• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI KOTA BITUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI KOTA BITUNG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI KOTA BITUNG

Christy W. Nelwan*, Woodford B. S. Joseph*, Paul A. T. Kawatu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

Abstrak

Pekerjaan sebagai pengemudi angkutan kota rentan terhadap gangguan kesehatan, misalnya nyeri punggung. Faktor penyebabnya antara lain adalah umur dan posisi duduk. Semakin bertambahnya usia kekuatan otot semakin menurun. Ketika mengemudi dengan posisi duduk yang statis dan dalam durasi mengemudi yang lama akan mengakibatkan kelelahan dan timbul rasa pegal pada daerah punggung, sehingga menyebabkan keluhan nyeri punggung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara umur dan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kota Bitung. Penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Tempat pelaksanaan penelitian di Terminal Induk Tangkoko Bitung dan Pusat Kota Bitung. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juli – Oktober 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengemudi yang terdaftar sebagai anggota PESAT Kota Bitung yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi adalah 74 orang. Pengambilan data umur dan keluhan nyeri punggung menggunakan kuesioner dan untuk pengukuran posisi duduk menggunakan metode penilaian The Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah spearman rank pada CI 95% dan α=0,05. Hasil analisis bivariat hubungan antara umur dengan keluhan nyeri punggung (ρ value=0,02) dengan r=0,25 dan hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung (ρ value=0,83) dengan r=0,02. Terdapat hubungan antara umur dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kota Bitung dan tidak terdapat hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kota Bitung.

Kata Kunci: Umur, Posisi Duduk, Keluhan Nyeri Punggung, Pengemudi Angkutan Kota Abstract

Occupational drivers in public transport are subjected to health problems, such as back pain. The reason for the pain is associated with the age and sitting posture. As the body-aged, the strength of the muscles decreases. Long term driving in static sitting posture can lead to fatigue and suffering with back pain. The purpose of this study was to analyze correlation between age and sitting posture with back pain on city transport drivers in Bitung City. This study is an analytical survey using cross sectional study design. Place of the research in the Terminal Induk Tangkoko Bitung and Center of Bitung City. The timing of the study on July-October 2014. An analytical survey with cross-sectional study was conducted to investigate worker exposure to age, sitting posture, as a risk for back pain. Using validated questionnaire, information about driving experience, driving sitting posture and health history as an inclusion criteria was obtained from 74 city transport drivers as member of PESAT Bitung City. The Rapid Upper Limb Assessment (RULA) as an instrument to measurement this research and analyzed by Spearman rank in CI 95% and α=0.05. The results of bivariate analyzes the correlation between age and back pain (ρ value=0.02) with r=0.25 and the correlation between sitting position with back pain (ρ value=0.83) with r=0.02. There is a correlation between age and sitting posture with back pain on city transport drivers in Bitung City and there is no correlation between sitting posture with back pain on city transport drivers in Bitung City.

(2)

2 PENDAHULUAN

Era globalisasi menuntut penerapan kesehatan dan keselamatan kerja sebagai standar yang perlu dilengkapi dalam dunia kerja, untuk mengoptimalkan proses kerja serta mengupayakan faktor risiko yang seminimal mungkin. (Budiono dkk, 2009). Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan masalah, antara lain; nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan (Santoso, 2010). Keluhan nyeri punggung menempati peringkat 692, ini dapat menyebabkan kita sulit untuk berjalan, duduk, bangun, tidur dan melakukan apapun (Mehmet dkk, 2009). Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan bertambahnya umur (Tarwaka, 2010). Di Amerika Serikat, 80% orang pada usia 18-55 tahun mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung (Hochschuler, 2002). Posisi duduk saat bekerja tidak hanya terdapat di perkantoran atau industri saja, namun mengendarai mobil khususnya pengemudi angkutan kota juga termasuk pekerjaan dalam posisi duduk (Mauldhina, 2014). Pekerjaan sebagai pengemudi angkutan kota rentan terhadap gangguan kesehatan, misalnya nyeri punggung. Faktor penyebabnya antara lain adalah umur dan posisi duduk. Semakin bertambahnya usia kekuatan otot semakin menurun. Ketika mengemudi dengan posisi duduk yang statis dan dalam durasi mengemudi yang lama akan mengakibatkan kelelahan dan timbul rasa pegal pada daerah punggung, sehingga menyebabkan keluhan

