• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Kitosan dan Media Organik untuk Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Screenhouse

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Kitosan dan Media Organik untuk Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Screenhouse"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KITOSAN DAN MEDIA ORGANIK UNTUK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI

MERAH (

Capsicum annuum

L.) DI

SCREENHOUSE

MARIO

MUHAMMAD

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Kitosan dan Media Organik untuk Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di Screenhouse adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MARIO MUHAMMAD. Pemanfaatan Kitosan dan Media Organik untuk Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di Screenhouse. Dibimbing oleh MUHADIONO dan DODIT HADIJAYA.

Petani Indonesia belum mampu memenuhi permintaan cabai merah (Capsicum annuum L.) salah satunya disebabkan oleh produktivitas tanaman cabai yang rendah. Kitosan mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan memicu pembentukan sistem imun pada tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi kitosan terbaik dan dikombinasikan dengan perbandingan tanah dan pupuk kandang. Komposisi tanah dan pupuk kandang yang digunakan masing-masing adalah 70%:30% (P1), 50%:50% (P2), dan 30%:70% (P3), dengan penyemprotan kitosan sebanyak 0, 2, 4, 6, dan 8 ml/L pada tanaman. Parameter tanaman cabai yang diukur adalah tinggi tajuk, jumlah daun, diameter batang, jumlah bunga dan buah terbentuk, serta bobot buah yang dapat dipanen. Kombinasi perlakuan yang diberikan hanya menunjukkan hasil yang signifikan pada parameter jumlah bunga dan buah terbentuk, serta bobot buah berdasarkan uji lanjut Duncan 5%. Perlakuan P2 dengan 2 ml/L kitosan memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan jumlah bunga pada minggu ke-13 sebesar 10, dan jumlah buah pada minggu ke-15 sebesar 24.33, sedangkan perlakuan P2 dengan 4 ml/L memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan bobot buah pada minggu ke-18 sebesar 75.67 gr. Perlakuan penyemprotan kitosan juga dapat mempercepat pemulihan tanaman dari penyakit.

Kata kunci: produktivitas cabai, konsentrasi kitosan, komposisi tanah:bahan organik (50:50)

ABSTRACT

MARIO MUHAMMAD. The Application of Chitosan and Organic Medium on Growth and Productivity of Chili (Capsicum annuum L.) under Screenhouse Condition. Supervised by MUHADIONO and DODIT HADIJAYA.

Indonesian farmer incapable of fulfilling chili demands due to low productivity. Chitosan are capable of increasing productivity and inducing disease resistance against various pathogens. This research conducted to meet the best concentration of chitosan when combined with soil and manure as fertilizer. The combinations of soil and manure were 70%:30% (P1), 50%:50% (P2), and 30%:70% (P3), and the plants were sprayed with variation of chitosan concentration (0, 2, 4, 6, and 8 ml/L). The measured parameters were plant heights, number of leaves, stem diameters, number of flowers and fruits, and fruit weights. Only number of flowers and fruits, and fruit weights showed significant results based on Duncan test 5%. The combination of P2 medium with 2 ml/L of chitosan was the best combination for increasing flowers in week 13th (10) and fruit in week 15th (24.33) significantly. The combination of P2 medium with 4 ml/L of chitosan was the best combination for increasing fruit weights in week 18th (75.67 gr) significantly. Chitosan can also increase plant recovery time when damaged by disease.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

PEMANFAATAN KITOSAN DAN MEDIA ORGANIK UNTUK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI

MERAH (

Capsicum annuum

L.) DI

SCREENHOUSE

MARIO MUHAMMAD

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah pemanfaatan pupuk organik terhadap tanaman, dengan judul Pemanfaatan Kitosan dan Media Organik untuk Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di Screenhouse.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Muhadiono dan Bapak Ir Dodit Hadijaya selaku pembimbing, serta Bapak Ir Hadisunarso selaku penguji skripsi yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan dan Alat 2

