• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Air Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Sebagai Sumber Hara Untuk Budidaya Kailan (Brassica Oleraceae Var. Alboglabra) Organik Secara Hidroponik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Air Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Sebagai Sumber Hara Untuk Budidaya Kailan (Brassica Oleraceae Var. Alboglabra) Organik Secara Hidroponik"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH AIR

IKAN NILA (

Oreochromis niloticus

) SEBAGAI SUMBER

HARA UNTUK BUDIDAYA

KAILAN (

Brassica oleraceae

var.

Alboglabra

) ORGANIK

SECARA HIDROPONIK

KRESNA HARIMURTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Limbah Air Ikan Nila (Oreochromis niloticus) sebagai Sumber Hara untuk Budidaya Kailan (Brassica oleraceae var. Alboglabra) Organik secara Hidroponik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya ini kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Kresna Harimurti

(4)

ABSTRAK

KRESNA HARIMURTI. Pemanfaatan Limbah Air Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) sebagai Sumber Hara untuk Budidaya Kailan (Brassica oleraceae var.

Alboglabra) Organik secara Hidroponik. Dibimbing oleh EKO SULISTYONO.

Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari manfaat limbah air ikan nila yang dihasilkan dalam sistem akuakultur untuk pertumbuhan tanaman kailan dengan sistem hidroponik ebb and flow. Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan Bawah Kampus IPB, Dramaga, Bogor pada bulan Maret 2015 sampai Mei 2015. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, satu faktor dengan 3 ulangan. Perlakuannya adalah kepadatan populasi ikan yaitu: 25 ekor (P1), 20 ekor (P2) dan 15 ekor (P3) serta 0 ekor (P0) sebagai kontrol. Tiga perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu populasi ikan nila 25 ekor, populasi ikan nila 20 ekor dan populasi ikan nila 15 ekor terbukti dapat menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman kailan. Hasil uji sampel air kolam ikan menunjukkan bahwa ikan nila dapat menghasilkan unsur hara N, P, K, Ca dan Mg. Semua peubah yang telah diukur menunjukkan bahwa perlakuan populasi ikan nila berjumlah 20 ekor merupakan perlakuan terbaik yang memiliki tanaman contoh dengan produktivitas tertinggi.

Kata kunci: akuakultur, sayuran, kandungan hara, bobot segar tanaman

ABSTRACT

KRESNA HARIMURTI. Utilization of Tilapia Fish (Oreochromis niloticus) Waste as Nutrient Source for Kale (Brassica oleraceae var. Alboglabra) Organic Cultivation in Hydroponics. Supervised by EKO SULISTYONO.

This experiment was conducted to study the benefits of tilapia fish waste quantity generated in aquaculture systems for kale plant growth in ebb flow hydroponics system. The experiment held in greenhouse of Cikabayan Bawah Experimental Field Campus Dramaga IPB, Bogor in March 2015 until May 2015. The experiment design used Random Design Group, one factor with three replications. The experiment is fish population density that consists: 25 tails (P1), 20 tails (P2) and 15 tails (P3) and 0 tail (P0) as the control. Three treatments used in this experiments i.e fish population density proved that able to produce a nutrient who required for kale plant growth. The results of water samples showed that tilapia fish can produce element nutrients such as N, P, K, Ca and Mg. All variables measured showed that treatment of tilapia fish population totaled 20 tails is the best treatment who have the highest crops.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PEMANFAATAN LIMBAH AIR

IKAN NILA (

Oreochromis niloticus

) SEBAGAI SUMBER

HARA UNTUK BUDIDAYA

KAILAN (

Brassica oleraceae

var.

Alboglabra

) ORGANIK

SECARA HIDROPONIK

KRESNA HARIMURTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 ini adalah Pemanfaatan Limbah Air Ikan Nila (Oreochromis niloticus) sebagai Sumber Hara untuk Budidaya Kailan (Brassica oleraceae var.

Alboglabra) Organik secara Hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di

Greenhouse Kebun Percobaan Cikabayan Bawah, Kampus IPB Dramaga, Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1) Bapak dan Mama yang telah memberi dana untuk keberlangsungan penelitian ini serta dukungan secara moril, lalu abang dan adik yang selalu mendoakan

2) Dr Ir Eko Sulistyono MSi selaku pembimbing skripsi yang senantiasa memberi bimbingan dan saran selama penyusunan skripsi

3) Bapak Stephanus Nanang Dwianto S.Si selaku praktisi akuaponik yang banyak memberi informasi dan dukungan dalam penelitian ini

4) Dr Ir Endah Retno Palupi MSc sebagai pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi untuk selalu berprestasi

5) Prof Dr Ir Anas D Susila MSi dan Dr Ir Supijatno MS selaku dosen penguji sidang skripsi yang memberikan kritik dan saran yang berguna bagi revisi naskah skripsi

6) Teman-teman kontrakan dan seperjuangan (Dimas N, Fathur, Dimas JS, Ivan dan Dhira) yang telah memberi motivasi dan bantuan fisik selama berlangsungnya penelitian ini

7) Bapak Mamat dan Bapak Milin selaku karyawan University Farm Kebun Percobaan Cikabayan Bawah

8) Teman-teman angkatan jurusan Agronomi dan Hortikultura (Edelweiss 47) atas dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, September 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kailan 2

Ikan Nila 2

Limbah Ikan 3

Unsur Hara Tanaman 3

Pertanian Organik 4

Hidroponik 4

METODE 5

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 5

Bahan dan Alat 5

Pelaksanaan Percobaan 5

Pengamatan 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi Umum Percobaan 8

