LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Identitas Umum Responden
1. Nama :
2. Umur (thn) :
3. Masa kerja (thn) :
4. Lama kerja (jam) :
Penilaian Posisi Duduk dengan Metode REBA Grup A
Tabel Skor Batang Tubuh REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi normal 1 +1 jika batang tubuh
berputar/bengkok/bungkuk 00-200 (ke depan dan
belakang)
2
< -200 atau 200-600 3
> 600 4
b. Leher (neck)
Tabel. Skor Leher REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
00-200 1 +1 jika leher
berputar/bengkok
c. Kaki (legs)
Tabel Skor Kaki REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk)
1 +1 jika lutut antara 300-600 +2 jika lutut >600
Bertumpu pada satu kaki lurus 2
Grup B
Tabel. Skor Lengan Atas REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik
+1 jika lengan berputar atau bengkok
-1 miring menyangga berat lengan
>200 (ke belakang) atau 200 -450
2
450-900 3
>900 4
b. Lengan Bawah (lower arm)
Tabel. Skor
Lengan Bawah REBA
Pergerakan Skor
600-1000 1
<600 atau > 1000 2
Tabel. Skor Pergelangan Tangan REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
00-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan berputar menjauhi sisi tengah
>150 (ke atas dan bawah) 2
Penilaian keluhan Low Back Pain dengan Nordic Body Map
No Bagian Tubuh
Keluhan Subjektif Ya Tidak 7 Pinggang Belakang
8 Pinggul Belakang
9 Pantat 10 Siku kiri
11 Siku kanan
12 Lengan bawah kiri
13 Lengan bawah kanan
14 Pergelangan tangan kiri 15 Pergelangan tangan kanan
16 Telapak tangan kiri 17 Telapak tangan kanan
18 Paha kiri
19 Paha kanan 20 Lutut kiri
21 Lutut kanan
24 Pergelangan kaki kiri
25 Pergelangan kaki kanan
26 Telapak kaki kiri 27 Telapak kaki kanan
1) Jika saudara mengalami keluhan sakit seperti yang anda sebutkan di bagan atas, kapan keluhan tersebut dirasakan?
1. Terasa sakit pada saat melakukan pekerjaan 2. Terasa sakit setelah melakukan pekerjaan 3. Terasa sakit hanya pada akhir minggu
2) Berapa kali saudara mengalami keluhan sakit tersebut? 1. 1 – 2 kali/tahun
2. 1 -2 kali/bulan 3. 1 – 2 kali/minggu 4. Setiap hari
3) Bagaimana tingkat keluhan rasa sakit yang Anda alami ? 1. Ringan (hanya tidak nyaman)
LAMPIRAN 5
Pengemudi Nama Pengemudi Usia (tahun) Masa Kerja (tahun) Lama Kerja (jam)
1 Boby Ramadhan 23 8 12
2 Mahfud 26 5 15
3 Roby Antadi Ginting 36 15 9
4 Edi 48 26 12
5 Kamarudin 56 10 6
6 Zuliardi 52 20 9
7 Jumiran 68 4 10
8 Muhammad Rizky 21 4 12
9 Muhammad Sadli 38 17 12
10 Rahman 37 1 12
11 Irsan Lubis 44 22 12
12 E.Pardede 49 25 15
13 Simorangkir 42 17 12
14 Iril 28 7 9
MASTER DATA TABEL DATA PERHITUNGAN SKOR REBA
N o
Lengan Atas Lengan Bawah Pergelangan Tangan
Pengemudi Skor Tabel A
Skor Tabel B Skor Tabel C Hasil Kategori Posisi
Duduk
Kiri Kanan Kiri Kanan
1 4 4 5 4 5 CTDs sedang Tidak Ergonomis
2 2 1 1 1 1 Masih diterima Ergonomis
3 5 5 7 6 8 CTDs tinggi Tidak Ergonomis
4 5 5 6 4 4 CTDs sedang Tidak Ergonomis
5 2 1 1 1 1 Masih diterima Ergonomis
6 4 5 4 5 4 CTDs sedang Tidak Ergonomis
7 5 3 3 4 4 CTDs sedang Tidak Ergonomis
8 2 7 7 5 5 CTDs sedang Tidak Ergonomis
9 5 7 9 8 9 CTDs tinggi Tidak Ergonomis
10 4 7 7 7 7 CTDs sedang Tidak Ergonomis
11 4 6 6 6 8 CTDs tinggi Tidak Ergonomis
12 5 5 7 6 8 CTDs tinggi Tidak ergonomis
13 5 5 7 6 8 CTDs tinggi Tidak ergonomis
14 5 5 7 6 8 CTDs tinggi Tidak ergonomis
N o
Pengemudi Saat Terjadinya Keluhan Frekuensi Keluhan Tingkat Keluhan
1 saat mengemudi 1-2 kali/bulan ringan
2 tidak pernah 1-2 kali/bulan tidak pernah
3 setelah mengemudi setiap hari ringan
4 setelah mengemudi 1-2 kali/minggu sedang
5 tidak pernah 1-2 kali/bulan tidak pernah
6 setelah mengemudi 1-2 kali/bulan ringan
7 setelah mengemudi 1-2 kali/minggu sedang
8 setelah mengemudi setiap hari sedang
9 saat mengemudi setiap hari sedang
10 setelah mengemudi setiap hari ringan
11 setelah mengemudi 1-2 kali/minggu sedang
12 saat mengemudi 1-2 kali/minggu ringan
13 saat mengemudi setiap hari sedang
14 setelah mengemudi 1-2 kali/minggu ringan
LAMPIRAN 6
OUTPUT HASIL ANALISIS UNIVARIAT DAN BIVARIAT
Frequencies
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Chi-Square Tests
Computed only f or a 2x2 table a.
3 cells (75.0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is . 27.
b.
PosisiDuduk * KeluhanLBP Crosstabulati on
LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI
Kantor Fa.Mekar Jaya Jl. Pinang Baris No.137 Medan
Pengemudi 2
Pengemudi 4
Pengemudi 6
Pengemudi 8
Pengemudi 10
Pengemudi 12
Pengemudi 14
57
DAFTAR PUSTAKA
Armandas, R.T. 2010. Gambaran Faktor Risiko dan Keluhan Cumulative Trauma Disorders Pada Pekerja Pengguna Komputer PT.Coca-Cola Bottling Indonesia, Cibitung. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?...Tri%20Armandas.pdf. Diakses 10 Januari 2016.
Astuti, R.D. 2007. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan Beban Angkat
Terhadap Keluhan Musculosceletal.
http://bahrainmedical.com?association.pdf Diakses 28 Oktober 2015. Bimariotejo. 2009. Low Back Pain (LBP). http://backpainforum.com. Diakses 28
Oktober 2015.
