MANAJEMEN PANEN JAMUR TIRAM PUTIH (
Pleurotus ostreatus)
DI CV RIMBA JAYA MUSHROOM, GADOG, CIAWI,
JAWA BARAT
ADELINA RATNASARI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
*Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kegiatan Panen Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Gadog, Ciawi, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
ABSTRAK
ADELINA RATNASARI. Manajemen Panen Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Gadog, Ciawi, Jawa Barat. Dibimbing oleh DINY DINARTI.
Kegiatan magang di Rimba Jaya Mushroom Gadog bertujuan untuk mempelajari, menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman untuk mengelola usaha budidaya jamur tiram putih dan secara khusus bertujuan untuk mempelajari proses pemanenan jamur tiram putih. Perusahaan Rimba Jaya Mushroom membagi pekerjaan pada empat divisi utama yaitu pembibitan, pembuatan media baglog, inokulasi, dan pemanenan. Aspek khusus pada kegiatan magang ini adalah proses pemanenan jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom. Pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan panen yaitu jumlah tudung jamur tiram, panjang jamur tiram, diameter tudung jamur tiram. Pengamatan dilakukan pada 3 kumbung jamur sebagai ulangan. Setiap ulangan terdapat 30 baglog jamur tiram putih. Berdasarkan hasil yang didapat, nilai rata-rata jumlah tudung jamur tiram, panjang jamur tiram, rata-rata-rata-rata diameter jamur tiram dan bobot jamur tiram putih yang diamati sampai bulan ke 2 sudah sesuai dengan standar. Pada bulan ke 3 pertumbuhan jamur tiram yang diamati mulai menurun. Media baglog pada bulan ke 4 sudah tidak mampu mendukung pertumbuhan jamur tiram. Seluruh kegiatan produksi sangat menentukan jamur tiram putih yang dihasilkan, oleh karena itu dibutuhkan kegiatan produksi yang tepat untuk memenuhi target yang telah ditentukan. Faktor lingkungan seperti curah hujan dan kelembaban udara juga mempengaruhi produksi, karena jamur tiram putih akan tumbuh pada curah hujan dan kelembaban optimum. Rimba Jaya Mushroom ini dapat menghasilkan 2 ton jamur tiram setiap hari dan seluruh hasil panennya dipasarkan ke seluruh wilayah Bogor dan Jakarta.
Kata kunci : jamur tiram putih, pemanenan, rata-rata, tudung, produksi
ABSTRACT
ADELINA RATNASARI. The harvesting management of White Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) at Rimba Jaya Mushroom, Gadog, Ciawi, West Java. Supervised by DINY DINARTI.
quality and quantity. Thus, appreciate control on production is important. Environmental factors especially rainfall and moisture affected mushroom production; higher rainfall and moisture increase production white oyster mushroom. Rimba Jaya Mushroom produced 2 tons oyster mushroom everyday and distributed the production to Bogor and Jakarta.
MANAJEMEN PANEN JAMUR TIRAM PUTIH (
Pleurotus ostreatus
)
DI RIMBA JAYA MUSHROOM, GADOG, CIAWI,
JAWA BARAT
ADELINA RATNASARI A24110047
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Alhamdulillahi puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini berjudul
“Manajemen Panen Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Rimba Jaya Mushroom, Gadog, Ciawi, Jawa Barat”. Karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Karya ilmiah ini memberikan deskripsi mengenai topik magang yang telah dilakukan penulis sejak bulan Februari-Juni 2015 di Rimba Jaya Mushroom, Gadog, Ciawi, Jawa Barat. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr Ir Diny Dinarti MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr Ir Eko Sulistyono MS selaku dosen pembimbing akademik atas seluruh arahan masukan dan motivasi selama penulis melaksanakan studi. 3. Ibu Juang Gema Kartika SP MSi dan Bapak Dr. Edi Santosa SP MSi selaku
dosen penguji atas masukan dan saran yang telah diberikan.
4. Bapak Sumedi dan Ibu Rafika Juniarti selaku orang tua, Adik Ferdy Hermawan yang telah mendukung dan memberikan dukungan moriil dan materil selama kegiatan magang dan pembuatan skripsi.
5. Bapak Guntur Irawan Putera Salim selaku Direktur Utama Rimba Jaya Mushroom yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan magang pada perusahaan Rimba Jaya Mushroom dan memberikan fasilitas dalam pelaksanaan magang.
6. Seluruh karyawan Rimba Jaya Mushroom yang telah membimbing dan memberikan fasilitas dalam melaksanakan magang.
7. Teman-teman Agronomi Hortikultura 48 khususnya Lubering Artha, Renaya Azima S, Ahmad Arif, Ainun Jariyah, Fadhila Rifka Widhati, Nuri Kiptantiyawati, Etik Sulistyowati, Tabitha Trianda E, Flora Katarina P, Maria Yuliana Grace, Badia Lumbangaol, Robinhood S, dan teman-teman lain khususnya Zhafira Rizky Amelia, Aliftya Ramadhani, Mentari Puspa Wardani yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama pelaksanaan magang dan pembuatan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Taksonomi dan Morfologi Jamur Tiram 2
Syarat Tumbuh Jamur Tiram 4
Budidaya Jamur 4
METODE MAGANG 5
Tempat dan Waktu 5
Metode Pelaksanaan 5
Pengamatan dan Pengumpulan Data 5
Analisis Data dan Informasi 6
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 6
Sejarah 6
Kondisi Umum 7
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 7
Aspek Teknis 7
Pembibitan 8
Pembuatan Baglog 8
Inokulasi 8
Inkubasi 8
Pemanenan 8
Aspek Manajerial 10
PEMBAHASAN 11
Pembibitan 11
Pembuatan media baglog 14
Inokulasi 16
Inkubasi 17
Pemanenan 17
Analisis Usaha Tani 21
KESIMPULAN DAN SARAN 22
Kesimpulan 22
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 25
DAFTAR TABEL
1 Persentase bibit terkontaminasi 13
2 Prestasi kerja di divisi pembibitan 14
3 Prestasi kerja dan upah rata-rata yang didapat pekerja divisi packing 16
4 Penggunaan alat perlindungan diri 16
5 Hasil rata-rata dan standar deviasi jumlah tudung jamur, diameter tudung jamur, tinggi jamur, dan bobot jamur tiram putih di Rimba
Jaya Mushroom 17
6 Nilai p-value uji T jumlah tudung jamur tiram, diameter tudung jamur
tiram, tinggi jamur tiram, dan bobot jamur tiram 18
7 Nilai p-value korelasi antara Jumlah tudung jamur dan diameter tudung
jamur 19
8 Produksi jamur tiram putih, curah hujan, kelembaban di Rimba Jaya
Mushroom 19
9 Nilai p-value korelasi pada produksi jamur tiram putih, curah hujan, dan
kelembaban di Rimba Jaya Mushroom 20
10 Rata-rata jumlah jamur, diameter tudung, panjang jamur, bobot jamur
tiram pada bulan ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4 20
11 Rata-rata produksi per kumbung per hari jamur tiram putih pada bulan
ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4 di Rimba Jaya Mushroom 21
12 Analisis Usaha Tani 21
DAFTAR GAMBAR
1.
Morfologi tubuh buah jamur tiram putih 32.
Mengukur diameter tudung jamur tiram putih 93.
Mengukur tinggi jamur tiram putih 104.
Menimbang bobot jamur tiram putih 105.
Kegiatan pembibitan : (a) Pengisian bahan media bibit kedalam botol berukuran 300 ml, (b) Botol bibit yang siap dimasak12
6.
