• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal Jambi"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONDISI SOSIAL EKONOMI USAHA PERIKANAN

TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI KUALA

TUNGKAL JAMBI

NATALIA WIDYA SAGALA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal Jambi adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2015

Natalia Widya Sagala

(4)
(5)

ABSTRAK

NATALIA WIDYA SAGALA. Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal Jambi. Dibimbing oleh SUGENG HARI WISUDO dan EKO SRI WIYONO.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi terkenal dengan usaha perikanan tangkapnya yang berlokasi di PPP Kuala Tungkal. Alat tangkap utama di PPP Kuala Tungkal adalah gillnet, trawl mini, dan togok. Sumberdaya perikanan yang menurun akibat penangkapan yang tidak diperhatikan akan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi nelayan. Aspek sosial ditinjau dari pola operasi penangkapan, sumber yang berpengaruh dalam peminjaman modal serta jaminan sosial. Aspek ekonomi ditinjau dari tingkat pendapatan nelayan dalam usaha penangkapan. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat nelayan di PPP Kuala Tungkal sangat penting untuk dikaji, agar dapat diketahui besarnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pola penangkapan di PPP Kuala Tungkal Jambi. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian dengan metode survei melalui wawancara nelayan untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi nelayan di PPP Kuala Tungkal. Kondisi sosial dari pola operasi penangkapan dilakukan dalam satu hari dan tidak tetap, sumber modal yang paling diminati adalah touke, tidak ada jaminan sosial yang diterima oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal. Kondisi ekonomi yang masih menguntungkan diukur dari besarnya investasi usaha, pendapatan, biaya, keuntungan, nilai R/C, dan nilai NPV. Usaha penangkapan gillnet dan trawl mini mendapatkan keuntungan karena nilai R/C>1 dan NPV>1 sehingga layak untuk dilanjutkan, sedangkan usaha penangkapan togok mendapatkan keuntungan dengan nilai R/C>1 tetapi nilai NPV<1 maka usaha penangkapan mengalami kerugian.

(6)

ABSTRACT

NATALIA WIDYA SAGALA. Social Economic Conditions Fisheries Business in the Coastal Fishing Port of Kuala Tungkal Jambi. Supervised by SUGENG HARI WISUDO and EKO SRI WIYONO.

Tanjung Jabung Barat regency of Jambi province famous for their fisheries business, located on PPP Kuala Tungkal. The main fishing gear in PPP Kuala Tungkal are the gillnet, trawl mini, and togok. Declining fisheries resources due to uncontrollable will affect the fishermen social and economic life. Social aspect measured by fishing operation patterns, source affected by financial loan and social assurance. Economic aspect measured by fishermen income level in the fishing effort. Social and economic conditions of fishing communities around PPP Kuala Tungkal is very important to be studied in order to know the level of fishermen prosperity and used to fix fishing patterns system in PPP Kuala Tungkal Jambi. There for, the research conducted with survey methods through interviews with fishermen to know the social and economic conditions of fishermen in PPP Kuala Tungkal. Social conditions from the pattern of fishing operation carried out in one day and still, the most desirable source is touke, and there is no social assurance received by fishermen in PPP Kuala Tungkal. Economic conditions are still favorable, measured from the amount of venture investment, revenues, cost, profits, R/C value and NPV value. Business gillnet and trawl mini generate profits because R/C>1 and NPV>1, so that the business gillnet and trawl mini still feasible, while business of togok generate profits with R/C>1, but NPV<1, so that this business losses.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

KONDISI SOSIAL EKONOMI USAHA PERIKANAN

TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI KUALA

TUNGKAL JAMBI

NATALIA WIDYA SAGALA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal Jambi.” Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Dr Eko Sri Wiyono, SPi, MSi sebagai komisi pembimbing atas bimbingan dan pengarahannya yang telah diberikan kepada penulis. Terimakasih kepada Dr Ir Budi Wiryawan, MSc selaku dosen penguji dan Dr Mochammad Riyanto SPi, MSi selaku komisi pendidikan serta Ir M. Dahri Iskandar, MSi selaku pembimbing akademik. Terimakasih kepada kepala Ir Ainof selaku kepala PPP Kuala Tungkal Jambi, terimakasih kepada H Husaini, SE, ME selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan H Saifuddin, AMK, SE selaku Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jambi, kepada para nelayan di PPP Kuala Tungkal yang telah membantu dalam penelitian. Terimakasih kepada mama, bapak, kakak, dan adik-adik atas doa, semangat dan dukungannya selama ini, serta terimakasih kepada sahabat-sahabat saya dan teman-teman seperjuangan PSP 48 atas dukungan dan semangatnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Maret 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 2

Tempat dan Waktu 2

Bahan dan Alat Penelitian 3

Metode Penelitian 3

Jenis dan Metode Pengambilan Data 4

Analisis Data Kondisi Sosial 5

Analisis Data Kondisi Usaha Perikanan 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Keadaan Unit Penangkapan di PPP Kuala Tungkal 7

Kondisi Sosial 9

Kondisi Usaha Perikanan 13

Konflik Alat Tangkap 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah alat tangkap di PPP Kuala Tungkal tahun 2012 7 2 Jumlah dan ukuran kapal di PPP Kuala Tungkal tahun 2012 8 3 Jumlah nelayan di PPP Kuala Tungkal tahun 2012 8

4 Pola operasi penangkapan ketiga alat tangkap 9

5 Jumlah ABK ketiga alat tangkap 10

6 Persentasi sumber yang diminati nelayan dalam peminjaman modal 12 7 Kriteria ekonomi usaha penangkapan gillnet tahun 2014 14 8 Kriteria ekonomi usaha penangkapan trawl mini tahun 2014 15 9 Kriteria ekonomi usaha penangkapan togok tahun 2014 15

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian di PPP Kuala Tungkal 3

2 Diagram alir sistem bagi hasil nelayan gillnet dan trawl mini di PPP

Kuala Tungkal 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Desain alat tangkap gillnet di PPP Kuala Tungkal 19 2 Desain alat tangkap trawl mini di PPP Kuala Tungkal 19 3 Desain alat tangkap togok di PPP Kuala Tungkal 20

4 Dokumentasi penelitian 20

5 Jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Kuala Tungkal 22 6 Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap gillnet di PPP Kuala

Tungkal 23

7 Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap trawl mini di PPP Kuala

Tungkal 25

8 Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap togok di PPP Kuala

Tungkal 27

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jambi yang terkenal dengan usaha perikanan tangkapnya yang terpusat pada Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kuala Tungkal sebagai tempat pendaratan hasil tangkapan. PPP Kuala Tungkal terletak di tepi Sungai Pengabuan, Kuala Tungkal, Desa Tungkal I Kec. Tungkal Ilir. Nelayan di PPP Kuala Tungkal masih melakukan operasi penangkapan ikan secara tradisional dengan alat tangkap utama yang digunakan adalah gillnet, trawl mini, dan togok dengan hasil tangkapannya antara lain : tenggiri (Scomberromo commersoni), sembilang (Neosilurus sp), malung (Muarenesox cinareus), senangin (Eletheronema tetradactylum), udang ketak (Thenus orientalis) dan lainnya.