Analisis Tanah dan Pupuk 2

Persiapan Media Tanam dan Penanaman Tanaman 2

Pemeliharaan dan Pengamatan Fisiologis Tanaman 2

Pemanenan Tanaman 3

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Keadaan Media Tanam 3

Fase Vegetatif dan Generatif 4

Kitosan terhadap Penyakit 10

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 13

(10)

DAFTAR TABEL

1. Pengaruh media terhadap rata-rata Tinggi Tajuk (TT), Jumlah Daun (JD), dan Diameter Batang (DB) menggunakan ANOVA. 9 2. Interaksi perlakuan dengan jumlah bunga (minggu ke-13), jumlah buah

(minggu ke-15), dan bobot buah (minggu ke-18) menggunakan

ANOVA. 9

DAFTAR GAMBAR

1. Hasil pengukuran tinggi tajuk berdasarkan media tanam tanah:pupuk (a)

dan variasi konsentrasi kitosan (b) 5

2. Hasil pengukuran jumlah daun berdasarkan media tanam tanah:pupuk

(a) dan variasi konsentrasi kitosan (b) 6

3. Hasil pengukuran diameter batang berdasarkan media tanam tanah:pupuk (a) dan variasi konsentrasi kitosan (b) 7

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil analisis contoh tanah dan kriteria penilaian hasil analisis tanah 15 2. Hasil analisis contoh pupuk kandang dan persyaratan teknis minimal

pupuk organik 17

3. Kandungan produk FITOSAN 18

4. Struktur kimia kitosan (a) (Hadwinger 2013), zat pengatur tumbuh GA3 (b), Zeatin (c), dan IAA (d) (Gaspar et al. 1996) 19 5. Analisis keragaman parameter diukur dalam penelitian 20 6. Foto perwakilan perlakuan selama 19 minggu setelah tanam 29 7. Foto perwakilan tanaman yang terserang penyakit pada minggu ke-12

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang digemari masyarakat. Jenis sayuran tersebut memiliki rasa yang pedas dan aroma yang khas, sehingga dapat membangkitkan selera makan bagi orang-orang tertentu. Cabai merah banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia karena memiliki manfaat bagi kesehatan dan harga jual yang cukup tinggi, namun petani Indonesia belum mampu memenuhi permintaan tersebut karena jumlah produksi buah cabai yang dihasilkan masih rendah. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi cabai. Penggunaan pupuk kimia bisa menjadi alternatif dalam meningkatkan produksi tanaman cabai, namun hal ini menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga harga cabai merah juga meningkat. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi cabai adalah dengan pemberian pupuk kandang. Kandungan unsur hara pada pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini memiliki keistimewaan lain, yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah, porositas tanah, struktur tanah, dan daya menahan air dan kation tanah (Hardjowigeno 1995).

Kitosan merupakan salah satu biopolimer hasil deasetilasi kitin yang terkandung pada cangkang udang, kepiting, dan serangga. Produk kitosan merupakan hasil dari pemanfaatan limbah cangkang sehingga memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Kitosan memiliki sifat ramah lingkungan dan mudah didegradasi. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kitosan mampu meningkatkan pertumbuhan, mempercepat pembungaan, dan meningkatkan produktivitas pada beberapa tanaman di bidang pertanian, seperti padi (Oryza sativa L.) (Boonlertnirun et al. 2012), mentimun (Cucumis sativus L.) (Shehata et al. 2012), dan tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) (El-Tantawy 2009). Kitosan juga mampu memicu pembentukan sistem imun pada tanaman bunga matahari (Helianthus annuus L.) (Nandeeshkumar et al. 2008) dan kedelai (Glycine max) (Kohle et al. 1984).

Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kombinasi bobot tanah dan pupuk terhadap pertumbuhan tanaman cabai?

