220uF/25V 10uF/25V 5V 100uF/50V
Di beri masukan dari PLN sebesar 200 V ke Trafo 3A kemudian di turunkan menjadi 11.43 V. Tegangan 11.43 V dari trafo di searahkan dengan menggunakan dioda 3A sehingga di peroleh 11.43 V, untuk menjaga kesetabilan tegangan maka tegangan akan di filter menggunakan capasitor. Ic regulator AN 7805 di gunakan untuk out put tegangan 5 V.
Dari rancangan di atas output nya adalah 5 V, dari hasil pengujian peroleh Outputnya adalah 5,03 V.
ATM 8535 di masukkan program
/*=============== Code Bahasa Program ===============*/ /***************************************************** This program was produced by the
CodeWizardAVR V1.24.7d Evaluation Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2005 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l. http://www.hpinfotech.com
e-mail:[email protected]
Project : Version :
Date : 12/31/2001
Author : Freeware, for evaluation and non-commercial use only Company :
Comments:
/*=============== Iput perogram ke ATmega 8535 ===============*/ Chip type : ATmega8535
.equ __lcd_port=0x15 ;PORTC #endasm
#define ADC_VREF_TYPE 0x00
unsigned int read_adc(unsigned char adc_input) {
ADMUX=adc_input|ADC_VREF_TYPE; ADCSRA|=0x40;
while ((ADCSRA & 0x10)==0); ADCSRA|=0x10;
return ADCW; }
PORTC=0x00;
lcd_putsf(" PENYESUAI"); lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf(" KADAR OKSIGEN "); delay_ms(1000);
/*=============== Input Program Aktif PORTB.1 ===============*/ if (Oksigen < 170) {PORTB.1 = 1;Status = 1;} else{PORTB.1 = 0;}
delay_ms(200);
Lampiran Gambar Alat Secara Keseluruhan Pengukuran Terhadap panas
Termometer
DAFTAR PUSTAKA
Budiharto, Widodo.2010. Elektronika Digital + Mikroprosesor. Yogyakarta :
Penerbit
Andi.
Jusak, 2013. Teknologi Komunikasi Data Modern. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Tarigan, Pernanti. 2011. Sistem Tertanam (Embedded System). Yogyakarta :
Penerbit Graha Ilmu.
Rafiudin, Rahmat, 2006. Sistem Komunikasi Data Mutakhir. Yogyakarta :
Penerbit Andi Yogyakarta
Susanto. 2006. Rangkaian Elektronika Analog dan Terpadu. Jakarta : Penerbit
Universitas ndonesia (UI-PRESS)
Sosrodarsono, Suyono.1989. Bendungan Type Urugan. Jakarta : PT Pradya
Paramita
Syahrul, 2012. Mikrokontroler AVR ATMEGA8535. Bandung : Penerbit
Informatika
Wardhana, Lingga. 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535
Simulasi, Hardware, dan Aplikasi. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta
http://www.figarosensor.com/feature/sk-25f.html
18/03/2016, 20.18 Wib
http://manfaat.co.id/20-manfaat-oksigen-bagi-manusia
18/03/2016, 21.00 Wib
https://windyasih.wordpress.com/nursing/oksigen/
BAB III
PERANCANGAN DAN SISTEM KERJA RANGKAIAN
3.1 Diagram Blok
Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang
mempunyai fungsi masing – masing. Adapun sistem rangkaian dari rankaian yang
di rancang adalah sebagai berikut :
BOX
CATU DAYA (12 dan 5 v)
ATmega 8535
FIGARO KE-50
MOTOR DC (12v)
BUZZER
UDARA BEBAS
3.2 Rangkaian Catu Daya
Rangkaian power supply berfungsi untuk mensupplay arus dan tegangan ke
seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian power supply ini terdiri dari dua keluaran,
yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh
rangkaian kecuali rangkaian ADC, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk
mensupplay tegangan ke rangkaian ADC, karena rangkaian ADC memerlukan
tegangan input sebesar 12 volt agar tegangan referensinya stabil.
Trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt
AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan
menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh
kapasitor 220 μF. Regulator tegangan 5 volt (AN7805CT) digunakan agar
keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan
masukannya. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi sebagai penguat arus apabila
terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan
(AN7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar.
Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran jembatan dioda.
Rangkaian skematik power supply dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah
ini:
3.3 Rangkaian LCD
LCD digunakan untuk menampilkan hasil pengolahan data pada mikrokontroler
dalam bentuk tulisan. Pada alat ini, mode pemrograman LCD yang digunakan
adalah mode pemerograman 4 bit. Dengan demikian, pin data LCD yang
dihubungkan ke mikrokontroler hanya pin D4, D5, D6, dan D7. Sedangkan untuk
jalur kontrolnya, pin LCD yang dihubungkan adalah pin RS dan E. LCD pada alat
ini hanya digunakan sebagai penampil, sehingga pin R/W-nya dihubungkan ke
ground.
3.4 Rangkaian OP AMP LM324
IC LM324, yang merupakan gabungan dari 4 buah Op-Amp. penggunaan LM324
dengan kaki 4 sebagai VCC, kaki 11 sebagai GND, kaki 13 masukan – dari
sensor, kaki 12 masukan + dari sensor, dan kaki 14 sebagai Vout. OP AMP
LM324 pada rangkaian ini di hubungkan dengan sensor Figaro KE-50, di mana
sensor Figaro KE-50 ini memiliki peroses sebagai berikut :
Elektroda dibagi menjadi anoda berupa Pb (timbal) dan katoda yang
terbuat dari emas (Ag) serta elektrolit berupa asam lemah atau Alkaline.
Elektroda emas merupakan sebuah padatan yang berupa selaput yang
tidak berongga (non-porous membrane). Molekul oksigen masuk ke sel
elektrokimia melalui selaput oksigen. Oksigen yang masuk ke dalam
sensor, direduksi pada elektroda emas dengan reaksi elektrokimia. Anoda
dan katoda dihubungkan dengan sebuah termistor dan resistor. Resistansi
dua resistor ini mengubah arus yang terjadi akibat reaksi elektrokimia
menjadi tegangan. Besar arus yang mengalir pada dua resistor dipengaruhi
oleh banyak oksigen yang tertangkap oleh membran elektroda. Tegangan
resistansi ini digunakan sebagai keluaran sensor oksigen.
Tegangan dari sensor Figaro KE-50 setelah melewati rangkaian OP AMP LM324
mengalami penguatan secara praktek sebesar 12 kali penguatan.