Hasil 9

Pembahasan 14

SIMPULAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi Analisis Ragam 10

2 Pengaruh perlakuan populasi ikan terhadap jumlah daun 11 3 Pengaruh perlakuan populasi ikan terhadap tinggi tanaman 11 4 Pengaruh perlakuan populasi ikan terhadap peubah produksi 12 5 Kriteria layak pasar berdasarkan bobot segar tanpa akar dan tinggi

tanaman pada umur 5 MST 13

6 Hasil pengukuran pH dan nilai EC air kolam ikan nila selama percobaan 14

DAFTAR GAMBAR

1 Bagian – bagian sifon 6

2 Posisi wadah hidroponik dan tangki ikan 7

3 Tinggi tanaman kailan saat berumur 5 minggu setelah tanam pada setiap

perlakuan 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji kandungan hara sampel air kolam ikan nila selama percobaan 18

2 Tata letak satuan percobaan 19

3 Sketsa sistem perpaduan akuakultur dan hidroponik ebb and flow 20

4 Deskripsi pelet ikan merk FF-999 21

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaya hidup sehat dengan memanfaatkan hasil bumi secara alami tanpa bahan sintetis telah mencuat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan banyak mengkonsumsi makanan sehat diyakini dapat terhindar dari penyakit berbahaya. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi melalui metode yang dikenal dengan pertanian organik. Menurut Liu et al (2007) pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis seperti pupuk, pestisida sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Namun, tanaman yang dibudidayakan dengan sistem organik memiliki produktivitas rendah per satuan luas. Hal inilah yang menyebabkan harga produk berlabel organik menjadi mahal di pasaran.

Salah satu sistem yang digunakan untuk mengatasi masalah produktivitas rendah yaitu sistem hidroponik. Budidaya tanaman secara hidroponik dilakukan tanpa tanah, tetapi menggunakan larutan hara sebagai sumber utama pasokan nutrisi tanaman. Larutan hara dapat diberikan dalam bentuk genangan atau dalam keadaan mengalir. Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan budidaya tanaman secara konvensional (media tanah), yaitu: 1) jarang terjadi serangan hama dan penyakit, 2) penggunaan pupuk dan air lebih efisien karena volume serta dosis dapat diatur, 3) tidak ada kegiatan yang memerlukan tenaga intensif untuk pekerjaan berat seperti pengolahan tanah, 4) larutan hara dapat dipasok sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman, 5) sistem hidroponik dapat dilakukan di dapat diusahakan yang kurang subur maupun di lahan yang sempit, 6) kebersihan lebih terjaga dan terhindar dari penyakit yang berasal dari tanah, 7) budidaya tanaman dapat dilakukan sepanjang musim (Suhardiyanto 2009). Meskipun produk dari sistem hidroponik tergolong aman bagi kesehatan, akan jauh lebih baik jika sistem hidroponik mampu menghasilkan produk organik. Menurut salah satu peraturan yang diterapkan IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements) pada tahun 2005 tentang pertanian organik ditetapkan bahwa nutrisi untuk tanaman hanya boleh berasal dari nutrien alami (non-sintetis), seperti rumput laut, ikan, pupuk kandang dan organisme lainnya.

Pilihan yang mungkin dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah air ikan yang berasal dari sistem budidaya ikan atau disebut sistem akuakultur. Limbah yang dihasilkan dari sistem akuakultur seringkali mengganggu ekosistem dan dapat menyebabkan kematian ikan pada kondisi tertentu karena mengandung konsentrasi yang pekat (Effendi 2003). Sistem yang akan diterapkan mirip dengan sistem mina padi. Namun, irigasi sistem mina padi tergolong pasif sehingga hanya tanaman tahan genangan air yang mampu untuk tumbuh optimal. Oleh karena itu, sistem yang dapat diterapkan adalah perpaduan sistem hidroponik ebb and flow

(14)

2

cukup tinggi seperti kailan akan digunakan untuk menguji sistem. Sistem ini diharapkan dapat menghasilkan sayuran dengan produktivitas tinggi dan sayuran dapat tergolong sebagai produk ekologi yang aman bagi kesehatan manusia.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mempelajari kandungan unsur hara makro dari limbah air ikan nila yang dihasilkan melalui sistem akuakultur, (2) untuk mengetahui populasi ikan nila yang sesuai sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman kailan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kailan

Kailan adalah sayuran daun yang dikenal sebagai Chinese Kale. Kailan memiliki nama latin Brassica oleraceae var. alboglabra. Merujuk dari nama latinnya, kailan tergolong keluarga kubis. Kailan sebenarnya satu spesies dengan kubis kepala, tetapi kailan tidak pernah dapat membentuk kepala dan hanya berbentuk daun sehingga kailan sering disebut kubis daun. Hampir semua bagian tanaman kailan dapat dikonsumsi yaitu batang dan daunnya (Puspita 2014). Kailan termasuk sayuran daun yang baru di pasar Indonesia. Meskipun demikian, kailan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Fisik kailan memiliki daun yang tebal, lebar, berombak pada pinggir daun serta berwarna hijau-kebiruan mengkilap. Batang kailan tumbuh secara tunggal dengan percabangan yang sempit. Bunga kailan berupa gugusan sepanjang 30-40 cm dengan panjang tangkai 1-2 cm. Umumnya, bunga berwarna putih atau kuning dengan diameter 2-3 cm. Kepala bunga kailan mirip dengan bunga brokoli sedangkan daun dan batangnya mirip dengan tanaman bunga kol. Saat fase vegetatif, tinggi tanaman kailan dapat mencapai 40cm sedangkan saat fase generatif, tinggi tanaman kailan dapat mencapai 1m.

Menurut Hanifah (2010), kailan merupakan sayuran dataran tinggi yang dapat tumbuh sepanjang tahun, semusim atau berumur pendek. Namun, sudah ada beberapa varietas kailan untuk dataran rendah hingga menengah. Kailan tumbuh baik pada suhu udara 15-25 0C dan pada ketinggian 300-1900m di atas permukaan laut (dpl). Derajat keasaman yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kailan berkisar antara 5,5-6,5. Kailan mulai dipanen umur 25 hari setelah bibit ditanam.