Penangkapan yang tidak terkendali akan mengakibatkan, sumberdaya perikanan berkurang (Rifki 2002). Hal ini akan mempengaruhi aspek kehidupan sosial dan ekonomi nelayan. Aspek sosial yaitu pemilihan sumber modal oleh nelayan serta jaminan sosial yang diterima. Aspek ekonomi yaitu tingkat pendapatan nelayan yang berkurang. Pola operasi penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan setempat juga akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi kehidupan nelayan. Semakin tinggi operasi penangkapan yang dilakukan dan hasil tangkapan serta harga jual yang tinggi, maka kondisi ekonomi nelayan akan semakin tinggi. Jaminan sosial yang diterima oleh nelayan dan pemilihan sumber peminjaman modal yang tepat akan memperbaiki kondisi sosial nelayan di PPP Kuala Tungkal, Jambi.

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat nelayan sekitar PPP Kuala Tungkal, Jambi sangat penting untuk dikaji agar dapat diketahui seberapa besar tingkat ekonomi dan sosial masyarakat nelayan yang bermatapencaharian utama sebagai nelayan sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup, dan juga dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pola penangkapan yang dilakukan di PPP Kuala Tungkal, Jambi seperti meningkatkan teknologi penangkapan, pembatasan hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan oleh alat tangkap trawl mini serta jaminan sosial nelayan PPP Kuala Tungkal.

Perumusan Masalah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang terletak di Provinsi Jambi memiliki sumberdaya perikanan tangkap yang besar yang berpusat di PPP Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai pusat usaha perikanan tangkap. Usaha perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan PPP Kuala Tungkal masih tradisional dari segi alat tangkap dan teknologi yang digunakan masih sederhana. Berdasarkan uraian diatas, beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

(14)

2) Bagaimana kondisi ekonomi usaha perikanan tangkap di daerah PPP Kuala Tungkal, Jambi dilihat dari aspek tingkat pendapatan dan kriteria ekonomi yang dinilai.

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kondisi sosial masyarakat nelayan PPP Kuala Tungkal, Jambi

2. Menilai kondisi ekonomi usaha perikanan tangkap di daerah PPP Kuala Tungkal, Jambi.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak pelabuhan untuk memperbaiki pola sistem usaha perikanan tangkap yang diterapkan di PPP Kuala Tungkal seperti meningkatkan teknologi penangkapan, pembatasan hasil tangkapan, dan daerah penangkapan oleh alat tangkap trawl mini, serta jaminan sosial yang diterima oleh masyarakat nelayan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan dari segi sosial dan ekonominya.

METODE

Tempat dan Waktu

(15)

3

Gambar 1 Peta lokasi penelitian PPP Kuala Tungkal

Bahan Alat Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Kuisioner untuk nelayan

2. Kamera untuk dokumentasi

Metode Penelitian

Metode yang digunakan berupa metode penelitian survei yang termasuk ke dalam metode deskriptif. Metode penelitian survei dilakukan dengan meneliti keadaan suatu kelompok individu atau populasi untuk mendapatkan gambaran objek yang diteliti. Nazir (1983) menjelaskan metode survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei dan perhitungan kelayakan usaha. Metode survei yaitu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah variabel pada suatu kelompok masyarakat melalui wawancara langsung dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dengan berupa kuisioner sedangkan perhitungan kelayakan usaha adalah menggunakan beberapa parameter yang akan menghitung usaha penangkapan yang dilakukan di PPP Kuala Tungkal, Jambi.

(16)

fenomena yang diteliti. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir 1983)

Jenis dan Metode Pengambilan Data

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu dari peneliti dengan cara memastikan diperolehnya sejumlah sampel yang mewakili populasi yang akan diteliti (Eriyanto 2007). Mengingat keterbatasan sumberdaya penelitian (tenaga, waktu dan dana) jumlah sampel yang dikumpulkan untuk diwawancarai adalah 30 nelayan dari 3 alat tangkap yaitu, 10 nelayan gillnet

meliputi 8 orang nelayan pemilik usaha dan 2 orang ABK, 10 nelayan trawl mini meliputi 7 orang nelayan pemilik usaha dan 3 orang ABK, dan 10 orang nelayan pemilik usaha togok.

Data yang diolah merupakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari berbagai laporan dan literatur yang terkait dengan penelitian seperti: 1. Produksi ikan yang didaratkan, jenis ikan yang didaratkan di PPP Kuala

Tungkal pada 3 alat tangkap yaitu gillnet, trawl mini, dan togok.

2. Jumlah alat tangkap yang dioperasikan, jumlah dan ukuran kapal serta jumlah nelayan di PPP Kuala Tungkal.

3. Pendapatan yang diterima oleh nelayan 3 alat tangkap gillnet, trawl mini, dan togok tersebut.

4. Investasi dan biaya operasional penangkapan ikan.

Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian dan wawancara dengan nelayan, keluarga nelayan serta pelaku-pelaku perikanan yang terkait. Wawancara dilakukan berpedoman pada kuisioner yang telah dipersiapkan. Data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan nelayan dari 3 alat tangkap yaitu gillnet, trawl mini, dan togok dengan 10 nelayan untuk masing-masing alat tangkap, sehingga sampel yang diambil berjumlah 30 sampel.

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Aspek Sosial, yang meliputi :

a. Pola operasi penangkapan; terdiri dari frekuensi penangkapan yang dilakukan dalam 1 bulan dan jumlah ABK yang ikut dalam setiap pengoperasian alat tangkap.

b. Sumber modal yang digunakan oleh nelayan untuk peminjaman modal dalam usaha penangkapan.

(17)

5

2. Aspek Ekonomi, yang meliputi :

a. Biaya investasi usaha yang dikeluarkan setiap tahunnya oleh nelayan.

b. Jumlah pendapatan yang diterima nelayan setiap melakukan trip penangkapan.

c. Jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel) yang dikeluarkan oleh nelayan.

d. Keuntungan yang diterima oleh nelayan.

e. Hasil tangkapan yang diperoleh meliputi; jumlah tangkapan, harga hasil tangkapan serta jenis ikan yang tertangkap selama 1 tahun.