IC LM324
3.5 Rangkaian BUZZER
Pada rangkaian ini Buzzer menggunakan Transistor BD 139 dimana transistor ini
jenis NPN, di karenakan transistor ini di hubungkan dengan IC maka tegangan
emitor-basis pada kondisi colektor tertutub IC=5V dan arus basis adalah 0,5A
agar transistor bekerja maksimal. Buzzer bekerja dengan baik dapat menghasilkan
frekuensi 1-100KHz dan tegangan oprasional yang di butuhkan adalah 3-12V.
pada saat buzzer menerima tegangan maka plat piezoelektrik akan bergetar (
getaran defleksi ), getaran tersebut menimbulkan bunyi dimana bunyi tersebuta
akan mengalami peredaman suara atau penghalus suara oleh resonator.
Bd 139
Gambar 3.5 Rangkaian BUZZER
3.6 Rangkaian FAN
Mosfet IRF z44 hanya membutuhkan tegangan drive dan hamper tidak
membutuhkan arus drive untuk gate sama sekali dan dapat mengontrol arus
source-drain equivalen. Gate memiliki kapasitas untuk menyimpan muatan,
sehingga pada saat mosfet IRF z44 menerima tegangan gate akan mengisi muatan
dan drain dalam kondisi tertutup untuk mengoprasikan FAN. Pada saat tegangan
pada mosfet IRF z44 di putus FAN tidak langsung mati total di karenakan gate
12V
IRF z44
M
1KΩ IN-PUT
G D
S
FAN
Gambar 3.6 Rangkaian FAN
3.7 Rangkaian Lengkap
Sensor Figaro KE-50 menangkap molekul O2 menyebabkan terjadinya reaksi
elektroda di dalam sensor Figaro KE-50 sehingga menghasilkan tegangan dalam
sekala sangat kecil. Tegangan dari sensor Figaro KE-50 di kuatkan mengunakan
rangkaian OP AMP LM324. Data dari OP AMP LM324 masih berupa data
analog, agar data tersebut menjadi data digital maka di butuhkan rangkaian ADC,
dimana di dalam mikrokontroler ATmega 8535 memiliki rangkaian ADC sendiri.
Untuk mengoprasikan mikrokontroler ATmega 8535 untuk memfungsikan
rangkaian BUZZER dan FAN maka ATmega 8535 di beri perintah berupa
program AVR berupa bahasa C. Di mana untuk mengoprasikan BUZZER dan
FUN di beri Perintah yang berbeda sesuai Port (PB) masing-masing agar tidak
beroprasi bersamaan dan dapat beroprasi sesuai kebutuhan dan menghasilkan hasil
yang maksimal. Hasil pengolahan data pada mikrokontroler akan di tampilkan
ATM 8535
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
Pada bab ini, akan dibahas pengujian alat dan analisis pengujiannya.
4.1 Pengujian Alat
Untuk mengoprasikan mikrokontroler ATmega 8535 di beri program AVR dalam
bahasa C dengan program sebagai berikut :
- Bahasa Program dalam CodeVersion AVR
#include <mega8535.h>
#include <lcd.h>
#include <delay.h>
#include <stdio.h>
#asm
.equ __lcd_port=0x15 ;PORTC
#endasm
#define ADC_VREF_TYPE 0x00
unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)
{
ADMUX=adc_input|ADC_VREF_TYPE;
ADCSRA|=0x40;
while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10;
return ADCW;
unsigned char i,Status,t;
unsigned long Oksigen;
unsigned int FRata2,F,O2[20];
void main(void)
{
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
PORTB=0x00;
DDRB=0xFF;
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
PORTD=0xFF;
DDRD=0x00;
ADMUX=ADC_VREF_TYPE;
ADCSRA=0x85;
SFIOR&=0xEF;
lcd_init(16);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf(" PENYESUAIAN");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf(" KADAR OKSIGEN ");
delay_ms(1000);
4.1.1 Pengukuran Sensor Figaro SK-50
Pada tahap ini di peroleh data sementara 20,8% maka dalam bilangan integer
adalah 208, di lakukan pengukuran pada output sensor Figaro SK-50 di peroleh
0.043 v dan dilakukan pengukuran pada input OP Amp LM 324 di peroleh 11.43
out put OP Amp LM 324 di peroleh 0.522 v , sementara di ukur V in ATM 8535
4.1.2 Pengujian Tampilan pada LCD
Pengujian pada PC menggunakan program AVR. Pada pengujian ini LCD di
hubungkan dengan Pin 1, Pin 3, Pin 16 Input GND, Pin 2 dan Pin 15 Input VCC
+5,22 v sedangkan Pin 4-6 dan Pin 11-14 connect ATM 8535 pin 22-24 dan Pin
26-29. Pada tahap ini, dilakukan pengaturan tampilan pada LCD untuk
mempermudah mengontrol sensor Figaro SK-Series (50) mengontrol Oksigen
dalam ruangan. Untuk dapat menjaga kesetabilan Oksigen dalam ruangan dan
mengantisipasi O2 dalam keadaan buruk:
lcd_init(16);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf(" PENYESUAIAN");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf(" KADAR OKSIGEN ");
delay_ms(1000);
Gambar 4.1 Tampilan input PENYESUAIAN
KADAR OKSIGEN
Program di atas untuk menampilkan “ PENYESUAIAN “ “KADAR OKSIGEN”
di LCD seperti terlihat pada gambar 4.2.
