• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketahanan Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus) Terhadap Marine Borers Pada Kedalaman Laut Yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ketahanan Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus) Terhadap Marine Borers Pada Kedalaman Laut Yang Berbeda"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN KAYU NANGKA (

Artocarpus heterophyllus

)

TERHADAP

MARINE BORERS

PADA KEDALAMAN LAUT

YANG BERBEDA

LORA SEPTRIANDA PUTRI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ketahanan kayu nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap marine borers pada kedalaman laut yang berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

LORA SEPTRIANDA PUTRI. Ketahanan Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus) Terhadap Marine Borers Pada Kedalaman Yang Berbeda. Dibimbing oleh LINA KARLINASARI dan MOHAMMAD MUSLICH.

Indonesia adalah negara maritim, infrastruktur kelautan seperti kapal dan bangunan kelautan sangat penting. Penggunaan kayu untuk tujuan ini berasal dari hutan alam sehingga perlu mencari kayu alternatif dari hutan tanaman. Spesies Artocarpus heterophyllus (kayu nangka) dari hutan rakyat dipilih karena memiliki keawetan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serangan penggerek kayu (marine borers) terhadap kayu nangka pada kedalaman laut yang berbeda, dan untuk menentukan sifat fisis mekanis kayu setelah direndam. Lokasi penelitian adalah di Pulau Rambut. Contoh uji yang digunakan berukuran 30 cm x 5 cm x 2.5 cm dengan total 24 contoh uji. Semua contoh uji disusun dengan tali tambang dan direndam pada kedalaman 5 cm berada di atas permukaan laut, 10 cm dan 42 cm dari permukaan laut selama 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh uji 5 cm berada di atas permukaan laut dikategorikan sangat tahan terhadap marine borers dan pada kedalaman 10 cm dan 42 cm dari permukaan laut dikategorikan tahan terhadap marine borers. Kerapatan contoh uji kondisi basah setelah direndam adalah 1.02 g/cm3, sedangkan kerapatan contoh uji kondisi kering udara adalah 0.6 g/cm3. Nilai sifat mekanis contoh uji lentur MOE dan MOR berbeda nyata antara contoh uji kontrol dan contoh uji setelah direndam. Namun, kedalaman perendaman contoh uji tidak berpengaruh nyata terhadap nilai mekanisnya.

Kata kunci: Intensitas serangan marine borers, Karakteristik fisis mekanis dan Kayu nangka (Artocarpus heterophyllus)

ABSTRACT

LORA SEPTRIANDA PUTRI. The Resistance of Jackfruit Wood (Artocarpus heterophyllus) on Marine Borers at Different Depth. Supervised by LINA KARLINASARI and MOHAMMAD MUSLICH.

(6)

considered highly resistant on marine borers attack in wood 5 cm above sea level and categorized in resistant timber at a depth of 10 cm and 42 cm from the surface of the sea. The density value in wet condition after immersion treatment was about 1.02 g/cm3, meanwhile the density of dry wood was 0.6 g/cm3. There were found a significant different value of MOE and MOR between control wood and immersion treatment wood samples. However, the depth of immersion was not affected on those mechanical properties value.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Teknologi Hasil Hutan

KETAHANANKAYU NANGKA (

Artocarpus heterophyllus

)

TERHADAP

MARINE BORERS

PADA KEDALAMAN LAUT

YANG BERBEDA

LORA SEPTRIANDA PUTRI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi :Ketahanan Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus) Terhadap Marine Borers Pada Kedalaman Laut Yang Berbeda

Nama : Lora Septrianda Putri

NIM : E24090007

Disetujui oleh

Dr Lina Karlinasari, SHutMScF Pembimbing I

Drs Mohammad Muslich,MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah marine borers, dengan judul ketahanan kayu nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap marine borers pada kedalaman laut yang berbeda.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Lina Karlinasari, SHutMScF dan DrsMohammad Muslich, MSc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepadaProf Dr Ir Bambang Hero Saharjo, MAgr;Dr Ir Lailan Syaufina,MSc;Dra Sri Rulliaty, MSc;Ahmad Ridho, SIk;Fahmi Rahmansyah, SIk; Ade Ayu Mustika, SIk;Heraldy Risva Siregar,SHut;Dian Pratiwi, Sp; dan Romi Trimardona Lase,SHutatas jasa-jasanya. Ungkapan banyak terima kasih saya sampaikan kepada ayah (Ahmad Lubis), ibu (Rifna Nasution SE), serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Deskripsi perairan Pulau Rambut 2

Deskripsi penggerek kayu (marine borers) di laut 2

Kayu nangka (Artocarpus heterophyllus) 3

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Alat dan Bahan 3

Prosedur Analisis Data 4

Pengukuran Kualitas Perairan Pulau Rambut 4

Pengujian Sifat Fisis Kayu 4

Pengujian Sifat Mekanis Kayu 5

Pengamatan Marine Borers 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Kualitas Perairan Pulau Rambut 7

Sifat Fisis Kayu Yang Tidak Direndamdi Laut 7

Sifat Fisis Kayu Setelah Direndamdi Laut 8

Sifat Mekanis Kayu yang tidak direndam dan Direndamdi Laut 9

Intensitas Serangan Marine Borers di Laut 10

Organisme Penyerang Kayu (Marine Borers) 13

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

(15)