Bibit terkontaminasi : (a) Bibit terkontaminasi dimasukkan dalam keranjang untuk dibersihkan, (b) Penampilan kapas pada botol bibit yang terkontaminasi Neurospora spp 147. Media baglog : (a) Pembuatan media baglog, (b) Media baglog yang telah dibuat akan ditimbang terlebih dahulu, (c) Media baglog yang lolos seleksi akan diststerilisasi dalam mesin steam 15
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur organisasi ketenagakerjaan di Rimba Jaya Mushroom 241
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas hortikultura yang saat ini sangat diminati dan digemari yaitu jamur. Jenis-jenis jamur yang umumnya dibudidayakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur payung (Lentinus edodes).Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur konsumsi yang digemari oleh masyarakat. Secara alami jamur tiram putih banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk, sengon yang terletak di lokasi lembab dan terlindung dari cahaya matahari (Gusnimar 2011). Jamur tiram putih umumnya bisa hidup pada daerah dataran sedang dengan ketinggian 300-800 meter diatas permukaan laut (m dpl). Pada saat ini, budidaya jamur tiram putih dapat dikembangkan di dataran rendah dengan pemeliharaan yang lebih intensif. Budidaya janur dilakukan dalam rumah jamur (kumbung) dengan suhu 20˚C-28˚C (Hermayanti 2013).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram putih yaitu suhu dan kelembaban. Jamur tiram putih memiliki syarat tumbuh yaitu suhu 16˚C
-22˚C dan kelembaban yang cukup tinggi yaitu 60%-80%. Jamur tiram putih yang dipanen pada suhu yang semakin tinggi, dapat mengurangi bobot hasil panen.
Suhu optimal untuk pemanenan jamur tiram putih adalah 17˚C. Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil panen jamur tiram putih adalah formulasi media tanam (Putranto 2012). Penambahan molase pada setiap baglog media jamur tiram putih dapat meningkatkan produksi jamur tiram putih (Steviani 2011).
Jamur tiram putih merupakan jamur pangan dari kelas Basidiomycota dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram juga sangat baik bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan karena memiliki kandungan serat pangan yang tinggi sehingga baik untuk kesehatan pencernaan. Selain serat, setiap 100 gram jamur tiram kering juga mengandung protein 10.5% - 30.4%, lemak 1.7% - 2.2%, karbohidrat 56.6%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006). Jamur tiram putih dengan bobot 100 g memiliki kandungan gizi protein 13.8 g, serat 3.5 g, lemak 1.41 g, karbohidrat 61.7 g, kalsium 32.9 g (Soenanto 2000). Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan manusia dan tidak mengandung kolestrol (Djaridjahdan Siregar 2011).
Jamur tiram merupakan jamur konsumsi yang memiliki rasa lezat serta jamur ini dapat dijadikan berbagai macam olahan. Jamur tiram ini banyak dijual sebagai produk segar yang siap diolah, selain itu, jamur tiram ini dapat dijual dengan cara dikeringkan. Pengeringan merupakan cara agar dapat menambah masa simpan jamur tiram putih itu sendiri. Namun, tidak semua jenis jamur dapat dikeringkan, karena jamur memiliki tekstur yang berbeda-beda. Jenis jamur yang dapat dikeringkan yaitu jamur tiram dan jamur kuping.
2
Jawa Barat mencapai 13 500 ton per tahun, sedangkan produksi jamur tiram putih baru mencapai 10 000 ton per tahun dengan luas panen 194.91 Ha (Dirjen Bina Produksi Hortikultura 2006). Daerah sentra produksi jamur tiram putih tersebar di seluruh Indonesia. Pulau jawa merupakan penghasil jamur tiram putih paling banyak terutama Jawa Barat (Sari 2008).
Terbatasnya produksi jamur tiram di Indonesia dikarenakan oleh beberapa faktor penghambat, diantaranya adalah penyediaan bibit jamur yang berkualitas atau bibit yang bermutu dan kegiatan panen. Bibit merupakan faktor penentu dalam proses budidaya jamur tiram putih. Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian tinggi terutama pada saat inokulasi karena harus dilakukan dengan keadaan steril dengan bahan dan peralatan khusus. Kegiatan panen juga sangat menentukan kualitas jamur tiram putih yang akan dihasilkan. Pemanenan sangat berpengaruh terhadap daya tahan jamur yang akan dipanen. Teknik panen yang kurang baik dapat mengakibatkan kerusakan media tumbuh jamur yang pada akhirnya akan mengurangi produktivitas jamur tersebut.
Kegiatan panen perlu memperhatikan beberapa hal antara lain penentuan waktu panen. Pemanenan dilakukan pada saat jamur mencapai pertumbuhan yang optimal, yakni tudungnya belum mekar penuh (ditandai pada bagian pinggir tudung jamur masih terlihat utuh dan belum pecah). Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari agar kesegaran jamur dapat dipertahankan, dan mempermudah pemasaran (Hermayanti 2013).
Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan mempelajari, menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman untuk mengelola usaha budidaya jamur tiram putih dan secara khusus bertujuan untuk mempelajari proses pemanenan jamur tiram putih.
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Morfologi Jamur Tiram
3
Secara umum jamur dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu jamur pangan (edible mushroom) merupakan jamur berdaging yang dapat dikonsumsi, jamur obat yang memiliki khasiat sebagai obat, jamur beracun, dan jamur yang tidak tergolong kategori sebelumnya dan umumnya jenisnya beragam (Danusaputra 2011). Jamur tiram tergolong dalam edible mushroom atau jamur yang dapat dikonsumsi dan juga ada yang tergolong sebagai obat karena khasiatnya untuk kesehatan.
Jamur Tiram mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain yang telah mati (saprofit), karena tidak memiliki klorofil. Jamur tiram memiliki daging tebal, berwarna putih, kokoh tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai. Tangkai jamur tiram ini biasanya berukuran pendek, kokoh, gemuk, padat, kuat kekeringan, umumnya berbulu kapas di bagian dasar. Tubuh buah membentuk corong dangkal seperti kulit kerang. Tubuh buah jamur tiram memiliki tudung dan tangkai (Gunawan 2004).
Jamur tiram memiliki inti plasma dan spora yang berbentuk sel-sel lepas atau bersambungan membentuk hifa dan miselium. Pada titik-titik pertemuan percabangan miselium akan terbentuk bintik kecil yang disebut pin head atau calon tubuh jamur yang akan berkembang menjadi tubuh buah jamur (Parjimo dan Handoko 2007).
Gambar 1 Morfologi tubuh jamur tiram (www.infovisual.info)
4
Syarat Tumbuh Jamur Tiram
Jamur tiram dapat tumbuh di sembarang tempat, tetapi jamur tiram dapat tumbuh optimal di kawasan yang memiliki ketinggian tempat 600 m-800 m diatas permukaan laut. Kondisi lingkungan optimum untuk pertumbuhan jamur tiram adalah tempat-tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran sinar matahari secara langsung dengan sirkulasi udara lancer (Djaridjah dan Siregar 2011). Pada fase
pembentukan miselium, jamur tiram membutuhkan suhu 22˚C-28˚C dan kelembaban 60%-80%. Pada fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu
16˚C-22˚C dan kelembaban 80%-90% dengan kadar oksigen 10%. Pengaturan suhu dan RH dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan (Cahyana et al. 1999).
Jamur tiram dapat tumbuh di lingkungan yang memiliki derajat keasaman atau pH 6-7. Jika tempat tumbuhnya terlalu kering, miselium jamur ini tidak bisa menyerap sari makanan dengan baik sehingga tumbuh kurus. Sebaliknya jika kadar air terlalu tinggi, jamur akan terserang penyakit busuk akar (Parjimo dan Handoko 2007). Jamur tiram sangat peka terhadap cahaya matahari. Intensitas cahaya yang diperlukan saat pertumbuhan sekitar 10 %. Oksigen dan karbon dioksida juga mempengaruhi pertumbuhan miselium dan perkembangan tubuh buah jamur. Miselium dari beberapa jenis Pleurotus tumbuh lebih cepat dengan peningkatan konsentrasi karbon dioksida hingga 22% (Danusaputra 2011). Jika kekurangan oksigen atau terlalu banyak karbon dioksida dapat menyebabkan tangkai tubuh buah jamur akan tumbuh memanjang dan tudungnya menjadi kurang berkembang.
Budidaya Jamur
Budidaya jamur tiram putih memerlukan beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu persiapan rumah jamur (kumbung), penyediaan bibit jamur tiram putih, pembuatan media tanam jamur (baglog), inokulasi bibit, inkubasi, pemeliharaan, pemanenan. Persiapan rumah jamur merupakan langkah awal dalam budidaya jamur. Pemilihan lokasi rumah jamur diupayakan yang dekat dengan sumber air atau dekat dengan sarana produksi lain. Faktor lingkungan seperti pencahayaan, oksigen untuk tubuh buah jamur karena jamur bersifat aerob (butuh oksigen), kelembaban, suhu, dan derajat keasaman (pH) merupakan faktor penting untuk keberhasilan budidaya jamur tiram. Rumah jamur (kumbung) dilengkapi dengan pintu dan jendela untuk mengatur sirkulasi udara, dan juga dilengkapi dengan rek-rak untuk menempatkan media jamur tiram (baglog).