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf(" KADAR OKSIGEN");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf(" KADAR: %");
Gambar 4.2 Tampilam LCD KADAR OKSIGEN
KADAR : %
Program di atas untuk menampilkan “KADAR OKSIGEN” “KADAR: %” di
4.1.3 Pengujian Motor DC
Pengujian Motor DC dengan menghubungkan Negative Motor DC connect IRF
z44 Pin 2, dan Positive Motor DC connect Kapasitor ( 11.43 v). Pada tahap ini di
berikan nilai batasan minimum pada sensor. Selanjutnya ATM 8535 akan
membaca setiap nilai perubahan Kadar Oksigen dan akan mengaktifkan Motor
DC pada saat pembacaan sensor lebih kecil dari nilai batasan minimum yang di
berikan, programnya sebagai berikut:
if (Oksigen < 180) {PORTB.0 = 1;Status = 1;} else{PORTB.0 = 0;}
Gambar 4.3 Motor DC aktif pada saat kadar Oksigen <18 %
Program di atas akan membaca PORTB.0 yang dihubungkan ke Motor
DC dengan perintah buka dan tutup yang berfungsi untuk menggati udara di
dalam dengan udara dari luar. Pada saat nilai Kadar Oksigen lebih kecil dari 18%
PORTB.0 menerima perintah “buka” dan pada saat nilai Kadar Oksigen lebih
besar sama dengan 18% maka PORTB.0 menerima perintah “tutup” seperti
4.1.4 Pengujian alaram / Buzzer
Pada pengujian ini dengan menghubungkan Negative Buzzer connect Bd 139 Pin
2, dan Positive Buzzer connect Kapasitor ( 11.43 v). Pada tahapan ini Sensor di
berikan nilai batasan minimum. Selanjutnya ATM 8535 akan membaca setiap
nilai perubahan Kadar Oksigen dan akan mengaktifkan Buzzer pada saat
pembacaan sensor lebih kecil dari nilai batasan minimum yang di berikan,
programnya sebagai berikut:
if (Oksigen < 170) {PORTB.1 = 1;Status = 1;} else{PORTB.1 = 0;}
delay_ms(200);
Gambar 4.4 Buzzer aktif pada saat kadar Oksigen < 17 %
Program di atas akan membaca PORTB.1 yang dihubungkan ke Motor
DC dengan perintah buka dan tutup yang berfungsi untuk menggati udara di
dalam dengan udara dari luar. Pada saat nilai Kadar Oksigen lebih kecil dari 17%
PORTB.1 menerima perintah “buka” dan pada saat nilai Kadar Oksigen lebih besar sama dengan 17% maka PORTB.1 menerima perintah “tutup” seperti
4.2 Analisa Pengujian
4.2.1 Pengukuran O2
4.2.1.1 Pengukuran O2 udara bebas terhadap panas ( tabung tanpa tutup )
Dengan mengunakan termometer digital di peroleh suhu 24,3oc dan dengan
menggunakan sensor Figaro KE-50 di peroleh kadar O2 22,4% sedangkan dengan
menggunakan Lutron Digital DO Meter DO-5510 di peroleh suhu 24,6oc dan
kadar O2 22,5%. Dinyalakan lampu sorot dari luar Box, untuk menaikkan suhu
Box pada saat Box dalam keadaan terbuka di catat data setiap 60 s.
Termometer
Digital
Figaro SK 50 Lutron Digital DO Meter DO-5510
T ( oC) Kadar O2 ( %) T ( oC) Kadar O2 ( %)
Tabel 4.1 Data pengukuran kadar O2 terhadap panas (kotak terbuka)
Dari data figaro SK-50 pada tabel 4.1 diproleh rata-rata 22,06 maka
Vout = 220 X 5.03 : 1.958 x 1024
= 1106.18 / 2004,992
= 0.5519 v
Untuk Vsensor = 0.5519 / 11.43
4.2.1.2 Pengukuran O2 udara bebas terhadap panas ( tabung ditutup )
Dengan mengunakan termometer digital di peroleh suhu 24,5oc dan dengan
menggunakan sensor Figaro KE-50 di peroleh kadar O2 22,3% sedangkan dengan
menggunakan Lutron Digital DO Meter DO-5510 di peroleh suhu 24,7oc dan
kadar O2 22,5%. Dinyalakan lampu sorot dari luar Box, untuk menaikkan suhu
Box pada saat Box dalam keadaan tertutup di catat data setiap 60 s.
Termometer
Digital Figaro SK 50 Lutron Digital DO Meter DO-5510
T ( oC) Kadar O2 ( %) T ( oC) Kadar O2 ( %)
24.5 22.3 24.7 22.4
25.0 22.2 25.2 22.3
25.7 22.2 26.0 22.3
26.2 22.1 26.4 22.1
26.9 22.0 27.1 22.0
28.1 21.8 28.4 21.9
28.9 21.8 29.1 21.8
29.9 21.8 28.1 21.8
30.5 21.6 30.7 21.7
Tabel 4.2 Data pengukuran kadar O2 terhadap panas (kotak tertutup)
Dari data figaro SK-50 pada tabel 4.2 diproleh rata-rata 21.98 maka
Vout = 219 x 5.03 / 1.943 x 1024
= 1101.57 / 2004,992 = 0,5494 v
Untuk Vsensor = 0,5449 / 11.43 = 0,04806 v
4.2.2 Pengontrolan O2
Dengan mengunakan termometer digital di peroleh suhu 24,2oc dan dengan
menggunakan sensor Figaro KE-50 di peroleh kadar O2 22,3% sedangkan dengan
menggunakan Lutron Digital DO Meter DO-5510 di peroleh suhu 24,4oc dan
kadar O2 22,5%. Dinyalakan lilin di dalam Box, untuk menaikkan suhu Box pada
saat Box dalam keadaan tertutup di catat data setiap 15 s.
Termometer
digital
Figaro
KE-50
Lutron Digital DO Meter
DO-5510 Motor
Tabel 4.3 Data pengukuran kadar O2 terhadap nyala lilin (kotak tertutup)
Vout = 196 x 5,03 / 19,43 x 1024
= 985.88 / 2004,992
= 0,4917 v
Untuk Vsensor = 0,4917 / 11.43
= 0,0430 v
Pada saat nilai kadar Oksigen lebih kecil dari 18 % PORTB.0 bernilai 1 sehingga
Motor DC pada kondisi ON. PORTB.0 akan bernilai 0 pada saat nilai kadar
Oksigeng lebih besar sama dengan 18 %.
Pada saat nilai kadar Oksigen lebih kecil dari 17 % PORTB.1 benilai 1 sehingga
Buzzer pada kondisi ON. PORTB.1 akan bernilai 0 pada saat nilai kadar Oksigen
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
1. Telah di rancang suatu miniatur alat ukur kadar O2 berbasis
mikrokontroler Atm 8535 yang telah di kali brasi dengan alat Aeroqual
series 500 portable gas monitor dengan ralat data sekitar 0,5% dan
melakukan uji banding dengan Lutron Digital DO Meter DO-5510
dalam proses pengambilan data dengan ralat sekitar 2,9%. Sehingga
miniatur alat ukur kadar O2 berbasis mikrokontroler Atm 8535 ini
layak di pergunakan.
2. Dengan membuat nilai batasaan kadar O2 dapat mengaktifkan Motor
DC untuk memperbaharui O2 di dalam ruangan, dan dengan memberi
nilai batasan minimum dapat mengaktifkan buzzer untuk menandakan
kadar O2 dalam kondisi buruk.
5.1 Saran
1. Supaya data lebih akurat harus dilakukan pengujian beberapa kali
dengan situasi dan kondisi yang sama, bahkan akan lebih baik pada
nilai awal pengambilan data yang sama.
2. Untuk menjaga kadar O2 dalam keadaan baik di gunakan Motor DC
untuk memperbaharui udara dalam dengan udara luar (pembaharuan
pertama), untuk mengantisipasi ketidak sanggupan motor DC dalam
memperbaharui O2 di dalam maka aktifkan motor steper untuk
membuka tutup tabung Oksigen (pembaharuan ke dua) .