Ikan Nila

(15)

3 antara lain memiliki tubuh pipih ke samping memanjang, warna tubuh kehitaman. Pada tubuh bagian luarnya, terdapat garis vertikal 9-11 buah bewarna hijau kebiruan, sirip ekor sebanyak 6-12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, dan pada sirip punggung terdapat garis-garis miring.

Ikan nila dikenal sebagai ikan yang toleran karena mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak sesuai seperti salinitas air. Selain itu, ikan nila tergolong ikan yang tahan terhadap penyakit sehingga dapat dipelihara di dataran rendah hingga dataran tinggi. Ikan nila dapat tumbuh optimal pada air yang memiliki derajat keasaman (pH) sebesar 7-8. Suhu air yang cocok bagi ikan nila berkisar antara 25-30 oC. Zulfamy (2013) berpendapat bahwa ikan nila masih dapat hidup pada suhu 14-38 oC dan air dengan salinitas mencapai 35 %.

Limbah Ikan

Sistem budidaya ikan atau biasa disebut dengan akuakultur memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak utama dari sistem ini yaitu berupa limbah. Meskipun dalam praktiknya, limbah yang dihasilkan sangat tergantung pada sistem budidaya yang diterapkan. Semakin intensif usaha budidaya yang diterapkan (semakin tinggi input) maka dampak yang akan ditimbulkan juga akan semakin besar. Summerfelt et al (1999) mengatakan bahwa sistem akuakultur menghasilkan limbah berupa lumpur (sludge) yang berasal dari sisa metabolisme ikan (feces) dan sisa pakan yang belum tercerna dengan baik. Limbah tersebut akan berbahaya bagi lingkungan jika langsung masuk dalam ke perairan terbuka karena kandungan bahan organiknya yang tinggi.

Limbah yang dihasilkan sistem akuakultur mengandung nitrogen dan phospor. Nitrogen dalam perairan dibedakan menjadi dua macam yaitu berupa nitrogen anorganik dan nitrogen organik. Nitrogen anorganik terdiri atas ammonium (NH4+), amoniak (NH3+), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-) dan molekul

nitrogen dalam bentuk gas (N2) (Maryam 2010). Nitrogen organik berupa protein,

asam amino dan urea. Amoniak dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air (Effendi 2003). Amoniak adalah suatu produk hasil dari metabolisme protein. Selain itu, amoniak dapat menjadi racun bagi ikan meskipun konsentrasinya sangat rendah (Zonneveld 1991). Menurut Rakocy (2006), pada umumnya metabolisme ikan hanya dapat menyerap sekitar 40% dari total pakan yang dicerna sedangkan 60% sisa pakan yang tidak dicerna dibuang melalui anus, ginjal dan jaringan insang.

Unsur Hara Tanaman

Pertumbuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimum dapat diperoleh dengan pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Terdapat 13 unsur hara essensial untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1978) air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) juga termasuk essensial

(16)

4

Hara makro adalah hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak sedangkan hara mikro adalah hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sedikit. Elemen yang termasuk unsur hara makro yaitu nitrogen (N), phospor (P), potassium atau kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), klorin (Cl). Lalu elemen yang termasuk hara mikro yaitu: besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), copper (Cu), zinc (Zn) dan molybdenum (Mo). Unsur hara tersebut diserap dari tanah oleh akar dalam bentuk ion-ion organik kecuali C, H dan O diserap oleh tanaman dari udara melalui daun (Hardjowigeno 2010). Unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu kemampuan tanaman menyerap unsur hara yang tersedia, iklim mikro (suhu dan kelembaban udara), dan derajat keasaman (Sutedjo 1987).

Pertanian Organik

Pertanian organik adalah sebuah metode produksi yang mengatur lahan pertanian dan lingkungannya sebagai satu sistem. Sistem ini menggunakan pengetahuan tradisional dan ilmiah untuk meningkatkan kesehatan ekosistem pertanian dimana lahan tersebut berada. Pertanian organik menggantungkan diri pada penggunaan sumber daya alami setempat dan manajemen ekosistem dibandingkan dengan bahan baku pertanian eksternal seperti pupuk mineral dan bahan kimia pertanian. Sistem pertanian organik menolak penggunaan bahan kimia buatan dan bahan baku yang telah dimodifikasi secara genetis. Sistem ini mempromosikan penggunaan praktek pertanian tradisional yang mempertahankan kesuburan tanah. Ada beberapa kriteria pertanian organik. Persyaratan produksi tanaman pangan berlaku untuk: pemilihan bibit dan bahan baku tanaman, pemeliharaan kesuburan tanah dan kegiatan daur ulang dari bahan baku organik, larangan penggunaan bahan baku yang telah mengalami rekayasa genetika, keanekaragaman tanaman di pertanian, kegiatan pemrosesan pertanian, pengepakan, dan penelusuran dari suatu produk serta penggunaan pupuk organik dan kompos guna mengontrol hama dan penyakit (Morgan et. al 2007).

Hidroponik

Suhardiyanto (2009) menjelaskan tentang sistem hidroponik dikelompokkan menjadi dua, yaitu kultur media tanam dan kultur larutan hara. Pada kultur media tanam, penanaman dilakukan menggunakan media tanam padat berpori sebagai tempat dimana akar tanaman tumbuh. Media tanam yang digunakan dapat berupa media organik, anorganik, atau campuran keduanya. Sistem hidroponik dipilih berdasarkan pertimbangan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, kebijakan investasi, kompetensi tenaga kerja, dan kondisi iklim.