2. Bagaimana pengaruh konsentrasi kitosan terhadap parameter vegetatif dan generatif yang diamati?

3. Bagaimana efektivitas pemberian kitosan terhadap peningkatan produktivitas tanaman cabai dalam satu kali tanam?

4. Berapa konsentrasi kitosan paling efektif terhadap peningkatan produktivitas tanaman cabai?

Tujuan Penelitian

(12)

2

pertumbuhan dan produktivitas tanaman cabai, maka penelitian ini dapat diujikan di lapang sebelum diaplikasikan oleh masyarakat petani cabai secara luas.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Oktober 2013 di Screenhouse Departemen Teknik Lingkungan D3 IPB, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan, yaitu biji cabai (C. annuum L.), pupuk kandang (kotoran sapi), tanah, dan kitosan. Kitosan yang digunakan merupakan kitosan dengan merek dagang FITOSAN. Berdasarkan label yang tertera pada botol, FITOSAN mengandung zat pengatur tumbuh Gibberellin (GA3), Zeatin, dan Indole Acetic Acid (IAA) (Lampiran 3). Struktur kimia kitosan dan zat pengatur tumbuh disajikan pada Lampiran 4. Tanah yang digunakan berasal dari Desa Cikabayan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pupuk kandang yang digunakan berasal dari kotoran sapi, sedangkan alat yang digunakan yaitu: polybag, sprayer, tray, penggaris, jangka sorong, dan timbangan.

Analisis Tanah dan Pupuk

Analisis tanah dan pupuk kandang dilakukan untuk mengetahui kandungan sifat kimia dari tanah dan pupuk pada setiap media. Analisis tanah dan pupuk kandang dilakukan di BALITAN, Bogor.

Persiapan Media Tanam dan Penanaman Tanaman

Media tanam yang digunakan merupakan kombinasi antara tanah dan pupuk kandang. Kombinasi bobot tanah dan pupuk kandang yang digunakan, yaitu 70%:30% (P1), 50%:50% (P2), dan 30%:70% (P3) pada polybag berukuran 10 kg. Kemudian penyemprotan kitosan dilakukan pada bagian daun dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, dan 8 ml/L pada masing-masing media. Perlakuan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Media tanam dimasukkan ke dalam polibag berukuran 10 kg. Penanaman dilakukan di Screehouse dengan benih yang masih dalam bentuk biji.

Pemeliharaan dan Pengamatan Fisiologis Tanaman

(13)

3

generatif, yang terdiri atas: jumlah bunga, jumlah buah yang terbentuk, dan bobot buah cabai merah matang.

Pemanenan Tanaman

Pemanenan tanaman dilakukan terhadap buah cabai merah yang matang dan masih segar. Setelah panen, buah cabai merah ditimbang sehingga bobot buah cabai dapat terukur.

Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam rancangan acak lengkap (RAL) dua faktorial. Untuk mengetahui pengaruh nyata perlakuan, digunakan uji F pada α = 5% dengan program SAS 9.3. Uji perbandingan ganda Duncan (DMRT) dengan selang kepercayaan 95% dilakukan bila terdapat perlakuan berbeda nyata dalam analisis ragam perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Media Tanam

Penggunaan tanah dan pupuk kandang sebagai media tanam merupakan cara penanaman yang ramah lingkungan karena menggunakan pupuk organik. Perbandingan bobot tanah dengan pupuk kandang harus dengan dosis yang tepat agar mendukung pertumbuhan tanaman dengan baik.

Tanah. Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung unsur hara esensial yang seimbang. Tanah yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Desa Cikabayan, Kec. Dramaga, Kab. Bogor. Hasil analisis tanah, bila dibandingkan dengan kriteria sifat tanah (Lampiran 1) menunjukkan bahwa tanah yang digunakan sangat masam karena memiliki nilai pH sebesar 4.2. Unsur fosfor (P) yang terkandung pada tanah ini tergolong tinggi, sedangkan nilai rasio C/N tergolong sedang. Kandungan unsur hara Ca, Mg, dan N, serta nilai KTK tergolong rendah. Kandungan unsur hara K dan Al tergolong sangat rendah.

