• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FREKUENSI DAN TINGGI PENGGENANGAN LARUTAN NUTRISI PADA BUDIDAYA BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra) DENGAN HIDROPONIK EBB AND FLOW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FREKUENSI DAN TINGGI PENGGENANGAN LARUTAN NUTRISI PADA BUDIDAYA BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra) DENGAN HIDROPONIK EBB AND FLOW"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KAJIAN FREKUENSI DAN TINGGI PENGGENANGAN LARUTAN NUTRISI PADA BUDIDAYA BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra)

DENGAN HIDROPONIK EBB AND FLOW

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh :

DINI ASRI PURBARANI H 0106047

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

(2)

commit to user

ii

KAJIAN FREKUENSI DAN TINGGI PENGGENANGAN LARUTAN NUTRISI PADA BUDIDAYA BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra)

DENGAN HIDROPONIK EBB AND FLOW

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

DINI ASRI PURBARANI H 0106047

Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada Tanggal 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Dwi Harjoko, MP NIP. 19610805.198601.1.001

Anggota I

Ir. Endang Setia Muliawati, Msi NIP. 19640713.198803.2.001

Anggota II

Ir. Pratignja Sunu, MP NIP. 19530124.198003.1.003

Surakarta, 2011 Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. NIP 19551217 198203 1 003

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian

Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi pada Budidaya Baby kailan (brassica oleraceae var. alboglabra) dengan Hidroponik Ebb And Flow” ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan tugas akhir dari program S-1 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama penyusunan penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

2. Ir. Wartoyo S. P., MS. selaku Ketua Jurusan Agronomi FP UNS

3. Dr. Ir. Pardono, M.S. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini, 4. Ir. Dwi Harjoko, MP. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ir. Endang

Setia Muliawati, MSi. selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas bimbingan, masukan dan pengarahannya selama pelaksanaan penelitian ini. 5. Ir. Pratignja Sunu, MP. selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan

saran dan masukan kepada penulis.

6. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan doa dan dukungannya dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pembaca.

Surakarta, 2011

(4)

commit to user

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix RINGKASAN ... x SUMMARY ... xi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Morfologi Tanaman Baby kailan ... 4

B. Sistem Hidroponik Ebb and Flow ... 5

C. Pemberian Nutrisi dalam Sistem Hidroponik ... 7

D. Hipotesa ... 9

III. METODE PENELITIAN ... 10

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

B. Bahan dan Alat ... 10

C. Cara Kerja Penelitian ... 10

1. Rancangan Penelitian ... 10

2. Pelaksanaan Penelitian ... 11

3. Variabel Pengamatan ... 12

D. Analisis Data ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

A. Tinggi Tanaman ... 15

B. Jumlah Daun ... 19

(5)

commit to user

v

D. Luas Daun ... 24

E. Berat Segar per Tanaman ... 27

F. Berat Kering per Tanaman ... 28

G. Berat Kering Akar per Tanaman ... 31

H. Berat Segar Tanaman per Bak ... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(6)

commit to user

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Baby kailan Umur 4 MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi ... 17 2. Rerata Jumlah Daun (helai) Baby kailan Umur 4 MST Hasil

Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi ... 22 3. Rerata Diameter Batang (cm) Baby kailan Umur 4 MST Hasil

Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi ... 23 4. Rerata Luas Daun (cm2) Baby kailan Umur 4 MST Hasil

Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi ... 26 5. Rerata Berat Segar per Tanaman (g) Baby kailan Umur 4 MST

Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi... 28 6. Rerata Berat Kering per Tanaman (g) Baby kailan Umur 4 MST

Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi ... 29 7. Rerata Berat Kering Akar per Tanaman (g) Baby kailan Umur 4

MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi... 32

(7)

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Tinggi Tanaman Baby kailan pada berbagai Frekuensi Penggenangan Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Tinggi Genangan 50% (a), 70% (b), dan 90% (c) ... 15 2. Tinggi Tanaman Baby kailan pada Berbagai Ketinggian Genangan

Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Frekuensi Penggenangan Nutrisi 2 Hari Sekali (a), 1 Kali Sehari (b) dan 2 Kali Sehari (c). ... 16 3. Jumlah Daun Tanaman Baby kailan pada Berbagai Frekuensi

Penggenangan Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Tinggi Genangan 50% (a), 70% (b), dan 90% (c). ... 20 4. Jumlah Daun Tanaman Baby kailan pada Berbagai Ketinggian

Genangan Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Frekuensi Penggenangan Nutrisi 2 Hari Sekali (a), 1 Kali Sehari (b) dan 2 Kali Sehari (c). ... 21 5. Berat Segar Tanaman Per Bak Tanaman Baby kailan dengan

Frekuensi Penggenangan Nutrisi 2 Hari Sekali, 1 Kali Sehari dan 2 Kali Sehari pada Berbagai Ketinggian Genangan Sistem Hidroponik Ebb and Flow. ... 34

(8)

commit to user

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Grafik pH, EC, dan Suhu Larutan Nutrisi ... 40

2. Grafik Suhu Ruang Screen House dan Kelembaban Udara ... 41

3. Skema Sistem Hidroponik Ebb and Flow ... 42

4. Gambar Sistem Hidroponik Ebb and Flow ... 43

5. Gambar Tanaman Baby kailan pada Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan berbagai frekuensi dan tinggi penggenangan larutan nutrisi………... 44

(9)

commit to user

ix

KAJIAN FREKUENSI DAN TINGGI PENGGENANGAN LARUTAN NUTRISI PADA BUDIDAYA BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra)

DENGAN HIDROPONIK EBB AND FLOW

DINI ASRI PURBARANI H 0106047

RINGKASAN

Sayuran berwarna hijau mengandung banyak vitamin C dan B kompleks, zat besi, kalsium, magnesium, fosfor, betakaroten, dan serat. Baby kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra) merupakan salah satu jenis sayuran hijau yang banyak digemari oleh masyarakat. Salah satu cara untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu digunakan teknik budidaya hidroponik. Hidroponik sistem ebb and flow merupakan salah satu sistem hidroponik yang memiliki prinsip kerja menyediakan larutan nutrisi dengan pola pasang surut. Dengan menggunakan sistem tersebut diharapkan dapat menganalisa kebutuhan pemberian nutrisi yang efisien bagi budidaya tanaman baby kailan. Perlu dikaji bagaimana respon pertumbuhan dan hasil tanaman baby kailan akibat frekuensi dan tinggi penggenangan larutan nutrisi yang berbeda pada sistem hidroponik ebb and flow.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan tinggi penggenangan larutan nutrisi yang optimal terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman baby kailan secara hidroponik ebb and flow. Sistem ebb and flow memerlukan media tanam yang dapat menyimpan air dan nutrisi dengan baik serta bagus untuk perkembangan sistem perakaran, salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah akar pakis. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Agustus 2010 sampai September 2010. Penelitian ini disusun dengan rancangan perlakuan terdiri dari 9 perlakuan yaitu ketinggian genangan nutrisi 50%, 70% dan 90% dengan frekuensi penggenangan pada tiap-tiap ketinggian genangan nutrisi : 1 kali sehari, 2 kali sehari dan 2 hari sekali

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi penggenangan 50% sampai dengan 90% tidak berpengaruh terhadap variabel tinggi tanaman, luas daun, diameter batang, berat segar tanaman, dan berat kering akar tanaman pada tiap frekuensi penggenangan nutrisi. Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang dan berat kering tanaman baby kailan secara hidroponik ebb and flow. Tanaman baby kailan pada ketinggian genangan 70% dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali memberikan berat segar tanaman per bak terbesar yaitu 342,94 g.

(10)

commit to user

x

A STUDY ON THE FREQUENCY AND HEIGHT FLOODING OF NUTRITION SOLUTION ON CULTIVATION BABY CHINESE KALE (Brassica oleraceae var.

alboglabra) USING EBB AND FLOW HYDROPONICS DINI ASRI PURBARANI

H 0106047 SUMMARY

Green vegetables contain much vitamin C and B complex, iron, calcium, magnesium, phosphor, beta-carotene, and fiber. Baby chinese kale (Brassica

oleraceae var. alboglabra) is one type of green vegetables liked by the society.

One way of producing a high quality green vegetable continuously is by using hydroponics cultivation technique. The ebb and flow system of hydroponics is one hydroponics system having the work principle of supply nutrition solution with ebb and flow. By using this system, expected to analyze the needs of an efficient nutrition for cultivation of baby kailan. It should be studied how the respond of baby chinese kale growth and development to the different frequency and height of nutrition solution flooding with hydroponics system ebb and flow.