LAMPIRAN 19

RIWAYAT HIDUP 22

DAFTAR TABEL

1 Metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas

perairan Pulau Rambut 4

2 Tingkat intensitas serangan marine borers 6

3 Hasil pengamatan parameter fisika dan kimia di perairan

Pulau Rambut 7

4 Sifat fisis kayu nangka yang tidak direndam di laut 7 5 Nilai rataan sifat fisis kayu setelah direndam di laut 8 6 Sifat mekanis kayu nangka yang tidak direndam dan

Direndam di laut 9

7 Intensitas serangan marine borers pada kayu nangka 11

DAFTAR GAMBAR

1 Penyusunan contoh uji 6

2 Serangan marine borers pada kedalaman laut berbeda 12

3 Bentuk serangan marine borers 12

4 Organisme penyerang kayu famili Teredinidae 13

5 Organisme penyerang kayu famili Pholadidae 14

6 Bentuk serangan makro dan mikro famili Teredinidae 14 7 Bentuk serangan makro dan mikro famili Pholadidae 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Intensitas

serangan marine borers 19

2 MOE 19

(16)
(17)
(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim,75% dari luas wilayahnya merupakan lautan dan terdiri dari pulau-pulau.Penggunaan alat transportasi seperti kapal kayu, dermaga, tiang pancang dan bangunan di laut sebagian besar terbuat dari kayu.Kayu yang digunakan tidak lepas dari serangan organisme penggerek di laut yang disebut dengan marine borers.Organismeini merusak kayu sebagai tempat tinggal (shelter) atau sebagai makanannya (Haygreenet al.2003)dan berkembang pesat di daerah tropis serta dapat ditemukan sepanjang tahun (Suhirman & Nunik1987).Muslich & Sumarni (1987) menyatakan bahwa sebagian besar kayu yang direndam di perairan Pantai Utara Jawa dalam waktu tiga bulan sudah mendapat serangan berat oleh Pholadidae dan Teredinidae dari golongan Mollusca.Kerusakan akibat serangan marine borersakan mengurangi kekuatan dan umur pakai kayu.Kerugian akibat serangan marine borers di Indonesia dapat mencapai empat puluh milyar rupiah per tahun (Suhirman & Nunik 1987).

Kayu yang biasa digunakan di laut adalah dari jenis jati (Tectona grandis), bangkirai (Shorea laevifolia), sonokeling (Dalbergia latifolia),kruing (Dipterocarpus sp), nyatoh (Palaquium javense)serta kayu lainnyayang berasal dari hutan alam (Martawijaya et al. 1981). Kebutuhan akan kayu tersebut setiap tahun meningkat, sedangkan persediaannya semakin terbatas. Penggunaan kayu secara berlebihan akan mengarah pada eksploitasi hutan yang dapat mengancam kelestarian hutan. Tekanan terhadap hutan alam sebagai pemasok kayu terbesar dapat dikurangi dengan pemanfaatan kayu alternatif atau kayu substitusi yang berasal dari hutan rakyat seperti kayu nangka (Artocarpus heterophyllus). Kayu nangka memiliki berat jenis rataan sebesar 0,61 dengan kelas awet II-III dan kelas kuat II-III (Seng 1990). Menurut Verheij & Coronel (1997), kayu nangka tergolong ke dalam kayu setengah keras, tahan terhadap serangan rayap, tahan terhadap pembusukan jamur dan bakteri, mudah dikerjakan dan akan mengkilap bila disemir.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan kayu nangka (A. heterophyllus) terhadap serangan marine borers pada kedalamanlaut yang berbeda serta mengetahui sifat fisis dan mekanis kayu setelah direndam di laut.

Manfaat Penelitian

(19)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Perairan Pulau Rambut

Pulau Rambut ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan nomor : 275/Kpts-II/1999 tanggal 7 Mei 1999 dengan luas ± 90 ha. Secara geografis terletak pada 106.50 41’ 30” BT dan 5.50 58’ 30” LS.Suaka Margasatwa Pulau Rambut merupakan pulau karang berpayau yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan bakau, hutan pantai, dan hutan sekunder campuran.Pepohonan yang terdapat di kawasan ini merupakan tempat bersarangnya berbagai jenis burung.Tingkat keanekaragaman burung yang tinggi sehingga pulau ini dikenal sebagai pulau surga burung.

Pulau Rambut mempunyai salinitas 31–33 permil, temperatur sekitar 28– 310C, dengan gelombang sekitar 1–1.5 m dan kecepatan arus sekitar 0.18–0.31 m/detik (Muslich dan Sumarni 2008).Perubahan salinitas, temperatur, arus, dan gelombang pada setiap tahunnya relatif stabil dan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok sehingga populasi penggerek kayu di perairan tersebut dapat berkembang dengan baik, oleh karena itu perairan tersebut layak untuk pengujian kelas awet kayu terhadap organisme penggerek (marine borers)di laut (Muslich &Sumarni 1988).Temperatur merupakan sarana penting selama musim kawin dan setiap spesies mempunyai temperatur optimum untuk bertelur dan perkembangan larvanya, sedangkan gelombang dan arus laut untuk mengatur sirkulasi perairan dan menetralisirkan adanya pencemaran air laut sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan penggerek di laut (Muslich & Sumarni 2008).