Defisiensi suatu unsur hara pada tanaman dapat menyebabkan gangguan pada fisiologis tanaman. Beberapa gejala yang terjadi, yaitu tanaman menjadi kerdil dan daun berwarna kuning jika kekurangan unsur N, daun berwarna coklat tua jika kekurangan unsur K, adanya gangguan pembentukan akar dan daun jika kekurangan unsur Ca, dan terjadi gangguan pembentukan klorofil jika kekurangan unsur Mg.

(14)

4

serta unsur Fe, Mn, Cu, dan Zn yang memenuhi syarat. Hal ini sesuai dengan persyaratan teknis minimal pupuk organik yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian (Lampiran 2).

Kombinasi tanah dan pupuk kandang digunakan untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanaman. Tanah yang digunakan memiliki pH sangat masam, nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) rendah, dan nilai rasio C/N sedang, sedangkan pupuk kandang yang digunakan memiliki pH netral, kandungan KTK sedang, dan nilai rasio C/N tinggi. Kandungan C pada pupuk kandang lebih tinggi daripada tanah, sehingga dapat menyediakan sumber C bagi bakteri tanah. Nilai KTK menunjukkan kemampuan media dalam mengikat unsur. Jika nilai KTK rendah, maka nutrisi mudah terbawa air, sehingga tidak tersedia di dalam media tanam. Nilai rasio C/N menunjukkan jumlah karbon dan nitrogen pada media.

Penggunaan pupuk kandang sebagai media tanam memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat media pupuk kandang adalah memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Pupuk kandang merupakan bahan organik yang mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah. Pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah adalah meningkatkan kemampuan menahan air pada tanah. Pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah adalah meningkatkan daya jerap dan KTK. Pengaruh bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan jumlah dan aktivitas metabolik organisme dalam tanah.

Pengolahan tanah yang baik adalah berusaha memperkaya bahan organik tanah. Dengan menambah bahan organik, tanah memiliki kemampuan menahan air dan hara yang lebih baik. Penambahan bahan organik ke dalam tanah juga dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi tempat yang kondusif bagi perkembangan akar dan menambah ketahanan terhadap erosi (Hardjowigeno 1995).

Fase Vegetatif dan Generatif

Biji cabai yang digunakan disemai pada tray yang berisi arang sekam. Setelah 1 minggu, tanaman cabai dipindahkan ke dalam polybag yang berisi kombinasi tanah dan pupuk kandang. Setiap polybag berisi 3 tanaman cabai. Kemudian setelah 2 minggu, dilakukan penyiangan dari 3 tanaman menjadi 1 tanaman pada setiap polybag. Hal ini bertujuan untuk menentukan tanaman yang paling baik tumbuhnya dari ketiga tanaman tersebut.

(15)

5

meningkatkan tinggi tajuk, jumlah daun, dan diameter batang, diikuti oleh media P1, dan media P3. Konsentrasi kitosan 2 ml/L menghasilkan tinggi tajuk dan jumlah daun terbaik namun, pemberian kitosan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap perkembangan diameter batang.

Tinggi Tajuk. Pengukuran tinggi tajuk dilakukan dengan cara mengukur tinggi dari pangkal batang hingga tajuk tertinggi dari tanaman. Pengukuran tersebut dilakukan selama satu kali setiap minggunya sehingga dapat terlihat perubahan tinggi tajuk yang dialami oleh tanaman tersebut selama 7 minggu. Tajuk tertinggi pada minggu ke-7 ditunjukkan oleh media P2 dan konsentrasi kitosan 2 ml/L, sedangkan tajuk terendah dihasilkan oleh media P3 dan konsentrasi kitosan 4 ml/L (Gambar 1).