Bridger, R.S. 2005. Introduction to Ergonomics. McGraw-Hill. Singapore. Budiono, S. 2005. Higiene Perusahaan dalam Budiono S. 2005 Bunga Rampai
Hiperkes dan KK. Edisi Kedua (Revisi). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Department for Transport UK. 2007. Vehicle Ergonomics Best Practice Guide. Highway Agency.
Fitriningsih, dan Haryono, W. 2011. Hubungan Umur, Beban Kerja, dan Posisi Duduk saat Bekerja dengan Keluhan Nyeri Punggung pada Pengemui Angkutan Kota di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Jurnal KESMAS UAD. Vol. 5. No. 2, Juni 2011.
Harnoto, H. 2009. Hubungan Posisi Duduk dengan Timbulnya Nyeri Punggung Bawah pada Pengemudi Mobil. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/3940/1/J110070059.pdf. Diakses 25 November 2015.
Harrianto, R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Karuniasih. 2009. Tinjauan Faktor Risiko dan Keluhan Subjektif Terhadap Timbulnya Muskuloskeletal Disorders pada Pengemudi Travel X Trans Tujuan Jakarta-Bandung Tahun 2009. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
58
Malcolm Jayson. 2002. Nyeri Punggung. Terjemahan oleh Lisa Budihardjo. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Risyanto. 2008. Pengaruh Lamanya Posisi Kerja Terhadap Keluhan Subyektif Low Back Pain Pada Pengemudi Bus Kota di Terminal Giwangan. http://www.journal .UII .ac.id. Diakses 28 Oktober 2015. S.Rahardjo, H. 2009. Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) Pada Pekerja Panen Sawit. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UI. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX.
Semarang, 17-18 November 2009.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/dahen/publication/d11.pdf. Diakses 15 Desember 2015.
Tanjung, R. 2009. Diagnosis dan Penetalaksanaan Nyeri Punggung Bawah di Puskesmas. http://dokterblog.wordpress.com/diagnosis-dan
penatalaksanaan-nyeri-punggung-bawah-di-puskesmas/.Diakses 28 Oktober 2015..
Samara, Diana. et all. 2007. Duduk Statis Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Perempuan. Jurnal Kedokteran Vol. 24, No.2 Universa Medika. Jakarta: Universitas Indonesia.
Santoso, G. 2004. Ergonomi manusia, peralatan, dan lingkungan. Prestasi Pustaka Publisher. Sidoarjo.
Septiawan, H. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bangunan di PT. Mikroland Property Development Semarang Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
http://lib.unnes.ac.id/18801/1/6450408106.pdf. Diakses 28 Oktober 2015.
Suma’mur, P.K. 1996. Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Penerbit CV. Gunung Agung. Jakarta.
Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Penerbit CV. Sagung Seto. Jakarta
Tarwaka; Bakri S.H.A; Sudiajeng L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Universitas Islam Batik. Surakarta.
59
Pancoran Jakarta Selatan Tahun 2011. Skripsi. Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UI.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian dimana observasi, pengukuran dan pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan posisi duduk saat bekerja dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 dengan alasan :
1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang hubungan hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117.
31
3.2.2 Waktu Penelitian
Adapun penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 yang berjumlah 30 orang pengemudi.
3.3.2 Sampel
Berdasarkan data yang diperoleh dari personalia Fa.Mekar Jaya, tercatat 30 orang supir aktif di Fa.Mekar Jaya Trayek 117. Sampel pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan metode purposive sampling, yakni suatu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti dan sampel tersebut dianggap representatif dari total populasi. Alasan tidak menggunakan total sampling dikarenakan beberapa armada sedang diperbaiki dibengkel dan sebagian lainnya tidak bersedia untuk dijadikan sampel penelitian sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 orang pengemudi.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
32
1. Penilaian karakteristik individu menggunakan kuesioner meliputi karakteristik umur, masa kerja dan lama kerja.
2. Penilaian posisi duduk menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).
3. Penilaian keluhan Low Back Pain (LBP) menggunakan kuesioner Nordic Body Map.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa gambaran umum Fa.Mekar Jaya yang diperoleh dari bagian personalia Fa.Mekar Jaya.
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (Dependent variabel)
Variabel bebas adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah posisi duduk saat mengemudi.
2. Variablel Terikat (Independent variabel)
33
3.5.2 Defenisi Operasional Variabel Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel
No Variabel Defenisi Operasional
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Penentuan Penilaian Posisi Duduk dengan Metode REBA
Penilaian posisi duduk dengan metode REBA didasarkan pada serangkaian tabel-tabel yang memuat postur-postur tubuh. Apabila postur bergerak dari posisi netral maka nilai risiko akan bertambah. Nilai REBA yang sudah ada kemudian dicocokan dengan tabel tingkat aktivitas. Dari penilaian REBA Decision didapat skoring dengan kriteria :
1. Skor 1 masih dapat diterima (ergonomis)
2. Skor 2-3 mempunyai tingkat risiko CTDs rendah (tidak ergonomis)
34
4. Skor 8-10 mempunyai tingkat risiko CTDs tinggi (tidak ergonomis)
5. Skor 11-15 mempunyai tingkat risiko CTDs sangat tinggi (tidak ergonomis)
3.6.2 Penentuan Keluhan Low Back Pain dengan Nordic Body Map
Metode ini digunakan untuk rasa sakit otot pada pekerja dengan menggunakan checklist ergonomi yang sudah terstandarisasi yang berisi gambar tubuh manusia dengan fokus utama bagian punggung belakang terdiri dari bagian pinggang belakang, pinggul belakang, dan bagian pantat. Penilaian menggunakan skala ordinal dengan hasil ukur sebagai berikut :
1. Ya 2. Tidak
3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.
2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan entry data.
3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.
35
5. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat.
3.7.2 Metode Analisis Data
Data yang telah diolah melalui teknik pengolahan data dengan bantuan komputer menggunakan program pengolahan data statistik sebagai berikut : 1) Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
2) Analisis Bivariat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada salah satu trayek angkutan kota dibawah naungan Fa.Mekar Jaya. Firma Mekar Jaya merupakan usaha yang bergerak di bidang pengangkutan penumpang umum yang beroperasi di dalam kota Medan. Kantor Fa.Mekar Jaya berlokasi di Jl. Pinang Baris No.137 Medan.
Mekar Jaya merupakan badan usaha berbentuk Firma. Usaha ini tidak memiliki struktur organisasi dikarenakan Mekar Jaya merupakan badan usaha dengan skala kecil. Mekar Jaya hanya dipimpin oleh seorang pimpinan dan wakil pimpinan serta dibantu oleh 3 orang staf administrasi.