(17)

5 outlet serta sifon. Cara kerja sistem hidroponik pasang dan surut yaitu larutan hara dialirkan ke bak tanaman menggunakan pompa hingga merendam zona perakaran lalu larutan hara yang tidak diserap oleh tanaman kembali dialirkan ke bak larutan hara. Pompa yang diletakkan di tangki berisi larutan hara kontinyu mengalirkan larutan hara ke dalam bak tanaman. Namun, seiring berkembangnya teknologi terdapat timer dipasang di pompa sebagai pengatur waktu pasang surut yang dikehendaki. Menurut Delya et al (2014), cara ini dilakukan agar saat kondisi kadar air di dalam bak tanaman mencapai titik kritis maka sistem akan melakukan penyiraman otomatis dengan menghidupkan pompa serta mematikan pompa ketika kadar air di dalam bak tanaman mencapai kapasitas lapang.

METODE

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di dalam rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan Bawah Kampus IPB Dramaga Bogor dengan ketinggian tempat 250 m dpl pada bulan awal Maret 2015 sampai bulan Mei 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kailan varietas Full

White, ikan nila hitam yang berbobot 15-20 gram/ekor, air keran, pelet apung ikan

merk FF-999, arang sekam, pupuk kandang, pupuk kompos, batu kerikil,

hydroton, kayu jati dan pinus.

Alat yang digunakan terdiri dari pompa air, aerator, wadah hidroponik, tangki ikan, tray persemaian, palu, gergaji, solder, bor listrik, selang, dan pipa pvc. Selanjutnya alat yang digunakan untuk pengamatan meliputi: pulpen, botol air mineral, kertas hvs, spidol, timbangan digital dengan ketelitian 0.01 gram, oven, termometer ruangan, kertas kraft, gunting, pH meter dan EC meter.

Pelaksanaan Percobaan

Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan 3 ulangan. Perlakuannya adalah kepadatan populasi ikan nila yaitu: 25 ekor (P1), 20 ekor (P2) dan 15 ekor (P3) serta 0 ekor (P0) sebagai kontrol.

(18)

6

Data yang diperoleh diuji dengan uji F, apabila menunjukkan pengaruh nyata maka pengujian dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf = 5%.

Persiapan percobaan yang dilakukan secara berturut-turut terdiri atas: pemasangan sistem percobaan, pengisian media tanam, pengisian air kolam, semai benih, tebar ikan dan penanaman bibit kailan. Sistem hidroponik yang digunakan dalam percobaan ini adalah sistem ebb and flow dengan kultur media batu kerikil

dan hydroton. Sistem hidroponik dikombinasikan dengan budidaya ikan

(akuakultur). Air limbah dari kolam ikan sistem akuakultur dimanfaatkan sebagai larutan hara. Pompa air diletakkan di dalam kolam ikan yang berfungsi untuk mengalirkan air kolam ikan ke dalam wadah hidroponik tanaman kailan kemudian setelah air pasang akan surut secara otomatis dengan bantuan sifon. Proses ini berlangsung kontinyu hingga tanaman kailan berumur 5 MST.

Sifon (Gambar 1) yang digunakan terdiri atas 3 bagian yaitu pipa berdiri, pipa penyedot dan perisai. Cara kerja sifon adalah membantu menyurutkan air yang berada di dalam wadah hidroponik dengan memanfaatkan perbedaan tekanan udara yang berada pada pipa penyedot sehingga air dapat surut lebih maksimal. Pipa berdiri berfungsi sebagai pipa yang mengalirkan air dari bak tumbuh ke kolam ikan dan sebagai pengatur ketinggian air di dalam bak tumbuh saat pasang terjadi. Pipa penyedot bekerja sebagai penyedot air saat ketinggian air pada wadah hidroponik berada sejajar dengan ketinggian pipa berdiri. Perisai digunakan untuk melindungi pipa penyedot agar tidak tersumbat oleh batu kerikil yang ada di dalam wadah hidroponik.

Gambar 1. Bagian-bagian sifon

(19)

7 Wadah hidroponik yang digunakan untuk tempat pertumbuhan tanaman kailan berukuran 1 m (panjang) x 0,5 m (lebar) x 0,25 m (tinggi) dan tangki ikan nila berukuran 1 m (panjang) x 0,5 m (lebar) x 0,35 m (tinggi) yang keduanya berbentuk setengah silinder. Setiap tangki ikan diisi air dengan volume 100 liter. Air yang digunakan adalah air keran. Air yang berada di tangki ikan diendapkan selama 1 minggu untuk mengurangi kandungan klorin. Wadah hidroponik diletakkan di atas tangki ikan dengan kayu sebagai penyangga (Gambar 2). Batu kerikil diletakkan di dalam wadah hidroponik sebagai media tanam. Setiap wadah hidroponik diisi batu kerikil dengan volume 75 liter.

Gambar 2. Posisi wadah hidroponik dan tangki ikan

Benih kailan varietas Full White disemai terlebih dahulu selama 2 minggu di dalam tray semai. Kemudian bibit kailan yang sudah siap pindah tanam diletakkan di dalam netpot yang berisi campuran batu kerikil dan hydroton dengan jarak tanam yang digunakan 15cm x 15cm sehingga dalam satu wadah hidroponik terdapat 12 tanaman.

Selama percobaan berlangsung, ikan diberi pakan pelet apung FF-999 sebanyak 4% dari total bobot tubuhnya sehingga setiap perlakuan memperoleh jumlah pakan yang sesuai dengan populasi ikan. Frekuensi pakan yang diberikan selama percobaan yaitu saat pagi dan sore dalam satu hari.

Pengamatan

Pengamatan tanaman kailan yang dilakukan meliputi pengamatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang terdiri atas: jumlah daun, tinggi tanaman, bobot segar dengan akar, bobot segar tanpa akar, bobot kering dengan akar, bobot kering tanpa akar dan kriteria layak pasar. Selain itu pengamatan iklim mikro terdiri atas: suhu dalam rumah kaca pada pagi, siang dan sore. Ikan nila yang digunakan juga diamati bobot pada awal percobaan dan akhir percobaan.