Budidaya jamur tiram juga memerlukan bahan dan sarana seperti bibit jamur tiram putih. Bibit jamur disiapkan mulai dari bibit F1, F2, F3 (Filial) yang artinya turunan ke 1, 2, dan ke 3. F1 adalah turunan pertama yang sangat mempengaruhi kualitas bibit pada turunan berikutnya. Media yang telah dibuat disterilisasi untuk menghindari kontaminasi organisme lain yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur.
5
terjadinya kontaminasi oleh jamur lain yaitu Trichoderma sp, hadirnya hama seperti tungau yang dapat merusak miselium dan menghambat pertumbuhan jamur. Media jamur yang telah dipenuhi oleh miselium dibuka tutup kapas nya, dan jamur dapat dipanen. Jamur tiram siap dipanen ketika telah berusia 2 hari sejak dibuka kapas penutupnya. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur, kemudian dibersihkan.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Rimba Jaya Mushroom, Desa Pandansari, Kp. Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan magang dilakukan selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari hingga Juni 2015.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang yaitu melakukan pekerjaan secara langsung dengan mengikuti kegiatan yang ada di kebun, pengumpulan data primer dan sekunder. Selama magang penulis bekerja secara langsung di kebun sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama 8 minggu, sebagai pendamping mandor (kepala divisi) selama 5 minggu, dan sebagai pendamping asisten (kepala produksi) selama 3 minggu.
Kegiatan penulis di lapangan sebagai KHL meliputi: pembibitan (pengadaan bahan bibit, membuat media bibit, menginokulasi bibit, mensorting bibit kontaminasi), pembuatan media baglog, inokulasi baglog, pemanenan (pemanenan jamur tiram putih, sorting jamur berdasarkan kualitas, pengemasan jamur tiram putih). Selama kegiatan magang berlangsung dilakukan penulisan jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan, mencatat prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan.
Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah membantu kepala divisi dalam pengadaan bahan yang dibutuhkan, membuat perencanaan untuk setiap kegiatan, pengawasan karyawan harian di lapangan, dan mencatat prestasi kerja karyawan (divisi pembuatan baglog dan inokulasi baglog). Kegiatan yang dilakukan sebagai kepala produksi adalah mempelajari cara mengelola budidaya jamur tiram mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan serta evaluasi pengelolaan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
6
1. Pengamatan presentase bibit yang terkontaminasi. Pengamatan ini dilakukan pada saat bulan pertama kegiatan magang berlangsung yaitu pada saat bulan Februari.
2. Pengamatan prestasi kerja pekerja pada divisi pembibitan saat pembuatan media.
3. Pengamatan prestasi kerja pekerja pada divisi pembibitan saat inokulasi bibit.
4. Pengamatan prestasi kerja pekerja pada divisi pembuatan baglog. 5. Pengamatan prestasi kerja pekerja pada divisi inokulasi.
6. Pengamatan penggunaan alat pelindung diri pada saat inokulasi baglog. 7. Pengamatan hasil pemanenan jamur tiram putih. Parameter yang diamati
adalah jumlah tudung jamur pada setiap baglog, diameter tudung jamur tiram, tinggi jamur tiram, bobot jamur tiram. Pengamatan ini dilakukan 7 kali pada masa pemanenan hari pertama hingga hari ketujuh, serta pada saat bulan kedua, ketiga, dan keempat masa panen jamur tiram.
8. Pengamatan sorting jamur tiram putih untuk memisahkan jamur tiram yang dipanen berdasarkan kualitas. Pengamatan ini dilakukan pada saat bulan kedua masa pemanenan jamur tiram.
Analisis Data dan Informasi
Hasil pengamatan berupa data primer maupun data sekunder dengan berbagai faktor peubah, dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, persentase (%) dan nilai rata-rata, uji T, uji korelasi. Uji T digunakan dalam menganalisis hasil produksi jamur tiram putih seperti jumlah tudung jamur, diameter tudung jamur, tinggi jamur, bobot jamur. Uji korelasi digunakan untuk menganalisis korelasi antara presentase bibit terkontaminasi dan curah hujan lingkungan perusahaan, korelasi antara presentase bibit terkontaminasi dengan penggunaan alat pelindung diri pada saat inokulasi bibit.
Data dianalisis menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan Minitab 16. Hasil olahan data tersebut disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dibahas secara deskriptif dengan membandingkan data terhadap standar yang ditetapkan oleh kebun dan pustaka (literatur).
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Sejarah
7
tahun 2014 bertepatan pada Bulan Oktober Tahun 2014, Bapak Haji Ahmad dipanggil oleh Yang Maha Kuasa dan akhirnya perusahaan cabang Gadog dipegang oleh anak pertama dari Bapak Haji Ahmad yaitu Bapak Guntur Irawan Putera Salim hingga sekarang.
Kondisi Umum
Perusahaan Rimba Jaya Mushroom (RJM) secara administratif pemerintahan berlokasi di Desa Pandansari, Kp. Gadog, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Perusahaan RJM ini berjarak 3 km dari pintu keluar tol Jagorawi di Gadog (Simpang Gadog). RJM memiliki lahan seluas 5 ha. Luas areal tersebut meliputi 4 ha areal bisa ditanam dan 1 ha areal tidak bisa ditanam. Areal bisa ditanam terdiri dari 34 kumbung dengan berbagai macam ukuran mulai dari 24 m2, 36 m2, , 48 m2, hingga 80 m2. Areal tidak bisa ditanam meliputi kantor, gudang, mess, jalan.
Data curah hujan 6 bulan terakhir (Januari-Juni 2015) menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata di daerah Gadog, Ciawi sebesar 276 mm tiap bulan. Melalui data curah hujan tersebut diketahui tipe iklim di daerah Gadog, Ciawi menurut Schmidth Ferguson yaitu tipe iklim A dengan daerah beriklim basah. Kegiatan produksi di RJM terbagi atas 4 divisi produksi yaitu pembibitan, pembuatan media baglog atau biasa disebut packing, inokulasi, dan panen. Hasil panen jamur tiram putih rata-rata setiap harinya sebanyak 3-4 ton setiap hari.
Rimba Jaya Mushroom (RJM) dipimpin oleh seorang direktur utama yang juga merupakan pemilik perusahaan dan membawahi seorang wakil, bendahara, kepala pabrik, insinyur. Seorang bendahara membawahi seorang staff. Seorang kepala pabrik membawahi 4 orang kepala divisi utama (divisi produksi) yaitu divisi pembibitan, kepala divisi packing baglog, kepala divisi inokulasi, kepala divisi panen. Seorang mandor pembibitan membawahi 12 pekerja tetap bulanan (PTB), sedangkan mandor panen membawahi 10 pekerja tetap bulanan (PTB). Seorang mandor packing baglog membawahi 14 pekerja tetap harian (PTH), sedangkan seorang mandor inokulasi membawahi 20 pekerja tetap harian (PTH). Selain divisi produksi, terdapat staff administrasi kantor, divisi transportasi, dan divisi pemeliharaan. Jumlah pekerja staff adalah 60 orang dan jumlah pekerja rnon staff adalah 90, jadi total keseluruhan pekerja di RJM ini sebanyak 150 orang.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
8
Pembibitan
Jenis bibit terdiri dari bibit F0, F1, F2. Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, bubuk gandum, kapas, dan gas elpiji. Alat yang diperlukan adalah botol berukuran 300 ml, keranjang, alat pemasak bibit, api bunsen, spatula. Bahan-bahan dicampur sesuai dengan takaran yang sudah ditentukan. Botol bibit yang sudah ditutup kapas siap dimasukkan ke dalam alat sterilisasi selama 8 jam yang bertujuan untuk membunuh patogen yang menjadi kontaminan. Dalam jangka waktu satu minggu, botol yang berisi media jamur tersebut sudah dipenuhi miselium. Bibit itulah yang kemudian dijual atau digunakan untuk mengisi baglog.