3. Dalam perancangan harus di sesuaikan daya buang motor DC dengan
ruang lingkup yang di pergunakan agar tidak menyebabkan dampak
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Oksigen
Oksigen adalah gas unsur kimia yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
yang muncul dalam kelimpahan yang besar did bumi, terperangkap oleh atmosfer.
Sejumlah bentuk oksigen dan senyawa yang dapat did temukan did alam. Gas ini
juga dapat did isolasi dalam bentuk murni untuk berbagai macam kegunaan.
Nomor atom oksigen adalah delapan dan diidentifikasi oleh simbol O pada tabel
periodik unsur. Dari beberapa pengukuran di udara bebas terdapat gas nitrogen
sebesar 78,09% Nitrogen, 20,94% Oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon
Dioksida, 0,003% gas-gas lain (Neon, Helium, Metana, Kripton, Hidrogen,
Xenon, Ozon, Radon). Gas-gas tersebut tercampur dengan baik di dalam udara
yang ada di dunia ini.
Oksigen merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup. Tingkat
oksigen darah normal adalah pengukuran saturasi oksigen dalam darah. Sistem
pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistim kardiovaskuler.
Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2 yang
masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran
darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran darah
bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler didalam jaringan serta curah
jantung. Jumlah O2 didalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah
hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap O2.
Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru
sampai ke alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler. Dalam darah sebagian
besar O2 bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma
(3%). Dewasa muda pria, jumlah darahnya ± 75 ml/kg , sedangkan wanita ± 65
ml/kg. Satu ml darah pria mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu
Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai
pembawa O2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4
subunit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah
rantai polipeptida. Heme adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1
atom besi fero. Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu molekul
O2 secara reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi
pengikatan O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi
pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2↔ HbO2.
Udara normal mengandung kadar oksigen 20,94%, pada saat itu
pernafasan manusia berjalan dengan normal. Pada saat kadar oksigen did udara
17% manusia akan merasakan pusing dan sesak sehingga memacu manusia untuk
bernafas dengan cepat. Pada saat kadar oksigen mencapai 15% perasaaan tidak
menentu, kadang kala telinga merasa seperti terngiang-ngiang dan jantung
berdebar-debar dengan cepat, gejala tersebut akan semakin berad setiap
menurunnya kadar oksigen. pada saat kadar oksigen berada did bawah 6%
manusia akan merasa sesak yang sangat berad dan jantung akan berheti berdebar
dalam beberapa menit.
Tubuh mengalami kekurangan O2 akan mengalami beberapa keadaan, seperti :
- Hipoksemia
Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal
(nilai normal PaO2 85-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan menjadi
- Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat
dibandingkan anoksia, sebab jarang dijumpai keadaan dimana benar-benar tidak
ada O2 tertinggal dalam jaringan.
- Gagal Nafas
Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan di
instansi perawatan intensif. Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien
kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi
kebutuhan oksigen darah dan sistem organ. Gagal nafas terjadi karena disfungsi
sistem respirasi yang dimulai dengan peningkatan karbondioksida dan penurunan
jumlah oksigen yang diangkut kedalam jaringan. Gagal nafas akut sebagai
diagnosis tidak dibatasi oleh usia dan dapat terjadi karena berbagai proses
penyakit.
2.2 Sensor Figaro KE-Series
Sensor Oksigen Figaro KE-Series adalah sensor oksigen berjenis galvanic sel
yang unik. Fitur yang paling menonjol adalah tidak adanya pengaruh atau tidak
berpengaruh terhadap gas CO2, mempunyai linearitas yang baik, dan daya tahan
terhadap kimia yang sangat baik. Fitur ini membuat sensor ideal untuk digunakan
dalam memantau oksigen didalam berbagai aplikasi seperti bidang biokimia,
industri makanan, dan aplikasi keamanan dalam negeri. Spesifikasi dimensi figaro
Gambar 2.1 Dimensi Sensor Oksigen Figaro KE-50
2.2.1 Fitur
Sensor untuk mendeteksi kadar oksigen didalam udara ini hampir tidak
terpengaruh oleh gas CO2, CO, H2S, NO, H2, sensor ini memiliki rangkaian
kompensasi terhadap suhu, mempunyai liniearitas yang baik dan keluaran yang
stabil, sensor ini tidak diperlukan catu daya eksternal agar sensor ini dapat
beroperasi, tidak diperlukan waktu pemanasan sehingga sensor ini dapat langsung
beroperasi, tidak ada ketergantungan posisi, memiliki akurasi ±1% full scale,
memiliki akurasi ±1% full scale, tegangan keluaran pada kondisi standard bernilai
5.5 - 8.5mV, dan outputnya merupakan tegangan analog seperti terlihat pada tabel
Tabel 2.1 Spesifikasi Sensor
Catatan:
1. Ketika dikalibrasi pada kedua 0% dan 30% dari O2, ketepatan dalam
kisaran 0-30% O2 sebaiknya berada dalam skala penuh ± 1%.
2. Sensor harus digunakan dalam kondisi di mana pertukaran udara lebih
besar dari 200 ~ 300ml/minute untuk mendapatkan kecepatan respon
sebagaimana ditentukan dalam Tabel 1.
Gambar 2.2 Karakteristik Sensitivitas (nilai-nilai khas dibawah kondisi tes
standar)
Sensor figaro KE-50 memiliki memiliki fitur waktu yang lebih panjang, hampir
tidak terpengaruh terhadap CO2, CO, H2S, NOx, H2. Gas atau Air yang melewati
mulut sensor Oksigen Figaro KE-50 akan did filter (did batasi) oleh Inner Lid
untuk menjaga ketahanan sesor Oksigen Figaro KE-50. Oksigen dari Gas atau Air
akan did serap oleh Oxygen Permeable Membrane yang memiliki pori 200 nm
yang memberikan tekanan ke pada gold elektrode dan current colletor. Gas O2 di
tangkap Titanium lead wire (TiO2), keberadaan gas akan teradsorbsi pada
permukaan titanium lead wire (TiO2) yang selanjutnya mendiosisasi menjadi ion
atau kompleks bermuatan pada electrolyte yang menyebabkan Air Bubble. I
hermistor dilapisi epoksi dan mendapat kompensasi resistor pada suhu 5-40oC, 10
~ 90R.H. Lapisan ini digunakan untuk mekanis melindungi koneksi termistor
manik dan kawat sambil memberikan beberapa perlindungan dari kelembaban
atau korosi. Sensor ini memiiki sinyal keluaran stabil, tidak membutuhkan catu
daya external untuk broprasi, dan dapat langsung beroprasi saat di aktifkan.ke
unggulan sensor Oksigen Figaro Ke-50 ini di banding sensor Figaro lainya seperti
Gambar 2.3 Grafik konsentrasi Figaro KE-50
2.2.2 Aplikasi
Penggunaan sensor ini dapat diaplikasikan dalam hal keselamatan seperti Air
Conditioner (AC), pendeteksi gas Oksigen, pendeteksi kebakaran, sistem bahan
bakar sel. Dalam hal pengukuran seperti monitoring Oksigen dalam gas buang.