Berdasarkan profil usaha yang didapatkan dari personalia Fa.Mekar Jaya didapatkan informasi bahwa Fa.Mekar Jaya telah beroperasi sejak tahun 1993 sampai saat ini. Firma ini memiliki dua trayek yang berbeda, yakni Trayek 117 Pinang Baris-Belawan dan Trayek 118 Marelan-Simpang Tuntungan. Hingga tahun 2015 tercatat 30 armada yang aktif beroperasi pada Trayek 117.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Umur Pengemudi Angkutan Kota
37
Tabel 4.1 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Umur di Fa.Mekar Jaya Trayek 117
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 15 orang pengemudi angkutan kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 yang didata, pengemudi terbanyak berada pada kelompok usia 30-50 tahun sebanyak 8 orang (53,3%), kemudian diikuti kelompok usia < 30 tahun sebanyak 4 orang (26,7%) dan pengemudi yang berusia > 50 tahun sebanyak 3 orang (20,0%). Pengemudi tertua berusia 68 tahun dan yang termuda berusia 21 tahun.
4.2.2 Masa Kerja Pengemudi Angkutan Kota
Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Masa Kerja di Fa. Mekar Jaya Trayek 117
Dari di atas dapat dilihat bahwa dari 15 orang pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 yang didata, mayoritas pengemudi telah bekerja
38
sebagai pengemudi angkutan kota selama > 10 tahun sebanyak 7 orang (46,7%), kemudian diikuti masa kerja < 5 tahun sebanyak 4 orang (26,7%) dan pengemudi dengan masa kerja 5-10 tahun sebanyak 4 orang (26,7%). Masa kerja pengemudi yang paling lama yaitu selama 26 tahun dan yang paling singkat selama 1 tahun.
4.2.3 Lama Kerja Pengemudi Angkutan Kota
Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Berdasarkan Lama Kerja di Fa. Mekar Jaya Trayek 117
39 Berdasarkan Nordic Body Map pada Pengemudi Angkutan Kota 4.4.1 Bagian Tubuh Pinggang Belakang, Pinggul Belakang dan Pantat
40
Tabel 4.5 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 Berdasarkan Keluhan pada Pinggang Belakang, Pinggul Belakang dan Pantat mengalami keluhan (nyeri/panas/pegal) pada bagian pinggang belakang dan sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) tidak mengalami keluhan. Keluhan pada pinggul belakang dialami oleh 10 orang pengemudi (66,7%) dan sebanyak 5 orang pengemudi (33,3%) tidak mengalami keluhan. Keluhan pada bagian pantat dialami oleh 8 orang pengemudi (53,3%) dan sebanyak 7 orang pengemudi (46,7%) tidak mengalami keluhan.
4.4.2 Bagian Tubuh Kiri (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki, Telapak Kaki)
41
Tabel 4.6 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 Berdasarkan Keluhan pada Bagian Tubuh Kiri (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki dan Telapak Kaki)
Bagian Tubuh Jumlah %
4. Pergelangan Kaki Kiri Tidak
42
keluhan. Keluhan pada telapak kaki kiri dialami oleh 6 orang pengemudi (40,0%) dan sebanyak 9 orang pengemudi (60,0%) tidak mengalami keluhan.
4.4.3 Bagian Tubuh Kanan (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki, Telapak Kaki)
Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan keluhan pada bagian tubuh kanan (paha, lutut, betis, pergelangan kaki dan telapak kaki) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 Berdasarkan Keluhan pada Bagian Tubuh Kanan (Paha, Lutut, Betis, Pergelangan Kaki dan Telapak Kaki)
Bagian Tubuh Jumlah %
4. Pergelangan Kaki Kanan Tidak
43
Dari tabel di atas dapat dilihat sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) mengalami keluhan (nyeri/panas/pegal) pada bagian paha kanan dan sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%) tidak mengalami keluhan. Pada bagian lutut kanan keseluruhan pengemudi sebanyak 15 orang (100%) tidak mengalami keluhan. Keluhan pada betis kanan dialami oleh 4 orang pengemudi (26,7%) dan sebanyak 11 orang pengemudi (73,3 %) tidak mengalami keluhan. Pada bagian pergelangan kaki kanan keseluruhan pengemudi sebanyak 15 orang (100%) tidak mengalami keluhan. Keluhan pada telapak kaki kanan dialami oleh 3 orang pengemudi (20,0%) dan sebanyak 12 orang pengemudi (80,0%) tidak mengalami keluhan.
4.5 Gambaran Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota
Distribusi waktu terjadinya keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Distribusi Waktu Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pengemudi mengalami keluhan low back pain setelah mengemudi sebanyak 9 orang pengemudi (60,0%), sebanyak 4 orang pengemudi (26,7%) mengalami keluhan
44
low back pain pada saat mengemudi dan hanya 2 orang pengemudi (13,3%) yang tidak pernah mengalami keluhan low back pain.
4.6 Gambaran Frekuensi Terjadinya Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota
Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan frekuensi terjadinya keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Terjadinya Keluhan Low Back Pain pada Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pengemudi mengalami keluhan low back pain dengan frekuensi setiap hari sebanyak 6 orang pengemudi (40,0%), sebanyak 5 orang pengemudi (33,3%) mengalami keluhan low back pain dengan frekuensi 1-2 kali/minggu, sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) mengalami keluhan low back pain dengan frekuensi 1-2 kali/bulan dan sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) tidak pernah mengalami keluhan low back pain.
45
4.7 Gambaran Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah ( Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan
Distribusi pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 berdasarkan tingkat keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Keluhan Low Back Pain pada Pengemudi Angkutan Kota Fa. Mekar Jaya Trayek 117
No Tingkat Keluhan Jumlah %
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pengemudi mengalami tingkat keluhan low back pain dengan kategori sedang sebanyak 7 orang pengemudi (46,7%), kategori ringan sebanyak 6 orang pengemudi (40%) dan 2 orang pengemudi (13,3%) tidak pernah mengalami keluhan low back pain.
4.8 Hasil Uji Bivariat
46
Tabel 4.11 Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117
Posisi Duduk
Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Jumlah Sig. duduk ergonomis dan tidak mengalami keluhan low back pain sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%), kategori posisi duduk tidak ergonomis dan mengalami keluhan low back pain sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%).
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Individu 5.1.1 Umur
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 11 orang pengemudi (73,3%) yang berumur di atas 35 tahun. Secara teoritis hal ini meningkatkan risiko keluhan nyeri punggung bawah pada pengemudi. Menurut penelitian S.Rahardjo (2009) pekerja berusia diatas 35 tahun berisiko 2,56 kali lebih besar untuk mengalami CTDs dibandingkan pekerja yang berusia dibawah 35 tahun.