Pembuatan Baglog
Baglog merupakan media utama tumbuhnya jamur tiram putih. Bahan untuk membuat baglog ini sama dengan bahan membuat bibit jamur tiram putih yaitu serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, bubuk gandum. Pekerja yang mengerjakan baglog ini wajib memenuhi standar perusahaan yaitu berat baglog yang dibuat tidak kurang dari 2.6 kg. Baglog merupakan sumber nutrisi untuk jamur tiram putih yang tumbuh, jika kekurangan nutrisi maka produksi jamur tiram putih tidak optimum.
Inokulasi
Tahap inokulasi merupakan tahapan dimana bibit dimasukkan ke dalam baglog supaya bibit jamur tiram putih dapat berkembang menjadi jamur tiram putih di dalam media baglog. Tahapan ini harus dilakukan dengan teliti dan sretrilitas yang tinggi oleh karena itu pekerja nya diharuskan memakai alat perlindungan diri (APD). Meskipun perusahaan telah mewajibkan dan memfasilitasi alat pelindung diri, kesadaran pekerja masih rendah karena masih terdapat beberapa pekerja tidak menggunakan APD.
Inkubasi
Baglog yang telah diinokulasi, akan diinkubasi selama 2 bulan. Masa inkubasi juga menentukan jamur tiram akan tumbuh optimal atau tidak. Pada saat masa inkubasi, suhu pada kumbung inkubasi tidak boleh terlalu tinggi, karena suhu yang tinggi menyebabkan panas dan pengap pada kumbung sehingga memicu munculnya bakteri termofilik dan jamur lain aktif bekerja (Riyanto, 2010).
Pemanenan
9
tudungnya belum mekar penuh merupakan jamur yang baik untuk dipanen, sedangkan jamur yang sudah mekar penuh menandakan jamur tersebut sudah tua.
Kepala divisi panen bertugas mengangkut jamur tiram yang telah dipanen ke empat grading. Jamur tiram tersebut akan dipisahkan sesuai kualitas masing-masing. Jamur tiram yang mempunyai ukuran diameter tudung tidak kurang dari 5 cm, dan bobot jamur tiram dalam satu baglog tidak kurang dari 250 gram. Jamur dengan kualitas super dijual dengan harga 12.000 rupiah, sedangkan jamur tiram putih dengan kualitas biasa dijual dengan harga 9.000-10.000 rupiah. Jamur yang telah dipisahkan berdasarkan kualitasnya tersebut kemudian dibersihkan dan dikemas kedalam plastik yang telah disediakan.
Pengamatan pada aspek khusus ini dilakukan menggunakan 3 ulangan. Ulangan yang dimaksud adalah nomor kumbung, kemudian dipilih 30 baglog jamur tiram sebagai satuan amatan. Pengamatan yang diamati pada saat kegiatan panen meliputi jumlah tudung jamur tiram, diameter tudung, panjang jamur, dan bobot jamur.
a. Jumlah tudung jamur tiram
Jumlah tudung jamur dihitung dari jumlah tudung jamur dalam setiap baglog yang dipanen. Jamur yang dipanen adalah jamur yang sudah tumbuh seragam, sedangkan jamur yang baru saja muncul tidak ikut dipanen. Pengukuran ini dilakukan secara terus-menerus selama 7 hari pertama pemanenan dan setiap bulan pada masa panen. Sebuah baglog dapat menghasilkan jumlah tudung hingga 20 atau lebih tudung jamur.
b. Diameter tudung jamur tiram
Diameter tudung diukur menggunakan mistar dalam satuan sentimeter (cm). Pengukuran diameter jamur dilakukan secara horizontal dari sisi kanan hingga kiri pada bagian tengah tudung. Pengukuran ini dilakukan terus-menerus selama7 hari pertama pemanenan dan setiap bulan pada masa panen.
Gambar 2 Mengukur diameter tudung jamur titam putih
c. Tinggi jamur tiram
10
Gambar 3 Mengukur tinggi jamur tiram putih
d. Bobot jamur tiram
Bobot jamur dihitung dengan menimbang satu per satu tudung jamur yang baru saja dipanen pada setiap baglog dengan menggunakan neraca. Pengukuran ini dilakukan secara terus-menerus selama hari 7 hari pertama pemanenan dan setiap bulan pada masa panen.
Gambar 4 Menimbang bobot jamur tiram putih
Aspek Manajerial
Tenaga kerja di Rimba Jaya Mushroom dibedakan menjadi tenaga staf dan non staf Tenaga staf meliputi owner, wakil owner, bendahara, asisten bendahara, manajer pabrik, kepala divisi, pekerja pembibitan, pekerja panen, dan sopir yang sudah memiliki golongan serta karyawan bulanan tetap (KBT).Tenaga non staf di Rimba Jaya Mushroom meliputi pekerja inokulasi, pekerja packing, dan pekerja pemeliharaan kumbung. Aspek manajerial yang dilakukan penulis di perusahaan jamur tiram, dimulai dari pendamping kepala divisi pembibitan, pendamping kepala divisi packing, pendamping kepala divisi inokulasi, pendamping kepala divisi panen, staff administrasi kantor.
Pendamping Kepala Divisi Pembibitan
11
mencatat absensi pekerja sekaligus menghitung gaji pekerja pembibitan sesuai dengan kehadiran pekerja tersebut. Selain urusan administrasi, kepala divisi ini juga bertanggung jawab mengatur penempatan bibit pada kumbung yang disediakan dan juga bertanggung jawab terhadap penjualan bibit.
Pendamping Kepala Divisi Packing
Pendamping kepala divisi packing bertugas memimpin, mengawasi, dan mengatur karyawan packing, menyediakan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan packing dan mencatat seluruh administrasi yang berisi ketersediaan bahan yang dibutuhkan karyawan. Selain itu pendamping kepala divisi ini bertugas mencatat prestasi kerja karyawan dan menghitung upah yang akan diberikan kepada karyawan.
Pendamping Kepala Divisi Inokulasi
Pendamping kepala divisi inokulasi bertugas memimpin, mengawasi, dan mengatur karyawan inokulasi, menyediakan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan inokulasi serta mencatat seluruh administrasi yang beirisi ketersediaan bahan yang dibutuhkan karyawan. Selain itu, pendamping kepala divisi inokulasi bertugas mencatat absensi dan prestasi kerja karyawan untuk menghitung upah pekerja tersebut. Pendamping kepala divisi inokulasi juga bertanggung jawab mengatur baglog yang sudah diinokulasi yang kemudian akan dimasukkan pada kumbung inkubasi.
Pendamping Kepala Divisi Panen
Pendamping kepala divisi panen bertugas memimpin, mengawasi, dan mengatur karyawan panen, menyediakan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan panen. Pendamping kepala divisi panen juga bertugas mengangkut hasil panen ke kantor untuk dicatat staff administrasi kantor. Selain itu pendamping kepala divisi panen bertugas mencatat absensi pekerja untuk menghitung upah pekerja berdasarkan hari kerja.
Staff Administrasi Kantor
Pendamping staff administrasi kantor bertugas mencatat seluruh kegiatan produksi mulai dari pembibitan, packing, inokulasi, panen, serta menentukan sopir yang akan mengantarkan jamur ke seluruh wilayah Bogor dan Jakarta. Selain itu, pendamping staff kantor juga bertugas membagikan upah pekerja di hari mereka akan mendapatkan upah tersebut. Pendamping staff kantor juga bertanggung jawab dalam segala kegiatan produksi termasuk kedisiplinan karyawan seperti keterlambatan, dan bertanggung jawab apabila ada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.
PEMBAHASAN
Pembibitan
12
terdiri dari orang dewasa dan anak-anak. Pekerja yang tergolong dewasa (diatas 17 tahun) berjumlah 6 orang dan pekerja yang tergolong remaja (13-17 tahun) berjumlah 7 orang.