Analisis Data

Kondisi Sosial

Kondisi sosial yang dianalisis yang meliputi; pola operasi penangkapan, jumlah ABK dalam setiap operasi penangkapan ikan, disamping itu juga dikaji tentang hambatan yang dialami oleh nelayan selama kegiatan operasi penangkapan. Aspek lain yang dianalisis adalah sumber modal serta jaminan sosial yang diterima oleh nelayan.

a. Pola operasi penangkapan

Pola operasi penangkapan merupakan faktor penting dalam usaha penangkapan. Pola operasi penangkapan dianalisis secara deskriptif dengan mendeskripsikan frekuensi penangkapan yang dilakukan, jumlah ABK setiap melakukan kegiatan operasi, hambatan setiap melakukan usaha penangkapan, serta sistem bagi hasil yang dilakukan oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal.

b. Sumber-sumber yang berpengaruh dalam peminjaman modal

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui sumber yang berpengaruh dalam peminjaman modal pada nelayan di PPP Kuala Tungkal adalah dengan pendekatan deskriptif. Mendeskripsikan sumber mana yang paling banyak diminati dan dipilih oleh nelayan dalam peminjaman modal dan alasan nelayan lebih memilih sumber tertentu untuk meminjam modal dengan cara membuat persentase terhadap masing-masing sumber modal.

c. Jaminan sosial

Jaminan sosial merupakan salah satu modal sosial yang diterima oleh nelayan untuk mendukung kegiatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan di PPP Kuala Tungkal Jambi. Analisis yang digunakan adalah dengan mendeskripsikan apakah nelayan di PPP Kuala Tungkal mendapatkan jaminan sosial dari pemerintah atau tidak serta organisasi sosial seperti koperasi yang ada di PPP Kuala Tungkal.

Kondisi Usaha Perikanan

(18)

a. Analisis pendapatan usaha (π)

Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini dapat juga digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh. Keuntungan maksimum dicapai dari selisih antara penghasilan total dan pembiayaan total pada suatu kegiatan. Keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut (Hanafiah dan Saefuddin 2006) :

π = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC)

Keterangan :

π : Keuntungan

TR : Total revenue/total penghasilan

TC : Total cost/total biaya

Dilakukan dengan tujuan untuk melihat keuntungan relatif dalam sebuah usaha perikanan yang diperoleh dalam 1 tahun terhadap biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha perikanam tersebut.

R/C = Keterangan:

1. Bila R/C > 1, maka usaha dikatakan sangat layak 2. Bila R/C < 1, maka usaha dikatakan tidak layak 3. Bila R/C = 1, maka usaha dikatakan layak c. Analisis net present value (NPV)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nilai keuntungan bersih yang diperoleh selama umur usaha. Net present value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang (present value) dari keuntungan dan nilai sekarang dari biaya, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al 2010) :

Keterangan :

Jika NPV≥ 0, maka usaha menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan

(19)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Unit Penangkapan Ikan di PPP Kuala Tungkal

Alat Tangkap

Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal rata-rata masih tergolong tradisional dan dalam skala kecil. Alat tangkap yang digunakan bermacam-macam (Tabel 1). Terdapat 3 unit penangkapan yang mendominasi usaha penangkapan, yaitu : gillnet (42%), trawl mini (19%), serta togok (12%), dan terdapat 3 unit penangkapan terendah yaitu rawai/pancing (3.2%), perangkap (3.1%) serta fishnet (0.4%).

Gillnet atau jaring insang adalah salah satu dari bahan jaring monofilament

atau multifilament yang dibentuk menjadi empat persegi panjang, kemudian pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat (singkers) (Martasuganda 2008). Gillnet

yang dioperasikan di PPP Kuala Tungkal (Lampiran 1) adalah jenis gillnet hanyut permukaan (drift gillnet) milenium. Trawl mini merupakan alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring berbentuk kerucut yang menyapu dasar perairan atau menyaring kolom air dan ditarik oleh kapal. Trawl yang dioperasikan di PPP Kuala Tungkal (Lampiran 2) ukurannya kecil dibandingkan dengan ukuran trawl

sebenarnya, sehingga disebut trawl mini. Togok (Lampiran 3) merupakan alat tangkap yang dibuat menggunakan batang nibung yang dibentuk seperti gawang dan diberi jaring berbentuk segitiga (Widarmanto et al 2006). Cara pengoperasian togok di PPP Kuala Tungkal adalah jaring togok dipasang ketika air bergerak surut, ketika arus air sungai mulai deras disaat itulah udang dan ikan masuk dan berakhir setelah air surut kembali dan jaring togok diangkat.

Tabel 1 Jumlah alat tangkap di PPP Kuala Tungkal tahun 2012

No. Jenis alat tangkap Kecamatan Jumlah

Tungkal Ilir Kuala Betara

Sumber: Data Statistik Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2012.

Kapal

(20)

di PPP Kuala Tungkal adalah kapal motor. Jumlah terbesar kapal yang beroperasi adalah tipe kapal motor 0-5 GT yaitu sebanyak 848 kapal.

Tabel 2 Jumlah dan ukuran kapal di PPP Kuala Tungkal tahun 2012

No. Jenis kapal Ukuran kapal Kecamatan Jumlah

Tungkal Ilir Kuala Betara

Sumber: Data Statistik Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2012.

Tabel 3 Jumlah nelayan di PPP Kuala Tungkal tahun 2012

No. Nelayan Kecamatan Jumlah

Tungkal Ilir Kuala Betara

(21)

9

Kondisi Sosial

Kondisi sosial masyarakat, dapat ditinjau dari sudut struktural dan dinamikanya. Sudut struktural disebut juga sebagai struktur sosial, yang memiliki arti sebagai jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok (Kusnadi 2002). Struktur sosial yaitu suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga di dalamnya dimana orang banyak tersebut ambil bagian. Dalam penelitian ini, dikaji kondisi sosial nelayan yang mengoperasikan alat tangkap utama di PPP Kuala Tungkal, Jambi. Kondisi sosial nelayan diteliti dari beberapa aspek meliputi pola pengoperasian alat tangkap, sumber-sumber yang berpengaruh dalam peminjaman modal serta jaminan sosial nelayan di PPP Kuala Tungkal, Jambi.

Pola operasi penangkapan

Pola operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal, Jambi yang diteliti meliputi aspek frekuensi penangkapan, jumlah pekerja, dan hambatan yang dialami oleh nelayan saat melakukan operasi penangkapan.

Berdasarkan penelitian ini, pola operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan ketiga alat tangkap tidak tetap. Hal ini diduga karena biaya yang dikeluarkan setiap melaut cukup besar dan hasil yang diperoleh juga tidak dapat diprediksi, sehingga nelayan lebih memilih di darat untuk melakukan pekerjaan yang lain seperti berkebun. Kurangnya motivasi nelayan untuk melakukan penangkapan karena hasil tangkapan yang didapat tidak menentu.

Tabel 4 Pola operasi penangkapan ketiga alat tangkap

No. Jenis alat tangkap Pola operasi penangkapan

1. Gillnet dilakukan secara one day fishing, sore pukul 16.00, nelayan turun kelaut, mencari daerah fishing ground,

setting selama 2 jam, kemudian besok paginya pukul 10.00 nelayan pulang, dalam 1 bulan nelayan melakukan trip penangkapan antara 15-18 kali.