5.1.2 Masa Kerja
Masa kerja para pengemudi rata-rata diatas 10 tahun. Menurut data yang diperoleh dari kuesioner, masa kerja yang paling lama yakni selama 26 tahun sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya CTDs. Pada pekerja yang telah bekerja selama lebih dari 4 tahun akan berisiko 2,755 kali menglami CTDs dibandingkan dengan pekerja yang bekerja kurang dari 4 tahun (S.Rahardjo, 2009).
5.1.3 Lama Kerja
48
(Suma’mur P.K, 1996). Apabila jam kerja melebihi dari ketentuan akan
ditemukan hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja, gangguan kesehatan, angka absensi karena sakit meningkat yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas kerja (Tarwaka, 2004).
5.2 Analisis Posisi Duduk menggunakan REBA
Berdasarkan hasil observasi pada pengemudi angkutan yang menjadi responden penelitian rata-rata pengemudi bekerja dengan posisi statis. Berdasarkan perhitungan tabel REBA pada 15 orang pengemudi diperoleh hasil dengan kategori sebagai berikut :
1. Posisi Duduk Ergonomis
Skor 1 masih dapat diterima (posisi duduk ergonomis) sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) dengan hasil analisis sebagai berikut (contoh pada pengemudi nomor 5). Posisi punggung pengemudi berada dalam kondisi normal, pergerakan leher membentuk sudut 200 dan terdapat beberapa kali gerakan leher berputar selama mengemudi dan posisi kaki bengkok selama mengemudi membentuk sudut 450. Skor total untuk bagian punggung, leher dan kaki (Tabel A) = 2.
49
(Tabel B) yakni = 1 (kiri & kanan). Skor tabel C = 1 (kiri & kanan). Berdasarkan skor maka pengemudi dikategorikan tidak berisiko mengalami CTDs (posisi duduk ergonomis) sehingga tidak diperlukan tindakan lebih lanjut.
50
2. Posisi Duduk Tidak Ergonomis
Risiko CTDs ringan-sangat tinggi (skor 2-15) dikategorikan posisi duduk tidak ergonomis dialami sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%) dengan hasil analisis sebagai berikut (contoh pada pengemudi nomor 9).
Posisi punggung pengemudi berada dalam kondisi condong ke depan sejauh 300, pergerakan leher membentuk sudut 200 dan terdapat beberapa kali gerakan leher berputar selama mengemudi dan posisi kaki bengkok selama mengemudi membentuk sudut 450. Skor total untuk bagian punggung, leher dan kaki (Tabel A) = 5.
51
Gambar 5.3 Pengemudi no. 9
52
menimbulkan kondisi otot yang tidak elastis sehingga kekakuan otot bisa berlanjut menjadi kekakuan sendi.
Posisi kaki saat mengemudi juga dapat mempengaruhi keluhan nyeri punggung bawah. Semakin jauh anggota tubuh bergerak menjauhi otot rangka terlebih jika melakukan gerakan dengan teknik yang tidak benar maka risiko terjadinya cedera otot akan semakin besar. Ukuran tubuh yang penting dalam posisi kerja duduk adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki (Santoso, 2004).
5.3 Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Pada hasil penilaian keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) didapatkan 3 bagian tubuh yang mengalami keluhan nyeri paling banyak, yaitu bagian pinggang belakang dengan keluhan pegal yang dialami sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%), keluhan pada pinggul belakang dialami sebanyak 10 orang pengemudi (66,7%) dan keluhan pada pantat dialami sebanyak 8 orang pengemudi (53,3%).
Keluhan paling banyak pada bagian pinggang, pinggul belakang dan pantat disebabkan oleh posisi duduk statis yang terlalu lama. Rata-rata pengemudi bekerja dengan posisi duduk statis selama 3 jam dalam satu trip perjalan. Hal ini semakin diperberat oleh kondisi bantalan/sandaran kursi yang tidak nyaman sehingga risiko mengalami nyeri punggung bawah semakin besar.
53
daerah tulang belakangnya setelah bekerja. Pegal-pegal disebabkan adanya akumulasi produk sisa berupa asam laktat pada jaringan (Bridger, 2003).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
KesimpulanBerdasarkan analisis yang dilakukan pada pengemudi angkutan kota di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 terhadap tingkat risiko CTDs dengan menggunakan metode REBA serta keluhan nyeri punggung bawah dengan menggunakan Nordic Body Map didapatkan beberapa kesimpulan :
1. Karakteristik individu meliputi ; umur, masa kerja dan lama kerja tidak mempengaruhi keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117. Hal ini dikarenakan keluhan nyeri punggung bawah dialami oleh 13 orang pengemudi yang memiliki umur, masa kerja dan lama kerja yang beragam.
2. Tingkat risiko CTDs yang diperoleh dari hasil skor menggunakan metode REBA, yaitu masih dapat diterima dikategorikan posisi duduk ergonomis dan tidak mengalami keluhan low back pain sebanyak 2 orang pengemudi (13,3%) dan tingkat risiko CTDs ringan-sangat tinggi dikategorikan posisi duduk tidak ergonomis dan mengalami keluhan low back pain sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%).
55
pengemudi (13,3%) yang bekerja dengan posisi duduk ergonomis dan tidak mengalami keluhan low back pain. Untuk kategori posisi duduk tidak ergonomis dan mengalami keluhan low back pain dialami sebanyak 13 orang pengemudi (86,7%).
6.2 Saran
1. Sebelum mengemudi sebaiknya posisi anggota tubuh terutama bagian punggung belakang hingga kaki, lengan serta bagian kepala hingga leher diposisikan senyaman mungkin sehingga dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya nyeri punggung bawah (low back pain).
2. Pengemudi juga harus memperbanyak konsumsi air minum minimal 2 liter dalam sehari untuk mengurangi keluhan nyeri pada pinggang akibat posisi duduk selama berjam-jam saat menegemudi.
3. Lakukan stretching sekitar 5-10 menit sebelum bekerja atau pada saat istirahat disela waktu kerja untuk memudahkan kerja otot, untuk menghindari kontraksi otot secara tiba-tiba dan kontraksi berlebihan. 4. Perlu dilakukan perbaikan pada kursi kemudi (adjust maju-mundur) serta
perbaikan pada sandaran kursi agar posisi tubuh selama mengemudi sesuai dengan postur tubuh sehingga pengemudi dapat bekerja dengan nyaman. 5. Bagi pengemudi yang mengalami keluhan nyeri/pegal ringan disarankan
56
punggung bawah. Lakukan gerakan stretching sederhana saat otot terasa pegal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Posisi Duduk Saat Bekerja 2.1.1 Posisi Saat Bekerja
Menurut Septiawan (2013) dalam melakukan aktivitas terdapat tiga macam sikap dalam bekerja, yaitu:
1) Sikap Kerja Duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka (musculoskeletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso, 2004).
Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring. Jika posisi duduk tidak benar maka tekanan pada saat posisi tidak duduk 100% dan tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk ke depan (Santoso, 2004).