Pembuatan media bibit. Pembuatan media bibit merupakan awal dari kegiatan pembibitan. Jenis bibit terdiri dari bibit F0, F1, F2, dan bibit master. Bahan-bahan yang perlu disiapkan antara lain seperti serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, bubuk gandum, kapas, dan gas elpiji. Alat yang diperlukan adalah botol berukuran 300 ml, keranjang, alat pemasak bibit, api bunsen, spatula.
Bahan-bahan yang telah disediakan dicampur sesuai dengan takaran yang sudah ditentukan. Botol bibit yang sudah ditutup kapas siap dimasukkan ke dalam alat sterilisasi selama 8 jam yang bertujuan untuk membunuh patogen yang menjadi kontaminan. Bibit F0, F1, dan F2 merupakan bibit turunan dari bibit master yang dibuat dengan media serbuk gergaji : dedak : jagung : tepung gandum dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1. Komposisi media yang telah dicampur rata kemudian siap untuk dimasukkan ke dalam botol. Media tersebut dimasukkan ke dalam botol hingga padat tanpa ada ruang kosong karena ruang kosong pada botol media bibit menyebabkan munculnya organisme lain yang akan mengganggu tumbuhnya miselium jamur.
Botol yang telah berisi media harus langsung ditutup dengan kapas agar tidak terserang organisme pengganggu. Botol bibit yang sudah ditutup kapas siap disterilisasi selama satu malam (Gambar 1). Media bibit yang sudah disterilisasi kemudian diinokulasi dengan diberi bibit induk sedikit di bagian atas media dan ditutup kembali dengan kapas. Botol-botol bibit tersebut kemudian ditata pada rak di dalam kumbung yang telah disiapkan. Dalam jangka waktu satu minggu, botol yang berisi media jamur tersebut sudah dipenuhi miselium. Bibit itulah yang kemudian dijual atau digunakan untuk mengisi baglog.
(a) Kontaminasi Bibit
Permasalahan terbesar pada saat penulis berada di divisi pembibitan ini adalah banyaknya bibit yang terkontaminasi organisme lain yang menyebabkan produksi bibit menurun. Menurut peneliti bibit di Rimba Jaya Mushroom, bibit yang dibuat oleh perusahaan banyak diserang Neurospora spp atau biasa disebut Yellow spot, jamur oncom, buto oranye. Neurospora spp tumbuh lebih cepat dibanding miselium jamur tiram putih itu sendiri.
13
Bibit mengalami kontaminasi karena beberapa faktor. Faktor utama adalah kebersihan, baik kebersihan dari ruangan inokulasi bibit maupun kebersihan pekerja yang mengerjakan. Faktor utama ini sangat menjadi masalah karena tingkat kesadaran pekerja untuk menggunakan alat perlindungan diri (APD) berupa masker, penutup kepala, sarung tangan sangat rendah. Perlunya pengawasan yang ketat dan perlu adanya sanksi bagi pekerja yang tidak memakai APD agar standar kebersihan dan kesterilan pekerja memenuhi standar yang berlaku. Faktor lain yang menjadi penyebab bibit dapat mengalami kontaminasi adalah komposisi media bibit yang tidak tepat dan faktor cuaca.
Data pada Tabel 1 menunjukkan persentase rata-rata bibit yang terkontaminasi mencapai 21.05%, angka tersebut tergolong tinggi karena standar dari perusahaan menargetkan angka kontaminasi bibit tidak lebih dari 10%. Rimba Jaya Mushroom telah melakukan upaya untuk mengurangi angka kontaminasi bibit jamur seperti mewajibkan pekerja bibit untuk menggunakan masker, dan sarung tangan tetapi masih belum bisa menanggulangi angka kontaminasi bibit yang tinggi. Faktor lingkungan yang berubah-ubah kemungkinan menjadi salah satu faktor tingginya angka kontaminasi bibit.
Tabel 1 Persentase bibit terkontaminasi
Bibit yang terkena kontaminasi organisme lain akan dipisahkan ke dalam keranjang khusus. Media bibit yang telah terkontaminasi akan dikeluarkan dari botol kemudian botol tersebut akan dicuci untuk digunakan kembali.
Gambar 6 Bibit terkontaminasi : (a) Bibit terkontaminasi dimasukkan dalam keranjang untuk dibersihkan, (b) Penampilan kapas pada botol bibit yang terkontaminasi Neurospora spp
14
Organisasi kerja pembibitan. Pembagian kerja di divisi pembibitan ini dilakukan oleh kepala divisi pembibitan. Kepala divisi pembibitan juga bertugas mencatat absensi karyawan, mensorting bibit yang terkontaminasi, dan mengawasi pekerjaan karyawan, mencatat serta menyediakan bahan dan perlengkapan media bibit, bahan dan perlengkapan inokulasi bibit . Hasil catatan administrasi tersebut dilaporkan kepada manajer pabrik setiap hari untuk dilakukan evaluasi. Kegiatan yang dilakukan pada divisi ini meliputi membuat media bibit, menginokulasi bibit, membersihkan botol bibit yang terkontaminasi, dan mengangkut bibit. Pembuatan media bibit memerlukan 4 orang karyawan, inokulasi bibit memerlukan 3 orang karyawan, membersihkan botol bibit yang terkontaminasi memerlukan 3 orang karyawan, dan 2 orang karyawan laki-laki untuk mengangkut bibit.
(b)Prestasi Kerja Divisi Pembibitan
Prestasi kerja setiap orang pekerja tentu berbeda-beda. Prestasi kerja pada divisi pembibitan ini sangat dipengaruhi oleh keterampilan pekerja, semakin lama pekerja tersebut bekerja sebagai pembuat media bibit maka semakin banyak pula hasil yang didapatkan. Pekerja yang membuat media bibit perlu keterampilan tinggi karena pekerja harus cekatan dalam membuatnya. Dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan prestasi kerja Umi Nenah (51 tahun) paling tinggi diantara yang lain karena sudah bekerja di divisi ini selama hampir 3 tahun sehingga sudah terampil dalam membuat media bibit. Hasil pengamatan prestasi kerja ini didapat dengan menghitung jumlah botol bibit yang dihasilkan oleh setiap orang dalam jam kerja yang sama yaitu 4 jam. Tabel 2 menunjukkan prestasi kerja di divisi pembibitan. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata setiap pekerja mampu membuat sekitar 200 botol media bibit setiap hari.
Tabel 2 Prestasi kerja di Divisi pembibitan
Nama
Divisi yang bertugas membuat komposisi media baglog jamur tiram putih atau yang biasa disebut divisi packing. Divisi ini dikerjakan oleh 18 orang pekerja diantaranya 1 orang kepala divisi packing yang merupakan pekerja tetap, 3 orang pekerja yang bertugas mengangkut baglog, dan 14 orang pekerja tidak tetap atau borongan yang bertugas membuat media baglog tersebut.
15
Baglog merupakan media utama tumbuhnya jamur tiram putih. Bahan untuk membuat baglog ini sama dengan bahan membuat bibit jamur tiram putih yaitu serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, bubuk gandum. Baglog merupakan sumber nutrisi untuk jamur tiram putih yang tumbuh, jika kekurangan nutrisi maka produksi jamur tiram putih tidak optimum.
Media yang telah disiapkan diaduk rata dengan air hingga media tersebut jika dikepal tidak pecah. Pekerja akan mengelilingi media yang telah tercampur rata dan akan memulai membuat media baglog tersebut (Gambar 7). Media akan dimasukkan ke dalam plastik berukuran 20 x 50 cm dan akan dipadatkan hingga berat yang diinginkan sesuai. Ujung media akan diikat dengan tali rafia. Media yang telah dibuatt siap untuk disterilisasi. Media baglog yang telah dibuat, akan disterilisasi selama 8 jam dengan mesin steam yang terbuat dari besi. Perusahaan memiliki standar
Gambar 7 Media baglog : (a) Pembuatan media baglog, (b) Media baglog yang telah dibuat akan ditimbang terlebih dahulu, (c) Media baglog yang lolos seleksiakan diststerilisasi dalam mesin steam
bobot untuk baglog yang dihasilkan tidak kurang dari 2.6 kg, oleh karena itu pekerja harus mengeluarkan tenaga yang berat untuk membuat baglog menjadi padat. Baglog yang memiliki bobot kurang dari 2.6 kg akan diberi tanda dan tidak akan diangkut ke mesin steam untuk dimasak.