2. Trawl mini dilakukan secara one day fishing, sore pukul 15.00-16.00, nelayan turun kelaut, besok paginya sekitar pukul 07.00-09.00 nelayan pulang, dalam 1 bulan nelayan melakukan trip penangkapan antara 12-15 kali.

3. Togok dilakukan secara one day fishing, pagi pukul 04.00-05.00 nelayan turun kemuara sungai untuk melihat hasil tangkapan yang masuk ke jaring togok, kemudian hauling sekitar pukul 10.00-11.00, dalam 1 bulan nelayan melakukan trip penangkapan antara 18-20 kali.

Sumber: Diolah dari data primer, 2014

(22)

dalam operasi penangkapan tidak melebihi pendapatan, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi ABK yang ikut dalam operasi penangkapan dikatakan relatif baik. Tabel 5 Jumlah ABK

Namun demikian, dalam melakukan operasi penangkapan ikan, berdasarkan hasil penelitian ternyata nelayan di PPP Kuala Tungkal mengalami beberapa hambatan. Hambatan yang sering dialami antara lain :

1. Saat setting jaring koyak dan kapal rusak

2. Tidak ada biaya modal untuk melakukan operasi penangkapan

3. Hasil tangkapan menurun, nelayan tidak bisa mendapatkan keuntungan

4. Perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan meningkatnya badai dan gelombang ekstrim serta tingginya air pasang. Pada wilayah perairan PPP Kuala Tungkal gelombang ekstrim serta badai merupakan ancaman yang kerap kali datang ketika tiba musim angin barat serta musim penghujan. Sementara perahu dan sarana penangkapan ikan nelayan PPP Kuala Tungkal masih tradisional dan belum dalam kapasitas menghadapi badai ataupun gelombang besar. Air pasang yang menyebabkan nelayan tidak berani melaut adalah kisaran 0.05 m – 1 m (Isnaniah 2009).

5. Tidak ada jaminan sosial dari pemerintah ataupun lembaga koperasi di PPP Kuala Tungkal yang diberikan kepada para nelayan setiap alat tangkap. Apabila investasi usaha yang digunakan nelayan rusak, tidak ada biaya bantuan yang diberikan baik dari pemerintah ataupun koperasi. Nelayan PPP Kuala Tungkal banyak menggunakan biaya sendiri untuk memperbaiki investasi usaha mereka, sehingga terkadang nelayan tidak mempunyai dana untuk memperbaiki dan operasi penangkapanpun tidak dilakukan.

Banyaknya hambatan yang dialami oleh nelayan dalam usaha penangkapan menyebabkan nelayan banyak mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha penangkapannya, yang mengakibatkan nelayan di PPP Kuala Tungkal kondisi sosialnya masih rendah.

Pendapatan yang diterima oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal diatur dalam sistem bagi hasil perikanan. Sistem bagi hasil perikanan yang diterapkan di PPP Kuala Tungkal yaitu antara nelayan pemilik dan nelayan buruh. Sistem bagi hasil perikanan diatur dalam UU No. 19 tahun 1964 Bab II Pasal 2 yang berisi usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perjanjian bagi hasil harus diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelayan pemilik dan nelayan penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak yang bersangkutan, hingga mereka masing-masing menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan jasa yang diberikannya. Sistem bagi hasil yang diterapkan oleh nelayan gillnet dan trawl

mini di PPP Kuala Tungkal (Gambar 2) adalah dengan cara sebaagai berikut: 1. Hasil tangkapan kotor (pendapatan kotor) dikurangi biaya operasional dan

(23)

11

2. Hasil tangkapan bersih dibagi 50% untuk nelayan pemilik dan 50% untuk nelayan buruh.

3. Bagi nelayan buruh dibagi 50% untuk tekong (kapten) dan 50% untuk seluruh ABK.

Gambar 2 Diagram sistem bagi hasil nelayan gillnet dan trawl mini di PPP Kuala Tungkal

Sistem bagi hasil yang diterapkan di PPP Kuala Tungkal, Jambi sama seperti yang diterapkan di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Sistem bagi hasil yang diterapkan adalah 50% : 50%, yaitu 50% untuk nelayan pemilik dan 50% untuk nelayan buruh setelah dipotong biaya operasional dan retribusi (Ritonga 2012). Sedangkan untuk nelayan togok, tidak ada sistem bagi hasil yang diterapkan. Hal ini disebabkan, karena nelayan yang mengoperasikan togok adalah rata-rata nelayan pemilik, dan dalam mengoperasikan usaha penangkapan biasanya nelayan togok membawa saudaranya ataupun anaknya untuk ikut dalam usaha penangkapan, dan sistem pendapatan yang diterima adalah sepenuhnya oleh pemilik usaha togok. Nelayan yang ikut dalam pengoperasian biasanya dibayarkan seikhlasnya oleh pemilik usaha karena adanya sistem kekeluargaan yang diterapkan. Keluarga yang dibawa oleh pemilik usaha dalam operasi penangkapan biasanya masih tinggal dalam satu rumah ataupun dekat dengan rumah pemilik togok serta pendapatan yang diterima dalam operasi penangkapan dinikmati bersama.

Sumber- sumber peminjaman modal

Modal merupakan aspek utama dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan PPP Kuala Tungkal, Jambi, bila kekurangan modal meminjam kepada touke dan koperasi. Berdasarkan penelitian ini, touke merupakan sumber modal yang paling banyak diminati oleh nelayan apabila mereka kekurangan uang dan saat musim paceklik atau hasil tangkapan sedikit (Tabel 6). Pada musim paceklik dari bulan Desember - April, biasanya nelayan tidak mendapatkan tangkapan saat melaut sehingga mereka banyak beralih pekerjaan menjadi berkebun. Nelayan lebih

Pendapatan kotor

Pendapatan bersih Biaya operasional dan retribusi

(24)

memilih touke karena dalam sistem pembayarannya tidak sulit dan tidak memberatkan nelayan, biasanya tidak diberikan bunga, dan nelayan bebas untuk mengembalikan kapan saja, tanpa dipatok waktu sampai modal yang dipinjamkan kembali kepada touke tetapi harga beli touke pada hasil tangkapan nelayan yang meminjam uang lebih murah (Rp13 000/kg untuk udang rebon). Ada juga beberapa nelayan yang meminjam uang ke koperasi, karena koperasi membeli hasil tangkapan dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan touke

(Rp15 000/kg), tetapi dalam pembayaran, nelayan harus mengembalikan uang sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan cara memotong uang hasil tangkapan setiap menjual ke koperasi. Koperasi Bina Nelayan Mandiri milik pelabuhan menetapkan bunga setiap bulan dalam peminjaman uang kepada nelayan sebesar 2%.