Deskripsi Penggerek Kayu (Marine Borers) di Laut

Muslich (1988) menyatakan bahwa marine borersmerupakan invertebrata yang menggerek kayu serta benda-benda keras lainnya di laut dan di perairan payau sebagai habitat tempat menempel dan mencari makan.Lama hidupmarine borerssekitar 1 hingga beberapa tahun tergantung spesiesnya (Meton1957; Barnes 1963; Hunt &Garrat 1967; Widagdo 1993). Marine borers di laut terbagi atas 2 golongan yaitu: Moluska (Teredo, Bankia, dan Martesia) dan Crustasea (Limnoria, Chelura, danSphaeroma). Famili Teredinidae terdiri dari genus Teredodan Bankiayang disebut cacing kapal dan famili Pholadidae terdiri dari genus Martesia striata dan Xylophaga. Teredinidae merusak kayu sebagai sumber makanannya sehingga kerusakan kayu sampai kebagian dalam kayu (Turner 1966), pada permukaan kayu ditemukan sedikit lubangtetapi dibagian dalam kayu menyerupai sarang lebah (South & Bultman 1971).Teredinidae dapat berkembang pada air dengan salinitas antara 20-32 per mill dan lebih banyak ditemukan diperairan tropis. Marine borersakan mati dalam beberapa minggu pada salinitas dibawah 5%(Eaton 1982 dalam Muslich 1993).

(20)

3 memiliki palet dan panjang lubangnya sekitar 3-8 kali panjang cangkang (Meton 1957).

Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk)

Tanaman nangka (A. heterophyllus) termasuk ke dalam famili Moraceaeyang dibudidayakan di seluruh Asia yang beriklim tropik.Rukmana (1997) menyatakan bahwa tanaman nangka membutuhkan temperatur minimum antara 160C-210C dan maksimum 310C-320C, curah hujan 1.500-2.400 mm/tahun dan kelembaban udara 50%-80%.Kayu nangka merupakan produk sampingan dari tanaman nangka yang diambil buahnya serta di Pulau Jawa kayu nangka digunakan untuk tiang bangunan, bahan mebeul, lesung, dan kentongan (Heyne 1987).Kayu nangka termasuk kayu setengah keras, tahan terhadap serangan rayap, tahan terhadap pembusukan jamur dan bakteri, mudah dikerjakan dan mengkilap bila disemir (Verheij & Coronel 1997).

Kandungan bagian teras nangka termasuk besar, semakin besar persentase bagian teras maka semakin awet kayu tersebut(Isrianto 1997).Kayu nangka mempunyai berat jenis 0.66 g/cm3, kayunya keras, termasuk dalam kelas kuat II, kelas awet II–III, dan memiliki sifat kimia sebagai berikut: kadar selulosa 56.3%, kadar lignin 21.4%,kadar abu 1.2% (Murwentianto2003) dan tidak memiliki silika (Burgess 1989 dalam Isrianto 1997).Murwentianto (2003) menyatakan bahwa kayu nangka mengandung zat ekstraktif yang disebut dengan morine.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai September 2013di Suaka Margasatwa Pulau Rambut; Laboratorium Anatomi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH),Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium Keteknikan Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan serta Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

(21)

4

Prosedur Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL)untuk mengetahui pengaruh kedalaman kayuterhadap serangan marine borersdilautserta mengetahui perubahan sifat fisismekanis akibat serangan tersebut. Uji lanjut Ducan dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang berbeda nyata setelah direndam.

Metodologi Penelitian

Pengukuran Kualitas Perairan Pulau Rambut

Metode kerja untuk pengukuran parameter fisika dan kimia di lingkungan perairan Pulau Rambut seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas perairan Pulau Rambut

Sifat fisis diuji terhadap contoh ujiyang tidak direndam (kontrol) dan contoh uji yang sudah direndam di laut. Sifat fisis yang diuji terdiri darikadarair (KA), kerapatan, dan berat jenis (BJ). Contoh uji berukuran panjang5 cm, lebar2 cm, dan tebal 2 cm. Contoh uji diukur dimensinya lalu ditimbang berat awalnya, kemudian dioven selama 24 jam pada suhu 103 ± 2 ºC hingga mencapai berat konstan, selanjutnya dimasukkan ke dalam desikator sampai suhunya stabil dan ditimbang sebagai berat kering tanur (BKT). Kadar air, kerapatan,dan berat jenis contoh uji dihitung berdasarkan persamaan berikut:

(22)

5 Pengujian Sifat Mekanis Kayu

Sifat mekanis diuji terhadap contoh ujiyang tidak direndam (kontrol) dan yang sudah direndam di lautberukuran panjang 30 cm, lebar 2 cm dan tebal 2 cm. Pengujian sifat mekanis contoh uji menggunakan Standar Inggris (BS-373-1957) untuk menentukan nilai keteguhan lentur (modulus of elasticity/MOE) dan keteguhan patah (modulus of rupture/MOR) dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM) Instron. MOE dan MOR ditentukan berdasarkan persamaan berikut:

( 2)

( )

dimana MOE adalah Modulus of elasticity (kg.cm-2), MOR adalah Modulus of rupture(kg.cm-2), P adalah perubahan beban (kg), L adalah jarak sangga (cm), y adalah perubahan defleksi pada perubahan beban (cm), b adalah lebar contoh uji (cm), dan h adalah tebal contoh uji (cm).