(20)

8

diperoleh menggunakan mistar dengan cara mengukur bagian tanaman dari permukaan media tanam hingga titik tumbuh tertinggi. Selanjutnya peubah jumlah daun diperoleh dengan menghitung daun yang telah terbuka sempurna. Pengamatan suhu di dalam rumah kaca dilakukan pada pukul 07.30, 13.00, dan 17.00. Pengamatan suhu menggunakan termometer ruangan yang terpasang di dalam rumah kaca.

Pengukuran peubah produktivitas tanaman kailan yang terdiri atas: bobot segar dengan akar, bobot segar tanpa akar, bobot kering dengan akar dan bobot kering tanpa akar dilakukan saat tanaman tanaman kailan berumur 5 MST. Data bobot segar dengan akar diperoleh dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman kailan contoh menggunakan timbangan digital yang memiliki ketelitian 0.01 gram. Pengukuran bobot segar tanpa akar dilakukan dengan cara yang sama, namun bagian akar pada tanaman kailan contoh dipotong terlebih dahulu. Selanjutnya, pengukuran bobot kering tanaman dengan akar dan bobot kering tanaman tanpa akar dilakukan setelah seluruh bagian tanaman dikeringkan di dalam oven bersuhu 80oC selama 3 hari. Kriteria layak pasar diperoleh dari pengukuran bobot segar tanaman kailan yang dipanen tanpa akar dan tinggi tanaman saat berumur 5 MST.

Pengamatan juga dilakukan pada air kolam ikan. Pada setiap kolam ikan diambil sampel air sebanyak 200 ml, kemudian sampel air dari perlakuan yang sama disatukan secara komposit dalam wadah botol air mineral sehingga terdapat 600 ml/perlakuan. Pengambilan sampel air dilakukan pada saat 0 MST; 2,5 MST; dan 5 MST (akhir percobaan). Selanjutnya, sampel air dibawa ke laboratorium untuk diuji unsur hara yang terkandung meliputi N, P, K, Ca dan Mg. Selain itu, dilakukan pengukuran sampel air terkait nilai derajat keasaman (pH) dan daya pertumbuhan tanaman di dalam rumah kaca adalah iklim mikro. Megasari (2006) berpendapat bahwa iklim mikro meliputi faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, konsentrasi CO2 dan intensitas cahaya. Suhu udara di dalam rumah kaca

selama percobaan berlangsung memiliki perbedaan dalam satu hari. Pengukuran suhu udara yang dilakukan menunjukkan bahwa suhu udara pada pagi hari sebesar 25,60C, siang hari sebesar 37,20C dan sore hari sebesar 28,40C.

(21)

9 percobaan berlangsung. Bibit tanaman kailan dapat hidup seluruhnya karena tidak mengalami serangan hama ataupun penyakit selama percobaan. Selain itu, percobaan yang dilakukan di dalam rumah kaca dapat melindungi tanaman kailan dari air hujan dan angin. Ikan nila yang digunakan tidak diganti selama percobaan berlangsung kecuali terdapat ikan yang mati. Selama percobaan berlangsung terdapat 10 ekor ikan nila yang mati. Setiap satuan percobaan mendapatkan aliran air dari kolam dengan jumlah volume yang sama. Air yang berasal dari kolam ikan dialirkan secara kontinyu hingga percobaan selesai. Perubahan warna air kolam ikan terjadi dari warna bening pada awal percobaan hingga berwarna kekuningan pada akhir percobaan. Populasi ikan yang semakin banyak menghasilkan air kolam yang berwarna semakin kekuningan. Hal ini berbeda pada air kolam dengan perlakuan kontrol (tanpa ikan) yang berwarna tetap bening hingga akhir percobaan. Kemudian terdapat endapan di bagian dasar kolam ikan pada semua perlakuan yang diisi ikan. Endapan dihasilkan dari sisa metabolisme ikan dan pakan yang tidak dimakan oleh ikan. Populasi ikan berjumlah 25 ekor menghasilkan endapan paling banyak dibandingkan populasi ikan yang lebih sedikit. Selain itu, media tanam batu kerikil mulai ditumbuhi lumut saat percobaan berumur 1 minggu. Hal ini disebabkan media tanam yang tergenang air saat percobaan berlangsung. Ikan nila mengalami pertambahan bobot tubuh rata-rata sebesar 10-15 gram per ekor pada akhir percobaan.

Hasil

Analisis Ragam

Populasi ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata pada peubah jumlah daun saat tanaman berumur 1 MST tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman pada umur 3 dan 4 MST sedangkan pengaruh sangat nyata ditunjukkan pada peubah jumlah daun saat tanaman berumur 2 MST dan 5 MST. Selain itu, nilai koefisien korelasi yang rendah menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata yang berhubungan antara perlakuan yang digunakan dengan acakan kelompok (Tabel 1).

(22)

10 pada taraf uji 5%; tn = tidak berpengaruh nyata; MST = minggu setelah tanam; BSDA = bobot segar dengan akar; BSTA = bobot segar tanpa akar; BKDA = bobot kering dengan akar; BKTA = bobot kering tanpa akar; KK = koefisien korelasi; SD = standar deviasi.

Jumlah Daun

(23)

11 Tabel 2 Pengaruh Populasi Ikan terhadap Rataan Jumlah Daun

Populasi ikan (ekor) Umur (Minggu Setelah Tanam)

1 2 3 4 5 masing populasi ikan menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf

= 5%

Tinggi Tanaman

Perlakuan populasi ikan berjumlah 20 ekor (P2) dan populasi ikan berjumlah 15 ekor (P3) secara berturut-turut menghasilkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi dibandingkan perlakuan lain saat berumur 1 MST (Tabel 3). Kedua perlakuan tersebut juga tidak berpengaruh nyata saat tanaman berumur 2 MST. Secara umum, semua perlakuan yang digunakan berpengaruh sangat nyata saat tanaman mulai berumur 3 MST hingga 5 MST. Tinggi tanaman contoh terbaik terdapat pada perlakuan 2 dengan populasi ikan berjumlah 20 ekor. Hal ini ditunjukkan dengan P2 yang memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi sejak tanaman mulai berumur 1 MST.