2) Sikap Kerja Berdiri
8
kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota bagian atas dengan anggota bagian bawah.
Menurut Pudjianto (2001) yang dikutip oleh Septiawan (2013) sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus menyebabkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada bagian kaki dan hal ini akan bertambah bila ukuran sepatu yang digunakan tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk. Berdiri dalam watu yang lama menyebabkan nyeri punggung bawah yang dapat mengganggu aktivitas serta dapat meningkatkan biaya pengobatan.
3) Sikap Kerja Membungkuk
9
Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbal mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Bila sikap kerja ini dilakukan dengan beban pengangkatan yang berat dapat menimbulkan slipped disk, yaitu rusaknya bagian invertebratal disk akibat kelebihan beban pengangkatan (Astuti dan Suhardi, 2007).
2.1.2 Pengertian Mengemudi
Mengemudi didefinisikan sebagai kegiatan mengontrol operasi dari sebuah kendaraan seperti mobil, truk atau bus. Pekerjaan transportasi jalan meliputi pekerja yang bertanggung jawab secara teknis dan administratif terhadap kendaraan (Karuniasih, 2009).
Mengemudi untuk waktu yang lama sangat melelahkan dan tidak nyaman. Pengemudi harus selalu waspada dengan kondisi kendaraan, terutama lalu lintas yang padat dan macet atau pada saat cuaca buruk. Pengemudi harus berhati-hati terhadap kemungkinan kecelakaan atau melakukan manuver lain yang membahayakan penumpang.
Menurut Pheasant (1991) yang dikutip oleh Karuniasih (2009) ada beberapa alasan mengapa prevalensi MSDs tinggi pada pengemudi antara lain : a. Pengemudi menghabiskan waktu lama berada dalam posisi statik yang hanya
10
b. Posisi mengemudi sangat tidak nyaman bila dibandingkan dengan posisi kerja lainnya.
c. Pajanan vibrasi yang berasal dari kendaraan.
d. Mengemudi membutuhkan konsentrasi tinggi dan secara psikologis menimbulkan stress dan ketegangan pada otot leher.
2.1.3 Tugas Pengemudi dan Prosedur Mengemudi
Tugas administratif pengemudi adalah bertanggung jawab terhadap kendaraan dan muatannya, mengisi dokumen perjalanan, melakukan tindakan yang diperlukan bila terjadi kerusakan atau kecelakaan dan melaporkannya kepada pemilik kendaraan di akhir perjalanan.
Sama halnya dengan yang diterapkan di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 pada saat memulai kerjanya, pengemudi angkutan kota melapor ke petugas administrasi yang bertugas atau yang lebih dikenal dengan sebutan mandor. Selain itu pengemudi angkutan kota juga bertugas memeriksa kelayakan angkutan yang dikemudikannya bahkan mereka juga melakukan perbaikan ringan pada bagian mobil yang mengalami kerusakan.
2.1.4 Fisiologi Duduk
Menurut LaDou yang dikutip Karuniasih (2009) pembagian posisi duduk terdiri atas tiga macam, yaitu :
1) Duduk Tegak (upright sitting)
11
mengemudi. Studi tentang tekanan pada intradiskus menunjukkan bahwa tekanan di diskus lumbal 40%-50% lebih besar pada posisi ini dibandingkan dengan berdiri. Ini disebabkan pada kursi yang tegak, pelvis berotasi ke belakang (±380) saat duduk dan kurva ke depan dipunggung bawah cenderung lurus. Sandaran punggung yang tepat akan mengurangi tekanan di diskus lumbal sampai 30%.
2) Duduk Condong ke Depan (Forward sitting)
Tekanan pada diskus lumbal meningkat 90% lebih besar dibandingkan saat berdiri pada saat melakukan aktivitas seperti duduk, menulis atau melakukan pekerjaan yang menyebabkan tulang belakang condong ke depan.
3) Duduk ke Belakang (Reclining)
Posisi reclining cocok untuk pekerja yang perlu fokus pada detail kecil atau harus melakukan gerakan motorik halus. Pada posisi ini tumpuan berat badan berada di belakang tempat duduk dan dengan penggunaan lumbal support akan mengurangi tekanan di diskus lumbal sampai 25% dari posisi berdiri. Masalah pada posisi duduk ini timbul bila target visual lebih rendah atau terlalu jauh.
2.1.5 Postur Mengemudi
12
back pain pengemudi harus menyesuaikan postur mengemudi yang ergonomis (Vehicle Ergonomics Best Practice Guide UK, 2007) antara lain :
a. Apabila kursi mengemudi dapat disesuaikan naik-turun, atur kesesuaiannya sehingga dapat membuat penglihatan kita terhadap jalan menjadi maksimum.
Gambar 2.1 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust naik-turun
b. Sesuaikan juga posisi maju-mundur tempat duduk kemudi sehingga jaraknya dapat memudahkan kaki dalam menginjak pedal rem, gas dan kopling.
13
c. Pada mobil tertentu yang dapat diatur kemiringan bantal di tempat duduk kemudi di bagian ujung paha, hendaknya diatur kemiringannya sehingga bagian paha tersupport dengan baik.
Gambar 2.3 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust bantalan ujung paha
d. Atur kemiringan backrest sehingga dapat menyediakan topangan terbaik pada punggung. Pada umumnya kemiringan backrest adalah antara 1100 - 1140.
Gambar 2.4 Posisi backrest
14
lutut bergerak pada saat menginjak pedal rem, gas atau kopling, dan pastikan semua display panel terlihat jelas dan tidak terhalangi roda kemudi.
Gambar 2.5 Posisi roda kemudi
f. Atur penyangga kepala, pastikan pada posisi tersebut risiko injury di kepala dapat dikurangi apabila terjadi kecelakaan.
15
g. Atur kemiringan kaca spion sehingga dapat digunakan untuk melihat kondisi sekitar tanpa menyebabkan ketegangan pada leher dan tubuh bagian atas.
h. Posisi kaki yang baik pada saat mengemudi tepatnya posisi kaki diantara pedal adalah paralel satu sama lain. Posisi kaki pada saat mengemudi mempengaruhi otot adductor pada paha. Pada saat posisi kaki memutar maka adductor paha tidak melakukan mobilitas. Pada keadaan ini ruang abdominal menjadi kendur dan pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan beban pada otot punggung sampai ke leher.
i. Posisi tangan yang baik pada saat memegang kemudi adalah berada pada arah jarum jam 2 dan 10, karena pada posisi inilah tangan kita dalam posisi natural dan tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh atas. Cara menggenggam roda kemudi pun harus benar, dengan tidak memberikan tekanan berlebihan pada lengan. Jari-jari pada lengan diusahakan serileks mungkin begitu juga pada bahu dan siku.