Pengamatan Marine Borers

Penelitian ini menggunakan contoh uji berupa balok-balok kayu yang dikeringkan sampai kering udara. Contoh uji berukuran panjang 30 cm, lebar 5 cm, dantebal 2.5 cm serta bagian tengah dilubangi dengan diameter 1.5 cm (SNI 01-7207-2006). Contoh uji tersebutberjumlah24dengan 8 kali ulangan pada tiga kedalaman yang berbeda. Semua contoh uji disusun satu sama lain dengan caramemasukkan tali tambangpada lubang dibagian tengah contoh uji dan dipasang selang plastik dengan panjang 2.5 cm sebagai sekat di antara contoh uji lalu diikat di tiang dermaga pada kondisi laut sedang surut agar memudahkan dalam proses pemasangan contoh uji (Muslich & Sumarni1987). Contoh uji yang sudah disusundirendam di laut secara horizontal pada tiga kedalamanberbeda yaitu 5 cm contoh uji berada di atas permukaan laut, kedalaman10 cm dan 42 cm contoh uji dari permukaan laut berdasarkan modifikasi dari penelitian Bjordal dan Nilsson (2007)(Gambar 1). Pemasangan contoh uji dilakukan pada pagi hari pukul 10.00 sejauh 17 meter dari pinggir pantai. Contoh uji diambil setelah 3 bulan dan dilakukan pengamatan kerusakan kayu dengan membelah menjadi dua bagian serta dinilai intensitas serangannya (Tabel 2).

Intensitas serangan dapat diperoleh melalui rumus sebagai berikut: IS (100 %) = 100

LB LA

x

(23)

6

Gambar 1 Penyusunan contoh uji

Tabel 2 Tingkat intensitas serangan marine borers Kelas Intensitas serangan

(persen) Selang intensitas serangan I

II III IV V

< 7 7 – 27 27 – 55 55 – 80 >80

Sangat tahan Tahan Sedang

Buruk Sangat Buruk

Sumber: SNI 01-7207-2006

Identifikasi jenis marine borers yang menyerang contoh uji dilakukan dengan pengamatan organismenya berupa struktur cangkuk, bentuk palet dan bekas lubang gerek pada contoh uji sesuai dengan kunci identifikasi yang disusun Turner (1966 dan 1971).

Tiang dermaga

u Permukaan laut

Selang plastik Tali tambang

contoh uji

5 cm

10 cm

(24)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Kualitas Perairan Pulau Rambut

Pengukuran parameter fisika (suhu dan arus) dan kimia (salinitas dan pH) di perairan Pulau Rambut dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2013. Parameter yang diamati meliputi suhu, arus, pH, dan salinitas dilakukan pada pagi hari pukul 09.00. Hasil pengamatan rataan parameter tersebut seperti pada Tabel 3.

Tabel 3Hasil pengamatan parameter fisika dan kimia di perairan Pulau Rambut

No Parameter Nilai

1. Suhu (0C) 29

2. Arus (m/s) 0.36

3. pH 7.64

4. Salinitas (ppm) 31

Tabel 3 menunjukkan bahwa temperatur perairan sebesar 29 0C, arus 0.36 m/s, pH 7.635 dan salinitas (kadar garam) 31 ppm. Kondisi perairan yang demikian tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Muslich dan Sumarni (2008) dimana dalam kondisi tersebut terjadi pengaturan sirkulasi yang baik untuk menetralisir adanya pencemaran di lautsehinggamarine borers dapat berkembang dengan baik. Turner (1966) menyatakan bahwa temperatur dan salinitas merupakan faktor pembatas untuk berkembang biak organisme marine borers. Temperatur merupakan sarana penting selama musim kawin dan setiap spesies mempunyai temperatur optimum untuk bertelur dan perkembangan larvanya. Hewan ini sangat besar serangannya pada musim panas dimana aktifitas marine borersberbanding lurus dengan peningkatan suhu perairan. Setiap spesies memiliki batas toleransi kelangsungan hidup pada salinitas tertentu yaitu pada salinitas < 5 ppm marine borers akan mati. Gerakan aruspun berubah setiap waktu, semakin kuat arusdan gelombang mengakibatkan larva marine borerssulituntuk menempel pada kayu. Nilai pH yang diperoleh merupakan kondisi yang baik bagi perkembangan organisme perairan laut.

Sifat Fisis Kayu yang Tidak Direndam di Laut (Kontrol)

Haygreenet al.(2003)menyatakan bahwa sifat fisis kayu yang terpenting adalah kadar air, kerapatan, dan berat jenis. Sifat fisis kayu yang diukur dalam penelitian ini meliputi KA, kerapatan dan BJ kayu seperti pada Tabel 4.