Upah untuk gaji pekerja borongan dihitung dari prestasi kerja pekerja tersebut. Setiap baglog yang dibuat oleh pekerja borongan tersebut dihargai 120 rupiah dan prestasi kerja rata-rata pekerja packing ini adalah 270 baglog yang dapat dihasilkan setiap hari. Hasil tersebut dapat dilihat dari Tabel 3 yang menunjukkan upah rata-rata yang didapat pekerja packing selama 4 hari kerja adalah 30.960 rupiah. Prestasi kerja yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh faktor umur dari pekerja tersebut karena baglog yang dibuat harus padat. Pekerja
b c
16
yang masih berumur di bawah 40 tahun tahun tentu memiliki tenaga yang berbeda dengan pekerja yang telah berumur di atas 40 tahun. Tabel 3 menunjukkan prestasi kerja di divisi packing. Hasil menunjukkan bahwa setiap pekerja rata-rata dapat membuat sekitar 160 media baglog hingga 390 media baglog setiap hari.
Tabel 3 Prestasi kerja dan upah rata-rata yang didapat pekerja Divisi packing
Nama
Inokulasi dikerjakan oleh 21 orang. Seorang sebagai kepala divisi inokulasi, dan 20 orang sebagai pekerja borongan. Kegiatan inokulasi dimulai pukul 05.00 WIB hingga selesainya pekerjaan inokulasi. Diawali dengan kegiatan absensi dan pembagian alat serta bahan untuk inokulasi. Upah pekerja didasarkan pada prestasi kerja masing-masing pekerja. Setiap baglog yang diinokulasi, akan memperoleh upah sebesar 250 rupiah. Tahap inokulasi merupakan tahapan dimana bibit dimasukkan ke dalam baglog supaya bibit jamur tiram putih dapat berkembang menjadi jamur tiram putih di dalam media baglog. Tahapan ini harus dilakukan dengan teliti dan sretrilitas yang tinggi oleh karena itu pekerja diharuskan memakai alat pelindung diri (APD). Meskipun perusahaan telah mewajibkan dan memfasilitasi alat pelindung diri, kesadaran pekerja masih rendah karena masih terdapat beberapa pekerja tidak menggunakan APD. Data yang tercantum pada Tabel 4 menunjukkan penggunaan alat perlindungan diri oleh pekerja inokulasi. Hasil menunjukkan bahwa pekerja yang memaikai masker telah mencapai 91% dan pekerja yang memakai penutup kepala baru mencapai 78%.
17
Inkubasi
Baglog yang telah diinokulasi, akan diinkubasi selama 2 bulan di kumbung khusus inkubasi. Baglog yang telah diinokulasi dan disterilisasi akan ditata pada rak yang telah tersedia di kumbung inkubasi. Masa inkubasi juga menentukan jamur tiram akan tumbuh optimal atau tidak. Pada saat masa inkubasi, suhu pada kumbung inkubasi tidak boleh terlalu tinggi, karena suhu yang tinggi menyebabkan panas dan pengap pada kumbung sehingga memicu munculnya bakteri termofilik dan jamur lain aktif bekerja (Riyanto, 2010).
Pemanenan
Kegiatan panen merupakan aspek khusus dari seluruh kegiatan magang di Rimba Jaya Mushroom. Pemanenan dikerjakan oleh 21 pekerja yang terdiri dari 3 orang kepala divisi panen dan 18 orang pekerja panen. Pemanenan jamur tiram harus dilakukan di waktu dan dengan cara yang tepat agar hasil maksimal. Waktu pemanenan jamur tiram di Rimba Jaya Mushroom dimulai pukul 07.00 WIB. Penentuan waktu panen harus tepat agar hasil panen seragam. Jamur yang tudungnya belum mekar penuh merupakan jamur yang baik untuk dipanen, sedangkan jamur yang sudah mekar penuh menandakan jamur tersebut sudah tua.
Kepala divisi panen bertugas mengangkut jamur tiram yang telah dipanen ke tempat grading. Jamur tiram tersebut akan dipisahkan sesuai kualitas masing-masing. Jamur tiram yang mempunyai ukuran diameter tudung tidak kurang dari 5 cm, dan bobot jamur tiram dalam satu baglog tidak kurang dari 250 gram. Jamur dengan kualitas super dijual dengan harga 12.000 rupiah, sedangkan jamur tiram putih dengan kualitas biasa dijual dengan harga 9.000-10.000 rupiah. Jamur yang telah dipisahkan berdasarkan kualitasnya tersebut kemudian dibersihkan dan dikemas kedalam plastik yang telah disediakan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat panen diperoleh data dari peubah jumlah tudung jamur, diameter tudung jamur, tinggi jamur dan bobot jamur. Rata-rata dan standar deviasi ke empat peubah yang diamati menunjukkan tidak ada perbedaan pertumbuhan jamur di tiga kumbung yang diamati.
Tabel 5 Hasil rata-rata dan standar deviasi jumlah tudung jamur, diameter tudung jamur, tinggi jamur, dan bobot jamur tiram putih 7 hari pertama masa panen di Rimba Jaya Mushroom
Ulangan
18
kelembaban tinggi dan sedikit cahaya (Purnomo 2013). Tabel 5 menunjukkan hasil pengamatan penulis berupa jumlah tudung jamur, diameter tudung jamur, tinggi jamur, dan bobot jamur tiram putih. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan uji T untuk dibandingkan dengan hasil penelitian Purnomo (2013) mengenai jamur tiram maupun dengan standar yang diterapkan oleh perusahaan.
Menurut Purnomo (2013) setiap baglog jamur tiram dengan media serbuk gergaji akan menghasilkan rata-rata jumlah tudung jamur tiram sebanyak 18 tudung dengan tinggi jamur 17 cm. Selain itu, perusahaan juga menerapkan standar diameter tudung jamur tiram kualitas super tidak kurang dari 5 cm dan bobot tiap jamur tidak kurang dari 100 gram. Hasil menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas hasil panen jamur tiram di Rimba jaya mushroom telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan karena nilai p-value dibawah 0.05 (Tabel 6). Namun untuk bobot jamur tiram di kumbung 2 dan kumbung 3 belum sesuai
Tabel 6 Nilai p-value uji T jumlah tudung jamur tiram, diameter tudung jamur tiram, tinggi jamur tiram, dan bobot jamur tiram pada 7 hari pertama masa panen di Rimba Jaya Mushroom
Ulangan
19
Tabel 7 Nilai p-value korelasi antara jumlah tudung jamur dan diameter tudung jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom pada 7 hari pertama masa panen
Keterangan : k1= kumbung 1, k2= kumbung 2, k3= kumbung 3
Rimba Jaya Mushroom (RJM) mampu menghasilkan jamur tiram putih sebanyak 2 ton setiap hari. Jamur tiram tersebut terbagi atas kualitas super dan kualitas biasa. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa perusahaan menghasilkan sekitar 57.8% jamur tiram dengan kualitas super, dan 42.2% jamur tiram dengan kualitas biasa. Hasil tersebut didapat dengan cara mengelompokkan jamur tiram sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh perusahaan yaitu diameter jamur tidak kurang dari 5 cm dan bobot jamur tidak kurang dari 100 gram.
Produksi jamur tiram putih ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor pekerja pada saat berproduksi dan juga faktor cuaca seperti curah hujan dan kelembaban yang menentukan produksi jamur tiram. Tabel 8 menyajikan data produksi di RJM, curah hujan serta kelembaban selama bulan Januari-Juni. Tabel 9 menyajikan nilai korelasi antara produksi jamur tiram putih, curah hujan, serta kelembaban di RJM selama bulan Januari-Juni. Hasil korelasi tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan atau korelasi antara produksi jamur tiram putih dengan curah hujan dan kelembaban. Curah hujan yang tinggi akan meningkatkan hasil produksi, sedangkan kelembaban yang optimal yaitu 80% akan meningkatkan produksi. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan jamur karena kontaminasi organisme pengganggu tinggi.