Tabel 6 Persentasi sumber yang diminati nelayan dalam peminjaman modal No. Jenis alat tangkap Touke Koperasi

1. Gillnet 80% 10% 2. Trawl mini 90% 20%

3. Togok 100% 0%

Sumber: Diolah dari data primer, 2014

Berdasarkan Tabel 6, togok paling banyak memilih touke sebagai tokoh yang paling berpengaruh dalam peminjaman modal diikuti dengan trawl mini dan

gillnet. Hal ini disebabkan bahwa semakin rendah teknologi alat penangkapan yang digunakan dan semakin kecil usaha penagkapan yang dilakukan, maka semakin besar ketergantungan nelayan. Alat tangkap kecil lebih banyak memilih meminjam modal ke touke dibandingkan dengan koperasi, karena mudahnya persyaratan dan birokrasi dalam peminjaman dan pengembalian modal yang dipinjamkan.

Jaminan sosial

Jaminan sosial yang dibutuhkan masyarakat nelayan adalah tersedianya dana kesehatan dan dana paceklik. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya memberikan pinjaman seperti alat tangkap dan baju pelampung untuk nelayan dan dari lembaga seperti koperasi juga memberikan modal pinjaman dalam bentuk perahu sebanyak 3 buah untuk dipinjamkan kepada nelayan atau alat tangkap yang sering disebut pompom oleh warga nelayan di sekitar PPP Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Jaminan sosial seperti jaminan kesehatan dalam bentuk askes tidak diberikan kepada nelayan setiap alat tangkap yang melakukan operasi penangkapan di sekitar PPP Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sehingga nelayan di PPP Kuala dari segi jaminan sosialnya masih rendah, karena rendahnya rasa aman yang diterima oleh nelayan dalam melakukan setiap kegiatan penangkapan.

(25)

13

Organisasi sosial di PPP Kuala Tungkal salah satunya adalah Koperasi Bina Nelayan Mandiri. Koperasi Bina Nelayan Mandiri dengan Badan Hukum No.30 BH/KDK.52/VI/2000 dan didirikan pada tanggal 6 Juni 2000 yang terletak di Jl. Bangkinang Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi merupakan salah satu koperasi yang memberikan peminjaman modal kepada nelayan di PPP Kuala Tungkal. Struktur Organisasi Koperasi Bina Nelayan Mandiri (Lampiran 4) yang memegang keputusan paling penting yaitu terdapat pada rapat anggota. Pada rapat anggota beberapa hal yang dibahas antara lain: 1. Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi.

2. Menetapkan kebijakan umum koperasi

3. Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan badan pemeriksa koperasi.

4. Menetapkan dan mengesahkan rencana kerja serta rencana anggaran belanja koperasi, serta kebijakan pengurus dalam bidang organisasi dan usaha koperasi. 5. Mengesahkan laporan pertanggung jawaban pengurus dan badan pemeriksa

dalam bidang organisasi dan usaha koperasi, dan rapat anggota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun.

Koperasi Bina Nelayan Mandiri melayani nelayan dalam penyaluran BBM, pengolahan perikanan hasil laut, perbengkelan, waserda (warung serba ada), industri, serta jasa transportasi.

Kondisi Usaha Perikanan

Usaha penangkapan ikan secara teknis ekonomi merupakan suatu proses produksi yang bersifat ekstraktif, yakni mengambil hasil alam tanpa mengembalikan sebagian hasilnya untuk pengambilan dikemudian hari (Abubakar 2004). Analisis usaha yang digunakan untuk menilai kondisi ekonomi nelayan PPP Kuala Tungkal meliputi aspek investasi usaha, pendapatan, dan biaya, kemudian dinilai dengan menggunakan aspek keuntungan, nilai R/C dan

NPV.

Investasi usaha yang dikeluarkan oleh nelayan untuk memulai usaha penangkapan yaitu terdiri dari kapal, alat tangkap, dan mesin. Biaya yang harus dikeluarkan selain biaya investasi yaitu biaya usaha. Biaya usaha merupakan pengeluaran dari kegiatan usaha penangkapan yang harus dikeluarkan. Biaya usaha tersebut terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabele cost). Albar (2012) menjelaskan bahwa biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan penangkapan yang meliputi biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan setiap tahunnya. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan apabila akan melakukan kegiatan penangkapan. Biaya tidak tetap ini meliputi biaya operasional (perbekalan). Pendapatan merupakan selisih antara nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha penangkapan.

Gillnet

(26)

tangkap lainnya yaitu trawl mini dan togok. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 7. Usaha perikanan tangkap ini memberikan keuntungan yang sebanding dengan nilai investasi usaha dan nilai biaya yang dikeluarkan setiap tahun dalam operasi penangkapan. Rata-rata biaya investasi yang dikeluarkan adalah Rp73 300 000, sedangkan biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp157 213 333, pendapatan rata-rata yang diterima sebesar Rp218 933 535. Kegiatan usaha perikanan tangkap

gillnet ini, layak untuk dilanjutkan, karena nilai Revenue Cost Ratio (R/C) telah diatas 1 (R/C>1) yaitu rata-rata sebesar 1.5428 yang artinya setiap satu rupiah biaya usaha yang dikeluarkan maka akan memperoleh Rp1.5428 sehingga usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Nilai rata-rata NPV (Net Persent Value) sebesar 225 972 013, yang artinya bisnis tersebut menguntungkan dan memberi manfaat karena nilai NPV>1. Sehingga kondisi ekonomi usaha perikanan tangkap gillnet di PPP Kuala Tungkal, berdasarkan kriteria ekonomi telah memberikan keuntungan bagi nelayan dan layak untuk dilanjutkan. Usaha penangkapan gillnet di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat mengeluarkan investasi usaha rata-rata sebesar Rp169 872 751 per tahunnya (Ghandi 2010). Hal ini hampir sama dengan rata-rata investasi usaha gillnet yang dikeluarkan di PPP Kuala Tungka Jambi.