This research aims to find out the optimum frequency and height of nutrition solution flooding on the baby chinese kale growth and yield using ebb and flow hydroponics system. This system need growing media that can store water and nutrition as well as is good for the rooting system development, the one media to fulfil the criteria is fern. This study was condicted in Green House Faculty of Agricultural Sebelas Maret University from August to September 2010. This research was arranged with 9 treatments: level of 50%, 70% and 90% of medium height with the flooding frequency from each level flooding : once in two days, once a day, and twice a day.

The result of research shows that height flooding of 50% to 90% gives not significant influence to the plant height, leaf wide, stem diameter, fresh weight and dry root weight in each frequency of nutrition flooding. The flooding frequency of once in two days can improve the plant height, leafes number, leaf wide, stem diameter, and dry weight of baby chinese kale using ebb and flow hydroponics system. Baby chinese kale plant in 70% flooding height with flooding frequency of once in two days produces the highest plant fresh weight per batch 342.94 g.

(11)

commit to user

KAJIAN FREKUENSI DAN TINGGI PENGGENANGAN LARUTAN NUTRISI PADA BUDIDAYA BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra) DENGAN HIDROPONIK EBB AND FLOW

Dini Asri Purbarani1)

Ir. Dwi Harjoko, MP2) Ir. Endang Setia M., MSi3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan tinggi penggenangan larutan nutrisi yang optimal terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman baby kailan secara hidroponik ebb and flow. Sistem ebb and flow memerlukan media tanam yang dapat menyimpan air dan nutrisi dengan baik serta bagus untuk perkembangan sistem perakaran, salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah akar pakis. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Agustus 2010 sampai September 2010. Penelitian ini disusun dengan rancangan perlakuan terdiri dari 9 perlakuan yaitu ketinggian genangan nutrisi 50%, 70% dan 90% dengan frekuensi penggenangan pada tiap-tiap ketinggian genangan nutrisi : 1 kali sehari, 2 kali sehari dan 2 hari sekali

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi penggenangan 50% sampai dengan 90% tidak berpengaruh terhadap variabel tinggi tanaman, luas daun, diameter batang, berat segar tanaman, dan berat kering akar tanaman pada tiap frekuensi penggenangan nutrisi. Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang dan berat kering tanaman baby kailan secara hidroponik ebb and flow. Tanaman baby kailan pada ketinggian genangan 70% dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali memberikan berat segar tanaman per bak terbesar yaitu 342,94 g.

Kata kunci: baby kailan, hidroponik ebb and flow 1)

Mahasiswa Jurusan/Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian UNS dengan NIM H0106047

2)

Dosen Pembimbing Utama 3)

(12)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia pada umumnya sangat mengenal komoditas sayur sebagai salah satu produk makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari, biasanya berupa sayuran segar maupun olahan. Sayur dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat, tidak mengenal umur, pendidikan, maupun penghasilan. Komoditas sayuran juga dapat digunakan sebagai pelengkap keindahan, cita rasa, dan penyegar pada masakan. Mengingat hal itu, permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk dan konsumsi per kapita. Disamping itu, sebagian masyarakat juga menginginkan produk hortikultura yang lebih berkualitas (Susila, 2009).

Sayur berwarna hijau merupakan sumber kaya karoten (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan karotennya. Kandungan beta-karoten membantu memperlambat proses penuaan dini mencegah resiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi paru – paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes (Margareth, 2010). Di dalam sayuran juga terdapat vitamin yang bekerja sebagai antioksidan. Antioksidan dalam sayuran bekerja dengan cara mengikat lalu menghancurkan radikal bebas dan mampu melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun (Anonim, 2010c).

Kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra) biasa dikenal dengan nama kale. Kailan masuk di Indonesia pada abad ke -17 namun sayuran ini sudah cukup populer dan diminati kalangan masyarakat. Kandungan gizi serta rasanya yang enak membuat kailan mempunyai potensi dan nilai komersil yang tinggi. Selain itu kailan sebagai salah satu jenis sayuran hijau juga mengandung beta-karoten dan vitamin K, mencegah penyakit jantung, stroke dan Alzheimer (Astawan dan Kasih, 2008).

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Perubahan kondisi global juga terjadi pada bergesernya pola iklim. Perubahan pola iklim global mengakibatkan berkurangnya ketersediaan air, baik secara kuantitas maupun kualitas, mendorong berkembangnya teknologi produksi tanaman dalam lingkungan terkendali (Controled Environment

Agriculture). Sementara itu kegiatan produksi hortikultura dituntut harus

dapat menghasilkan produk yang dapat memenuhi syarat 4 K yakni kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan kompetitif atau daya saing. Konsekuensi dari kondisi tersebut menuntut adanya pengembangan teknologi yang dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi sepanjang tahun (Susila, 2009).

Salah satu cara untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu adalah budidaya dengan sistem hidroponik. Hidroponik merupakan sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah dan menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber haranya. Saat ini, teknologi hidroponik telah banyak diadopsi oleh petani di Indonesia terutama untuk produksi sayuran, bunga potong, dan tanaman hias (Anonim, 2002).

Hidroponik sistem ebb and flow merupakan salah satu metode yang populer dari hidroponik. Sistem ini memiliki prinsip kerja menyediakan larutan nutrisi dengan pola pasang surut. Sistem hidroponik pasang surut bisa diibaratkan sebagai sebuah paru-paru. Saat air menggenang dan membasahi media, maka gas-gas sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh akar akan terpompa keluar. Demikian pula sebaliknya, ketika air meninggalkan media dalam pot, maka udara baru dari luar yang banyak mengandung oksigen akan tersedot ke dalam media tanam. Hal itu tentunya menjadikan tanaman semakin tumbuh subur dan sehat (Rosliani, 2005).

Terdapat beberapa jenis media tanam yang digunakan dalam sistem hidroponik, antara lain pakis, arang sekam, serbuk gergaji, pasir malang, batu bata. Pakis, arang sekam, serbuk gergaji secara umum lebih bagus untuk pertumbuhan tanaman karena kemampuan menyimpan air dan nutrisi lebih tinggi daripada media seperti pasir malang dan batu bata (Anonim, 2010b).

Prinsip kerja sistem hidroponik tersebut akan mempermudah perawatan pada tanaman, jumlah larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, maupun

(14)

commit to user

kebutuhan tenaga kerja menjadi lebih efisien. Pengembangan hidroponik di Indonesia cukup prospektif mengingat permintaan pasar sayuran berkualitas tinggi terus meningkat, kondisi lingkungan / iklim yang tidak menentu, kompetisi penggunaan lahan untuk budidaya sayuran, dan adanya masalah penurunan kesuburan tanah.

B. Perumusan Masalah

Pemberian nutrisi merupakan kunci penting dari keberhasilan budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik. Kebutuhan larutan nutrisi akan bertambah sesuai dengan tingkat pertumbuhan tanaman, sementara volume dan frekuensi pemberian larutan nutrisi sangat bervariasi tergantung jenis tanaman yang dibudidayakan dan kondisi lingkungan tumbuh.

Sistem hidroponik ebb and flow merupakan suatu sistem hidroponik yang menerapkan prinsip dengan pola pasang surut pemberian larutan nutrisi. Dengan menggunakan sistem tersebut pada beberapa frekuensi pemberian dan ketinggian tertentu diharapkan dapat menganalisa kebutuhan pemberian nutrisi yang efisien bagi budidaya tanaman baby kailan (Brassica oleraceae var.

alboglabra).

Berangkat dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui :

1. Adakah pengaruh perbedaan frekuensi pemberian nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman baby kailan secara hidroponik ebb and

flow?

2. Adakah pengaruh perbedaan tinggi genangan nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman baby kailan secara hidroponik ebb and

flow?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan tinggi penggenangan larutan nutrisi yang optimal terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman baby kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra) secara hidroponik

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Tanaman Baby Kailan

Sistematika (taksonomi) tanaman diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Sub-kingdom : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Sub Class : Dillendidae

Ordo : Capparales

Famili : Brassicaceae/Cruciferae Genus : Brassica L. Mustard

Spesies : Brassica oleraceae var. alboglabra L.H Bailey

sinonim Brassica oleraceae var. achepala

Sayuran baby kailan ini termasuk keluarga kubis kubisan. Berbeda dengan kailan biasa yang dipanen tua dan dikonsumsi bagian batangnya, baby kailan lebih enak bila dikonsumsi dengan daunnya. Rasa daunnya segar, renyah dan tekstur batangnya lebih lunak (Soemadi dan A. Mutholib, 2000).