2.2 Keluhan Nyeri Punggung Bawah 2.2.1 Pengertian Nyeri Punggung Bawah
16
Menurut Suma’mur P.K (2009) nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf atau struktur lainnya disekitar daerah tersebut. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada pinggang, hernia inguinalis, penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium.
2.2.2 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang merangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanisme, termal, kimiawi. Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasma otot, yang selanjutnya akan menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.
17
terjadi akumulasi saluram ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (Rahajeng Tanjung, 2009).
2.2.3 Mekanisme Nyeri Punggung Bawah
Tulang punggung (spinal column) terdiri dari tulang belakang (vertebrae), yang terpisah dan berbantalkan piringan per-penyerapan yang dibuat dari tulang rawan. Tulang belakang juga dilindungi oleh lapisan tipis tulang rawan dan ditopang oleh persendian dan otot-otot yang berfungsi untuk membantu menyeimbangkan tulang punggung. Otot-otot ini termasuk kedua otot iliopsoas (yang menyusuri kedua sisi tulang punggung), kedua otot penegak tulang punggung (yang menyusuri sepanjang kedua sisi tulang punggung yang ada dibelakangnya) dan otot paraspinal pendek yang banyak (yang menyusur diantara tulang belakang). Otot perut (yang menyusur dari bagian bawah rongga dada menuju panggul) juga membantu menyeimbangkan tulang punggung.
18
2.2.4 Tanda dan Gejala Nyeri Punggung Bawah
Berdasarkan pemeriksaannya tanda dan gejala nyeri punggung bawah dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu:
1) Nyeri Punggung Bawah Sederhana
Adanya nyeri pada daerah sepanjang tulang belakang tanpa penjalaran atau keterlibatan saraf di bawahnya. Nyeri saat bergerak, derajat nyeri bervariasi setiap waktu dan tergantung dari aktivitas fisik.
2) Nyeri Punggung Bawah dengan Gangguan Persyarafan
Gejalanya nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal di daerah nyeri.
3) Nyeri Punggung Bawah Menurut Kegawatannya
Ada riwayat trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan kendaraan bermotor, adanya nyeri tanpa pergerakan yang konstan dan progresif, ditemukan nyeri daerah perut dan atau dada. Merasakan nyeri hebatpada malam hari yang tidak membaik dengan posisi telentang, penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atau demam, pergerakan punggung sangat terbatas dan persisten dan adanya gejala kencing tertahan (Latif, 2007).
2.2.5 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
19
1) Nyeri Akut yang tajam, dalam dan langsung maupun tiba-tiba. Seseorang tidak dapat beristirahat dengan tenang dan setiap gerak bagian punggung yang terkena bertambah nyeri yang terjadi selama kurang dari 8 minggu.
2) Nyeri kronis yang terus menerus dan tidak berkurang. Nyeri biasanya dirasakan dalam beberapa hari tetapi kadangkala dapat pula berlangsung selama satu minggu atau lebih.
Berdasarkan perjalanan kliniknya low back pain terbagi menjadi dua jenis (Bimariotejo, 2009), yaitu :
1) Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, sehingga menyebabkan rusaknya jaringan, melukai otot, ligamen dan tendon.
2) Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari tiga bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya lebih berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi diskus intervertebralis dan tumor.
20
1) Nyeri Punggung Bawah Visirogenik
Nyeri punggung bawah yang disebabakan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat.
2) Nyeri Punggung Bawah Vaskulogenik
Pada nyeri ini aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat menimbulkan nyeri punggung bawah dibagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik.
3) Nyeri Punggung Bawah Spondilogenik
Nyeri ini disebabkan oleh berbagai proses patologik di column vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus inveterbralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik) dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
4) Nyeri Punggung Bawah Psikogenik
Nyeri jenis ini jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap, Nyeri punggung bawah jenis ini pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau campuran antar kecemasan dan depresi.
21
Nyeri punggung bawah neurogenik misalnya pada iritasi arachnoid dengan sebab apapun dan tumor-tumor pada spinal durmater dapat menyebabkan nyeri.
2.2.6 Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah
Ada beberapa faktor risiko yang memicu timbulnya keluhan nyeri punggung bawah, antara lain :
1) Faktor Personal a. Usia
Pada umumnya keluhan otot sekeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga risiko terjadi keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2004).
b. Masa Kerja
Semakain lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan ditempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja.
22
c. Jenis Kelamin
Laki-laki dan wanita bekerja dalam kemampuan fisiknya. Kekuatan fisik tubuh wanita rata-rata 2/3 dari pria. Poltrast menyebutkan wanita mempunyai kekuatan 65% dalam mengangkat dibanding rata-rata pria. Hal tersebut disebabkan karena wanita mengalami siklus biologi seperti haid, kehamilan, nifas, menyusui dan lain-lain. Sebagai gambaran kekuatan wanita yang lebih jelas, wanita muda dan laki-laki tua kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang hampir sama (Budiono, 2003).
Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria (Tarwaka, 2004).
2) Faktor Pekerjaan a. Beban Kerja
Beban kerja adalah beban pekerjaan yang ditanggung oleh pelakunya baik fisik, mental maupun sosial (Suma’mur PK, 1996). Beban kerja adalah setiap
23
b. Lama Kerja
Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga atau masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu biasanya seseorang dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu terlihat kecenderungan untuk timbulnya hal-hal negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah 40 jam kerja seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor (Suma’mur P.K, 1996).
Maksimum waktu kerja tambahan yang masih efisien adalah 30 menit. Sedangkan diantara waktu kerja harus disediakan waktu istirahat yang jumlahnya antara 15-30% dari seluruh waktu kerja. Apabila jam kerja melebihi dari ketentuan tersebut akan ditemukan hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja, gangguan kesehatan, angka absensi karena sakit meningkat, yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas kerja (Tarwaka dkk, 2004).
3) Faktor Lingkungan a. Tekanan
24
sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap (Tarwaka dkk, 2004).
b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Tarwaka dkk, 2004).
2.3 Metode Penilaian Risiko Ergonomi
2.3.1 Posisi Duduk dengan Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) Menurut Highnett and McAtamney (2000) yang dikutip oleh Utomo (2012) Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikembangkan untuk mengkaji postur bekerja yang dapat ditemukan pada industri pelayanan kesehatan dan industri pelayanan lainnya. REBA digunakan untuk menghitung tingkat risiko yang dapat terjadi sehubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan CTDs dengan menampilkan serangkaian tabel-tabel untuk melakukan penilaian berdasarkan postur-postur yang terjadi dari beberapa bagian tubuh dan melihat beban atau tenaga aktivitasnya. Data yang dikumpulkan terdiri dari data postur badan, kekuatan yang digunakan, tipe dari pergerakan, gerakan berulang dan gerakan berangkai. Skor akhir REBA diberikan untuk memberi sebuah indikasi pada tingkat risiko mana dan pada bagian mana yang harus dilakukan tindakan penanggulangan.