Tabel 7 Kriteria ekonomi usaha penangkapan gillnet tahun 2014

Kriteria Min (Rp) Max (Rp) Rata-rata (Rp) St. Dev

Kegiatan usaha perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap

trawl mini di PPP Kuala Tungkal, Jambi mempunyai jumlah investasi, pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan setiap operasi penangkapan menduduki posisi kedua dibandingkan dengan gillnet dan togok. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 8. Rata-rata biaya investasi yang dikeluarkan adalah Rp19 620 000 sedangkan biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 148 653 000 pendapatan rata-rata yang diterima sebesar Rp192 438 950. Keuntungan rata-rata yang diberikan setiap tahun dari usaha penangkapan ini sebesar Rp35 846 917 dengan Revenue Cost Ratio (R/C)>1 yaitu rata-rata sebesar 1.2346 yang artinya setiap satu rupiah biaya usaha yang dikeluarkan maka akan memperoleh Rp 1.2346 sehingga usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Net Persent Value (NPV) > 1 sebesar 125 887 157 yang artinya usaha ini layak untuk dilanjutkan karena pendapatan yang diterima per tahunnya telah melebihi biaya yang dikeluarkan dan telah memberi manfaat dan mendapatkan keuntungan bagi nelayan trawl mini. Sehingga dari segi ekonomi kondisi usaha perikanan tangkap yang dilakukan dengan menggunakan trawl mini memberikan keuntungan bagi nelayan dan layak untuk dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan hidup nelayan. Usaha penangkapan

(27)

15

investasi usaha rata-rata sebesar Rp159 581 080 per tahunnya dengan pendapatan yang diterima sebesar Rp183 752 000 per tahunnya dan dapat dinyatakan bahwa usaha penangkapan yang dilakukan di Blanakan, Kabupaten Subang layak untuk dilanjutkan (Janah 2010). Hal ini hampir sama dengan rata-rata investasi dan pendapatan yang diterima dari usaha penangkapan trawl mini yang dilakukan di PPP Kuala Tungkal Jambi.

Tabel 8 Kriteria ekonomi usaha penangkapan trawl mini tahun 2014

Kriteria Min (Rp) Max(Rp) Rata-rata (Rp) St. Dev

Usaha perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap togok di PPP Kuala Tungkal Jambi dari kriteria ekonomi seperti investasi usaha, pendapatan yang diterima per tahunnya dan biaya yang dikeluarkan per tahun untuk operasi penangkapan mempunyai nilai yang rendah dibandingkan dengan 2 alat tangkap pembandingnya yaitu gillnet dan trawl mini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Rata-rata biaya investasi yang dikeluarkan adalah Rp11 181 000, sedangkan biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp38 432 833, pendapatan rata-rata yang diterima sebesar Rp40 333 350. Keuntungan yang diterima dari usaha ini rendah, hal ini dapat terlihat dari nilai R/C>1 yaitu rata-rata sebesar 1.0510 yang artinya setiap satu rupiah biaya usaha yang dikeluarkan maka akan memperoleh Rp1.0510.

NPV yang dihasilkan kecil dari 1 (NPV<1) yaitu rata-rata -15 161 270, hal ini menunjukkan bahwa usaha ini belum memberikan manfaat dan dinyatakan rugi. Keuntungan yang diperoleh dari usaha adalah keuntungan saat sekarang, dan tidak untuk masa depan, sehingga di masa depan keuntungan yang dikumpulkan tidak bisa menutupi biaya yang dikeluarkan atau usaha togok ini mengalami kerugian. Tabel 9 Kriteria ekonomi usaha penangkapan togok tahun 2014

Kriteria Min (Rp) Max (Rp) Rata-rata (Rp) St. Dev

(28)

jarak daerah penangkapan, dan jumlah ABK (Arindina 2014). Menurut Nugroho (1996), nilai pendapatan yang diterima oleh nelayan bergantung pada hasil tangkapan (produksi) dan harga dari komoditi tersebut dan jumlah hasil tangkapan nelayan bergantung pada teknologi yang digunakan dalam pengoperasian. Gillnet

memiliki biaya dan pendapatan yang lebih tinggi dan keuntungan yang besar, kemudian diikuti oleh usaha penangkapan trawl mini, dan terakhir usaha penangkapan togok. Togok menghasilkan pendapatan yang lebih kecil dan bahkan merugi dibandingan kedua alat tangkap yang lain. Hal ini disebabkan karena alat tangkap togok merupakan alat tangkap yang pasif atau statis dan sejenis perangkap yang hanya memanfaatkan pasang surut muara sungai, ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan 2 alat tangkap pembedanya dan diletakkan di muara sungai, sehingga hasil tangkapan yang diperoleh juga sedikit, yang menyebabkan pendapatan dan keuntungan yang diperoleh lebih kecil, karena menunggu ikan yang masuk ke dalam perangkap, tidak ada usaha yang diberikan untuk menangkap ikan dalam setiap kegiatan operasi sehingga usaha ini tidak layak untuk dilanjutkan karena mengalami kerugian untuk masa yang akan datang.

Gillnet dan trawl mini pengoperasiannya secara dinamis atau dapat berpindah-pindah dengan bantuan kapal untuk menangkap ikan, sehingga hasil tangkapan yang diterima lebih besar yang mengakibatkan keuntungannya lebih besar juga dan memberikan manfaat yang besar kepada nelayan.

Konflik Alat Tangkap

(29)

17 sebagai sumber modal dibandingkan koperasi karena kemudahan dalam peminjaman modal, jaminan sosial tidak ada, sehingga nelayan di PPP Kuala Tungkal dari kondisi sosialnya masih rendah.

2. Usaha penangkapan ikan di PPP Kuala Tungkal masih tergolong menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan karena memberi manfaat walaupun rata-rata keuntungan yang mereka dapat kecil.

Saran

1. Perlu adanya perhatian tentang konflik besar dari alat tangkap trawl mini yang dioperasikan di PPP Kuala Tungkal, Jambi.

2. Pemerintah diharapkan memperhatikan kondisi sosial nelayan dari jaminan sosial. Agar adanya rasa aman dari nelayan untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar MBS. 2004. Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap Kota Ternate [disertasi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Albar AB. 2012. Pengembangan Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Subang

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arindina R. 2014. Keragaan Unit Penangkapan Mini Purse Seine di PPP Lempasing [skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Boesono H, Yulianto T, Santosa W, Wibowo BA. 2006. Studi Pemetaan Daerah Konflik Alat Tangkap Nelayan Sarang Kabupaten Rembang Jawa Tengah Di dalam: Yulianto T, editor. Seminar Nasional Perikanan Tangkap; 2006 Mei 5. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hlm 334-341.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Departemen Perikanan. Jambi.

Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta (ID): LkiS Yogyakarta.

(30)

Hanafiah M, Saefuddin AM. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): UI Pr.

Isnaniah. 2009. Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Kota Dumai Provinsi Riau [disertasi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Janah E. 2010. Karakteristik Usaha Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan Kabupaten Subang Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

[KUB] Kelompok Usaha Bersama. 2013. Laporan Perkembangan Kegiatan Operasional Kabupaten Tanjung Jabung Barat Bulan Maret. Departemen Perikanan. Jambi.

Koperasi LEPP Mitra Mandiri. 2013. Laporan Perkembangan Kegiatan Operasional Kabupaten Tanjung Jabung Barat Bulan Januari. Departemen Perikanan. Jambi.

[KUB] Kelompok Usaha Bersama Mina Karya Jaya. 2013. Laporan Perkembangan Kegiatan Operasional Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Departemen Perikanan. Jambi.