Kale cina umumnya dikenal di Asia Tenggara sebagai kailan, yang ditanam secara luas sebagai sayuran daun untuk digunakan dalam berbagai masakan Cina. Kailan dapat dipanen dalam 6-8 minggu di daerah rendah tropika apabila bunga mulai mekar. Pada garis lintang dan ketinggian yang lebih tinggi, tanaman ini memerlukan waktu kira-kira 10 minggu (Williams et al., 1993).

Baby kailan ditanam seperti kailan biasa, tetapi bedeng penanaman dinaungi plastik. Batang dan tangkai daun tumbuh panjang dan lunak, tetapi panjang keseluruhan tanaman ketika dipanen hanya 10-15 cm. Panen umumnya dilakukan 30 hari sesudah benih ditanam (Mubandrio, 2010).

Kailan merupakan salah satu sayuran yang mempunyai banyak manfaat. Diantaranya merupakan sumber vitamin K yang sangat baik untuk membantu proses pembekuan darah. Konsumsi 100 g kailan dapat memenuhi 141 persen

(16)

commit to user

kebutuhan tubuh akan vitamin K setiap hari. Kailan kaya berbagai vitamin, termasuk vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, dan mineral khususnya kalsium dan zat besi. Sayur berwarna hijau ini juga mengandung isotiosianat, senyawa penangkal kanker (Okefood, 2009).

Tinggi tanaman kailan antara 40-50 cm dengan daun bulat memanjang. Batang tegak dan bercabang, bunga muncul dipucuk tanaman berwarna putih. Tanaman kailan ini cocok ditanam di ketinggian lebih dari 500 m dpl tetapi ada beberapa kultifar yang dapat menyesuaikan pada kondisi iklim di dataran rendah. Tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi sangat mendukung pertumbuhan yang optimum (Tindall, 1983). Daun tanaman kailan relatif tebal berwarna hijau dengan sedikit nuansa putih karena permukaannya ditumbuhi rambut halus. Daun tersusun dalam bentuk roset rapat dan duduk pada batang. Bunga tanaman kailan ini tersusun majemuk, buah berbentuknya langsing memanjang dengan dua ruang. Satu polong memiliki sejumlah biji (biasanya sekitar belasan hingga 20-an) (Anonim, 2010a). Sistem perakaran kailan relatif dangkal dan akar yang baru tumbuh berukuran sekitar 0,6 mm. Pada umur 1-2 bulan sistem perakaran menyebar ke samping sampai kedalaman 20-30 cm (Vincent dan Yamaguchi, 1997).

B. Sistem Hidroponik Ebb and Flow

Ebb and Flow atau yang biasa dikenal dengan sistem pasang surut ini

merupakan salah sistem hidroponik yang unik karena prinsip kerjanya yaitu tanaman mendapatkan air, oksigen dan nutrisi melalui pompaan dari bak penampung yang dipompa melewati media kemudian membasahi akar tanaman (pasang), selang beberapa waktu air bersama nutrisi akan turun (surut) kembali melewati media menuju bak penampungan. Waktu pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut, jadi tanaman tidak akan tergenang atau kekurangan air (Anonim, 2008c). Pemberian larutan nutrisi dalam budidaya hidroponik dapat dilakukan dengan sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi memiliki prinsip menyalurkan kembali larutan nutrisi yang terkumpul dalam bak

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

penampungan, kemudian dialirkan kembali ke media pertanaman secara berulang-ulang. Pertukaran ulang itu diatur secara terkendali (Jensen, 1997).

Tempat penggenangan tersusun atas rangka bambu yang dilapisi plastik untuk meletakkan pot tanaman, dipinggirnya terdapat outlet untuk menyurutkan larutan nutrisi. Seluruh tempat penggenangan akan digenangi oleh larutan nutrisi yang diambil dari tandon larutan nutrisi dengan level tertentu. Selang beberapa waktu, larutan nutrisi akan menyurut kemudian akan terpompa kembali pada interval yang telah ditentukan. Sebagian besar penanaman yang menggunakan metode ini percaya bahwa metode ini menghemat listrik dan tenaga kerja begitu pula dengan air dan pupuk (Soffel, 1998).

Sistem ebb and flow terkenal dan mudah dikelola pada skala kecil. Beberapa peralatan komersial yang canggih terdapat pompa air listrik celup (Submersible). Pengatur waktu yang diatur aktif pada interval yang ditetapkan dan tempat nutrisi biasanya berupa wadah (tray) datar yang besar akan menggenangi beberapa sentimeter sebelum terpompa habis. Larutan nutrisi akan kembali ke tempat nutrisi, dimana proses tersebut akan berulang dalam beberapa jam dan begitu pula seterusnya (Sutherland and Sutherland, 1997).

Beberapa kelebihan sistem hidroponik ebb and flow antara lain adalah tanaman mendapatkan suplai air, oksigen dan nutrisi secara terus menerus, pertukaran oksigen lebih baik karena terbawa air pasang dan surut, serta mempermudah dalam perawatan tanaman (Anonim, 2008c).

Kekurangan dari sistem ini yaitu nilai pH akan berfluktuasi dari waktu ke waktu, apabila dibiarkan akan menyebabkan terganggunya penyerapan hara oleh tanaman. Untuk menanggulangi hal itu, maka perlu dilakukan pengontrolan pH secara rutin agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Jenis media tumbuh yang tidak tepat akan mengakibatkan akar mengering dengan cepat ketika siklus air terganggu. Masalah ini dapat dikurangi dengan menggunakan media tumbuh yang dapat mempertahankan banyak air seperti rockwool, vermiculite, sabut kelapa dan akar pakis (Anonim, 2008b).

(18)

commit to user

Jenis media tanam seperti akar pakis, serbuk gergaji, arang sekam, sabut kelapa maupun gambut memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan media seperti pasir malang, batu bata. Jenis media tanam tersebut memiliki kemampuan menyimpan air dan nutrisi yang tinggi, aerasi optimal, kemampuan menyangga pH tinggi, lebih ringan dan sangat cocok untuk perkembangan perakaran dibandingkan dengan media pasir malang dan batu bata yang terlalu cepat mengatuskan air, sehingga nutrisi yang diberikan sering terlindi dan media tersebut tidak bagus untuk perkembangan sistem perakaran (Anonim, 2010b).

C. Pemberian Nutrisi dalam Sistem Hidroponik

Pada budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik, pemberian nutrisi menjadi kunci penting dari keberhasilan. Keterlambatan pemberian nutrisi atau perbandingan unsur yang tidak tepat akan berakibat fatal terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, bahkan dapat menyebabkan kematian. Agar tanaman tumbuh secara optimal, komposisi unsur hara harus sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman, karena masing-masing tanaman membutuhkan formulasi pupuk yang berbeda-beda (Anonim, 2008a).

Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dalam segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu (Anonim, 2010d).

Dua faktor penting dalam formula larutan nutrisi, terutama jika larutan yang digunakan akan disirkulasi (closed sistem) adalah komposisi dan konsentrasi larutan (Bugbee, 2003). Kedua faktor ini sangat menentukan produksi tanaman. Setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas, membutuhkan keseimbangan jumlah dan komposisi larutan nutrisi yang berbeda.

Pupuk hidroponik mengandung semua unsur makro dan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman (NO3-, H2PO4+,SO4-, NH4+,K=,Ca++, Mg+, Fe, Mn, Zn, B, Cu, dan Mo). Pupuk ini terdiri dari pupuk A dan pupuk B. Dalam pupuk A terkandung NO3-, NH4+, Ca++, dan Fe. Dalam pupuk B terkandung

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

H2PO4+,SO4-, K=, Mn, Zn, B, Cu, dan Mo. Kedua jenis pupuk ini tidak boleh dicampur dalam keadaan pekat. Di dalam pupuk A terdapat unsur Ca sedangkan dalam pupuk B terdapat anion sulfat dan fosfat. Bila Ca tercampur dengan sulfat, maka akan terbentuk CaSO4 atau gips yang merupakan endapan karena daya larutnya rendah sekali sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Begitu pula jika Ca tercampur dengan fosfat maka akan terbentuk Ca3(PO4)2 atau kalsium fosfat yang juga merupakan endapan (Suhardiyanto, 2002).