nyeri punggung.Mengemudi dengan posisi duduk yang keliru akan menyebabkan kelelahan yang terlalu cepat, dikarenakan otot-otot punggung menjadi tegang, apabila dilakukan dalam waktu yang berulang-ulang akan menyebabkan nyeri. Hal ini menjadi faktor risiko terjadinya keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kota Bitung yang sangat mengganggu

kenyamanan dalam mengemudikan

kendaraan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan penelitiancross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Terminal Induk Tangkoko Bitung dan Pusat Kota Bitung. Waktu penelitian pada bulan Juli – Oktober 2014.

Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti, yaitu semua pengemudi angkutan kota yang terdaftar sebagai anggota Persatuan Sopir Angkutan Kota (PESAT) Kota Bitung yang berjumlah 87 orang dan diambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi adalah 74 orang. Pengumpulan data yaitu data primer dan sekunder.

Data primer penelitian ini, diperoleh dari hasil wawancara dan pengukuran pada responden, dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu mengadakan tanya jawab dan pengukuran secara langsung. Data yang dimaksudkan berupa umur dan keluhan nyeri punggung menggunakan kuesioner dan posisi duduk dengan metode penilaian The Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

(3)

3 diukur menggunakan busur.Data sekunder yaitu daftar anggota Persatuan Sopir Angkutan Kota di Kota Bitung dan gambaran umum Terminal Induk Tangkoko Bitung yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Bitung.

Pengolahan data melalui a. Editing

b. Coding.

c. Memasukkan Data (Data Entry)

d. Pembersihan Data (cleaning). (Notoatmodjo, 2010).

Analisis Univariat adalah data variabel bebas yaitu umur dan posisi duduk, variabel terikat yaitu keluhan nyeri punggung, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara umur dan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kota Bitung, dengan menggunakan Spearman Rank pada CI 95% dan α=0,05 dengan bantuan program Statistical Program For Social Science (SPSS) versi 21.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan di Terminal Tangkoko dan Pusat Kota Bitung diperoleh subjek penelitian sebanyak 74 responden dari total populasi 87 orang. 13 orang dari total populasi tidak masuk dalam kriteria inklusi dan ekslusi. Semua yang menjadi subjek penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Responden yang menjadi subjek penelitian merupakan pengemudi angkutan kota yang

terdaftar dalam Persatuan Sopir Angkutan Kota (PESAT) Kota Bitung.

Umur

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang paling banyak pada kelompok umur >35 tahun sebanyak 39 responden (52,7%). Sedangkan yang paling sedikit pada kelompok umur < 25 tahun yaitu sebanyak 4 responden (5,4%). Rata-rata umur responden adalah 37 tahun, minimum umur responden adalah 23 tahun dan maksimum umur responden pada penelitian ini adalah 65 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot maksimal terjadi pada umur 20 – 29 tahun, sejalan dengan bertambahnya usia, pada saat berumur 60 tahun kekuatan otot mulai menurun. Pada penelitian Betti’e dalam Tarwaka (2010), kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur > 60 tahun hanya mencapai 25% daripada yang berumur 25 tahun.

Posisi Duduk

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memiliki posisi duduk yang ergonomis sebanyak 19 responden (25,7%), posisi duduk yang kurang ergonomis sebanyak 48 reponden (64,9%) dan tidak ergonomis sebanyak 7 responden (9,4%). Posisi duduk dalam melakukan pekerjaan sangat mempengaruhi untuk terjadinya gangguan kesehatan, misalnya keluhan nyeri punggung. Nyeri punggung dapat terjadi karena sikap paksa yang disebabkan karena penggunaan sarana yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya. Sikap tubuh dalam bekerja yang

(4)

4 dikatakan ergonomis adalah yang memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja (Budiono, 2009).