Tabel 4 Sifat fisis kayu nangka yang tidak direndam di laut

Nilai (n=6) Kadar air (%) Kerapatan (g/cm3) BJ

Rataan 12.58 0.62 0.55

Min 10.75 0.58 0.54

Max 13.98 0.68 0.61

(25)

8

Tabel 4menunjukkan kayu nangka memiliki KA rataan sebesar 12.58%.Kadar air yang diperoleh merupakan KA kesetimbangan (KAK) yang menunjukkan bahwa kayu berada dalam keseimbangan dengan suhu dan kelembaban sekelilingnya. Kadar air kayu pada keadaan ini tidak akan mengikat dan melepaskan uap air di sekitarnya kecuali terjadi perubahan kelembaban dan suhu di sekitarnya. Kadar air hasil penelitian dikatakan setimbang (stabil) karena di Indonesia KAK berkisar antara 12%-20% dan di Bogor sekitar 15% (Harijadi 2009).

Berat jenis (BJ) adalah nilai perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan benda standar dengan menggunakan air destilata pada suhu 40C yang mempunyai kerapatan 1 gram/cm3 (Brown et al. 1952). Berat jenis rataan kayu nangka sebesar 0.55 sehingga digolongkan ke dalam kelas kuat (KK) III yang memiliki kisaran nilai BJ antara 0.4-0.6 (Seng1990).Berat jenis kayu penting sehubungan dengan penggunaannya (Pandit &Ramdan 2002).Kerapatan kayu adalah rasio antara massa atau berat kayu dengan volumenya yang dinyatakan dalam kg/m3 atau g/cm3 (Bowyer et al. 2003).Kerapatan rataan kayu yang dihasilkan sebesar 0.62g/cm3.

Sifat Fisis Kayu Setelah Direndam di Laut

Hasil rataan perhitungan sifat fisis kayu berupa kadar air (KA), berat jenis (BJ) dan kerapatan kayu setelah direndam di laut seperti pada Tabel 5.

Tabel5Nilai rataan sifat fisis kayu setelah direndam di laut Kedalaman

Tabel 5 menunjukkan bahwa KA kayu meningkat setelah direndam di laut. Kadar air kayu pada kondisi basah meningkat sebesar 102.90% pada kayuyang berada 5 cm berada di atas permukaan laut, 106.38% pada kedalaman kayu10 cm dari permukaan laut dan 115.42% pada kedalaman kayu 42 cm dari permukaan laut sedangkan KA kayu menurun pada kondisi kering udara sebesar 16.04% pada kayuyang berada 5 cm di atas permukaan laut, 15.15% pada kedalaman kayu 10 cm dari permukaan laut dan 16.76% pada kedalaman kayu 42 cm dari permukaan laut. Kadar air kondisi kering udaratersebut merupakan KA kesetimbangan (KAK) yang menunjukkan bahwa kayu berada dalam keseimbangan dengan suhu dan kelembaban sekelilingnya.

(26)

9 1.00g/cm3pada kayu yang berada 5 cm di atas permukaan laut, 1.02g/cm3pada kedalaman kayu 10 cm dari permukaan laut dan 1.03g/cm3pada kedalaman kayu 42 cm dari permukaan laut sedangkan pada kondisi kering udara kerapatan kayu menurun menjadi 0.60g/cm3 pada kayu yang berada 5 cm di atas permukaan laut, 0.59g/cm3pada kedalaman kayu 10 cmdan 42 cm dari permukaan laut.Berat jenis dan kerapatan kayu yang tidak direndam dan direndam dilaut pada kondisi kering udara tidak berbeda jauh meskipun kayu yang digunakan mendapat serangan marine borers. Kayu yang direndam di laut diduga dimasuki benda asing seperti marine borers yang sebagian besar terdapat di dalam kayu, marine borers yang keluar dari kayu akan meninggalkan palet-palet, serpihan kayu hasil gerekan dan hasil metabolismenyaseperti zat kapur yang melapisi lubang gerek serta masuknya garam dan pasir yang mengisi ruang-ruang lubang gerek melalui lubang yang

Sifat Mekanis Kayu Yang Tidak Direndam dan Direndam di Laut

Sifat mekanis kayu merupakan ketahanan kayu terhadap gaya luar yang dapat merubah bentuk benda (Tsoumis 1991). Sifat mekanis yang diuji pada penelitian ini adalahmekanis lentur MOE dan MOR.Hasil perhitungan MOE dan MOR kayu nangka terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sifat mekanis kayu nangka yang tidakdirendam dan direndam di

Keterangan:huruf berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

(27)

10

berpengaruh nyata terhadap kayu yang tidak direndam di laut.Hal ini disebabkanoleh rapuhnya kayu karena struktur penyusun sel rusak akibat serangan marine borers. Marine borers secara terus menerus memperpanjang lubang gereknya di dalam kayu, besar saluran lubang gerek sesuai dengan besar tubuhnya (Muslich & Sumarni 1988).