(a)

(b)

Gambar 1 Hasil pengukuran tinggi tajuk berdasarkan media tanam tanah:pupuk (a) dan variasi konsentrasi kitosan (b)

(16)

6

Jumlah Daun. Pengukuran jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang terbentuk. Pengukuran jumlah daun dilakukan selama satu kali setiap minggunya sehingga dapat terlihat jumlah daun yang terbentuk selama 7 minggu. Jumlah daun terbesar pada minggu ke-7 ditunjukkan oleh media P2 dan konsentrasi kitosan 2 ml/L, sedangkan jumlah daun terkecil dihasilkan oleh media P3 dan konsentrasi kitosan 4 ml/L (Gambar 2).

(a)

(b)

Gambar 2 Hasil pengukuran jumlah daun berdasarkan media tanam tanah:pupuk (a) dan variasi konsentrasi kitosan (b)

Diameter Batang. Pengukuran diameter batang dilakukan dengan cara mengukur lebar diameter pada pangkal batang. Pengukuran tersebut dilakukan satu kali setiap minggunya sehingga terlihat perubahan diameter batang yang dialami oleh tanaman selama 7 minggu. Diameter batang terbesar pada minggu

(17)

7

ke-7 ditunjukkan oleh media P2. Sedangkan penambahan kitosan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter batang. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengukuran pada konsentrasi kitosan 0, 2, dan 6 ml/L yang memiliki lebar diameter batang yang sama (Gambar 3).

(a)

(b)

Gambar 3 Hasil pengukuran diameter batang berdasarkan media tanam tanah:pupuk (a) dan variasi konsentrasi kitosan (b)

Pemberian media dan kitosan pada tanaman memberikan hasil pengukuran parameter vegetatif yang cukup signifikan pada minggu ke-5. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan unsur hara yang terkandung pada media tanam dan kitosan. Media tanam yang digunakan harus memiliki unsur hara yang seimbang, serta dengan pemberian konsentrasi kitosan yang tepat, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Merek dagang

(18)

8

kitosan yang diberikan ialah FITOSAN. Produk ini selain mengandung kitosan, juga mengandung hormon auksin, sitokinin, dan giberelin. Kitosan dan hormon dalam jumlah tepat dan didukung oleh unsur hara yang cukup dari media tanam dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal.

Uji ANOVA (Analysis of Variance) dilakukan untuk mengetahui interaksi yang signifikan antara perlakuan yang diberikan dengan parameter yang diamati. Bila hasil uji menunjukkan interaksi yang signifikan, maka perlakuan tersebut memberikan pengaruh secara nyata terhadap parameter yang diamati. Namun bila hasil uji menunjukkan interaksi yang tidak signifikan, maka perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap parameter yang diamati. Uji ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan interaksi antara media tanam dengan kitosan menunjukkan hubungan yang tidak signifikan, namun pemberian media berbeda menunjukkan hasil signifikan pada fase vegetatif. Media P2 memiliki rata-rata terbesar dan berbeda nyata dengan media lain terhadap tinggi tajuk, jumlah daun, dan diameter batang (Tabel 1). Perlakuan media P3 memiliki rata-rata terkecil, namun pemberian kitosan tidak menunjukkan perbedaan secara nyata terhadap parameter vegetatif yang diamati. Hasil uji F disajikan pada Lampiran5.

Fase generatif tanaman cabai diamati dengan cara menghitung jumlah bunga yang terbentuk, jumlah bunga yang menjadi buah, serta menimbang buah yang dapat dipanen. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji ANOVA untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara parameter generatif yang diamati dengan perlakuan yang diberikan (Tabel 2).

(19)

9

Tabel 1 Pengaruh media terhadap rata-rata Tinggi Tajuk (TT), Jumlah Daun (JD), dan Diameter Batang (DB) menggunakan ANOVA.