Keluhan Nyeri Punggung

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang tidak pernah memiliki keluhan nyeri punggung sebanyak 9 responden (12,2%), untuk keluhan nyeri punggung jarang sebanyak 26 responden (35,1%), sedangkan responden yang kadang-kadang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 39 responden (52,7%).

Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden kadang-kadang mengalami keluhan nyeri punggung. Dianjurkan untuk responden agar dapat menjaga kesehatan punggung seperti melakukan aktivitas yang cukup atau tidak terlalu berat.

Hubungan Antara Umur dengan Keluhan Nyeri Punggung

Tabel 1. Hubungan Antara Umur dengan Keluhan Nyeri Punggung

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden dengan umur < 25 tahun yang tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 1 responden (25%), kemudian umur < 25 tahun yang jarang mengalami keluhan nyeri punggung

sebanyak 1 reponden (25%) dan untuk umur < 25 tahun yang kadang-kadang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 2 responden (50%). Umur 25 – 35 tahun yang tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 6 responden (19,4%), umur 25 – 35 tahun yang jarang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 13 responden (41,9%) dan untuk kelompok umur 25 – 35 tahun yang kadang-kadang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 12 responden (38,7%). Kelompok umur >35 tahun yang tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 2 responden (5,1%), kemudian pada umur >35 tahun yang jarang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 12 responden (30,7%) dan umur >35 tahun yang kadang-kadang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 25 responden (64,1%).

Hasil analisis data menggunakan Spearman Rank didapatkan nilai p value 0,02 maka nilai p<0,05, maka dapat dinyatakan terdapat hubungan antara umur dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kota Bitung. Nilai korelasi (r) yaitu 0,25 yang menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang rendah. Positif artinya terdapat hubungan yang searah antara umur dengan keluhan nyeri punggung. Di mana semakin bertambahnya umur responden maka keluhan nyeri punggung akan semakin meningkat atau semakin dirasakan.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitriningsih, dkk (2011) dalam penelitianya hubungan

(5)

5 umur, beban kerja dan posisi duduk saat bekerja dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, dari hasil analisis dengan uji chi square nilai X2 sebesar 4,244

dengan signifikansi 0,039 (p<0,05), sehingga dinyatakan terdapat hubungan antara umur dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota Kabupaten Wonosobo.

Penelitian yang dilakukan Kantana (2010) mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspepidisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta, faktor usia mempengaruhi keluhan low back pain. Pada usia ≥ 35 tahun banyak responden yang mengalami keluhan low back pain, dari hasil analisis menggunakan chi square didapatkan p=0,017 (p<0,05).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nahar, dkk (2012) mengenai prevalence of low back pain and associated risk factors among professional car drivers in Dhaka city, Bangladesh, usia yang rentan terkena nyeri punggung yaitu pada usia 40 - 65 tahun. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan umur mempengaruhi keluhan nyeri punggung p=0,002 yang berarti p<0,05. Beberapa penelitian bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Amod, dkk (2012) mengenai study of occupational factors associated with low back pain in truck drivers of Nagpur City, India, tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan low back pain pada pengemudi truk di Nagpur – India, karena

p>0,05. Dari hasil uji statistik didapatkan p value 0,060.

Hubungan Antara Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung

Tabel 2. Hubungan Antara Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat persentase hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung menunjukkan persentase responden dengan posisi duduk yang ergonomis dan tidak pernah mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 1 responden (5,3%), kemudian posisi duduk yang ergonomis dan jarang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 7 responden (36,8%), sedangkan posisi duduk yang ergonomis dan kadang-kadang mengalami keluhan nyeri punggung 11 responden (57,9%). Persentase posisi duduk yang kurang ergonomis dan tidak pernah mengalami keluhan nyeri punnggung sebanyak 8 responden (16,7%), kemudian posisi duduk yang kurang ergonomis dan jarang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 18 responden (37,5%), sedangkan posisi duduk yang kurang ergonomis dan kadang-kadang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 22 responden (45,8%). Posisi duduk yang tidak ergonomis

(6)

6 menyebabkan sebanyak 1 responden (14,3%) jarang mengalami keluhan nyeri punggung, sedangkan persentase posisi duduk yang tidak ergonomis namun menyebabkan keluhan nyeri punggung kadang-kadang sebanyak 6 responden (85,7%).