Dalam hal Bioteknologi seperti inkubator Oksigen, kultivator anaerobic. Dalam
hal industri makanan seperti Pendinginan (pengawetan makanan), rumah kaca.
2.3 Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah suatu sistem komputer lengkap dalam satu chip. Lengkap
dalam artian memiliki unit CPU, port I/O (paralel dan serial), timer, counter,
memori RAM untuk penyimpanan data saat eksekusi program, dan memori ROM
elektronik kecil yang mengendalikan operasi komponen elektronik lain pada suatu
sircuit elektronik.
2.3.1 Mikrokontroler AVR ATmega 8535
Mikrokontroler ATmega 8535 merupakan mikrokontroler 8-bit teknologi CMOS
dengan konsumsi daya rendah yang berbasis arsitektur enhanced RISC AVR.
Dengan eksekusi intruki yang sebagian besar hanya menggunakan suatu siklus
clock, ATmega 8535 mencapai throughput sekitar 1 MIPS per MHZ yang
mengizinkan perancang sistem melakukan optimasi konsumsi daya verus
kecepatan pemrosesan.
2.3.2 Arsitektur AVR ATmega 8535
Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua intruksi
dikemas dalam kode 16-bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 (satu)
siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus
clock. Selain itu AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing).
Secara garis besar arsitektur mikrokontroler ATMega8535 memiliki
bagian sebagai berikut :
1. Port I/O 32 bit, yang dikelompokkan dalam Port A, Port B, Port C dan
Port D.
2. Analog to Digital Converter 10-bit sebanyak 8 input.
3. Timer/counter sebanyak 3 buah dengan compare mode.
4. CPU 8 bit yang terdiri dari 32 register.
5. SRAM sebesar 512 byte.
6. Memory Flash sebesar 8 Kbyte dengan kemampuan read while write.
7. Interupsi Internal maupun eksternal.
8. Port Komunikasi SPI.
9. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
10.Analog Comparator.
Frekuensi clock maksimum 16 MHz.
12.PORT USART untuk komunikasi serial.
Media penyimpan program berupa flash memory, sedangkan penyimpan
data berupa SRAM (Static Random Acces Memory) dan EEPROM (Electrical
Erasable Programmable Read Only Memory). Untuk komunikai data tersedia
fasilitas SPI (Serial Peripheral Interface), USART (Universal Shynchronous and
Asyncrhonous Serial Receiver and Transmitter), serta TWI (Two-wire Serial
Interface). Di samping itu terdapat fitur tambahan, antara lain AC (Analog
Comparator), 8 kanal 10-bit ADC (Analog to Digital Converter), 3 buah
Timer/Counter, WDT (Watchdog Timer), manajemen penghematan daya (Sleep
Mode), serta osilator internal 8 Mhz. seluruh fitur terhubung ke bus 8 bi. Unit
interupsi menyediakan sumber interupsi hingga 21 macam seperti terlihat pada
2.3.3 Konfigurasi pin Mikrokontroler ATmega 8535
Di bawah merupakan konfigurasi pin mikrokontroler AVR ATmega 8535 yaitu :
1. VCC : merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan pin catu daya.
2. GND : merupakan pin ground.
3. Port A (PA0..PA7 : merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.
4. Port B (PB0..PB7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus,
yaitu timer/counter, komparator analog dan SPI.
5. Port C (PC0..PC7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus,
yaitu TWI, komparator analog, input ADC dan Timer Oscilator.
6. Port D (PD0..PD7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus
yaitu komparator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.
7. RESET : merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 : merupakan pin masukan clock eksternal.
9. AVCC : merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
10.AREF : merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.
2.3.4 Deskripsi pin-pin pada Mikrokontroler ATMega8535
Untuk keterangan lebih lanjut tabel 2.2 dibawah ini merupakan sebuah tabel yang
menjelaskan konfigurasi pin mikrokontroler ATmega 8535 secara rinci, yaitu:
No.Pin Nama Pin Keterangan
10 VCC Catu daya
dengan masukan analog ke ADC 8 kanal
1-7 Port B : PB0 –
PB7
Port I/O dua arah dilengkapi internal pull
up resistor.Fungsi lain dari port ini masing
masing adalah :
PB0 : To (timer/counter0 external counter
input)
PB1 : T1 (timer/counter1 external conter
input)
PB2 : AIN0 (analog comparator positive
input)
PB3 : AIN1 (analog comparator positive
input)
PB4 : SS (SPI slave select input)
PB5 : MOSI (SPI bus master input/slave
input)
PB6 : MISO (SPI bus master input/slave
input)
timer/counter 2.
14-21 Port D : PD0 –
PD7
Port I/O dua arah dilengkapi internal pull
up resistor. Fungsi lain dari port ini masing
masing adalah :
PD0 : RXD (UART input line)
PD1 : TXD (UART input line)
PD2 : INT0 (eksternal interrupt 0 input)
PD3 : INT 1 (eksternal interrupt 1 input)
PD4 : OC1B ( timer/counter 1 output
compare B match input)
PD5 : OC1A ( timer/counter 1 output
compare A match input)
PD6 : ICP (timer/counter1 input capture
pin)
PD7 : OC2 (timer/counter2 output compare
match output)
9 RESET Masukan reset. Sebuah reset terjadi jika pin
ini diberi logika low melebihi periode
minimum yang diperlukan.
13 XTAL 1 Masukan ke inverting oscillator amplifier
dan masukan ke rangkaian internal clock.
12 XTAL 2 Keluaran dari inverting oscillator amplifier
30 AVCC Catu daya untuk port A dan ADC
31 AGND Analog Ground
32 AREF Refrensi masukan analog untuk ADC
2.3.5 Peta Memori ATmega 8535
Mikrokontroler AVR ATmega 8535 memiliki dua jenis memori yaitu (1) memori
data (SRAM) dan (2) memori program (memori Flash). Di samping itu juga
dilengkapi dengan EEPROM (Electrical Erasable Programmable Read Only
Memory) untuk penyimpanan data tambahan yang bersifat non-volatile. Memori
EEPROM ini mempunyai lokasi yang terpisah dengan sistem register alamat,
register data dan register kontrol yang dibuat khusus untuk EEPROM.