Media N

Ket: P1= tanah: pupuk (70%:30%), P2= tanah:pupuk (50%:50%), P3= tanah:pupuk (30%:70%)

a

Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Lanjut Duncan 5%

Tabel 2 Interaksi perlakuan dengan jumlah bunga (minggu ke-13), jumlah buah (minggu ke-15), dan bobot buah (minggu ke-18) menggunakan ANOVA.

Media Kitosan (ml/L)

Jumlah Bunga Jumlah Buah Bobot Buah(gr) Minggu 13 Minggu 15 Minggu 18

Ket: P1= tanah: pupuk (70%:30%), P2= tanah:pupuk (50%:50%), P3= tanah:pupuk (30%:70%)

a

Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Lanjut Duncan 5%

(20)

10

tersebut dapat meningkatkan jumlah buah yang dapat dipanen. Gambar cabai merah perlakuan P2 dengan 2 ml/L dan 4 ml/L kitosan disajikan pada Lampiran 6.

Kitosan terhadap Penyakit

Kitosan memiliki banyak manfaat di bidang pertanian. Selain sebagai pupuk, kitosan juga dapat berperan sebagai pelindung tanaman dari serangan penyakit. Menurut Nandeeshkumar et al. (2008), penggunaan kitosan pada bunga matahari (H. annuus L.) dapat meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Hal tersebut juga terjadi pada tanaman cabai yang diamati. Tanaman cabai mulai terserang penyakit pada minggu ke-9. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut adalah seluruh daun pada tanaman menggulung dan buah cabai menjadi busuk sehingga tidak dapat dipanen. Perlakuan penyemprotan kitosan tetap dilakukan. Pada minggu ke-13, tanaman mulai pulih kembali ditandai dengan tumbuhnya tunas baru yang dapat menghasilkan bunga dan buah. Pemanenan buah cabai matang dilakukan hingga minggu ke-19, namun bobot buah pada perlakuan P3 dengan penyemprotan kitosan sebanyak 4 dan 8 ml/L belum matang (buah cabai masih berwarna hijau) pada minggu tersebut sehingga tidak dapat dipanen. Hal ini disebabkan oleh lambatnya proses pemulihan tanaman pada perlakuan tersebut dibanding dengan perlakuan lain. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa penyemprotan kitosan pada media P1 dan P2 memberikan peningkatan jumlah bunga dan buah, serta bobot buah, namun tidak memberikan peningkatan pada media P3. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah bunga, buah, dan bobot buah yang dihasilkan pada media P3 tanpa penyemprotan kitosan (konsentrasi kitosan 0 ml/L) lebih tinggi daripada dengan penyemprotan kitosan (Lampiran 7).

Produk FITOSAN yang digunakan mengandung kitosan dan zat pengatur tumbuh. Menurut Stratmann & Ryan (1997), kitosan memiliki kemampuan mengaktifkan sinyal yang dapat merespon luka sehingga tanaman dapat mengatasi serangan patogen dengan cepat, sedangkan zat pengatur tumbuh IAA, Zeatin, dan GA3 berperan dalam pemulihan tanaman dengan membentuk sel dan tunas baru. Proses tersebut menyebabkan tanaman cabai merah pulih kembali dan menghasilkan bunga serta buah. Penambahan FITOSAN dengan konsentrasi tepat dapat mengatasi serangan patogen dan pemulihan tanaman secara optimal.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(21)

11

tanaman cabai. Sementara perlakuan media tanam P3 (30% tanah:70% pupuk kandang) dengan penyemprotan kitosan sebanyak 4 ml/L merupakan kombinasi yang kurang baik karena dapat membentuk buah muda tetapi tidak sampai panen. Kitosan juga mampu menghambat pertumbuhan patogen pada tanaman, sedangkan zat pengatur tumbuh berperan dalam menginisiasi pembentukan sel baru dengan cepat. Pemberian kitosan dan zat pengatur tumbuh dalam konsentrasi tepat pada tanaman yang terserang penyakit dapat mengoptimalkan pemulihan tanaman.