Hasil analisis data menggunakan Spearman Rank menunjukkan tidak ada hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kota Bitung. Hasil yang didapatkan adalah p>0,05 yaitu p=0,83, dengan korelasi (r) 0,02 yang menunjukkan arah positif (searah) dengan kekuatan korelasi dapat diabaikan.

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Himawan (2014) dalam penelitiannya tentang analisis faktor-faktor risiko low back pain pada sopir bus antar kota dalam propinsi di Samarinda tahun 2013, yaitu posisi duduk dengan kejadian low back pain pada sopir bus antar kota di Samarinda tidak terdapat hubungan. Hasil analisis nilai p adalah 0,153 yang berarti p>0,05. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Himawan menunjukkan kebanyakan responden walaupun sudah duduk pada posisi duduk yang ergonomis namun tetap mengalami keluhan low back pain. Penelitian mengenai the association between low back pain and fatigue among commercial drivers oleh Christensen, dkk (2013) dari hasil survei, semua pengemudi tetap bekerja dan tidak ada pengemudi yang terbaring di tempat tidur meskipun pada kenyataannya para pengemudi mengalami

keluhan nyeri punggung dan merasa tidak nyaman dengan hal itu.

Penelitian Himawan (2014) dalam penelitiannya tentang analisis faktor-faktor risiko low back pain pada sopir bus antar kota dalam propinsi di Samarinda tahun 2013, bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrinigsih, dkk (2011) dalam penelitianya hubungan umur, beban kerja dan posisi duduk saat bekerja dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, dari hasil analisis dengan uji chi square diperoleh nilai X2 sebesar 3,960

dengan signifikansi 0,047 (p<0,05), sehingga didapatkan posisi duduk responden berhubungan dengan keluhan nyeri punggung. Hasil penelitian Fitriningsih, dkk (2011) untuk posisi duduk responden yang tidak sesuai dan positif mengalami keluhan nyeri punggung sebesar 45,5%.

KESIMPULAN

Berdasarkan

hasil

penelitian

dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran umur pengemudi angkutan kota di Kota Bitung menggambarkan bahwa umur <25 tahun yaitu sebanyak 4 responden (5,4%), umur 25 – 35 tahun sebanyak 31 responden (41,9%), dan umur >35 tahun 39 responden (52,7%). 2. Gambaran posisi duduk pengemudi

angkutan kota di Kota Bitung menggambarkan bahwa posisi duduk yang ergonomis sebanyak 19 responden (25,7%), posisi duduk yang kurang ergonomis sebanyak 48 reponden

(7)

7 (64,9%) dan tidak ergonomis sebanyak 7 responden (9,4%).

3. Gambaran keluhan nyeri punggung pengemudi angkutan kota di kota Bitung menggambarkan bahwa yang tidak pernah memiliki keluhan nyeri punggung sebanyak 9 responden (12,2%), untuk keluhan nyeri punggung jarang sebanyak 26 responden (35,1%), sedangkan responden yang kadang-kadang mengalami keluhan nyeri punggung sebanyak 39 responden (52,7%).

4. Terdapat hubungan antara umur dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kota Bitung.

5. Tidak terdapat hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan kota di Kota Bitung.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan:

1. Pengemudi angkutan kota yang sudah berusia lanjut sebaiknya memperhatikan waktu kerja, karena dengan semakin bertambahnya usia kekuatan otot akan menurun sehingga menyebabkan keluhan nyeri punggung dan cepat lelah. Para pengemudi dianjurkan beristirahat sejenak dari aktivitas mengemudi setiap 3 jam agar dapat meregangkan otot-otot, kemudian melanjutkan pekerjaan.