2.3.5.1Memori Program dan Data
Mikrokontroler ATmega 8535 memiliki On-Chip In-System Reprogrammable
Flash Memory untuk menyimpan program. Untuk alasan keamanan, memori
program dibagimenjadi dua bagian yaitu (1) Boot Flash Section dan (2)
Application Flash Section. Boot Flash Section digunakan untuk meyimpan
program Boot Loade, yaitu program yang harus dijalankan pada saat AVR reset
atau pertama kali diaktifkan. Application Flash Section digunakan untuk
menyimpan progam aplikasi yang dibuat pengguna. Mikrokontroler AVR tidak
dapat menjalankan program aplikasi ini sebelum menjalankan Boot Loader.
Besarnya memori Boot Flash Section dapat diprogram dari 128 word sampai 1024
word tergantung setting pada konfigurasi bit did-register BOOTSZ. Jika Boot
Loader diproteksi, maka program pada Application Flash Section juga sudah
aman.
Memori data dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Terdapaat 32 register keperluan umum (general purpose register_GPR
biasa disebut register file did dalam teknologi RISC)
2. Terdapat 64 register untuk keperluan input/output (I/O register)
3. Terdapat 512 byte SRAM internal. Selain itu, terdapat pula EEPROM 512
byte sebagai memori data yang dapat diprogram saat beroperasi. I/O
Gambar 2.6 Memori AVR ATmega8535
2.3.6 Status Register
Status register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap operasi
yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi. SREG merupakan bagian dari
inti CPU mikrokontroler.
Gambar 2.7 Status Register
Dari gambar 2.5 dia atas setiap bit memiliki intruksi seperti berikut :
1. Bit7 I (Global Interrupt Enable), Bit harus di Set untuk meng-enable
2. Bit6 T (Bit Copy Storage), Instruksi BLD dan BST menggunakan bit
T sebagai sumber atau tujuan dalam operasi bit. Suatu bit dalam
sebuah register GPR dapat disalin ke bit T menggunakan
instruksi BST, dan sebaliknya bit T dapat disalin kembali
kesuatu bit dalam register GPR dengan menggunakan instruksi
BLD.
3. Bi5 H (Half Cary Flag)
4. Bit4 S (Sign Bit) merupakan hasil operasi EOR antara flag –N
(negative) dan flag V (complement overflow).
5. Bit3 V (Two’s Component Overflow Flag) Bit ini berfungsi untuk
mendukung operasi matematis.
6. Bit2 N (Negative Flag) Flag N akan menjadi Set, jika suatu operasi
matematis menghasilkan bilangan negatif.
7. Bit1 Z (Zero Flag) Bit ini akan menjadi set apabila hasil operasi
matematis menghasilkan bilangan 0.
8. Bit0 C (Cary Flag) Bit ini akan menjadi set apabila suatu operasi
menghasilkan carry.
2.3.7 Rangkaian Mikrokontroller ATMEGA 8535
Pada perancangan alat ini akan digunakan mikrokontroler ATmega 8535 yang
berfungsi untuk menerima input dari sensor KE-50, menampilkannya pada LCD
Dislplay yang telah diprogram dan di implementasikan pada pemrograman
mikrokontroler AVR ATmega 8535. Komponen utama dari rangkaian ini adalah
IC mikrokontroler ATmega 8535. Pada IC inilah semua program diisikan,
sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port A, port B, port C dan
port D. Pin 33 sampai 40 adalah port A yang merupakan port ADC, dimana port
ini dapat menerima data analog. Pin 1 sampai 8 adalah port B. Pin 22 sampai 29
adalah port C. Sedangkan Pin 14 sampai 21 adalah port D. Pin 10 dihubungkan ke
sumber tegangan 5 Volt. Pin 8 dihubungkan ke ground. Rangkaian mikrokontroler
ini menggunakan komponen kristal sebagai sumber clocknya. Nilai kristal ini
perintah tertentu. Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah resistor yang
dihubungkan ke ground. komponen ini berfungsi agar program pada
mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah power aktif. Lamanya waktu
antara aktifnya power pada IC mikrokontroler dan aktifnya power sebesar
hambatan dari resistor tersebut. Pin 22-24, dan 26-29 di hubungkan ke LCD
Display untuk menampilkan data masukan IC LM 8535. Pin 40 di hubungkan ke
OP Amp LM 324 dan KE-50 sebagai masukan data kadar O2. Pin 1 di hubungkan
ke FUN untuk mengontrol O2 di saat mencapai batas minimum. Pin 2 di
hubungkan ke transistor BD 139 dan Buzer sebagai peringatan di karenakan kadar
O2 dalam keandaan minimum. Dalam perancangan alat ini, sistem minimum
mikrokontroler ATmega 8535 terdiri dari :
1. Chip IC Mikrokontroler ATmega 8535, OP Amp LM 324
Gambar 2.8 Chip IC Mikrokontroler ATmega 8535, OP Amp LM 324
- Chip IC Mikrokontroler ATmega 8535
Pin 1 gate IRF z44
Pin 2 basis Bd 139
Pin 6-8 dan pin 11 Input progran
Pin 9 input VCC – 5,03v
Pin 10 input VCC + 5,03v
Pin 12 dan 13 connect kristal
Pin 22-24 dan Pin 26-29 connect LCD Display
Pin 40 input OP Amp LM 324
- OP Amp LM 324
Pin 4 input Vcc + 11.43 v
Pin 13 input Vcc – 11.43 v
Pin 14 input sensor + (0,043 v)
Pin 15 input sensor –
Pin 16 out put. ( 0,522 v)
2. LCD
Gambar 2.9 LCD Display
Pin 1, Pin 3, Pin 16 Input GND
Pin 2 dan Pin 15 Input VCC + 5.03 v
Pin 4-6 dan Pin 11-14 connect ATM 8535 pin 22-24 dan Pin
3. Sensor KE-50
Gambar 2.10 Figaro KE-50
Positive connect OP Amp LM 324 Pin 14
Negative connect OP Amp LM 324 Pin 15
4. IRF z44, Bd 139
Gambar 2.11 IRF z44 dan Bd 139
- IRF z44
Pin 1 ( Gate ) connect ATM 8535 Pin 1
Pin 2 ( Drain ) Motor DC / Kipas negative
Pin 3 ( Surce ) connect ATM 8535 Pin 11
Pin 1 ( Emitor ) connect ATM 8535 Pin 11
Pin 2 ( Colektor ) Buzzer negative
Pin 3 ( Basis ) connect ATM 8535 Pin 2
Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang
ada. Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler ATMega8535.