25
kedalam skor tunggal yang mewakili tingkat risiko muskuloskeletal. Skor ini kemudian dimasukan kedalam lima tingkat tindakan seperti apakah penting untuk dicegah atau dikurangi untuk mengkaji postur. Perubahan nilai-nilai disediakan untuk setiap bagian tubuh yang dimaksudkan untuk memodifikasi nilai dasar jika terjadi perubahan atau penambahan faktor risiko dari setiap pergerakan yang dilakukan.
Metode ini memiliki keuntungan yaitu dapat mengetahui kegiatan mana yang paling berisiko untuk dikerjakan terkait dengan keluhan kesehatan yang muncul. Kelemahan menggunakan metode REBA yaitu belum dapat melihat lebih dalam mengenai gejala yang melatarbelakangi risiko tersebut. Selain itu survei REBA tidak dapat mendeteksi adanya pengaruh dari lingkungan kerja (Utomo, 2012).
2.3.2 Prosedur Penilaian Metode REBA a. Observasi Pekerjaan
26
b. Memilih Postur yang akan Dikaji
Memutuskan postur yang akan dianalisis dengan menggunakan kriteria, antara lain postur yang sering dilakukan, postur dimana pekerja lama pada posisi tersebut, postur yang yang membutuhkan banyak aktivitas otot atau yang banyak menggunakan tenaga, postur yang diketahui menyebabkan ketidaknyamanan, postur tidak stabil atau postur janggal, khususnya postur yang menggunakan kekuatan, postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, kontrol atau perubahan lainnya. (Utomo, 2012).
c. Memberikan Penilaian pada Postur
Menggunakan kertas penilaian dan penilaian bagian tubuh untuk menghitung skor postur. Penilaian awal dibagi dua grup :
1. Grup A : punggung, leher dan kaki
2. Grup B : Lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Postur grup B dinilai terpisah untuk sisi kiri dan kanan. Sebagai catatan poin tambahan dapat dimasukan atau dikurangi, tergantung dari posisinya. Contoh, dalam grup B, lengan atas dapat disangga dalam posisi tersebut (terdapat sandaran lengan), sehingga 1 nilai dikurangi dari poinnya. Skor load/force score, coupling score, dan activity score disediakan pada tahapan ini. Proses ini dapat diulangi pada setiap sisi tubuh dan untuk postur lainnya.
d. Proses Penilaian
27
lengan bawah dan pergelangan tangan digunakan untuk menghasilkan nilai tunggal yang menggunakan tabel B. Penilaian ini akan kembali dilakukan apabila risiko terhadap muskuloskeletal berbeda. Penilaian kemudian dimasukan kedalam nilai gabungan untuk menghasilkan nilai B. Nilai A dan B dimasukan kedalam Tabel C dan kemudian nilai tunggal didapatkan. Nilai tunggal ini adalah skor C atau skor keseluruhan.
e. Menetapkan Tingkatan Tindakan
Nilai REBA yang sudah ada kemudian dicocokan dengan tabel tingkat aktivitas. Tabel ini merupakan kumpulan dari beberapa tingkatan nilai yang mengindikasikan apakah posisi tersebut harus dirubah atau tidak.
Hasil Perhitungan REBA Hasil akhir dari penilaian adalah REBA Decision yaitu tingkat risiko berupa skoring dengan kriteria :
1. Skor 1 masih dapat diterima
2. Skor 2 – 3 mempunyai tingkat risiko CTDs rendah 3. Skor 4 – 7 mempunyai tingkat risiko CTDs sedang 4. Skor 8 – 10 mempunyai tingkat risiko CTDs tinggi
28
Tabel 2.1 REBA Action Level
Skor REBA Tingkat Risiko Tingkat
Tidak perlu tindakan lebih lanjut
Sumber : Hignett dan Mc Atamney (2000) dikutip oleh Utomo (2012)
2.3.3 Penilaian Low Back Pain (LBP) dengan Nordic Body Map
Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subjektif untuk mengukur rasa sakit otot pada pekerja. Untuk mengetahui letak rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tubuh pekerja dapat digunakan kuesioner Nordic Body Map sebagai salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi yang sudah terstandarisasi.
29
Gambar 2.7 Nordic Body Map
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.8 Kerangka Konsep Penelitian 0 Leher Bagian Atas 7 Pinggang Belakang 8 Pinggul Belakang 9 Pantat
10 Siku kiri 11 Siku kanan 12 Lengan bawah kiri 13 Lengan bawah kanan 14 Pergelangan tangan kiri 15 Pergelangan tangan kanan 16 Telapak tangan kiri 17 Telapak tangan kanan 18 Paha kiri
24 Pergelangan kaki kiri 25 Pergelangan kaki kanan 26 Telapak kaki kiri 27 Telapak kaki kanan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Posisi duduk merupakan sikap duduk yang sering dilakukan seseorang dalam kesehariannya. Posisi duduk yang baik sangat menentukan kesehatan punggung manusia. Nyeri yang timbul biasanya disebabkan karena posisi duduk yang salah (Barbara Dorsch, 2010).
Posisi duduk yang tidak alamiah atau tidak ergonomis akan menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan akibatnya beban kerja bertumpu di daerah pinggang dan menyebabkan otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan mengalami nyeri pada otot sekitar pinggang atau punggung bawah atau yang lebih dikenal dengan istilah low back pain (Risyanto, 2008).
2
Setyawan (2008) menyebutkan sekitar 90% dari seluruh kasus low back pain disebabkan oleh faktor mekanik, yaitu low back pain pada struktur anatomi normal yang digunakan secara berlebihan atau akibat sekunder dari trauma atau deformitas yang menimbulkan stres atau strain pada otot, tendon dan ligamen. Selain itu, dari segi anatomi dan fungsional low back pain juga dapat disebabkan karena adanya kelainan pada spine (ruas tulang belakang), dimana spine merupakan struktur penyangga tubuh dan kepala yang selalu terlibat dalam berbagai sikap tubuh dan gerakan sehingga mudah sekali mengalami gangguan.
Pada studi kolaborasi tentang nyeri WHO mendapatkan hasil bahwa 33% penduduk di negara berkembang mengalami nyeri persisten. Nyeri ini pada akhirnya akan berkaitan dengan kondisi depresi sehingga dapat mengganggu kualitas hidup dan menurunkan level aktivitas pekerja. Studi ini juga menyatakan bahwa 40% responden tidak mendapatkan pengobatan yang memuaskan dan 20% diantaranya mengalami depresi. Dari segi ekonomi, 61% tidak dapat melakukan pekerjaan di luar rumah dengan baik dan 19% diantaranya harus kehilangan pekerjaan karena nyeri yang dirasakan (Karuniasih, 2009).