Larutan nutrisi yang akan digunakan dalam sistem hidroponik harus mempunyai kepekatan dan nilai kemasaman larutan yang sesuai dengan jenis dan umur tanaman sebelum didistribusikan ke tanaman (Anonim, 2008a). Tingginya konsentrasi larutan akan menyebabkan akumulasi ion, sehingga arus listrik yang dihantarkan semakin tinggi. Larutan nutrisi dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hal ini mendasari adanya sistem kontrol secara sederhana maupun otomatis pada larutan nutrisi. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi dapat menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi, untuk tanaman sayuran, suhu optimal antara 5-15oC (Anonim, 2010d).

Dalam sistem hidroponik ebb and flow, tempat penggenangan akan dialiri nutrisi berturut – turut dengan larutan nutrisi yang sama. Setelah rangkaian tempat penggenangan ternutrisi atau paling tidak satu kali dalam seminggu, larutan nutrisi harus dikontrol pH dan kepekatan. Umumnya larutan nutrisi tidak berubah. Setelah masuk ke dalam pot melalui kapilaritas, sebagian kecil dari larutan nutrisi kembali ke tempat penggenangan. Perubahan tersebut biasanya tidak terjadi, kehilangan pada volume larutan nutrisi saat kembali ke tempat nutrisi umumnya terjadi karena penambahan larutan nutrisi yang baru sesuai dengan proporsi sistem. Beberapa evaporasi dari air dapat terjadi dari larutan nutrisi ketika berada di tempat penggenangan. Hal ini akan menaikkan kepekatan larutan nutrisi. Ketika hal ini terjadi, air dapat ditambahkan untuk menurunkan kepekatan larutan (Nelson, 1998).

(20)

commit to user

D. Hipotesa

Diduga pada frekuensi dan tinggi penggenangan larutan nutrisi tertentu dapat memaksimalkan pertumbuhan dan hasil baby kailan (Brassica oleraceae

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2010 bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : benih tanaman baby kailan, nutrisi AB mix (Parung Farm), air berasal dari sumber mata air Kemuning, batang pakis cacah sebagai substrat

2. Alat

Alat yang digunakan, antara lain pot berukuran 10 cm, tandon larutan nutrisi, EC Meter, pH meter, timbangan digital, timbangan analitik, ember, Termometer infrared, Hygrometer, oven, rangka bambu, plastik UV, solder, pompa submersible dan selang.

C. Cara Kerja Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini disusun dengan rancangan perlakuan terdiri dari 9 perlakuan yang meliputi :

a. Ketinggian genangan nutisi 50% dari tinggi pot dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari (2 kali per 2 hari)

b. Ketinggian genangan nutisi 50% dari tinggi pot dengan frekuensi penggenangan 2 kali sehari (4 kali per 2 hari)

c. Ketinggian genangan nutisi 50% dari tinggi pot dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (1 kali per 2 hari)

d. Ketinggian genangan nutisi 70% dari tinggi pot dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari (2 kali per 2 hari)

e. Ketinggian genangan nutisi 70% dari tinggi pot dengan frekuensi penggenangan 2 kali sehari (4 kali per 2 hari)

(22)

commit to user

f. Ketinggian genangan nutisi 70% dari tinggi pot dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (1 kali per 2 hari)

g. Ketinggian genangan nutisi 90% dari tinggi pot dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari (2 kali per 2 hari)

h. Ketinggian genangan nutisi 90% dari tinggi pot dengan frekuensi penggenangan 2 kali sehari (4 kali per 2 hari)

i. Ketinggian genangan nutisi 90% dari tinggi pot dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (1 kali per 2 hari)

Pada masing – masing perlakuan ditanam 25 tanaman, kemudian ditetapkan 5 tanaman contoh yang dipilih secara acak untuk diamati.

2. Pelaksanaan Penelitian a. Pembuatan Konstruksi

1) Pembuatan rangka bambu ukuran 1m x 1m, tinggi 15 cm, di dalam satu perangkat terdapat 25 pot tempat produksi tanaman.

2) Memasang plastik UV sebagai alas di atas rangka bambu, kemudian melubangi pada bagian pinggir plastik seukuran selang. 3) Memasang selang di tepi plastik

4) Menghubungkan selang dengan pompa submersible yang berada di dalam ember nutrisi untuk dapat mendorong larutan nutrisi ke atas konstruksi.

b. Pembuatan Nutrisi

1) Melarutkan 9 kg mix A ke dalam 70 liter air (pekatan A). 2) Melarutkan 9 kg mix B ke dalam 70 liter air (pekatan B)

3) Melarutkan 3 liter pekatan A dan 3 liter pekatan B kedalam 574 liter air sehingga diperoleh 600 liter larutan nutrisi AB mix.

c. Persemaian

Persemaian merupakan rangkaian kegiatan budidaya yang bertujuan untuk menyediakan bibit tanaman yang berkualitas. Media yang digunakan adalah tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1 kemudian dimasukkan ke dalam plastik pembibitan. Kemudian benih tanaman kailan ditanam di atasnya, setiap plastik dimasukkan 5 benih

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

tanaman. Lalu disiram setiap hari dengan air. Setelah 2 minggu, bibit kailan siap dipindahkan.

d. Persiapan Media Tanam

Media tanam hidroponik disiapkan bersamaan dengan pembibitan agar media tidak kosong terlalu lama. Media hidroponik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakis yang telah dicacah sepanjang 1 cm. e. Penanaman

1) Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 2 minggu dengan memilih bibit yang baik, yaitu bibit yang sehat dan berukuran seragam.

2) Meletakkan pot yang telah dilubangi dengan solder ke dalam bak. Pot diisi dengan media tanam kemudian bibit tanaman dimasukkan kedalam pot kemudian ditutup dengan media secara hati-hati. f. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan meliputi pemberian larutan nutrisi dengan cara menggenangi konstruksi dengan larutan nutrisi sesuai ketinggian genangan yang ditentukan selama beberapa waktu kemudian menyurutkannya kembali dan pengendalian hama penyakit.

g. Panen

Baby kailan dipanen pada umur 4 minggu setelah tanam 3. Variabel Pengamatan

a. Variabel pengamatan

1) Tinggi Tanaman (cm/minggu)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi, pengukuran dilakukan selang satu minggu setelah tanam hingga panen.

2) Jumlah Daun per Tanaman (per minggu)

Jumlah daun per tanaman dihitung dari daun yang sudah membuka sempurna, pada saat tanaman selang satu minggu setelah tanam hingga panen.

(24)

commit to user 3) Diameter Batang Tanaman

Diukur dengan cara mengukur diameter leher akar tanaman. Pengukuran dilakukan selang satu minggu setelah tanam hingga panen.

4) Luas Daun

Diamati pada saat panen dengan mengukur luas helaian daun menggunakan metode gravimetri yaitu melalui perbandingan berat daun total dengan berat suatu subsample daun yang diketahui luasnya.

5) Berat Segar per Tanaman

Berat segar tanaman dihitung dengan cara menimbang tanaman dan akarnya. Pengukuran dilakukan setelah panen.

6) Berat Kering per Tanaman

Berat kering tanaman dihitung dengan cara menimbang tanaman yang telah dikeringkan dalam oven hingga berat kering konstan menggunakan timbangan digital. Pengukuran dilakukan setelah panen.

7) Berat Kering Akar per Tanaman

Berat kering akar tanaman dihitung dengan cara menimbang akar tanaman yang telah di keringkan dan di oven hingga berat kering konstan menggunakan timbangan digital. Pengukuran dilakukan setelah panen.

8) Berat Segar Tanaman per Bak (25 Tanaman)

Berat segar tanaman dihitung dengan cara menimbang 25 tanaman pada tiap perlakuan dan akarnya. Perlakuan dilakukan setelah panen.

b. Variabel Pemantauan

1) Nilai EC (Electrical Conductivity)

Pengukuran EC menggunakan EC meter dilakukan pada saat awal dan akhir pergantian nutrisi.

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2) Nilai Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH menggunakan pH meter dilakukan pada saat awal dan akhir pergantian nutrisi.

3) Suhu Lingkungan

Pengukuran suhu lingkungan dilakukan setiap 1 minggu sekali. 4) Suhu Larutan Nutrisi

Pengukuran suhu larutan nutrisi dilakukan setiap 1 minggu sekali. 5) Kelembaban Udara

Pengukuran kelembaban udara dilakukan setiap 1 minggu sekali.

D. Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan perbandingan rerata dari contoh secara berpasangan pada berbagai perlakuan berdasarkan uji t taraf 5%.

(26)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman menjadi semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan Guritno, 1995).