Tabel 8 Produksi jamur tiram putih, curah hujan, kelembaban di Rimba Jaya Mushroom
20
Tabel 9 Nilai p-value korelasi pada produksi jamur tiram putih, curah hujan, dan kelembaban di Rimba Jaya Mushroom
Masa panen produksi jamur tiram sangat tergantung pada senyawa-senyawa organik sederhana yang tersedia sebagai sumber nutrisi jamur, karena semakin banyak zat makanan yang tersedia dalam baglog maka masa produksi jamur tiram akan semakin lama pula (Hastuti 1999). Menurut peneliti di Rimba Jaya Mushroom, baglog yang dibuat dalam plastik berukuran besar (20 cm x 50 cm) dapat dipanen selama 4 bulan. Tabel 10 menunjukkan hasil pengamatan terhadap jumlah jamur, diameter tudung jamur, panjang jamur, dan bobot jamur tiram di bulan ke-1, ke-2, ke-3, ke-4 pemanenan.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa terdapat penurunan hasil panen yang nyata pada bulan ke 4. Hal berbeda terjadi pada hasil pengamatan diameter tudung jamur menunjukkan bahwa pada bulan 1, 2, 3, dan 4 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil pengamatan pada baglog lain (bukan baglog amatan) menunjukkan bahwa dari 1 rak baglog berumur 5 bulan, hanya 2 baglog yang masih dapat menghasilkan jamur tiram dengan 2 tudung pada setiap baglognya, diameter tudungnya 2 cm, panjang jamur 4 cm, dan bobot jamur tiram hanya 27 gram. Jamur tiram tersebut terlihat sangat layu karena sudah tidak ada lagi nutrisi pada baglog yang berumur 5 bulan. Berdasarkan pengamatan tersebut kecukupan media baglog sebaiknya dipertimbangkan kembali tidak lebih dari 3 bulan. Tabel 11 menunjukkan produksi jamur tiram putih kualitas super di setiap kumbung jamur setiap bulan masa panen. Hasil menunjukkan adanya penurunan produksi pada setiap bulan masa panen. pada bulan pertama masa panen, produksi jamur tiram pada setiap kumbung memiliki rata-rata produksi setiap hari yaitu 164 kg. Terjadi sedikit penurunan pada rata-rata hasil produksi per hari pada bulan kedua yaitu 135 kg. Rata-rata hasil produksi per hari pada bulan ketiga adalah 94 kg. Rata-rata hasil produksi per hari pada bulan keempat adalah 78 kg.
Tabel 10 Rata-rata jumlah jamur, diameter tudung jamur, panjang jamur, bobot jamur tiram pada bulan ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4
Jumlah jamur Bulan 1 20.3±1.72a 5.3±0.95a 20.0±1.36a 92.56±1.87a
Bulan 2 19±1.24a 5.2±0.77a 19.5±1.58a 95±1.16a
Bulan 3 15±2.00a 4.8±0.69a 14.1±1.58a 83±1.45a
Bulan 4 4±1.55b 4.1±0.50a 7.3±2.15b 51±1.76b
21
Tabel 11 Rata-rata produksi per kumbung per hari jamur tiram putih pada bulan ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4 di Rimba Jaya Mushroom
Bulan 1 (kg) Bulan 2 (kg) Bulan 3 (kg) Bulan 4 (kg)
Analisis usaha tani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi 1995). Tabel 12 menunjukkan analisis usaha tani untuk membuat usaha jamur tiram putih dalam sekali periode produksi dengan 1 unit kumbung berukuran 4x4 m yang akan menghasilkan bibit jamur tiram putih kurang lebih 250 botol bibit.
Tabel 12 Analisis Usaha Tani
22
No Pengeluaran Jumlah Harga per satuan (Rupiah)
Total pendapatan 12 416 000
Keuntungan 2 203 000
1 unit kumbung jamur berukuran 4mx4m akan menghasilkan kurang lebih 150 baglog. Produksi jamur tiram yang dihasilkan dari 150 baglog sekitar 15 kg setiap hari. Baglog jamur tiram putih dapat dipanen selama empat bulan dan dapat dipanen setiap hari. Usaha jamur tiram akan mendapatkan keuntungan setelah empat bulan panen yang setiap bulan dapat memanen 450 kg yang terdiri dari 57% jamur tiram kualitas super yaitu sebesar 8.5 kg dan 43% jamur tiram kualitas biasa yaitu sebesar 6.5 kg jamur tiram putih dan menghasilkan 21.600.000 rupiah selama tiga empat bulan panen. Dalam satu kali masa produksi, usaha tersebut akan mendapatkan keuntungan sebesar 2.207.000 rupiah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Rimba Jaya Mushroom merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dengan komoditas jamur tiram putih. Perusahaan ini mampu menghasilkan2 ton jamur tiram putih setiap hari dan dipasarkan luas ke wilayah Jakarta dan Bogor. Jamur tiram putih yang dihasilkan memiliki jumlah tudung rata-rata 20 tudung pada setiap media baglog yang ditanam. Panjang jamur tiram rata-rata yang dihasilkan adalah 20.65 cm dan rata-rata diameter tudung jamur adalah 5.29 cm pada bulan kedua masa panen. Hasil produksi di perusahaan ini dipengaruhi oleh faktor pekerja dan faktor lingkungan di sekitar kumbung khususnya curah hujan dan kelembaban.
23
budidaya jamur tiram putih baik secara teknis di lapangan maupun secara manajerial.
Saran
Penulis mengharapkan semoga untuk selanjutnya aspek produksi maupun manajerial lebih diperhatikan lagi mengingat hasil produksi terutama bobot jamur tiram pada beberapa kumbung masih belum optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Alexopolus CJ, Mims CW, Blackwell M. 1996. Introductory Mycology. Fourth Edition. New York (US): Jhon Wiley & Sons.
Cahyana, Muchrodji, Bakrun M. 1999. Jamur Tiram. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.
Danusaputra. 2011. Penyimpanan Produk Pangan. Surabaya (ID) : Agrisana. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2006. Statistik produksi
hortikultura. [internet].[diunduh pada 2015 Jan 20]. Tersedia pada: http://hortikultura.pertanian.go.id/
Djaridjah, Siregar A. 2011. Jamur Tiram Pembibitan, Pemeliharaan, dan Pengendalian Hama dan Penyakit. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. Gunawan AW. 2004. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Gusnimar. 2011. Pengaruh penambahan dedak dan lama pelapukan media limbah
industri teh terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hastuti RB. 1999. Pengujian beberapa media untuk pertumbuhan jamur merang.
Sellula. 7(2):12-14.
Hermayanti O. 2013. Strategi pengembangan usaha tani jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) di dataran rendah [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Pembangunan Nasional.
Parjimo,Handoko A. 2007. Budidaya Jamur. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka. Purnomo AS, Islami A, Sukesi. 2013. Pengaruh komposisi ampas tebu dan kayu
sengon sebagai media pertumbuhan terhadap nutrisi jamur tiram (Pleurotus ostreatus). J Sains dan Seni Pomits. 2(1):2337-3520.
Putranto MA. 2012. Pengendalian suhu pada kumbung jamur tiram dengan karung goni sebagai media pendingin [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Riyanto F. 2010. Pembibitan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) di Balai Pengembangan dan Promosi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPTPH), Ngipiksari, Sleman, Yogyakarta [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Sari NP. 2008 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha tani jamur tiram putih [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta (ID) : UI Press.
24
Steviani S. 2011. Pengaruh penambahan molase dalam berbagai media pada jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Negeri Sebelas Maret.
Suharyanto, E. 2010. Bertanam Jamur di Lahan yang Sempit. Jakarta(ID) : Agromedia Pustaka.