Saran

(22)

12

DAFTAR PUSTAKA

Boonlertnirun S, Suvannasara R, Promsomboon P, Boonlertnirun K. 2012. Chitosan in combination with chemical fertilizer on agronomic traits and some physiological responses relating to yield potential of rice (Oryza sativa L.). Research J Biol Sci. 7:64-68.

El-Tantawy EM. 2009. Behavior of tomato plants as affected by spraying with chitosan and aminofort as natural stimulator substances under application of soil organic amendments. Pak J Biol Sci. 12:1164–1173.

Eviati, Sulaiman. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah.

Gaspar T, Kevers C, Penel C, Greppin H, Reid DM, Thorpe TA. 1996. Plant Hormones and Plant Growth Regulators in Plant Tissue Culture. In Vitro Cell Dev Biol-Plant. 32:272-289.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademia Pressindo.

Kohle H, Young DH, Kauss H. 1984. Physiological changes in suspension-cultured soybean cells elicited by treatment with chitosan. Plant Sci Lett. 33:221-230.

Hadwiger LA. 2013. Plant Science review: Multiple effects of chitosan on plant systems: Solid science or hype. Plant Sci. 208:42-49.

Nandeeshkumar P, Sudisha J, Ramachandra KK, Prakash HS, Niranjana SR, Shekar SH. 2008. Chitosan induced recictance to downy mildew in sunflower caused by Plasmopara halstedii. Physiol Mol Plant Pathol. 27:188-194.

Shehata SA, Fawzy ZF, El-Ramady HR. 2012. Response of cucumber plants to foliar application of chitosan and yeast under Screenhouse conditions. Aust J Basic & Appl Sci. 6:63–71.

Simanungkalit RDM, Suriadikarta DA. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor (ID): Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor.

Stratmann JW, Ryan CA. 1997. Myelin basic protein kinase activity in tomate leaves is induced systemically by wounding and increases in response to systemin and oligosaccharide elicitors. Proc. Natl. acad. Sci. 94:11085-11089.

(23)

13

(24)
(25)

Lampiran 1 Hasil analisis contoh tanah dan kriteria penilaian hasil analisis tanah

(26)

16

Kriteria penilaian hasil analisis tanah

(27)

Lampiran 2 Hasil analisis contoh pupuk kandang dan persyaratan teknis minimal pupuk organik

(28)

18

Persyaratan teknis minimal pupuk organik

Sumber: Eviati & Sulaiman, 2009

Lampiran 3 Kandungan produk FITOSAN

Nama Produk Kandungan Produk FITOSAN

Kitosan

Gibberellin (GA3) Zeatin

(29)

19

Lampiran 4 Struktur kimia kitosan (a) (Hadwinger 2013), zat pengatur tumbuh GA3 (b), Zeatin (c), dan IAA (d) (Gaspar et al. 1996)

(a)

(b)

(c)

(30)

20

Lampiran 5 Analisis keragaman parameter diukur dalam penelitian

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap parameter tinggi tajuk selama 7 minggu

9.377289 0.712138

KITOSAN 4 0.48334271 0.12084 0.94 0.457

INTERAKSI 8 1.17612529 0.14702 1.14 0.3677

ERROR 30 3.87681712 0.12923

TOTAL 44 13.4676259

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap parameter jumlah daun selama 7 minggu

10.4771 0.70292

KITOSAN 4 0.93129408 0.23282 1.34 0.2792

INTERAKSI 8 1.56348818 0.19544 1.12 0.377

ERROR 30 5.22523847 0.17417

TOTAL 44 17.5884738

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap parameter diameter batang selama 7 minggu

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 8

(31)

21

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 9

Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 10

Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 11

Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 12

(32)

22

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 13 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 14 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 15 Source DF Type I

(33)

23

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 17 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 18 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah bunga minggu 19 Source DF Type I