[KUB] Kelompok Usaha Bersama Mina Lestari. 2013. Laporan Perkembangan Kegiatan Operasional Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Departemen Perikanan. Jambi.

Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta (ID): LkiS Yogyakarta.

Martasuganda S. 2008. Jaring Insang (Gillnet). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nazir M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. hlm 63-65. Nugroho T. 1996. Studi Pengaruh Aspek Sosial Ekonomi terhadap Kualitas Usaha

Penangkapan Ikan Laut Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM IPB.

Rifki M. 2002. Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir Kabupaten Padang Pariaman. [tesis]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ritonga BB. 2012. Analisis Sistem Usaha Perikanan Gillnet Millenium di Karangsong, Kabupaten Indramayu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(31)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Desain alat tangkap gillnet di PPP Kuala Tungkal

(32)

Lampiran 3 Desain alat tangkap togok di PPP Kuala Tungkal

Lampiran 4 Dokumentasi penelitian

Jaring togok Perahu togok

(33)

21

Pelampung gillnet Pemberat gillnet

UPTD PPP Kuala Tungkal Kapal trawl mini

Koperasi di PPP Kuala Tungkal Rumah nelayan PPP Kuala Tungkal

(34)
(35)

1

Lampiran 6 Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap gillnet di PPP Kuala Tungkal Analisis usaha nelayan gillnet responden 1

No. Keterangan Unit Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp)

Investasi

1. Kapal (umur teknis 10 tahun) 1 Unit 65 000 000 65 000 000

Mesin (umur teknis 5 tahun) 1 Unit 10 000 000 10 000 000

Alat Tangkap (umur teknis 5 tahun) 1 Unit 8 000 000 8 000 000

Total Investasi 83 000 000

I. Biaya Tetap Biaya Penyusutan

1. Kapal 1 Unit 6 500 000 6 500 000

Mesin 1 Unit 2 000 000 2 000 000

2. Alat Tangkap 1 Unit 1 600 000 1 600 000

Biaya Perawatan

3. Kapal (1 kali x Rp 493.000,00) 1 Unit 493 000 493 000

4. Mesin (0) 1 Unit 0 0

5. Alat Tangkap (1 kali x Rp. 150.000,00) 1 Unit 150 000 150 000

Total Biaya Tetap 10 718 000

II. Biaya Tidak Tetap

1. Solar 96 Trip 225 000 21 600 000

2. Es 3600 Balok 11 000 39 600 000

3. Oli 12 Kaleng 37 500 3 600 000

4. Konsumsi ABK 96 Kai 112 500 10 800 000

5. Upah ABK 96 Kali 525000 50 400 000

6. Rokok 96 Kali 360 000 34 560 000

Total Biaya Tetap 160 560 000

Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya TidakTetap) 171 278 000

(36)

1. Keuntungan usaha (π)

π = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC)

= Rp193 291 600 – Rp171 278 000 = Rp22 013 600

Imbangan penerimaan dan biaya (Revenue cost ratio)

R/C =

=

= Rp1.13

III.Penerimaan

1. Hasil Penangkapan Musim Panen 106 747 900

Hasil Tangkapan Musim Paceklik 86 543 700

Total Penerimaan 193 291 600

Keuntungan 22 013 600

R/C 1.13

NPV 2 057 607.21

(37)

3

Lampiran 7 Contoh Perhitungan analisis usaha alat tangkap trawl mini di PPP Kuala Tungkal Analisis usaha nelayan trawl mini responden 1

No. Keterangan Unit Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp)

Investasi

1. Kapal (umur teknis 8 tahun) 1 Unit 15 000 000 15 000 000

Mesin (umur teknis 4 tahun) 1 Unit 1 000 000 1 000 000

Alat Tangkap (umur teknis 3 tahun) 1 Unit 1 000 000 1 000 000

Total Investasi 17 000 000

Biaya Tetap Biaya Penyusutan

Kapal 1 Unit 1 875 000 1 875 000

Mesin 1 Unit 250 000 250 000

2. Alat Tangkap 1 Unit 266 667 266 667

Biaya Perawatan

3. Kapal (1 kali x Rp 500.000,00) 1 Unit 500 000 500 000

4. Mesin (0) 1 Unit 0 0

5. Alat Tangkap (1 kali x Rp. 200.000,00) 1 Unit 200 000 200 000

Total Biaya Tetap 3 091 667

Biaya Tidak Tetap

1. Solar 88 Trip 130 909 11 520 000

2. Es 2880 Balok 11 000 31 680 000

3. Oli 12 Kaleng 150 000 1 800 000

Konsumsi ABK 88 Kali 409 090 36 000 000

4. Upah ABK 88 Kali 954 545 88 000 000

5. Rokok 88 Kali 122 727 10 800 000

Total Biaya Tetap 175 800 000

Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap) 1 781 661

(38)

Keuntungan usaha (π)

π = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC)

= Rp224 113 000– Rp178 891 667 = Rp45 221 333

Imbangan penerimaan dan biaya (Revenue cost ratio)

R/C =

=

= Rp1.25

Penerimaan

Hasil Penangkapan Musim Panen 125 356 700

Hasil Tangkapan Musim Paceklik 98 756 300

Total Penerimaan 224 113 000

Keuntungan 45 221 333

R/C 1.25

(39)

5

Lampiran 8 Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap togok di PPP Kuala Tungkal Analisis usaha nelayan togok responden 1

No. Keterangan Unit Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp)

Investasi

1. Kapal (umur teknis 5 tahun) 1 Unit 10 000 000 10 000 000

Mesin (umur teknis 2 tahun) 1 Unit 150 000 150 000

Alat Tangkap (umur teknis 3 tahun) 1 Unit 800 000 800 000

Total Investasi 10950 000

Biaya Tetap Biaya Penyusutan

Kapal 1 Unit 1 875 000 2 000 000

Mesin 1 Unit 2 000 000 75 000

Alat Tangkap 1 Unit 75 000 266 666

Biaya Perawatan

Kapal (1 kali x Rp 300.000,00) 1 Unit 300 000 300 000

Mesin (1 kali x Rp 150.000,00) 1 Unit 150 000 150 000

Alat Tangkap (0) 1 Unit 0 0

Total Biaya Tetap 2 791 666

. Biaya Tidak Tetap

6. Solar 125 Trip 51 200 11 520 000

7. Es 0 Balok 0 0

8. Oli 5 Kaleng 25 000 100 000

Konsumsi ABK 125 Kali 32 000 4 000 000

9. Upah ABK 125 Kai 160 000 20 000 000

10. Rokok 125 Kali 48 000 6 000 000

Total Biaya Tetap 36 500 000

Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap) 39 291 666

I. Penerimaan

(40)

Keuntungan usaha (π)

π = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC)

= Rp224 113 000 – Rp39 291 666 = Rp43 707 000

Imbangan penerimaan dan biaya (Revenue cost ratio)