(a) (b)

(c)

Gambar 1. Tinggi Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Frekuensi Penggenangan Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Tinggi Genangan 50% (a), 70% (b), dan 90% (c)

Pada ketinggian genangan 50%, dapat diketahui bahwa frekuensi penggenangan 2 hari sekali cenderung memiliki laju pertumbuhan tinggi

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

tanaman tercepat bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari dan 2 kali sehari dari minggu ke minggu. Pada ketinggian genangan 70%, umur 1 sampai 2 MST frekuensi penggenangan 2 hari sekali memberikan tinggi tanaman tertinggi. Tetapi ketika tanaman berumur 3 sampai 4 MST, frekuensi penggenangan 2 kali sehari cenderung memberikan tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pada ketinggian genangan 90%, umur 1 sampai 2 MST, laju pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai frekuensi penggenangan sejajar, pada 3 MST frekuensi penyiraman 2 hari sekali lebih mendominasi tinggi tanaman baby kailan. Tetapi ketika tanaman berumur 4 MST, perlakuan frekuensi penggenangan 2 kali sehari cenderung memberikan hasil tinggi tanaman tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. (lihat Gambar 1).

(b) (a)

(c)

Gambar 2. Tinggi Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Ketinggian Genangan Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Frekuensi Penggenangan Nutrisi 2 Hari Sekali (a), 1 Kali Sehari (b) dan 2 Kali Sehari (c).

(28)

commit to user

Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali, dapat diketahui bahwa tinggi genangan 90% cenderung memberikan hasil rerata tinggi tanaman tertinggi dari minggu ke minggu bila dibandingkan dengan tinggi genangan lainnya. Pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari, dapat diketahui bahwa pada umur 1 sampai 2 MST tinggi genangan 90% memberikan tinggi tanaman yang tertinggi. Kemudian pada umur 3 sampai 4 MST, ketinggian genangan 70% cenderung memberikan hasil rerata tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan dengan tinggi genangan lainnya. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari, dapat diketahui bahwa tinggi genangan 70% dan 90% saling berhimpit dari minggu ke minggu hingga pada umur 4 MST ketinggian genangan 70% cenderung lebih meningkat dibandingkan 90%. Sedangkan pada ketinggian genangan 50% memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. (lihat Gambar 2).

Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Baby Kailan Umur 4 MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris dan kolom dinyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan perbandingan uji T pada taraf α 5%

Tinggi Genangan Frekuensi Penggenangan (per 2 hari)

(%) 1 2 4 Rerata Tinggi Tanaman (cm)

50 8,1 a 8,0 a 8,5 a 7,2 a 8,5 a 7,7 a 7,9 a 9,0 a 8,9 a 70 90

1 = Frekuensi penggenangan 2 hari sekali 2 = Frekuensi penggenangan 1 kali sehari 4 = Frekuensi penggenangan 2 kali sehari

Pada ketinggian genangan 50%, 70%, dan 90% menunjukkan rerata tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata baik pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari, 2 kali sehari maupun 2 hari sekali terhadap tinggi tanaman (lihat Tabel 1). Diketahui bahwa tinggi tanaman tertinggi berada pada ketinggian genangan 70% dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (9,0 cm). Meskipun demikian, pada ketinggian dan frekuensi penggenangan tersebut tidak dinyatakan sebagai yang terbaik, karena data menunjukkan bahwa

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

perbedaan tinggi genangan dan frekuensi pemberian nutrisi pada sistem hidroponik ebb and flow tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman khususnya pada tinggi tanaman.

Hal ini diduga karena frekuensi penggenangan nutrisi tidak berpengaruh terhadap variabel tinggi tanaman, tinggi tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor genetis dan lingkungan. Pada saat penelitian, suhu di dalam rumah kaca pada saat awal penanaman sampai saat pemanenan cukup

fluktuatif yaitu pada pagi hari berkisar antara 24 – 340C, siang hari 34 - 48,80C, dan sore hari antara 31 - 41,20C. Pada kisaran suhu tersebut,

memungkinkan adanya variasi ketinggian tanaman pada tanaman baby kailan. Demikian dengan suhu larutan cukup fluktuatif yaitu pagi hari berkisar antara 30,4 – 320C, siang hari 35 – 35,60C, dan sore hari antara 31,4 – 33,40C. Kelembaban udara di luar rumah kaca pada pagi hari berkisar antara 40 – 58%, siang hari antara 24 – 36% dan sore hari sekitar 60 – 69%. Kelembaban udara di dalam rumah kaca pada pagi hari sekitar 39 – 56 %, siang hari antara 28 – 30 % dan pada sore hari antara 64 – 66%. Nilai pH pada awal tanam hingga masa panen masih cukup baik untuk pertumbuhan tanaman baby kailan, yaitu berkisar antara 6, 05 – 6, 46. Nilai EC berkisar antara 2,76 - 2,82. Nilai EC larutan hara fluktuatif seiring berjalannya waktu, hal ini diduga akibat larutan hara mengalami kehilangan sebagian air akibat evapotranspirasi sehingga larutan hara mengalami pemekatan.

Menurut Mulyani dan Kartasapoetra (1988) cit. Noorhadi dan Utomo (2002) frekuensi pemberian nutrisi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, karena tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Besarnya faktor lingkungan terhadap tanaman tergantung kemampuan tanaman untuk memanfaatkan pengaruh lingkungan tersebut. Faktor lingkungan tersebut antara lain kelembaban udara, suhu ruang, suhu larutan, pH dan EC. Sitompul dan Guritno (1995) menambahkan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman, keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan

(30)

commit to user

susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanam yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama.

Menurut Sutiyoso (2009) pada suhu 300C masih dapat dimanfaatkan untuk produksi sayuran dengan cukup baik, walaupun kualitasnya lebih rendah sedikit dibandingkan produksi di dataran tinggi. Menurut Karsono et

al. (2007) pada kelembaban terlampau tinggi tanaman akan menampakkan

gejala etiolasi, sedangkan apabila kelembaban terlalu rendah, maka tanaman akan kehilangan turgornya dan layu, kondisi kelembaban yang optimal untuk berhidroponik adalah sekitar 70%. Kisaran pH yang disukai tanaman adalah 5,5 – 6,5, dikisaran tersebut daya larut unsur – unsur hara dalam kondisi optimal. Menurut Sutiyoso (2003), batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2. Apabila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis.

2. Jumlah daun (helai)

Pengamatan daun didasarkan atas fungsi daun sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis. Fungsi daun adalah sebagai penghasil fotosintat yang sangat diperlukan tanaman sebagai sumber energi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (Anwarudin et al., 1996). Maka pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan biomassa tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 20 (a) (b) (c)

Gambar 3. Jumlah Daun Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Frekuensi Penggenangan Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Tinggi Genangan 50% (a), 70% (b), dan 90% (c).

Pada ketinggian genangan 50% dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan jumlah daun pada umur 2 MST dengan frekuensi penggenangan 2 kali sehari cenderung meningkat, tetapi ketika tanaman berumur 3 sampai 4 MST grafik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan laju pertumbuhan jumlah daun yang hampir sama pada setiap frekuensi penggenangan. Pada ketingian genangan 70% dapat diketahui ketika tanaman berumur 1 sampai 2 MST grafik cenderung sejajar, tetapi kemudian ketika tanaman berumur 3 sampai 4 MST frekuensi penyiraman 2 kali sehari menunjukkan penurunan dan frekuensi penggenangan 1 kali sehari cenderung mendominasi dibandingkan frekuensi penggenangan 2 kali sehari. Pada ketinggian genangan 90% diketahui bahwa frekuensi penggenangan 1 kali sehari lebih mendominasi diantara frekuensi penyiraman yang lainnya hingga 4 MST (lihat Gambar 3).

(32)

commit to user

(a) (b)

(c)

Gambar 4. Jumlah Daun Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Ketinggian Genangan Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Frekuensi Penggenangan Nutrisi 2 Hari Sekali (a), 1 Kali Sehari (b) dan 2 Kali Sehari (c).

Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali dapat diketahui bahwa tinggi genangan 50%, 70% dan 90% sejajar dari minggu ke minggu mengalami peningkatan. Pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari dapat diketahui bahwa tinggi genangan 50% memberikan laju pertumbuhan jumlah daun terendah dari minggu ke minggu, sedangkan pada ketinggian 70% dan 90% menunjukkan garis yang linear pada umur 3 sampai 4 MST dan cenderung memberikan laju pertumbuhan tertinggi. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari, pada umur 1 hingga 3 MST grafik pada berbagai ketinggian genangan cenderung meningkat, hingga tanaman berumur 4 MST pada ketinggian genangan 50% cenderung mendominasi laju pertumbuhan jumlah daun tanaman dibandingkan ketinggian genangan lainnya(lihat Gambar 4).