25
26
Lampiran 1. Struktur tenaga kerja di Rimba Jaya Mushroom
Sumber : Kantor Rimba Jaya Mushroom
2
27
Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Rimba Jaya Mushroom (RJM)
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HOK) Lokasi
Penulis Karyawan Standar
09/02/2015 Bertemu Manager _ _ _ Kantor Rimba Jaya Mushroom
10/02/2015 Pembibitan 4 kj 8 kj 8 kj Pembibitan, RJM
11/02/2015 Pembibitan 5 kj 8 kj 8 kj Pembibitan, RJM
12/02/2015 Pembibitan 5 kj 9 kj 8 kj Pembibitan, RJM
13/02/2015 Pembibitan 6 kj 8 kj 8 kj Pembibitan, RJM
14/02/2015 Pembibitan 5 kj 9 kj 8 kj Pembibitan, RJM
16/02/2015 Pembibitan 4 kj 8 kj 8 kj Pembibitan, RJM
17/02/2015 Pembibitan 5 kj 8 kj 8 kj Pembibitan, RJM
18/02/2015 Pembibitan 5 kj 8 kj 8 kj Pembibitan, RJM
19/02/2015 Pembibitan 5 kj 9 kj 8 kj Pembibitan, RJM
20/02/2015 Pembibitan 6 kj 9 kj 8 kj Pembibitan, RJM
21/02/2015 Pembibitan 5 kj 8 kj 8 kj Pembibitan, RJM
23/02/2015 Pembibitan, pengamatan bibit terkontaminasi 15 bt 42 bt 45 bt Pembibitan, RJM,
24/02/2015 Pembibitan, pengamatan bibit terkontaminasi 14 bt 45 bt 45 bt Pembibitan, RJM
02/03/2015 Pembibitan, pengamatan bibit terkontaminasi 15 bt 50 bt 45 bt Pembibitan, RJM
03/03/2015 Pembibitan, pengamatan bibit terkontaminasi 17 bt 43 bt 45 bt Pembibitan, RJM
04/03/2015 Pembibitan, pengamatan bibit terkontaminasi 16 bt 46 bt 45 bt Pembibitan, RJM
05/03/2015 Pembibitan, pengamatan bibit terkontaminasi 16 bt 45 bt 45 bt Pembibitan, RJM
06/03/2015 Pembibitan, pengamatan bibit terkontaminasi 14 bt 45 bt 45 bt Pembibitan, RJM
07/03/2015 Pembibitan, pengamatan bibit terkontaminasi 17 bt 47 bt 45 bt Pembibitan, RJM
09/03/2015 Pembuatan media baglog 22 bl 260 bl 200 bl Packing, RJM
10/03/2015 Pembuatan media baglog 40 bl 150 bl 200 bl Packing, RJM
11/03/2015 Pembuatan media baglog 45 bl 271 bl 200 bl Packing, RJM
12/03/2015 Pembuatan media baglog 25 bl 300 bl 200 bl Packing, RJM
13/03/2015 Pembuatan media baglog 30 bl 263 bl 200 bl Packing, RJM
28
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Lokasi
Penulis Karyawan Standar
14/03/2015 Pembuatan media baglog 35 bl 280 bl 200 bl Packing, RJM
16/03/2015 Inokulasi 40 bt 236 bt 150 bt Ruang inokulasi, RJM
17/03/2015 Inokulasi 45 bt 230 bt 150 bt Ruang inokulasi, RJM
18/03/2015 Inokulasi 51 bt 160 bt 150 bt Ruang inokulasi, RJM
19/03/2015 Inokulasi 47 bt 180 bt 150 bt Ruang inokulasi, RJM
20/03/2015 Inokulasi 43 bt 181 bt 150 bt Ruang inokulasi, RJM
21/03/2015 Inokulasi 40 bt 248 bt 150 bt Ruang inokulasi, RJM
22/03/2015 Inokulasi 52 bt 200 bt 150 bt Ruang inokulasi, RJM
23/03/2015 Pemanenan 2 kg 15 kg 10 kg Kumbung panen
24/03/2015 Pemanenan 5 kg 27 kg 10 kg Kumbung panen
25/03/2015 Pemanenan 4 kg 23 kg 10 kg Kumbung panen
26/03/2015 Pemanenan 2 kg 18 kg 10 kg Kumbung panen
27/03/2015 Pemanenan 4 kg 15 kg 10 kg Kumbung panen
28/03/2015 Pemanenan 2 kg 13 kg 10 kg Kumbung panen
30/03/2015 Pemanenan 5 kg 23 kg 10 kg Kumbung panen
01/04/2015 Pemanenan 5 kg 22 kg 10 kg Kumbung panen
02/04/2015 Pemanenan 6 kg 17 kg 10 kg Kumbung panen
03/04/2015 Supervisi - - Kantor Rimba Jaya Mushroom
Keterangan: kj = keranjang, bt = botol, bl = baglog, kg = kilogram
29
Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping kepala divisi di Rimba Jaya Mushroom (RJM)
Tanggal Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja
Lokasi Keterangan
Jumlah KHL yang diawasi
(orang)
Hasil
Lama kegiatan
(jam)
04/04/2015 Pengawasan pembibitan jamur tiram putih 10 9 kj 7 Pembibitan, RJM
06/04/2015 Pengawasan pembibitan jamur tiram putih 11 10 kj 7 Pembibitan, RJM
07/02/2015 Pengawasan pembibitan jamur tiram putih 11 9 kj 7 Pembibitan, RJM
08/02/2015 Pengawasan pembibitan jamur tiram putih 11 9 kj 7 Pembibitan, RJM
09/02/2015 Pengawasan pembibitan jamur tiram putih 10 10 kj 7 Pembibitan, RJM
10/02/2015 Pengawasan pembuatan media baglog 18 280 bl 5 Packing, RJM
11/02/2015 Pengawasan pembuatan media baglog 19 289 bl 5 Packing, RJM
13/02/2015 Pengawasan pembuatan media baglog 18 287 bl 5 Packing, RJM
14/02/2015 Pengawasan pembuatan media baglog 17 300 bl 5 Packing, RJM
15/02/2015 Pengawasan pembuatan media baglog 18 268 bl 5 Packing, RJM
17/02/2015 Pengawasan pembuatan media baglog 18 274 bl 5 Packing, RJM
20/02/2015 Pengawasan inokulasi 16 352 bl 5 Ruang inokulasi, RJM
21/02/2015 Pengawasan inokulasi 16 258 bl 5 Ruang inokulasi, RJM
22/03/2015 Pengawasan inokulasi 14 300 bl 5 Ruang inokulasi, RJM
23/03/2015 Pengawasan inokulasi 15 310 bl 5 Ruang inokulasi, RJM
24/03/2015 Pengawasan inokulasi 16 340 bl 5 Ruang inokulasi, RJM
25/03/2015 Pengawasan panen 14 17 kg 7 Kumbung panen, RJM
26/03/2015 Pengawasan panen 13 16 kg 7 Kumbung panen, RJM
27/03/2015 Pengawasan panen 12 16 kg 7 Kumbung panen, RJM
28/03/2015 Pengawasan panen 14 16 kg 7 Kumbung panen, RJM
29/03/2015 Pengawasan panen 14 18 kg 7 Kumbung panen, RJM
30/03/2015 Pengawasan panen 12 17 kg 7 Kumbung panen, RJM
01/05/2015 Pengawasan panen 13 18 kg 7 Kumbung panen, RJM
30
Lampiran 4. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping kepala produksi di Rimba Jaya Mushroom
Tanggal Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Satuan/HOK)
Lokasi Jumlah mandor yang
diawasi (orang)
Divisi yang diawasi
Lama kegiatan (jam)
02/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
04/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
05/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
06/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
07/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
08/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
11/05/2015 Pengawasan pasar - - - Pasar Tangerang
12/05/2015 Pengawasan pasar - - - Pasar Kemang-Bogor
13/05/2015 Pengawasan pengadaan bahan baku - - - Leuwiliang
15/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 7 Pabrik dan Kantor RJM
16/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 7 Pabrik dan Kantor RJM
17/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 7 Pabrik dan Kantor RJM
18/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
19/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
20/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
21/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
22/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
25/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
26/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 7 Pabrik dan Kantor RJM
27/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
29/05/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
03/06/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
04/06/2015 Pengawasan produksi 4 4 8 Pabrik dan Kantor RJM
05/06/2015 Berpamitan dan ramah tamah - - - Pabrik dan Kantor RJM
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 28 Agustus 1993 di Sidoarjo, Jawa Timur dari pasangan Bapak Sumedi dan Ibu Rafika Juniarti. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD NU 1 Gresik pada tahun 2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Gresik pada tahun 2008. Penulis selanjutnya diterima di SMA Muhammadiyah 1 Gresik dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan pada program studi Agronomi dan Hortikultura.