Pada IC inilah program diisikan program, sehingga rangkaian dapat berjalan
sesuai dengan yang diinginkan. Rangkaian mikrokontroler ATMega8535
ditunjukkan pada gambar 2.10 berikut :
ATM 8535
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Manusia sangatlah mudah terjangkit penyakit, terlebih lagi penyakit-penyakit
baru, semua itu bukanlah semata-mata karena makanan yang di konsumsi
nutrisinya rendah, namun di karenakan polusi dan aroma yang mengagu
pernapasan. O2 merupakan suatu unsur terpenting bagi mahkluk hidup terutama
manusia. O2 dapat memperlancar metabolisme dalam tubuh dan menjaga setamina
serta daya ingat tetap dalam kondisi yang fitt. Dampak kekurangan O2 pada tubuh
adalah menurunnya aliran predaran darah, menyebabkan tubuh mudah terkena
penyakit dan konsentrasi otak menurun. Untuk menjaga kadar O2 ruangan kita
sering menggunakan tanaman hijau sebagai produsen O2, namun padatnya
penduduk dan polusi dalam suatu ruang lingkup membuat O2 yang di hasilkan
oleh tanaman hijau pada ruang lingkup tersebut tidak mencukupi, oleh karena itu
di butuhkan sirkulasi O2 untuk mendapatkan kondisi tubuh yang maksimal.
Untuk menjaga kesetabilan kadar O2 dalam satu ruang lingkup maka di
butuhkan control O2, seperti menggunakan sensor O2 Figaro KE-Series, dimana
sensor ini memiliki fitur yang paling menonjol adalah tidak adanya pengaruh atau
tidak berpengaruh terhadap gas CO2, mempunyai linearitas yang baik, dan daya
tahan terhadap kimia yang sangat baik. Fitur ini membuat sensor ideal untuk
digunakan dalam memantau oksigen didalam berbagai aplikasi seperti bidang
biokimia, industri makanan, dan aplikasi keamanan dalam negeri.
Sensor O2 Figari KE-Series ini biasa menggunakan mikrokontroler ATmega 32
dalam pengontrolan pernafasan, mikrokontroler ATmega 89S51 dalam
pengontrolan O2 dalam air. Dalam penelitian ini sensor O2 Figaro KE-Series akan
di control menggunakan mikkrokontroler ATmega 8535. Di mana ATmega 8535
memiliki ruang pengamatan memori data dan memori program yang terpisah.
Register untuk keperluan umum menempati space data pada alamat terbawah
fungsi terhadap bebagai peripheral mikrokontroler, seperti control register, timer /
counter, fungsi-fungsi I/O dan sebagainya. Sehingga dalam pengkondisian
terhadap sensor O2 Figaro KE-Series dapat dilakukan semaksimal mungkin.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka penulis merumuskan
beberapa hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini. Diantaranya:
menyesuaikan kadar O2 Figaro KE-Series agar hasilnya semaksimal mungkin
membutuhkan pengamat memori data yang peka terhadap perubahan data.
Agar sensor O2 KE-Series bisa berfungsi sebagai peringatan atas buruknya
kada Oksigen, sensor O2 KE-Series membutuhkan Counter dan batasan
minimnya data O2 dalam jangkauan sensor O2 Ke-Series.
1.3Batasan Masalah
Untuk mendapatkan suatu hasil penelitian dari permasalahan yang ditentukan,
maka perlu ada pembatasan masalah penelitian.
1. Penulis merancang system penyesuaian kadar O2 dengan menggunakan
Figaro KE-Series.
2. Mengontrol sensor Figaro KE-Series mengantisipasi minimnya Oksigen
yang tidak bagus untuk pernapasan menggunakan mikrokontroler AT 8535
1.4Tujuan Penelitan
Tujuan dari penulisan ini adalah
1. Untuk mengukur kadar O2 dalam suatu ruang lingkup.
1.5Manfaat Penelitian
1. Manfaat dari penelitian ini adalah menjaga kondisi O2 di udara dalam
ruang lingkup setabil.
2. Sebagai system keamanan gedung dari bahaya minimnya Oksigen.
1.6Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang di lakukan adalah metode ekperimen, kadar gas O2
sebagai variable bebas dan tegangan keluar sebagai variable terikat. Sensor
semikonduktor KE-Series di kaliberasi terlebih dahulu terhadap gas O2.
Kaliberasi di lakukan dengan cara menggunakan konsentrasi gas standard.
Kemuadian pengolahan data di lakukan pada komputer menggunakan program
PENYESUAI KADAR OKSIGEN DALAM RUANGAN
BERBASIS MIKROKONTROLER
ABSTRAK
Telah dirancang sebuah alat Penyesuai Kadar Oksigen Dalam Ruangan Berbasis
Mikrokontroler. Alat ini terdiri dari sensor O2, mikrokontroler ATmega 8535,
Motor DC, dan Buzzer. Alat ini di gunakan untuk mengukur kadar O2 dalam
ruangan, memperbaharui O2 dalam ruangan, dan memperingatkan minimnya
kadar O2 dalam ruangan. Cara kerja alat ini adalah sensor mengukur kadar O2
dalam ruangan dan membatasi nilai minimum kadar O2 dalam ruangan. Nilai
minimum berfungsi untuk mengaktifkan motor DC untuk memperbaharui O2
dalam ruangan. Di beri nilai minimum tidak layak konsumsi kadar O2 dalam
ruangan untuk peringatan bahaya.
Kata kunci :Mikrokontroler ATmega 8535, Sensor O2, nilai minimum,
OXYGEN ADAPTATION IN THE ROOM CONTROL
MICROCONTROLLER
ABSTRACT
Has designed a device controller Indoor Oxygen adaptation Based
Microcontroller. This device consists of the O2 sensor, microcontroller
ATmega8535, DC motors, and Buzzer. This tool is used to measure the levels of
O2 in the room, renewing O2 indoors, and warned of the lack of O2 levels in the
room. The way the device is measuring sensor O2 levels indoors and restrict the
minimum value of O2 levels in the room. The minimum value is used to activate
the DC motor to renew O2 indoor. Rated minimum levels of O2 consumption is not
feasible in the room for danger warning.
BERBASIS MIKROKONTROLER
SKRIPSI
WIHARJA GINTING
100801058
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENYESUAIKADAR OKSIGEN DALAM RUANGAN
BERBASIS MIKROKONTROLER
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana Sains
WIHARJA GINTING
100801058
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Penyesuai Kadar Oksigen Dalam Ruangan
Berbasis Mikrokontroler
Kategori : Skripsi
Nama : Wiharja Ginting
Nomor Induk Mahasiswa : 100801058
Program Studi : Sarjana (S1) Fisika
Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, 12 Juli 2016
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Dr.Bisman Perangin-angin M.Eng.Sc Drs. Takdir Tamba, M.Eng.Sc.