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Tabel 2. Rerata Jumlah Daun (helai) Baby Kailan Umur 4 MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris dan kolom dinyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan perbandingan uji T pada taraf α 5%

Tinggi Genangan Frekuensi Penggenangan (per 2 hari)

(%) 1 2 4 Rerata Jumlah Daun (helai)

50 6,80 a 7,00 ab 7,00 a 6,60 a 7,20 a 7,20 a 6,60 a pq 6,00 b q 7,00 a p 70 90

1 = Frekuensi penggenangan 2 hari sekali 2 = Frekuensi penggenangan 1 kali sehari 4 = Frekuensi penggenangan 2 kali sehari

Pada ketinggian genangan 50%, frekuensi penggenangan 2 hari sekali (6,8 helai), 1 kali sehari (6,6 helai) dan 2 kali sehari (6,6 helai) memberikan hasil tidak berbeda nyata. Pada ketinggian genangan 70%, dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari (7,20 helai) menunjukkan hasil tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan jumlah daun pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali (7 helai) tetapi menunjukkan hasil berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 2 kali sehari (6,00 helai). Pada ketinggian genangan 90% frekuensi penggenangan 2 kali sehari sekali (7,00 helai), 1 kali sehari (7,20 helai) dan 2 kali sehari (7,00 helai) memberikan hasil tidak berbeda nyata. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari, ketinggian genangan 70% (6,00 helai) memberikan hasil rerata jumlah daun yang berbeda nyata dengan ketinggian genangan 90% (7,00 helai) (lihat Tabel 2).

Pada tinggi genangan 70%, frekuensi penggenangan 1 kali sehari menunjukkan angka berbeda nyata terhadap frekuensi penggenangan 2 kali sehari. Hal ini diduga pada tinggi genangan 70%, frekuensi penggenangan 1 kali sehari sudah mencukupi tanaman baby kailan untuk tumbuh secara optimal, sehingga ketika frekuensi penggenangan ditingkatkan, justru akan menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Sedangkan pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari, diketahui bahwa ketinggian genangan 90% memberikan hasil yang berbeda nyata dengan tinggi genangan 70%. Tinggi genangan 90% memberikan hasil jumlah daun terbanyak. Pada frekuensi

(34)

commit to user

penggenangan 2 kali sehari dengan ketinggian genangan 90% dapat meningkatkan jumlah daun tanaman baby kailan.

Menurut Livingston and Shreve (1921) cit. Sitompul dan Guritno (1995) tanaman akan melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan diluar dari tingkat optimum dan dapat menyelesaikan hidupnya secara lengkap asalkan keadaan lingkungan tidak melebihi batas fisiologis proses kehidupan, akan tetapi program genetik tidak dapat diekspresikan secara penuh apabila keadaan lingkungan berada diluar keadaan optimum, tanaman akan memberikan reaksi terhadap perubahan lingkungan tersebut dengan tingkat tanggapan yang tergantung pada jenis tanaman dan tingkat perubahan lingkungan tersebut.

3. Diameter Batang (cm)

Diameter adalah sebuah dimensi dasar dari sebuah lingkaran. Diameter batang didefinisikan sebagai panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di sekeliling batang yang melalui titik pusat (sumbu) batang. Diameter batang adalah dimensi tumbuhan yang paling mudah diperoleh / diukur terutama pada tanaman bagian bawah. Tetapi oleh karena bentuk batang yang pada umumnya semakin mengecil ke ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan dapat diperoleh tak hingga (Vansaka, 2010).

Tabel 3. Rerata Diameter Batang (cm) Baby Kailan Umur 4 MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris dan kolom dinyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan perbandingan uji T pada taraf α 5%

Tinggi Genangan Frekuensi Penggenangan (per 2 hari)

(%) 1 2 4 Rerata Diameter Batang (cm)

50 0,64 a 0,70 a 0,65 a 0,63 ab 0,63 a 0,58 a 0,52 b 0,49 b 0,44 b 70 90

1 = Frekuensi penggenangan 2 hari sekali 2 = Frekuensi penggenangan 1 kali sehari 4 = Frekuensi penggenangan 2 kali sehari

Pada ketinggian genangan 50%, hasil rerata diameter batang terbesar pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali yaitu 0,64 cm. Pada ketinggian

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

genangan 70%, hasil rerata diameter batang terbesar pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali yaitu 0,70 cm. Sedangkan pada ketinggian genangan 90%, hasil rerata diameter batang terbesar terdapat pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali yaitu 0,65 cm. Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali rerata diameter terbesar pada tinggi genangan 70% yaitu sebesar 0,70 cm. Pada frekuensi penggenangan 1 hari sekali rerata diameter terbesar pada ketinggian genangan 50% dan 70% sebesar 0,63 cm. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari rerata diameter terbesar terletak pada ketinggian genangan 50% sebesar 0,52 cm (lihat Tabel 3).

Pada ketinggian genangan 50%, frekuensi penggenangan 2 hari sekali (0,64 cm) menunjukkan hasil rerata diameter batang yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 2 kali sehari (0,52 cm). Pada ketinggian genangan 70%, frekuensi penggenangan 2 kali sekali (0,49 cm) menunjukkan hasil rerata diameter batang yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari (0,63 cm) dan 2 hari sekali (0,70 cm). Pada ketinggian genangan 90%, frekuensi penggenangan 2 kali sekali (0,44 cm) menunjukkan hasil rerata diameter batang yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari (0,58 cm) dan 2 hari sekali (0,65 cm).

Data di atas menunjukkan bahwa pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali dan 1 kali sehari memberikan hasil diameter batang yang lebih besar apabila dibandingkan dengan tanaman yang diberikan frekuensi penggenangan 2 kali sehari pada berbagai ketinggian genangan. Hal ini diduga disebabkan oleh sifat media tanam. Ketika frekuensi penggenangan 1 kali sehari dan 2 hari sekali, akar tanaman pakis sudah dalam keadaan jenuh menyimpan larutan nutrisi yang diberikan, sehingga pada saat tanaman ditingkatkan frekuensi penggenangannya menjadi 2 kali sehari, media tanam menjadi lembab. Penambahan penggenangan menyebabkan pori pori media penuh terisi air sehingga aerasi terganggu akhirnya menghambat proses penyerapan hara. Unsur hara yang diserap oleh tanaman menjadi sedikit dan hal ini akan berpengaruh terhadap hasil fotosintat tanaman tersebut.

(36)

commit to user

Peningkatan volume pemberian air juga akan meningkatkan kelembaban udara dan menurunkan suhu udara. Semakin banyak air yang diberikan, semakin banyak air yang menguap di udara, sehingga kelembaban udara bertambah. Kelembaban yang tinggi di udara juga menghambat pertumbuhan tanaman.

Menurut Baver (1951) cit. Hanafiah (2005) media dengan aerasi buruk akan mengakibatkan penghambatan pertumbuhan tanaman akibat tertekannya pertumbuhan dan perkembangan akar, respirasi akar, absorbsi akar dan unsur hara. Menurut Karsono et al. (2007) kelembaban udara yang tinggi menyebabkan evapotranspirasi yang berlangsung cukup kecil, sehingga hanya sedikit unsur hara yang terserap ke atas. Unsur yang terserap ke atas hanya yang ringan, unsur yang berat hanya sedikit yang terangkat, sehingga pembentukan sel tidak sempurna, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

4. Luas daun (cm2)

Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsinya sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis. Atas dasar ini, luas daun akan menjadi pilihan parameter utama, karena laju fotosintesis per satuan tanaman pada kebanyakan kasus ditentukan sebagian besar oleh luas daun. Dengan pengertian lain, informasi mengenai kemampuan fotosintesis tanaman akan dapat diperoleh (Sitompul dan Guritno, 1995).

Luas daun berkaitan dengan luas permukaan penyerapan sinar matahari. Sinar matahari digunakan sebagai sumber energi dalam pelaksanaan fotosintesis. Daun tanaman dapat menyerap karbondioksida dan memproduksi fotosintat (Gardner et al., 1991). Luas daun erat hubungannya dengan kemampuan tumbuhan untuk menghasilkan asimilat yang sifatnya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Bahar dan Widiastoety, 1994).