Tanaman contoh pada perlakuan kontrol (P0) mengalami perlambatan tinggi tanaman dengan ditunjukkan rataan tinggi tanaman terendah sejak tanaman mulai berumur 1 MST hingga 5 MST. Tanaman pada ulangan kontrol mengalami defisiensi hara yang menyebabkan tanaman tumbuh kerdil (Gambar 3). Unsur hara yang dibutuhkan pada fase vegetatif untuk pertumbuhan tinggi tanaman adalah unsur nitrogen dan phospor. Menurut konsep Liebig (Salisbury dan Ross 1995), ambang unsur nitrogen dan phosphor yang rendah dapat menyebabkan tanaman tidak tumbuh optimal, bahkan ukuran tanaman tidak jauh berbeda saat pertama kali bibit tanaman dipindahkan. Hal ini telah terbukti pada tanaman contoh perlakuan kontrol (P0).

Tabel 3 Pengaruh Populasi Ikan terhadap Rataan Tinggi Tanaman Populasi ikan (ekor) Umur (Minggu Setelah Tanam)

1 2 3 4 5 masing populasi ikan menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf

(24)

12

Gambar 3. Tinggi tanaman kailan saat berumur 5 minggu setelah tanam pada contoh setiap perlakuan

Produksi Hasil berdasarkan Bobot Segar dan Kering

Seluruh peubah produksi pada tabel 4 diukur setelah tanaman contoh dipanen yang sudah berumur 5 MST. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap perlakuan berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah produksi. Perlakuan populasi ikan dengan jumlah 20 ekor (P2) menghasilkan tanaman dengan produktivitas tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. P2 memiliki rataan tertinggi pada seluruh peubah produksi yang diukur. Hal ini menunjukkan tanaman tumbuh dalam zona optimal dengan konsentrasi hara yang cukup dihasilkan oleh P2 sesuai hukum toleransi Viktor E. Shelford (1913) bahwa penambahan suatu faktor seperti unsur hara esensial dapat menyebabkan peningkatan respons pertumbuhan tanaman. Perlakuan P1 tidak menghasilkan tanaman dengan produktivitas tertinggi meskipun memiliki populasi ikan yang paling banyak. Perlakuan populasi ikan dengan jumlah paling sedikit (P3) merupakan tanaman dengan produktivitas tertinggi setelah perlakuan P2. Sedangkan tanaman dengan produktivitas terendah ditunjukkan oleh perlakuan kontrol (P0).

Tabel 4 Pengaruh Populasi Ikan terhadap Produksi Populasi ikan

(ekor)

Bobot Segar Bobot Segar Bobot Kering Bobot Kering dengan Akar* tanpa Akar* dengan Akar* tanpa Akar*

0 3.35d 2.8d 1.17d 0.98d

15 17.32b 13.96b 6.06b 5.09b 20 29.07a 25.41a 10.17a 8.54a

25 9.87c 9.05c 3.45c 2.9c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing populasi ikan menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf

(25)

13 Kailan Layak Pasar

Morgan dan Midmore (2003) menjelaskan bahwa tanaman kailan yang memiliki kriteria layak pasar meliputi bobot segar tanpa akar minimum 20 gram/tanaman dan tinggi tanaman minimum 15-20 cm/tanaman. Hasil percobaan menunjukkan tanaman kailan perlakuan P2 (20 ekor ikan) merupakan tanaman dengan bobot segar tanpa akar terbesar dan memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Berdasarkan data rataan bobot segar tanpa akar, tanaman kailan yang termasuk dalam kriteria layak pasar adalah tanaman yang dihasilkan perlakuan populasi 20 ekor. Kriteria tinggi tanaman yang layak pasar ditunjukkan oleh tanaman perlakuan populasi ikan 15 ekor dan perlakuan populasi ikan 20 ekor (tabel 5). Hasil ini menunjukkan bahwa hanya tanaman yang dihasilkan oleh perlakuan populasi ikan 20 ekor yang termasuk dalam kriteria layak pasar karena memenuhi bobot segar tanpa akar dan tinggi tanaman minimum meskipun tanaman yang dihasilkan populasi 15 ekor memenuhi tinggi tanaman minimum.

Kelompok Bobot Segar tanpa Akar (g/12 tanaman)

Keterangan: P0 = perlakuan populasi tanpa ikan (0 ekor); P1 = perlakuan populasi ikan 25 ekor; P2 = perlakuan populasi ikan 20 ekor; P3 = perlakuan populasi ikan 15 ekor; MST = minggu setelah tanam

Unsur Hara

(26)