Nilai MOR kayu yang tidak direndam sebesar 1315 kg/cm2 sedangkan setelah direndam menurun sebesar 771kg/cm2 pada kayu yang berada 5 cm di atas permukaan laut, 583kg/cm2 pada kedalaman 10 cm dari permukaan air laut, dan 607 kg/cm2 pada kedalaman 42 cm dari permukaan air laut. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kayuyang tidak direndam dan direndam di laut berpengaruh nyata terhadap keteguhan patah (MOR) kayupada taraf kepercayaan 95% dan uji lanjutan Ducan menunjukkan bahwa kedalaman kayu 10 cm dan 42 cm tidak berpengaruh nyata akan tetapi berpengaruh nyata terhadap kayu yang berada5 cm di permukaan laut dan kayu yang tidak direndam. Hal ini disebabkan oleh intensitasserangan marine borers pada kedalaman kayu 10 cm dan 42 cm dari permukaan laut lebih besar. Keteguhan patah pada kedalaman kayu 10 cm lebih kecil daripada kedalaman kayu 42 cm dari permukaan laut karena pada kayu tersebut intensitas serangan marine borers lebih besar pada bagian tengah kayu sehingga ketika pengujian mekanis diperoleh keteguhan patah yang lebih kecil namun kayu 5 cm di atas permukaan laut memiliki MOR yang lebih tinggi karena intensitas serangan marine borers pada kayu tersebut kecil.

Intensitas Serangan Marine Borers di Laut

Intensitas serangan marine borers beragampada setiap kedalaman kayu yang direndam pada penelitian ini seperti pada Tabel 7.Jumlah lubang pada kayu akibat serangan marine borers adalah 132 lubang, 346 lubang dan 367 lubang masing-masing pada kayu yang berada 5 cm di atas permukaanlaut, pada kedalaman kayu10 cm dan42 cm dari permukaan laut dengan diameter rataan antara 0.01-0.5 cm (Gambar 2). Bentuk serangan Teredinidae berupa lubang memanjang sedangkan Pholadidae membentuk lubang melingkar seperti pada Gambar 3. Rataan intensitas serangan adalah 2.75%,7.25%, dan 7.63% masing-masing pada kayu yang berada 5 cm di atas permukaan laut, pada kedalaman kayu10 cm dan 42 cm dari permukaan laut. Kayu yang direndam di laut selama 3 bulan dikategorikan sangat tahan dan tahan terhadap serangan marine borers berdasarkan SNI 01-7207-2006. Standar pengujian lapangan SNI01-7207-2006 dilakukan selama 6 bulan sedangkan pada penelitian ini dilakukan selama 3 bulan.

(28)

11

Tabel 7 Intensitas serangan marine borers pada kayu nangka

Kedalaman Ulangan Σ lubang Intensitas serangan IS (%) Teredinidae Pholadidae

Keterangan: (-) tidak ada serangan, (+) serangan sedikit, (++) serangan sedang,dan (+++) serangan banyak

(29)

12

Gambar 2Serangan marine borerspada kedalaman laut berbeda. a) Serangan pada kayu 5 cm berada di atas permukaan laut, b) Serangan pada kedalaman 10 cm dari permukaan laut, dan c) Serangan pada kedalaman 42 cm dari permukaan laut.

Gambar 3 Bentuk serangan marine borers. a) Bentuk serangan Teredinidae dan b) Bentuk serangan Pholadidae.

Hasil identifikasipalet dan lubang gerekdapat diketahui bahwa marine borers yang menyerang kayu nangka sebagian besar berasal dari famili Pholadidae dan sebagian kecil dari famili Teredinidae.Teredinidae berkembang lebih lambat karena kayu nangka memiliki zat ekstraktif morineyang

Lubang talitambang

(30)

13 kurangdisukai sehingga menghambat proses penyerangan terhadap kayu nangka. Teredinidae menyerang kayusebagai sumber makanannya namun hal itu tidak menghalangi serangan Pholadidae karena kayu digunakan sebagai tempat tinggal saja,oleh karena itu kayu yang tahan terhadap serangan Teredinidae belum tentu tahan terhadap serangan Pholadidae.

Teritip/barnacletermasuk dalam keluarga hewan laut yang bersifat sesil atau menetap (Barnes1974).Kayu yang telah direndam di laut terdapat organisme teritip yang menempel pada permukaan kayu.Organisme ini banyak ditemukan pada kedalaman kayu 10 cm dan 42 cm dari permukaan laut daripada kayu 5 cm di atas permukaan laut. Teritip tidak merusak kayu karena sumber makanannya adalah plankton yang masuk ke dalam mulut melalui aliran air. Aliran air tersebut terjadi karena gerakan kaki-kaki berbulu (cirri dengan setae)(Child dalam Darsono1979).

Organisme Penyerang Kayu (Marine Borers)

Hasil identifikasi marine borersyang menyerang kayu di laut adalah dari golongan Mollusca yaitu spesies Bankia cieba clench/turner dan Teredo bartchi clapp dari famili Teredinidae sertaMartessia striata linne dari famili Pholadidae. Gambar 4adalah marine borersdari famili Teredinidaedan bentuk paletnya, sementara itu Gambar 5adalah marine borers dari famili Pholadidae.

Gambar 4 Marine borersdari famili Teredinidae. a) Teredo bartschi Clapp dan Palet teredo bartschi, b) Bankia cieba Clench/Turner dan Palet bankia cieba Clench/Turner.