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Tabel 4. Rerata Luas daun (cm2) Baby Kailan Umur 4 MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi

Tinggi Genangan Frekuensi Penggenangan (per 2 hari)

(%) 1 2 4

Rerata Luas Daun (cm2)

50 216,3 a 277,3 a 233,4 a 233,0 a 196,5 b 212,5 a 185,3 a 194,9 b 162,5 b 70 90

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris dan kolom dinyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan perbandingan uji T pada taraf α 5%

1 = Frekuensi penggenangan 2 hari sekali 2 = Frekuensi penggenangan 1 kali sehari 4 = Frekuensi penggenangan 2 kali sehari

Pada ketinggian genangan 50%, hasil rerata luas daun tertinggi terdapat pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari yaitu 233,0 cm2. Pada ketinggian genangan 70 %, hasil rerata luas daun tertinggi terdapat pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali yaitu 277,3 cm2. Pada ketinggian genangan 90 % hasil rerata luas daun tertinggi pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali yaitu 233,4 cm2. Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali rerata luas daun tertinggi terdapat pada tinggi genangan 70% yaitu sebesar 277,3 cm2. Pada frekuensi penggenangan 1 hari sekali rerata luas daun tertinggi terdapat pada ketinggian genangan 50% yaitu sebesar 233,0 cm2. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari rerata luas daun tertinggi pada ketinggian genangan 70% yaitu sebesar 194,9 cm2 (lihat Tabel 4).

Pada ketinggian 70%, frekuensi penggenangan 2 hari sekali (277,3 cm2) menunjukkan hasil rerata luas daun yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan penggenangan 1 kali sehari (196,5 cm2) dan 2 kali sehari (194,9 cm2). Pada ketinggian 90%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari (162,5 cm2) menunjukkan hasil rerata luas daun yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan 2 hari sekali (233,4 cm2) dan 1 kali sehari (212,5 cm2) .

Dari data di atas diketahui bahwa pada ketinggian genangan 70%, frekuensi penggenangan 2 hari sekali menunjukkan rerata luas daun yang berbeda nyata dibandingkan frekuensi penggenangan 1 kali sehari dan 2 kali

(38)

commit to user

sehari. Frekuensi penggenangan 2 hari sekali memberikan luas daun yang lebih besar dari perlakuan penggenangan 1 kali sehari dan 2 kali sehari. Pada ketinggian genangan 90%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari menunjukkan rerata luas daun yang berbeda nyata dibandingkan frekuensi penggenangan 2 hari sekali dan 1 kali sehari. Luas daun pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari cenderung memberikan luas daun yang lebih rendah bila dibandingkan dengan penggenangan 2 hari sekali dan 1 kali sehari. Pada penggenangan 2 kali sehari, menyebabkan media tanam menjadi jenuh air. Media tanam yang jenuh akan terganggu aerasinya dan menghambat proses penyerapan hara pada tanaman. Proses penyerapan hara yang terhambat, akan berpengaruh terhadap rendahnya hasil fotosintat tanaman tersebut. Menurut Anwaruddin et al. (1996) fungsi daun itu sendiri sebagai penghasil fotosintat sebagai sumber energi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Urnemi (2001) menambahkan bahwa akumulasi fotosintat yang tinggi mengakibatkan pembesaran dan diferensiasi sel yang dinyatakan dalam perubahan ukuran luas daun, pertumbuhan tinggi dan pembesaran diameter batang.

5. Berat Segar per Tanaman (g)

Berat segar dapat digunakan untuk menggambarkan biomassa tanaman apabila hubungan berat segar dengan berat kering bersifat linier. Tetapi karena kandungan air dari suatu jaringan atau keseluruhan tubuh tanaman berubah dengan umur dan dipengaruhi oleh lingkungan yang jarang konstan, suatu hubungan yang linier di antara kedua bagian ini untuk seluruh masa pertumbuhan tanaman dapat tidak linier (Sitompul dan Guritno, 1995).

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Tabel 5. Rerata Berat Segar per Tanaman (g) Baby Kailan Umur 4 MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi

Tinggi Genangan Frekuensi Penggenangan (per 2 hari)

(%) 1 2 4

Rerata Berat Segar per Tanaman (g)

50 9,6 a 13,6 a 9,8 a 12,1 a 10,7 a 10,9 a 8,1 a 8,1 b 6,8 b 70 90

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris dan kolom dinyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan perbandingan uji T pada taraf α 5%

1 = Frekuensi penggenangan 2 hari sekali 2 = Frekuensi penggenangan 1 kali sehari 4 = Frekuensi penggenangan 2 kali sehari

Pada ketinggian genangan 50%, hasil rerata berat segar per tanaman terbesar pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari yaitu 12,1 g. Pada ketinggian genangan 70%, hasil rerata berat segar per tanaman terbesar pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali yaitu 13,6 g. Pada ketinggian genangan 90% hasil rerata berat segar per tanaman terbesar pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari yaitu 10,9 g. Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali hasil rerata berat segar pertanaman terbesar berada pada ketinggian genangan 70% yaitu sebesar 13,6 g. Pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari hasil rerata berat segar per tanaman terbesar pada ketinggian genangan 50% yaitu sebesar 12,1 g. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari hasil rerata berat segar per tanaman terbesar pada ketinggian 50% dan 70% yaitu sebesar 8,1 g (lihat Tabel 5).

Pada tinggi genangan 70%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari (8,1 g) menunjukkan hasil rerata berat segar per tanaman yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari (10,7 g) dan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (13,6 g). Pada ketinggian genangan 90%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari (6,8 g) menunjukkan hasil rerata berat segar per tanaman yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari (10,9 g) dan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (9,8 g).

(40)

commit to user

Data di atas menunjukkan bahwa pada tinggi genangan 70% dan 90%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari menunjukkan hasil yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan penggenangan 1 hari sekali dan 2 hari sekali. Dimana terlihat bahwa berat segar tanaman pada perlakuan penggenangan 2 kali sehari lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Menurut Dwijoseputro (1986) berat segar suatu tanaman dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman seperti jumlah daun dan luas daun. Besarnya berat segar suatu tanaman dipengaruhi oleh jumlah daun, luas daun, dan diameter batang, dimana dalam ketiga variabel tersebut pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari menunjukkan hasil yang lebih kecil bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari dan 2 hari sekali.

6. Berat Kering per Tanaman (g)

Pengukuran biomassa tanaman dapat dilakukan melalui penimbangan bahan tanaman yang sudah dikeringkan, tetapi data biasanya disajikan dalam satuan berat yang akan proporsional dengan biomassa apabila tempat yang sama digunakan selama penimbangan (Sitompul dan Guritno, 1995).

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pembelahan dan pembesaran sel, tetapi definisi paling umum adalah pertumbuhan berat kering. Berat kering total tanaman merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 dari proses fotosintesis sepanjang musim pertumbuhan (Gardner et al., 1991).

Tabel 6. Rerata Berat Kering per Tanaman (g) Baby Kailan Umur 4 MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi

Tinggi Genangan Frekuensi Penggenangan (per 2 hari)

(%) 1 2 4

Rerata Berat Kering per Tanaman (g) 50 0,88 a q 1,19 a pq 1,10 a p 0,89 a 0,90 a 0,96 a 0,70 a 0,59 b 0,52 b 70 90

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris dan kolom dinyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan perbandingan uji T pada taraf α 5%

1 = Frekuensi penggenangan 2 hari sekali 2 = Frekuensi penggenangan 1 kali sehari 4 = Frekuensi penggenangan 2 kali sehari

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Pada ketinggian genangan 50%, hasil rerata berat kering per tanaman terbesar pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari yaitu 0,89 g. Pada ketinggian genangan 70%, hasil rerata berat kering per tanaman terbesar pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali yaitu 1,19 g. Pada ketinggian genangan 90% hasil rerata berat kering per tanaman terbesar pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali yaitu 1,10 g. Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali hasil rerata berat kering per tanaman terbesar berada pada ketinggian genangan 70% yaitu sebesar 1,19 g. Pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari hasil rerata berat kering per tanaman terbesar berada pada ketinggian genangan 90% sebesar 0,96 g. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari hasil rerata berat kering per tanaman terbesar berada pada ketinggian genangan 50% sebesar 0,70 g (lihat Tabel 6).

Pada tinggi genangan 70%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari (0,59 g) memberikan hasil rerata berat kering per tanaman yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (1,19 g) dan 1 kali sehari (0,90 g). Pada tinggi genangan 90%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari (0,52 g) memberikan hasil rerata berat kering per tanaman yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (1,10 g) dan 1 kali sehari (0,96 g).