14

perlakuan dengan konsentrasi hara tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan tanpa ikan (P0) yang digunakan sebagai kontrol merupakan perlakuan dengan konsentrasi hara terendah (Tabel 6). Pakan ikan yang diberikan selama percobaan juga memberikan pengaruh terhadap kualitas air kolam. Pakan ikan yang diberikan berupa pelet dengan komposisi protein 35%, lemak 2%, serat 3%, abu kasar 13% dan kadar air 12% (Lampiran 4). Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), protein yang dicerna oleh ikan akan dikeluarkan berupa amonia dan senyawa karbon. Senyawa ini dikeluarkan melalui insang dan ginjal. Ikan yang mengonsumsi pakan dengan protein yang berkualitas baik akan menghasilkan buangan nitrogen yang rendah. Selain itu, jumlah pakan ikan yang diberikan selama percobaan terbukti memiliki pengaruh terhadap kualitas air kolam karena semakin banyak populasi ikan maka akan semakin banyak limbah yang dihasilkan. Hal ini berdasarkan data tabel 6 dimana semakin banyak populasi ikan maka semakin tinggi konsentrasi hara yang dihasilkan dalam kolam ikan. Lesmana (2002) berpendapat bahwa jumlah pakan yang banyak diberikan berbanding lurus dengan jumlah sisa metabolisme yang dihasilkan oleh ikan berupa feses dan urin, sehingga air kolam cenderung memiliki konsentrasi yang pekat. Hasil uji sampel air kolam ikan dengan konsentrasi hara tertinggi hingga terendah secara berturut-turut adalah populasi ikan sebanyak 25 ekor, 20 ekor, 15 ekor dan 0 ekor.

Tabel 6. Hasil Pengukuran pH dan Nilai EC Air Kolam Ikan Nila selama Percobaan

Waktu Pengambilan Sampel pH EC

Umur 0 MST (14 April 2015)

Keterangan: Kontrol = populasi ikan 0 ekor; MST = minggu setelah tanam; μS/cm = microsiemens per centimeter; mS/cm = millisiemens per centimeter

Pembahasan

(27)

15 ekor. Tanaman contoh pada perlakuan tersebut yang memiliki rataan semua peubah tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan populasi ikan berjumlah 15 ekor menunjukkan hasil tanaman contoh yang lebih baik dibandingkan perlakuan populasi ikan berjumlah 25 ekor maupun perlakuan kontrol. Tanaman contoh pada perlakuan populasi ikan yang paling banyak (25 ekor) mengalami perlambatan pertumbuhan dalam fase vegetatif. Hal ini ditunjukkan dengan keragaan tanaman yang tidak tumbuh secara optimal serta hasil pengukuran yang diperoleh menunjukkan bahwa tanaman kailan yang dihasilkan perlakuan populasi ikan 25 ekor merupakan tanaman dengan jumlah daun, tinggi tanaman dan peubah produktivitas terendah dibanding perlakuan populasi 20 ekor dan 15 ekor.

Hasil uji unsur hara pada sampel air kolam ikan nila menunjukkan populasi ikan dengan jumlah 25 ekor memiliki konsentrasi hara tertinggi dibandingkan perlakuan populasi lainnya. Berdasarkan data tabel 5 dapat disimpulkan bahwa semakin banyak populasi ikan yang digunakan maka akan semakin pekat konsentrasi unsur hara yang dihasilkan. Air kolam ikan yang diuji mengalami peningkatan konsentrasi hara dari awal hingga akhir percobaan. Hasil uji derajat keasaman (pH) menunjukkan penurunan pada akhir percobaan. Derajat keasaman yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa air kolam ikan menjadi semakin basa. Menurut Effendi (2003) semakin banyak sisa metabolisme yang dihasilkan dari sistem akuakultur dapat meningkatkan derajat keasaman (pH) air kolam secara signifikan. Pada akhir percobaan perlakuan populasi ikan dengan jumlah tertinggi yaitu 25 ekor menghasilkan pH yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya sedangkan perlakuan populasi ikan 15 ekor menghasilkan pH yang paling rendah (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak populasi ikan dalam sistem akuakultur maka nilai derajat keasaman (pH) akan semakin cenderung tergolong basa.

(28)

16

SIMPULAN

Simpulan

Tiga perlakuan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu populasi ikan 25 ekor, populasi ikan 20 ekor dan populasi ikan 15 ekor terbukti dapat menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman kailan. Hasil uji sampel air kolam ikan menunjukkan bahwa ikan nila dapat menghasilkan unsur N, P, K, Ca dan Mg. Konsentrasi hara semua perlakuan yang diuji sampel airnya dari tertinggi hingga terendah secara berturut-turut yaitu populasi ikan 25 ekor, populasi ikan 20 ekor dan populasi ikan 15 ekor. Semakin banyak populasi ikan nila di dalam kolam maka semakin pekat konsentrasi unsur hara yang dihasilkan. Perlakuan populasi ikan nila berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kailan. Semua peubah yang telah diukur menunjukkan bahwa perlakuan populasi ikan nila berjumlah 20 ekor merupakan perlakuan terbaik yang memiliki tanaman contoh dengan produktivitas tertinggi.

Saran

Sebaiknya pengukuran derajat keasaman (pH) dan nilai daya hantar listrik (EC) air kolam ikan dilakukan setiap minggu hingga akhir percobaan. Selain itu, sebaiknya ada pengukuran terkait kandungan amoniak (NH3+) di dalam air kolam

ikan karena tanaman menyerap unsur nitrogen dalam bentuk turunan amoniak yaitu nitrat (NO3-). Lalu perlu ada kajian tentang pakan ikan yang digunakan. Hal

ini bertujuan untuk mengetahui komposisi yang terkandung dalam pakan ikan tersebut sehingga dapat diperoleh konversi pakan yang tepat bagi perpaduan sistem akuakultur dan hidroponik.

DAFTAR PUSTAKA

[BMKG]. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2015. Iklim makro pada bulan April dan Mei 2015 di kecamatan Dramaga.

Afrianto E dan Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan: Pembuatan, Penyimpanan,

Pengujian dan Pengembangan. Yogyakarta (ID) : Kanisius

Delya B, Tusi A, Lanya B, dan Zulkarnain I. 2014. Rancang bangun sistem hidroponik pasang surut otomatis untuk budidaya tanaman cabai. Jurnal

Teknik Pertanian Lampung. 3(3): 205-212

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia Press

(29)

17 dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik Pada Tanah Inceptisol Cisarua [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo

International Federation of Organic Agriculture Movements. 2005. Principles of

Organic Agriculture. Adelaide (AUS) : IFOAM General

Lakitan B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Volume ke-1. Jakarta (ID): Raja Gradindo Persada Pr.