R/C =

=

= Rp1.11

Hasil Penangkapan Musim Panen 38 670 000

Hasil Tangkapan Musim Paceklik 5 037 000

Total Penerimaan 224 113 000

Keuntungan 43 707 000

R/C 1.11

(41)

7

(42)
(43)

9

Lampiran 9 Contoh perhitungan cash flow unit penangkapan trawl mini di PPP Kuala Tungkal Responden 1 Trawl mini

Outflow

I. Investasi

No. Keterangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kapal trawl mini 15 000 000 - - - -

2 Mesin 1 000 000 - - - 1 000 000 - - - -

3 Alat tangkap 1 000 000 - - 1 000 000 - - - - -

Total Investasi 17 000 000 - - 1 000 000 - 1 000 000 - - -

II. Biaya Tetap

1 Penyusutan Perahu 1 875 000 1 875 000 1 875 000 1 875 000 1 875 000 1 875 000 1 875 000 1 875 000 2 Penyusutan Mesin 250 000 250 000 250 000 250 000 250 000 250 000 250 000 250 000

3 Penyusutan Alat

Tangkap

266 667 266 667 266 667 266 667 266 667 266 667 266 667 266 667

4 Perawatan Perahu 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000 500 000

5 Perawatan Mesin - - - -

6 Perawatan Alat

Tangkap

200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000

Total Biaya Tetap - 3 091 667 3 091 667 3 091 667 3 091 667 3 091 667 3 091 667 3 091 667 3 091 667 III. Biaya Tidak

Tetap

1 Solar 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 11 520 000 2 Es 31 680 000 31 680 000 31 680 000 31 680 000 31 680 000 31 680 000 31 680 000 31 680 000 3 Oli 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000

4 Konsumsi ABK

36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 5 Upah ABK 84 000 000 84 000 000 84 000 000 84 000 000 84 000 000 84 000 000 84 000 000 84 000 000 6 Rokok 10 800 000 10 800 000 10 800 000 10 800 000 10 800 000 10 800 000 10 800 000 10 800 000 Total Biaya Tidak

Tetap 175 800 000 175 800 000 175 800 000 175 800 000 175 800 000 175 800 000 175 800 000 175 800 000 Total Outflow 17 000 000 178 891 667 178 891 667 178 891 667 178 891 667 178 891 667 178 891 667 178 891 667 178 891 667 Inflow

(44)
(45)

11

Lampiran 9 Contoh perhitungan cash flow unit penangkapan togok di PPP Kuala Tungkal Responden 1 Togok

Outflow Inflow

No. Keterangan 0 1 2 3 4 5

1 Kapal trawl mini 10 000 000 - - - - -

2 Mesin 150 000 - 150 000 - - -

3 Alat tangkap 800 000 - - 800 000 - -

Total Investasi 10 950 000 - 150 000 800 000 - -

II. Biaya Tetap

1 Penyusutan Perahu 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 Penyusutan Mesin 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000

3 Penyusutan Alat

Tangkap

266 666 266 666 266 666 266 666 266 666

4 Perawatan Perahu 300 000 300 000 300 000 300 000 300 000 5 Perawatan Mesin 150 000 150 000 150 000 150 000 150 000

6 Perawatan Alat

Tangkap

- - - - -

Total Biaya Tetap - 2 791 666 2 791 666 2 791 666 2 791 666 2 791 666 III. Biaya Tidak

Tetap

1 Solar 6 400 000 6 400 000 6 400 000 6 400 000 6 400 000

2 Es - - - - - 3 Oli 100 000 100 000 100 000 100 000 100 000

4 Konsumsi ABK

4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000

5 Upah ABK 20 000 000 20 000 000 20 000 000 20 000 000 20 000 000

6 Rokok 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000

Total Biaya Tidak

Tetap 36 500 000 36 500 000 36 500 000 36 500 000 36 500 000

Total Outflow 10 950 000 39 291 666 39 291 666 39 291 666 39 291 666 39 291 666

Inflow

(46)
(47)

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 13 Juni 1993 dari Bapak Drs. Nukman Sagala dan Ibu Epfirhita Agnes Br. Nadeak. Penulis merupakan putri kedua dari lima bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 8 Jambi pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur Undangan di IPB pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap sebagai angkatan 48.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah Avertebrata Air tahun ajaran 2013/2014, asisten mata kuliah Eksploratori Penangkapan Ikan tahun ajaran 2013/2014, asisten mata kuliah Oseanografi Umum tahun ajaran 2014/2015, dan asisten mata kuliah Manajemen Operasi Penangkapan Ikan tahun ajaran 2014/2015, penulis juga aktif dalam anggota kepengurusan HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) Divisi Badan Internal Kesekertariatan periode 2013-2014 dan periode 2014-2015. Pada tahun 2013, penulis memenangkan juara ke 2 dari Lomba Musikalisasi Puisi PORIKAN dan pada tahun 2014 penulis ikut serta menjadi anggota Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Karya Cipta (KC) bersama timnya.

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian

dan menyusun skripsi dengan judul “Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kuala Tungkal Jambi”

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian PPP Kuala Tungkal
Tabel 2 Jumlah dan ukuran kapal di PPP Kuala Tungkal tahun 2012
Gambar 2 Diagram sistem bagi hasil nelayan gillnet dan trawl mini di PPP
Tabel 7 Kriteria ekonomi usaha penangkapan gillnet tahun 2014
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penyelesaian persamaan Schrödinger untuk potensial tertentu dapat ditemukan dengan cara mengubahnya menjadi persamaan diferensial tipe hipergeometri dengan melalui

Pada hari ini rabu tanggal 25 bulan Agustus tahun dua ribu lima belas, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ngawi telah menerima Laporan Awal Dana Kampanye Pasangan Calon Bupati dan

Puji syukur alhamdulilah atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Pelabuhan perikanan pantai Carocok Tarusan sangat penting untuk menunjang keberhasilan pengembangan ekonomi wilayah yang berbasis Sumberdaya Kelautan dan

Menurut Nugroho (2008), ditinjau dari aspek sosial ekonomi nelayan, keberadaan pelabuhan perikanan dan pemanfaatannya mendorong tumbuhnya industri pengolahan

d. Kementerian BUMN melalui HIMBARA memberikan kredit pada masyarakat maupun dunia usaha. • Estimasi pendapatan: Rp 750 Miliar. • Jika bisa panen 2 kali dalam setahun dengan adanya

Judul yang penulis ajukan adalah EVALUASI TERHADAP PENERAPAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT IZIN USAHA MIKRO KECIL (IUMK) PADA KECAMATAN GONDANG KABUPATEN SRAGEN..

Untuk mengatasi ketergantungan penggunaan terigu sebagai bahan pokok pada berbagai produk pangan, maka dapat dilakukan dengan upaya subtitusi sebagian peranan