(31)

14

Gambar 5Marine borers dari famili Pholadidae spesies Martesia striata.a) Martesia striata tampak dari atas dan b) Martesia striata tampak dari bawah.

Gambar 6 menunjukkan penampang radial kayu yang diserang Teredinidae dan Gambar7 menunjukkan penampang radial, tangensial, dan lintang kayu yang diserang Pholadidae. Serangan pada kayu dapat dibedakan dengan jelas yaitu serangan Teredinidae berupa noda-noda kecil di bagian permukaan kayu sedangkan di bagian dalam kayu berupa lubang memanjang dengan arah tegak lurus serat kayu kemudian membelok searah dengan serat kayu sesuai dengan besar tubuhnyasedangkan serangan Pholadidae berupa lubang berbentuk lingkaran yang dangkal di permukaan kayu dan memperdalam lubang tersebut sampai ke bagian dalam kayu dengan arah tegak lurus serat kayu dan besarnya sesuai dengan ukuran cangkuknya.

Gambar 6Bentuk serangan makro dan mikro famili Teredinidaepada penampang radial.a) Bentuk serangan makro Teredinidae (perbesaran 3x) dan b) Bentuk serangan mikroTeredinidae(perbesaran 25x).

Φ 0.9 cm Pj 1.9 cm

(32)

15

Gambar 7 Bentuk serangan makro dan mikro famili Pholadidae. a1) Bentuk serangan makro Pholadidae pada penampang radial (perbesaran 12x), a2) Bentuk serangan mikro Pholadidae pada penampang radial (perbesaran 25x), b1) Bentuk serangan makro Pholadidae pada penampang tangensial (perbesaran 24x), b2) Bentuk serangan mikro Pholadidae pada penampang tangensial (perbesaran 25x), c1) Bentuk serangan makro Pholadidae pada penampang lintang (perbesaran 7.5x), dan c2) Bentuk serangan mikro Pholadidae pada penampang lintang (perbesaran 25x).

R 25x

T 25x R 12x

X 25x T 24x

(33)

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Contoh uji kayu nangka (A. heterophyllus)dengan 1/6 bagian di atas permukaan laut (5 cm)dikategorikan sangat tahan terhadap marine borers dan contoh uji yang terendam seluruhnya pada kedalaman 10 cm dan 42 cm dari permukaan laut dikategorikan tahanterhadap marine borersselama 3 bulan kayu direndam di laut.Kerapatan kayu kondisi basah setelah direndam adalah 1.02 g/cm3, sedangkan kerapatan kayu kondisi kering udara adalah 0,6 g/cm3. Nilai sifat mekaniskayu lentur MOE dan MOR berbeda nyata antara kayu kontrol dan kayu setelah direndam di laut, namunkedalaman perendaman kayu tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap nilai mekanis lenturnya.

Saran

(34)

17

DAFTAR PUSTAKA

Atwood GW, Johnson AA. 1924. Marine Structure: Their Deterioration and Preservation Pengawetan Kayu. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Pengujian Ketahanan terhadap Penggerek Kayu di Laut: SNI 01-7207.2-2006. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.

Barnes RD. 1974. Invertebrate Zoologi.Third Edition. London(GB) W.B. Saunders Co.

Barnes RD. 1963. Invertebrate Zoology. Amerika Serikat (US): Saunders College Publishing.

Bjordal CG, Nilsson T. 2007. Reburial of shipwrecks in marine sediments: a long-term study on wood degradation. Journal of Archaeological Science. 35: 826-872.

Bowyer JL, Shmulsky R, Haygreen JG. 2003. Forest Product and Wood Science (US): Iowa State Press

Brown HP, Panshin AJ,Forsaith CC. 1952. Textbook of Wood Technology.Vol. II. Amerika Serikat (US): Mc.Graw-Hill Book Company.

[BS] British Standard Institution. 1957. Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber BS 373:1957.London (GB): BritishStandard House Darsono P. 1979. Catatan tentang sifat dan daur hidup teritip (Barnacle). Jurnal

Pewarta Oseana. 5(3): 16 – 19.

Harijadi AR. 2009. Kadar air titik jenuh serat beberapa jenis kayu perdagangan Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Jakarta (ID): LITBANG

Hunt GM, Garrat GA. 1967. Pengawetan Kayu. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Isrianto. 1997. Kajian anatomi dan kajian fisik kayu nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Martawijaya, Kartasujana, Kadir, Prawira SA. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Bogor (ID): Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan. Meton KD. 1957. A note on Marine Borers in Malayan Waters. The Malayan

Forester.20(1).

Murwentianto B. 2003. Perubahan sifat keasaman kayu nangka (Artocarpus heterophyllus), manii (Maesopsiseminii), dan sengon (Paraserianthesfalcataria) selama proses pengeringan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Muslich M, Sumarni G. 2008. Kelas awet 25 jenis kayu andalan setempat Jawa Barat dan Jawa Timur terhadap penggerek kayu di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Bogor.26(1): 70-80.

Muslich M. 1993. A survey of marine Borers in selected areas in Luzon [tesis]. Philippines (PH): Institut of environmental science and management. Universityat Los Banos.