Lesmana DS. 2002. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta (ID) : Penerbit Swadaya

Liu P, Casey S, Cadilhon JJ, Hoejskov PS, Morgan N. 2007. Peraturan, Standar

dan Sertifikasi untuk Ekspor Produk Pertanian. Jakarta (ID): FAO

Megasari D. 2006. Profil Iklim Mikro dan Konstruksi Greenhouse (Studi Kasus di Bogor dan Cianjur) [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Morgan W. dan Midmore D. 2003. Chinese Broccoli (Kailaan) in Southern

Australia. Queensland (AUS) : Rural Industries Research and Development

Corporation

Parks S, Murray C. 2011. Leafy Asian Vegetables and Their Nutrion in

Hydroponics. New South Wales (AUS) : Industry & Investment NSW

Permatasari H. 2001. Mempelajari kinerja sistem irigasi pada budidaya tanaman pakchoy (brassica chinensis l.) secara hidroponik dengan media arang sekam [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Puspita R. G. 2014. Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan) [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Salisbury FB. and Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Bandung (ID) : Institut Teknologi Bandung

Suhardiyanto H. 2009. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. Bogor (ID): IPB Press.

Summerfelt ST, PR Adler, DM Glenn, dan RN Kretschmann. 1999. Aquaculture Sludge Removal and Stabilization within Created Wetlands (using Vetiver Grass). Aquacultural Engineering 19(1999):81–92

Sutedjo MM. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Rineka Cipta

Shelford VE. 1913. Plant Communities Temperate in America. Chicago (USA) : University of Chicago Press

Tampubolon R. 2012. Penerapan Teknik Imotilisasi Menggunakan Acepromazine

dalam Transportasi Kering Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Pembedaan Jenis Kelamin [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Perikanan dan

(Oreochromis niloticus) [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Perikanan dan Ilmu

(30)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji kandungan hara sampel air kolam ikan nila selama percobaan

Waktu Pengambilan Sampel Uji (ppm)

N P K Ca Mg

Umur 0 MST (14 April 2015)

Sampel 0 2.68 0.698 9.732 24.271

Umur 2.5 MST (2 Mei 2015)

Kontrol 0.00014 3.918 6.082 36.903 8.156

Populasi ikan 25 ekor 0.00014 5.523 21.66 236.628 43.98 Populasi ikan 20 ekor 0.00014 5.498 18.592 232.791 40.383 Populasi ikan 15 ekor 0.07 3.994 16.255 222.439 34.513 Umur 5 MST (20 Mei 2015)

Kontrol 0.07 3.634 7.576 41.806 16.99

Populasi ikan 25 ekor 0.00035 6.337 29.365 468.032 114.171 Populasi ikan 20 ekor 0.00035 5.154 26.524 407.935 66.328 Populasi ikan 15 ekor 0.00014 4.138 20.333 351.92 103.78

(31)

19 Lampiran 2 Tata letak satuan percobaan

Keterangan

P0 : Perlakuan dengan populasi ikan 0 ekor (kontrol) P1 : Perlakuan dengan populasi ikan 25 ekor

P2 : Perlakuan dengan populasi ikan 20 ekor P3 : Perlakuan dengan populasi ikan 15 ekor K1 : Acakan kelompok ke-1

K2 : Acakan kelompok ke-2 K3 : Acakan kelompok ke-3 : Wadah hidroponik

: Tangki ikan

: Selang penyalur air dari tangki ikan ke wadah hidroponik

P1K1 P3K2 P2K3

P2K1 P1K2 P0K3

P0K1 P2K2 P1K3

(32)

20

Lampiran 3 Sketsa sistem perpaduan akuaponik dan hidroponik ebb and flow

Sifon

Wadah hidroponik

Tangki ikan

Kayu penyangga

Pompa air mini Selang penyalur air

(33)

21

Lampiran 4 Deskripsi pelet merk FF-999 Pakan Ikan Bibit Apung

Produksi : PT. Central Pangan Pertiwi

Feed size 0.425 x 0.71 mm

Shrimp Size PL13 – 1.0

Feeding (% body weight) 10.0 – 8.0

Frequency (times/day) 3 -4 Analisa Komposisi:

(34)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1992 dari pasangan bapak Lukman Imam Syafi’i dan ibu Karlissarini. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 42 Jakarta Timur. Penulis diterima masuk Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM (Ujian Talenta Mandiri) pada bulan Mei 2010.

Gambar

Gambar 1. Bagian-bagian sifon
Gambar 2. Posisi wadah hidroponik dan tangki ikan
Tabel 1 Rekapitulasi Analisis Ragam
Tabel 2 Pengaruh Populasi Ikan terhadap Rataan Jumlah Daun
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman di mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga

Rakit apung adalah salah satu sistem budidaya secara hidroponik tanaman (sayuran, terutama) dengan cara menanam tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di

PENGARUH AERASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. Achepala) PADA TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG DI.. DALAM DAN DI

Judul Kegiatan : Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dengan Penambahan Arang Sekam pada Hidroponik Substrat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Baby Kailan

Pada komponen pengamatan parameter bobot segar akar per meter pada perlakuan Tanah + Pupuk Kandang + Pasir dengan jumlah populasi 12 tanaman meningkatkan hasil yang lebih baik,

KESIMPULAN Perlakuan penggunaan pupuk cair kotoran sapi dan pupuk cair paitan berpengaruh terhadap variabel pengamatan non destruktif yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun

Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah produksi tanaman lebih tinggi, terbebas dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh

Hidroponik dapat diartikan secara ilmiah yaitu suatu budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah tetapi dapat menggunakan media seperti pasir, kerikil, pecahan genteng yang diberi larutan