NIP. 195609181985031002 NIP.196006031986011002
Disetujui Oleh
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua,
PERNYATAAN
PENYESUAI KADAR OKSIGEN DALAM RUANGAN
BERBASIS MIKROKONTROLER
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.
Medan, 12 Juli 2016
WIHARJA GINTING
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penyesuai Kadar
Oksigen Dalam Ruangan Berbasis Mikrokontroler ” yang disusun sebagai syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Takdir Tamba, M.Eng.Sc. dan Dr.Bisman Perangin-angin
M.Eng.Sc sebagai Dosen pembimbing saya dalam menyelesaikan tugas akhir saya. Terima kasih atas semangat, bimbingan, dukungan dan doa dari Bapak.
2. Kepada seluruh staf dan pegawai Departemen Fisika, trimakasih telah
banyak membantu saya dalam study selama ini.
3. Kepada Orang Tua dan keluarga saya yang tidak pernah letih menyuport
saya dalam segala hal.
4. Kepada teman seperjuangan Fisika 2010, manis dan pahit kita lalui
bersama, trimakasih semuanya.
5. Kepada Pak Alkins yang telah membantu dalam perancangan alat saya,
terima kasih atas bantuan bapak.
6. Kepada staf dan pegawai BARISTAND, terima kasih telah mengkalibrasi
Alat saya.
7. Kepada Adek-adek di bawah setambuk saya, trima kasih atas dukungan
dan keperdulian kalian selama ini.
8. Kepada Abang dan kakak di atas stambuk saya, terimakasih atas suport
PENYESUAI KADAR OKSIGEN DALAM RUANGAN
BERBASIS MIKROKONTROLER
ABSTRAK
Telah dirancang sebuah alat Penyesuai Kadar Oksigen Dalam Ruangan Berbasis
Mikrokontroler. Alat ini terdiri dari sensor O2, mikrokontroler ATmega 8535,
Motor DC, dan Buzzer. Alat ini di gunakan untuk mengukur kadar O2 dalam
ruangan, memperbaharui O2 dalam ruangan, dan memperingatkan minimnya
kadar O2 dalam ruangan. Cara kerja alat ini adalah sensor mengukur kadar O2
dalam ruangan dan membatasi nilai minimum kadar O2 dalam ruangan. Nilai
minimum berfungsi untuk mengaktifkan motor DC untuk memperbaharui O2
dalam ruangan. Di beri nilai minimum tidak layak konsumsi kadar O2 dalam
ruangan untuk peringatan bahaya.
Kata kunci :Mikrokontroler ATmega 8535, Sensor O2, nilai minimum,
OXYGEN ADAPTATION IN THE ROOM CONTROL
MICROCONTROLLER
ABSTRACT
Has designed a device controller Indoor Oxygen adaptation Based
Microcontroller. This device consists of the O2 sensor, microcontroller
ATmega8535, DC motors, and Buzzer. This tool is used to measure the levels of
O2 in the room, renewing O2 indoors, and warned of the lack of O2 levels in the
room. The way the device is measuring sensor O2 levels indoors and restrict the
minimum value of O2 levels in the room. The minimum value is used to activate
the DC motor to renew O2 indoor. Rated minimum levels of O2 consumption is not
feasible in the room for danger warning.
DAFTAR ISI
1.5Manfaat Penelitian 3
1.6 Metode Penelitian 3
BAB II Landasan Teori
2.1 Oksigen 4
2.2 Sensor Figaro KE-Series 6
2.2.1 Fiture 7
2.2.2 Aplikasi 10
2.3 Mikrokontroler 11
2.3.1 Mikrokontroler AVR Atmega 8535 11
2.3.2 Arsitektur AVR ATmega 8535 11
2.3.3 Konfigurasi pin Mikrokontroler ATmega 8535 14
2.3.4 Deskripsi pin-pin pada Mikrokontroler ATMega8535 15
2.3.5 Peta Memori ATmega 8535 17
2.3.5.1 Memori Program dan Data 17
2.3.6 Status Register 19
BAB III Perancangan dan Sistem Kerja Rangkaian
BAB VI Hasil dan Analisis
4.1 Pengujian Alat 32
4.1.1 Pengukuran Sensor Figaro SK-50 35
4.1.2 Pengujian Tampilan pada LCD 35
4.1.3 Pengujian Motor DC 37
4.2.1.2 Pengukuran O2 udara bebas terhadap panas 41
( tabung ditutup )
4.2.2 Pengontorlan O2 42
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 44
5.2 Saran 44
Daftar Pustaka 45
Lampiran Pengujian Alat
Gambar Alat secara keseluruhan Table ralat data
Daftar Table
Table 2.1 Spesifikasi Sensor 8
Tabel 2.2 Deskripsi pin-pin AVR ATmega 8535 17
Tabel 4.1 Data pengukuran kadar O2 terhadap panas (kotak terbuka) 39
Tabel 4.2 Data pengukuran kadar O2 terhadap panas (kotak tertutup) 41
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Dimensi Sensor Oksigen Figaro KE-Series 7
Gambar 2.2 Karakteristik Sensitivitas 9
... (nilai-nilai khas dibawah kondisi tes standar)
Gambar 2.3 Grafik konsentrasi Figaro KE-50 10
Gambar 2.4 Blok Diagram dan Arsitektur ATmega 8535 13
Gambar 2.5 Konfigurasi Pin Mikrokontroler ATmega8535 14
Gambar 2.6 Memori AVR ATmega8535 18
Gambar 2.7 Status Register 19
Gambar 2.8 Chip IC Mikrokontroler ATmega 8535, OP Amp LM 324 21
Gambar 2.9 LCD Display 22
Gambar 2.10 Figaro KE-50 22
Gambar 2.11 IRF z44 dan Bd 139 23
Gambar 2.12 Rangkaian Mikrokontroller ATMEGA 8535 24
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 25
Gambar 3.2 Rangkaian Skematik Catu Daya 26
Gambar 3.3 Rangkaian LCD 27
Gambar 3.4 Rangkaian OP AMP LM324 28
Gambar 3.5 Rangkaian BUZZER 29
Gambar 3.6 Rangkaian FAN 30
Gambar 3.7 Rangkaian Lengkap 31
Gambar 4.1 Tampilan input PENYESUAIAN 36
KADAR OKSIGEN
Gambar 4.2 Tampilam LCD KADAR OKSIGEN 36
KADAR : %
Gambar 4.3 Motor DC aktif pada saat kadar Oksigen <18 % 37
Gambar 4.4 Buzzer aktif pada saat kadar Oksigen < 17 % 38