Muslich M. 1988. Laju serangan Pholadidae dan Teredinidae pada beberapa jenis kayu.Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 24(1): 61-70

(35)

18

Nugroho A. 2007. Perubahan sifat fisis dan sifat mekanis beberapa jenis kayu akibat serangan penggerek kayu laut di perairan Pulau Rambut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pandit IKN, Ramdan H. 2002. Anatomi kayu: pengantar sifat kayu sebagai bahan bangunan. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Rukmana R. 1997. Budidaya Nangka. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Seng OD. 1990. Berat Jenis Dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu untuk Keperluan Praktek. Bogor (ID): Departemen Kehutanan

Soult CRW, Bultman JD. 1971. Marine borers resistance of untreatedwoods over long periods of immersion in tropical waters. Biotropica. 3(1): 81-107. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Pengujian Ketahanan terhadap

Penggerek Kayu di Laut: SNI 01-7207.2-2006. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.

Suhirman, Nunik S. 1987. Inventarisasi Bor Laut di Indonesia. Jakarta (ID): LIPI Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood (Structure,Properties,

Utilization). New York (US): Van Nostrand Reinhold.

Turner RD. 1971. Identification of Marine Wood-Boring Mollusks, Marine Borers, Fungi and Fouling Organisms of Wood. Paris (FR): Organitation for Economics Cooperation and Development.

Turner RD. 1966. A Survey and Illustrated Catalogue of The Teredinidae. Cambridge (US): Harvard University.

Verheij EWM, Coronel RE. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara dan Buah-Buah yang dapat Dimanfaatkan. Jakarta (ID): Prosea.

(36)

19

LAMPIRAN

INTENSITAS SERANGAN MARINE BORERS

ANOVA

Jumlah Serangan Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 4227.583 2 2113.792 111.427 .000

Within Groups 398.375 21 18.970

Total 4625.958 23

Keterangan: Kayu direndam pada 3 kedalaman yang berbeda yaitu kode 1 (kayu berada 5 cm di atas permukaan laut), kode 2 (kayu berada 10 cm dari permukaan laut), dan kode 3 (kayu berada 42 cm dari permukaan laut) dengan 8 kali pengulangan (N).

MOE (MODULUS OF ELASTICITY) ANOVA

Nilai Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.757E9 3 5.857E8 13.886 .014

Within Groups 1.687E8 4 4.218E7

Total 1.926E9 7

JUMLAH SERANGAN DUNCAN

Kode N Subset for alpha = 0.05

1 2

1 8 16.5000

2 8 43.2500

3 8 45.8750

(37)

20

NILAI DUNCAN

Kode N Subset for alpha = 0.05

1 2

3 2 4.0736E4

2 2 4.4835E4

1 2 4.7000E4

4 2 7.8020E4

Sig. .395 1.000

MOR (MODULUS OF RUPTURE) ANOVA

Nilai Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 697009.733 3 232336.578 206.680 .000

Within Groups 4496.546 4 1124.137

Total 701506.280 7

NILAI

DUNCAN

Kode N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

2 2 5.8328E2

3 2 6.0690E2

1 2 7.7070E2

4 2 1.3146E3

Sig. .520 1.000 1.000

Keterangan: Pengujian MOE dan MOR dilakukan pada kayu yang direndam di laut dan kayu yang tidak direndam dilaut (kontrol). Kayu direndam pada 3 kedalaman yang

berbeda yaitu kode 1 (kayu berada 5 cm di atas permukaan laut), kode 2 (kayu berada 10 cm dari permukaan laut), dan kode 3 (kayu berada 42 cm dari permukaan laut). Kode 4 adalah kayu yang tidak direndam serta dilakukan 2 kali pengulangan

(38)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lubuk Sikaping Sumatra Barat pada tanggal 26September 1991 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Ahmad Lubis dan Rifna Nasution. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1Ujung Gading dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur undangan resmi (USMI). Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan pada Bagian Keteknikan Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Profesi Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN)dan anggota KeteknikanKayu pada tahun 2010-2012. Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang, antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2011 di jalur Sancang-Papandayan, Jawa Barat dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2012 di Gunung Walat, Sukabumi. Penulis juga telah melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di CV. Omocha Toys pada tahun 2013 di Bogor, Jawa Barat.

Gambar

Tabel 2 Tingkat intensitas serangan marine borers
Tabel 4 Sifat fisis kayu nangka yang tidak direndam di laut
Tabel 7 Intensitas serangan marine borers pada kayu nangka
Gambar 2Serangan marine borerspada kedalaman laut berbeda. a)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari penelitian adalah diharapkan pemberian pakan dengan jumlah yang berbeda dapat mempengaruhi produktivitas ternak, sehingga nilai kadar hematokrit, urea darah

Pada kemasan keranjang anyaman bambu dengan menggunakan media simpan sekam padi, menghasilkan jumlah daun lebih banyak yaitu rata-rata 2,93 helai dan berbeda

Tingginya pertumbuhan mutlak pada perlakuna B (pemberian pakan pada kedalaman 2 m) hal ini di duga karena posisi pakan tepat dengan kebiasaan makan ikan kerapu

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,