Dari data di atas diketahui bahwa pada tinggi genangan 70% dan 90%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari menunjukkan hasil yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan penggenangan 2 hari sekali dan 1 hari sekali. Dimana terlihat bahwa berat kering tanaman pada perlakuan penggenangan 2 kali sehari lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali, di ketinggian genangan 50% menunjukkan angka berbeda nyata dengan tinggi genangan 90%. Berat kering pada tinggi genangan 50% lebih rendah dari 90%. Berat kering tanaman berkaitan dengan jumlah daun, luas daun, diameter batang dan berat segar tanaman, dimana semakin banyak jumlah daun, luas daun semakin besar, berat segar tanaman semakin besar, dan berat kering tanaman juga semakin meningkat. Pada variabel jumlah daun, luas daun dan berat segar tanaman,

(42)

commit to user

perlakuan penggenangan 2 kali sehari pada tinggi genangan 70% dan 90% menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan perlakuan penggenangan 2 hari sekali dan 1 kali sehari. Begitu juga halnya dengan tinggi genangan 50% pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali menunjukkan variabel jumlah daun, luas daun dan berat segar tanaman yang lebih rendah bila dibandingkan ketinggian genangan 90%.

Berat kering tanaman dipengaruhi proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman tersebut. Jika fotosintesis berjalan dengan baik maka fotosintat yang dihasilkan juga banyak, yang nantinya akan digunakan untuk pembentukan organ dan jaringan dalam tanaman, misalnya daun dan batang, sehingga berat tanaman semakin besar. Menurut Harjadi (1993) tersedianya unsur hara yang diserap tanaman mampu memacu pembentukan karbohidrat, lemak dan protein melalui proses fotosintesis, kemudian sintesis protein akan menghasilkan pertambahan ukuran sel tanaman serta penimbunan karbohidrat dalam bentuk berat kering yang tidak dapat balik. Salisburry dan Ross (1996) juga menyatakan bahwa berat kering tanaman merupakan akibat dari pertumbuhan dan hasil bersih proses asimilasi O2 sepanjang pertumbuhan tanaman serta mencerminkan status nutrisi tanaman yang sangat bergantung pada laju fotosintesis.

Jackson et al. (1986) cit. Fernandez et al. (1997) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan hasil suatu tanaman dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuhnya. Salah satu faktor lingkungan tumbuh tersebut adalah ketersediaan air. Kekurangan air dapat menyebabkan penurunan hasil yang hebat bila terjadi pada tingkat pertumbuhan yang kritis karena laju pertumbuhan sel-sel tanaman dan efisiensi proses fisiologisnya pada stadia tersebut mencapai tingkat tertinggi bila sel-sel berada pada tugor maksimum. Rendahnya ketersediaan larutan nutrisi meyebabkan pengurangan luas fotosintesis karena adanya penurunan proses perluasan daun dan terlalu awalnya terjadi proses penuaan daun dengan demikian menyebabkan lambat atau terhentinya pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis sehingga berat kering tanaman menjadi rendah.

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

7. Berat Kering Akar per Tanaman (g)

Peranan akar dalam pertumbuhan tanaman sama pentingnya dengan tajuk. Fungsi akar adalah menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam metabolisme tanaman. Untuk mendapatkan berat kering yang konstan, penimbangan bahan yang sedang dikeringkan perlu dilakukan berulang-ulang secara berkala (Sitompul dan Guritno, 1995).

Akar merupakan bagian dari tanaman yang berkembang pertama kali. Akar merupakan salah satu organ tanaman yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selain untuk memperkokoh berdirinya tanaman pada suatu media tanam ( Goldsworthy dan Fisher, 1992).

Berat kering akar merupakan variabel pengamatan akar yang berfungsi untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan akar. Definisi pertumbuhan sebagai peningkatan bahan kering, dimana terjadi proses diferensiasi yang besar sumbangannya dalam penimbunan berat kering. Pertumbuhan dan perkembangan akar yang baik dan kuat akan mampu menopang pertumbuhan bagian – bagian tanaman yang berada di atas tanah (Gardner et al., 1991).

Tabel 7. Rerata Berat Kering Akar per Tanaman (g) Baby Kailan Umur 4 MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi

Tinggi Genangan Frekuensi Penggenangan (per 2 hari)

(%) 1 2 4

Rerata Berat Kering Akar per Tanaman (g)

50 0,11 a 0,14 a 0,11 a 0,15 a 0,12 a 0,11 a 0,07 b 0,07 b 0,05 b 70 90

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris dan kolom dinyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan perbandingan uji T pada taraf α 5%

1 = Frekuensi penggenangan 2 hari sekali 2 = Frekuensi penggenangan 1 kali sehari 4 = Frekuensi penggenangan 2 kali sehari

Pada ketinggian genangan 50%, hasil rerata berat kering akar per tanaman terbesar pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari yaitu 0,15 g. Pada ketinggian genangan 70%, hasil rerata berat kering akar per tanaman terbesar

(44)

commit to user

pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali yaitu 0,14 g. Pada ketinggian genangan 90 % hasil rerata berat kering per tanaman terbesar pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari dan 2 hari sekali yaitu 0,11 g. Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali hasil rerata berat kering akar per tanaman terbesar berada pada ketinggian genangan 70% yaitu sebesar 0,14 g. Pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari hasil rerata berat kering akar per tanaman terbesar berada pada ketinggian genangan 50% sebesar 0,15 g. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari hasil rerata berat kering per tanaman terbesar berada pada ketinggian genangan 50% dan 70% yaitu sebesar 0,07 g (lihat Tabel 7).

Pada ketinggian genangan 50%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari (0,07 g) menunjukkan hasil rerata berat kering per tanaman yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (0,11 g) dan 1 kali sehari (0,15 g). Pada ketinggian genangan 70%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari (0,07 g) menunjukkan hasil rerata berat kering per tanaman yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (0,14 g) dan 1 kali sehari (0,12 g). Pada ketinggian genangan 90%, frekuensi penggenangan 2 kali sehari (0,05 g) menunjukkan hasil rerata berat kering per tanaman yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali (0,11 g) dan 1 kali sehari (0,11 g).

Dari data di atas menunjukkan bahwa pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari berbeda nyata dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari dan 2 hari sekali pada ketinggian genangan 50%, 70% dan 90%. Frekuensi penggenangan 2 kali sehari memberikan hasil berat kering akar terendah pada berbagai tinggi genangan dibandingkan frekuensi penggenangan yang lainnya. Hal ini diduga bahwa tanaman membentuk akar yang lebih banyak apabila tumbuh dalam keadaan kurang air.

Menurut Sitompul dan Guritno (1995) apabila unsur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup, akar dengan luas permukaan yang relatif sempit akan mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Islami dan Utomo (1995)

Gambar

Gambar 1. Tinggi Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Frekuensi  Penggenangan Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb and Flow  dengan Tinggi Genangan 50% (a), 70% (b), dan 90% (c)
Gambar 2. Tinggi Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Ketinggian Genangan  Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Frekuensi Penggenangan  Nutrisi 2 Hari Sekali (a), 1 Kali Sehari (b) dan 2 Kali Sehari (c)
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Baby Kailan Umur 4 MST Hasil  Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan  Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi
Gambar 3. Jumlah Daun Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Frekuensi  Penggenangan Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan  Tinggi Genangan 50% (a), 70% (b), dan 90% (c)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pesan dari Hosea, dari pengalaman pribadinya dengan Gomer (pasal 1-3) dan dari pernyataan nubuatan kepada umat Allah (pasal 4-14), keduanya berbicara mengenai

Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung profitabilitas pelanggan atau pasien pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk.II dengan menggunakan sistem perhitungan biaya yaitu Activity

ini berarti bahwa pekerjaan yang dibebankan pada bawahan harus sesuai dengan. kemampuan bawahan yang bersangkutan, agar dia bekerja

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Zai 2013 bahwa rasio loan to deposit ratio LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset ROA

Parameter yang diamati meliputi komponen bunga (tipe, warna, bentuk seludang, panjang seludang, dan panjang bunga, dilakukan saat bunga mekar penuh), komponen buah (jumlah,

• Mengkaji aspek yang berkaitan dengan konsep, ciri- ciri dan senario perkembangan semasa yang melibatkan VolunTourism. • Melihat dan memahami antara bentuk permintaan

Sebaliknya, dengan cara konversi, hasil yang terbentuk, yaitu nomina konkret yang mengacu pada seseorang atau sesuatu, dan nomina abstrak yang menyatakan kualitas/keadaan

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi pengaturan perlindungan hak-hak istri dalam perkawinan poligami yang telah dicatatkan, hal-hal yang diperjanjikan