3
dengan posisi duduk yaitu pengemudi angkutan kota. Para pengemudi angkutan tersebut bekerja dengan jam kerja melebihi 8 jam sehari bahkan ada yang mencapai 15 jam per hari (tergantung trayek dan keinginan subjektif). Mereka berkendara dengan posisi duduk statis dalam waktu relatif lama. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa posisi duduk yang tidak ergonomis dan dalam durasi lama dapat meningkatkan risiko terjadinya keluhan low back pain. Gangguan otot akan semakin diperberat oleh situasi tertentu misalnya posisi duduk yang tidak benar, usia, postur tubuh, serta kursi yang tidak ergonomis.
Menurut Lientje (2000) yang dikutip oleh Risyanto (2008) menyebutkan pada supir dan profesi sejenisnya otot-otot punggung akan bekerja keras menahan beban anggota gerak atas yang sedang melakukan aktivitas. Akibatnya daerah pinggang menjadi tumpuan beban tubuh sehingga rentan mengalami kelelahan dan selanjutnya akan menimbulkan rasa nyeri. Namun juga terdapat keluhan lain pada supir karena posisi duduk yang tidak benar yaitu tumpuan lengan berada pada setir dan tumpuan kaki pada pedal.
Menurut Grandjean (1991) yang dikutip oleh Tarwaka (2004) menyebutkan bahwa posisi duduk memiliki beberapa keuntungan antara lain, pembebanan pada kaki dan penggunaan energi dapat dikurangi. Namun dibalik keuntungan tersebut jika posisi duduk dilakukan dalam waktu cukup lama maka dapat menyebabkan otot melembek dan tulang belakang melengkung sehingga cepat lelah.
4
sampai saat ini dengan melayani dua Trayek yang berbeda, yakni Trayek 117 Pinang Baris-Belawan dan Trayek 118 Marelan-Simpang Tuntungan. Hingga tahun 2015 tercatat 30 armada yang aktif beroperasi pada Trayek 117 yang merupakan lokasi penelitian kali ini.
Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara singkat pada Oktober 2015 yang dilakukan pada beberapa pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Terminal Pinang Baris Medan didapatkan informasi bahwa beberapa supir mengeluhkan nyeri dibagian punggung bawah atau daerah pinggang akibat mengemudi dalam waktu relatif lama. Dalam satu hari para pengemudi mengoperasikan kendaraannya selama 8-12 jam dengan waktu istirahat 2-3 jam. Selain itu posisi duduk yang tidak sesuai, seperti bagian punggung tidak bersandar sempurna pada bantalan kursi, posisi duduk yang membungkuk dan posisi kepala membungkuk atau terlalu condong ke depan akan semakin memperparah kondisi nyeri pinggang yang mereka alami.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan bagaimana hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Medan Tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran karakteristik individu pengemudi angkutan kota pada Fa. Mekar Jaya Trayek 117.
2. Mengetahui gambaran posisi duduk pengemudi angkutan kota selama mengemudi.
3. Mengetahui gambaran keluhan Low Back Pain pada pengemudi angkutan kota.
1.4 Hipotesis
6
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi para pengemudi angkutan kota mengenai posisi duduk yang ergonomis selama mengemudi untuk mengurangi dampak lebih lanjut terhadap keluhan low back pain.
ABSTRAK
Aktivitas mengemudi dengan posisi duduk tidak ergonomis berisiko untuk menyebabkan keluhan nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya di sekitar daerah tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. yang bertujuan untuk mengetahui hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pengemudi angkutan kota Fa.Mekar Jaya trayek 117 di Kota Medan. Pengumpulan data menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) untuk penilaian posisi duduk dan kuesioner Nordic Body Map untuk menilai tingkat keluhan nyeri punggung bawah. Analisis data menggunakan uji Exact Fisher untuk mengetahui hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Hasil penelitian menunjukkan pengemudi mengalami keluhan sakit terbanyak pada pinggang belakang yaitu sebanyak 13 orang (86,7%), pinggul belakang sebanyak 10 orang (66,7%) dan pantat sebanyak 8 orang (53,3%). Tingkat keluhan nyeri punggung bawah yang paling banyak dialami pengemudi yaitu kategori sedang sebanyak 7 orang (46,7%) dan kategori ringan sebanyak 6 orang (40,0%).
Hasil penilaian posisi duduk dengan menggunakan metode REBA menunjukkan pengemudi dengan kategori posisi duduk ergonomis sebanyak 2 orang (13,3%) dan kategori posisi duduk tidak ergonomis sebanyak 13 orang (86,7%). Dari hasil uji statistik Exact Fisher didapatkan p value sebesar 0,01 atau p < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Dengan demikian posisi duduk memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pengemudi angkutan kota. Pengemudi disarankan untuk mengemudi diselingi istirahat serta pengaturan jam kerja yang sesuai.
Kata kunci : Pengemudi Angkutan Kota, Posisi Duduk, Keluhan Low Back Pain
ABSTRACT
The activity of driving with unergonomics sitting position have some risk cause low back pain. Low back pain is pain felt in the lower back that the source is local spinal spine (lower back), muscles, nerves, or other structures around the area.
This research is analytic survey with cross sectional design, which aims to find out the correlation of sitting position with low back pain on a city transport drivers Fa.Mekar Jaya route 117 in Medan. The data of sitting position were gathered with REBA (Rapid Entire Body Assessment) method and Nordic Body Map questionnaire to assess the level of low back pain complaints. The data analyzed using Fisher 's Exact test to determine the correlation of the sitting position with low back pain complaints.
The results of the study showed that the biggest number driver had complaints of pain on back waist was 13 drivers (86,7%), the hips back was 10 drivers (66,7% ) and buttocks was 8 drivers (53,3%). The biggest level of low back pain complaints, medium level complaints was 7 drivers (46,7%) and low level complaints was 6 drivers (40,0%).
The results of the assessment sitting position using REBA method that shows the city transport drivers with ergonomic sitting position as category was 2 driver (13,3%) and the category is unergonomics sitting position was 13 drivers (86,7%). The result of Fisher Exact statistic test showed that was no significant relation between sitting position with low back pain complaint at p value 0,01 which was p < 0,05.
Thus, the sitting position had relation with the occurrence of low back in city transport drivers. It is recommended for the driver to work with rest and appropriate setting work hours.
Keywords :City Transport Driver, Sitting Position, Low Back Pain (LBP)
HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA
Fa.MEKAR JAYA TRAYEK 117 DI KOTA MEDAN TAHUN 2016
SKRIPSI
OLEH
ALI SYAHBANA RITONGA NIM : 131021015