2. Pengemudi angkutan kota di Kota Bitung perlu memperhatikan posisi duduk yaitu dengan memperhatikan postur lengan, postur pergelangan tangan, postur

punggung dan postur badan saat mengemudikan kendaraan agar terhindar dari keluhan nyeri punggung.

3. Sebagai masukan untuk Dinas Perhubungan Kota Bitung, melakukan himbauan atau perbaikan tempat duduk yang ergonomis untuk para pengemudi angkutan kota di Kota Bitung, agar terhindar dari berbagai macam gangguan kesehatan akibat stasiun kerja yang tidak ergonomis.

DAFTAR PUSTAKA

Amod, B., A. Shubhangi, G. Sandeep dan T. Prashant. 2012. Study of Occupational Factors Associated with Low Back Pain in Truck Drivers of Nagpur City, India. International Journal of Medical and Health Sciences 1(3): 53 – 60. http://www.ijmhs.net/articles/1342356 206Study_of_Occupational_Factors_A ssociated_with_Low_Back_Pain_in_T ruck_Drivers_of_Nagpur_City_India.p df.

Budiono, A. M. S., R. M. S. Jusuf dan A.Pusparini. 2009. Hiperkes dan KK. Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Christensen, A., F. Petersen, S. Soret dan R.

S. Hwang. 2013. The Association between Low Back Pain and Fatigue among Commercial Drivers. Occupational Medicine & Health Affairs 1(1): 1-4. http://esciencecentral.org/journals/the- association-between-low-back-pain- and-fatigue-among-commercial-drivers-omha-2329-6879.1000101.pdf. Fitriningsih dan Hariyono W. 2011.

Hubungan Umur, Beban Kerja Dan Posisi Duduk Saat Bekerja Dengan Keluhan Nyeri Punggung Pada Pengemudi Angkutan Kota Di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan 5(2):

(8)

162-8 232.

http://download.portalgaruda.org/articl e.php?article=123577&val=5543. Himawan, H. 2014. Analisis Faktor-Faktor

Risiko Low Back Pain Pada Sopir Bus Antar Kota Dalam Propinsi Di Samarinda Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Samarinda.

Hochschuler, S. dan B. Reznik 2002. Treat Your Back Without Surgery. Second Edition. Sheridan Books. United States Of America.

Kantana, T. 2010. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain Pada Kegiatan Mengemudi Tim Ekspepidisi PT. EnsevalPutera Megatrading Jakarta Tahun 2010.Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Mauldhina, Y. 2014. Hubungan Posisi Kerja Duduk Dengan Keluhan Nyeri Pinggang Bagian Bawah Pada Supir Angkutan Umum 07 Binong Di Tangerang. Skripsi. Universitas Esa Unggul.

Mehmet, C. dan M. F. Roizen. 2009. Sehat Tanpa Dokter: Panduan Lengkap Memahami Tubuh Agar Tetap Sehat dan Awet Muda. Qanita. Bandung.

Nahar, B. N., G. U. Ahsan, dan N. A. Khan. 2012. Prevalence Of Low Back Pain And Associated Risk Factors Among Professional Car Drivers In Dhaka City, Bangladesh. South East Asia Journal of Public Health 2(1):60-63. http://www.banglajol.info/bd/index.ph p/SEAJPH/article/view/15267/10826. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Santoso, G. 2013. Ergonomi Terapan. PT. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan

Aplikasi di Tempat Kerja. Press Solo. Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi berbasis kearifan lokal yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas VII A4 SMPNegeri 1

Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan

Supervoucher adalah salah satu bentuk Usaha dalam Dunia bisnis pulsa untuk dapat melakukan Reservasi pada pulsa Voucher dan kartuperdana ,pada kesempatan ini dimanfaatkan oleh

[r]

Situs virtual class ini dibuat dengan tujuan agar memudahkan mahasiswa khususnya mahasiswa Universitas Gunadarma untuk mempelajari mata kuliah etika dan profesi TI dan

[r]

PROgramming in LOGic adalah nama asli dari prolog, Kelebihan yang dimiliki oleh prolog adalah kesederhanaan untuk dipakai dalam pemrograman aplikasi kecerdasan buatan, seperti

[r]