(34)

24

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah buah minggu 9 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah buah minggu 10 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah buah minggu 11 Source DF Type I

(35)

25

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah buah minggu 13 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah buah minggu 14 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah buah minggu 15 Source DF Type I

(36)

26

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah buah minggu 17 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah buah minggu 18 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah buah minggu 19 Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap terhadap bobot buah minggu 15

(37)

27

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap terhadap bobot buah minggu 16

Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot buah minggu 17

Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot buah minggu 18

Source DF Type I

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot buah minggu 19

(38)

28

Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot buah minggu 20

Source DF Type I

SS

Mean

Square F Value Pr > F R-square CV

MEDIA 2 0.015 0.007 1.890 0.169

0.302 1.355 KITOSAN 4 0.007 0.002 0.430 0.785

INTERAKSI 8 0.029 0.004 0.940 0.502

ERROR 30 0.118 0.004

(39)

29

Lampiran 6 Foto perwakilan perlakuan selama 19 minggu setelah tanam Foto perwakilan perlakuan P2 (5:5) + chitosan 2 ml/L selama 19 minggu setelahh tanam (MST).

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Minggu 4 Minggu 5 Minggu 7

(40)

30

Minggu 11 Minggu 12 Minggu 13

Minggu 14 Minggu 16 Minggu 17

(41)

31

Foto perwakilan perlakuan P2 (5:5) + chitosan 4 ml/L selama 19 minggu setelahh tanam (MST).

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Minggu 4 Minggu 5 Minggu 7

(42)

32

Minggu 11 Minggu 12 Minggu 13

Minggu 14 Minggu 16 Minggu 17

(43)

33

Lampiran 7 Foto perwakilan tanaman yang terserang penyakit pada minggu ke-12 (a, b, dan c) dan tanaman hasil perlakuan P3 dengan penambahan kitosan sebanyak 4 ml/L (d) dan 8 ml/L (e) pada minggu ke-18.

(a) (b) (c)

(44)

34

Lampiran 8 Merek dagang kitosan dan biji cabai merah yang digunakan

FITOSAN

(45)

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jeddah pada tanggal 30 Desember 1991 dari pasangan Muhammad Abduh dan Mahdiyah Amin Nasir. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di MA Pembangunan, Ciputat, Jakarta Selatan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI).

Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, Mikroteknik, Vertebrata dan Ilmu Lingkungan pada tahun 2013-2014. Penulis juga bergabung dalam Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia Wilayah Jawa I sebagai Badan Pengawas pada tahun 2011.

Gambar

Gambar 1   Hasil pengukuran tinggi tajuk berdasarkan media tanam tanah:pupuk
Gambar 2   Hasil pengukuran jumlah daun berdasarkan media tanam tanah:pupuk
Gambar 3   Hasil pengukuran diameter batang berdasarkan media tanam

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga , dari sudut te- ori pendidikan modern, corak tujuan pendi- dikan Muhammadiyah lebih dekat dengan teori pendidikan progresif, namun karena fondasinya religius, maka

Namun, hasil temuan dari penelitian yang dilakukan pada UMKM Kota Semarang menunjukan bahwa penetrasi pasar memiliki pengaruh positif yang lebih besar dan signifikan terhadap

Merk barang CANON PIXMA MG 2570 Print, Copy, Scan Cetak.

Harus memilih dari pilihan yang tersedia Field terhubung dengan tabel Supplier Total Faktur Completeness Check.

[r]

Saya adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Gambaran Kepuasan

Jika Penawar yang Berjaya ingkar dalam mematuhi mana-mana syarat di atas atau membayar apa-apa wang yang harus dibayar, maka Pihak Pemegang Serahhak/Pemberi Pinjaman boleh (tanpa

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode pembelajaran tahfidh ul Qur’an di pondok tahfidh putri anak-anak Yanaabii'ul